Anda di halaman 1dari 23

WAWASAN HADIST-HADIST TENTANG TATA CARA WUDHU

DISUSUN OLEH :

FAUSIAH ALMADIAH.S

A RAHMI AULIA

ANDI AYU ARUMDANI TENRIPADA MUSPANANRANG

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN


PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2014/2015
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Tiada kata yang patut kita ucapkan selain rasa syukur atas
kehadirat Allah SWT karena limpahan karunianya maka makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Walaupun jauh dari
kesempurnaan.

Makalah ini disajikan secara singkat dan jelas sehingga dapat menambah
pengetahuan kita mengenai hadis-hadis tentang tata cara wudhu.
Walaupun masih banyak terdapat kekurangan.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen yang telah bersedia


membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini, tak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu atas
penyelesaian makalah kami ini semoga bantuan dapat mendapat imbalan
oleh Allah SWT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu dengan adanya saran dan kritikan dari rekan-rekan maupun
dosen sangat kami harapkan.

Semoga apa yang kami paparkan dalam makalah ini bisa memberikan
wawasan ilmu pengetahuan khususnya hadis-hadis tentang tata cara
wudhu.

Demikianlah resensi ini disajikan mudah mudahan dapat bermanfaat bagi


rekan-rekan sekalian.

Makassar, Oktober 2014


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak ada jalan yang dapat mengembalikan segala kesulitan


agama sebagaimana aslinya, kecuali kembali kepada pokok asalnya,
kitabullah dan sunnah Rasul. Semangat, kembali kepada Al-Qur’an dan
Al-hadist yang merupakan seruan zaman, kini mendapatkan perhatian dan
tanggapan serius dari telinga dunia Islam. Sebab Al-Qur’an sendiri telah
menegaskan hal tersebut, sebagaimana ditengahkan pada ayat: 59 dari
Surat An-Nisa’: “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan rasul-Nya (Al-Hadist), bila
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat.”
Hadist merupakan salah satu sumber hukum islam yang ke dua
setelah Al-Qur’an. Namun, sebelum seseorang mempelajari hadist atau
sebelum seseorang mengadakan penelitian hadist. Maka terlebih dahulu
harus mengerti istilah-istilah yang dipakai ulama dalam mempelajari hadis.
Dalam kenyataannya, banyak sekali kaum muslimin yang merasa
kesulitan untuk memahami ulang sunah Rasul atau hadist, karena teks
aslinya menggunakan bahasa Arab, sementara penguasaan dan
pemahaman mereka terhadap bahasa tersebut sangatlah terbatas.
Padahal keiginan serta kebutuhan mereka untuk mendalami hadist Rasul
yang berisikan hikmah dan ilmu sangat mendesak, karena ingin
mendapatkan pelita dalam mengarungi gelapnya hidup dan kehidupan
yang di tuntut untuk meningkatkan pengabdian kepada Al-Khaliq.

Maka dalam makalah ini kami akan memaparkan wawasan hadist


tentang tata cara wudhu. Dikarenakan wudhu adalah ibadah yang sangat
agung yang merupakan syarat sah ibadah shalat seseorang.

(Sumber: Hadis-hadis AHKAM, Riwayat Asy-Syafi’i Thaharah Dan Shalat oleh


Ahmad Mudjab Mahalli)
B. Rumusan Masalah

   Bagaimana tata cara berwudhu ?


    Hadist-hadist dalam berwudhu ?

C. Tujuan

Tujuan membuat makalah ini selain daripada untuk


melengkapi tugas, juga yang paling sangat pentingnya yaitu untuk
bahan belajar dan untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang hadist-hadist tata cara wudhu.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wudhu

Wudhu adalah mensucikan bagian tubuh terhadap hadast


kecil sebelum melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, berwudhu
biasanya dilakukan dengan menggunakan air bersih, mengalir dan
tidak berbauh serta tidak berubah warna airnya. Tetapi air dapat
diganti dengan debuh apabila keadaan tidak memungkinkan yang
biasanya disebut sebagai tayamum, Misalnya seperti sakit tidak
boleh terkena air atau memang bahkan sama sekali tidak ada air.
(sumber: blogspot/riki ramdani/makalah berwudhu)

B. Hadis-Hadis Tata Cara Wudhu

Berwudhu bukanlah hal yang mudah, sekalipun telah


mengetahui syarat dan rukunnya. Karena itu, perlu diberikan
contoh-contoh langsung dari Rasulullah, agar mendapatkan wudhu
yang sempurna, yang sesuai dengan ajaran syariat Islam.

67. Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Unaiyah dari Zuhrdari Abi
Salamah dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu
bangun tidur. Janganlah dia langsung mencelupkan tangannya ke
dalam bejana, hingga dia mencucinya lebih dahulu tiga kali. Sebab
dia tidak tahu dimana semalaman tangannya berada.”

68. Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik dan Ibnu Uyainah dari
Abi Zinad dari Abi Huraira, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda:’apabila salah seorang diantara kamu
bangun tidur, janganlah dia langsung mencelupkan tangannya
kedalam bejana. Sebab dia tidak tahu dimana semalaman
tangannya berada”.

69. Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abi Zinad dari A’raj
dari Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi sallam telah
bersabda: “apabila salah seorang di anatara kamu bangun tidur,
hendaklah membasuh tangannya dahulu sebelum memasukkannya
kedalam bejana. Sebab dia tidak tahu dimana tangannya berada
70. Telah mengkhabarkan kepada kami Sofyan bin Uyainah dari Abi
Zinad dari A’raj dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Apabila salah seorang di antara
kamu bangun tidur, hendaklah membasuh tangannya lebih dahulu
sebelum memasukkannya ke dalam bejana. Sebab dia tidak tahu
dimana semalaman tangannya berada. “Al-Asham kemudian
berkata: “Sesungguhnya aku sengaja mengetengahkan hadis yang
diriwayatkan dari Malik secara menyendiri , dan hadis yang
diriwayatkan dari Sofyan secara menyendiri pula. Karena Imam
Asy-Syafi’I sebelum itu menuturkan kedua hadis tersebut secara
bersamaan dengan menggunakan teks hadis riwayat Malik.
Bagi orang yang baru saja bangun tidur, apabila akan melakukan
wudhu’, hendaklah membasuh tangannya lebih dahulu sebelum
memasukkannya ke dalam bejana. Sebab dia tidak tahu, apakah
semalaman tangannya menyentuh najis atau tidak. Ini
dimaksudkan untuk menjaga kesucian air di dalam bejana,
disamping sebagai amalan sunat. Akan lebih sempurna lagi
kesunatannya, bila dalam membasuh tangan hingga tiga kali.
71. Telah mengkhabarkan kepada kami IbnuUyainah dari Muhammad
bin Ishak dari Ibnu Abi ‘Atiq dari Aisyah, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Siwak dapat
membersihkan mulut, dan sangat diridhai Allah.”
Siwak adalah sarana untuk membersihkan dan menjaga kesehatan
mulut, sekaligus sebagai sarana mencari keridhaan Allah. Sebab
Allah sangat mencintai orang-orang yang suci.

72. Telah mengkhabarkan kepada kami Sofyan dari Abi Zinad dari A’raj
dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sekiranya aku tidak merasa memberatkan terhadap
umatku, niscaya aku perintahkan kepada mereka untuk mengakhiri
shalat Isya’ hingga akhir waktu, dan bersiwak setiap kali hendak
mengerjakan shalat.”
73. Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Amr bin Yahya Al-
Mazini dari ayahnya, dia telah berkata kepada Abdillah bin Zaid Al-
Anshari: “Adakah engkau dapat memperlihatkan kepadaku tentang
bagaimana cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan wudhu’?” jawab Abdillah bin Zaid: “Ya, saya dapat.”
Kemudian dia minta agar disediakan tempat wudhu’, lalu
menuangkan air ke atas kedua telapak tangan, kemudian
membasuhnya dua kali. Lalu berkumur dan menghirup air tiga kali,
kemudian membasuh muka tiga kali, dan membasuh kedua tangan
hingga siku dua kali. Lalu mengusap kepala dengan telapak tangan
tiga kali, yakni dia mulai dari bagian depan kepala kemudian dia
tarik ke belakang sampai tengkuk, lalu ditarik kembali ke depan
hingga sampai ke tempat semula. Lalu membasuh kedua belah
kaki.
74. Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Amr bin Yahya dari
ayahnya dari Abdillah bin Zaid, dia telah berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan wudhu’ dengan
membasuh muka tiga kali, membasuh tangan dua kali, dan
mengusap kepala dengan dua belah telapak tangannya. Beliau
mulai menggerakkan telapak tangan dari arah depan, kemudian
digerakkan perlahan-lahan ke belakang hingga sampai tengkuk,
baru kemudian beliau menggerakkan kembali ke depan sampai
tempat dimana beliau mulai mengusap. Lalu beliau membasuh
kedua belah kaki.”

75. Telah mengkhabarkan kepada kami Sofyan dari Hisyam dari Urwah
dari ayahnya dari Humran, dia telah berkata: “Sesungguhnya
Utsman bin Affan pernah melakukan wudhu’ dengan membasuh
anggota wudhu tiga kali tiga kali, kemudian dia berkata: Aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa berwudhu’ seperti wudhu’ yang aku lakukan, maka
keluarlah semua dosa yang ada pada dirinya, baik lewat muka,
lewat kedua belah tangan maupun kedua belah kakinya.”
Wudhu’ dengan sempurna, disamping berpahala, juga dapat
dijadikan tebusan atas dosa-dosa yang terlanjur dilakuka. Tetesan
air yang keluar dari muka, kedua belah tangan, dan kedua belah
kaki yang dibasuh ketika wudhu’, merupakan merantara pelebur
dosa. Karena itu, hendaklah setiap muslim menyempurnakan
wudhu’ ketika berwudhu hingga mendapatkan kesempurnaan
pahala maupun ampunan dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

76. Telah mengkhabarkan kepada kami Abdul-Aziz bin Muhammad Ad-


Darawardi dari Zaid bin Aslam dari Atha’ bin Yasar dari Ibnu Abbas,
dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
wudhu’, lalu memasukkan tangannya ke dalam bejana, kemudian
menghirup air dan berkumur satu kali. Kemudian memasukkan
tangan dan menuangkan air ke wajah satu kali, lalu menuangkan
air ke atas kedua tangan satu kali, dan mengusap kepala serta
kedua daun telinga sekaligus satu kali.

(Sumber: Hadis-hadis AHKAM, Riwayat Asy-Syafi’i Thaharah Dan Shalat oleh


Ahmad Mudjab Mahalli)

C. Tata Cara Wudhu


Mengingat peran pentingnya wudhu dalam proses peribadan,
Rasulullah saw kemudian memberi contoh secara khusus bagaimana
seorang muslim melakukan wudhu. Ada banyak hadist yang menjelaskan
secara detail bagaimana wudhu dilakukan, contohnya diberikan Utsman
Ibnu Affan seperti yang diriwayatkan oleh salah seorang budaknya yang
telah dibebaskan, Humrah: “Aku melihat ketika utsman ibnu affan
berwudhu beliau menyiramkan air pada kedua tangannya tiga kali, lalu
membersihkannya. Kemudian beliau berkumur dan membersihkan
hidungnya dengan air juga tiga kali. Kemudian beliau membasuh tangan
kanannya sampai siku tiga kali, kemudian tangan kirinya tiga kali, lalu
menusap kepala, terus kedua kedua kakinya. Kemudia beliau berkata, “
Aku melihat Rasulullah melakukan wudhu seperti wudhu yang kulakukan
ini” lalu Rasulullah berkata “Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku
ini dan lalu melaksanakan sholat sunah dua rakaat tanpa membiarkan
pikirannya melayang, maka Allah SWT akan mengampuni seluruh
dosanya yang telahdilakukannya (HR. Abu dawud 106, Muslim 436)

Ata ibnu Yasar - Rahimatullah ta’ala – meriwayatkan, “Ibnu abbas


berwudhu dan membasuh mukanya, lalu mengambil segenggam air untuk
berkumur dan membersihkan hidungnya dengan menghirup air wudhu
dan membuangnya. Kemudian dia mengambil segenggam air untuk
membasuh kedua tangannya dan mencuci mukanya. Lalu dia mengambil
segenggam air untuk membasuh mukanya, kemudian tangan kirinya. Dia
mengambil air lagi untuk mengusap kepalanya, selanjutnya dia menyiram
kaki kirinya secara sempurna, selanjutnya menyiram kaki kananya secara
membasuhnya secara sempurna, selanjutnya dia menyiram kaki kirinya
secara sempurna. Setelah itu dia berkata “ aku melihat Rasulullah saw
melaksanakan wudhu dengan cara seprti ini” (HR. Bukhari 4.7.142)

Sangat penting membasuh anggota tubuh dengan sempurna,


khusunya basulah itu akan menghilangkan rasa malas dalam diri seorang
muslim.

Abdullah ibnu Amr-rahimahullah ta’ala – meriwayatkan bahwa, “


suatu ketika Rasulullah saw berada dibelakang kami dalm sebuah
perjalanan, kemudian beliau menemukan kami ketika kami sedang
mengambil wudhu untuk melakasakan sholat ashar dimana pada waktu itu
kami sedang terlambat. Kami hanya sekenanya membasuh tangan dan
kaki. Kemudian Nabi Muhammad saw dua atau tiga kali denar suara
lantang dan mengulai sebanyak dua kali, “selamatkan tumit kalian dari api
neraka! (HR. Bukhari 3.31.96)

Kholid – rahimahullah ta’ala – meriwayatkan bahwa, “Rasulullah


saw pernah melihat seseorang sedang mau melaksanakan sholat pada
belakang kaki orang itu terhadap celah yang belum disentuh oleh air
wudhu. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan dia untuk mengulangi
wudhu dan sholatnya”. (HR. Abu dawud 175)

Tata atau adab dalam wudhu seorang mukmin adalah:

a) Membasuh tangan sampai pergelangan tangan, dimulai dengan


tangan yang kanan
b) Berkumur-kumur dengan air wudhu yang diambil dengan tangan
kanan
c) Menghirup air kedalam hidung dengan telapak tangan kanan dan
menyemprot keluar denagn tangan kiri
d) Membasuh lengan bawah sampai pada siku, dimulai denagn
tangan kanan
e) Membasuh muka kepala denagn cara memercikan air pada muka,
kemudian membasahi tangan dan mengusap dahi, dengan
meletakkan jari-jari melingkar pada tengkuk leher dan
mengembalikannya pada dahi seperti semula
f) Membersihkan telinga dengan memasukkan jari telunjuk yang
basah, dengan memutar pada lipatan telinga dan melewatkan
jempol dibelakang telinga dari bawah keatas
g) Dan membasuh kaki smapai pergelangan kaki, dimulai dari kaki
kanan, dengan menyakinkan bahwa tiada celah sedikitpun yang
tidak terkena busah aair wudhu khususnya diantara jari-jari kaki.
Menggosok sepatu, bukannya membasuh kaki secara langsung
pada saat tertentu juga diperbolehkan sebagai cara berwudhu, selama
sepatu tersebut telah dipasang setelah seorang mengambil wudhu.
Sehubung dengan membasuh sepatu ini, jika terdapat luka yang ditutupi
oleh kain perban tertentu dibagian tubuh yang merupakan anggota wudhu,
diperbolehkan untuk hanya menggosok kain tersebut denagn tangan yang
basah.

Beberapa hadist lainya mengatakanbahwa kadang-kadang kita


diperbolehkan menggosok tangan pada surban jika kepala dalam keadaan
suci dan bersih sebelumnya dan jika hal itu terjadi akan menimbulkan
kesukaran untuk melepas perban yang dipakai. (HR. Abu dawud 147-165)

Kebanyakan wanita mengusapkan tangan mereka pada jilbab atau


kerudung jika rambut mereka telah disucikan sebelumnya.

Al-Mughira Ibnu Shubah – rahimahullah ta’ ala – meriwayatkan


bahwa, “Rasulullah saw mengambil wudhu dan mengusap gombak dan
surban beliau. Versi hadist lainya menyebutkan, “Rasulullah saw
mengusap kaos kai, gombak dan surban beliau” (HR. Abu dawud 150)

Adapun klasifikasi lain dalam bentuk dimensi batin wudhu dan aplikasinya
dalam kehidupan.

(Sumber: Khusyuk Sholat Berguru pada Rasulullah oleh Muhammad Imam Ar-
Ridla’)
Dimensi Batin Wudhu dan Aplikasinya dalam Kehidupan

Karena Allah SWT. Adalah mahabatin , maka pelaksanakan wudhu


berkembang ke dimensi batin, ketika pelaksanaan wudhu menjadi suatu
bentuk permohonan akan rahmat, ampunan, motivasi, dan pengjagaan
Allah SWT terhadap diri seorang muslim.

1. Membasuh Muka

Dengan membasuh muka atau wajahnya, seorang muslim menyatakan


bahwa wajahnya akan dihadapkan kepada kemaha besaran Allah,
menjunjung tinggi segala seluruhnya, dan pada saat yang sama ia
mengharapkan agar wajahnya dipelihara dari segala perbuatan maksiat.
Bahkan ia mengharapkan agar wajahnya tidak buatan maksiat. Bahkan ia
mengharapkan agar wajahnya tidak pernah tertarik kepada hal-hal yang
negatif dan yang tidak disukai Allah SWT. Kesucian wajahnya menjadi
isyarat betapa ia telah membangun komitmen untuk berkonsentrasi
secara optimal kepada ibadah.

Membasuh wajah untuk menghadapnya juga berarti semacam janji


bahwa seorang muslim seorang muslim hanya menghadap dan
menyembah Allah dan menganggukkannya, dan bukan mengabdi dan
mengagungkan selainya. Prinsip ini akhirnya teraplikasi dalam perilaku
dan kehidupannya sehari-hari.

2. Membasuh Tangan

Dengan membasuh tangannya, seorang muslim berdoa kepada


Allah agar membersihkannya dari dosa-dosa yang telah dilakukannya
denagn kedua tangannya, disengaja atau tidak disengaja.

Selain pertanyaan doa agar dibersihkan dari dosa-dosa yang


pernah dilakukan oleh tangannya. Pensucian tangannya juga
dimaksudkan sebagai pertanyaan bahwa tangannya tidak akan
dipergunakannya lagi untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan Allah seperti mencuri, mengambil hak orang lain,
korupsi, dan kolusi.

Dengan membasuh tangannya juga seorang muslim berdoa


kepada Allah semoga dihari kemudian menyerahkan buku catatan amal-
amalnya ke tangan kanannya, seperti yang dilakukan kepada orang-orang
yang beriman, bukan ketangan kirinya seperti yang dilakukan kepada
orang-orang yang beriman, seperti yang dilakukan kepada orang-orang
yang banyak melakukan dosa.

Membasuh tangannya juga disertai dengan kesadaran bahwa


apapun yang dikerjakan didunia dengan pancaindranya, justru
pancaindranyalah yang akan menjadi saksi dihadapan Allah bahwa hal itu
dia lakukan. Sebagaimana firman Allah SWT;

Artinya:“pada hari ini kami tutup mlut meraka dan berkatalah kepada kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap
apa yang dahulu mereka lakukan.” (qs.36/Yasin:65)

3. Menyapu Kepala

Salah satu kewajiban seorang muslim ketika melaksanakan wudhu


adalah menyapu kepala. Sebagaimana yang jelaskan dalam Al-Quran.
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak
melaksanakan shalat, maka basulah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu dan kakimu sampai
denagn kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air , maka bertayammumlah dengan tanah yang baik, sapulah
mukamu dan tangan mu denagn tanah itu, tetapi dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnahkan nikmatnya bagimu,
supaya kamu bersyukur.” (QS.5/al-Maidah:6).

Secara akhir menyapu kepala dapat dirasakan sebagai upaya


seorang untuk mendinginkan kepalanya, dan dalam tingkat tertentu ia
sebagai upaya untuk keindahan dan kebersihan.

Namun menyapu kepala dalam makna batin dapat diphami sebagai


upaya untuk memohon kepada Allah agar pikirannya dijaga juga oleh
Allah untuk tetap berada dalam kondisi yang baik, dapat membiasakan diri
untuk berpikir positif. Berpikir positif adalah sesuatu yang dapat diperlukan
dalam kesuksesan kerja dan kehidupan serta terciptanya hubungan
antara individu yang baik. Tampaknya itulah sebabnya Allah
memperingatkan orang yang beriman agar menjauhkan diri dari negative
thingking. Firman Allah SWT
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah yang maha penerima tobat (QS.49/al_Hujurat:12)

Menyapun kepala juga merupakan upaya spiritual untuk


mengendalikan pikiran. Meskipun yang disyaratkan oleh Imam
Syafi’i, misalnya, tiga helai rambut untuk menyapu sebagian
kepala, bahkan sampai ke sebelah belakang adalah suatu yang
disunatkan.

Pengembangan pemikiran yang bermanfaat bagi manusia ini


sangat penting. Sebab salah satu tujuan penciptaan manusia untuk
mewujudkan kemakmuran dibumi. Firman Allah SWT.:

Artinya:”Dan kepada Tsamud saudara mereka, shaleh. Shaleh berkata:


Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuham
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan
kamu pemakmurannya, karena itu memohonlah ampunannya,
kemudian bertobatlah kepadanya. Sesuhngguhnya Tuhanku amat
dekat lagi memperkenankan” (QS.11/Hud:61)
Dari uraian diatas jelaslah dapat diketahui, bahwa menyapu kepala
sebagai bagian dari kegiatan berwudhu memiliki implikasi yang luas
bagi pembinaan dan pengembangan kemamouan manusia serta
sukses mereka dalam kehidupannya.

4. Menyapu telinga
Dengan menyapu telinga seorang muslim minimal lima kali
sehari semalam membersihkan telinganya. Penyucian ini selain
memiliki konotasi fisik, agarr telinga bersih, juga bermakna batin
yang dapat digunakan untuk mendengar yang baik-baik.
Telinga sebagai salah satu pancaindra yang menyuplai
informasi kedalam otak manusia memang perlu untuk orientasi
kepada kerihaan Allah. Sebab informasi yang tak tersaing secara
religius bisa jadi akan merusak kesucian perilaku manusia.
Dengan begitu maka dengan menyapu telinga dimaksudkan
agar informasi bisa dikumpulkan sebanyak-banyaknya, danpada
saat yang sama informasi itu diterima secara objektif dan
bertanggung jawab, karena semua yang didenagr dan
ditindaklanjuti seseorang akan dipertanggung jawabkandihadapan
Allah. Sebagai firmannya:

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak


mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawaban”.(Qs.17/Al-Isra:36)
5. Membasuh Kaki
Membasuh kaki dapat dikatakan merupakan pertanyaan
perlawanan seorang muslim terhadap setan yang selalu
menjerumuskan ke jalan yang salah. Sebagaimana firman Allah
SWT

Artinya: “Sesungguhnya setan itu adalah musuhmu, maka


anggaplah ia sebagai musuhmu, sesungguhnya ia akan
menyeru golongannya supaya menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala (QS.35/Fathir:6)

6. Berkumur-kumur

Pertama, denagan berkumur-kumur seorang muslim


memohon kepada allah agar mensucikan dirinya dari dosa-dosa
yang pernah dilakukan sehubung dengan perkataan dan ucapa
yang tidak sesuai denagn adab dan sopan santun serta
kebohongan apapun bentuknya.

Kedua, dengan kumur-kumur seorang muslim


mengharapkan kepada Allah agar dimasa yang akan datang dari
mulut nya tidak akan keluar lagi pertanyaan-pertanyaan yang tidak
berdasarkan fakta.

Ketiga, denagn berkumur-kumur seorang muslim berjanji


bahwa mulutnya akan digunakan untuk hal-hal yang baik-baik.

7. Membasuh Air Ke Hidung


Ketika seorang memasukkan air kehidungnya ia berdoa dan
memohon kepada Allah kiranya mengisi hidungnya dengan
keharuman surga, menghilangkan kegelapan yang telah menandai
wajahnya dan menyinarinya dengan cahaya kebijaksaannya.
Kebijaksaannya begitu penting dalam kehidupan. Sebab,
kebijaksaanlah yang membuat hidup menjadi damai dan
sempurna.

(Sumber: Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral


Melalui Shalat yang Benar oleh Jefry Noer)

TAYAMMUM : Jika Tidak Ada Air

Mengambil wudlu’ sebelum sholat bisa dilakukan baik dengan air


maupun tanpa air jika memang air tidak ada saat itu.yang terakhir ini
dilakukan dengan cara membasuh bagian-bagian tubuh yang sama dan
seseorang dapat mengganti basuhan air itu dengan debu atau tanah. Ini
dikenal sebagai tayammum.

“…lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan


tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dangan
tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.” (Al-Qur’an 5:7).

“Aku datang menemui Rasulullah saw dan menceritakan segala


apa yang telah kuperbuat. Kemudian beliau berkata, “Cukuplah engkau
melakukan itu, beliau memukul (menggosok) tanah atau bumi dengan
tangan beliau sekali dan mengusap tangan kanan beliau dengan tangan
kirinya dan bagian luar telapak tangan dan muka beliau.” (HR. Muslim
716)
Adapun adab atau tata-cara bertayammum yang diterima secara umum
adalah dengan mengusap muka atau wajah sekali dan mengusap tangan
sampai pada siku.

Amar Ibnu Yasir – rahimahullah ta’ala - meriwayatkan bahwa,


“Mereka (para sahabat) mengusap dengan menggunakan tanah yang
seperti untuk melakukan sholat selama menemani atau mendampingi
perjalanan Rasulullah saw. Mereka memukul (meletakkan) tangan mereka
di atas tanah dengan telapak tangan mereka dan kemudian mereka
mengusap muka atau wajah mereka sekali. Dan kemudian mereka
meletakkan telapak tangan mereka di tanah sekali lagi untuk kemudian
mereka mengusapkannya pada tangan mereka sampai pada pundak dan
ketiak mereka secara sempurna dengan telapak tangan (bagian dalam)
mereka.” (HR. Abu Dawud 318- hadist lain meriwayatkan bahwa: Ibnu
Wahab tidak menyebutkan kata ‘bahu atau pundak’ maupun ‘ketiak’).

Kadang-kadang Rasulullah saw menggosokkan (meletakkan)


tangan beliau di dinding, tidak pada tanah atau bumi (HR. Abu Dawud
329-331). Ini terjadi manakala Rasulullah saw keluar dari toilet umum dan
keinginan untuk menyucikan diri sebelum beliau menyapa seorang yang
beliau temui di perjalanannya.

(Sumber: Khusyuk Sholat Berguru pada Rasulullah oleh Muhammad Imam Ar-
Ridla’)
DAFTAR PUSTAKA

(Sumber: Hadis-hadis AHKAM, Riwayat Asy-Syafi’i Thaharah Dan Shalat oleh


Ahmad Mudjab Mahalli)

(Sumber: Khusyuk Sholat Berguru pada Rasulullah oleh Muhammad Imam Ar-
Ridla’)

(Sumber: Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui Shalat
yang Benar oleh Jefry Noer)

Anda mungkin juga menyukai