- Hermeneutik Heidegger dan Gadamer: memberi makna baru yang mengarah pada masa
depan
- Tujuan akhir memahami: Kesepahaman (merujuk pada peristiwa akhir yakni sama-sama
paham, sejalan)
Karena Membaca: tanpa kita sadari itu dapat menjadi proses pendoktrinasi
- Psikoanalisis: dorongan dorongan manusiawi apa yang menjadikan sebuah kata itu
muncul
Setiap teks yang penulis buat itu pasti memuat atas kepentingan atau golongan tertentu,
dan itu dapat tanpa disadari. Sehingga itulah yang harus penulis cari.
(dalam artian selain untuk memahami makna yang harus dicapai, kita juga harus
mengetahui untuk kepentingan apa dan ideologi apa yang berlaku, sehingga tercapailah
tujuan dari memahami yakni pembebasan diri dari dominasi)
- Sebagai pembaca kita harus memiliki kemampuan studi secara kritis-reflektif agar
terhindar dari giringan tradisi dan ideologi.
Realitas ilmu:
- Empiris-analistis: dunia yang bisa diakses oleh akal dan panca indera (ilmu kealaman,
bersifat objektif, untuk kepentingan teknis). Contoh: ilmu IPA
#Rasio Komunikatif
Manusia seharusnya tidak menjalani hubungan secara instrumental atau satu arah, melainkan
rasio komunikatif dimana saling memahami, komunikasi dua arah.
- Mengenai teori kritik Marx yang hanya berlandaskan pada Positivistic social, dimana
Marx mengemukakan bahwa tindakan dasar manusia hanya satu yakni ‘kerja’ (subjek-
objek/menguasai dan dikuasai)
- Habermas merekonstruksi teori kritik Marx, karena ia menganggap itu hanya membuat
manusia menjadi “teraliensi”, sehingga ia menambahkan tindakan dasar berupa
‘komunikasi’.1 Agar teremansipasi dari apa yang disebut ‘teraliensi’
- Alam bersifat pasif, sehingga kerja berarti menguasai alam, dimana alam ditempatkan
sebagai objek yang digali. Sedangkan dalam komunikasi tidak ada yang disebut
‘menguasai’ dan ‘dikuasai’, keduanya sama-sama disebut subjek dan subjek.
1
Ahmad Atabik, “Memahami Konsep Hermeneutika Kritis Habermas”, Jurnal Fikrah, Vol. I, No. 2, Juli-Desember
2013, hlm. 455