Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dalam bab ini berisi pembahasan penatalaksanaan akupunktur pada

Tn. C, berusia 40 tahun, beralamatkan di Sambirejo, Munggur, Mojogedang,

Karanganyar, beragama Islam, pekerjaan petani, pendidikan terakhir SMA,

status sudah menikah yang dilaksanakan pada tanggal 26 November 2016

sampai dengan tanggal 24 Desember 2016 di RSU Jafar Medika,

Karanganyar. Penatalaksanaan akupunktur berdasarkan Wang (pegamatan),

Wen (pendengaran dan penciuman), Wun (anamnesa), Cie (palpasi), diagnosa

akupunktur, perencanaan terapi, pelaksanaan terapi, dan evaluasi untuk kasus

Low Back Pain dengan sindrom stagnasi qi dan xue meridian BL karena

trauma.

1. Wang (pengamatan)

Dari hasil pengamatan pasien Tn. C datang dengan kesadaran

penuh, pasien terlihat bersemangat, mata terlihat bersinar, rona wajah

pasien terlihat merah muda yang berarti pasien dalam keadaan

normal.Pasien Tn. C memiliki tubuh yang ideal, postur tubuh pasien

tidak membungkuk tetapi pergerakan tidak leluasa karena menahan sakit

pada area pinggang. Menurut Sim (1997) apabila keadaan Shen

(semangat) baik dijumpai pada orang sakit, berarti Zheng Qi (daya tahan

tubuh) masih dalam keadaan tidak terlalu lemah.

38
39

Dari pengamatan lidah, Tn. C didapatkan otot lidah terlihat

berwarna keunguan dengan selaput putih tipis, ukuran besar, ada tapak

gigi, permukaan kasar, dan tidak mengelupas. Menurut teori warna otot

lidah keunguan menandakan adanya stagnasi darah (Saputra, 2005).

Selaput lidah putih tipis menandakan adanya qi dari lambung yang cukup

(Sim, 1997). Menurut Saputra (2005) adanya tapak gigi menandakan

adanya defisiensi limpa. Defisiensi limpa dapat dilihat dari pola makan

pasien yang kurang baik.

2. Wen (pendengaran dan penciuman)

Dari hasil pendengaran dan penciuman pada pasien Tn. C suara

pasien terdengar jelas, tidak terdengar sendawa, tidak ada suara nafas,

tidak terdapat suara batuk. Menurut teori, penyakit baru dan ringan tidak

mempengaruhi suara dan perkataan, hanya penyakit kronis dan berat

yang dapat mengganggu suara bicara dan perkataan (Sim, 1997). Pada

pemeriksaan penciuman tidak terdapat bau badan, bau keringat, dan tidak

tercium bau mulut yang kurang sedap pada pasien.Menurut Sim (1997)

umumnya penyakit baru dan ringan tidak mempunyai bau yang

abnormal.

3. Wun (anamnesa)

Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 November 2016 dengan

caraautoanamnesa. Dari pengkajian didapatkan data pasien Tn. C datang

dengan keluhan nyeri pinggang yang dirasakan secara tiba-tiba setelah

jatuh di sawah dengan posisi terlentang. Keluhan dirasakan pasien sudah


40

satu minggu yang lalu setelah jatuh terpeleset dari sawah. Keluhan

bertambah berat sekitar empat harian ini. Nyeri dirasakan menusuk dan

menetap dengan skala nyeri menunjukkan angka 6. Nyeri pinggang yang

dirasakan memberat saat cuaca dingin. Biasanya untuk mengurangi nyeri

pinggang pasien beristirahat dan di beri minyak gosok pada pinggang.

Menurut Setiyohadi, dkk (2009) skala nyeri 6 menunjukkan bahwa nyeri

tersebut tergolong dalam nyeri yang sedang yang dapat menyebabkan

sedikit terganggunya pergerakan dan aktivitas pasien, hal ini terbukti

dengan gerakan pasien yang tidak leluasa menyebabkan terhambatnya

pekerjaan pasien. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM) nyeri

pinggang pada pasien Tn. C disebabkan adanya stagnasi qi dan darah.

Hal tersebut dapat dilihat dari adanya trauma yang berupa jatuh terpeleset

di sawah pada pasien Tn. C. Pada anamnesa pasien Tn. C juga

mengatakan bahwa pasien merasakan nyeri yang menusuk dan menetap

apabila malam hari dan cuaca dingin. Gejala kasus low back pain karena

stagnasi qi dan darah karena trauma manifestasinya sensasi nyeri yang

menusuk pada pinggang dan menetap, nyeri semakin memburuk dimalam

hari dan ringan di siang hari, pada keluhan yang ringan hanya mengalami

kesulitan membungkuk dan tidak ada perubahan anatomis (Peng, 2007).

Sehingga pada data pengkajian pasien Tn.C tersebut sesuai dengan teori

yang ada.

Hasil pemeriksaan status organ didapatkan data sistem jantung

dan usus kecil pada pasien Tn. C yang sulit tidur karena menahan nyeri
41

pada pinggang sehingga tidur menjadi tidak nyaman. Jantung dengan

limpa mempunyai hubungan saling menghidupi, jantung mengontrol

sirkulasi darah dan limpa memiliki fungsi memproduksi darah. Ketika Qi

limpa cukup, produksi darah akan cukup. Hubungan jantung dengan

limpa diartikan dalam hal produksi dan sirkulasi darah

(Saputra, 2005). Organ jantung dan limpa hubungannya saling

mempengaruhi, bila Qi limpa lemah, tugas limpa dalam

fungsitransportasi dan transormasi mengalami kegagalan, sehingga

sumber produksi darah menjadi berkurang, hal ini karena organ limpa

gagal dalam mengendalikan darah, sehingga menyebabkan defisiensi

darah pada organ jantung, maka timbulah gejala sulit tidur, anggota

badan mudah lelah dan gangguan pada otot pinggang pada pasien

(Saputra, 2005). Data pasien sesuai dengan teori yang ada. Status organ

limpa dan lambung terdapat keluhan mudah lelah. Hubungan limpa dan

lambung secara fungsional, lambung menerima makanan dan limpa

mentransformasikan, mendistribusikan, menstransformasikan nutrisi. Qi

lambung secara normal menurunkan Qi ke bawah, sedangkan limpa

menaikkan nutrisi makanan ke atas. Dan limpa juga menguasai otot,

sehingga apabila terdapat gangguan pada otot maka secara umum

limpalah yang bertanggung jawab dalam hal transportasi dan

transformasi yang akan berhubungan dengan kekuatan otot dan anggota

gerak (Saputra, 2005). Pada kasus Low Back Pain ini terdapat gangguan

berupa nyeri pada daerah pinggang yang berarti adanya ketegangan pada
42

otot-otot sekitar pinggang pada Tn. C. Sehingga pada data pengkajian

pasien Tn. C tersebut sesuai dengan teori yang ada. Status organ ginjal

dan kandung kemih pada pasien Tn. C adalah rambut beruban. Organ

limpa dengan ginjal mempunyai hubungan istimewa yaitu, apabila limpa

defisien maka ginjal ikut defisien. Fungsi ginjal sendiri bermanifestasi

pada rambut apabila ginjal defisien maka dapat dilihat dari warna rambut

yang beruban.

Pada anamnesa status diet, nafsu makan pasien kurang baik,

frekuensi makan sehari hanya 2 x (pagi tidak pernah sarapan) kadang

juga hanya 1 x sehari. Menurut Saputra (2005), menurunnya nafsu makan

bisa menyebabkan stagnasi qi dari limpa dan lambung. Jenis makanan

yang sering dikonsumsi sayur kuah bening lauk gorengan dengan 1

centong nasi, porsi makannya habis 10 sendok dalam sekali makan,

kecenderungan rasa yang dikonsumsi suka makanan yang gurih. Menurut

Maciocia (2011), kurangnya sensasi rasa menandakan defisiensi limpa.

Frekuensi minumnya sering sehari kurang lebih 10 gelas sekitar

kurang lebih 2 liter, jenis minumannya air putih dan teh hangat, tidak

menyukai dingin. Menurut Longo dan Fauci (2010), berdasarkan data

diatas pasien telah mengkonsumsi minuman air putih lebih dari 2 liter

setiap hari, sehingga sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme pasien.

Pada status buang air kecil sehari bisa kurang lebih 5 x, jumlah

urinnya banyak warnanya kuning jernih tidak pekat, tidak ada nanah, dan
43

tidak ada darah, pada malam hari buang air kecil bisa 1 x tergantung

volume minumnya. Menurut Sim (1997), pada orang sehat umumnya

buang air kecil sebanyak 3 sampai 5 kali, sedangkan pada malam hari

tidak membuang urin atau satu dua kali membuang urin. Volume kecil

dipengaruhi oleh suhu udara, pengeluaran keringat dan juga umur

seseorang

Pada status buang air besar sehari 1 x saat pagi, konsistensinya

agak lembek, bentuknya lonjong, tidak mengejan, tidak ada darah dan

warnanya kuning. Menurut Sim (1997) umumnya orang sehat buang air

besar sehari sekali. Tinja yang normal tidak terlalu kering dan tidak

terlalu keras, berbentuk lonjong, dan berwarna kuning.

4. Cie (Palpasi atau Perabaan)

Pada perabaan pinggang terdapat adanya ketegangan otot, yang

menandakan kontraksi dari otot karena terjadi benturan hal ini

menunjukkan akibat terjadi perubahan posisi karena trauma pada

pinggang yang berupa jatuh terpeleset yang menyebabkan spasme atau

ketegangan pada otot. Pada palpasi lokalisasi pasien Tn. C pada titik

Shenshu (BL 23), Sanjiaoshu (BL 22), Yaoyangguan (DU 3), Zhishi (BL

52) terdapat nyeri tekan. Menurut sim(1997), dijelaskan bahwa adanya

rasa nyeri tekan menunjukkan adanya sindrom ekses yang sering

disebabkan oleh serangan pathogen angin, dingin, lembab, panas dan qi

tidak lancar. Pada pemeriksaan nadi pasien Tn. C didapatkan nadi dengan

kedalaman superficial (mengambang), kecepatannya normal, ukurannnya


44

tipis, kekuatannya kuat normal, jenis nadinya seret. Nadi superfisial

menandakan penyakit masih pada stadium awal atau masih pada

meridian. Oleh karena itu data pengkajian pasien Tn. C tersebut sesuai

dengan teori yang ada (Saputra, 2005).

5. Vital Sign

Pada pemeriksaan vital sign pasien Tn. C didapatkan hasil

sebagai berikut: tekanan darah 130/80 mm/Hg, frekuensi nadi 70 x/menit,

respirasi 18 /menit, suhu tubuh 36,5 derajat celcius, berat badan pasien

63 kg, tinggi badan pasien 170 cm, kondisi umumnya compos mentis.

Menurut WHO dan Joint Committee on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JHC) tekanan darah normal sistolik

90-140 mmHg dan diastolic 60-90 mmHg. Menurut Pearch (2008) nadi

normal umumnya antara 60-80 kali per menit, sama dengan empat kali

per sekali respirasi (satu kali menarik dan satu kali mengeluarkan udara).

Kecepatan respirasi normal pada orang dewasa yaitu 10-20 kali permenit.

Sehingga pada data pengkajian pasien Tn. C tersebut sesuai dengan

tinjauan teori yang ada.

B. Diagnosa Akupunktur

1. Analisis 8 dasar diagnosa

Pada analisis 8 dasar diagnosa akupunktur pasien Tn. C pada

pemeriksaan Wang (penglihatan) ditemukan bersemangat, sinar mata

pasien bersinar. Menurut Sim (1997) pasien Tn. C dikategorikan sebagai


45

Yang karena bersemangat dan sinar mata bersinar. Pada pasien Tn. C,

pada pemeriksaan Wen (pendengaran atau penciuman) pasien ditemukan

suara bicara jelas, pasien digolongkan sebagai Yang karena suara bicara

jelas. Menurut Saputra dan Idayanti(2005), pasien yang berbicara terus-

menerus dan suara bicaranya jelas dikategorikan dalam sifat Yang.

Pasien Tn. C pada pemeriksaan Wun (Anamnesa) didapatkan data bahwa

pinggang terasa sakit saat ditekan, maka dari data Wun (Anamnesa)

disimpulkan pasien mengalami ekses. Menurut Sim (1997) Jika nyeri

bertambah sakit saat ditekan maka menunjukkan sifat ekses. Pada

pemeriksaan Cie (palpasi) didapat data pasien ekses dan luar, karena

pasien merasakan sakit saat ditekan daerah pinggang dan keluhan pasien

baru dirasakan beberapa hari, saat nadi ditekan bisa terasa dengan

sentuhan ringan. Menurut Sim (1997) Jika saat ditekan pada daerah nyeri

bertambah sakit maka menunjukkan sifat ekses. Menurut Saputra dan

Idayanti (2005) nadi yang terasa saat palpasi dengan sentuhan ringan

menunjukkan sindrom luar terdapat pada stadium awal penyakit atau

penyakit eksogen. Sehingga pada data pengkajian pasien Tn. C sesuai

dengan teori yang ada.

2. Sindroma diagnosa

Darah beredar mengikuti aliran qi, sehingga apabila terjadi

gangguan fungsi qi, misalnya qi tidak dapat beredar dengan lancar, maka

keadaan ini dapat mengganggu peredaran darah sehingga mengakibatkan

terjadinya stagnasi darah, prinsip terapi untuk stagnasi qi dan darah


46

adalah melancarkan peredaran qi dan darah, jika qi tersumbat, maka

darah akan mengalami stagnasi. Luka trauma juga dapat melukai tendon,

otot, dan tulang yang dapat mencederai pembuluh darah dan

menimbulkan stagnasi darah (Sim, 2012).

Menurut Peng (2007) luka trauma juga dapat menyebabkan Low

Back Pain yang dapat melukai tendon, otot, dan tulang yang dapat

menimbulkan stagnasi darah.

Sehingga pada data pengkajian pasien Tn. C dengan keluhan

Low Back Pain yang sifat nyerinya menusuk, menetap hanya dirasakan di

pinggang saja tanpa menjalar sampai kaki, nyeri terjadi setelah jatuh

terpeleset di sawah dengan posisi terlentang, otot lidah keunguan, dan

nadinya superfisial sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan blangko

pengkajian pada bab III dapat disimpulkan pada pasien Tn. C dengan

usia 40 tahun dengan keluhan utama Low Back Pain oleh karena stagnasi

qi dan darah di meridian bladder.

C. Rencana Terapi Akupunktur

Perencanaan terapi pada pasien Tn. C dengan keluhan nyeri

pinggang (Low Back Pain) oleh karena trauma jatuh terpeleset dari sawah

adalah meredakan nyeri, melancarkan aliran qi dan darah di meridian bladder

dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pemilihan titik terapi sesuai dengan

prinsip terapi. Penjelasan alasan pemilihan titik utama adalah shenshu

(BL 23) untuk mengurangi nyeri punggung bawah dan untuk titik lokal
47

pinggang, Sanjiaoshu (BL 22) digunakan untuk kaku punggung bawah,

Zhishi (BL 52), Yaoyangguan (DU 3) digunakan untuk mengurangi nyeri di

daerah pinggang bawah, Weizhong (BL 40) untuk merefleksikan otot tendon

untuk meredakan nyeri pinggang (Saputra dan Idayanti, 2005). Alasan

pemilihan titik diferensial yaitu Hegu (LI 4) digunakan untuk meningkatkan

hormon endorfin, Baihui (GV 20), Shisenchong (EX-HN1) dan Yintang

(EXHN 3) digunakan untuk merilekskan pasien. Frekuensi Terapi akupunktur

dilakukan seminggu 2 kali sebanyak 6 kali terapi dibantu elektrostimulator

dan TDP. Penggunaan elektrostimulator dengan menggunakan gelombang I

(ADJ), frekuensi lebih dari 5 dimana frekuensi rangsangan yang tinggi akan

menekan rasa sakit dan memperbaiki sirkulasi darah, waktu yang digunakan

15-20 menit (Suhariningsih, 2004). Pada penggunaan TDP selama 15 menit

akan menghangatkan tubuh, meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan

membuka pori-pori kulit. Secara nyata, terapi panas diharapkan memberi efek

penyembuhan dari nyeri (Saputra dan Idayanti, 2005).

D. Pelaksanaan Terapi Akupunktur

Setelah pasien bersedia menandatangani lembar persetujuan

tindakan, terapi akupunktur dilaksanakan sesuai jadwal yang telah

disepakati.Pelaksanaan terapi akupunktur dilakukan dengan berbagai tahapan

seperti jarum akupunktur 1 cun, kapas alkohol, bengkok, kom kecil, tensi

meter, stetoskop, elektrostimulator dan TDP. Saat pasien Tn. C datang

akupunktur terapis mempersilahkan pasien Tn. C untuk duduk di meja


48

periksa, kemudian melakukan vital sign dan menanyakan seputar keluhan

pasien Tn. C. Akupunktur terapis mempersilahkan pasien Tn. C tidur di bed

yang telah disediakan dan memposisikan pasien dalam keadaan tengkurap

dan nyaman saat dilakukan terapi akupunktur.

Menurut Saputra dan Idayanti (2005) posisi pasien harus nyaman,

baik bagi pasien maupun terapis supaya ketika dilakukannya terapi

akupunktur, pasien tidak merasakan ketegangan otot dan juga mempermudah

terapis untuk melakukan terapi akupunktur. Sebelum dilakukan penusukan

pada pasien Tn. C akupunktur terapis diharuskan melakukan sterilisasi tangan

akupunktur terapis dengan cara mencuci tangan saat melakukan terapi.

Sebelum melakukan penusukan kepada pasien akupunktur terapis harus

melakukan desinfeksi area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol

dengan tujuan membersihkan area penusukan dari kuman atau bakteri yang

menempel agar tidak terjadi infeksi.Setelah itu akupunktur terapis baru

memulai melakukan penusukan pada titik yang sudah dipilih untuk kasus

yang dikeluhkan pasien. Mulai melakukan penusukan pada titik yang sudah

dipilih untuk kasus yang dikeluhkan pasien. Dengan menusuk area pinggang,

titik yang digunakan, titik utama Shenshu (BL 23) untuk mengurangi nyeri

pinggang dan merupakan titi lokal, Sanjiaoshu (BL 22) digunakan untuk kaku

pinggang, Zhishi (BL 52), Yaoyangguan (DU 3) digunakan untuk

mengurangi nyeri di daerah pinggang, Weizhong (BL 40) untuk

merefleksikan otot tendon untuk meredakan nyeri pinggang. (Pada terapi

pertama sampai ketiga).


49

Setelah selesai melakukan semua penusukan pada titik yang

digunakan untuk terapi, akupunktur terapis mulai memasang alat bantu terapi

yaitu elektrostimulator dengan menggunakan gelombang I (ADJ), frekuensi

lebih dari 5, selama 15-20 menit dengan intensitas sesuai kenyamanan pasien.

Menurut Suhariningsih (2004) penggunaan elektrostimulator menggunakan

gelombang I (ADJ) untuk melancarkan stagnasi qi dan darah. Setelah

dipasang elektrostimulator, terapis memasang TDP selama 15 menit dengan

jarak 15cm dari tubuh pasien. Menurut (Saputra dan Idayanti, 2005)

pemakaian TDP akan memberi efek menghangatkan tubuh, meningkatkan

sirkulasi pembuluh darah dan membuka pori-pori kulit, Secara nyata, terapi

panas diharapkan memberi efek penyembuhan dari nyeri.

Sebelum mencabut jarum, diharapkan akupunktur terapis mencuci

tangan sebelum melepas jepitan kabel dan melakukan pencabutan jarum.

Jarum akupunktur dilepas dengan menekan daerah sekitar area penusukan

dengan kapas alkohol dan mengusap bekas area penusukan dengan kapas

alkohol yang sama. Setelah selesai mencabut semua jarum, akupunktur

terapis membantu pasien untuk merapikan pakaian yang dikenakan pasien.

Setelah selesai akupunktur terapis mempersilahkan pasien duduk di meja

periksa lagi untuk memberikan saran dan anjuran kepada pasien terkait

keluhan yang di rasakan. Serta yang terakhir akupunktur terapis

mempersilahkan pasien meninggalkan ruang terapi akupunktur dengan sopan

dan ramah.
50

Pada terapi keempat sampai keenam untuk langkah-langkah terapi

sama seperti yang dilakukan terapi pertama sampai ketiga namun diberikan

penambahan titik Hegu (LI 4) digunakan untuk meningkatkan hormon

endorfin, Baihui (GV 20), Shisenchong (EX-HN1) dan Yintang (EXHN 3)

digunakan untuk merilekskan pasien(Saputra dan Idayanti, 2005).

E. Evaluasi Terapi Akupunktur

Evaluasi pada kunjungan pertama pada tanggal 20 November 2016,

pada pemeriksaan vital sign, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 65

kali/menit, frekuensi respirasi 16 kali/menit perabaan nadi didapatkan

kedalaman superfisial, kecepatan normal, ukuran tipis, kekuatan kuat normal.

Pada lidah dilihat warna otot lidah keunguan, ukuran besar, ada tapak gigi,

tidak ada bercak sianotik, selaput lidah berwarna putih tipis, permukaannya

kasar, tetapi tidak mengelupas. Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang,

keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu setelah jatuh terpeleset di sawah

dengan posisi terlentang. Pasien datang pertama kali dengan skala nyeri 6.

Menurut Muttaqim(2008), nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung secara

tiba-tiba dan terjadi karena suatu trauma dan nyeri dirasakan kurang dari 6

bulan. Menurut Setiyohadi,dkk (2009) skala 6 termasuk dalam kategori nyeri

sedang. Berdasarkan teori warna otot lidah keunguan menandakan adanya

stagnasi darah (Saputra dan Idayanti, 2005). Selaput lidah putih tipis

menandakan adanya qi dari lambung yang cukup (Sim, 1997). Menurut

Sim (1997) nadi superfisial nadi yang mudah dipalpasi dengan sentuhan
51

ringan. Menurut Saputra dan Idayanti (2005) nadi superfisial menunjukkan

peyakit masih dalam stadium awal atau pnyakit eksogen. Titik yang

digunakan pada terapi adalah titik Shenshu (BL 23) indikasinya untuk

mengurangi nyeri pinggang dan merupakan titi lokal, Sanjiaoshu (BL 22)

digunakan untuk kaku pinggang, Zhishi (BL 52), Yaoyangguan (DU 3)

digunakan untuk mengurangi nyeri di daerah pinggang, Weizhong (BL 40)

untuk merefleksikan otot tendon untuk meredakan nyeri pinggang

Evaluasi pada kunjungan kedua tanggal 25 November 2016, pada

pemeriksaan vital sign, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 68

kali/menit, frekuensi respirasi 16 kali/menit perabaan nadi didapatkan

kedalaman superfisial, kecepatan normal, ukuran tipis, kekuatan kuat normal.

Pada lidah dilihat warna otot lidah keunguan, ukuran besar, ada tapak gigi,

tidak ada bercak sianotik, selaput lidah berwarna putih tipis, permukaannya

kasar, tetapi tidak mengelupas. Pasien datang terapi kedua nyeri masih tetap

dengan skala nyeri 6, ditambah dengan keluhan sulit tidur. Menurut Peng

(2007) warna otot lidah keunguan menunjukkan cirri-ciri dari sindrom

stagnasi xue karena trauma. Menurut Saputra dan Idayanti (2005) pasien sulit

tidur karena menahan nyeri, karena fungsi sistem organ jantung menguasai

sirkulasi darah jika sirkulasi darah tidak lancar maka akan mengalami sulit

tidur. Titik yang digunakan dalam terapi adalah titik Shenshu (BL 23)

indikasinya untuk mengurangi nyeri pinggang dan merupakan titi lokal,

Sanjiaoshu (BL 22) digunakan untuk kaku pinggang, Zhishi (BL 52),

Yaoyangguan (DU 3) digunakan untuk mengurangi nyeri di daerah pinggang,


52

Weizhong (BL 40) untuk merefleksikan otot tendon untuk meredakan nyeri

pinggang

Evaluasi pada kunjungan ketiga tanggal 10 Desember 2016, pada

pemeriksaan vital sign, tekanan darah 110/60 mmHg, frekuensi nadi 64

kali/menit, frekuensi respirasi 18 kali/menit, perabaan nadi didapatkan

kedalaman normal, kecepatan agak lambat, ukuran normal, kekuatan kuat

normal. Pada lidah dilihat warna otot lidah keunguan, ukuran besar, ada tapak

gigi, tidak ada bercak sianotik, selaput lidah berwarna putih tipis,

permukaannya kasar, tetapi tidak mengelupas. Pasien datang pada terapi

ketiga dengan penurunan dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4. Pasien

sudah merasakan nyerinya sudah berkurang dan lebih nyaman untuk

beraktivitas. Menurut Setiyohadi,dkk (2009) skala nyeri 4 dikategorikan ke

dalam nyeri sedang. Titik yang digunakan sama denga terapi pertama dan

kedua.

Evaluasi pada kunjungan keempat tanggal 14 Desember 2016, pada

pemeriksaan vital sign, tekanan darah 120/100 mmHg, frekuensi nadi 66

kali/menit, frekuensi respirasi 16 kali/menit perabaan nadi didapatkan

kedalaman superfisial, kecepatan normal, ukuran tipis, kekuatan kuat normal.

Pada lidah dilihat warna otot lidah keunguan, ukuran besar, ada tapak gigi,

tidak ada bercak sianotik, selaput lidah berwarna putih tipis, permukaannya

kasar, tetapi tidak mengelupas. Pasien datang terapi keempat skala

menunjukkan nyeri masih pada skala nyeri 4. Pasien bisa tidur dengan pulas.

Titik yang digunakan sama seperti terapi pertama sampai ketiga hanya
53

ditambah titik Baihui(GV 20), Shisenchong (EX-HN1) dan Yintang (EXHN

3). Menurut Saputra dan Idayanti (2005) efek penusukan pada titik Baihui

(GV 20), Shisenchong (EX-HN1) dan Yintang (EXHN 3) bisa memberikan

efek ketenangan pada pasien, yang menjadikan tidur bisa pulas.

Evaluasi pada kunjungan kelima tanggal 20 Desember 2016, pada

pemeriksaan vital sign, tekanan darah 110/100 mmHg, frekuensi nadi 65

kali/menit, frekuensi respirasi 16 kali/menit perabaan nadi didapatkan

kedalaman superfisial, kecepatan normal, ukuran tipis, kekuatan kuat normal.

Pada lidah dilihat warna otot lidah keunguan, ukuran besar, ada tapak gigi,

tidak ada bercak sianotik, selaput lidah berwarna putih tipis, permukaannya

kasar, tetapi tidak mengelupas. Pasien datang pada terapi kelima mengalami

penurunan skala nyeri dari skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 3. Pasien sudah

leluasa beraktivitas, dan pasien sudah tidur dengan nyenyak. Menurut

Setiyohadi, dkk (2009) skala nyeri 3 dikelompokkan dalam skala nyeri

ringan, dan tiak terlalu mengganggu aktivitas. Menurut Suhariningsih(2004)

Penggunaan frekuensi yang tinggi >5 Hz dan waktu lebh dari 15 menit pada

kasus nyeri dapat memberikan efek meredakan rasa nyeri tersebut dimana

dapat memperbaiki sirkulasi darah pada tubuh. Titik yang digunakan sama

dengan terapi keempat.

Evaluasi pada kunjungan keenam tanggal 24 Desember 2016, pada

pemeriksaan vital sign, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 65

kali/menit, frekuensi respirasi 16 kali/menit, perabaan nadi didapatkan

kedalaman superfisial, kecepatan normal, ukuran tipis, kekuatan kuat normal.


54

Pada lidah dilihat warna otot lidah merah muda, ukuran besar, ada tapak gigi,

tidak ada bercak sianotik, selaput lidah berwarna putih tipis, permukaannya

kasar, tetapi tidak mengelupas. Pasien datang pada terapi keenam skala nyeri

berkurang dari skala nyeri 3 ke skala nyeri 2, pasien sudah leluasa bergerak,

sudak bisa beraktivitas kembali, tidur sudah nyenyak. Menurut Setiyohadi,

dkk (2009) skala nyeri 2 adalah skala nyeri yang ringan. Dalam penelitian Dr.

Michael Haq dalam Baldry (2005) akupunktur merupakan pengobatan yang

efektif untuk nyeri pinggang tanpa ada efek samping dibanding pengobatan

lainnya. Menurut Setiyohadi, dkk (2009) skala nyeri 2 dikelompokkan dalam

skala nyeri ringan, dan tiak terlalu mengganggu aktivitas. Menurut

Setiyohadi, dkk (2009) skala nyeri 3 dikelompokkan dalam skala nyeri

ringan, dan tidak terlalu mengganggu aktivitas. Titik yang digunakan sama

dengan terapi sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai