QOWAIDUL FIQHIYAH
Untuk Membedakan
Antara
Antara Antara
ibadah
ibadah perbuatan
satu
dan wajib dan
dengan
kebiasaan sunnah
yang lain
Dari kaidah mayor (pokok)
ِإًل ي
ْ ص
ِ ْ
ف َ ت و
َ ٌ ةَ لمْ ج
ُ ُ هَ ل ض
ُ ر
ُ ع
َ َّ تلَ ا ُ ْ ََما اَل َ ي
شتَ ِرط
ا َذا َع ْينَهُ َو َأ ْخطَأ
Suatu amal yang tidak disyaratkan untuk dijelaskan, baik
secara global atau terperinci, bila dipastikan dan ternyata salah,
maka kesalahannya tidak membahayakan
Contoh : Seseorang bershalat zhuhur dengan menyatakan
niatnya bershalat di mesjid Kuningan, padahal ia bershalat di
mesjid Gaprang, shalat orang tersebut tidak batal. Karena
niat shalatnya telah terpenuhi dan benar sedangkan yang
keliru adalah pernyataan tentang tempatnya. Kekeliruan
tentang tempat shalat tidak ada hubungannya dengan niat
shalat baik secara garis besarnya maupun secara terperinci
KAIDAH TURUNAN KE-3
Maksud dari suatu lafazh (ucapan) adalah menurut niat orang yang
mengucapkannya)
Misalnya :
Jika terjadi pertengkaran antara penuduh
dan tertuduh, selama penuduh tidak ada
bukti, yang dimenangkan adalah pengakuan
tertuduh, karena pada dasarnya ia adalah
terbebas dari segala beban atau tanggung
jawab.
KAIDAH TURUNAN KE-3
Misalnya :
Apabila ada binatang yang belum ada dalil yang tegas
tentang keharamannya, maka hukumnya boleh
dimakan
(Contoh : Jerapah)
KAIDAH TURUNAN KE-4
Contoh:
Jika seorang suami memiliki istri empat, kemudian mentalak salah
satu dari istrinya tersebut. Namun dikemudian hari dia lupa istri yang
mana yang baru ditalaknya. Maka haram baginya untuk
berhubungan intim dengan mereka semua karena adanya keraguan
akut tentang siapa yang telah menjadi haram baginya. Karena
walaupun yang haram cuma satu namun hukum asal Abdha’ (farji)
adalah haram. Keharaman ini berlangsung sampai jelas siapa yang
telah ditalaknya.
KAIDAH TURUNAN KE-5
Misalnya :
Apabila seseorang berkata : “Saya mau mewakafkan
harta saya kepada anak Kyai Ahmad, maka anak
dalam kalimat tersebut adalah anak yang
sesungguhnya, bukan anak pungut dan bukan pula
cucu
KAIDAH TURUNAN KE-7
Misalnya :
Thawaf ditetapkan dengan dasar dalil 7 putaran.
Jika ada seseorang ragu-ragu apakah thawaf yang
dilakukannya 6 putaran atau lima putaran, maka
yang meyakinkan adalah putaran kelima. Jadi
dalam hal bilangan, apabila seseorang ragu, maka
bilangan yang terkecil itulah yang meyakinkan.
KAIDAH TURUNAN KE-8
Misalnya :
Seseorang yang sakit demam berdarah, tapi
dikatakan kena santet
KAIDAH TURUNAN KE-9
Misalnya :
Apabila seseorang meninggal, meninggalkan
ahli waris, maka harta warisan dibagikan
diantara mereka.
KAIDAH TURUNAN KE-10
الدليل لِ ُع ْذ ٍر
ِ ف
ِ َ ال خ
ِ على ُ
ت ِ ب اَّ ث ال م
ُ ْ
ك ال ُح.
Hukum yang berlaku berdasarkan suatu dalil menyalahi
dalil yang ada karena adanya uzur
2. Keadaan sakit. Misalnya, boleh tayamum ketika sulit memakai air, shalat fardhu sambil duduk,
berbuka puasa bulan Ramadhan dengan kewajiban qadha setelah sehat, wanita yang sedang
menstruasi.
3. Keadaan terpaksa yang membahayakan kepada kelangsungan hidupnya. Setiap akad yang
dilakukan dalam keadaan terpaksa maka akad tersebut tidak sah seperti jual beli, gadai, sewa
menyewa, karena bertentangan dengan prinsip ridha (rela)
Faktor penyebab adanya Rukhshoh,, lanjutan..
4. Lupa (al-nisyan). Misalnya, seseorang lupa makan dan minum pada waktu puasa, lupa
membayar utang (tetapi bukan pura-pura lupa).
5. Ketidaktahuan (al-jahl). Misalnya, orang yang baru masuk Islam karena tidak tahu,
kemudian makan makanan yang diharamkan, maka dia tidak dikenai sanksi.
1. Takhfif isqath, yaitu keringanan dalam bentuk penghapusan seperti tidak shalat bagi
wanita yang sedang menstruasi atau nifas. Tidak wajib haji bagi yang tidak mampu
(Istitha’ah).
2. Takhfif tanqish, yaitu keringanan berupa pengurangan, seperti shalat Qashar dua
rakaat yang asalnya empat rakaat.
3. Takhfif ibdal, yaitu keringanan yang berupa penggantian, sepertu wudhu dan/atau
mandi wajib diganti tayamum, atau berdiri waktu shalat wajib diganti dengan duduk
karena sakit
4. Takhfif taqdim, yaitu keringanan dengan cara di dahulukan, seperti :
- mendirikan shalat dengan jama’ taqdim.
- mendahulukan mengeluarkan zakat sebelum haul (batas waktu satu tahun)
- mendahulukan mengeluarkan zakat fithrah di bulan Ramadhan;
5. Takhfif ta’khir, yaitu keringanan dengan cara diakhirkan, seperti;
- bayar puasa Ramadhan bagi yang sakit,
- melakukan shalat jama’ ta’khir bagi orang yang melakukan perjalanan karena
mendatangkan masyaqqah dalam perjalanannya.
7. Takhfif taghyir, yaitu keringanan dalam bentuk berubahnya cara yang dilakukan,
seperti shalat pada waktu khauf (kekhawatiran), misalnya pada waktu perang.
Semua jenis disepensasi yang bersifat antisipatif di atas
menunjukkan bahwa ajaran Islam selalu s͎ alihūn likulli
zaman wa makan (selalu relevan dan harmonis dalam
setiap situasi dan kondisi)
Dari kaidah mayor (pokok)
ُ ات ُت ِب ْي ُح اَ ْل َم ْح ُظ ْو َر
ات َّ َا
ُ لض ُر ْو َر
Segala bentuk yang bisa membahayakan yang semula dilarang menjadi
diperbolehkan
Contoh: seseorang laki-laki melihat perempuan yang
tenggelam di pantai, maka dia wajib menolongnya meski
semula bersentuhan antara laki-laki dan perempuan non
mahram diharamkan karena keadaan darurat maka
diperbolehkan selama tidak melewati batas.
KAIDAH TURUNAN KE-2
َّ أْلَ
َ ضاق ا ْم ُر ِات
س َع َ َ
َ ِاذا
Jika terjadi hal-hal yang membuat keterpaksaan (kepepet),
maka yang sulit menjadi mudah, yang sempit menjadi longgar
Contoh: semua kendaraan wajib berhenti ketika lampu
merah menyala di traffic light kecuali mobil ambulance yang
membawa pasien yang sedang kritis yang semula wajib
berhenti menjadi boleh menerjangnya.
KAIDAH TURUNAN KE-4
َ
لض َر ُر ُيزال
َّ َأ
Setiap bahaya harus dihilangkan
Dasar Hukum
Qur’an surah al-Qashash ayat 77
َ ِض َر َر َوال ض
رار َ ال
Tidak boleh membahayakan dan tidak boleh (pula)
saling membahayakan (merugikan)
Kaidah Turunan 1
ُ الضرورات ُت ِب ْي ُح ا ْل َم ْح ُظ ْو َر
ات
Kemudharatan dapat menghalalkan sesuatu
yang diharamkan menurut syariat.
(6) Tidak bertentangan dengan suatu hal yang sudah ada penjelasan
yang bisa dipertanggungjawabkan, contoh seperti bolehnya
penggunaan vaksin meningitis, sepintas tidak ada permasalahan
dalam penggunaan vaksin yang wajib bagi jamaah haji ini. Namun
setelah ditemukannya unsur protein babi dalam vaksin ini sebagian
calon jemaah haji menolaknya. Tetapi setelah ada penjelasan yang
sangat jelas dan kuat argumentasi yang disampaikan oleh
Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan, bahwa unsur babi
tersebut telah melewati tes laboratorium dimana salah satu
prosesnya harus melewati tujuh tahapan pensterilan dan salah satu
tahapan di dalamnya memerlukan debu.
Qur’an surah al-A’raf ayat 199
ِض َعن ِ ِ ِ ِ
ْ ُخذ ال َْع ْف َو َوْأ ُم ْر بالْعُ ْرف َوَأ ْعر
ين ِ
ل ِ
اه
Jadilah
ْجلا
engkau pemaaf dan suruhlah orang
َ َ yang makruf, serta berpalinglah
mengerjakan
daripada orang-orang yang bodoh
ْ ْ
ف ُع ْرفَا َكال َمش ُر ْو ِط ُ ال َم ْع ُر ْو
ال َمعْ ر ُْوفُ َُعرْ َفا َك ْال َم ْشر ُْوطِ َشرْ ا طا
mereka”
Contohnya transaksi jual beli batu bata, bagi penjual untuk
menyediakan angkutan sampai ke rumah pembeli.
Biasanya harga batu bata yang dibeli sudah termasuk biaya
angkutan ke lokasi pembeli tanpa perlu kesepakatan di
awal karena sudah menjadi kebiasaan dan syarat tidak
tertulis di masyarakat yang sudah dimaklumi semua orang.