Proposal PMW 20233
Proposal PMW 20233
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
RINGKASAN..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat...................................................................................................... 5
1.5 Luaran..........................................................................................................
BAB II METODE PELAKSANAAN.....................................................................6
2.1 Teknologi Biokonversi...............................................................................6
2.2 Budidaya Maggot.......................................................................................7
2.3. Budidaya Ikan Lele................................................................................... 8
BAB III METODE PELAKSANAAN................................................................. 11
2.1. Persiapan Alat dan Bahan.......................................................................11
3.2 Alur Pelaksanaan......................................................................................11
3.3 Budidaya Maggot BSF.............................................................................11
3.4. Budidaya Ikan Lele................................................................................. 12
3.5. Praktek Pengolahan limbah sampah melalui budidaya maggot.............12
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...................................................14
4.1 Anggaran biaya........................................................................................ 14
4.2 Jadwal Kegiatan....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
LAMPIRAN...........................................................................................................18
i
RINGKASAN
Siklus hidup maggot BSF mulai telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu
sampai 40-43 hari, dipengaruhi dari media pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan.
Suhu adalah faktor yang berperan pada siklus hidup maggot BSF karena suhu yang lebih
hangat (diatas 30oC) menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Nilai
asam amino, asam lemak dan mineral yang terkandung didalam maggot juga tidak kalah
dengan sumber-sumber protein lainnya, sehingga maggot merupakan bahan baku ideal
yang dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif. Salah satu kendala dalam
pembuatan pakan buatan sumber protein hewani dengan bahan baku tepung ikan adalah
tepung ikan masih merupakan komoditas impor sampai saat ini. Tepung ikan yang
umumnya digunakan untuk bahan pakan sumber protein hewani ketersediannya sering
berfluktuasi dengan harga yang tinggi. Peningkatan permintaan akan produk peternakan
maupun perikanan tentu dapat menyebabkan harga dari pakan ternak maupun ikan
meningkat sangat tinggi, sehingga diperlukan sumber alternatif lain untuk mengganti
pakan ternak maupun perikanan. Budidaya maggot sangat mudah dan praktis untuk dapat
dikembangkan karena ditunjang oleh limbah organik terutama sayur-sayuran maupun
buah-buahan yang banyak terdapat dan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional,
sehingga dapat menghemat biaya pengadaan pakan ternak. Dengan strategi pemanfaatan
limbah organik sebagai sumber pakan alternatif ternak yang dapat menghemat biaya
pengeluaran tentu hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi
para masyarakat peternak, dan sekaligus dapat mengurangi permasalahan sampah organik.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan, dan bahan tersebut
tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia. Maggot BSF dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang memiliki nilai jual yang murah
tetapi memiliki tingkat protein yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi
petani lele yang selama ini selalu merugi. Larva BSF merupakan salah
satu solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah di pasar, cafe,
dan restaurant. Hal tersebut dapat membantu dikarenakan banyaknya
impor bahan baku pakan yang menyebabkan harga pakan yang semakin
meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu cara yang efektif dan efiseien di dalam menangani
permasalahan limbah (Organik) adalah dengan teknonogi biokonversi
yaitu mengolah dan sekaligus memanfaatkan limbah organik sebagai
media pertumbuhan dan perkembangan maggot. Pengembangan usaha
dengan teknologi biokonversi limbah organik Maggot yang saat ini belum
banyak dikembangkan disatu sisi memiliki potensi besar baik dari aspek
ekonomi, dan manfaat lingkungan. Dalam usaha budidaya ikan lele biaya
pakan komersial merupakan komponen biaya produksi yang terbesar.
Oleh sebab itu perlu adanya pakan tambahan sekaligus pakan pengganti,
maggot sebagai pakan tambahan selain dapat mengurangi biaya produksi
juga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele. Salah satu pakan
alternatif yang memiliki protein yang tinggi adalah maggot. Proses
pengadaan maggot sendiri menggunakan teknologi biokonversi yang tidak
memerlukan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan
teknologi biokonversi yang tepat guna dalam penyediaan pakan lele akan
dapat mengurangi biaya pemeliharaan budidaya ikan lele. Berdasarkan
uraian diatas, pemanfaatan sampah organik menjadi produk bernilai
tinggi (Pakan lele) melalui teknologi biokonversi dengan memanfaatkan
limbah organik sebagai salah satu model usaha yang sangat layak
dikembangkan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui efektifitas penggunaan
maggot (Hermetia illucens) pada ransum terhadap pertumbuhan ikan lele di
bioflog Fakultas Peternakan Universitas Jambi (clarias sp.)
1.4 Manfaat
Adapun manfaat nya yaitu dapat menambah wawasan mengenai efektifitas
penggunaan maggot (Hermetia illucens) pada pakan tambahan terhadap
pertumbuhan ikan lele (clarias sp.) dan bagi masyarakat khususnya
pembudidaya ikan, dapat mengetahui adanya sumber protein alternative
sebagai bahan baku pembuatan ransum ikan yang lebih murah dan dapat
diproduksi sendiri.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA
USAHA
Maggot merupakan larva lalat black soldier fly (BSF), keberadaan lalat
selama ini hanya dianggap sebagai hama oleh sebagian besar masyarakat.
Maggot BSF sebetulnya fase larva dari siklus hidup BSF, pada fase larva inilah
yang disebut sebagai maggot/belatung BSF. Siklus hidup maggot BSF mulai
telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu sampai 40-43 hari,
dipengaruhi dari media pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan
(Tomberlin dkk. 2002). Suhu adalah faktor yang berperan pada siklus hidup
maggot BSF karena suhu yang lebih hangat (diatas 30 oC) menyebabkan lalat
dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Suhu optimal agar dapat tumbuh dan
berkembang adalah 30oC, tetapi pada suhu 36oC pupa tidak dapat
mempertahankan hidupnya yang menyebabkan tidak mampu menetas menjadi
lalat dewasa. Suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur. Suhu yang
hangat cenderung memicu telur menetas lebih cepat dibandingkan dengan suhu
yang rendah.
Produksi maggot dapat ditentukan dari media hidupnya lalat H.illucens,
lalat suka dengan aroma yang khas oleh sebab itu tidak sembarangan media bisa
dijadikan tempat bertelur untuk lalat (Falicia,dkk.2014). budidaya magggot
dapat menggunakan media bahan organik dari limbah yang membusuk seperti
3
buah yang telah membusuk, sayur mayur yang rusak atau yang lainnya.
Apabila dalam keadaan utuh, maggot memiliki kadar protein yang tinggi yaitu
sekitar 44% dan apabila telah dijadikan pellet maka kadar proteinnya menjadi
30% hingga 40%. Kandungan protein pada maggot cukup tinggi yaitu 44,26%
dengan kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan
mineral yang terkandung didalam maggot juga tidak kalah dengan sumber-
sumber protein lainnya, sehingga maggot merupakan bahan baku ideal yang
dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif. Kuantitas dan kualitas media
hidup maggot berpengaruh terhadap nutrisi tubuh dan kelangsungan hidup
maggot (Rojo dkk.2013).
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di air tawar. Ikan
lele juga dikenal dengan nama catfish dan mempunyai predikat tambahan
walking catfish.Pakan buatan yang mengan-dung nilai nutrisi tinggi dapat
mendorong pertumbuhan lele menjadi lebih cepat (Djarijah, 2001). Pilihan
utama sumber protein dalam formulasi pakan ikan adalah tepung ikan, karena
memiliki tingkat daya cerna (digestibility) dan tingkat kesukaaan (palatability)
yang baik (Lovell, 1989).
Salah satu kendala dalam pembuatan pakan buatan sumber protein
hewani dengan bahan baku tepung ikan adalah tepung ikan masih me-rupakan
komoditas impor sampai saat ini. Pada tahun 2016 Indonesia mengimpor bahan
baku pa-kan ikan hingga 221.564 ton (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
2017). Tepung ikan yang umumnya digunakan untuk bahan pakan sumber
protein hewani ketersediannya sering berfluktuasi dengan harga yang tinggi.
Maka dari itu, perlu adanya pakan alternatif sumber protein hewani sebagai
pengganti tepung ikan (Rumondor, Maaruf, Wolayan, Tulung, & Wolayan,
2016).
4
buahan yang banyak terdapat dan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional,
sehingga dapat menghemat biaya pengadaan pakan ternak. Dengan strategi
pemanfaatan limbah organik sebagai sumber pakan alternatif ternak yang dapat
menghemat biaya pengeluaran tentu hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya bagi para masyarakat peternak, dan sekaligus dapat
mengurangi permasalahan sampah organik.
Usaha pengembangan budidaya manggot ini dapat menghasilkan
keuntungan mencapai jutaan rupiah. Membudidayakan maggot juga tidak
membutuhkan lahan yang luas, dengan ruang yang terbatas pun dapat
menampung pengembangan maggot dan hal ini menyebabkan maggot banyak
dicari untuk dimanfaatkan kegunaannya (M Nurhadi, 2021).
Menurut Badan Litbang Pertanian (BALITBANGTAN), maggot BSF
mampu mengurai sampah organik seperti sisa makanan hingga 56%. Selain itu,
maggot juga berpotensi menjadi pakan alternatif ternak dan Ikan karena
memiliki protein yang tinggi.. Budidaya maggot terbukti tidak hanya
menguntungkan dari segi ekonomi saja, tetapi juga dari segi lingkungan yang
berkelanjutan.
Maggot sebagai pakan alternative ikan lele, biaya pakan ikan merupakan
komponen biaya yg cukup tinggi, Pengitegrasian usaha maggot dan Lele selain
dapat menghasilkan produk maggot (berupa telur dan maggot segar) juga
daapt meningkatkan effiiensi ekonomis didalam buduidaya ikan lele. Produk
dari budidaya ikan lele yang memiliki beberapa kelebihan yaitu : pertumbuhan
lebih cepat, daging ikan lele lebih padat sehingga memiliki bobot yang lebih
berat, serta rasa ikan lele yang lebih gurih dibandingkan dengan ikan lele yang
diberi pakan komersil. Analisis Usaha Integrasi Maggot ikan lele dapat
disajikan pada tabel dibawah ini :
Biaya Operasional Harga Total (Rp)
Benih Ikan lele 7000 ekor 7000 x Rp 200 1.400.000
Pakan Ikan Umur 1-30 hari 60Kg 6 x Rp 250.000 1.500.000
Maggot 300Kg 300 x RP 7000 2.100.000
Probio FM 2 x Rp 35.000 70.000
TOTAL 5.070.000
Pendapatan TOTAL
7000 ekor lele = 600Kg lele 600 x Rp 16.000 Rp 9.600.000
Keuntungan diluar Kolam DLL Rp 4.530.000
5
BAB III
METODE PELAKSANAN
Program budidaya maggot BSF yang akan dijadikan sebagai bahan pakan
perkembangan ternak ikan lele dengan memanfaatkan hasil produksi budidaya maggot
sebagai media pakan ini direncanakan dan dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa
Peternakan Universitas Jambi. Adapun alur pelaksaanaanya sebagai berikut :
a. Rapat koordinasi dan pembagian tugas dengan anggota tim Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang merupakan anggota Himpunan
Mahasiswa Peternakan Universitas Jambi.
b. Konfirmasi terhadap pihak kampus Universitas Jambi, sebagai tempat
pelaksaanaan kegiatan mengenai teknis pelaksanaan, tempat, sarana prasarana
dan peserta.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk sosialisasi dan
pelatihan.
d. Mengukur tingkat keberhasilan program.
e. Membuat laporan akhir.
6
f. Tutup selama kurang lebih 14 hari, maggot BSF siap panen.
Dengan adanya proses fermentasi dari limbah oraganik dengan bantuan EM4,
akan menimbulkan aroma khas yang disukai oleh serangga BSF. Dengan
demikian, serangga betina akan menetaskan telurnya. Selama kurang lebih 14
hari, maggot BSF siap panen (Suciati, et al.,2017).
Budidaya ikan lele akan dilakukan dengan memanfaatkan hasil dari produksi
budidaya maggot adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
7
nutrisi tinggi seperti dedak, pelet, ampas tahu, pisang/papaya yang diblender. Prinsipnya
media penetasan merupakan bahan organik yang halus dan lembut dengan kelembaban
sekitar 70%.
d. Mempraktekkan media pembesaran maggot (biopond)
Pembesaran maggot BSF dimulai sejak bayi larva sudah berumur sekitar 1
minggu, kemudian larva dipindahan dari media penetasan ke media pembesaran.
Sebelum pemindahan, disiapkan dulu media dasar campuran bekatul dan serbuk gergaji
untuk menyerap kadar air berlebih dan menetralisir bau. Pada fase pembesaran, larva
sudah bisa diberikan sampah organik seperti sisa makanan, sampah buah-
buahan/sayuran. Tempat pembesaran biasa disebut dengan biopond.
8
BAB IV
BIAYA
9
Lampiran 1. Hlaman Judul Proposal PMW
Usulan
Ketua
Muhammad Ihsanuddin E1E021095
Anggota
Deti Para Mita E1E021035
Annisa Septiana Rahayu E1E021015
Fakultas Peternakan
Universitas Jambi 2023
10
Lampiran 2. Halaman Pengesahan
11
Lampiran 3. Format Jadwal Kegiatan
2 3 4 5 6 7 (Nama PJ)
1 Penyusunan Proposal
2 Pelatihan /Workshop
5 Pelaksanaan budidaya
maggot
8 Laporan Akhir
12
13
14
15
Lampiran 5. Biodata Dosen Pendamping
A.Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan S1 S2 S3
Nama Perguruan
UNPAD UGM UGM
Tinggi
Sosial Ekonomi
Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian Ekonomi Pertanian
Peternakan
Tahun Masuk-Lulus 1990-1996 2007-2009 2011-2018
Analisis Biaya Margin Keragaan Ekonomi
Tataniaga Ternak Sapi Rumahtangga Tani Ternak
Analisis Daya Saing
Judul Skripsi/Thesis/ Potong dari Kabupaten Sapi Pemilik dan Penggaduh di
Karet Alam
Disertasi Pati JawaTengah ke RPH Kabupaten Muaro Jambi
Indonesia
Ciroyon Kotamadya Provinsi Jambi
Bandung
1. Prof. Dr. Ir. Dwidjono
1. Prof. Dr. Ir. Sri
Hadi Darwanto, M.Sc.
1. Prof. Dr. Ir. Dadi Widodo, M.Sc.
2. Dr. Slamet Hartono. SU.,
Nama Pembimbing / Suryadi, M.S. 2. Ir. Any
M.Sc
Promotor 2. Dr. Ir. Suryantini., MM.
3.Ir. Any suryantini.,
Taslim, M.S. Ph.D.
MM. Ph.D
16
8 Perundang-undangan dan kebijakan Pilihan 2
Pembangunan Peternakan (S1)
9 Perencanaan Agribisnis Peternakan (S1) Pilihan 2
10 Dinamika Populasi (S1) Pilihan 3
11 Analisis Kebijakan Pembangunan Peternakan Pilihan 3
(S2)
17
No Volume/No/
Judul Artikel Nama Jurnal
. Tahun
Journal of Economics
and Sustainable
Development
Technical efficiency of small beef cattle
Vol.6/ No.22 https://www.iiste.or
fattening production in Muaro Jambi
1 /2015 g/Journals/index.ph
District, Jambi Province Indonesia
p/JEDS/article/view
/27349/28039
18
19
Lampiran 6. Justifikasi Anggaran kegiatan
20
No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian
Studi Ilmu Waktu Tugas
(jam/minggu)
1 Muhammad
Ihsanuddin/E1E021095
2 Deti Para
Mita/E1E021035
3 Annisa Septiana
Rahayu/E1E021015
4 Deti Para
Mita/E1E021035
5 Muhammad
Ihsanuddin/E1E021095
21
22
Lampiran 9. Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan dan Penyusunan
Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir Tepat Waktu
23