Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
RINGKASAN..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat...................................................................................................... 5
1.5 Luaran..........................................................................................................
BAB II METODE PELAKSANAAN.....................................................................6
2.1 Teknologi Biokonversi...............................................................................6
2.2 Budidaya Maggot.......................................................................................7
2.3. Budidaya Ikan Lele................................................................................... 8
BAB III METODE PELAKSANAAN................................................................. 11
2.1. Persiapan Alat dan Bahan.......................................................................11
3.2 Alur Pelaksanaan......................................................................................11
3.3 Budidaya Maggot BSF.............................................................................11
3.4. Budidaya Ikan Lele................................................................................. 12
3.5. Praktek Pengolahan limbah sampah melalui budidaya maggot.............12
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...................................................14
4.1 Anggaran biaya........................................................................................ 14
4.2 Jadwal Kegiatan....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
LAMPIRAN...........................................................................................................18

i
RINGKASAN

Siklus hidup maggot BSF mulai telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu
sampai 40-43 hari, dipengaruhi dari media pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan.
Suhu adalah faktor yang berperan pada siklus hidup maggot BSF karena suhu yang lebih
hangat (diatas 30oC) menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Nilai
asam amino, asam lemak dan mineral yang terkandung didalam maggot juga tidak kalah
dengan sumber-sumber protein lainnya, sehingga maggot merupakan bahan baku ideal
yang dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif. Salah satu kendala dalam
pembuatan pakan buatan sumber protein hewani dengan bahan baku tepung ikan adalah
tepung ikan masih merupakan komoditas impor sampai saat ini. Tepung ikan yang
umumnya digunakan untuk bahan pakan sumber protein hewani ketersediannya sering
berfluktuasi dengan harga yang tinggi. Peningkatan permintaan akan produk peternakan
maupun perikanan tentu dapat menyebabkan harga dari pakan ternak maupun ikan
meningkat sangat tinggi, sehingga diperlukan sumber alternatif lain untuk mengganti
pakan ternak maupun perikanan. Budidaya maggot sangat mudah dan praktis untuk dapat
dikembangkan karena ditunjang oleh limbah organik terutama sayur-sayuran maupun
buah-buahan yang banyak terdapat dan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional,
sehingga dapat menghemat biaya pengadaan pakan ternak. Dengan strategi pemanfaatan
limbah organik sebagai sumber pakan alternatif ternak yang dapat menghemat biaya
pengeluaran tentu hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi
para masyarakat peternak, dan sekaligus dapat mengurangi permasalahan sampah organik.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung,


merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia
Illucens. Maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal
dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa dan sekilas mirip
dengan tawon. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, maggot
memiliki potensi untuk dibudidayakan dan cukup yang untuk
dikembangkan menjadi salah satu produk yang bernilai ekonomis dan
memiliki manfaat yang tinggi dalam penyediaan pakan alternative untuk
ternak ungas dan ikan.
Maggot adalah organisme yang berasal dari larva BSF dan
dihasilkan pada metamorfosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum
fase pupa, yang nantinya akan menjadi BSF dewasa. Untuk mendapatkan
Maggot, siapapun bisa melaksanakan produksi dengan mudah, cepat dan
kemudian melaksanakan panen dari usia 10-24 hari. Maggot yang
dihasilkan dari BSF mengandung protein yang tinggi berkisar antara 41-
42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4,18-5,1% kalsium,
dan 0,60-0,63% fosfor dalam bentuk kering. Selain bergizi tinggi, harga
Maggot juga cukup terjangkau di pasaran, karena bahan baku yang
dibutuhkan untuk pembuatan Maggot bisa didapatkan dengan mudah.
Peningkatan kapasitas budidaya lele secara langsung berpengaruh
terhadap meningkatnya kebutuhan pakan. Pakan menjadi hal utama
dalam budidaya lele. Pakan buatan adalah salah satu faktor penting dalam
meningkatkan pertumbuhan lele. Pakan buatan yang mengandung nilai
nutrisi tinggi dapat mendorong pertumbuhan lele menjadi lebih cepat
(Djarijah, 2001). Pilihan utama sumber protein dalam formulasi pakan
ikan adalah tepung ikan, karena memiliki tingkat daya cerna
(digestibility) dan tingkat kesukaaan (palatability) yang baik (Lovell,
1989). Pakan buatan yang mengan-dung nilai nutrisi tinggi dapat
mendorong pertumbuhan lele menjadi lebih cepat (Djarijah, 2001).
Pakan alternatif diharapkan dapat menjawab permasalahan pakan
saat ini yaitu harga pakan ikan yang terus naik, masalah pencemaran ling-
kungan perairan karena penumpukan sisa pakan dan munculnya berbagai
macam penyakit yang menyebabkan kematian pada ikan (Fahmi, Hem, &
Subamia, 2009). Fahmi (2015) menyatakan bahwa sumber protein yang
akan dijadikan alter-natif pengganti tepung ikan merupakan bahan yang
tersedia dalam jumlah melimpah dan tidak bersaing dengan manusia
dalam pemanfaatannya. Syarat bahan yang dapat dijadikan bahan baku
pakan yaitu: tidak berbahaya bagi ikan, tersedia sepanjang waktu,

1
mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan, dan bahan tersebut
tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia. Maggot BSF dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang memiliki nilai jual yang murah
tetapi memiliki tingkat protein yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi
petani lele yang selama ini selalu merugi. Larva BSF merupakan salah
satu solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah di pasar, cafe,
dan restaurant. Hal tersebut dapat membantu dikarenakan banyaknya
impor bahan baku pakan yang menyebabkan harga pakan yang semakin
meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu cara yang efektif dan efiseien di dalam menangani
permasalahan limbah (Organik) adalah dengan teknonogi biokonversi
yaitu mengolah dan sekaligus memanfaatkan limbah organik sebagai
media pertumbuhan dan perkembangan maggot. Pengembangan usaha
dengan teknologi biokonversi limbah organik Maggot yang saat ini belum
banyak dikembangkan disatu sisi memiliki potensi besar baik dari aspek
ekonomi, dan manfaat lingkungan. Dalam usaha budidaya ikan lele biaya
pakan komersial merupakan komponen biaya produksi yang terbesar.
Oleh sebab itu perlu adanya pakan tambahan sekaligus pakan pengganti,
maggot sebagai pakan tambahan selain dapat mengurangi biaya produksi
juga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele. Salah satu pakan
alternatif yang memiliki protein yang tinggi adalah maggot. Proses
pengadaan maggot sendiri menggunakan teknologi biokonversi yang tidak
memerlukan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan
teknologi biokonversi yang tepat guna dalam penyediaan pakan lele akan
dapat mengurangi biaya pemeliharaan budidaya ikan lele. Berdasarkan
uraian diatas, pemanfaatan sampah organik menjadi produk bernilai
tinggi (Pakan lele) melalui teknologi biokonversi dengan memanfaatkan
limbah organik sebagai salah satu model usaha yang sangat layak
dikembangkan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui efektifitas penggunaan
maggot (Hermetia illucens) pada ransum terhadap pertumbuhan ikan lele di
bioflog Fakultas Peternakan Universitas Jambi (clarias sp.)

1.4 Manfaat
Adapun manfaat nya yaitu dapat menambah wawasan mengenai efektifitas
penggunaan maggot (Hermetia illucens) pada pakan tambahan terhadap
pertumbuhan ikan lele (clarias sp.) dan bagi masyarakat khususnya
pembudidaya ikan, dapat mengetahui adanya sumber protein alternative
sebagai bahan baku pembuatan ransum ikan yang lebih murah dan dapat
diproduksi sendiri.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA
USAHA

2.1 Teknologi Biokonversi

Teknologi biokonversi adalah suatu proses yang melibatkan


mikroorganisme seperti jamur, ragi, bakteri dan larva untuk mengubah sampah
organik menjadi produk yang bernilai tinggi. Permasalahan sampah merupakan
salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh hampir semua kota-kota di
Indonesia, karena selama ini dampak yang ditimbulkan dari sampah sangat
beragam, mulai dari dampak buruk terhadap lingkungan, ekonomi maupun
sosial. Oleh karena itu, pengolahan sampah organik menjadi produk baru yang
bernilai tinggi perlu dilakukan salah satunya melalui teknologi biokonversi ini.
Salah satu upaya yang bisa diterapkan adalah dengan biokonversi
menggunakan larva (maggot) lalat tentara hitam(BSF), (Hermetia illucens).
Larva BSF dengan kemampuannya yang dapat meendegradasi sampah organik
sehingga memiliki potensi pengembangan usaha baru yang memiliki prospek
baik di masa depan. Teknologi biokonversi menggunakan larva black soldier fly
(BSF) merupakan salah satu pengolahan sampah yang diterapkan untuk
mereduksi sampah organik. Pengolahan tersebut dapat menghasilkan produk
berprotein tinggi berupa pakan ternak unggas dan ikan lele (Clarias Sp).

2.2 Budidaya Maggot

Maggot merupakan larva lalat black soldier fly (BSF), keberadaan lalat
selama ini hanya dianggap sebagai hama oleh sebagian besar masyarakat.
Maggot BSF sebetulnya fase larva dari siklus hidup BSF, pada fase larva inilah
yang disebut sebagai maggot/belatung BSF. Siklus hidup maggot BSF mulai
telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu sampai 40-43 hari,
dipengaruhi dari media pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan
(Tomberlin dkk. 2002). Suhu adalah faktor yang berperan pada siklus hidup
maggot BSF karena suhu yang lebih hangat (diatas 30 oC) menyebabkan lalat
dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Suhu optimal agar dapat tumbuh dan
berkembang adalah 30oC, tetapi pada suhu 36oC pupa tidak dapat
mempertahankan hidupnya yang menyebabkan tidak mampu menetas menjadi
lalat dewasa. Suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur. Suhu yang
hangat cenderung memicu telur menetas lebih cepat dibandingkan dengan suhu
yang rendah.
Produksi maggot dapat ditentukan dari media hidupnya lalat H.illucens,
lalat suka dengan aroma yang khas oleh sebab itu tidak sembarangan media bisa
dijadikan tempat bertelur untuk lalat (Falicia,dkk.2014). budidaya magggot
dapat menggunakan media bahan organik dari limbah yang membusuk seperti

3
buah yang telah membusuk, sayur mayur yang rusak atau yang lainnya.
Apabila dalam keadaan utuh, maggot memiliki kadar protein yang tinggi yaitu
sekitar 44% dan apabila telah dijadikan pellet maka kadar proteinnya menjadi
30% hingga 40%. Kandungan protein pada maggot cukup tinggi yaitu 44,26%
dengan kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan
mineral yang terkandung didalam maggot juga tidak kalah dengan sumber-
sumber protein lainnya, sehingga maggot merupakan bahan baku ideal yang
dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif. Kuantitas dan kualitas media
hidup maggot berpengaruh terhadap nutrisi tubuh dan kelangsungan hidup
maggot (Rojo dkk.2013).

2.3. Budidaya Ikan Lele

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di air tawar. Ikan
lele juga dikenal dengan nama catfish dan mempunyai predikat tambahan
walking catfish.Pakan buatan yang mengan-dung nilai nutrisi tinggi dapat
mendorong pertumbuhan lele menjadi lebih cepat (Djarijah, 2001). Pilihan
utama sumber protein dalam formulasi pakan ikan adalah tepung ikan, karena
memiliki tingkat daya cerna (digestibility) dan tingkat kesukaaan (palatability)
yang baik (Lovell, 1989).
Salah satu kendala dalam pembuatan pakan buatan sumber protein
hewani dengan bahan baku tepung ikan adalah tepung ikan masih me-rupakan
komoditas impor sampai saat ini. Pada tahun 2016 Indonesia mengimpor bahan
baku pa-kan ikan hingga 221.564 ton (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
2017). Tepung ikan yang umumnya digunakan untuk bahan pakan sumber
protein hewani ketersediannya sering berfluktuasi dengan harga yang tinggi.
Maka dari itu, perlu adanya pakan alternatif sumber protein hewani sebagai
pengganti tepung ikan (Rumondor, Maaruf, Wolayan, Tulung, & Wolayan,
2016).

2.4 Analisa Usaha Integrasi Budidaya Maggot dan Lele Untuk


meningkatkan Efisiensi Budidaya Lele
Meningkatnya kebutuhan protein hewani menyebakan permintaan
komoditi peternakan dan perikanan saat ini menjadi meningkat. Peningkatan
permintaan akan produk peternakan maupun perikanan tentu dapat
menyebabkan harga dari pakan ternak maupun ikan meningkat sangat tinggi,
sehingga diperlukan sumber alternatif lain untuk mengganti pakan ternak
maupun perikanan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna mengatasi
permasalahan dalam rantai produksi peternakan dan perikanan adalah dengan
pengembangan budidaya maggot-limbah organik.
Budidaya maggot sangat mudah dan praktis untuk dapat dikembangkan
karena ditunjang oleh limbah organik terutama sayur-sayuran maupun buah-

4
buahan yang banyak terdapat dan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional,
sehingga dapat menghemat biaya pengadaan pakan ternak. Dengan strategi
pemanfaatan limbah organik sebagai sumber pakan alternatif ternak yang dapat
menghemat biaya pengeluaran tentu hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya bagi para masyarakat peternak, dan sekaligus dapat
mengurangi permasalahan sampah organik.
Usaha pengembangan budidaya manggot ini dapat menghasilkan
keuntungan mencapai jutaan rupiah. Membudidayakan maggot juga tidak
membutuhkan lahan yang luas, dengan ruang yang terbatas pun dapat
menampung pengembangan maggot dan hal ini menyebabkan maggot banyak
dicari untuk dimanfaatkan kegunaannya (M Nurhadi, 2021).
Menurut Badan Litbang Pertanian (BALITBANGTAN), maggot BSF
mampu mengurai sampah organik seperti sisa makanan hingga 56%. Selain itu,
maggot juga berpotensi menjadi pakan alternatif ternak dan Ikan karena
memiliki protein yang tinggi.. Budidaya maggot terbukti tidak hanya
menguntungkan dari segi ekonomi saja, tetapi juga dari segi lingkungan yang
berkelanjutan.
Maggot sebagai pakan alternative ikan lele, biaya pakan ikan merupakan
komponen biaya yg cukup tinggi, Pengitegrasian usaha maggot dan Lele selain
dapat menghasilkan produk maggot (berupa telur dan maggot segar) juga
daapt meningkatkan effiiensi ekonomis didalam buduidaya ikan lele. Produk
dari budidaya ikan lele yang memiliki beberapa kelebihan yaitu : pertumbuhan
lebih cepat, daging ikan lele lebih padat sehingga memiliki bobot yang lebih
berat, serta rasa ikan lele yang lebih gurih dibandingkan dengan ikan lele yang
diberi pakan komersil. Analisis Usaha Integrasi Maggot ikan lele dapat
disajikan pada tabel dibawah ini :
Biaya Operasional Harga Total (Rp)
Benih Ikan lele 7000 ekor 7000 x Rp 200 1.400.000
Pakan Ikan Umur 1-30 hari 60Kg 6 x Rp 250.000 1.500.000
Maggot 300Kg 300 x RP 7000 2.100.000
Probio FM 2 x Rp 35.000 70.000
TOTAL 5.070.000

Pendapatan TOTAL
7000 ekor lele = 600Kg lele 600 x Rp 16.000 Rp 9.600.000
Keuntungan diluar Kolam DLL Rp 4.530.000

5
BAB III
METODE PELAKSANAN

3.1 Persiapan Alat dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan dalam budidaya maggot BSF adalah :


- Reaktor volume 25 L
- Limbah organik
- Air
- Bibit ikan lele

3.2 Alur Pelaksanaan

Program budidaya maggot BSF yang akan dijadikan sebagai bahan pakan
perkembangan ternak ikan lele dengan memanfaatkan hasil produksi budidaya maggot
sebagai media pakan ini direncanakan dan dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa
Peternakan Universitas Jambi. Adapun alur pelaksaanaanya sebagai berikut :
a. Rapat koordinasi dan pembagian tugas dengan anggota tim Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang merupakan anggota Himpunan
Mahasiswa Peternakan Universitas Jambi.
b. Konfirmasi terhadap pihak kampus Universitas Jambi, sebagai tempat
pelaksaanaan kegiatan mengenai teknis pelaksanaan, tempat, sarana prasarana
dan peserta.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk sosialisasi dan
pelatihan.
d. Mengukur tingkat keberhasilan program.
e. Membuat laporan akhir.

3.3 Budidaya Maggot BSF

Adapun langkah membudidayakan maggot BSF adalah sebagai berikut :


a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Masukkan 5 kg limbah organik yang telah dipotong-potong menjadi
bagian kecil ke dalam reaktor (Sundari, et al., 2012).
c. Larutkan satu tutup botol EM4 peternakan dengan air hingga 1 liter.
d. Masukkan larutan EM4 dan air secara merata kedalam reaktor yang
berisi limbah organik.
e. Tutup reaktor dengan pelepah pisang.

6
f. Tutup selama kurang lebih 14 hari, maggot BSF siap panen.
Dengan adanya proses fermentasi dari limbah oraganik dengan bantuan EM4,
akan menimbulkan aroma khas yang disukai oleh serangga BSF. Dengan
demikian, serangga betina akan menetaskan telurnya. Selama kurang lebih 14
hari, maggot BSF siap panen (Suciati, et al.,2017).

3.4. Budidaya Ikan Lele

Budidaya ikan lele akan dilakukan dengan memanfaatkan hasil dari produksi
budidaya maggot adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan sebagai kolam lele bioflog


b. Mempersiapkan air ternak lele bioflog
c. Tahap penebaran dan perawatan ikan lele
d. Pemberian pakan maggot sebagai pakan alternatif ternak ikan lele
e. Melakukan pemasaran kepada sasaran pasar

3.5. Praktek Pengolahan limbah sampah melalui budidaya maggot

Berikut adalah uraian kegiatan yang akan dilakukan:


a.Memilah dan mencacah sampah organik
Mengidentifikasi jenis sampah disekitar lingkungan. Kemudian memilah
sampah sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3. Sampah organik yang
dibutuhkan oleh larva tidak tercampur dengan bahan berbahaya dan bukan sampah
organik yang susah untuk dikonsumsi oleh larva. Setelah pemilahan sampah, kemudian
dicacah menjadi ukuran yg lebih kecil agar mempermudah larva dalam mencernanya.
menggunakan sampah kegiatan rumah tangga masing – masing
b.Mempraktekkan membuat media atraktan
Atraktan merupakan substansi yang mirip dengan bahan organik yang
membusuk sehingga dapat menarik para betina untuk meletakkan telurnya di sekitarnya.
Secara alami lalat black soldier fly (Hermetia illucens) betina meletakkan telurnya
disekitar sumber makanan yaitu bahan/sampah organik. Bahan organik yang sudah
difermentasikan dapat dijadikan media atraktan karena mengeluarkan bau yang disukai
oleh lalat BSF.
c. Mempraktekkan membuat media penetasan telur BSF
Membuat media penetasan telur dengana cara mencampurkan bekatul dan air
dengan kelembaban yang tinggi, kemudian diletakkan pada sebuah baskom plastik.
Telur diletakkan pada sebuah kain kassa plastik sedikit lebih tinggi dari permukaan
media penetasan. Media penetasan adalah sumber pakan bayi larva yang baru menetas.
Sebagai sumber pakan, maka media penetasan dibuat dari bahan organik yang memiliki

7
nutrisi tinggi seperti dedak, pelet, ampas tahu, pisang/papaya yang diblender. Prinsipnya
media penetasan merupakan bahan organik yang halus dan lembut dengan kelembaban
sekitar 70%.
d. Mempraktekkan media pembesaran maggot (biopond)
Pembesaran maggot BSF dimulai sejak bayi larva sudah berumur sekitar 1
minggu, kemudian larva dipindahan dari media penetasan ke media pembesaran.
Sebelum pemindahan, disiapkan dulu media dasar campuran bekatul dan serbuk gergaji
untuk menyerap kadar air berlebih dan menetralisir bau. Pada fase pembesaran, larva
sudah bisa diberikan sampah organik seperti sisa makanan, sampah buah-
buahan/sayuran. Tempat pembesaran biasa disebut dengan biopond.

8
BAB IV
BIAYA

4.1 Anggaran biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1. Perlengkapan Yang Diperlukan 380.000
2. Bahan Habis Pakai 5.070.000
3. Perjalanan 550.000
Total 6.000.000

9
Lampiran 1. Hlaman Judul Proposal PMW

Usulan

Program Mahasiswa Wirausaha


Fakultas Peternakan
Universitas Jambi Tahun 2023

Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp) Dengan Menggunakan Maggot (Hermetia


illucens)
Sebagai Pakan Tambahan

Ketua
Muhammad Ihsanuddin E1E021095

Anggota
Deti Para Mita E1E021035
Annisa Septiana Rahayu E1E021015

Fakultas Peternakan
Universitas Jambi 2023

10
Lampiran 2. Halaman Pengesahan

11
Lampiran 3. Format Jadwal Kegiatan

No  Jenis Kegiatan Bulan Penanggung


Jawab

2  3  4 5  6  7  (Nama PJ)

1  Penyusunan Proposal

2  Pelatihan /Workshop

3  Pelaksanaan alat dan bahan


kegiatan

4  Persiapan usaha kegiatan

5  Pelaksanaan budidaya
maggot

6  Pelaksanaan budidaya lele

7  Pemasaran hasil budidaya


maggot dan lele

8  Laporan Akhir

Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota

12
13
14
15
Lampiran 5. Biodata Dosen Pendamping

A.Identitas Diri

1 Nama lengkap (dengan gelar) Dr. Bagus Pramusintho, S.Pt., M.Sc.


2 Jabatan Fungsional Lektor
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identitas lainya 197107021999031004
5 NIDN 0002077104
6 Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 02 Juli 1971
Jl. SK.Syahbudin Lr. Taman Citra No. 28
7 Alamat Rumah
Mayang Manggurai –Alam Barajo Jambi 36126
8 Nomor Telepon/HP 0823 22 21 9696
Kampus Pinang Masak, Fakultas Peternakan
9 Alamat Kantor Universitas Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian KM 15
Mendalo Darat Jambi
10 Nomor Telepon/Faks (0741) 582907/(0741)582907
11 Alamat e-mail bpramusintho@unja.ac.id
12 Lulusan yang Telah dihasilkan S1= 16 orang S2 = orang S3 = orang

B. Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan S1 S2 S3
Nama Perguruan
UNPAD UGM UGM
Tinggi
Sosial Ekonomi
Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian Ekonomi Pertanian
Peternakan
Tahun Masuk-Lulus 1990-1996 2007-2009 2011-2018
Analisis Biaya Margin Keragaan Ekonomi
Tataniaga Ternak Sapi Rumahtangga Tani Ternak
Analisis Daya Saing
Judul Skripsi/Thesis/ Potong dari Kabupaten Sapi Pemilik dan Penggaduh di
Karet Alam
Disertasi Pati JawaTengah ke RPH Kabupaten Muaro Jambi
Indonesia
Ciroyon Kotamadya Provinsi Jambi
Bandung
1. Prof. Dr. Ir. Dwidjono
1. Prof. Dr. Ir. Sri
Hadi Darwanto, M.Sc.
1. Prof. Dr. Ir. Dadi Widodo, M.Sc.
2. Dr. Slamet Hartono. SU.,
Nama Pembimbing / Suryadi, M.S. 2. Ir. Any
M.Sc
Promotor 2. Dr. Ir. Suryantini., MM.
3.Ir. Any suryantini.,
Taslim, M.S. Ph.D.
MM. Ph.D

C. Rekam Jejak TriDharma PT Pendidikan/Pengajaran


No Nama Mata kuliah Wajib/Plihan SKS
1 Dasar-Dasar Manajemen (S1) Wajib 2
2 Pengantar Ilmu Ekonomi (D3 , S1) Wajib 2
3 Analisis Pembiayaan Usaha Ternak (S1) Pilihan 2
4 Analisis Sosial dan Lingkungan Ternak (S1) Pilihan 2
5 Ekonomi Peternakan dan Perikanan(S1) Wajib 2
6 Pemasaran Produk Hasil Peternakan (S1) Pilihan 2
7 Kewirausahaan Wajib 3

16
8 Perundang-undangan dan kebijakan Pilihan 2
Pembangunan Peternakan (S1)
9 Perencanaan Agribisnis Peternakan (S1) Pilihan 2
10 Dinamika Populasi (S1) Pilihan 3
11 Analisis Kebijakan Pembangunan Peternakan Pilihan 3
(S2)

D. Pengalaman Peneltian Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jml (Juta
Sumber*
Rp)
Model Ekonomi Rumah Tangga Petani
Hibah
1 2017 Peternak sapi Potong di Kabupaten Muaro Jambi 30
Doktor
2013 Desain Kelembagaan Agribisnis Integrasi Sapi Sawit
2 - melalui program Coorporate Social MP3Ei 388
2014 Responsibility (CSR)
2012 Desain Kebijakan dan Model Kelembagaan
Hibah
3 - Partisipatif Program Penanganan Pengurasan 155
Stranas
2013 Ternak Sapi Betina Produktif
Redesain Sistem Distribusi Ternak Bibit Dalam
2012 Rangka Penguatan Kapasitas Kelembagaan Untuk Hibah 35
4 Penanganan Dini Bersaing
Pengurasan Sapi Betina Produktif
Analisis Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender
Studi
Berdasarkan Lingkungan, Tekanan dan Beban Kerja
Gender
5 2021 (Study Kasus TK Wanita 40
LP2M
yang Bekerja di Perkebunan Sawit kec. Sungai Bahar
UNJA
Kab. Muaro Jambi
Penelitian
Analisis Pola Usaha Tani Dalam Pengembangan Pasca
6 2021 Sistem Pertanian Terpadu Ramah Lingkungan sarjana 50
yang Berkelanjutan Universitas
Jambi

E. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jml (Juta
Sumber*
Rp)
Pelatihan Manajemen Pemeliharaan Ayam PNBP
Broiler Bagi Siswa Praktek Kerja Industri Fakultas
1 2020 7,5
SMK 9 Sarolangun Di Farm Dan Unit Bisnis Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi UNJA
Pemanfatan Kondisi Lingkungan Iklim
PNBP
2 2020 Mikro Sela Tanaman Sawit Tua untuk 40
Universits
Budidaya Jamur Berbasis Sumberdaya Lokal

F. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

17
No Volume/No/
Judul Artikel Nama Jurnal
. Tahun
Journal of Economics
and Sustainable
Development
Technical efficiency of small beef cattle
Vol.6/ No.22 https://www.iiste.or
fattening production in Muaro Jambi
1 /2015 g/Journals/index.ph
District, Jambi Province Indonesia
p/JEDS/article/view
/27349/28039

Farmers’ Perception toward Integrated


Farming System: A Case Study in Palm Procedia
2 000–000 /2015
Oil Plantation and Beef Cattle in Jambi Science Direct
Province, Indonesia
The comparison of technical efficiency Buletin of Animal
on cattle breeding business between Science
Vol 41/ No
3 share-beef cattle model and farmer-own https://doi.org/10.2
4/2017
at Muaro Jambi Regency, Jambi 1059/buletinpetern
Province. ak.v41i4.18427
Buletin of Animal
Household Behavior and Response to the
Science
Participative Institutional Model for the Vol 43/ No 4/
4 https://doi.org/10.2
Program of Handling Drainage of 2019
1059/buletinpetern
Productive Cows
ak.v43i4.44968

18
19
Lampiran 6. Justifikasi Anggaran kegiatan

Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)


1.Perlengkapan yang      
diperlukan
a.Ember 4 buah 30,000.00 120,000
b. Ember sortir 4 buah 40,000.00 160,000
c. Serokan ikan 2 buah
30,000.00 60,000
d.Sarung Tangan 4 Pasang
10.00 40,000
SUB TOTAL (Rp)
380,000
2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan Nilai ()
a. Maggot 300 kg
7,000.00 2,100,000
b. Bibit lele dumbo 2 inci 7000 ekor
200.00 1.400,000
c. Probio FM 2 buah
35,000.00 70,000
d .Pakan lele PF 800 6 karung
250,000.00 1,500,000
SUB TOTAL (Rp)
5,070,000
3.Perjalanan Volume Harga Satuan Nilai ()
a.Transpot Lokal( untuk 4 kali
keperluan pembelian bahan) perjalanan 50.00 200,000
SUB TOTAL (Rp)
200,000
4.Lain-lain      
a.Atk 4 paket
50,000.00 200,000
b. Spanduk 1x3m
150,000.00 150,000
c.Tak terduga      
SUB TOTAL(Rp)
350,000
TOTAL 6,000,000
Terbilang Enam Juta Rupiah

Lampiran 7. Susunan Organisasi Tim Kegiatan Dan Pembagian Tugas

20
No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian
Studi Ilmu Waktu Tugas
(jam/minggu)
1 Muhammad
Ihsanuddin/E1E021095
2 Deti Para
Mita/E1E021035
3 Annisa Septiana
Rahayu/E1E021015
4 Deti Para
Mita/E1E021035
5 Muhammad
Ihsanuddin/E1E021095

Lampiran 8. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana.

21
22
Lampiran 9. Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan dan Penyusunan
Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir Tepat Waktu

23

Anda mungkin juga menyukai