Anda di halaman 1dari 3

NAMA : HASNAWIA

NIM : 201410055

MATA KULIAH : KAIDAH FIKIH

TUGAS RESUME

‫ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺑﻤﻘﺎﺻﺪﻫﺎ‬

1. ‫ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺑﻤﻘﺎﺻﺪﻫﺎ‬ (Segala sesuatu tergantung pada tujuannya)


2. ‫ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ ﻻ ﻳﺰﺍﻝ ﺑﺎﻟﺸﻚ‬ (Keraguan tidak dapat mengganti keyakinan)
3. ‫ﺍﻟﻤﺸﻘﺔ ﺗﺠﻠﺐ ﺍﻟﺘﻴﺴﻴﺮ‬ (Kesulitan mendatangkan kemudahan)
4. ‫ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻳﺰﺍﻝ‬ (Kerusakan harus dihilangkan)
5. ‫ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻣﺤﻜﻤﺔ‬ (Kebiasaan dapat menjadi landasan hukum)

Bersumber dari hadis “innamal a’malu binniyyat” yang merupakan hadis pusaka dalam
diskursus ilmu hadis. Kaidah ini berperan signifikan dalam banyak aspek keislaman; aqidah,
ibadah, muamalah, munakahat, jinayat, dan lain-lain.
Faedah niat antara lain adalah;
1. Mengkhususkan tujuan ibadah hanya karena Allah
2. Membedakan antara perkara wajib dan sunnah
3. Membedakan antara kebiasaan/budaya dengan ibadah
4. Membedakan antara ibadah kontan dengan ibadah qadha’
Tempat niat di dalam hati, namun diperkuat dengan ucapan lisan. Jika yang diucapkan lisan
berbeda dengan yang niat dalam hati, maka yang dianggap adalah yang di dalam hati, sesuai
dengan al-Baqarah : 225.

‫ﻏﻔُ ْﻮ ٌﺭ َﺣ ِﻠ ْﻴ ٌﻢ‬ ‫ﺖ ﻗُﻠُ ْﻮﺑُ ُﻜ ْﻢ ۗ َﻭ ﱣ‬


َ ُ] َ ‫ﺎﻟﻠ ْﻐ ِﻮ ِﻓ ْٓﻲ ﺍ َ ْﻳ َﻤﺎ ِﻧ ُﻜ ْﻢ َﻭ ٰﻟﻜ ِْﻦ ﻳ َﱡﺆﺍﺧِ ﺬُ ُﻛ ْﻢ ِﺑ َﻤﺎ َﻛ‬
ْ ‫ﺴ َﺒ‬ ‫]ُ ِﺑ ﱠ‬
‫َﻻ ﻳ َُﺆﺍﺧِ ﺬُ ُﻛ ُﻢ ﱣ‬

Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia
menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyantun.
Setelah menjelaskan larangan bersumpah untuk tidak berbuat baik, Allah pada ayat ini
menjelaskan jenis sumpah lain. Allah tidak menghukum dengan memberi sanksi berupa kafarat
terhadap kamu karena sumpahmu yang diucapkan dengan tidak kamu sengaja, yakni ucapan
sumpah namun tidak ada maksud bersumpah, tetapi Dia menghukum kamu dengan memberi
sanksi atau mengazab di akhirat karena niat yang terkandung dalam hatimu, yakni bila kamu
bersumpah untuk meyakinkan orang lain. Allah Maha Pengampun atas sumpah yang telah
kamu ucapkan, Maha Penyantun dengan tidak segera mengazab orang yang berbuat dosa agar
mereka sadar dan bertobat.

Niat tidak disyaratkan dalam ibadah yang tidak serupa dengan kebiasaan; membaca al-
Quran, berdzikir, bershalawat, dan lain-lain. Niat harus ditentukan dalam ibadah yang memiliki
kesamaan; shalat, puasa, menyembelih hewan ternak, dan sebagainya.
Dianjurkan untuk menentukan kata “fardhu/fardhon” pada ibadah yang memiliki
kesamaan antara wajib, sunnah dan mubah.Dianjurkan untuk membedakan antara niat ibadah
yang dilaku kan secara “ada-an” dengan “qodho-an”, meskipun ini bukan suatu kewajiban.
Ucapan “lillahi ta’ala” pun bukan sebuah kewajiban, sebab niat melakukan ibadah jika
bukan karena Allah, maka otomatis adalah sebuah kesyirikan. Terdapat kaidah; “Dalam
perbuatan yang disyaratkan niat, maka kesalahan penyebutannya dapat membatalkan amalan
tersebut”.
Niat dalam muamalah banyak ditemui dalam ranah interaksi sosial, baik dengan keluarga
maupun masyarakat.
Topik ini terpusat pada satu kaidah besar; “Hal yang dianggap dalam akad (transaksi)
ialah maksud dan maknanya, bukan pada ucapan dan rangkaian kata-katanya”. Namun jika
yang terbesit dalam hati tidak terlalu kuat atau bimbang, maka apa yang diucapkan menjadi
penentu akad tersebut. Terdapat sebuah hadis Nabi; “Barangsiapa berhutang dan berniat untuk
tidak mengembalikannya, maka saat ia mati, ia akan menghadap Rabb-nya sebagai seorang
pencuri.” (HR. Ibnu Majah)
Dua ibadah dengan niat yang berbeda dapat digabungkan niatnya dengan konsekwensi
sebagai berikut:
o Dua-duanya sah; seperti shalat fardhu berjamaah dengan niat shalat tahiyyatul
masjid.
o Yang wajib sah, yang sunnah batal; menggabung niat haji pertama dengan haji
kedua, ketiga, dst. Maka yang sah hanya haji wajib.
o Yang sunnah sah, yang wajib batal; beribadah zakat yang diniati sebagai
shodaqah. Maka yang sah adalah shodaqah-nya.
o Keduanya tidak sah; melakukan takbiratul ihram dengan niat takbir ruku’, maka
keduanya (bahkan shalatnya) otomatis batal.

Anda mungkin juga menyukai