Materi Pak Adi
Materi Pak Adi
Dalam hadist di riwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil
qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan
atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai
pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
1. Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
2. Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut 6.sunnah Rasul (Ali
Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan
at-Thaghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al- Anfal: 3, dan
al-Mu’minun: 2,7).
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4).
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al- Mu’minun:
3,5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)
Kata takwa ( )التَّ ْق َوىdalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja ( ) َوقَىyang memiliki
pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani
menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang
ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah
menjaga diri dari perbuatan dosa.
Diberi jalan keluar serta rezeki dari tempat yang tak diduga-duga(QS. 65:2-3)
Dimudahkan urusannya (QS. 65:4)
Dilimpahkan berkah dari langit dan bumi (QS. 7:96)
Mendapat petunjuk dan pengajaran (QS. 2:2, 5:46, 2:282)
Mendapat Furqan (QS. 8:29)
Cepat sadar akan kesalahan (QS. 7:201)
Tidak terkena mudharat akibat tipu daya orang lain (QS.3:120)
Mendapat kemuliaan, nikmat dan karunia yang besar (QS. 49:13, 3:147)
Tidak ada kekhawatiran dan kesedihan (QS. 7:35)
Sebaik – baik bekal (QS. 2:197)
ALLAH bersamanya (QS. 2:194)
ALLAH menyukainya (QS. 9:4)
Mendapat keberuntungan (QS. 3:200)
Diperbaiki amalnya dan diampuni dosanya (QS. 33:70-71)
Mendapat rahnmat (QS. 6:155)
Tidak disiasiakan pahala mereka (QS. 12:90)
Diselamatkan dari api neraka (QS. 19:71-72)
Takwa adalah amalan hati dan letaknya di kalbu. “Demikianlah (perintah ALLAH). Dan
barang siapa mengagungkan syiar – syiar ALLAH maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati. (QS 22:32).
Keimanan dan ketakwaan seorang muslim adalah kunci agar mendapatkan ridho dan barokah dari
Allah swt.
Iman Islam dalam diri seorang muslim harus dibarengi dengan takwa.
Bila seorang muslim percaya dengan keberadaan Allah, maka tentunya ia takut kepada Allah.
Itulah yang dinamakan takwa.
IMPLEMENTASI IMAN & TAKWA
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa
pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
KESIMPULAN
Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan
dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil
arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan
laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Sedangkan takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti,
kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga
diri dari perbuatan dosa.
Sebagai umat muslim dan hamba Allah swt, ada baiknya kita bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat, baik
yang kecil maupun yang besar. Mentaati dan mematuhi perintah Allah adalah kewajiban setiap
muslim. Dan juga, seorang muslim yang bertakwa itu membersihkan dirinya dengan segala hal
yang halal karena takut terperosok kepada hal yang haram
PUASA
Secara bahasa (etimologi) berarti : menahan.Menurut istilah syara’ (terminologi) berarti menahan
diri dari perkara yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan
niat tertentu.
م ُ َّعل
ْ ك َ َم ل
ْ ك َ ن
ُ ِق ْبل ْ م
ِ ين
َ ذِ َّب عَ لَى ال
َ ِكت
ُ ما َ ام
َ ك ُ َم الصِّي ُ ب عَ لَ ْي
ُ ك َ ِكت َ ين َآ
ُ م ُنوا َ ذ َ ُّيَا َأي
ِ َّها ال
َتَ َّت ُقون
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (Al-Baqoroh 183)
Hikmah puasa : menahan hawa nafsu, mengurangi syahwat, memberikan pelajaran bagi si kaya
untuk merasakan lapar sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin, dan
menjaga dari maksiat.
Hikmah Ruhiyah
Puasa merupakan ibadah yang langsung menyentuh dimensi ruhani. Porsinya bahkan lebih besar
dari pada ibadah-ibadah lainnya. Jika zakat memiliki dimensi harta yang besar; dalam shalat
masih terdapat dimensi gerak; dan haji memiliki dimensi gerak serta harta yang juga besar, puasa
lebihconcern pada dimensi ruhani. Karenanya ada banyak hikmah ruhiyah dalam ibadah puasa
ini, diantaranya adalah:
…dia tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan dengan istrinya karena-Ku. Puasa itu
untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahala (HR Bukhari dan Muslim)
Di sinilah hikmah puasa; melatih seseorang untuk menahan nafsu syahwatnya yang merupakan
bagian inheren dari kotoran jiwa. Puasa dapat membersihkannya karena pada puasa ada paksaan
untuk mengerem berbagai hasrat yang dicenderungi oleh manusia. Padahal seringkali penyakit
hati dan kotoran jiwa justru muncul ketika seseorang tanpa kendali menuruti semua
keinginannya.
2. Puasa mengangkat unsur ruhani di atas unsur materi pada diri manusia
Manusia diciptakan Allah SWT dari unsur materi dan unsur non materi; tanah dan ruh. Saat
manusia menuruti unsur tanah yang cenderung pada dunia maka kedudukannya akan turun
bahkan melebihi binatang.
ين
َ سافِ ِل
َ ل
َ ف ْ د ْدنَا ُه َأ
َ س َ م َر
َّ ُث
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai. (QS. Al-A’raf : 179)
Sebaliknya, ketika manusia mengikuti unsur ruh yang cenderung pada akhirat dan mencintai hal-
hal bernuansa langit, maka kedudukannya akan melambung tinggi ke derajat malaikat.
Pada saat berpuasa, di siang hari yang sangat panas unsur tanah dalam diri manusia mengajak
untuk minum. Tetapi ia lebih memilih untuk memenangkan unsur ruhani untuk tetap berpuasa.
Demikian juga saat perut lapar dan ada ajakan kuat unsur tanah untuk makan. Ia memenangkan
unsur ruhani untuk tetap menahan rasa lapar sampai tiba saat berbuka. Lebih dari itu, ia juga
memenangkan unsur ruhani pada lisan, pendengaran, dan pikiran dengan mengajaknya berpuasa
pula.
Kemenangan ruhani inilah yang akan membawa kebahagiaan sejati bagi manusia di hadapan
Rabb-nya kelak.
ه
ِ م
ِ ص ْو
َ ِح ب َ ه
َ ف ِر َ ذا لَ ِق
ُ َّى َرب َ وِإ
َ ،ح َ ذا َأ ْفطَ َر
َ ف ِر َ ما ِإ ُ ان يَ ْف َر
َ ح ُه ِ ح َت َ م
َ ف ْر ِ صاِئ
َّ لِل
Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; ketika berbuka dia berbahagia dengan bukanya
dan ketika bertemu Tuhannya dia berbahagia dengan puasanya. (Muttafaq ‘Alaih)
Kesabaran ini pada akhirnya juga mengikis kedengkian. Sebuah refleksi ketidaksabaran atas apa
yang ada pada diri kita dibandingkan dengan apa yang ada pada orang lain.
Puasa bulan kesabaran dan tiga hari di setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada.
(HR. Thabrani, Baghawi, dan Bazzar)
Puasa berpengaruh menekan gejolak seksual ini. Karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan
para pemuda yang belum mampu menikah untuk berpuasa.
َّه
ُ فِإنَ مِ ص ْو ِ علَ ْي
َّ ه بِال َ ْطع
َ ف ِ س َت ْ َن ل
ْ َم ي ْ م
َ و
َ ، ْوج َ م ا ْلبَا َء َة
َّ ف ْليَ َت َز ُ ك
ُ م ْن َ اس َتطَا
ِ ع ْ نِ م
َ ِالشبَاب
َّ ْش َر
َ مع
َ يَا
جا ٌءَ وِ هُ لَ
Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu maka nikahlah. Sesungguhnya ia
lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedangkan barangsiapa yang
tidak mampu maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu benteng baginya. (HR. Bukhari
dan Muslim)
5. Puasa mempersiapkan manusia menjadi orang-orang yang bertaqwa
Ibnu Qudamah menjelaskan dua hal kelebihan puasa dalam kitab Mukhtashar Minhajul
Qashidin.Pertama, puasa termasuk amal yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa dilihat
orang lain, sehingga tidak mudah disusupi riya’. Kedua, cara untuk menundukkan musuh Allah.
Karena sarana yang dipergunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena
makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan bisa bebas berkeliaran di
tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat ditinggalkan, maka jalan ke sana juga
sempit.
Ketika seseorang ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan mampu meninggalkan larangan-
Nya dengan kemampuan mengendalikan syahwatnya, maka pada saat itulah ia bisa mencapai
derajat taqwa.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 183)
Hikmah Medis
Kaum muslimin rahimakumullah,
Betapa banyaknya penyakit medis yang berawal dari pola makan yang tidak sehat. Dan betapa
banyak penyakit yang berawal dari masalah pencernaan.
Selain memiliki hikmah ruhiyah yang tinggi, puasa juga memiliki hikmah medis yang telah
terbukti melalui berbagai penelitian. Diantara hikmah itu adalah apa yang ditulis Said Hawa
dalam Al-Islam, antara lain:
1. Puasa memberi kesempatan beristirahat bagi alat pencernaan setiap hari. Dengan peristirahatan
yang teratur ini maka alat pencernaan menjadi lebih sehat. Dan sudah menjadi hal yang lazim
bahwa puasa dipakai untuk mengobati beberapa pasien dan ketika akan melakukan operasi besar.
2. Telah terbukti kebenarannya secara ilmiah bahwa memperbanyak makan bisa menimbulkan
penyakit yang munculnya berkaitan erat dengan kebiasaan banyak makan, seperti penyakit
rematik, penyakit liver, tekanan darah tinggi, dan kencing manis. Oleh karena itu, tidak diragukan
lagi bahwa puasa akan bisa memberikan kesempatan istirahat bagi tubuh setiap tahunnya dalam
waktu tertentu, yaitu seperdua belas dari umur si pasien. Oleh karena itu, penyebaran jenis-jenis
penyakit seperti ini di daerah-daerah yang penduduknya terbiasa menjalankan puasa sangat
rendah.
Hikmah Sosial
Ayyuhal hadirun hafidhakumullah,
Hikmah lainnya dari puasa adalah hikmah sosial. Dengan puasa seorang muslim dilatih oleh
Allah SWT untuk merasakan lapar. Rasa lapar ini diperlukan oleh orang-orang yang
kesehariannya berkecukupan palagi kaya yang mungkin tidak pernah merasakan rasa lapar
semacam ini. Dengan merasakan lapar diharapkan orang yang kaya bisa membayangkan bahwa
seperti inilah keadaan kaum dhuafa’; lapar, bahkan berhari-hari dan tidak mendapatkan kepastian
berbuka dengan makanan bergizi. Maka, tahapan berikutnya adalah timbulnya empati kepada
kaum dhuafa’ ini sehingga tergeraklah orang-orang kaya untuk menyantuni mereka.
Hikmah sosial lainnya adalah puasa yang telah melatih kejujuran pribadi merupakan training
bersama kepada seluruh komponen masyarakat untuk hidup jujur. Dengan kejujuran ini maka
kehidupan sosial akan berjalan lebih harmonis, korupsi menurun, dan pemenuhan tanggungjawab
semua elemen bangsa meningkat sehingga umat Islam mengalami kemajuan yang signifikan.
1. Islam
2. Berakal
3. Bersih dari haid dan nifas
4. Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa.
Berarti tidak sah puasa orang kafir, orang gila walaupun sebentar, perempuan haid atau nifas dan
puasa di waktu yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya atau hari tasyriq.
Adapun perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar maka puasanya tetap sah
dengan syarat telah niat, sekalipun belum mandi sampai pagi.
1. Islam
Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat mereka tetap dituntut
dan diadzab karena meninggalkan puasa selain diadzab karena kekafirannya.
Sedangkan orang murtad tetap wajib puasa dan mengqodho’ kewajiban-kewajiban yang
ditinggalkannya selama murtad.
Anak yang belum baligh atau orang gila tidak wajib puasa, namun orang tua wajib menyuruh
anaknya berpuasa pada usia 7 tahun jika telah mampu dan wajib memukulnya jika meninggalkan
puasa pada usia 10 tahun.
Lansia yang tidak mampu berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh
menurut medis wajib mengganti puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu mud (7,5 ons)
makanan pokok untuk setiap harinya.
4. Mukim (bukan musafir sejauh ± 82 km dan keluar dari batas daerahnya sebelum fajar).
Rukun-rukun puasa:
1. Niat,
Niat untuk puasa wajib, mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar di setiap harinya.
Sedangkan niat untuk puasa sunnah, sampai tergelincirnya matahari (waktu duhur) dengan syarat:
1. Menghindari perkara yang membatalkan puasa. Kecuali jika lupa atau dipaksa atau karena
kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur).
1. Masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke bagian dalam tubuh seperti
mulut, hidung, telinga dan lain-lain jika ada unsur kesengajaan, mengetahui keharamannya
dan atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak mengetahui
keharamannya karena bodoh yang ditolerir atau dipaksa, maka puasanya tetap sah.
1. Murtad, sekalipun masuk islam seketika.
2. Haid, nifas dan melahirkan sekalipun sebentar.
3. Gila meskipun sebentar.
4. Pingsan dan mabuk sehari penuh. Jika masih ada kesadaran sekalipun sebentar,
tetap sah.
5. Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya.
6. Mengeluarkan mani dengan sengaja, seperti dengan tangan atau dengan
menyentuh istrinya tanpa penghalang.
7. Muntah dengan sengaja.
1. Apabila seseorang berhubungan dengan istrinya pada siang hari Ramadhan dengan
sengaja, tanpa terpaksa dan mengetahui keharamannya maka puasanya batal, berdosa, wajib
menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai maghrib dan wajib mengqodhoi puasa
serta wajib membayar kaffaroh [denda] yaitu:
Jika telah mencapai batas luar tenggorokan, maka haram menelan dan membatalkan
puasa.
Jika masih di batas dalam tenggorokan, maka boleh dan tidak membatalkan puasa.
Yang dimaksud batas luar menurut pendapat Imam Nawawi (mu’tamad) adalah makhroj huruf
kha’ ()ح, dan dibawahnya adalah batas dalam. Sedangkan menurut sebagian ulama’ batas luar
adalah makhroj huruf kho’()خ, dan di bawahnya adalah batas dalam.
- Jika sebab mandi sunnah seperti mandi untuk sholat jum’at atau mandi wajib seperti
mandi janabat maka tidak membatalkan puasa kecuali jika sengaja atau menyelam.
- Jika bukan mandi sunnah atau wajib seperti mandi untuk membersihkan badan maka
puasanya batal baik disengaja atau tidak.
Jika berkumur untuk kesunnahan seperti dalam wudhu’ tidak membatalkan puasa asalkan
tidak terlalu ke dalam (mubalaghoh)
Jika berkumur biasa, bukan untuk kesunnahan maka puasanya batal secara mutlak, baik
terlalu ke dalam (mubalaghoh) atau tidak.
6. Orang yang muntah atau mulutnya berdarah wajib berkumur dengan mubalaghoh
(membersihkan hingga ke pangkal tenggorokan) agar semua bagian mulutnya suci.
Apabila ia menelan ludah tanpa mensucikan mulutnya terlebih dahulu maka puasanya batal
sekalipun ludahnya nampak bersih.
7. Orang yang sengaja membatalkan puasanya atau tidak berniat di malam hari, wajib menahan
diri di siang hari Ramadhan dari perkara yang membatalkan puasa (seperti orang puasa) sampai
maghrib dan setelah Ramadhan wajib mengqodhoi puasanya.
8. Berbagai konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa atau membatalkan puasa Ramadhan:
Jika membatalkan puasa demi orang lain. Seperti perempuan mengandung dan menyusui
yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan anaknya saja.
Mengakhirkan qodho’ hingga datang Ramadhan lagi tanpa ada udzur.
Berlaku bagi orang yang tidak berniat puasa di malam hari, orang yang membatalkan puasanya
dengan selain jima’ (bersetubuh) dan perempuan hamil atau menyusui yang tidak puasa karena
kuatir pada kesehatan dirinya saja atau kesehatan dirinya dan anaknya.
Berlaku bagi orang lanjut usia dan orang sakit yang tidak punya harapan sembuh, jika keduanya
tidak mampu berpuasa.
Yang dimaksud denda di sini adalah 1 mud (7,5 ons) makanan pokok daerah setempat untuk
setiap harinya.
“ Lima perkara yang membatalkan (pahala) puasa : berbohong, ghibah, adu domba, sumpah
palsu dan melihat dengan syahwat “ (H.R. Anas)
AL-QURAN
a. Pengertian al-Qur’an
Dalam pengertian mengenai al-Qur’an dapat ditinjau dari dua aspek, sebagai berikut:
1)Aspek Etimologis
Makna kata Qur’an adalah sinonim dengan qira’ah dan keduanya berasal dari
kata qara’a. dari segi makna, lafal Qur’an bermakna bacaan. Kajian yang dilakukan
oleh Dr. Subhi Saleh menghasilkan suatu kesimpulan bahwa al-Qur’an dilihat dari sisi
bahasa berarti bacaan, adalah merupakan suatu pendapat yang paling mendekati
kebenaran. Arti inilah disebut dalam firman Allah berikut ini:
2)Aspek Terminologi
Dalam definisi diatas tegas bahwa al-kitab adalah al-Qur’an itu sendiri.
Menurut Al-Amidi penegasan ini dipandang perlu untuk membedakan antara al-Qur’an
dengan kitab-kitab lainnya seperti Taurat, Injil dan Zabur. Sebab ketiga kitab ini juga
diturunkan oleh Allah yang wajib di imani oleh setiap muslim.
Dr. Subhi Saleh menegaskan bahwa al-Qur’an dengan sebutan apapun adalah
firman Allah yang mengandung mu’jizat diturunkan pada Muhammad saw ditulis
dalam beberapa mushaf serta bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca.
Dari beberapa definisi dan uraian diatas dapat diambil pengertian dan
kesimpulan bahwa Al-Qur’an secara terminologi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kalamullah.
2. Dengan perantara malaikat Jibril.
3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Sebagai mu’jizat.
5. Ditulis dalam mushaf.
6. Dinukil secara mutawatir.
7. Dianggap ibadah orang yang membacanya.
8. Dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.
9. Sebagai ilmu laduni global
10. Mencakup segala hakikat kebenaran.
b. Turunnya al-Qur’an
Turunnya al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-
kitab yang sebelumnya, al-Qur’an turun secara berangsur-angsur untuk menguatkan
hati Rasul dan menghibur nya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai
Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmatnya.
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah: 185)
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan nya (Al Quran) pada malam
kemuliaan (malam lailatul qodr). (QS. al-Qodr: 1)
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan nya pada suatu malam yang diberkahi dan
Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. ad-Dukhan: 3).
Ketiga ayat diatas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah
malam lailatul qodr dalam bulan ramadhan. Tetapi lahir (zahir) ayat-ayat itu
bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasul, dimana turun kepadanya
selama kurang lebih 23 tahun .
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw
sebagai petunjuk dan rahmat untuk dijadikan sebagai pedoman hidup, petunjuk
dan rahmat.
. Uraian al-Qur’an tentang puasa ramadhan, ditemukan dalam surat al-Baqarah: 183, 184, 185
dan 187. Ini berarti bahwa puasa Ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi saw tiba di
Madinah, karena ulama al-Qur’an sepakat bahwa Surat al-Baqarah turun di Madinah.
Para sejarawan menyatakan bahwa kewajiban melaksanakan puasa ramadhan
ditetapkan Allah SWT pada 10 sya’ban tahun kedua hijriyah.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-
Baqarah: 183).
Ayat ini yang menjadi dasar hukum diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang
beriman.
Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman. (QS. An Nisa’:103).
Artinya: sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS.
Thahaa: 14).
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al-kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Ankabut: 45).
Al-qur’an adalah sumber hukum yang utama dalam Islam, sebagaimana dalam
firman Allah:
Artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44).
Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (al- Ahjab: 36).
Kedua ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada al-
qur’an dan hadis sebagai dasar dan sumber hukum-hukum islam dan melarang kita untuk
menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan al-qur’an dan hadis serta dilarang
untuk mendurhakai allah dan rasul-Nya.
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang bahwa al-Qur’an
adalah sebagai sumber hukum, seperti surat an-Nahl: 89, Ibrahim:1 dan Shad: 1
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri. (QS. An-Nahl: 89).
Artinya: Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(QS. Al- Purqan:1).
Sebagai sumber hukum yang utama, maka al-Qur’an memuat sisi-sisi hukum yang
mencakup berbagai bidang. Secara garis besar al-qur’an memuat tiga sisi pokok hukum
yaitu:
Ketiga, hukum-hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang berkaitan dengan segala
perbuatan, perjanjian dan muamalah sesama manusia. Segi hukum inilah yang lazimnya
disebut dengan fiqh al-Qur’an dan itulah yang dicapai dan dikembangkan oleh ilmu ushul al-
Fiqh.
Hukum-hukum yang dicakup oleh Nash al-Qur’an, garis besarnya terbagi kepada tiga
bagian, yakni:
1. Hukum-hukum I’tiqodi, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah dan
kepercayaan
2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan tingkah laku,
budi pekerti.
3. Hukum-hukum Amaliyah, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan-
perbuatan para mukalaf, baik mengenai ibadat atau adat, mu’amalah madaniyah dan
maliyahnya, ahwalusy syakhshiyah, jinayat dan uqubat, dusturiyah dan dauliyah, jihad
dan lain sebagainya.
Yang pertama menjadi dasar agama, yang kedua menjadi penyempurna bagian yang
pertama, amaliyah yang kadang-kadang disebut juga syari’at adalah bagian hukum-hukum
yang diperbincangkan dan menjadi objek fiqih. Dan inilah yang kemudian disebut hukum
Islam.
IV. KESIMPULAN
2. Turunnya Al-Qur’an
Turunnya al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan
pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan
kemuliaan umat Muhammad.
Turunnya al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-
kitab yang sebelumnya, al-Qur’an turun secara berangsur-angsur untuk menguatkan
hati Rasul dan menghibur nya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai
Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmatnya.
A. Penjelasan al-qur’an terhadap hukum, contoh ayat yang menjelaskan tentang wajibnya
berpuasa di bulan ramadhan bagi orang-orang yang beriman (dalam surat al-baqarah:
183) dan diwajibkannya shalat bagi orang-orang mukalaf (dalam surat an-nisa: 103).
B. Al-qur’an sebagai sumber hukum, dijelaskan dalam surat al-maidah:44 dan al-Ahjab:
36.
Hukum-hukum yang dicakup oleh Nash al-Qur’an, garis besarnya terbagi kepada tiga
bagian, yakni:
1) Hukum-hukum I’tiqodi, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah dan
kepercayaan
2) Hukum-hukum Akhlak, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan tingkah laku,
budi pekerti.
3) Hukum-hukum Amaliyah