NIM: 19230050
Kelas: HTN B
ِ أَأْل ُ ُم ْو ُر ِب َمقَا
Resume Kaidah ص ِدهَا
4
Fathurraman Azhari, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, (Banjarmasin: LPKU Banjarmasin, 2015), h. 50-51.
5
M. Yahya Chusnan, Ats-Tsamarot Al-Mardliyyah Ulasan Nadhom Qowaid Fiqhiyyah al-Faroid Al-Bahiyyah,
(Jombang: Pustaka Al-Muhibbin, 2017), h. 30-31.
6
Muhammad Karim, Skripsi: “Kedudukan Niat Dalam Ibadah (Study Komperatif Antara Jalaluddin Al-Suyuthi
ِ َ”)األُ ُمو ُر ِب َمق, (Riau: UIN SUSKA, 2014), h. 34.
Dan Ibnu Nujaim Analisis Terhadap kaidah اص ِدهَا
“Sesuatu yang harus disebutkan secara global dan tidak disyaratkan disebutkan secara
terperinci, apabila penyebutan tersebut keliru, maka dapat membatalkan ibadah yang
dilakukan”.
Setiap ibadah yang wajib disebutkan secara global dan tidak harus disebutkan secara
terperinci akan menjadi batal jika keliru dalam menentukannya. Seperti dalam menentukan
jumlah raka’at sholat, berniat untuk bermakmum, atau mengqadha’ sholat yang pernah
dilalaikan pada hari tertentu. Penentuan semua itu tidak wajib dilakukan, tetapi jika
penentuannya keliru, maka semua menjadi batal.7 Contohnya:
a. Farid mengerjkan shalat dhuhur, tetapi dalam niatnya ia menyebutkan lima raka’at.
maka, shalat dhuhur Farid menjadi batal.
b. Amir berniat untuk mengqadha shalat dhuhur yang ditinggalkan pada hari senin,
padahal shalat dhuhur yang ditinggalkannya adalah pada hari selasa. Niat qada Amir
tersebut menjadi tidak sah, dan kewajiban untuk mengqadha shalat dhuhur yang
ditinggalkan pada hari selasa tersebut belum gugur.
4. اص َ َص اللَ ْفظ
َّ الخ ِّ النِّيَّةُ فِى اليَ ِم ْي ِن ت َُخ
ُ ص
“Niat di dalam sumpah mengkhususkan (yang diucapkan) dengan kata-kata yang
umum,dan tidak bisa mengumumkan kata-kata yang khusus”
Niat yang harus ada didalam masalah yamin (sumpah) itu, harus dilakukan dengan
cara menghususkannya terhadap keumuman ucapan atau lafazhnya, bukan
mengumumkannya terhadap kekhususan ucapan atau lafazhnya, sebab seseorang bisa saja
menggunakan berbagai ungkapan umum atau ungkapan khusus dalam bersumpah. Hanya
saja karena masalah sumpah ini termasuk salah satu kasus yang bersifat spekulatif, maka
syari'at Islam memberikan aturan main khusus didalamnya. Maksud dari istilah ungkapan
umum dalam kasus ini adalah ucapan atau kata-kata yang bisa mencakup semua arti yang
terkandung didalamnya tanpa ada batas yang mengikutinya, misalnya kata al-rijal yang
artinya laki-laki, sedang yang dimaksuad dengan ungkapan khusus adalah kata yang
menunjukkan arti tunggal.8 Contohnya:
a. Mengkhususkan pada keumuman ucapan, yaitu : ucapan atau lafazhnya "demi Allah
aku tidak akan berbicara dengan seorangpun", tapi niatnya “demi Allah, aku tidak akan
berbicara dengan orang yang bernama Zaid” maka pernyataan tersebut, tidak dianggap
melanggar pada sumpah, sebab sifat dari ucapan atau lafazh yang terucapkan masih
umum.
b. Mengumumkan pada kekhususan ucapan, yaitu: ucapan atau lafazhnya “demi Allah aku
tidak akan minum minumannya Zaid”, tapi niatnya “demi Allah, aku tidak akan
meminum minuman seseorang”. Kemudian ia meminum minumannya Zaid, maka ia
sudah dianggap melanggar sumpah, sebab yang diucapkan itu bersifat khusus. Akan
tetapi jika yang diminum, itu airnya Umar misalnya, maka ia tidak melanggar
sumpahnya.
7
Muhammad Karim, Skripsi: “Kedudukan Niat Dalam Ibadah (Study Komperatif Antara Jalaluddin Al-Suyuthi
ِ َ”)األُ ُمو ُر ِب َمق, h. 35.
Dan Ibnu Nujaim Analisis Terhadap kaidah اص ِدهَا
8
Abdul Haq dkk., Formulasi Nalar Fiqh Telaah Kaidah Fiqh Konseptual Buku Kesatu, h. 129.