Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang segala puji bagi
Allah yang telah meberikan taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SOSIOLOGI.
Di dalam penulisan makalah ini penulis banyak memiliki kekurangan-kekurangan dan
banyak hal yang kurang ternilai batasan penulis begitu pula penulis makalah ini tak lupa
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen,besar harapan jika ada kritik dan saran
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Dan Semoga makalah ini bisa
bermanfaat unuk pribadi, teman-teman dan semua yang membaca makalah.
BAB I
PEMBAHASAN

 STRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL PEMIKIRAN KAREL MARX

Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk sosial, supaya mereka saling tolong
menolong dalam segala usaha dan berkodrat dalam masyarakat sosial, di dalam hidupnya
manusia membutuhkan manusia-manusia yang lain yang bersama-sama hidup bermasyarakat.
Dalam hidup bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lain disadari atau
tidak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Kesejahteraan adalah suatu kondisi yang sangat didambakan oleh seluruh umat manusia.
Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak menginginkannya karena didalamnya terkandung
makna segala kenikmatan hidup, seperti kebahagian, ketentraman, kemakmuran dan keadilan.
Karena itu tidak heran jika manusia menguras semua energi pemikirannya dalam mencari
‘petunjuk’ yang paling tepat untuk mencapai kondisi tersebut. Sehingga dalam sejarah perdaban
manusia lahirlah ideologi-ideologi yang berfungsi sebagai ‘petunjuk’, seperti kapitalisme dan
sosialisme yang banyak dianut oleh negara-negara di dunia.
Dengan menggambarkan kenyataan yang kita hadapi sekarang tentang Marxisme tersebut,
ada baiknya kita memperhatikan uraian Marx sendiri tentang pokok ajarannya adalah bercabang
pada dua unsur, yaitu tentang falsafah dan ekonomi tetapi saya disini akan lebih menitik beratkan
pada pikirannya Marx tentang ekonomi yaitu ada lima teori :
1. Teori nilai lebih (meewaarde theorie).
2. Teori pemusatan (concentratie theorie).
3. Teori penumpukan (accumulatie theorie).
4. Teori menjadi miskin (verarmings theorie).
5. Teori krisis.

Manusia berjuang buat hidup dan untuk mencapai penghidupan yang lebih sempurna.
Perjuangan buat hidup itu adalah desakan alam. Manusia tak hidup kalau tidak makan, tak makan
kalau tidak berusaha. Untuk memperoleh keperluan hidupnya manusia berjuang dengan alam,
yang memagar langkahnya pada tiap-tiap penjuru. Kemudian, setelah akalnya bertambah dan
kecerdasannya berkembang, ia coba menguasai alam itu untuk memperoleh jalan hidupnya.
Perjuangan untuk mencapai penghidupan yang lebih sempurna disebut juga tujuan kemakmuran.
Sekitar tujuan manusia untuk mencapai kemakmuran itu terdapat berbagai masalah yang sama
sifatnya dan serupa tabiatnya, sehingga masalah-masalah itu menjadi objek penyelidikan suatu
ilmu. Ilmu itu ialah ilmu ekonomi.

1. Pemikiran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989 : 768) disebutkan bahwa pemikiran adalah
cara, perbuatan, atau proses berfikir. Dapat pula berarti suatu buah yang mahal sekali, dimana
sumbernya terdapat dalam akal, dalam kalbu, dalam jiwa, dalam batin (Gharisah, 1989: 15).
Pemikiran bukanlah suatu hal yang melintas dan dikerjakan oleh pikiran secara tiba-tiba yang
sifatnya sambil lalu dan sekenanya, tetapi merupakan pergulatan yang panjang, bahkan pedih dan
mengelisahkan, dimana renungan, buah pikiran (ide) yang 10 telah ada, perasaan dan
pengalaman hidup, maupun kecakapan teknis selapis demi selapis tersusun (Goenanawan
Muhammad, 1989: 131). Dan yang dimaksud dalam pemikiran ini adalah pemikiran Karl Marx
Tentang Ekonomi dalam pandangan Islam.
Ekonomi Karl Marx Secara garis besar pemikiran Marx dapat diklasifikasikan dalam dua
bidang, yaitu filsafat dan ekonomi. Dalam filsafat ia mengajarkan tiga pokok konsep yaitu:
a. Filsafat dialektic.
b. Filsafat konflik.
c. Filsafat negara.

Sementara itu dalam bidang ekonomi ajaran Marx adalah:


1. Teori nilai lebih (meewaarde theorie).
2. Teori pemusatan (concentratie theorie).
3. Teori penumpukan (accumulatie theorie).
4. Teori menjadi miskin (verarmings theorie).
5. Teori krisis.

Kelima teori di atas merupakan suatu rangkaian yang saling berhubungan dan merupkan
prediksi tentang ‘evolusi alamiah’ kapitalisme menuju sosialisme. Teori nilai lebih Marx
mengatakan bahwa terdapat suatu nilai lebih dari para buruh yang dirampok oleh para borjuis
(Hendrie Anto, 2003: 356).
2. Karl Marx

lahir 1818 di Rhineland yang sedang digabung ke kerajaan Prusia. 1836 ia masuk
Universitas Berlin. Dan 1841 ia mendapat Doktornya dengan disertasi mengenai filsafat kuno.
Dua tahun kemudian ia menjadi editor dua majalah. Pertama, Rheinische Zeitung di Rhineland
dan kedua, Deutsche Franzosische Jahrbucker, terbitan Paris yang ditujukan pada pembaca
Jerman. Kedua-duanya ditutup kekuasaan Prusia karena dianggap melanggar hukum. Marx lalu
mundur ke Brussel sebagai buangan. Dalam tahun 1848 yang revolusioner ia sanggup kembali ke
Jerman. Lalu ia jadi editor sebuah majalah baru, Neu Rhenische Zeitung. Tapi kemudian ia
dibuang kembali, kali ini ke London.

3. Prespektif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 675) disebutkan bahwa prespektif adalah:
1) Cara melukiskan suatu benda dan lain-lain pada permukaan yang mendatar sebagai mana
yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya).
2) Sudut pandang : pandangan.

 INTERAKSI SIMBOLIK

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan
masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni
komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha
memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa
perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan
mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra
interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri
mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia.

Max Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia ketika dan
sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku. Tindakan di sini bisa
terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda
setuju dalam suatu situasi. Tindakan manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran,
berpikir, dan kesengajaan. Tindakan seperti ini bisa karena disengaja baik itu untuk orang lain
ataupun untuk diri sendiri, yang pikiranpikirannya aktif saling menafsirkan perilaku orang lain,
berkomunikasi satu sama lain, dan mengendalikan perilaku dirinya masing-masing sesuai dengan
komunikasiya. Interaksi simbolik menurut Blumer (dalam Mulyana, 2008: 68) adalah suatu
aktifitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang
diberi makna.
Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang “diri” (self) dari George Herbert Mead.
Ia mengganggap bahwa konsepsi diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial
individu dengan orang lain. Selain itu Charles Horton Cooley mendefiniskan diri sebagai suatu
yang dirujuk dalam pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertama tunggal, yaitu “aku” (I),
“daku” (me), “milikku” (mine), dan “diriku” (myself). Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang
dikaitkan dengan diri menciptakan emosi lebih kuat daripada yang tidak dikaitkan dengan diri,
bahwa diri dapat dikenal hanya dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif. Sementara itu,
pandangan Mead tentang diri terletak pada konsep “pengambilan peran orang lain” (taking the
role at the other).

Dalam Teori interaksionisme Simbolik menurut George Herbet Mead, pikiran (mind) sebagai
kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial. Diri (self) sebagai
kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain, dan juga masyarakat
(society), sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Individuindividu terlibat
didalam masyarakat melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan suka rela atau bisa
dikatakan manusia adalah individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian pada
setiap keadaan, yang melahirkan reaksi dan interpretasi kepada setiap rangsangan yang dihadapi.
Kejadian tersebut dilakukan melalui interpretasi simbol-simbol atau komunikasi bermakna yang
dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati, dan melahirkan tingkah laku lainnya yang
menunjukan reaksi atau respon terhadap rangsanganrangsangan yang datang kepada dirinya.
Selain itu juga berdasarkan teori interaksi simbolik dalam pandangan Mead; Etnis Sumba dan
Etnis Maluku mempunyai cara sendiri dalam memaknai pesan, tanda serta simbol-simbol yang
ada yang dipertukarkan karena mereka memiliki perasaan, pemikiran dalam mengartikan semua
proses interaksi yang ada dan juga bertindak berdasarkan makna yang diberikan orang lain
kepada kita.

 PERTUKARAN SOSIAL

pertukaran social,disini dijelaskan bagaimana seseorang memandang hubungannya


dengan orang lain dalam kaitannya dengan keseimbangan antara biaya-imbalan dalam
hubungan tersebut, jenis hubungan dan kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih baik
dengan orang lain. Teori pertukaran sosial bertentangan dengan teori interaksi simbolis di mana
yang dilihat dalam teori pertukaran sosial adalah perilaku nyata dan bukan proses-
proses subjektif. Asumsinya adalah bahwa suatu hubungan hanya bisa terjadi apabila
kedua belah pihak memperoleh keuntungan dari hubungan tersebut.

Jadi setiap pihak yang saling berhubungan mesti dibiarkan mengejar kepentingan
pribadinya masing-masing melalui pertukaran-pertukaran yang disepakati sebab dengan
demikian kesejahteraan masyarakat akan terjamin. Dalam Sosiologi, teori pertukaran sosial
merupakan akibat pengembangan dari teori interaksi sosial sebagaimana yang dikemukakan
oleh Emile Durkheim. Jadi tanpa interaksi social tidak mungkin ada pertukaran sosial.
Pemikiran Durkheim tentang solidaritas organik dapat dikatakan sebagai pemikiran yang
mempengaruhi lahirnya teori pertukaran sosial. Walaupun demikian itu bukan satu-satunya.
Lahirnya teori pertukaran sosial dalam Sosiologi juga ikut dipengaruhi oleh teori pertukaran
dalam ilmu Ekonomi, Psikologi Perilaku dan juga Antropologi. Hal ini akan menjadi jelas
ketika kita melihat tokoh-tokoh penting yang ikut membahas tema pertukaran sosial.

 Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Teori Pertukaran Sosial

Dalam diskusi tentang konsep pertukaran ada beberapa tokoh penting yang
pemikirannya mempengaruhi perkembangan teori pertukaran sosial. Sebab sebelum konsep
pertukaran sosial menjadi teori yang berdiri sendiri dalam sosiologi, sebenarnya konsep ini
sudah disinggung oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ekonomi, antropologi,
psikologi dan juga sosiologi sendiri.

Dari ilmu ekonomi, teori pertukaran sosial mengambil konsep biaya, imbalan dan
keuntungan yang dikemukakan oleh Adam Smith. Konsep inilah yang menjadi dasar bagi semua
teori pertukaran di dalam ilmu antropologi maupun sosiologi. Artinya, konsep tentang
biaya, imbalan dan keuntungan yang pada dasarnya adalah milik ilmu ekonomi diambil
alih dan diterapkan dalam antropologi dan sosiologi. Jadi dapat dikatakan bahwa konsep
tentang biaya, imbalan dan keuntungan adalah dasar bagi perkembangan teori pertukaran sosial.
Selanjutnya dapat dilihat konsep tentang pertukaran dalam antropologi. Di sini ada empat tokoh
yang berpengaruh.

Pertama, Sir James Frazer. Dia menggunakan konsep ekonomi dari Adam Smith dalam
menganalisis tradisi perkawinan silang suku Aborigin di Australia. Dalam tradisi suku
Aborigin, hal yang biasa adalah seorang anak laki-laki menikah dengan anak perempuan
dari saudara ibunya. Sangat jarang anak laki-laki menikah dengan anak perempuan saudara
ayahnya. Tindakan ini bertujuan memperkuat ikatan kesukuan sehingga dalam
perkawinan segala hal ditentukan oleh suku. Oleh karena itu diadakan perjanjian-
perjanjian pertukaran antara dua keluarga. Dengan demikian pasangan yang hendak
menikah tidak punya pilihan dan hanya mengikuti kesepakatan suku yang telah diambil.
Menurut Frazer perjanjian dalam pertukaran perkawinan itu bersifat ekonomis.Hal ini
karena yang terjadi adalah terjadinya pertukaran barang-barang dengan nilai tertentu yang
disepakati bersama lewat proses tawar-menawar.

Kedua, Bronislaw Malinowski. Dia memperkenalkan konsep pertukaran nonmaterial. Hal ini
didasarkan atas pengamatannya terhadap masyarakat di kepulauan Trobriand. Dengan
demikian pemikirannya berbeda dengan Frazer. Apabila bagi Frazer pertukaran masyarakat
Aborigin bersifat ekonomis maka bagi Malinowski pertukaran itu bersifat simbolis.
Artinya, harga barang tidak lagi penting melainkan nilai dan makna yang ada di balik
barang yang dipertukarkan tersebut.

Ketiga, Marcel Mauss. Dalam membahas konsep pertukaran dia menunjukkan adanya
pertukaran struktural. Pemikiran ini merupakan tanggapan terhadap Malinowski
dengan menggunakan teori Durkheim tentang kolektivitas. Menurut Mauss pertukaran tidak
terjadi dalam individu melainkan dalam kelompok. Seandainya ada pertukaran dalam
tingkat individu, hal itu pun terjadi dalam hukum-hukum yang ditetapkan oleh kelompok.
Dengan demikian Mauss mengaminkan pemikiran Durkheim yang mengatakan bahwa
individu tunduk pada kelompok atau masyarakat.

Keempat, Claude Levi-Strauss. Dia juga adalah seorang antropolog Prancis yang bekerja
dalam tradisi Durkheim. Dalam analisanya tentang tradisi perkawinan masyarakat primitif,
dia mengembangkan suatu perspektif teoretis tentang pertukaran sosial. Menurut Levi-
Strauss ada dua jenis pertukaran yaitu pertukaran langsung dan pertukaran tidak langsung.
Dalam pertukaran langsung setiap pasangan pertukaran saling memberi dan menerima
dengan dasar kepentingan pribadi. Hal ini hanya dapat terjadi dalam kelompok duaan (dyad).
Sedangkan dalam pertukaran tidak langsung anggota-anggota kelompok saling memberi dan
menerima dari pasangan orang lain. Jadi apabila dalam pertukaran langsung setiap
pasangan dapat saling memberi dan menerima secara timbal balik maka dalam pertukaran
tidak langsung hal itu terjadi dalam bentuk jaringan. Hal ini terjadi dalam kelompok tigaan
(triad) dan kelompok yang lebih besar.

Dalam pertukaran langsung yang bersifat timbal balik, penekanannya pada keseimbangan
dan persamaan. Selain itu ada pula keterlibatan emosional yang mendalam dari pihak-pihak yang
terlibat. Misalnya, A melakukan pertukaran dengan B maka hubungan pertukarannya itu
akan dilakukan dengan barang atau jasa yang nilainya setara secara timbal balik.
Akibatnya terjalin komitmen emosional di antara keduanya. Namun di luar keduanya,
tidak ada komitmen emosional. Sebaliknya pertukaran tidak langsung memberikan
sumbangsih pada integrasi dan solidaritas secara lebih efektif. Hasilnya adalah suatu
integrasi sosial yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertukaran langsung. Misalnya A
melakukan hubungan pertukaran dengan B, B dengan C, C dengan D, dan D dengan A. Di
sini hubungan pertukarannya bersifat tidak langsung,namun meningkatkan integrasi dan
solidaritas di antara A, B, C dan D. Atas dasar ini maka Levi-Strauss berpendapat bahwa arti
pertukaran yang sebenarnya adalah suatu ungkapan komitmen moral individu pada
kelompok. Dalam hal ini Levi-Strauss menolak penggunaan motif-motif ekonomi dan
individualistis dalam menjelaskan konsep pertukaran sosial. Selain ekonomi dan antropologi,
teori yang turut mempengaruhi perkembangan teori pertukaran sosial adalah psikologi,
khususnya psikologi perilaku. Psikologi perilaku adalah suatu cabang dalam ilmu psikologi
yang diperkenalkan oleh B. F. Skinner. Sebenarnya efek langsung dari psikologi perilaku
terhadap sosiologi adalah pada sosiologi perilaku.

Namun teori ini juga memiliki efek tidak langsung terhadap teori pertukaran. Dalam
perkembangan teori pertukaran sosial, dorongan dan hukuman ini disejajarkan dengan
istilah imbalan dan biaya dalam ilmu ekonomi. Selanjutnya kita tiba pada konsep pertukaran
dalam sosiologi sendiri. Dalam sosiologi juga ada tokoh klasik yang menyinggung konsep
pertukaran sosial sebelum konsep ini menjadi teori tersendiri.
Tokoh yang pertama adalah Karl Marx. Marx menghubungkan konsep
pertukarannya dengan teori konflik. Menurutnya para kapitalis yang menguasai sumber-
sumber produksi dalam masyarakat mengontrol imbalan material dari kaum pekerja.
Imbalan itu dibuat serendah mungkin. Tujuannya adalah untuk menekan biaya produksi
menjadi rendah sehingga mendapatkan keuntungan maksimal. Hal ini mengakibatkan
pertukaran yang tidak adil antara kaum pekerja dengan para kapitalis. Kaum pekerja telah
memberikan keuntungan yang besar kepada para kapitalis tetapi para kapitalis itu tidak
memberikan upah yang sesuai. Bagi Marx, pertukaran yang tidak adil inilah yang pada
akhirnya memicu pertentangan kelas dan konflik. lebih mengamati hubungan pertukaran yang
terjadi pada tingkat individu.

Atas dasar pemahamannya terhadap pertukaran sosial, Homans berpendapat bahwa


interaksi adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar rangsangan dari kegiatan lain.
Sedangkan perasaan merupakan kegiatan yang bersifat internal. Dalam analisanya Homans
membatasi diri pada pertukaran tatap muka atau pertukaran langsung. Dalam hubungan
pertukaran hal yang tak dapat dihindarkan adalah biaya (cost), imbalan (reward) dan keuntungan
(profit).

Bagi Homans, konsep tentang imbalan sama dengan dukungan sedangkan biaya sama
dengan hukuman dalam psikologi perilaku. Dalam seluruh karyanya Homans menganalisa
hubungan pertukaran sosial pada tingkat mikro. Berdasarkan analisa Homans, John Thibaut
dan Harold Kelley mencoba menerapkan teori pertukaran pada kelompok duaan (dyadic) dan
membandingkannya dengan kelompok yang lebih besar. Menurut Thibaut dan Kelley, proses
pertukaran dimulai dengan penjajagan pada awal interaksi dengan saling memberikan
sampel tindakan yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Tindakan pertukaran dapat
dilanjutkan atau dihentikan tergantung pada perbandingan antara potensi biaya dan imbalan
yang mungkin diperoleh dalam hubungan pertukaran itu.
DAFTAR PUSTAKA

Adian, Donny Gahral, 2006, Percik Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra


Bagus, Lorens, 2000, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia
Hart, Michael H., 1992, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, terj.
Mahbub Djunaedi, Jakarta: Pustaka Jaya
Rius, 2000, Marx Untuk pemula, Yogyakarta: Insist
Santoso, Listiyono, dkk., 2007, Epistemologi Kiri, Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Sumber http://rumahputih.net . Diakses pada 20 Oktober 2008
Suseno, Franz Magnis, 2001, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke
Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia
Ritzer, George, Teori Komunikasi Modern, Kencana, 2007
Baut, S. Paul, Effendi, T, Teori- Teori Komunikasi Modern, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
14240 Beteille, Andre. 1977. Inequality Among Men. Basil Blackwill: Oxford. Blau, Peter M.
Exchange and Power in Social Life. John Wiley & Sons. Inc: New York. Johnson, Doyle Paul.
1986. Teori Sosiologi Klask dan Modem. Judul Asli: Sosiological Theory Classical Founders
and Contemporary Perspectives. Gramedia: Jakarta. Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi
Kontemporer. Judul Asli: Contemporary Sosiological Theory. Rajawali: Jakarta Popkin, Samuel
L. 1979. The Rational Peasant: The Political Economy of Rural Society in Vietnam.

Anda mungkin juga menyukai