Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A.Peran Niat Dalam Beramal

1.Kutipan Hadis

Artinya:

Al-Humaydiy,’Abdullah ibn al-Zubayr menceritakan kepada kami,ia


berkata:Sufyan menceritakan kepada kepada kami berita dari Yahya ibn
Sa’id al-Anshariy, ia berkata:Muhammad ibn al-Taymiy memberitahukan
bahwa ia mendengarkan ‘Alqamah ibn Waqqash al-Laysiy berkata: Saya
mendengar ‘Umar ibn Khattab ra. Di atas mimbar berkata: Saya
mendengar Rasulullah tiap-tiap perbuatan itu harus disertai dengan niat
dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh sesuai apa yang ia
niatkan.Barangsiapa yang hijrah untuk urusan duniawi, maka itulah yang
ia peroleh,ataukah ia hijrah untuk menikahi seorang perempuan, maka
hijrahnya adalah sesuai apa yang ia niatkan.

Niat menurut syara’, oleh sebagian ulama didefinisikan:


Artinya:

Niat adalah maksud atau keinginan (hasrat hati) untuk melakukan sesuatu
yang beriringan (berbarengan) dengan perbuatan.

Tidak ada pertentangan dikalangan ulama bahwa tempat niat adalah di


dalam hati. Niat dilakukan pada permulaan melakukan sebuah perbuatan untuk
tujuan amal kebaikan.

Niat mempunyai peranan penting dalam ajaran islam,khususnya dalam


menjalankan perbuatan yang berdasarkan perintah syara’.Niat menentukan
kualitas dan nilai sebuah perbuatan.Sebuah perbuatan akan bernilai ibadah di sisi
Allah swt.kalau perbuatan itu diniatkan untuk memperoleh ridha Allah swt.

Pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan secara eksplisit orang
yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya:

‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أمير المؤمنين أبي حقص عمر بن الخطاب رضي هللا عنه قال‬
‫ فمن كانت هجرته إلى هللا ورسوله فهجرته إلى هللا‬.‫ وإنما لكل امرىء ما نوى‬،‫ ” إنما األعمال بالنيات‬:‫يقول‬
‫ ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” رواه إماما المحدثين‬،‫ورسوله‬
‫ وأبو الحسين مسلم بن الحجاح‬ ،‫أبو عبدهللا محمد ابن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبه البخاري‬
‫بن مسلم القشيري في صحيحيهما اللذيب هما أصح الكتب المصنفة‬.

‘an amiiril mu’miniina abii hafshin ‘umarobni khoththoobi rodhiya allahu ‘anhu
qoola: sami’tu rosuulallahi shollallahu ‘alaihi wa sallam yaquulu: ” innamal
a’maalu binniyaati, wa innamaa likullimri’im maa nawa, famang kaanat hijrotuhu
ila allahi wa rosuulihi fahijrotuhu ila allahi wa rosuulihi, wamang kaanat hijrotuhu
lidunyaa yushiibuhaa awimro’atin yangkihuhaa fahijrotuhu ila maa haajaro ilaihi ”
rowaahu imaaman al-muhadditsiina abuu ‘abdillahi muhammad ubnu ismaa’iil
abni ibroohiim abnil mughiirot abni bardizbah al-bukhooriyyu, wa abul husaini
muslim ubnul hajjaj ibni mulumil qusyairiyyu an-naisaabuuriyyu fii
shohiihaihimaa al-ladzaini humaa ashohhul kutubil mushonnafati.

Artinya:

Dari Umar ibn Khaththab, ia berkata: Rasulullah saw.bersabda:


“Sesungguhnya tiap-tiap perbuatan itu harus disertai dengan niat dan
sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh sesuai apa yang ia
niatkan.Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya karena Allah dan Rasul- Nya.Barangsiapa yang hijrahnya untuk
urusan duniawi,maka itulah yang ia peroleh, ataukah ia hijrah untuk
menikahi seorang perempuan, maka hijrahnya adalah sesuai apa yang ia
niatkan.”

Niat juga dapat berarti motivasi yang mendorong seseorang untuk


melaksanakan suatu perbuatan.Niat dalam arti motivasi ini juga sangat
menentukan diterima atau tidaknya suatu amal seseorang.

Motivasi dalam melaksanakan setiap amal ibadah harus betul-betul


ikhlas,karena mengharapkan ridha Allah swt.seperti disebutkan dalam QS.Al-
Bayyinah:5

Terjemahannya:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat,dan yang demikian itulah
agama yang lurus.

Niat atau motivasi itu bertempat di hati.Hanya yang bersangkutanlah


yamg dapat mengetahui motivasi seseorang dalam melaksanakan suatu perbuatan
dengan Allah swt.Bagaimanapun seseorang menyembunyikan motivasi yang
sesungguhnya dalam melaksanakan suatu perbuatan,namun Allah swt.pastilah
mengetahuinya.

Terjemahannya:
29. Katakanlah:” Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu
atau kamu melahirkanmya,pasti Allah mengetahuinya.” Allah mengetahui
apa-apayang ada dilangit dan apa-apa yang ada di bumi.Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu

Mengingat pentingnya niat dalam menentukan perbuatan seseorang


bernilai ibadah atau tidak,maka setiap umat Islam hendaknya memperbaiki
niatkan dalam melaksanakan setiap perbuatannya.

Sesungguhnya Setiap Amalan Tergantung Niat Dan Ketulusan


Mengharapkan Pahala,Dan Setiap Orang Akan Memperoleh
Sesuai Dengan Kadar Niatnya

Artinya:

Termaksud di dalam iman,wudhu,shalat,zakat,haji,dan puasa,serta hukum-


hukum lainnya.Dalam pada itu,Allah berfirman:”katakanlah
(Muhammad):’Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya
masing-masing.”’ (Q.S Al-Israa’:84).

Yakni,menurut niat masing-masing.

Nafka yang diberikan seseorang kepada keluarga dengan tulus karena Allah
terhitung sedekah.Dan Nabi bersabda:”Akan tetapi jihad dan niat.”

  

Arti dan makna niat dalam setiap pekerjaan (amal)


Niat atau niyyat, seperti yang dikutip dalam bukunya teungku hasbi as
shidieqy (mutiara hadis 1),menurt bahasa adalah tujuan hati dan kehendak hati.
Menurut syara ialah bergeraknya hati kearah sesuatu pekerjaan untuk mencapai
keridhaan allah dan untuk menyatakan tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.
Al baidhawy bwrkata: niat itu ialah bergeraknya hati untuk engerjakan
ssuaatu yang dipandang baik, untuk sesuattu maksud, baik untuk menarik sesuatu
manfaat ataupun untuk menolak sesuatu mudharat, dalam waktu yang cepat atau
dalam waktu yan akan datang. Syara menentukan niat dengan iradat (kehendak
hati) yang mengarah kepada pekerjaan untuk mencari keridhaan Allah dan untuk
menuruti perintahnya.
Kebanyakan ulama mutaakhirin Syafi’iyah mengartikan niat syar’iyah (niat
yang dipandang syara) dengan “menghendaki sesuatu, bersamaan dengan
mengerjakannya”1[5].
Pengertian niat dalam ensiklopedi hukum islam secara semantis berarti
maksud, keinginan kehendak, cita-cita, tekad dan menyengaja. Secara
terminologis ulama fiqh mendifinisikan dengan “tekad hati untuk melakukan
sesuatu perbuatan ibadah dalam rangka mendekatkan diri semata-mata kepada
Allah2[6].

2.    Fungsi dan peranan niat dalam setiap amal ibadah


Niat merupakan unsur yang sangat menentukan dalam keabsahan suatu amal
ibadah dan menentukan keabsahan suatu ibadah dan beberapa jenis muamalah.
Menurut istilahnya ialah kehendak hati untuk melakukan perbuatan tertentu untuk
mencari keridhaan Allah dan meleksanakan hukumnya. Yang dikatakan niat
menurut para fuqaha ialah sesuatu kehendak untuk melaksanakan sesuatu
perbuatan berbarengan dengan pelaksanaannya.
Yusuf Qardhawy menjelaskan dalam buku “Niat dan Ikhlas”, bahwa niat itu
merupakan amal hati secara murni, bukan amal lidah, maka dari itu tidak pernan
dikenal dari Rasulullah, dari sahabat dan orang-orang salaf yang mengikuti
mereka tentang adanya niat dalam ibadah yang dilafadzkan.

1
2
Disepakati bahwa tempat niat adalah dalam hati dan dilakukan pada
permulaan melakukan perbuatan untuk tujuan amal kebajikan. Niat berperan
penting dalam ajaran islam, khususnya perbuatan yang berdasarkan perintah
syara, atau menurut sebagian ulama,dalam perbuatan yang mengandung harapan
untuk mendapatkan pahala dari Allah. Niat akan menentukan nilai, kualitas serta
hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapat keuntungan dunia atau
ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan mendapatkan pahala dari Allah
SWT. Sebaliknya kalau orang hijrah karena ingin mendapat ridha Allah maka ia
akan mendapatkannya, bahkan keuntungan dunia pun akan diraihnya3[8].
Agama islam mensyariatkan niat ada dua hikmah yang terkandung
didalamnya:
a)    Untuk membedakan perbuatan-perbuatan yang semata-mata berdasarkan
kebiasaan dengan perbuatan-perbuatan ibadah.
b)   Untuk membedakan martabat, nilai ibadah dari perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang.

3.    Pendapat para ulama mengenai hadis tentang niat


Menurut pendapat kebanyakan ulama pensyarah hadis, hadis ini member
pengertian \bahwasanya niat itu, adalah syarat syah segala amal yang dimasud
(maqashid). Dan mereka berselisih paham tentang mensyaratkan niat dalam
urusan 9wasa-il. (yang menjadi jalan bagi muqashid atau orang yang bermaksud).
Al-Ghazaly menetapkan, bahwasanya niat pada sesuatu amalan, adalah
syarat syahnya amal, niat yang diartikan menurut makna bahasa (qashad dan
iradat).
Menurut Ash-shidieqy hadis tersebut memberi suatu pengertian yang tegas
yaitu, segala amal bedasarkan motivasi dari seesorang, kalau motivasi karena
Allah, maka dipahalai. Kalau penggeraknya bukan karena Allah tidak dipahalai
dan mungkin diganjari dengan dosa.

3
Lebih lanjut ash-Shidieqy menjelaskan bahwa niat adalah ruh dan amal
neracanya. Sesungguhnya tidaklah terjadi sesuatu amal ikhtisyari yang
diqashadkan (yang disengajakan) melainkan dengan adanya niat. Maka yang
diperoleh oleh seorang amil dari amalannya adalah apa yang mendorongnya untuk
beramal, bukan lahiriah amalan.
Lafal niat dalam bahasa Arab digunakan untuk
Pertama, mebedakan antara suatu amal dengan amal yang lain, antara
sesuatu ibadah dengan ibadah yang lain,
Kedua, membedakan antara niat seseorang dengan niat seseorang yang lain.
Al-imam Ibnu Katsir brkata, bahwa hadis nabi saw

ِ َّ‫الني‬
‫ات‬ ِّ ِ‫ال ب‬
ُ ‫إِمَّنَا اْأل َْع َم‬
“sesungguhnya segala amal itu dengan niat”
Yang memberi pengertian bahwa amal yang dipandang disisi Allah,
hanyalah amal yang disertai niat, adalah karena tidak ada sesuatu yang
tersembunyi dari Allah, baik dibumi maupun dilangit. Dan bukanlah kenyataan
(rupa) amal yang berharga di sisi-Nya. Allah menghargai amal seseorang menurut
niat yang menggerakannya.
54.’Abdullah bin Maslamah meriwayatkan kepada kami,ia berkata: Malik
mengabarkan kepada kami,dari Yahya bin Sa,id,dari Muhammad bin Ibrahim,dari
‘Alqamah bin Waqqash, dari ‘Umar,bahwasanya Rasulullah bersabda:”Amalan itu
tergantung niat,dan setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang
diniatkannya.Barang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-nya,maka hijrahnya itu
kepada Allah dan Rasul-Nya.Barang siapa hijrahnya karena materi dunia yang
ingin diraihnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya,maka hijrahnya itu
kepada apa yang ditujunya.”

SYARAH HADITS

Perkataan”Bab Bahwa.”Maksudnya,bab yang berisi penjelasan tentang amalan-


amalan syari’at yang hanya diterima dengan niat dan ketulusan karena Allah,yakni
ikhlas semata-mata mengharapkan pahala.

Imam al-Bukhari tidak membawakan hadits yang lafazhnya “(Amal itu tergntung)
niat dan ketulusan mengharapkan pahala dari Allah.”Beliau hanya berdalil dengan
hadits ,Umar yang menyebutkan bahwa amalan-amalan itu tergantung
niatnya,juga dengan hadits Abu Mas,ud yang menyebutkan bahwa amalan itu
tergantung kadar ketulusannya (mengharapkan pahala) dari Allah.

Perkataan al-Bukhari dalam judul bab:” dan setiap orang memperoleh sesuai
kadar kadar niatnya” adalah penggalan hadits tentang niat (yakni hadits ‘Umar).

Keterangan bahwa niat termaksud imam adalah berdasarkan pemahaman Imam al-
Bukhari yang menyatakan bahwa imam adalah amal,sebagaimana telah dijelaskan
diatas.Adapun mengenai iman dalam arti tashdiq (pembenaran), maka tidak
membutuhkan niat seperti halnya amalan-amalan hati lainnya. Miasalnya,takut
kepada Allah, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya, dan mendekatkan diri kepada-
Nya.Sebab,amalan-amalan tersebut dikhususkan untuk Allah sehingga tidak perlu
niat untuk membedakannya dengan amalan lain.

Tujuan niat adalah untuk membedakan antara amalan yang dikerjakan untuk
Allah dan amalan yang dikerjakan untuk selain-Nya,atau karena riya’,juga untuk
membedakan tingkatan-tingkatan sebuah amal seperti membedakan antara amal
yang wajib dengan yang sunnah.Selain itu,niat juga ditujukan untuk membedakan
antara ibadah dengan adat,misalnya membedakan antara puasa dan pantangan
makan.
Perkataan:’Dan wudhu.” Dengan ungkapan ini,al-Bukhari mengisyaratkan
perbedaan pendapat yang ada,sebab ada sebagian ulama yang tidak mensyaratkan
niat ketika berwudhu;sebagian pendapat yang dinukil dari al-Auza’i, Abu
Hanifah, dan ulama lainnya.

Alasan mereka,wudhu bukanlah ibadah yang berdiri sendiri,tetapi merupakan


wasilah (pengantar) kepada ibadah lainnya,misalnya untuk shalat.Akan
tetapi,pendapat mereka ini dibantah dengan adanya syarat niat dalam bertayamum
yang juga merupakan ibadah pengantar.Bahkan,ulama madzhab Hanafi sendiri
mensyaratkan niat ketika bertayamum

Jumhur ulama menggunakan dalil-dalil shahih yang menguatkan pendapat


mereka,yaitu yang mensyaratkan niat ketika berwudhu.Dalil-dalil tersebut secara
jelas menyebutkan tentang janji pahala.jadi,harus ada niat yang membedakannya
dengan amalan lain,agar orang tersebut berhak memperoleh pahala yang
dijanjikan.

Adapun dalam sholat,tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama bahwa


niat merupakan syarat shalat.Mengenai zakat,syarat niatnya gugur dengan
diambilnya zakat oleh sulthan (yang berwenang) meskipun si pemilik harta tidak
meniatkan zakatnya.Dalam hal ini,pihak yang berwenang sudah cukup mewakili.

Perihal haji yang wajib,harus ada niat bagi yang mengerjakannya untuk orang
lain,berdasarkan sebuah dalil khusus,yaitu hadits ibnu ‘Abbas tentang kisah
syubrumah.

Adapun dalam hal puasa,al-Bukhari mengisyaratkan tentang adanya perbedaan


pendapat dalam hal itu.Sebagian ulama berpendapat,puasa Ramadhan tidak
membutuhkan niat karena jelas berbeda dengan puasa-puasa lainnya.Pendapat ini
dinukil dari Zufar.

Imam al-Bukharimenyebutkan haji,baru puasa,karena ia berpegang kepada


hadits yang lalu:”Islam dibangun atas lima perkara.

Perkatan:”Serta hukum-hukum.”Yaitu hukum-hukum muamalat yang


berpotensi menimbulkan sengketa;meliputi hukum jual beli, pernikahan,
pengakuan dan dakwaan, serta hukum-hukum lainnya. Adapun mengenaibeberapa
aspek muamalat yang tidak disyaratkan niat, maka hal itu dilandaskan kepada
dalil khusus.

Ibnul Munayyir juga mengatakan:”Hanya saja,para ulama berselisih pendapat


dalam menentukan motif yang membedakannya pada beberapa bentuk muamalat
yang ada.Menurutnya,adapun yang termaksud ke dalam kategori aktivitas hati
murni,seperti takut dan harap,tentu saja dalam hal ini tidak disyaratkan
niat.Seandainya niat itu tidak ada didalamnya,maka hakikat aktivitas itu menjadi
mustahil adanya.

Ibnul Munayyir telah menjelaskan kaidah-kaidah untuk membedakan antara


muamalat yang disyaratkan niat dan yang tidak disyaratkan.Ia mengatakan:”setiap
muamalat yang tidak tampak faedahnya di dunia,namun tujuannya adalah untuk
mendapatkan pahala,maka disyaratkan niat.Sedangkan setiap muamalat yang
tampak faedahnya di dunia dan biasa dilakukan manusia sebelum syari’at
deiturunkan karena kesesuainnya dengan syari’at maka tidak disyaratkan
niat;kecuali bagi yang mempunyai niat lain dalam mengerjakannya,yang bernilai
pahala.”

Adapun aktivitas yang berkaitan dengan ’perkataan’ maka ia membutuhkan


niat terkait dengan tiga hal berikut:
1. Untuk tujuan ber-taqarrub kepada Allah agar terhindar dari riya’.
2. Untuk membedakannya dengan lafazh-lafazh yang mengandung selain
mana yang dimaksud.
3. Untuk membedakan dengan perkataan yang tidak sengaja diucapkan.

Perkataan: “yakni menurut niat masing-masing.” Kalimat ini merupakan tafsir


dari firman Allah yang disebutkan sebelumnya: “sesuai dengan pembawaannya
masing-masing.” Penafsiran kata dengan niat ini telah dinukil secara shahih dari
al-Hasan al-Bashri, Mu’awiyah bin Qurrah al-Muzani, dan Qatadah. Riwayatnya
dikeluarkan oleh ‘Abdu bin Humaid dan ath-Thabari dari mereka. Diriwayatkan
dari Mujahid, ia berkata: “makna adalah jalan atau arah.” Pendapat ini merupakan
pendapat mayoritas ahli tafsir. Ada juga yang menafsirkannya dengan agama.”
Semua penafsiran yang ada hampir berdekatan maknanya.

Perkataan:”Akan tetapi jihad dan niat.Kalimat tersebut merupakan penggalan


dari hadits Ibnu ‘Abbas yang awal redaksinya:”Tidak ada hijrah setelah
penaklukan kota Makkah.”Riwayat ini disebutkan secara maushul oleh Imam al-
Bukhari dan perawi lainnya dari jalur Thawus,dari Ibnu ‘abbas,dalam kitab “al-
Jihad”yang akan datang.

Perkataan:”Amalan itu tergantung niat.”Demikian redaksi hadits yang


dibawakan oleh Imam al-Bukhari dari riwayat Malik,yaitu tanpa menyebutkan
lafazh “pada awal redaksinya.Muslim telah meriwayatkan dari al-Qa’nabi,yaitu
‘Abdullah bin Maslamah yang disebutkan pada sanad hadits ini,dengan
mancantumkan kata tersebut.Pembicaraan tentang masalah ini telah kami
singgung diawal pembahasan kitab ini.

Al-Qurthubi mengatakan:”Secara eksplisit,hadits di atas menunjukkan bahwa


pahala dari nafkah yang dikeluarkan oleh seseorang untuk keluarga hanya dapat
diproleh dengan niat mencari pahala;baik nafkah yang diberikan itu hukumnya
wajib ataupun mubah.Dan secara implisit,hadits tersebut menunjukkan bahwa
seseorang yang tidak meniatkan demikian,maka ia tidak memperoleh pahala;tetapi
walau begitu,ia telah terlepas dari kewajiban memberi nafkah wajib.

Adapun maksud Imam al-Bukhari di sini adalah sabda Nabi:”Mengharap yakni


mencari dengan nafkah itu wajah Allah.”Dari situ,Imam an-Nawawi menarik satu
kesimpulan bahwa suatu aktivitas berupa kenikmatan duniawi jika selaras dengan
kebenaran,maka aktivitas itu tetap ada pahalanya (apabila diniatkan untuk ibadah).
Sebab,menyuapakan makanan ke mulut istri biasa dilakukan saat bercengkrama
dengannya; yang tentu saja nafsu syahwat turut adil dalam aktivitas
tersebut.Namun demikian,apabila tujuannya adalah untuk mengharapkan pahala
dari Allah,niscaya ia akanmemperolehnya dengan karunia dari-Nya.
B. WAJIBNYA NIAT WUDLU

1. “Dari umar bin khattab, ia berkata , ‘ aku mendengar Rasulullah Saw


bersabda: “ Sesungguhnya amal-amal itu (harus) niat, dan sebenarnya bagi
seseorang adalah menurut apa yang ia niatkan, oleh karena itu barang
siapa yang hijrahnya itu karena Allah dan RasulNya, maka berarti
hijrahnya itu untuk Allah dan RasulNya, dan barangsiapa hijrahnya karena
dunia yang hendak ia perolehnya atau wanita yang hendak ia nikahinya,
maka (hasil) hijrahnya itu adalah menurut apa yang ia hijrahinya’. “ (HR.
Jama’ah)

Hadits itu sebenarnya dari ali yahya bin said Al-ansari dari muhammad bin
ibrahim At-Tamimi dan ‘Alqamah bin Waqas dari umar ibnu Khththab. Dari
semua ahli pengarang kitab-kitab yang terpercaya sebagai sandaran, telah
meriwayatkan hadits itu semuanya, kecuali malik, dia tidak meriwayatkannya di
dalam kitabnya Al-Muwatha’. Tetapi ibnu Dahiyah meragukannya dan dia
berkata, bahwa sebenarnya hadits itu ada di dalam kitab Al-Muwatha’. Demikian
dengan harapan keraguan tdi menjadi sirna, karena adanya riwayat dari Al-
Bukhari, Muslim dari Al-Nasa’i, mereka bertiga meriwayatkan hadits tersebut
dari Malik. Adapun apa yang terjadi di dalam kitab As-Shihab dengan kata-kata
Al-A’mal bin-niyat yakni dengan kata-kata jama’ serta menghapus kata-kata
“innama”. Menurut Imam Al-Nawawi’ dari Abi musa Al-Madani Al-ashbahani,
bahwa hadst itu tidak benar sanadnya dan Al-Nawawi menjauhinya.
Sedangkan menurut Hafizh Ibnu Hajar, bahwa hadits itu memang meragukan dan
telah diriwayatkan pula oleh Al-Hakim dlam kitabnya Arba’in, dari jalan malik,
demikian pula ibnu Hibban meriwayatkan juga tetai dalam bentuk yang lain,
yakni di dalam kitab Mawadi’ Tis’ah dari kitab Shahihnya, yang termuat didalam
sebagian judul kesebelas, yakni dari judul ke tiga, keempat dan keduapuluh

Sebab wurud hadits (latar belakang lahirnya hadits)


Diriwayyatkan oleh Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabirnya dengan
rangkaian perawi yang tsiqah (dapat dipercaya) dari ibnu Mas’ud ia berkata : “Dia
antara kami ada seorang lelaki yang melamar seorang perempuan bernama ummu
Qias.Namun, perempuan itu menolaknya kecuali jika lelaki itu ikut bberhijrah
bersama Rasulullah ke Madinah. Kemudian lelaki itu ikut berhijrah, lalu menikahi
Ummu Qais. Maka, kamipun menjulukinya Muhajiru Ummi Qais (orang yang
berhijrah karena Ummu Qais.
Penjelasan(syarah) Hadits
Dalam hadits di atas, Rasulullah Saw, menjelaskan bahwa niat merupakan
sesuatu yang penting dalam setiap perilaku (ibadah). Dengan niat lah setiap
ibadah akan bernilai atau tidak. Apabila seseorang melakukan suatu ibadah
dengan ikhlas maka ibadahnya sah, sedangkan apabila niatnya tidak ikhlas (karena
mengharap dunia atau yang lainnya) maka ibadahnya itu hanya untuk apa yang
diniatkannya itu. Allah berfirman dalam surah al-Bayyinah ayat 5 :
“padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya enyembah Allah dengan
memurnikan ketaatak kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian
itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah/98:5)
Dalam ayat yang lain Allah SWT menyatakan bahwa Allah tidak menerima darah
dan daging, melainkan ketaqwaan lah yang diterima Allah (QS. Al-Hajj:27).
Manusia tidak dapat menyembunyikan apa yang ada di dalam hatinya, karena
Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam lubuk hati setiap hamba-Nya
sekalipun dia menyembunyikannya dari hadapan manusia. (QS. Ali Imran:29)
Dilihat dari segi fungsinya niat itu memiliki beberapa fungsi :
 Niat sebagai syarat sa ibadah. Niat menjadi salah satu rukun dari ibadah
seperti sholat, haji, dan puasa. Oleh karena itu tidak sah ibadah-ibadah itu
apabila tidak disertai dengan niat. Sedangkan niat dalam masalah ibadah
yang menjadi wasilah (perantara) seperti wudhu dan mandi, terdapat
keragaman pendapat di antara ulama. Menurut Mazhab Hanafi, niat
merupakan syarat mutlak dalam ibadah tersebut untuk mendapatkan
pahala. Sementara menurut Mazhab Syafi’i dan Mazhab lainnya bahwa
niatt dalam ibadah tersebut merupakan syarat sah ibadah, maka ibadah
perantara tersebut itupun tidak sah jika tidak disertai niat.
 Niat merupakan pembeda antara ibadah dengan adat. Sebagai contoh
mandi dapat dilakukan untuk menghilangkan hadas, tetapi mandi juga
dapat dilakukan sebagai kebasaan (adat).
 Niat merupakan pembeda tingkatan-tingkatan ibadah. Misalnya,
seseorang yang mengeluarkan uang seratus ribu rupiah untuk zakat mal.
Dalam waktu yang sama diapun mengeluarkan uang seratus ribu rupiah
untuk sumbangan membangun mesjid. Dalam hal ini, zakat mal hukumnya
wajib, sedangkan sumbangan untuk membngun mesjid dinilai sebagai
shadaqah yang hukumnya sunnah padahal nilai uangnya sama, tetapi
karena niatnya berbeda maka hukumnya pun berbeda.

Menurut Hasbi Ash Shiddieqi, niat itu terbagi tiga yaitu :


 Niat ‘ibadah, yaitu : menghinakan diri tunduk secara sangat sempurna,
buat menyatakan ketundukan dan kehinaan.
 Niat ta’at, yaitu melaksanakan apa yang Allah kehendaki
 Niat Qurbah, yaitu melaksanakan ibadah dengan maksud memperoleh
pahala.

Dengan demikian,iat akn menjadi kunci daripada hasil perbuatan (amal). Apabila
perbuatan itu baik dan didasari oleh niatan yang baik pula maka akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Namun, apabila perbuatn baik, tetapi tidak
didasari oleh niat (tujuan) baik, maka sia-sia. Niat yang tulus adalah penghambaan
yang semata-mata dilakukan kerena mengharap ridha Allah. Keutamaan ikhlas
dalam beramal akan membuahan hasil yang sangat banyak bahkan berlipat ganda.
Allah SWT menggambarkan keikhlasan dalam beramal ini seperti dimuat dalam
Al-qur’an surah Al-Baqarah : 265 sebagai berikut :

Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari keridhaan


Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-
buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis
(pun memadai). Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
MAKALAH ILMU HADITS
HADITS TENTANG NIAT
OLEH:

FITRIANI RASYID

KHAERUNNISA

DIAN MELANI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2014

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt, Rabb semesta alam. Tidak
ada daya dan upaya selain dari Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan
karunia Nya dalam mengarungi kehidupan ini.
Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Beserta
keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di
manapun mereka berada.
Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari Nyalah, sehingga makalah
ini dapat saya selesaikan. Makalah ini kami beri judul “hadits tentang niat”
Dalam makalah dijelaskan tentang definisi dan periodesasi Pembukuan
Hadist serta penjelasan tentang faktor-faktornya. Dengan penjelasan dalam
makalah ini diharapkan kepada para pembaca lebih memahami tentang Ilmu
Hadist dan supaya dapat menjadi nilai tambah dalam mempelajari Islam.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan gambaran tentang materi yang harus selesaikan dan
juga semua pihak yang turut membantu menyelesaikan makalah ini.
Terakhir, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini lebih sempurna pada masa
yang akan datang.

Samata, oktober 2014

Tim penyusun

Daftar isi
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran niat dalam beramal
B. Wajibnya niat berwudhu
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B. kritik dan saran

BAB 1
PEMBAHASAN

LATAR BELAKANG MASALAH


Niat adalah salah satu unsur terpenting dalam setiap perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar
(ibadah) menghadirkan niat hukumnya fardhu bagi setiap pelaksananya. Banyak
hadis yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap
perbuatan. Niat juga mengan dung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita
kerjakan.
Umar bin al-Khatthab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim
bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dengan niat dan
sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan apa yang dia niatkan.” Jadi
pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan yang baik pula
dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk
pula.

Rumusan masalah

1. Apa pengertian niat?


2. Bagaimana penjelasan tentang niat?

Tujuan penulisan

1.Agar tahu tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan niat.


2. Agar dapat memahami tentang betapa pentingnya arti sebuah niat dalam
aspek kehidupan
.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Niat mempunyai


peranan penting dalam ajaran islam,khususnya dalam menjalankan
perbuatan yang berdasarkan perintah syara’.Niat menentukan kualitas
dan nilai sebuah perbuatan.Sebuah perbuatan akan bernilai ibadah di sisi
Allah swt.kalau perbuatan itu diniatkan untuk memperoleh ridha Allah swt.

Selain membahas niat juga membahas macam macam niat, seperti hadits
tentang niat wudhu.

B. Kritik Dan Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan


memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah
khilaf, Alfa dan lupa.

Wabillah Taufik Walhidayah


Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai