Anda di halaman 1dari 11

( ‫ ها‬ ‫بمقا صد‬ ‫) األ مور‬

 SETIAP PERKARA TERGANTUNG KEPADA NIATNYA


KAIDAH AL-UMURU BI MAQASHIDIHA TERBENTUK
DARI DUA UNSUR :

DOSEN PENGAMPU : DR. TOBIBATUSSA’ADAH, M.AG.


DR. EDI SUSILO, M.H.I

Disusun Oleh : Abdul Kadir. BA


PENDAHULUAN
 Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian
dalam bahasa indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti
aturan atau patokan. Ahmad Warson menembahkan bahwa, kaidah
bisa berarti al-asas (dasar atau pondasi), al-Qanun (peraturan dan
kaidah dasar), al-Mabda’ (prinsip), dan al-nasaq (metode atau cara).

 Qowa’idul fiqiyyah atau kaidah-kaidah fiqih yaitu kaidah-kaidah


yang bersifat umum (kulli) yang mengelompokkan masalah-masalah
fiqih terperinci menjadi beberapa kelompok yang merupakan kaidah
atau pedoman yang memudahkan dalam mengistinbathkan
(menyimpulkan) hukum bagi suatu masalah yaitu dengan cara
menggolongkan masalah-masalah yang serupa dengan suatu kaedah.
AL-UMURU BI MAQASHIDIHA 
Kaidah al-umuru bi maqashidiha terbentuk dari dua unsur :
 lafadz al-umuru

 lafadz al-maqosihd
FUNGSI NIAT

Niat mempunyai beberapa fungsi yakni :


1) Membedakan antara adat  dengan ibadah

2) Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya

3) Untuk membedakan kwalitas perbuatan, baik kebaikan


ataupun kejahatan.
4) Untuk menentukan sah tidaknya suatu perbuatan
Ibadah tertentu serta membedakan yang wajib dan yang
sunnah.
 Salah satu dalil dalam Al-Quran yang menyebutkan
adanya Aqidah dalam Islam ialah :
Surat al bayyinah ayat 5 :
ْ ُ‫صلَ ٰوةَ َوي ُۡؤت‬
‫وا‬ َّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫ين ُحنَفَٓا َء َويُقِي ُم‬
َ ‫ين لَهُ ٱل ِّد‬
َ ‫ص‬ ْ ‫َو َمٓا أُ ِمر ُٓو ْا إِاَّل ِليَ ۡعبُ ُد‬
ِ ‫وا ٱهَّلل َ ُم ۡخ ِل‬
 ‫ين ۡٱلقَيِّ َم ِة‬
ُ ‫ك ِد‬ َ ‫ٱل َّز َك ٰو ۚةَ َو ٰ َذ ِل‬

Artinya; Padahal mereka tidak disuruh


kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat dan yang demikian Itulah agama yang
lurus.
CABANG KAIDAH AL-UMURU
BIMAQASHIDIHA.
1. pengertian yang diambil dari sesuatu tujuannya bukan
semata-mata kata-kata dan ungkapannya
(‫لمبان‬cc‫لفاظ وا‬c‫أل‬cc‫انيل‬c‫لمع‬cc‫اصد وا‬c‫لمق‬cc‫لعقــود ل‬cc‫ىا‬ccc‫لعبرة ف‬cc‫)ا‬
2. Di kalangan mazhab Hanafi terdapat kaidah‫لنية‬cc‫البا‬cc‫با‬c‫الثوا‬ 
(tidak ada pahala kecuali dengan niat). Kaidah ini
dimasukkan ke dalam al-qawaid al-kuliyyah yang
pertama sebelum al-umur bimaqasidiha
3. Apabila berbeda antara apa yang diucapkan dengan apa
yang ada di dalam hati atau diniatkan, maka yang
dianggap benar adalah apa yang ada dalam hati ‫ختلف‬c ( ‫وا‬cc‫ل‬
‫لقلب‬cc‫لمعتبرمافىا‬cc‫ا‬ccc‫لقلبف‬cc‫للســـانوا‬cc‫)ا‬.
4. ‫ة مايفعله‬c‫ى جمل‬c‫اليلزم نية العبادة فى كل جزءانماتلزم ف‬  (tidak
wajib niat ibadah dalam setiap bagian, tapi wajib niat
dalam keseluruhan yang dikerjakan).
5. ‫ة واحدة اال الحج والعمرة‬c‫ن فالتجزيهناني‬c‫ل مفرضي‬c‫ك‬  (setiap dua
kewajiban tidak boleh dengan satu niat, kecuali ibadah
haji dan 'umrah).
6.  ‫له بمجرد النية‬c‫ن أص‬c‫ل ع‬c‫ل فالينتق‬c‫ه أص‬c‫كــل ماكان ل‬  (setiap
perbuatan asal atau pokok, maka tidak bisa bepindah
dari yang asal karena semata-mata niat).
7. (maksud yang terkandung dalam ungkapan kata sesuai
dengan niat orang yang mengucapkan)‫ية‬cc‫ىن‬c‫ظ عل‬c‫لف‬cc‫د ا‬c‫مقاص‬
‫اض‬c‫لق‬cc‫ية ا‬cc‫اعلىن‬c‫انه‬ccc‫لقاضىف‬cc‫ليمينعند ا‬cc‫حد وهوا‬c‫ وا‬c‫ىموضع‬ccc‫الف‬cc‫لالفظ ا‬cc‫ا‬
. Kecuali dalam satu tempat, yaitu dalam sumpah di
hadapan qadi. Dalam keadaan demikian maka maksud
lafaz adalah menurut niat qadi".
8. ‫ى األلفاظ والمقاصد‬cc‫ة عل‬cc‫مبني‬ ‫األيمان‬   (sumpah itu harus
berdasarkan kata-kata dan maksud).
9. ‫ظ العام وال تعمم الخاص‬c‫ص اللف‬c‫ن تخص‬c‫ى اليمي‬c‫ة ف‬c‫الني‬   (niat dalam
sumpah mengkhususkan lafaz 'âm, tidak menjadikan
'âm lafaz yang kḣas).
10. (Sesuatu amal yang dalam pelaksanaannya tidak
disyaratkan untuk dijelaskan/dipastikan niatnya, baik
secara garis besar ataupun secara terperinci, kemudian
ditentukan dan ternyata salah, maka kesalahan ini tidak
membahayakan (sah nya amal)‫ جملة‬c‫ه‬ccc‫رض ل‬c‫لتع‬cc‫اليشترط ا‬cc‫ما‬
‫ضر‬cc‫ ي‬c‫م‬c ‫خطأ ل‬c‫ وأ‬c‫عينه‬c‫وتفصيالاذا‬ 
11. (Sesuatu amal yang niatnya harus dipastikan secara
garis besar, tidak secara terperinci, kemudian
dipastikan secara terperinci dan ternyata salah, maka
membahayakan sahnya amal) ‫ جملة وال‬c‫ه‬ccc‫رض ل‬c‫لتع‬cc‫با‬c‫ومايج‬
‫ر‬cc‫خطأ ض‬c‫ وأ‬c‫عينه‬c‫فصيالاذا‬ccc‫ ت‬c‫عيينه‬ccc‫شترط ت‬cc‫ي‬
12. (pada suatu amal yang dalam pelaksanaannya di
syaratkan kepastian/kejelasan niatnya, maka kesalahan
dalam memastikannya akan membatalkan amal)
‫ مبطل‬c‫يه‬ccc‫لخطأ ف‬cc‫ا‬ccc‫رضف‬c‫لتع‬cc‫ ا‬c‫يه‬ccc‫ومايشترط ف‬
PENERAPAN QAIDAH DALAM BIDANG
MUAMALAH
 Contoh penerapannya:
Apabila seseorang membeli anggur dengan tujuan/niat
memakan atau menjual maka hukumnya boleh. Akan
tetapi apabila ia membeli dengan tujuan/niat menjadikan
khamr, atau menjual pada orang yang akan
menjadikannya sebagai khamr, maka hukumnya haram.
KESIMPULAN
 Pengertian dari al umuru bi Maqosidiha yaitu segala sesuatu
tergantng pada tujuannya. Maksudnya adalah niat atau motif yang
terkandung dalam didalam hati seseorang saat melakukan
perbuatan,menjadi kriteria yang dapat menentukan nilai dan status
hukum amal perbuatan yang telah dilakukan,baik yang
berhubungan dengan peribadatan maupun adat kebiasaan.
 Qaidah yang pertama membawa maksud setiap urusan dinilai
berdasarkan tujuan/ niatnya. Secara eksplisit, qaidah tersebut
menjelaskan bahawa setiap pekerjaan yang ingin dilakukan oleh
seseorang perlu disertai dengan tujuan/niat. Oleh karena itu, maka
setiap perbuatan mukallaf amat bergantung kepada apa yang
diniatkannya, bahkan para ulama fiqh sepakat bahwa sesuatu
perbuatan yang telah diniatkan, namun perbuatan tersebut tidak
dapat dilaksanakan karena suatu kesukaran ia tetap diberikan
pahala/ganjara.

Anda mungkin juga menyukai