1. Bahwa kaidah fiqih itu kaidah yang ringkas tetapi maknanya luas.
2
Kaidah 1
ا َﻷ ُُﻣْﻮُر ِﺑَﻤﻘَﺎِﺻﺪَھﺎ
(Segala Perbuatan Tergantung Niatnya)
Apa maksud kaidah ini?
Kata beliau; Amalan Mukallaf
Nabi ﷺbesabda;
ِ إﻧﱠَﻤﺎ اﻷﻋَﻤﺎل ﺑﺎﻟِﻨّﯿﱠﺎ
ت
3
Sesunggguhnya manusia itu dibangkitkan sesuai dengan niat-niat
mereka.
4
Demikian pula Nabi ﷺdalam beberapa hadits terutama hadits yang
sangat masyhur.
Nabi ﷺbersabda;
ُﺳﻮِﻟِﮫ ﻓِﮭْﺠَﺮﺗ ُﮫ
ُ ﺖ ِھْﺠَﺮﺗ ُﮫُ إﻟﻰ ﷲِ وَر ْ َت وِإﻧﱠﻤﺎ ِﻟُﻜِّﻞ اﻣﺮيٍء ﻣﺎ ﻧََﻮى ﻓََﻤْﻦ َﻛﺎﻧ ِ إﻧﱠَﻤﺎ اﻷﻋَﻤﺎل ﺑﺎﻟ ِﻨّﯿﱠﺎ
ﺼْﯿﺒُﮭﺎ أو اﻣﺮأٍة ﯾَْﻨِﻜُﺤَﮭﺎ ﻓِﮭْﺠَﺮﺗ ُﮫُ إﻟﻰ ﻣﺎ َھﺎَﺟَﺮ ِ ُﺖ ِھْﺠَﺮﺗ ُﮫُ ِﻟﺪُْﻧﯿَﺎ ﯾ
ْ َﺳْﻮِﻟِﮫ وَﻣْﻦ َﻛﺎﻧ ُ إﻟﻰ ﷲِ وَر
إﻟﯿِﮫ
Sesungguhnya amal itu dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang
akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya kepada
Allah dan rasulnya maka hijrahnya kepada Allah dan rasulnya. Dan
siapa yang hijrahnya karena dunia yang ia ingin dapatkan atau wanita
yang ia ingin nikahi maka hijrahnya sesuai dengan niatnya.
[ HR. Bukhari Muslim ].
5
TEMPAT NIAT
Ibnu Taimiyyah َُرِﺣَﻤﮫُ ﷲ menyatakan kesepakatan para ulama
seluruhmya;
Bahwa niat itu tempatnya di hati. Tidak cukup hanya sebatas
mengucapkan dengan lisan tanpa meniatkan dari hati. Dan tidak di
syaratkan harus melafadzkan, bahkan tidak pernah di nukil dari Nabi
ﷺ, tidak pula para sahabat bahwa mereka melafadzkan niat. Tidak
dalam hadits yang shahih, tidak pula dalam hadits yang dhoif kecuali;
saat haji saja.
Kemudian kata beliau maksud dari niat dalam ibadah itu ada 2 yaitu;
1. Membedakan ibadah dengan kebiasaan.
2. Membedakan ibadah yang satu dari ibadah yang lain.
6
Cabang kaidah ا َﻷ ُُﻣْﻮُر ِﺑَﻤﻘَﺎِﺻﺪَھﺎ
Contoh;
Beriman kepada Allah, mencintai Allah, takut kepada Allah, berharap
kepada Allah, mengagungkan Allah ﷻ. Demikian pula tasbih, tahlil,
membaca Alqur’an dan yang sejenisnya.
Maka ini cukup kita berniat untuk ibadah saja, tidak perlu kita katakan
karena Allah namun tentu kita berusaha untuk menghindari riya.
Adapun sudah kita jelaskan bahwa niat itu tempatnya di hati bukan di
lisan.
7
3. اﻷ ﻟﻔﺎظ ِإذا ﻛﺎﻧﺖ ﻧﺼﻮ ﺻﺎ ً ﻓﻲ ﺷﻲء ﻏﯿﺮ ﻣﺘﺮ دد ﻟﻢ ﺗﺤﺘﺞ ِإﻟﻲ ﻧﯿﺔ ﺗﻌﯿﯿﻦ اﻟﻤﺪﻟﻮل
؛ ﻻﻧﺼﺮ اﻓﮭﺎ ﺑﺼﺮاﺣﺘﮭﺎ ﻟﻤﺪﻟﻮ ﻟﮭﺎ
Lafadz-lafadz apabila maknanya menunjukkan kepada sesuatu yang
jelas (kepada sesuatu yang tertentu), maka tidak membutuhkan
untuk meniatkan sesuatu tertentu itu, karena sudah jelas.
Contoh;
Dalam masalah muamalah seperti jual beli.
Seseorang yang berkata saya beli, maknanya sudah sangat jelas.
Itu tentu tidak akan orang pahami maksudnya pinjam.
Demikian pula sewa dan yang sejenisnya. Demikian pula talaq, nikah,
hibah (pemberian). Maka ini lafadz-lafadz yang sudah jelas.
Maka ketika lafadz itu sudah sangat jelas maka tidak perlu niat untuk
menentukan.
4. اﻟﻤﻌﻘﻮد ﻋﻠﯿﮭﺎ ِإذا ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺘﻌﯿﻨﺔ اﺳﺘﻐﻨﺖ ﻏﻦ اﻟﺘﻌﯿﯿﻦ، اﻟﻤﻘﺎﺻﺪ ﻣﻦ ﻣﻨﺎﻓﻊ اﻷ ﻋﯿﺎن
Manfaat-manfaat benda yang diakadkan apabila manfaatnya tersebut
sudah jelas tertentu maka tidak perlu dengan niat tertentu. Karena
itu sudah jelas.
Contoh;
Kalau ada orang yang menyewa golok atau baju, yang mana semua
orang sudah tahu manfaatnya.
8
Jika ada orang yang menggunakannya diluar kebiasaan masyarakat.
Maka pada waktu itu pemilik punya hak untuk membatalkan akad.
Contoh;
Yang namanya rumah kontrakan. Semua orang sudah tahu bahwa
manfaatnya adalah untuk ditinggali. Tapi ternyata ada orang yang
mengontrak rumah ternyata untuk menyimpan kerbau disitu.
Maka pemilik rumah berhak untuk membatalkan akad, karena tidak
sesuai dengan penempatannya.
Contoh;
Di negara kita yaitu, rupiah dimana rupiah adalah atau uang jenis
rupiah baik uang kertas, ataupun uang logam, maka ketika terjadi akad
transaksi cukup menyebutkan jumlah barang dan namanya.
Namun jika menggunakan jenis lain, seperti cek (Cheque) atau yang
lainnya, harus disebutkan jumlahnya, namanya, jenisnya supaya tidak
terjadi ( اﻟﺘﺒﺎسkesamaran)
6. اﻟﺤﻘﻮق إذا ﺗﻌﯿﻨﺖ ﻟﻤﺴﺘﺤﻘﮭﺎ ﻛﺎﻟﺤﻖ اﻟﻤﻨﻔﺮد ﻓﺈﻧﮫ ﯾﺘﻌﯿﻦ ﻟﺮﺑﮫ ﺑﻐﯿﺮ ﻧﯿﺔ
Hak-hak apabila menjadi tertentu untuk orang yang berhak seperti
hak tersendiri. Maka, itu menjadi sudah tertentu untuk pemiliknya
dengan tanpa niat.
Contoh;
Misalnya, kalau ada seseorang bernadzar dengan satu nadzar dengan
mengatakan; Saya bernadzar kalau sembuh, mau berpuasa 3 hari.
9
Maka cukup padanya niat keinginan saja, saat Ia melaksanakannya
tidak perlu menentukan lagi niat idhofah dengan mengatakan karena
Allah, karena semua itu sudah pasti karena Allah.
7. اﻟﺘﺼﺮﻓﺎت إذا ﻛﺎﻧﺖ داﺋﺮة ﺑﯿﻦ ﺟﮭﺎت ﺷﺘﻰ ﻻ ﺗﻨﺼﺮف ﻷﺣﺪھﺎ إﻻ ﺑﻨﯿﺔ
Tasharruf itu artinya perbuatan mukallaf, apabila ditujukan kepada
beberapa orang maka pada waktu itu perbuatan tersebut tidak
tertuju kecuali dengan niat.
Contoh;
Seorang yang di berikan amanah untuk memegang wasiat, misalnya
dari Si A berwasiat bahwa nanti kalau dia meninggal maka hartanya
itu untuk orang-orang fakir miskin yang sudah ditentukan.
Lalu Si A menunjuk Si B sebagai washiy, akan mengemban amanah
wasiat tersebut setelah meninggalnya, maka pada waktu menyerahkan
amanah dia tidak membutuhkan kepada niat tertentu.
Karena dia melaksanakannya itu memang sudah dengan pasti untuk
wasiat Si A.
10
8. ﻻﺑﺪ ﻓﻲ اﻟﻨﯿﺔ أن ﺗﻜﻮن ﻣﺴﺘﻨﺪة إﻟﻰ ﻋﻠﻢ ﺟﺎزم أو ظﻦ راﺟﺢ
Dalam Niat harus bersandar kepada sesuatu yang sifatnya Yakin atau
Dugaan yang kuat
11
Contoh;
Menentukan apakah ibadah ini wajib atau ibadah ini sunah. Apakah
mau shalat dzuhur atau mau ashar. Maka ini harus ditentukan, kalau
tidak maka tidak sah ibadahnya.
Contoh;
meniatkan jumlah rakaatnya misalnya shalat dzuhur 4 rakaat.
Ini juga tidak harus ditentukan, kenapa?
Karena shalat dzuhur sudah pasti 4 rakaat.
Nabi ﷺbersabda;
ُﻋﻮهُ ﺛ ُﱠﻢ أ ََﻛﻠُﻮا ﺛ ََﻤﻨَﮫ
ُ ﺷُﺤﻮَم اﻟَﻤﯿﺘ َِﺔ َﺟَﻤﻠُﻮهُ ﺛ ُﱠﻢ ﺑَﺎ ِإﱠن ﱠ، َُ اْﻟﯿَُﮭﻮدW
ُ َ ﻟَﱠﻤﺎ َﺣﱠﺮَم َﻋﻠَْﯿِﮭْﻢW ﻟَﻌََﻦ ﱠ
[ HR. Bukhari Muslim ].
Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi. Sesungguhnya ketika
Allah mengharamkan kepada mereka gajih bangkai, merekapun
kemudian mencairkan gajih itu. Kemudian mereka menjualnya. Lalu
mereka memakan hasil penjualannya itu.
Lihat orang Yahudi itu berhilah. Bagaimana caranya yang haram jadi
halal.
Contoh;
Apabila ada seorang anak pingin dapat warisan secepatnya. Gimana
caranya supaya dapat warisan dari bapaknya. Dibunuh bapaknya.
Maka dalam islam yang seperti ini tidak boleh dapat warisan. Nabi ﷺ
bersabda;
ﻻ ﯾﺮث اﻟﻘﺎﺗﻞ
Pembunuh tidak boleh mendapat warisan.
12
11. ﯾﻐﺘﻔﺮ ﻓﻲ اﻟﻮﺳﺎﺋﻞ ﻣﺎ ﻻ ﯾﻐﺘﻔﺮ ﻓﻲ اﻟﻤﻘﺎﺻﺪ
Dimaafkan dalam wasilah sesuatu yang tidak dimaafkan dalam tujuan.
Contoh;
Kalau ada orang bertujuan ingin berdusta maka tentu di haramkan
dalam syariat.
Tapi berbeda kalau dusta itu di jadikan wasilah untuk mendapatkan
maslahat yang jauh lebih besar daripada dustanya.
Misalnya: Berdusta untuk memperbaiki hubungan 2 orang muslim
yang bertengkar agar kembali mereka damai dan kembali berteman.
Maka ini di bolehkan oleh syariat padahal dusta itu haram namun
ketika di jadikan wasilah untuk mendapatkan maslahat yang jauh lebih
besar, maka ini dibolehkan.
Kalau ada orang yang bertujuan ingin berghibah. Haram dalam islam.
Tapi berbeda ketika ghibah itu jadi wasilah untuk membela agama.
Misalnya:
Mengghibah ahli bid’ah sebatas kesesatan mereka, dengan
menyebutkan kesesatan-kesesatan mereka agar dijauhi orang sehingga
agama ini menjadi terlindung dari kesesatannya. Maka ini boleh
dengan ijma’ para ulama.
Membakar harta musuh dalam perang tidak boleh, tapi kalau memang
itu tujuannya sebagai wasilah untuk menakut-nakuti musuh, dan
maslahatnya lebih besar maka diperbolehkan oleh para ulama.
13
Atau boleh dengan menggunakan redaksi yang lain namun tujuannya
adalah tetap untuk jual beli ataupun sesuai dengan niatnya.
Pendapat yang paling kuat dalam hal ini adalah pendapat jumhur yang
mengatakan boleh.
Bahwasannya yang dianggap itu maknanya bukan sebatas redaksinya.
Atas dasar itu kalau misalnya terjadi akad antara pembeli dan penjual,
atas pendapat jumhur sebatas si pembeli memberi uang tanpa
mengucapkan apa-apa. Lalu kemudian si penjual mengambilnya dan
mengembalikannya tanpa mengucapkan apa-apa,itu sah.
Contoh:
Terkadang kalau di Saudi ataupun di negara-negara barat atau di
Indonesia bahkan, sebagian ada suatu cara dengan membeli minuman
dari mesin. Kita masukkan uang kemudian kita pencet yang kita mau,
lalu ia keluar.
Atas pendapat jumhur, sah. Karena yang dilihat adalah maknanya.
Tapi atas pendapat yang mengatakan harus dengan redaksi maka itu
tidak sah.
Adapun pahala dan siksa yang bersifat ukhrowi maka ini sangat
berkaitan dengan niat. Allah ﷻmemberikan pahala kepada kaum
14
mukminin karena mengharapkan ridho Allah akibat keikhlasan
mereka dari amalan shaleh.
Jika dia mukallaf dan melaksanakan amalan shaleh karena Allah, maka
Ia mendapatkan di dunia balasan yang terbaik, dan keharuman nama.
15
Kalau ternyata dia mukallaf ini melakukan pelanggaran, berupa had
ataupun yang lainnya kalaupun memang terpenuhi padanya syarat-
syaratnya maka pada waktu itu Ia berhak untuk diberikan sanksi
berupa had.
🔺kalau mencuri maka potong tangan
🔺kalau berzina maka Dia dirajam (sudah menikah) atau dicambuk
(kalau belum menikah)
14. ﻣﻘﺎﺻﺪ اﻟﻠﻔﻆ ﻋﻠﻰ ﻧﯿﺔ اﻟﻼﻓﻆ إﻻ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ واﺣﺪ وھﻮ اﻟﺤﻠﻒ ﻓﺈﻧﮫ ﻋﻠﻰ ﻧﯿﺔ
اﻟﻤﺴﺘﺤﻠﻒ
Niat tujuan dari lafadz itu sesuai dengan niat orang yang
melafadzkannya, kecuali disuatu tempat saja, Yaitu bersumpah.
Maka itu sesuai dengan niat orang yang minta agar ia bersumpah.
Maksudnya; bahwa lafadz semua orang yang mengucapkannya sesuai
dengan niat dia, dia melafadzkan ini, atau melafadzkan itu.
Maka pada waktu itu sesuai dengan orang yang melafadzkannya.
Namun untuk sumpah maka itu sesuai dengan niat orang yang
meminta, agar ia bersumpah.
Rassullullah ﷺbersabda;
( ﯾﻤﯿﻨﻚ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﯾﺼﺪﻗﻚ ﻋﻠﯿﮫ ﺻﺎﺣﺒﻚHR. Muslim)
Sumpahmu itu sesuai dengan apa yang dibenarkan oleh temanmu.
An-Nakhai berkata;
وإن ﻛﺎن ﻣﻈﻠﻮﻣﺎ ﻓﻨﯿﺔ اﻟﻤﺴﺘﺤﻠﻒ. إذا ﻛﺎن اﻟﻤﺴﺘﺤﻠﻒ ظﺎﻟﻤﺎ ﻓﻨﯿﺔ اﻟﺤﺎﻟﻒ
16
Kalau orang yang minta agar orang yang bersumpah adalah orang
dzolim maka disesuaikan dengan niat orang yang bersumpahnya,
bukan orang yang minta bersumpah
Sebatas niat yang baik tapi amalan buruk itu tidak menjadikan amalan
yang buruk menjadi baik, akan tetapi amalan yang baik itu dipengaruhi
oleh niat.
Amalan baik; berupa Sholat, Zakat, Puasa, Haji, kalau ternyata niatnya
buruk, niatnya karena ingin dipuji, karena ingin tenar dan yang
lainnya, maka amal itu menjadi rusak, dan tidak diberikan oleh Allah
ﷻpahala.
Bahkan yang ada adalah dosa.
Dan amalan yang baik apabila di sertai dengan niat yang baik maka
itulah keberuntungan.
17
16. اﻟﻨﯿﺔ داﺧﻠﺔ ﺗﺤﺖ اﻻ ﺧﺘﯿﺎر
Niat itu masuk didalam pilihan.
Niat itu adalah amalan hati dan amalan hati sesuatu yang dibawah
kemapuan hamba dan dibawah pilihannya. Dimana ia diperintahkan
untuk mengikhlaskan niat kepada Allah, membersihkan niatnya dan
dia diperintahkan untuk menentukan maksud tujuannya.
Dia dilarang dari berbuat syirik dalam niat dan dilarang untuk
mengotorinya dan dilarang untuk menyimpang dari niat yang baik.
Ini semua menunjukkan bahwa niat itu dibawah kemampuan hamba
dan pilihan mereka.
Maka atas dasar itulah orang yang berbuat keburukan pasti akibat
daripada niat yang buruk. Orang yang berbuat kebaikan pun juga
karena adanya niat yang baik.
18
17. ﻣﺎ ﻻ ﺗﺪﺧﻠﮫ اﻟﻨﯿﺔ ﻣﻦ اﻷﻋﻤﺎل
Amal-amal yang tidak dimasuki oleh niat.
Contohnya:
Meninggalkan maksiat. Demikian pula membersihkan najis.
Maka dari itu kita tidak perlu setiap hari berniat untuk meninggalkan
zina, meninggalkan minum arak dan semua maksiat-maksiat.
Maka yang kedua ini tentu diberikan oleh Allah ﷻpahala. Tidak
seperti yang pertama.
19
18. اﻟﻤﺘﻌﯿﻦ ﻣﻦ اﻟﻌﺒﺎدات واﻟﺤﻘﻮق ﻻ ﯾﺤﺘﺎج ِإﻟﻲ ﻧﯿﺔ اﻟﺘﻌﯿﯿﻦ وأداء اﻟﺤﻘﻮق ﻻ ﯾﺤﺘﺎج
ِإﻟﻲ ﻧﯿﺔ
Ibadah yang tertentu dan hak yang tertentu tidak membutuhkan
kepada niat ta’yin.
Contoh;
Iman kepada Allah. Sudah otomatis kepada Allah.
Shalat. Sudah otomatis untuk Allah.
Maka ibadah yang sifatnya seperti ini, sudah muta’ayin (tertentu) maka
tidak perlu lagi kepada niat ta’yin atau mengkhususkan atau
menentukan secara khusus untuk ibadah tersebut.
Beda kalau ternyata suatu ucapan itu atau perbuatan itu bisa jadi untuk
2 tujuan. Maka pada waktu itu kita niatkan, tujuannya untuk apa.
20
Kaidah 2
اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻻ ﯾﺰول ﺑﺎاﻟﺸﻚ
(Yang yakin tidak hilang dengan yang ragu)
Apa maknanya?
Maka dari itu tidak boleh kita mengalahkan sesuatu yang sifatnya
sudah yakin hanya dengan keraguan.
Diantara dalil dari hadits yaitu yang dikeluarkan oleh Bukhari dalam
shahihnya dari Abbad bin Tamim, dari pamannya bahwasannya ia
mengadukan kepada Rasulullah ﷺ, seorang laki-laki yang di khayalkan
kepadanya bahwa ia seakan-akan mendapatkan sesuatu dalam
shalatnya.
Maka Nabi ﷺbersabda:
ً ﺣﺘﻲ ﯾﺴﻤﻊ ﺻﻮﺗﺎ ً أو ﯾﺠﺪ رﯾﺤﺎ- أو ﻻ ﯾﻨﺼﺮف- ﻻ ﯾﻨﻔﺘﻞ
Janganlah ia keluar dari shalatnya hingga benar-benar ia mendengar
suara atau mendapatkan bau.
21
Lihat Nabi ﷺmengatakan bahwa tidak boleh ia membatalkan shalat
hanya karena keraguan, keluar atau tidak. Sampai betul-betul yakin
bahwa itu memang betul-betul keluar hadatsnya.
Contoh:
Kalau ada orang yang yakin dia berhadats, Dia yakin tadi jam 11 saya
buang air tapi ragu, apakah setelah itu saya berwudhu atau tidak?
Yang yakin adalah berhadats Yang ragu adalah wudhunya. Maka ia
wajib untuk berwudhu.
Sebaliknya kalau dia yakin jam 11 dia sudah wudhu namun terjadi
keraguan. Apakah dia hadats setelah itu atau tidak. Maka yang yakin
tidak boleh dikalahkan oleh yang ragu. Sehingga ia tidak perlu untuk
berwudhu lagi.
Kalau kita ragu apakah air ini terkena najis atau tidak. Maka kita
kembalikan kepada yang yakin bahwa air pada asalnya suci.
Kalau kita yakin najisnya sesuatu, kemudian kita ragu apakah telah
hilang atau belum. Maka pada asalnya najis masih ada. Itu yang yakin.
Kalau kita ragu juga, apakah saya sudah sampai batasan safar atau
tidak sehingga saya belum mengqashar atau tidak. Dan kita ragu.
Maka pada asalnya tidak boleh mengqashar, Harus shalat secara
sempurna.
Kalau kita ragu apakah kita shalat 3 rakaat atau 4 rakaat. Maka yang
yakin adalah 3 rakaat. Yang 4 rakaat ini masih diragukan. Maka
kemudian kita tambah lagi 1 rakaat lalu sujud sahwi 2x sebelum salam.
22
Cabang kaidah اﻟﯿﻘﯿﻦ ﻻ ﯾﺰول ﺑﺎاﻟﺸﻚ
1. ﻣﺎ ﺛﺒﺖ ﺑﯿﻘﯿﻦ ﻻ ﯾﺮ ﺗﻔﻊ ِإﻻ ﺑﯿﻘﯿﻦ
Apa-apa yang ditetapkan dengan perkara yang yakin, tidak boleh
diangkat kecuali dengan perkara yang yakin lagi.
Sesuatu yang telah eksis dizaman dahulu, baik itu keberadaannya atau
ketidak beradaannya maka tetap pada keadaannya yang dulu dan tidak
berubah sampai ada bukti yang menunjukkan perubahannya.
Dan ini sama dengan istilah Istishab (Kembali kepada asalnya yang
dahulu bagaimana.)
23
Para ulama membagi Istishab menjadi:
1. Istishab Nash. اﺳﺘﺼﺤﺎب اﻟﻨﺺ
Mengamalkan sebuah dalil sampai ada bukti bahwa dalil itu telah di
mansukh.
Contoh;
Kalau kita yakin bahwa kita sudah berwudhu lalu kemudian terjadi
keraguan apakah berhadats atau tidak.
Maka dikembalikan kepada yang dulu, yaitu:
Bahwa kita sudah yakin bahwa kita sudah berwudhu.
Misalnya kita mau sahur. Dan kita ragu apakah sudah masuk waktu
subuh atau belum. Masih ada keraguan.
Maka pada waktu itu, pada asalnya malam masih ada. Tidak boleh kita
katakan malam telah selesai, sampai ada bukti yang kuat dan yakin
bahwa subuh telah masuk.
24
3. اﻷﺻﻞ ﺑﺮاءة اﻟﺬﻣﺔ
Pada Asalnya seseorang itu lepas dari tanggungan
karena orang yang dituduh itu pada asalnya dia tidak ada tanggungan
apa-apa. Maka kewajiban dia bersumpah apabila sipenuduh ternyata
tidak bisa membawa bukti.
Contoh;
Apabila seseorang meminjamkan dengan mengatakan;
"ini aku pinjamkan kamu, dengan syarat kamu harus menggantinya."
kemudian terjadi perselisihan setelah itu tentang ganti yang harus
diberikan, seperti apa gantinya, maka pada waktu itu perkataan yang
diambil adalah perkataan yang mengambil, yang meminjam, karena
pada asalnya ia lepas dari tanggungan.
25
4. اﻷﺻﻞ ﻓﻲ اﻷﺷﯿﺎء واﻷﻋﯿﺎن اﻹﺑﺎﺣﺔ ِإﻻ ِإن َدﱠل ﻟﻠﺤﻈﺮ دﻟﯿﻞ ﻓﯿﻌﻤﻞ ﺑﮫ
Pada asalnya segala sesuatu dan benda itu hukumnya mubah kecuali
apabila ada dalil yang menunjukkan keharamannya.
Akan tetapi di jawab oleh pendapat pertama bahwa telah ada dalil
yang menunjukkan bahwa pada asalnya segala sesuatu itu mubah.
26
3. Mengatakan Tawaqquf.
Kami diam saja. Tidak berani menghukumi.
Contoh:
Apa hukum makan daging jerapah?
Makan daging ( ِﻓْﯿﻞgajah)?
Maka karena tidak ada dalil maka dikembalikan kepada kaidah sesuatu
itu mubah sampai ada dalilnya yang mengharamkannya
🌱Contoh lagi:
misalnya kalau dirumah kita ada burung yang bersarang dan kita tidak
tahu burung ini milik siapa?
27
5. اﻷﺻﻞ ﻓﻲ اﻷﺑﻀﺎع اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ
Pada asalnya kemaluan itu haram.
Contoh:
Apabila tercampur istrinya dengan wanita yang lain dan tidak tahu
mana istrinya. Maka tidak boleh berijtihad bahwa ini istri saya.
Karena pada asalnya kemaluan itu hukumnya haram.
28
6. اﻷ ﺻﻞ ﻓﻲ اﻟﺼﻔﺎت أو اﻷ ﻣﻮر اﻟﻌﺎر ﺿﺔ اﻟﻌﺪم
Pada asalnya yang berhubungan dengan sifat yang baru ada atau
perkara-perkara yang baru ada itu tidak ada.
Artinya:
Ia harus bersumpah jika yang mengklaim tidak bisa membawakan
bukti yang kuat.
Contoh;
Apabila ada 2 orang yang melakukan akad mudharabah (bagi hasil).
Lalu si pemilik harta (pemilik modal) mengatakan bahwa sudah ada
keuntungan seribu (Rp 1000). Sementara temannya berkata “ belum
ada keuntungan”.
Maka pada waktu itu yang mengatakan ”belum ada”, itu yang
dipegang. Karena pada asalnya keuntungan itu sifat yang baru ada.
Dan mereka yang mengatakan adanya keuntungan harus
membawakan bukti yang kuat.
29
7. اﻷ َﺻﻞ ِإﺿﺎﻓﺔ اﻟﺤﺎدث ِإﻟﻰ أﻗﺮب أو ﻗﺎﺗﮫ
Pada asalnya kejadian itu dinisbatkan kepada waktunya yang paling
dekat.
Contoh;
Misalnya, kalau ada seorang muslim meninggal dunia. Sementara
istrinya seorang nasrani lalu kemudian istrinya mengaku bahwasanya
dia sudah masuk islam sebelum meninggal dunia suaminya, namun
ahli waris yang lain mengatakan bahwa ia masuk islam setelah
meninggalnya, maka pada waktu itu yang diterima adalah pendapat
ahli waris, karena itu yang paling dekat, sehingga si istri tidak
mendapatkan warisan karena perbedaan agama, kecuali kalau ternyata
si istri itu memiliki bukti-bukti yang lebih kuat, yang Qoth’i (pasti).
Adapun kalau sipembeli punya bukti yang sangat kuat sekali, yang
sangat yakin maka tentu sesuai dengan buktinya.
Kaidah mengatakan;
30
8. اﻷ ﺻﻞ ﻓﻲ اﻟﻌﺒﺎدات اﻟﺤﻈﺮ و ﻓﻲ اﻟﻌﺎدات اﻹﺑﺎﺣﺔ
Yang berhubungan dengan ibadah pada asalnya tidak boleh dan
yang berhubungan dengan adat kebiasaan maka pada asalnya itu
adalah boleh.
Masalah ibadah karena itu adalah hak Allah maka wajib menunggu
dalil dan perintah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Maka dari itu manusia pada asalnya tidak dibebani oleh ibadah.
sampai ada dalil yang menunjukkan bahwa itu diperintahkan oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Bila kita merasa ragu apakah ibadah ini bid'ah atau tidak? misalnya,
jangan kita lakukan dulu, sampai benar-benar ada dalil yang
menunjukan akan pensyariatannya.
31
Dalilnya Firman Allah pada surah Al-Baqoroh: 29
ِ ُھَﻮ ٱﻟﱠِﺬى َﺧﻠََﻖ ﻟَُﻜﻢ ﱠﻣﺎ ِﻓﻰ ٱْﻷ َْر
ض َﺟِﻤﯿﻌًﺎ
Dialah Allah yang telah menciptakan untuk kalian apa yang ada
dimuka bumi ini semuanya.
Allah mengatakan bahwa apa yang ada dimuka bumi ini pada asalnya
semuanya adalah untuk kalian, halal.
Berarti yang berhubungan dengan urusan dengan dunia pada asalnya
hukumnya halal, tidak boleh kita haramkan sampai ada dalil yang
mengharamkannya.
Dan ini menunjukkan akan keindahan islam dan kemudahan islam.
32
9. اﻷ ﺻﻞ ﻓﻲ اﻟﻜﻼم اﻟﺤﻘﯿﻘﺔ
Pada asalnya pada ucapan itu adalah dibawa kepada maknanya yang
hakiki.
Maka kalau misalnya ada seseorang berkata aku melihat singa. Maka
wajib kita pahami makna singa bahwa ia adalah binatang buas, tidak
boleh kita katakan ini kiasan.
Maksudnya singa ini adalah lelaki pemberani misalnya, karena tidak
ada dalil atau tidak ada indikasi yang menunjukkan kepada hal itu.
Beda kalau misalnya ada indikasi yang menunjukkan bahwa itu adalah
kiasan, seperti orang berkata aku melihat singa mengendarai kuda.
Tidak mungkin itu singa binatang buas tapi maksudnya tentunya
adalah laki-laki pemberani.
Maka dari itu semua yang Allah sampaikan dalam Al Quran dan
Hadits dan disampaikan oleh para sahabat dan para ulama dalam
kitab-kitab mereka, wajib kita pahami dulu sesuai dengan maknanya
yang asli (yang hakiki).
Tidak boleh dipalingkan kepada makna lain atau kita anggap itu
sebagai sebuah kiasan kecuali dengan dalil.
Kata mereka yang turun bukan Allah tapi yang turun adalah
rahmatNya.
33
Maka ini bathil, karena makna secara hakikinya bahwa yang turun itu
Allah ( ﯾَْﻨِﺰُل َرﺑﱡﻨَﺎRobb kita turun) atau makna secara hakiki.
Demikian pula orang yg menolak sifat tangan bagi Allah, kerena tidak
sesuai dengan akal katanya.
Demikian pula sifat-sifat yang lain, yang mereka tolak, karena tidak
sesuai dengan akal.
Selalu mereka membawanya kepada makna kiasan. Padahal kaidah
Ushul Fiqih mengatakan pada asalnya kita wajib membawa perkataan
Allah dan Rasulnya bahkan perkataan manusia secara umum kepada
maknanya yang hakiki.
34
10. ِإذا ﺗﻌﺬﱠرت اﻟﺤﻘﯿﻘﺔ ﯾﺼﺎر إﻟﻰ ﻣﺠﺎز
Apabila tidak bisa dibawa kepada makna yang hakiki maka dibawa
kepada makna yang majaz, yaitu kiasan.
Telah lewat bahwa ucapan Allah dan Rasulnya demikian pula ucapan
manusia harus dibawa kepada makna kepada maknanya yang hakiki.
Tidak boleh dipalingkan kepada makna lain kecuali dengan adanya
dalil atau adanya qorinah ()ﻗﺮﯾﻨﺔ.
Contoh;
Kalau ada orang berkata; Aku melihat singa mengendarai kuda.
Ini tidak mungkin dibawa kepada makna hakiki, pasti itu maknanya
adalah majazi. Maksudnya singa ini adalah seorang lelaki yang
pemberani.
Dan para ulama berbeda pendapat, apakah majaz atau kiasan itu ada
dalam bahasa arab atau tidak.Ini ada 3 pendapat;
1. Pendapat jumhur ulama, dari kalangan ahli ushul, ahli tafsir dan
para ahli fiqih, yaitu; bahwasannya majaz ada dalam bahasa arab.
2. Bahwa majaz tidak ada dalam bahasa arab sama sekali. Pendapat
Abu Ishaq Al Isfarayini, dan Abu Ali Al Farisi.
3. Bahwa majaz tidak ada dalam al quran walaupun ada dalam bahasa
arab. Tapi untuk al quran tidak ada sama sekali.
35
Dan pendapat terakhir yang di bela oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah ُ َرِﺣَﻤﮫُ ﷲdan muridnya Ibnu Qoyyim Al Jauziyah َُرِﺣَﻤﮫُ ﷲ.
Dan pendapat tsb yang dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Al
Amin Asy-Syinqithi. Dan tsb pendapat yang paling kuat.
Sesuatu yang tidak mungkin dibawa kepada makna hakiki itu ada 3
macam:
1. ﺗﻌﺬر ﺣﻘﯿﻘﻲKarena ada udzur secara hakiki hakekatnya.
Kalau ada orang yang berkata; Saya mewakafkan harta saya untuk
anak-anak saya. Dan ternyata dia tidak punya anak-anak (sudah
meninggal semua). Yang ada adalah cucunya.
Maka ini tidak mungkin dibawa kepada makna yang hakiki karena dia
sama sekali tidak punya anak yang masih hidup, adanya cucu-cucunya.
Maka pada waktu itu dibawa kepada majaz, maksudnya itu cucunya.
Seperti shalat pada asalnya secara bahasa artinya doa tapi secara syariat
shalat adalah ibadah yang sudah kita ketahui.
Maka kalau ada orang berkata; Saya mau shalat. Harus dibawa kepada
makna yang syar’i, bukan maknanya yang hakiki secara bahasa arab.
36
11. إذا ﺗﻌﺬر ِإﻋﻤﺎل اﻟﻜﻼِم ﯾُﮭَﻤُﻞ
Apabila suatu ucapan tidak mungkin untuk diamalkan maka pada
waktu itu tidak dianggap.
Contoh;
Kalau ada orang mengaku kalau dia bapaknya sifulan, padahal sifulan
jauh lebih tua dari dirinya, maka yang seperti ini tidak dianggap karena
itu mustahil.
37
12. ﻻ ﻋﺒﺮة ﺑﺎﻟﺪﻻﻟﺔ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ اﻟﺘﺼﺮﯾﺢ
Dalaalah tidak dianggap apabila bertabrakan dengan tasrih.
Tasrih adalah lafadz yang mempunyai makna jelas, dan tegas dimana
dia tidak mengandung makna yang lainnya.
Contoh;
Tadi dalaalah adalah kalau ada orang misalnya masuk rumah
seseorang. Dan yang punya rumah diam saja, (tidak melarang) itu
artinya tandanya dia mengizinkannya.
Tapi kalau sipemilik rumah berkata; tidak boleh masuk rumah, maka
ini jelas shorih tegas melarangnya, maka dalaalah tidak digunakan.
Sesuatu yang tegas dan jelas itu lebih didahulukan daripada kebiasaan.
Contoh;
Orang yang mengingkari, dia menjimai istrinya yang ditalak secara
roj'i (talak rujuk)atau ia merujuknya dimasa iddah.
Lalu dia berkata aku tidak menjimainya, atau aku tidak merujuknya.
Padahal ia menjimainya, maka pada waktu itu dalaalah syariat lebih
didahulukan, dimana anaknya hasil daripada jima’ nya tersebut
dinisbatkan kepada dia, apabila telah lewat 6 bulan.
Adapun dia mengatakan saya tidak menjimainya, maka pada waktu itu
tertolak.
38
13. ﻻ ﯾﻨﺴﺐ ﻟﺴﺎﻛﺖ ﻗﻮل وﻟﻜﻦ اﻟﺴﻜﻮت ﻓﻲ ﻣﻌﺮض اﻟﺤﺎﺟﺔ إﻟﻰ اﻟﺒﯿﺎن ﺑﯿﺎن
Tidak boleh dinisbatkan suatu perkataan atau pendapat kepada
orang yang diam.
Adapun:
▪1. Diam sama sekali.
Bukan dalam rangka untuk memberikan pengaruh syariat dan yang
lainnya. Maka yang seperti ini tidak boleh dinisbatkan kepadanya
suatu perkataan ataupun pendapat.
Contoh;
Apabila seseorang menjual harta orang lain. Dan orang tersebut atau
orang yang pemiliknya meihatnya, namun ia diam saja.
Maka apakah itu menunjukkan dia ridho?
Jawab:
Tidak. Karena bisa jadi diamnya itu karena ternyata orang yang
menjualnya memaksa dan mengancam, akhirnya dia diam karena
takut. Atau karena bisa jadi diamnya merasa heran dengan
perbuatannya.
39
Apakah berarti itu menunjukkan bahwa dia memaafkan hutangnya?
Tentu tidak.
Bisa jadi diamnya karena melihat keadaan si mayat tersebut atau si
orang tersebut yang sedang sakit. Takut menyakitinya atau takut
membuat bertambah pikiran dan yang lainnya.
Maka yang seperti ini tidak bisa dikatakan orang yang diam itu
menunjukkan dia telah memaafkan.
Contoh;
Diamnya Nabi ﷺdari adzan dan iqomah untuk shalat Ied.
Artinya;
Nabi ﷺtidak menyuruh Bilal untuk adzan dan iqomah untuk shalat
Ied.
Nabi ﷺdiam, itu menunjukkan bahwa itu memang tidak disyariatkan.
Maka diam seperti ini kalau tujuannya adalah untuk sebuah
pensyariatan atau persetujuan itu sama dengan menjelaskan.
40
14. ﻻ ﻋﺒﺮة ﻟﻠﺘﻮھﻢ
Waham tidak dianggap
Contoh;
Kalau ada orang shalat menghadap ke selain kiblat karena dia tidak
berusaha untuk mencarinya, sebatas waham saja. Dia mengira bahwa
mungkin ini arah kiblat tanpa ada kesungguhan untuk mencari
terlebih dahulu.
Maka shalatnya tidak sah karena kewajiban dia adalah bersungguh-
sungguh dulu mencari sampai kepada dugaan yang kuat. Apabila ada
dugaan yang kuat baru dia lakukan. Kalau ternyata salah maka
shalatnya tidak batal atau tidak berpengaruh, tetap sah.
41
15. اﻻﺣﺘﻤﺎل اﻟﺮاﺟﺢ
Kemungkinan kuatnya sebuah perkiraan.
Contoh;
Kalau seseorang menyangka dia masih diatas wudhu lalu ia shalat,
setelah shalat baru ingat kalau dia sebetulnya sudah berhadas.
Maka sangkaan ini tidak dianggap dan dia wajib mengulangi wudhu
dan shalatnya. Demikian pula apabila ia shalat menggunakan baju.
Bahwasanya ia menyangka bajunya itu suci, namun ditengah shalat ia
ingat bahwasanya bajunya najis. Maka harus dia batalkan dan dia
mengulangi shalatnya.
42
Adapun kalau misalnya dia lupa kalau dibajunya ada najis, kemudian
baru ingat setelah selesai sholat, maka yang seperti ini dimaafkan, dan
sholatnya sah.
Khilaf para ulama apakah sah atau tidak puasanya atau wajib
mengqodhonya.
Pendapat yang rojih: sah.
Kenapa?
Karena dia sudah mengamalkan kaidah lain yaitu;
اﻟﺒﻘﺎء ﻣﺎ ﻛﺎن ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻛﺎن
Pada asalnya malam masih ada. Maka saat itu puasanya sah.
43
Kaidah 3
اﻟﻤﺸﻘﺔ ﺗﺠﻠﺐ اﻟﺘﯿﺴﯿﺮ
(Kesulitan itu mendatangkan kemudahan)
Seperti misalnya:
44
Dalil-dalil kaidah ini:
1. QS Al-Baqarah: 185
ﯾُِﺮﯾﺪُ ٱﱠ§ُ ِﺑُﻜُﻢ ٱْﻟﯿُْﺴَﺮ َوَﻻ ﯾُِﺮﯾﺪُ ِﺑُﻜُﻢ ٱْﻟﻌُْﺴَﺮ
Allah mengiginkan kemudahan untuk kalian dan tidak menginginkan
kesulitan untuk kalian
2. QS Al Baqarah: 286
ﺴﺎ ِإﱠﻻ ُوْﺳﻌََﮭﺎ ُ َّﻻ ﯾَُﻜ ِﻠ
ً ﻒ ٱﱠ§ُ ﻧَْﻔ
Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya
3. QS An-nisa: 28
ﺿِﻌﯿﻔًﺎ
َ ﺴُﻦ َ ّﯾُِﺮﯾﺪُ ٱﱠ§ُ أ َن ﯾَُﺨ ِﻔ
َ ٰ ﻒ َﻋﻨُﻜْﻢ ۚ◌ َوُﺧِﻠَﻖ ٱ ْ ِﻹﻧ
Allah ingin memberikan keringanan untuk kalian dan manusia
diciptakan dalam keadaan lemah.
4. QS Al-Maidah: 6
َ َُﻣﺎ ﯾُِﺮﯾﺪُ ٱﱠ§ُ ِﻟﯿَْﺠﻌََﻞ َﻋﻠَْﯿُﻜﻢ ِّﻣْﻦ َﺣَﺮجٍ َو ٰﻟَِﻜﻦ ﯾُِﺮﯾﺪُ ِﻟﯿ
ﻄِّﮭَﺮُﻛْﻢ َوِﻟﯿُِﺘﱠﻢ ِﻧْﻌَﻤﺘ َ ۥﮫُ َﻋﻠَْﯿُﻜْﻢ ﻟَﻌَﻠﱠُﻜْﻢ
ﺗ َْﺸُﻜُﺮوَن
Allah tidak ingin menjadikan untuk kalian sesuatu yang memberatkan,
akan tetapi Allah ingin mengsucikan kalian dan menyempurnakan
nikmatNya atas kalian agar kalian bersyukur.
45
5. QS Al-Hajj: 78
ٍ ۚ◌ َوَﻣﺎ َﺟﻌََﻞ َﻋﻠَْﯿُﻜْﻢ ِﻓﻰ ٱﻟ ِﺪّﯾِﻦ ِﻣْﻦ َﺣَﺮ
ج
Allah tidak menjadikan untuk kalian dalam agama ini sesuatu yang
memberatkan.
📚Nabi ﷺbersabda;
ُﺸﺎدﱠ اﻟِﺪّﯾَﻦ أ ََﺣﺪٌ ِإﱠﻻ َﻏﻠَﺒَﮫ
َ ُ َوﻟَْﻦ ﯾ،ِإﱠن اﻟِﺪّﯾَﻦ ﯾُْﺴٌﺮ
Sesungguhnya agama ini mudah dan tidak ada yang memberat-
beratkannya kecuali akan kalah
[ HR. Bukhari ].
Kesulitan seperti apa yang dimaksud. Demikian pula kemudahan seperti apa
yang dimaksud dalam kaidah ini?
46
Maka kesulitan yang seperti ini tidak meniadakan pembebanan ibadah
dan tidak mengharuskan adanya keringanan. Karena kesulitan seperti
ini mampu dilakukan.
Yang berpengaruh itu yang pertama, itu kesulitan yang besar. Jadi ini
yang dimaksud dengan kesulitan
Rukhsah
1.رﺧﺼﺔ ِإﺳﻘﺎط
; رﺧﺼﺔKeringanan
;ِإﺳﻘﺎطMenggugurkan
Seperti mengugurkan ibadah ketika ada udzur.
47
Contoh:
Wanita haid dan nifas tidak boleh shalat, tidak boleh puasa.
Digugurkan ibadah tersebut dari mereka.
2.رﺧﺼﺔ ﺗﻨﻘﯿﺺ
Rukhsah mengurangi.
3.رﺧﺼﺔ ِإﺑﺪال
Rukhsah atau keringanan pengganti.
Mengganti ibadah dengan ibadah yang lain yang lebih ringan.
Contoh:
Ketika tidak ada air maka boleh diganti dengan tayamum.
4.رﺧﺼﺔ ﺗﻘﺪﯾﻢ
Rukhsah mendahulukan.
Contoh;
§ Menjamak dzuhur dan ashar diwaktu dzuhur, disebut jamak
taqdim.
§ Boleh mengeluarkan zakat apabila belum sampai haul namun
telah sampai nishab.
§ Boleh mendahulukan zakat fitri sebelum waktunya di bulan
ramadhan.
§ Demikian pula boleh membayar kafarat sebelum melanggar
sumpah.
5.رﺧﺼﺔ ﺗﺄﺧﯿﺮ
Rukhsah mengakhirkan.
Contoh;
§ Mengakhirkan menjamak antara maghrib dan isya di Muzdalifah
diwaktu isya.
§ Mengakhirkan puasa ramadhan untuk musafir dan haid dengan
cara mengqadhanya diwaktu lain.
48
6.رﺧﺼﺔ اﺿﻄﺮار
Rukhsah yang sifatnya darurat.
7.رﺧﺼﺔ ﺗﻐﯿﯿﺮ
Rukhsah merubah.
Pembagian Rukhsah
🔸Makan bangkai saat tidak ada makanan lagi. dimana jika kita tidak
memakannya, menyebabkan kita meninggal dunia, maka wajib kita
memakan bangkai, karena membinasakan diri sendiri itu hukumnya
haram.
🔸 Atau Bagi orang yang sakit, dan berat baginya berpuasa maka
disunnahkan ia berbuka.
49
3. Rukhsah yang mubah dilakukan. Seperti:
🔸 Jual beli salam yaitu: kita memesan barang, misalnya kita pergi
ketukang kusen, kemudian kita pesan barang dengan jenis begini dan
begitu, dan sifat begini dan begitu, kemudian kita bayar diawal, baru
kemudian barangnya nanti akan datang.
Tayammum ketika ada air, tapi air tersebut yang dijual dengan harga
yang lumayan mahal, maka pada waktu itu tidak mengapa ia tayamum.
Bahkan sebagian ulama mengatakan lebih baik ia tayammum.
✏ Kata Beliau:
50
Sebab-sebab adanya keringanan
1. Safar
Dan terjadi ikhtilaf diantara para ulama tentang batasan safar, menjadi
pendapat yang sangat banyak sekali, namun yang paling kuat adalah,
bahwa tidak ada batasannya dan dikembalikan kepada kebiasaan
setempat. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Taymiyah Rahimahullah.
3. Adanya paksaan
Yaitu dipaksa: dimana tidak ada lagi pilihan selain melakukannya.
Jika tidak maka ia ditimpa mudhorot besar, baik pada tubuhnya,
hartanya, ataupun yang lainnya.
Disebutkan para ulama dalam kitab-kitab ushul Fiqh
4. Lupa
Seseorang lupa maka dimaafkan
sebagaimana Allah ﷻberfirman, Qs. Al-Baqarah: 286
ﻄﺄ ْﻧَﺎ
َ ۚ◌ َرﺑﱠﻨَﺎ َﻻ ﺗ َُﺆاِﺧْﺬﻧَﺂ ِإن ﻧﱠِﺴﯿﻨَﺂ أ َْو أ َْﺧ
Wahai Rabb kami jangan berikan sangsi kepada kami, jika kami lupa
atau salah tidak sengaja.
Apa itu bodoh yang tidak bisa dijadikan alasan? yaitu orang yang jahil
terhadap Allah dan tidak mau belajar. Tidak mau belajar tentang siapa
Rabbnya, tentang apa hak Allah, berupa Tauhid dan menjauhi
51
kesyirikan, dia tidak mau belajar, maka kebodohan seperti ini tidak
dimaafkan.
Namun kalau misalnya tidak mau belajar juga dan sengaja tidak mau
belajar tetap saja tidak bisa dimaafkan.
Jadi intinya adalah kalau dia memang tidak mau belajar, memang
sengaja tidak mau belajar maka bodohnya tidak dimaafkan. Adapun
kalau dia tidak meremehkan menuntut ilmu dan dia terus belajar pada
perkara-perkara yang ia tidak tahu, maka ini dimaafkan.
52
Cabang kaidah اﻟﻤﺸﻘﺔ ﺗﺠﻠﺐ اﻟﺘﯿﺴﯿﺮ
Maka saat itu dia harus atau mubah untuk melakukan perkara yang
haram atau meninggalkan yang wajib atau mengakhirkan dari
waktunya untuk menghindari mudharat yang akan menimpanya
tersebut.
Secara dugaan yang kuat bahwa itu akan terjadi dan akan menimpa
dirinya, jika ia tidak melakukan yang haram tersebut.
Kalau masih ada alternatif lain yang lain, yang halal maka tidak boleh
ia melakukan yang haram itu.
53
4. Tidak bertabrakan dengan dasar-dasar syariat islam.
Seperti misalnya kalau kita diancam dibunuh dan kita dipaksa untuk
membunuh orang lain.
Maka apakah boleh kita membunuh orang lain karena kita akan
dibunuh?
Jawab: Haram
Karena islam sangat menjaga hak-hak orang lain. Maka lebih baik kita
yang dibunuh daripada orang lain yang dibunuh.
54
Kemudian diantara dalilnya juga, Allah ﷻberfirman dalam surat An-
Nahl ayat 106;
ْ َﻣْﻦ َﻛﻔََﺮ ِﺑﺎﱠ§ِ ِﻣۢﻦ ﺑَْﻌِﺪ ِإﯾٰﻤِﻨ ِٓۦﮫ ِإﱠﻻ َﻣْﻦ أ ُْﻛِﺮهَ َوﻗَْﻠﺒُ ۥﮫُ ُﻣ
ﻄَﻤِﺌﱞﻦۢ ِﺑﺎ ْ ِﻹﯾٰﻤِﻦ
Siapa yang kafir kepada Allah setelah keimanannya kecuali orang yang
dipaksa sedangkan hatinya tenang dengan keimanan.
Dimana ayat ini turun tentang kisah Ammar bin Yasir yang disiksa
dan dipaksa untuk mengucapkan kata-kata kufur.
َ ق اﻷ َْﻣُﺮ اﺗ ﱠ
2. ﺴَﻊ َ ِإذَا
َ ﺿﺎ
Apabila perkara itu sempit maka menjadi luas
55
Apabila kalian bersafar dimuka bumi tidak mengapa kalian untuk
men-qashar sholat, jika kalian takut untuk difitnah oleh orang-orang
kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata
bagi kalian.
Qs An-Nisa: 103
ﺖ َﻋﻠَﻰ ٱْﻟُﻤْﺆِﻣِﻨﯿَﻦ ِﻛ ٰﺘ َﺒًﺎ ﱠﻣْﻮﻗُﻮﺗ ًﺎ طَﻤﺄ ْﻧَﻨﺘ ُْﻢ ﻓَﺄ َِﻗﯿُﻤﻮ۟ا ٱﻟ ﱠ
ﺼﻠَٰﻮة َ ۚ◌ ِإﱠن ٱﻟ ﱠ
ْ َﺼﻠَٰﻮة َ َﻛﺎﻧ ْ ﻓَﺈِذَا ٱ
Tapi apabila kalian telah menjadi tenang (telah aman), maka dirikanlah
sholat.
Sesungguhnya sholat itu atas kaum mukminin sebuah kewajiban yang
telah ditentukan waktunya.
🔸 Misalnya Apabila ada orang yang berhutang dan susah untuk bayar
hutangnya karena ketidakmampuan maka ia diberikan keringanan,
dengan cara diundurkan waktu pembayarannya. Jika setelah waktu
pembayarannya datang dan belum mampu juga maka hendaklah
dibantu untuk membayarkannya secara cicil.
Dan kalau ternyata kesulitan itu sudah hilang maka pada waktu itu dia
tidak boleh untuk mengambil keringanan lagi, kalau ternyata kesulitan
itu telah tidak ada.
56
4. ﻣﺎ أﺑﯿﺢ ﻟﻠﻀﺮورة ﯾﺘﻘﺪر ﺑﻘﺪرھﺎ
Apa-apa yang dibolehkan karena darurat, maka boleh mengambilnya
sekedarnya
57
Praktek kaidah yang kita bahas ini adalah, diantaranya:
§ orang yang lapar dan tidak mendapatkan makanan yang halal,
setelah ia cari yang ada adalah makanan yang haram, boleh ia
memakannya sekedar mengisi perutnya saja, tidak berlebih-
lebihan.
§ Seorang dokter boleh melihat aurat orang yang berobat sesuai
dengan kebutuhannya saja.
§ Seorang wanita tidak boleh berobat kepada dokter laki-laki
selama masih ada dokter perempuan, karena keadaannya tidak
darurat.
§ Demikian pula orang yang ingin meminang wanita boleh ia
melihatnya (nadzor) sesuai dengan kebutuhannya.
§ Luka boleh diplester sekedarnya kalau memang itu ada pada
anggota wudhu, tidak lebih. akan tetapi sesuai dengan kadarnya
saja.
§ Dan contoh-contoh yang lainnya.
Contoh;
Tayamum dengan tanah akibat ada udzur sakit atau karena sangat
dingin. Maka ketika sakit telah sembuh atau dingin telah hilang, maka
tidak boleh tayamum.
Ketika safar telah selesai maka tidak boleh lagi mengqashar, telah
kembali ketempatnya.
58
Demikian pula orang yang safar boleh berbuka puasa, demikian pula
orang yang sakit, karena adanya udzur. Tapi ketika udzur ini, safar
atau sakit ini telah hilang, maka wajib dia berpuasa ramadhan.
Orang yang shalatnya isyarat karena sakit misalnya, maka ketika sakit
itu telah hilang, maka tidak boleh lagi shalat dengan sebatas isyarat,
harus sempurna.
Wanita yang sedang masa iddah boleh keluar rumah bila ada udzur
(keperluan), seperti mencari nafkah karena tidak ada yang menafkahi
misalnya.
Namun ketika udzur itu telah hilang karena ada yang mencukupinya
misalnya maka tidak boleh ia keluar rumah selama masa iddahnya
tersebut.
Hajat adalah; Sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia namun tidak sampai
kepada derajat darurat.
Contoh;
Jual beli salam (Uang dulu barangnya nanti.)
59
Ini dibolehkan padahal barangnya tidak ada. Sementara pada asalnya
menjual sesuatu yang tidak ada itu tidak boleh. Namun ketika dibutuhkan
maka itu diperbolehkan.
Seperti halnya kita misalnya memesan suatu barang, dimana kita bayar
dulu baru barangnya datang setelah itu.
Adanya Khiyar.
Pilihan dalam akad jual beli.
Dan ini sangat dibutuhkan karena misalnya agar dia tidak tertipu atau
memberikan kesempatan untuk berpikir dan yang lainnya.
Ketika gelas kita patah lalu kita sambung dengan menggunakan perak.
Demikian bolehnya wanita haid dan junub untuk masuk mesjid ketika
ada kebutuhan.
Demikian pula bolehnya laki-laki memakai baju terbuat dari sutra untuk
pengobatan sakit gatal-gatal dan contoh-contoh yang lainnya.
60
7. اِﻻﺿِﻄَﺮاُر ﻻ ﯾُﺒِﻄُﻞ َﺣﻖ اﻟﻐَﯿﺮ
Bahwa Terpaksa itu tidak membatalkan hak orang lain.
2. Paksaan yang sifatnya masih ada pilihan atau kurang, yaitu ancaman
dengan perkara yang tidak memberikan mudhorot kepada jiwanya.
Seperti diancam dengan dipenjara, atau diikat, atau dipukul tetapi dengan
pukulan yang tidak membuatnya cedera.
(Maka paksaan seperti ini tidak dianggap)
Contoh;
Orang yang terpaksa harus makan makanan milik orang lain karena
sangat lapar, tidak ada makanan yang lain, maka dia boleh mengambilnya
namun ia wajib menggantinya.
61
8. اﻟﻤﯿﺴﻮر ﻻ ﯾﺴﻘﻂ ﺑﺎﻟﻤﻌﺴﻮر
Sesuatu yang mudah tidak menjadi gugur dengan sesuatu yang sulit.
1. Orang yang tidak mampu haji secara badan, tapi ia punya uang.
Maka dia wajib untuk berhaji dengan uangnya.
Yaitu dengan cara menyuruh orang lain untuk menghajikan
dirinya.
2. Orang tua renta yang tidak mampu untuk berpuasa, namun mampu
untuk memberi makan, maka dia wajib memberi makan fakir miskin
setiap harinya.
3. Orang yang sakit dan tidak mampu menggunakan air, maka ia sama
dengan tidak mendapatkan air. Pada waktu itu ia boleh tayammum.
62
Kaidah 4
اﻟﻌﺎدة ُﻣَﺤﱠﻜﻤﺔ
(Adat kebiasaan itu bisa dijadikan patokan hukum)
Dalil daripada kaidah ini dari Al Quran dan Hadits. Adapun Al Quran
itu banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk menjadikan atau
kembali kepada ‘Urf (kebiasaan setempat) yang ada di masyarakat.
Artinya;
Sesuatu kebiasaan sebuah masyarakat bahwa itu adalah perkara yang
ma’ruf selama tidak bertabrakan dengan syariat.
ض َﻋِﻦ اْﻟٰﺠِﮭِﻠﯿَﻦ
ْ َوأ َْﻋِﺮ
Dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.
Adapun dasar dari sunnah , diantara dalil yang dijadikan hujjah oleh para
ulama yaitu hadits;
ﺣﺴﻦWﻣﺎ رآه اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﺣﺴﻨﺎ ً ﻓﮭﻮ ﻋﻨﺪ ﱣ.
Apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik maka disisi Allah itu baik,
namun hadits ini tidak shahih secara marfu’.
63
Dalil hadits yang shahih yaitu yang dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari
dalam shahihnya. Dari ‘Aisyah ;رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﺎ
64
2. أن ﯾﻜﻮن اﻟﻌﺮف اﻟﻤﺮاد ﺗﺤﻜﯿﻤﮫ ﻓﻲ اﻟﺘﺼﺮ ﻓﺎت ﻗﺎﺋﻤﺎ ً ﻋﻨﺪ ِإﻧﺸﺎﺋﮭﺎ
Bahwa kebiasaan atau adat istiadat tersebut sudah ada sebelumnya.
Maka apabila adat istiadat bertabrakan dengan dalil (dengan Nash) maka
tidak boleh diamalkan. Wajib kita lebih mendahulukan dalil.
Contoh;
Apabila ada sebuah kebiasaan di masyarakat dalam akad jual beli,
biasanya ada syarat tertentu. Tapi kemudian terjadi akad dan mereka
tegas mengatakan tidak ada syarat tersebut.
Maka pada waktu itu, ucapan yang tegas lebih didahulukan daripada
kebiasaan.
65
Keadaan Urf atau kebiasaan dihadapan Nash-Nash syariat:
Maka pada waktu itu kata beliau, Urf seperti ini tidak boleh diamalkan.
Yang wajib diambil adalah Nash
Kecuali, kata beliau apabila Nash itu bersandarkan kepada Urf.
Maka pada waktu itu boleh menggunakan Urf.
Ini merupakan sesuai Urf yang ada di jaman Nabi ﷺ, Dan bisa berubah
sesuai dengan keadaan Urf yang ada.
Kalau ternyata disuatu tempat Urfnya adalah seorang gadis itu
menyatakan keridhaannya dengan ucapan maka pada waktu itu bisa
dipakai.
2. Urf atau adat istiadat itu bertabrakan dengan Nash yang bersifat umum,
dan Urf juga sifatnya umum.
Maka pada waktu itu kita amalkan dua-duanya, dalam artian bahwa Nash
yang bersifat umum ini dikhususkan dengan Urf.
66
Contoh;
Nabi ﷺmelarang menjual sesuatu yang bukan miliknya, namun para
Fuqaha membolehkan jual beli instishna, padahal jual beli istishna masuk
dalam kategori menjual sesuatu yang ia tidak miliki.
Akan tetapi karena sudah menjadi keumuman manusia melakukannya,
para ulama, kemudian mengecualikannya.
Maka pada waktu itu tidak boleh Urf seperti ini menghususkan dalil yang
sifatnya umum.
3. Apabila Urf itu baru ada setelah adanya nash yang bertabrakan dengan
Urf tersebut.
Maka kata beliau Urf yang baru ada ini tidak boleh dijadikan sebagai dalil
atau patokan hukum dan tidak boleh diamalkan.
67
Sesuatu yang menurut ‘Urf setempat itu perkara yang bermanfaat dan
dianggap harta , maka ia termasuk harta.
Dan tentunya ‘Urf sesuatu kaum berbeda-beda dari satu kaum ke kaum
yang lainnya.
Seperti masalah;
- Ijarah sewa menyewa.
- Demikian pula wakaf.
- Demikian pula pemberian hak minum.
- Lalu lalang.
- Dan lainnya.
Itu juga batasannya dikembalikan kepada ‘Urf , kepada adat kebiasaan.
68
Cabang kaidah اﻟﻌﺎدة ُﻣَﺤﱠﻜﻤﺔ
Contoh;
Ketika manusia memakai pakaian- pakaian. Maka pakaian tersebut
disesuaikan dengan ‘Urf daerah masing-masing.
Kecuali kalau pakaian itu jelas-jelas tidak sesuai dengan perintah syariat ,
seperti membuka aurat atau sangat sempit dan yang lainnya.
69
2. ﺗﻌﺘﺒﺮ اﻟﻌﺎدة ِإذا اطﺮدت أو ﻏﻠﺒﺖ
Adat Istiadat itu dipakai kalau itu tersebar luas atau kebanyakan.
Contoh;
Bahwa kebanyakan anak kecil dia belum bisa menggunakan uang,
walaupun ada satu atau dua tapi itu jarang. Demikian pula anak kecil
kebanyakan mumayyiz umur 7 tahun. Kalau ada yang mumayyiz umur 6
tahun atau 5 tahun itu jarang.
Demikian pula yang namanya wanita hamil rata-rata 9 bulan. Kalau ada
yang kemudian melahirkan misalnya pada 6 bulan , itu jarang terjadi.
Namun terkadang perkara yang jarang dalam syariat islam itu lebih
diutamakan daripada yang sering terjadi.
Karena ada maslahat yang lebih besar misalnya, atau untuk memberikan
kemudahan misalnya, atau karena ada darurat misalnya, atau karena ada
kaidah-kaidah yang menunjukkan akan pembolehannya.
70
Sebuah contoh kata beliau;
Orang yang berjalan di jalan-jalan , itu tidak lepas dari yang namanya najis.
Namun diperbolehkan seseorang shalat dengan menggunakan khuf,
apabila dia tidak merasakan yakin terkena najis.
Padahal seringkali yang ada di jalan-jalan itu ada najis. Tapi yang sering
ini tidak dilihat untuk memberikan kemudahan.
71
4. َﻻ ﯾُْﻨَﻜُﺮ ﺗ َﻐَﯿﱡُﺮ اﻷ َْﺣَﻜﺎُم ِﺑﺘ َﻐَﯿﱡِﺮ اﻷ َْزِﻣﻨَِﺔ َواﻷ َْﻣِﻜﻨَِﺔ َواﻷ َْﺣَﻮاِل
Tidak boleh diingkari perubahan hukum akibat berubahnya zaman,
tempat, dan keadaan.
Yaitu yang berhubungan dengan perkara yang tidak ada nashnya, dan itu
berhubungan dengan kebiasaan atau adat, suatu tempat dimana adat
tersebut menjadi illatnya, menjadi alasannya, maka tentu akan berubah
sesuai dengan keadaan dan tempat.
Oleh karena itu, Beliau mengatakan bahwa bunyi kaidah ini yang lebih
bagus, adalah;
َﻻ ﯾﻨﻜﺮ ﺗﻐﯿﺮ اﻷﺣﻜﺎم اﻟﻤﺒﻨﯿﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺼﻠﺤﺔ واﻟﻌﺮف ﺑﺘﻐﯿﺮ اﻷزﻣﻨﺔ واﻷﻣﻜﻨﺔ واﻷﺣﻮال
واﻷﻋﺮاف واﻟﻌﻮاﺋﺪ
Tidak boleh diingkari perubahan hukum yang didasarkan kepada
maslahat dan adat kebiasaan karena akibat perubahan waktu, tempat,
keadaan, demikian pula perubahan adat istiadat.
72
Hal-hal menyebabkan perubahan hukum itu ada 3;
1. Rusaknya Akhlak
Contoh;
Di zaman Nabi ﷺNabi ﷺmelarang para sahabat untuk melarang wanita
pergi ke mesjid.
Nabi ﷺbersabda;
ﻻ ﺗﻤﻨﻌﻮا إﻣﺎء ﷲ
Jangan kalian larang para wanita untuk pergi kemesjid.
Contoh lagi;
bolehnya mengunci mesjid di zaman sekarang karena banyaknya
pencurian.
Contoh;
Karena berbedanya kemajuan zaman seperti misalnya; bentuk rumah
dizaman dahulu itu sama saja. Dari sisi luasnya dan yang lainnya.
Sedangkan dizaman sekarang rumah itu berbeda-beda bentuknya.
73
3. Perbedaan keadaan
Contoh;
Yang berubah karena adanya keadaan sebuah hadits Nabi ﷺBeliau
bersabda;
Siapa yang berqurban diantara kalian, maka tidak boleh setelah 3 hari
masih tersisa daging.
74
Bahwa ini semua kaidah ini disyaratkan tidak bertabrakan dengan syariat
dan kaidah-kaidahnya.
Demikian pula syarat ini sesuatu yang memang telah menjadi kebiasaan
disebuah masyarakat.
Contoh;
Kalau ada orang yang jual beli tanpa menyebutkan harga, namun
dimasyarakat tersebut sudah maklum.
Dan sudah diketahui harganya.
Maka yang sudah maklum tersebut dan menjadi kebiasaan dimasyarakat
itulah yang menjadi patokan.
Dan Kaidah ini adalah kaidah yang diikhtilafkan oleh Para Ulama
75
Contoh;
Jika ada orang yang menyewa sebuah rumah, kemudian ia pun menyewa
tanpa ada kesepakatan berapa harganya, maka pada waktu itu
dikembalikan kepada kebiasaan yang ada.
berapa sewanya tersebut.
8. اﻟﻜﺘﺎب ﻛﺎﻟﺨﻄﺎب
اﻹﺷﺎرة اﻟﻤﻌﮭﻮدة ﻣﻦ اﻷﺧﺮس ﻛﺎﻟﺒﯿﺎن ﺑﺎﻟﻠﺴﺎن
Tulisan itu sama dengan pembicaraan dan isyarat yang bisa dipahami
dari orang yang bisu, sama dengan penjelasan dengan lisan.
76
Kata Ibnu Qoyyim ;رﺣﻤﮫ ﷲ
ﻓﻤﻦ ﻋﺮف ﻣﺮاد اﻟﻤﺘﻜﻠﻢ ﺑﺪﻟﯿﻞ ﻣﻦ اﻷدﻟﺔ وﺟﺐ اﺗﺒﺎع ﻣﺮاده
Siapa yang mengetahui maksud pembicaraan orang yang berbicara
dengan adanya bukti-bukti, maka wajib mengikuti keinginannya.
Maka apabila tampak apa yang diinginkan oleh dia dengan jalan yang lain.
Baik dengan isyarat atau tulisan ataupun bukti yang sifatnya akal , atau
bukti yang sifatnya keadaan atau kebiasaan. Maka pada waktu itu diterima.
Seperti halnya kita lihat dizaman sekarang banyak terjadi akad dengan
berdasarkan tulisan di faktur dan yang lainnya , sebagai penguatan.
9. اﻟﻜﺘﺎب ﻛﺎﻟﺨﻄﺎب
Tulisan itu sama dengan pembicaraan.
1. Tulisan yang tidak eksis dan tidak jelas seperti menulis di udara atau di
air. Maka yang seperti ini tidak dianggap.
2. Tulisan yang eksis , yang tertulis dikertas atau semacamnya. Maka yang
seperti ini yang dianggap.
77
3. Tulisan yang sifatnya surat menyurat sesuai dengan tentunya adat
kebiasaan manusia.
Kemudian kata beliau , bahwa yang dimaksud dengan tulisan disini dalam
kaidah tersebut adalah;
Kemudian kata beliau apabila tulisan tersebut , 2 orang yang berakad itu
hadir ditempat akad. Kemudian yang satu menulis bahwa dia membeli
ini dan itu, lalu menyerahkan uang , kemudian yang satu menulis bahwa
dia menerima.
Maka ini diperbolehkan atas pendapat yang rojih dari pendapat para
fuqoha.
Adapun kalau misalnya sifatnya tidak boleh tempo , seperti emas dengan
emas atau perak dengan emas, dimana harus disitu ﯾَﺪًا ِﺑﯿٍَﺪharus terjadi
akad langsung, tangan ke tangan.
Maka yang seperti ini surat menyurat yang apabila itu menyebabkan
akhirnya malah tempo pembayarannya. Maka seperti ini tidak boleh.
78
Dikecualikan oleh para ulama yaitu masalah akad nikah.
Akad Nikah tidak sah sebatas surat menyurat , sebatas menulis namun
harus diucapkan. Karena disyaratkan padanya 2 saksi. Dan saksi ini harus
melihat dan mendengar.
Akad jual beli yang memang diwajibkan padanya saksi yang si saksi itu
betul-betul melihatnya , mendengarnya. Maka yang seperti ini pun juga
sama.
Kesimpulan;
• Tulisan itu sama dengan ucapan didalam mengungkapkan jual beli.
• Demikian pula dalam talak dan yang lainnya kecuali padanya
sebagaimana kita sebutkan tadi, kecuali pernikahan. Maka tidak
boleh sebatas tulisan.
79
Adapun dari sunnah diantaranya hadist riwayat Abu Dawud Hadist dari
Ibnu Umar رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫbahwa Nabi ﷺbersabda
ﺸْﮭُﺮ َھَﻜﺬَا وَھَﻜﺬَا
اﻟ ﱠ،ﺐ ُ ُ ﻻ ﻧَْﻜﺘ،ٌإﻧﱠﺎ أ ُﱠﻣﺔٌ أ ُِّﻣﯿﱠﺔ.
ُ ﺐ وَﻻ ﻧَْﺤ
ُ ﺴ
Sesungguhnya kami ini umat yang tidak bisa membaca dan menulis dan
tidak pula bisa menghitung. Bulan itu segini, segini, segini, sambil
berisyarat dengan jari-jarinya, yaitu 29 dan 30.
Al Khatabi berkata:
Hadist ini menunjukkan bahwa isyarat itu sama dengan menjelaskan
dengan lisan.
Karena secara Urf kebiasaan bahwa gerakan yang bisa dipahami dari
orang yang bisu, bisa kedudukannya sama dengan penjelasan dengan
lisan, demikian pula secara akal.
80
Kaidah 4
ِ َﺿَﺮَر َوﻻ
ﺿَﺮاَر َ َﻻ
Tidak boleh melakukan mudharat, dan tidak
boleh membalas mudharat dengan mudharat.
Kaidah ini masuk dalam banyak sekali dalam perkara bab Fiqh;
Þ Dalam masalah jual beli;
Apabila pembeli mendapatkan aib maka boleh mengembalikannya.
Þ Demikian pula adanya khiyar:
o Seperti khiyar majlis.
o khiyar aib
o Atau khiyar Ghobn
o Dan yang lainnya, dalam jual beli.
81
Þ Demikian pula adanya Hijr atau hajr yaitu:
Þ Dibatasi pengunaan uang bagi mereka yang berhutang atau yang
sejenisnya, untuk supaya menjaga harta orang lain.
Þ Diantaranya adanya Qishas
Þ Demikian pula adanya penegakan hukuman hadd, Baik hadd berupa
potong tangan, ataupun rajam, dan yang lainnya.
Þ Demikian pula wajibnya membayar kaffarah.
Þ Demikian pula wajibnya ganti bagi orang yang merusak.
Þ Demikian pula diadakannya para pemimpin dan dipilihnya para
Qadhi.
Þ Demikian pula bolehnya membatalkan nikah karena adanya aib.
Itu semua untuk mencegah mudharat.
82
Contohnya adalah kata beliau yaitu;
Kalau ada orang yang punya hutang namun ia tidak bisa bayar. Maka
seorang Qadhi boleh mencegah ia untuk safar, sampai dia membayar
hutangnya.
Kalau seorang ayah tidak mau memberikan nafkah kepada anaknya yang
lemah.
Maka Qadhi boleh untuk memenjarakan si ayah sampai dia mau
memberikan nafkah.
Semua itu adalah untuk menolak kemudharatan yang akan terjadi lebih
besar.
83
2. أو ﺑﺎﻟﻀﺮر، اﻟﻀﺮر ﻻ ﯾﺰال ﺑﻤﺜﻠﮫ
Mudharat tidak boleh dihilangkan dengan mudharat lagi yang seimbang
dengannya.
Ini kaidah yang penting kita pahami. Dimana sebuah perkara yang
sifatnya mudharat tidak boleh dibalas atau dihilangkan dengan mudharat
yang seimbang. Apalagi dengan mudharat yang lebih besar.
Maka Itu hukumnya haram.
Yang boleh itu adalah kalau ternyata mudharatnya lebih kecil atau
bahkan tidak ada.
Contoh;
Tidak boleh seseorang yang dipaksa untuk membunuh orang lain. Lalu
dengan alasan karena dipaksa mau ditembak, mau dibunuh lalu diapun
bunuh orang lain. Maka ini tidak boleh.
Karena yang namanya menolak mudharat dengan mudharat yang sama.
Orang yang sangat butuh dan sangat lapar sekali, tidak diperbolehkan
mengambil harta milik orang yang sama-sama laparnya sama dengan dia.
Kerena seimbang. Mudharatnya sama.
Demikian pula ketika anak kita misalnya dipukul orang, maka tidak boleh
kita membalas dengan memukul anak orang tersebut.
Karena ini namanya membalas mudharat dengan yang sama.
84
3. درء اﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﻣﻘﺪم ﻋﻠﻰ ﺟﻠﺐ اﻟﻤﺼﺎﻟﺢ
Menghindari mafsadat lebih dahulukan daripada mendatangkan
maslahat
Demikian pula Nabi ﷺketika fathul makkah dan kota makkah telah
dikuasai. Nabi ﷺtidak membangun ka'bah sesuai dengan bangunan
Ismail padahal Nabi ﷺmampu.
Kenapa?
Karena takut menimbulkan mudhorot, nantinya orang-orang Quraisy
akan kembali murtad atau yang lainnya. yang menyebabkan mafsadat
yang lebih besar.
85
Sebuah contoh misalnya:
Maslahat membantah kesesatan.
Ketika kita membantah kesesatan tentu akan menimbulkan mudharat.
Yaitu: orang akan menjadi pecah belah.
Namun dengan membantah maslahatnya jauh lebih besar.
Yaitu: orang menjadi paham mana yang haq dan mana yang batil.
Dan kebatilan itu semakin sirna dan tersebarnya kebatilan tentu lebih
berat mudharatnya.
Dibandingkan dengan mudharat terjadinya perselisihan akibat
membantah tersebut.
Contoh;
Misalnya orang yang terkena air kencingnya yang terus-menerus keluar.
Maka dalam keadaan seperti ini ia boleh tetap sholat untuk kemaslahatan
yang lebih besar, yaitu untuk menjaga sholat.
Walaupun disitu ada mudharatnya yaitu keluarnya najis.
Apabila dua Mafsadat ada dua mudharat bertemu, maka pilih mudharat
yang lebih kecil. Dan tinggalkan mudharat yang lebih besar.
86
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan-bulan haram hukum
berperang padanya. Katakanlah berperang dibulan-bulan haram itu berat,
namun menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah,
dan menghalang-halangi manusia dari Masjidil haram, dan mengusir
penduduknya yang bertaqwa dari masjidil haram, itu lebih berat lagi disisi
Allah
Dan ini menunjukkan akan kaidah ini, dimana jika Nabi ﷺmembiarkan
para sahabat menghentikan orang arab baduy, mudharatnya lebih besar,
sebab air kencingnya kemana-mana.
Maka Nabi ﷺmengambil mudharat yang lebih kecil dan meninggalkan
mudharat yang lebih besar.
87
® Demikian pula membantah kesesatan itu jauh lebih besar, mudharat
tersebarnya kesesatan dibandingkan munculnya perselisihan akibat
membantah kesesatan tersebut.
® Demikian pula ditegakkannya hukuman had seperti potong tangan,
itu mudharat buat sipencuri, tapi mencurinya dia lebih besar
mudharatnya dibandingkan dipotong tangannya.
Contoh;
Kalau ada seorang Dokter yang bodoh, maka ia di cegah dan tidak boleh
praktek karena akan menimbulkan mudharat yang umum.
🌼 ﱣ
أﻋﻠﻢW
𝐀𝐋 𝐅𝐀𝐖𝐀𝐈𝐃 𝐀𝐋 𝐈𝐋𝐌𝐈𝐘𝐘𝐀𝐇
88