Anda di halaman 1dari 20

Be Hero!

Menjadi Besar
dengan Cara
yang Benar
“Bila jiwa itu besar,
sesungguhnya fisik tak akan
mampu meladeninya.”
Menjadi Besar dengan Niat yang Benar

“Berapa banyak amal yang remeh menjadi


besar gara-gara niat. Dan berapa banyak
amal yang besar menjadi remeh gara-gara
niat.”
(Abdullah bin Mubarak)
Jangan-jangan prestasi yang kita punya
sirna dihadapan Allah karena tidak
didasari niat yang benar, tidak dibingkai
keikhlasan dan jauh dari keridhaan Allah.
Seperti kisah tiga orang “penting” yang
diseret ke neraka karena salah niat.
Padahal mereka adalah tokoh-tokoh
terkemuka yang prestatif di tengah
kaumnya, tetapi mereka di seret ke
neraka terbongkar niat busuk dan buruk
yang tersimpan rapi di lubuk hati mereka
yang paling dalam. Siapakah mereka?
Mereka adalah motor penggerak
masyarakat yang sangat berperan dalam
merubah kondisi masyarakat. Mereka
adalah:
1. Orang alim, yang banyak ilmunya
2. Dermawan, yang banyak dermanya
3. Mujahid, yang gemar berjihad
“Katakanlah, Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada
sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah).”
(QS. Al An’am: 162-163)
Saudaraku, kita merasa perlu untuk
mengawali kajian Be Hero dengan tema
meluruskan niat karena memang inilah
cara membangun fondasi amal agar
memiliki nilai, makna dan arti. Ikhlas itu
amal hati, syarat diterimanya amal dan
ibadah.
Niat memiliki banyak fungsi dan
arti yang berdampak pada
bernilai tidaknya suatu amal.
1. Menyempurnakan
Tanpa niat yang jelas, sebuah amal tidak
sempurna, tidak bernilai di sisi Allah. Sebagian
ulama menegaskan “innamal a’malu bin
niyaat” maksudnya sebagai “innamaa
kamaalul a’maal” sesungguhnya
sempurnanya amal adalah dengan niat. Inilah
yang menjadi dasar setiap amal, niat masuk
dalam rukun setiap ibadah. Tak ada ibadah
tanpa niat.
2. Mengubah
Niat yang buruk bisa mengubah suatu amal
yang baik menjadi buruk.
Tapi tidak berlaku sebaliknya. Tak bisa, dengan
alasan niat yang baik untuk mengubah
keburukan menjadi kebaikan. Tidak bisa
melakukan korupsi, mencuri, maksiat dengan
tujuan ibadah, misalnya “Bismillah nawaitu
korupsi lillahi ta’ala…”
Karena ada kaidah “al ghayah laa tubarriru al
wasilah” tujuan baik harus dilakukan dengan
cara baik pula. “Sesungguhnya Allah mewajibkan
kebaikan atas segala sesuatu.” (HR. Muslim)
3. Menguatkan
Dengan niat, amal menjadi kuat, komitmen
menjadi kokoh, motivasi menjadi dahsyat, badan
yang lemas menjadi kuat. Itulah ruhun niyah,
ruhnya niat sebagaimana dalam firman Allah,
“Jika telah bulat tekadmu, maka bertawakallah
kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 159)
Misal lapar. jika bukan karena niat berpuasa jiwa
akan gelisah karena perut keroncongan. Tapi bila
sejak awal memasang niat untuk berpuasa, insya
Allah jiwa akan kuat karena telah meniatkannya.
4. Menjadikan
“Jika membangun masjid itu untuk tujuan yang
rusak dan buruk, maka ia akan menjadi bencana
bagi yang membangun dan mendirikannya. Niat
yang keji menodai amal yang baik dan
membuatnya menyimpang, merubah yang baik
menjadi buruk dan merubah pahala menjadi
dosa.” (DR. Yusuf Al Qardhawi)
Sebagaimana perkataan Fudhail bin Iyadh,
“Beramal karena manusia adalah syirik,
meninggalkan amal karena manusia adalah riya’.
Dan keikhlasan adalah jika kamu selamat dari
keduanya.”
5. Niat adalah ruh kehidupan
Niat itu bukti kesadaran, tanda kehidupan, ciri
kemuliaan. Dengan niat yang benar, jiwa yang
besar, langkah yang sesuai standar, segala
aktifitas menjadi memiliki ruh, nilai dan makna
lebih.
Misal orang berdakwah dan tahu keutamaannya,
tentu tak akan rela meninggalkan aktifitas ini
karena kata Nabi, “Barangsiapa mengajak
kepada kebaikan, maka baginya pahala
sebagaimana orang yang mengamalkannya.”
6. Membedakan
Inilah yang membedakan bahwa amal itu dapat
sama tapi dengan niatan ibadah maka
kualitasnya jauh diatas amal yang tidak
berkualitas. Kebiasaan dan kebutuhan,dengan
sentuhan niat akan menjadi “beda”, karena Allah
menganugerahkan pahala baginya.
Zubaid Al Yamy berkata, “Berniatlah dalam
segala kebaikan yang engkau kehendaki,
termasuk tatkala engkau ingin menyapu.”
JADI, DENGAN NIAT, BEDAKAN RASANYA DAN
RASAKAN BEDANYA!
7. Mengesahkan
Kata “Innamal a’malu binniyat…” menurut
Jumhur Ulama adalah “innamaa shihhatul
a’mal” yaitu syarat sahnya sebuah amal,
ibadah dan perbuatan tergantung niatnya.

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon


keridhaan-Mu dan jannah, dan kami
berlindung dari kemurkaan-Mu dan dari
panasnya siksa neraka.”
8. Membesarkan
Ini unik. Niat membuat sesuatu yang sederhana
menjadi besar. Ini menjadi ruh dahsyat yang
menggerakkan orang mukmin untuk selalu
meniatkan segala sesuatu.
Ingat? Kisah siwak yang menggentarkan musuh
dan membuat mereka mundur. Kaum muslimin
serempak mencari pohon kayu miswak untuk
bersiwak melaksanakan satu sunah yang
terlupa. Musuhpun melihat aktifitas menggosok
gigi ini sebagai “persiapan untuk menggigit
mereka.”
Jadi dengan niat yang besar menjadikan hidup
kita lebih besar. “Laa tahkiranna minal ma’ruufi
syai-an” janganlah kamu remehkan kebaikan
sekecil apapun.
9. Melipatgandakan
Sebuah amal biasa, apabila dilakukan dengan
niat yang besar dan cara yang benar akan
dapat melipatgandakan nilainya. Inilah yang
biasa disebut sebagai amal jama’i, amal dalam
kehidupan berjamaah. Contoh sederhananya
adalah shalat ketika dilakukan sendirian
bernilai satu derajat. Apabila dilakukan
berjamaah menjadi dua puluh tujuh derajat.
Nafas adalah Kehidupan

“Tahun ibarat pohon, bulan-bulan laksana


cabangnya, hari-hari sebagai rantingnya,
jam-jam sebagai daunnya dan nafas kita
sebagai buahnya. Barangsiapa yang
nafasnya selalu dalam ketaatan, maka
orang itu telah menanam pohon yang
baik.”
(Ibnul Qayyim, Al Fawaid, hal.164)
Perbaharuilah selalu imanmu dengan laa
ilaaha illallah, perbaharuilah amalmu
dengan keikhlasan, perbaharui semangat
dengan doa dan munajat, perbaharui
akhlak dengan pembersihan jiwa.
Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.

Anda mungkin juga menyukai