Anda di halaman 1dari 648

PENGANTAR UNDANG-

UNDANG JASA
KONSTRUKSI, ETOS
KERJA, DAN SMKK
Pelatihan Pemeriksaan Jembatan

PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI JALAN, PERUMAHAN, DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta mampu menerapkan ketentuan Undang-
Undang Jasa konstruksi (UUJK) dan Etos Kerja serta Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Lingkungan (SMKK) dalam pelaksanaan pemeriksaan jembatan.

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:

a) Memahami memahami Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) dan Etos Kerja yang
terkait dengan usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan;
b) Memahami ketentuan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
LAYOUT – MODUL 2 PENGANTAR UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI,
ETOS KERJA, DAN SMKK
1. Peran Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK), Etos Kerja dan SMKK Dalam Pemeriksaan Jembatan
a) Nilai-nilai Utama
b) Hubungan UUJK dan Etos Kerja terhadap Pemeriksaan Jembatan
c) Peran Etos terhadap Pemeriksaan Jembatan
d) Keterkaitan Pemeriksaan Jembatan terhadap Kegagalan Bangunan Jembatan
2. Keterkaitan Pemeriksaan Jembatan dengan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
a) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
b) Dokumen SMKK
c) Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pemeriksaan Jembatan
d) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi pada Pemeriksaan Jembatan
e) Komponen Penerapan SMKK
f) Aturan-aturan Hukum dan Teknis SMKK yang Berkaitan dengan Pemeriksaan Jembatan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasil pemeriksaan menghasilkan penilaian
kondisi jembatan yang digunakan untuk
menyiapkan jenis pemeliharaan dan prosedur Sesuai dengan definisi pekerjaan konstruksi, dalam Pasal
pengoperasian jembatan sebagaimana yang 1 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Usaha
ditetapkan dalam tujuan pemeriksaan jembatan Jasa Konstruksi (UU No. 2 Tahun 2017) bahwa: “Pekerjaan
pada Pedoman Pemeriksaan Jembatan (revisi Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan
2022). yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan”, maka pemeriksaan jembatan termasuk
dalam pekerjaan konstruksi yang fokus kegiatannya terkait
dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
konstruksi.
Latar Belakang
Para pelaku usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan termasuk
inspektur jembatan diharapkan dapat memahami nilai-nilai kerja berakhlak, yang merupakan
singkatan dari berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan
kolaboratif dan arahan peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi
birokrasi no. 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja.
Latar Belakang
Aturan-aturan penyelenggaran jasa konstruksi yang harus dipahami oleh inspektur jembatan dan pelaku
usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan yang terdapat pada:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 (UU No. 2/2017) tentang Jasa Konstruksi;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 (UU No, 11/2020) tentang Cipta Kerja yang menetapkan
perubahan-perubahan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 (PP No.22/2020) tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 (PP No.14/2021) tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Latar Belakang
• Untuk mencapai kriteria mutu, keselamatan, perlindungan lingkungan, maka proses
pemeriksaan jembatan harus sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan.

• Pelaku usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan termasuk


inspektur jembatan harus memahami aturan-aturan yang berisi kewajiban dan tanggung
jawabnya untuk dapat melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK).
PERAN UNDANG-
UNDANG JASA
KONSTRUKSI (UUJK),
ETOS KERJA DAN
SMKK DALAM
PEMERIKSAAN
JEMBATAN
1. Nilai-nilai
Utama

PERAN UNDANG-
UNDANG JASA 4. Keterkaitan
PERAN
UNDANG-
KONSTRUKSI (UUJK),
2. Hubungan
Pemeriksaan UNDANG JASA
UUJK dan
Jembatan KONSTRUKSI
ETOS KERJA DAN
Etos Kerja
Terhadap (UUJK), ETOS
Terhadap
Kegagalan KERJA DAN
SMKK DALAM
Pemeriksaan
Bangunan SMKK DALAM
Jembatan
Jembatan PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN JEMBATAN

JEMBATAN

3. Peran Etos
Terhadap
Pemeriksaan
Jembatan
Nilai-nilai Utama
Nilai-nilai Utama
• Nilai-nilai terbaru budaya kerja dengan slogan BerAKHLAK, yang
merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Nilai-nilai ASN
“Berakhlak” merupakan fondasi baru bagi Aparatur Sipil Negara demi
terwujudnya satu kesamaan persepsi yang lebih mudah dipahami dan
diterapkan oleh seluruh ASN.
Gambar Hubungan nilai-nilai,
• BerAKHLAK menyarikan dan menyederhanakan nilai-nilai dasar ASN Budaya Kerja (Culture set), Etos
yang ada dalam UU No. 5/2014 tentang ASN. Kerja, dan Pola Pikir (Mindset)

• Presiden Republik Indonesia telah meluncurkan core values (nilai-nilai


dasar) ASN BerAKHLAK dan employer branding ASN "Bangga Melayani
Bangsa".
Nilai-nilai Utama
Core values ASN BerAKHLAK sebagaimana dimaksud pada adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat;

2. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;

3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;

4. Harmonis, yaitu saling peduli dan menghargai perbedaan;

5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;

6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan;

7. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.


Nilai-nilai
Utama
Hubungan UUJK dan Etos Kerja
Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
Hubungan UUJK dengan pemeriksaan jembatan ditetapkan pada Pasal 3 UU No. 2/2017 bahwa Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi bertujuan untuk:

1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang
kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas;

2. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi;

4. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun;

5. Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan

6. Menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap Pemeriksaan
Jembatan

• Berdasarkan KBBI, etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi


ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

• Etos kerja adalah suatu paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang
atau sekelompok orang yang diwujudkan secara nyata berupa perilaku
khas kerja mereka. (Permen PANRB No. 39/2012 tentang Pedoman
Pengembangan Budaya Kerja)
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
Untuk dapat melihat penerapan etos kerja yang terkait dengan pekerjaan teknik sipil dapat dilihat
pada NSPE Ethics Reference Guide yang dikeluarkan oleh National Society of Professional
Engineers menyatakan:

1. Insinyur harus mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat


dan harus berusaha untuk mematuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
pelaksanaan tugas profesional mereka;

2. Insinyur harus melakukan layanan hanya di bidang kompetensi mereka;

3. Insinyur harus mengeluarkan pernyataan publik hanya dengan cara yang objektif dan jujur;

4. Insinyur harus bertindak dalam masalah profesional untuk setiap pengguna dan pemanfaat
keinsinyuran sebagai agen atau wali yang setia, dan harus menghindari konflik kepentingan;
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
5. Insinyur harus membangun reputasi profesional mereka berdasarkan jasa mereka dan tidak akan
bersaing secara tidak adil dengan orang lain;

6. Insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk menegakkan dan meningkatkan kehormatan,
integritas, dan martabat profesi insinyur dan harus bertindak tanpa toleransi terhadap penyuapan,
penipuan, dan korupsi;

7. Insinyur harus melanjutkan pengembangan profesional mereka sepanjang karir mereka, dan harus
memberikan kesempatan untuk pengembangan profesional para insinyur di bawah pengawasan
mereka;

8. Insinyur harus, dalam semua hal yang berkaitan dengan profesi mereka, memperlakukan semua orang
secara adil dan mendorong partisipasi yang adil tanpa memandang gender atau identitas gender,
ras, asal kebangsaan, etnis, agama, usia, orientasi seksual, kecacatan, afiliasi politik, atau
keluarga, perkawinan, atau status ekonomi.
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
Berdasarkan penjelasan hubungan tujuan UUJK dan etos kerja di atas dapat dilihat bahwa
tujuan UUJK dan etos kerja pelaku usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan
jembatan harus sejalan dengan asas landasan penyelenggaran jasa konstruksi sesuai dengan
Pasal 2 UU No. 2/2017 berupa:

1. Kejujuran dan keadilan; 6. Profesionalitas; 11. Kebebasan;


2. Manfaat; 7. Kemandirian; 12. Pembangunan berkelanjutan; dan
3. Kesetaraan; 8. Keterbukaan; 13. Wawasan lingkungan.
4. Keserasian; 9. Kemitraan;

5. Keseimbangan; 10.Keamanan dan Keselatamatan;


Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
• Berdasarkan Permen PANRB No. 39/2012 tentang Pedoman
Pengembangan Budaya Kerja, etos kerja berfungsi sebagai
pendorong atau penggerak terbangunnya perilaku kerja yang
diinginkan, sebagaimana telah dicontohkan pada NSPE
Ethics Reference Guide yang dikeluarkan oleh National
Society of Professional Engineers.

• Etos kerja harus didukung oleh nilai-nilai dan budaya kerja


agar etos kerja juga dapat menjalankan fungsinya untuk
menerapkan nilai-nilai dan mengaktualisasikan budaya kerja
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Untuk menerapkan nilai-nilai dan mengaktualisasikan budaya kerja pelaku usaha jasa konsultansi
konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan yang terlihat dari:
a. Pemahaman terhadap makna bekerja sesuai ketentuan-ketentuan hukum usaha jasa konsultasi
konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan dan ketentuan teknis pemeriksaan jembatan;
b. Sikap terhadap pekerjaan atau apa yang dikerjakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan untuk
memastikan bahwa kondisi jembatan memenuhi semua ketentuan pelayanan, dipantau secara sistematis
untuk memastikan kondisi yang mengakibatkan kerusakan atau keruntuhan struktural dapat diidentifikasi
sesegera mungkin agar intervensi atau tindakan perbaikan yang tepat dapat dilakukan;
c. Sikap terhadap lingkungan pekerjaan terutama lalu-lintas yang terpengaruh pada saat dilakukan
pemeriksaan;
d. Sikap terhadap ketetapan waktu pelaksanaan dan pencapaian target pekerjaan sebagaimana yang
ditetapkan dalam kontrak konstruksi;
e. Sikap terhadap peralatan pemeriksaan jembatan. Alat selalu dirawat, dikalibrasi sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan yang disusun oleh pabrikan;
f. Perilaku kehati-hatian ketika melakukan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian
pemeriksaan dan menetapkan hasil pemeriksaan terutama nilai kondisi yang akan menentukan
penetapan pekerjaan penanganan jembatan.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Pemahaman terhadap aturan-aturan hukum harus dilakukan oleh pelaku usaha jasa
konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan dalam menjalankan usaha jasa
konstruksi terutama yang berkaitan dengan (https://bplawyers.co.id/):

1. Legalitas Usaha Jasa Konstruksi;

2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa Konstruksi;

3. Kontrak Kerja Konstruksi;


Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Aturan-aturan tersebut terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 (UU No. 2/2017
atau UUJK) dan undang-undang terkini yang memperbaharuinya beberapa ketentuan hukumya
dalam bab-bab utama di antaranya:
1. Bab II Asas dan Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terkait dengan etos kerja;

2. Bab IV Usaha Jasa Konstruski yang terkait dengan legalitas usaha;


3. Bab V Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang terkait dengan kontrak kerja;

4. Bab VI Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan yang terkait dengan


kewajiban dan tanggung jawab, akan dibahas tersendiri dalam Bab 3 dari Modul ini kecuali
Bagian Kedua tentang Kegagalan Bangunan;

5. Bab VII Tenaga Kerja Konstruksi yang terkait dengan legalitas usaha; dan

6. Bab XII Sanksi Administratif yang terkait dengan kewajiban dan tanggung jawab.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 (PP
No.22/2020) tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan
perubannya sebagai produk hukum turunan UU No. 2/2017,
bab-bab yang penting untuk dipahami terdapat pada:

1. Bab III Struktur Usaha dan Segmentasi Pasar Jasa


Konstruksi yang terkait dengan legalitas usaha;

2. Bab IV Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi yang


terkait dengan kontrak kerja dan kewajiban dan tanggung
jawab; dan

3. Bab VII Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif yang


terkait dengan kewajiban dan tanggung jawab.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Secara umum Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi, sesuai dengan Pasal 44, Pasal 45, dan Pasal 46
PP No.22/2020, dapat dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Konstruksi melalui kegiatan jasa
konsultansi konstruksi untuk pekerjaan pemeriksaan jembatan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:

1. Memenuhi asas nyata dalam penyelenggaraan Layanan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana yang
dijelaskan pada Pasal 2 UU No. 2/2017;

2. Memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana yang


dijelaskan pada:

a. Pasal 52 UU No. 2/2017 yang menetapkan bahwa Penyedia Jasa dan subpenyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus:

i. Sesuai dengan perjanjian dalam kontrak;

ii. Memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan; dan

iii.Mengutamakan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi organisasi proyek.


Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
3. Menggunakan bentuk usaha Jasa Konstruksi yang memiliki kemampuan usaha yang sesuai, kompetensi dan kinerja
yang baik dengan;
a. Struktur usaha jasa konstruksi Sesuai Pasal 11 UU No.2 /2017 yang meliputi:
i. Jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha sesuai dengan Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 UU No.2/2017, Pasal
14 PP No. 22/2020 dan Pasal 52 PP No.22/2020;
ii. Kualifikasi usaha, dan subklasifikasi sesuai dengan Pasal 20 PP No.14/2021 dan Pasal 22 PP No. 14/2021 yang
dijelaskan lebih lanjut pada:
a) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11/SE/M/2016 Tahun 2016
tentang Penjelasan Persyaratan Klasifikasi Bidang dan Kualifikasi Usaha dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultasi;
b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19/PRT/M/2014 Tahun 2014
tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian
Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi.
iii. Bentuk usaha jasa konstruksi sesuai dengan Pasal 19 UU No. 2/2017 dimana Usaha Jasa Konstruksi berbentuk
usaha orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum;
iv.Pasal 20 UU No. 2/2017 di UU 11/2020 dan Pasal 21 UU No. 2/2017 mengenai Kualifikasi usaha bagi badan
usaha berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada Pasal 34 PP No. 22/2020; dan
v. Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa Konstruksi sesuai dengan Pasal 16 UU No.2 /2017;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
4. Menggunakan tenaga kerja Konstruksi yang kompeten dan dibuktikan dengan Sertilikat Kompetensi
Kerja sebagaimana yang ditetapkan dalam:
a. Pasal 70 UU No. 2/2017 terkait kewajiban setiap tenaga kerja konstruksi untuk memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja;
b. Pasal 28 PP No. 14/2021 terkait keharusan pelaku usaha untuk memperkerjakan Tenaga Kerja
Konstruksi yang memenuhi standar kompetensi kerja.
c. Pasal 29 PP No.22/2020 terkait Sertifikat Kompetensi Kerja
d. Lampiran II dan Lampiran III PP No.14/2021 terkait persyaratan kompetensi khusus tenaga kerja
konstruksi;
e. Standar Kompetensi Kerja terkait pemeriksaan jembatan sebagaimana yang terdapat dalam:
i. Kepmenaker No. 84/2021 SKKNI Ahli Teknik Jembatan; dan
ii. Kepmenaker No. 93/2015 SKKNI Ahli Rehabilitasi Jembatan;
5. Menerapkan standar remunerasi minimal pada penggunaan tenaga kerja Konstruksi untuk jenjang
jabatan ahli;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
6. Memenuhi tanggung jawab profesional dari tenaga kerja Konstruksi untuk jenjang jabatan ahli dengan
mempertimbangkan

a. Sanksi administratif sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 93, Pasal
94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 100 UU No.2 /2017 dan
perubahannya pada UU No 11/2020 dimana penjelasan lebih detail mengenai mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi administratif ditetapkan pada Pasal 151 PP
No.22/2020;

b. Persyaratan dan aspek kontrak kerja konstruksi sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 46, Pasal
47, dan Pasal 49 UU No. 2/2017, terkait:

i. Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;

ii. Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan,
harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan;

iii.Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan yang menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
iv. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna Jasa untuk memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan
kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak penyedia Jasa untuk memperoleh
informasi dan imbalan iasa serta kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;

v. Penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga kerja konstruksi
bersertifikat;

vi. Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam melakukan pembayaran
hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya jaminan atas pembayaran;

vii. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana diperjanjikan;

viii. Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat
ketidaksepakatan;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan

ix. Pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi yang
timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
x. Keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
xi. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa atas
Kegagalan Bangunan dan jangka waktu pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
xii. Pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja serta jaminan sosial;
xiii. Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal
terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
xiv. Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
xv. Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
xvi. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
c. Penjelasan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi pada Pasal 46 sampai dengan Pasal 51 UU No. 2/2017
terdapat pada Pasal 75 PP No.22/2020 terkait bentuk kontrak kerja Konstruksi yang ditentukan
berdasarkan pemilihan:

i. Sistem penyelenggaraan Konstruksi (delivery system);

ii. Sistem pembayaran; dan

iii.Sistem perhitungan hasil pekerjaan.

d. Pasal 54 UU No. 2/2017 terkait penyedia Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan hasil
pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu sebagaimana tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi;

e. Pasal 55, Pasal 56 UU No. 2/2017 terkait atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan kesepakatan dan
kemampuan bayar dalam Kontrak Kerja Konstruksi;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
f. Dokumen persyaratan Kontrak Kerja Konstruksi yang dijelaskan pada Pasal 76 PP No. 22/2020.

g. Pasal 81 PP No. 22/2020 yang menetapkan Sistem pembayaran;

h. Pasal 82 PP No. 22/2020 yang menetapkan Sistem perhitungan hasil pekerjaan;

i. Pasal 83 PP No.22/2020 yang menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, syarat, dan
dokumen terstandar yang diatur selanjutnya pada:

i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2020
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun
melalui Penyedia;

ii. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
j. Penyelesaian sengketa sesuai dengan:

i. Pasal 88 UU No. 2/2017, Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan
dengan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan dalam hal musyawarah para
pihak, para pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi;

ii. Pasal 93 PP No. 22/2020 untuk tahapan upaya penyelesaian sengketa Konstruksi meliputi
Mediasi, Konsiliasi, dan arbitrase;

iii.Pasal 94, Pasal 95 dan Pasal 96 PP No. 22/2020 terkait penjelasan mengenai dewan Sengketa;

k. Kode etika profesi yang ditetapkan oleh asosiasi badan usaha dan asosiasi profesi yang
terakreditasi.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
7. Mengutamakan penggunaan sumber daya Konstruksi dalam negeri, sebagaimana yang ditetapkan
dalam:
a. Pasal 53 UU No. 2/2017 terkait pekerjaan utama hanya dapat diberikan kepada Subpenyedia Jasa
yang bersifat spesialis;
b. Pertimbangan dalam menetapkan sistem penyelenggaraan Konstruksi (delivery system) dalam
Pasal 80 PP No. 22/2020 berupa:
i. Kapasitas Pengguna Jasa;
ii. Ketersediaan Penyedia Jasa Kontruksi; dan
iii.Rantai pasok.
8. Menerapkan inovasi teknologi dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 79 PP 22/2020 menetapkan Kontrak kerja
Konstruksi untuk jasa Konsultansi Konstruksi atau Pekerjaan Konstruksi yang memerlukan teknologi
tinggi, mempunyai risiko tinggi, dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus dapat diberikan
penelaahan oleh ahli kontrak kerja Konstruksi sebelum ditandatangani oleh para pihak
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
9. Mengutamakan pemanfaatan Usaha Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi lokal; dan
10. Mempertimbangkan aspek risiko di dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana yang
ditetapkan dalam:
a. Pasal 34 PP No. 22/2020 mengenai Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi yang ditentukan
berdasarkan kriteria
i. Risiko, yang ditentukan berdasarkan aspek:
a) Ruang lingkup pekerjaan;
b) Lokasi pelaksanaan pekerjaan; dan
c) Kebutuhan sumber daya tenaga kerja.
ii. Teknologi, yang ditentukan berdasarkan aspek:
a) Material;
b) Peralatan;
c) Tenaga ahli; dan
d) Metode pelaksanaan.
iii. Biaya, yang ditentukan berdasarkan oleh besaran biaya pekerjaan yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan.
b. Dalam hal suatu Pekerjaan Konstruksi memenuhi lebih dari 1 (satu) kriteria Risiko Keselamatan
Konstruksi, penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi ditentukan dengan memilih Risiko
Keselamatan Konstruksi yang lebih tinggi;
c. Pada Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan metode padat karya atau menggunakan banyak
tenaga kerja namun sedikit penggunaan peralatan mesin, kebutuhan Personel Keselamatan
Konstruksi ditentukan oleh RKK.
KETERKAITAN PEMERIKSAAN JEMBATAN
TERHADAP KEGAGALAN BANGUNAN
JEMBATAN
Kegagalan Bangunan Jembatan

Meskipun standar Kompetensi Kerja terkait penilai ahli telah ditetapkan dalam Kepmenaker
No. 57 Tahun 2022 tentang SKKNI Ahli Penilai Kegagalan Bangunan Jalan Layang dan
Jembatan dan Persyaratan Penilai Ahli menurut Pasal 9 Permen PUPR 8/2021, namun
inspektur jembatan pun perlu mengenal prosedur penilaian kegagalan bangunan yang erat
kaitannya dengan pemeriksaan jembatan.
Kegagalan Bangunan Jembatan
Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.

Dan menurut Pasal 85 A pada PP No. 14/2021:


1. Keruntuhan bangunan merupakan kondisi sebagian besar atau keseluruhan komponen
bangunan yang rusak dan tidak dapat dioperasikan.
2. Tidak berfungsinya bangunan merupakan:
a) Tidak sesuai dengan yang direncanakan; dan/atau
b) Tidak dipenuhinya aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan

Kegagalan Bangunan ditetapkan berdasarkan:


1. Aspek struktural; dan
2. Aspek fungsional.

Aspek struktural yang dimaksud paling sedikit meliputi: kekuatan, stabilitas, durabilitas, dan
spesifikasi material. Sedangkan aspek fungsional meliputi kemudahan layanan.
Kegagalan Bangunan Jembatan
• Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak
yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan. Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh
penilai ahli.

• Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri PUPR. Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan
Bangunan, sesuai dengan Pasal 60 UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi.

• Beberapa hal yang perlu dipahami terkait dengan penilaian kegagalan bangunan adalah:

a. Ketentuan teknis penilaian kegagalan bangunan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penilai Ahli,
Kegagalan Bangunan, Dan Penilaian Kegagalan Bangunan;
Kegagalan Bangunan Jembatan
b. Pelaksanaan penilaian kegagalan bangunan ditetapkan dalam Pasal 31, sampai dengan Pasal 34
Permen PUPR 8/2021, sebagaimana yang dijelaskan dengan cara:
i. Pemeriksaan dokumen legalitas dan/atau perizinan objek bangunan, yang terdiri atas kegiatan:
a) Perencanaan kegiatan;
b) Identifikasi dan pemeriksaan dokumen legalitas;
c) pelaksanaan kerja sama dengan pihak terkait; dan
d) penyediaan peralatan pendukung.
ii. Identifikasi Kegagalan Bangunan;
iii. Investigasi Kegagalan Bangunan;
iv. Analisis penyebab Kegagalan Bangunan;
v. Penilaian besaran ganti kerugian;
vi. Penetapan penanggung jawab Kegagalan Bangunan; dan
vii. Penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan (Gambar 2.7) dengan
format sebagaimana yang dijelaskan pada Bagian 12 Lampiran III PermenPUPR No 8/2021.
Kegagalan Bangunan Jembatan
c. Pelaporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan dijelaskan pada Pasal 38 Permen PUPR 8/2021,
Bagian 11 Lampiran B dengan menjelaskan hal-hal terkait paling sedikit meliputi:

i. Pelaksanaan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;

ii. Penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan;

iii. Penetapan besaran kerugian keteknikan, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar
oleh pihak yang bertanggung jawab;

iv. Penetapan pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan; dan

v. Jangka waktu perbaikan dan pembayaran kerugian.


Kegagalan Bangunan dalam Aspek Struktural Dan Fungsional
JENIS
JENIS KOMPONEN
NO. KEGAGALAN ITEM KRITERIA PENJELASAN
BANGUNAN UTAMA
BANGUNAN
Bangunan Fondasi Turun/Patah
Bawah Pilar/Abutmen Berguling
Keterbatasan pengetahuan, Bencana
Pelat Lantai Berlubang
alam (gempa bumi, banjir, gunung
Sistem Struktur
Runtuh meletus), Kesalahan perencanaan
Bangunan Atas Bangunan Atas
(kesalahan manusia selama tahap
Sistem Kabel/
Struktural Putus perencanaan), Beban berlebih,
Penggantung
Daerah Aliran Tanah Tumbukan (Impact), Kesalahan manusia
Runtuh
Sungai Timbunan (bukan kesalahan perencanaan/non-
design – kebakaran, terorisme),
1 Jembatan Jalan Layang
Pile Slab Patah/Runtuh Vandalisme, Deteriorasi
Pile Slab

Beban berlebih, Tumbukan (Impact),


Tembok
Kesalahan manusia (bukan kesalahan
Bangunan Atas Sandaran dan Hilang
perencanaan/non-design – kebakaran,
Railing
terorisme), Vandalisme, Deteriorasi
Fungsional
Bencana alam (gempa bumi, banjir,
Getaran/goyang
Sistem Struktur gunung meletus), Kesalahan
Bangunan Atas an yang tidak
Bangunan Atas perencanaan (kesalahan manusia selama
nyaman
tahap perencanaan), , Deteriorasi

Peraturan Menteri PUPR No. 8 Tahun 2021


Kegagalan Bangunan Jembatan

Bagan struktur pelaksanaan penilaian Kegagalan Bangunan

Peraturan Menteri PUPR No. 8 Tahun 2021


Kegagalan Bangunan Jembatan
d. Penyusunan dan penyampaian laporan dimana sesuai dengan Pasal 85N PP No. 14/2021
dinyatakan: laporan hasil penilaian kegagalan bangunan disampaikan kepada menteri, LPJK
(Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi), dan pengguna jasa/pemilik/ penanggung jawab
bangunan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas.

e. Penyampaian usulan rekomendasi dalam rangka pencegahan terjadinya Kegagalan Bangunan


sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 38 Permen PUPR 8/2021 berisi langkah-langkah berupa:

i. Teknis untuk penanggulangan Kegagalan Bangunan yang disusun berdasarkan sebab akibat
kejadian Kegagalan Bangunan;

ii. Koordinasi dan peran serta dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung terhadap terjadinya
Kegagalan Bangunan; dan

iii. Pencegahan terjadinya Kegagalan Bangunan.


Kegagalan Bangunan Jembatan
f. Penilai ahli harus mempunyai kemampuan, sesuai Bab 4.B Lampiran I Permen PUPR No. 8/2021
adalah:
i. Kemampuan manajerial:
a) Pemahaman terkait regulasi jasa konstruksi;
b) Menyusun rencana kerja investigasi kegagalan bangunan;
c) Menyusun laporan penilaian kegagalan bangunan;
d) Pelatihan terkait kontrak konstruksi; dan
e) Pelatihan terkait sengketa konstruksi.
ii. Kemampuan teknis:
a) Perhitungan akibat kegagalan bangunan;
b) Sistem manajemen keselamatan konstruksi;
c) Melakukan survei awal kegagalan bangunan/rekayasa teknik (forensic engineering) yang akan
dijelaskan di bagian bawah;
d) Metodologi investigasi kegagalan bangunan; dan
e) Tata cara penjaminan mutu dan pengendalian mutu pekerjaan konstruksi.
Kegagalan Bangunan Jembatan
Bagan alir pemeriksaan dokumen legalitas dan/atau perizinan objek bangunan dan identifikasi kegagalan bangunan dan investigasi
kegagalan bangunan

Bagan alir pemeriksaan dokumen legalitas


dan/atau perizinan objek bangunan Bagan alir identifikasi kegagalan bangunan
Sumber: Bagian 5 dan Bagian 6 Lampiran
III PermenPUPR No 8/2021
Kegagalan Bangunan Jembatan
Bagan alir analisis penyebab kegagalan bangunan Bagan alir penilaian besaran ganti kerugian dan
penetapan Penanggung Jawab Kegagalan Bangunan

Bagan alir penetapan


Bagan Alir Penilaian
Penanggung Jawab
Besaran Ganti Kerugian
Kegagalan Bangunan
Bagan alir investigasi Bagan alir analisis penyebab
kegagalan bangunan kegagalan bangunan Sumber: Bagian 9 dan Bagian 10
Lampiran III PermenPUPR No 8/2021
Sumber: Bagian 7 dan Bagian 8 Lampiran III PermenPUPR No 8/2021
Kegagalan Bangunan Jembatan
g. Penilai ahli harus mempunyai kemampuan, sesuai Bab 4.B Lampiran I Permen PUPR No.
8/2021;

h. Ketentuan terkait jangka waktu dan pertanggungiawaban Kegagalan Bangunan yang terdapat
pada Pasal 65 UU No. 2/2017, yaitu untuk rencana umur konstruksi lebih dari 10 (sepuluh)
tahun Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa
Konstruksi;

i. Ketentuan Pasal 67 UU No. 2/ 2017 terkait pertanggungjawaban penyedia jasa konstruksi atas
kegagalan bangunan;

j. Keterntuan Pasal 66 UU No. 2/ 2017 terkait pelaporan kegagalan bangunan.


Kegagalan Bangunan Jembatan

Bagan alir penyusunan dan penyampaian laporan Sumber: Bagian 11


Lampiran III PermenPUPR No 8/2021
Kualifikasi Insinyur Forensik / Forensic Engineer
Kualifikasi Insinyur Forensik Forensic Engineer (American Society of Civil Engineers (ASCE), 2012) harus
memenuhi syarat sebagai ahli dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, pengalaman, pelatihan, atau
pendidikan, untuk dapat bersaksi atau memberikan pendapat. Insinyur forensik juga perlu memiliki:

a. Pengetahuan ilmiah, teknis, atau khusus lainnya dari ahli akan membantu pencarian fakta untuk
memahami bukti atau untuk menentukan fakta yang dipermasalahkan;

b. Penilaian yang didasarkan pada fakta atau data yang cukup;

c. Penilaian produk dari asas-asas dan metode-metode yang dapat diandalkan; dan

d. Penilaian telah dengan andal menerapkan prinsip dan metode pada fakta-fakta kasus.

Kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang Forensic Engineer (ASCE, 2012) diantaranya:

a. Memahami masalah dalam konteks penyidikan atau sengketa;

b. Memahami Konsep Advokasi

c. Memahami praduga/prasangka.
Kualifikasi Insinyur Forensik / Forensic Engineer
Kompetensi Seorang Insinyur
•Morality •Responsible
Menurut Milić et. al, 2021, Kompetensi seorang insinyur •Honesty •Objective

struktural forensik yang sukses disajikan pada Gambar


Social Professional
di samping, meskipun perlu dicatat bahwa kualitas ini Responsibility Responsibility

diharapkan dari semua insinyur termasuk dalam desain,


konstruksi, dan pemeliharaan struktur.
Comunication Technical
Skills Competencies

Proses investigasi dimulai dengan : •Writing Skills •Expert


•Oral Skills •Analytical
a) Pengumpulan semua informasi yang tersedia,
b) Pemrosesan dan analisisnya,
c) Pengembangan hipotesis kegagalan awal, Kompetensi Insinyur Forensik
d) Yang diikuti dengan analisis teknik dan validasi Sumber: Milić et al, 2021
hipotesis yang ditentukan.
Kualifikasi Insinyur Forensik / Forensic Engineer
Bagan alir penyelidikan struktural
Insinyur forensik bekerja di berbagai lingkungan dan keadaan, tetapi forensik dari keruntuhan struktural

proses investigasi selalu mengikuti langkah dan prosedur yang sama


yang dimulai dengan:

1. Pengumpulan semua informasi yang tersedia;

2. Pemrosesan dan analisisnya;

3. Pengembangan hipotesis kegagalan awal; dan

4. Yang diikuti dengan analisis teknik dan validasi hipotesis yang


ditentukan.
Setelah alasan yang mengarah pada kegagalan struktural didefinisikan
dan divalidasi, tahap kedua penyelidikan adalah penentuan tanggung
jawab hukum, profesional, dan moral, yang seringkali menghasilkan
prosedur hukum. Bagan alir penyelidikan struktural forensik disajikan
pada Gambar di samping.

Sumber: Milić et al, 2021


KETERKAITAN
PEMERIKSAAN
JEMBATAN DENGAN
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN
KONSTRUKSI (SMKK)
Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, Keselamatan
Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi
dalam mewujudkan pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan
keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan lingkungan.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
Pernyataan-pernyataan mengenai pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan yang merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi terdapat
pada:

1. Perubahan Pasal 59 UU No. 2/2017 pada UU No.11/2020 “Dalam setiap penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.

2. Pasal 25 PP No. 22/2020: Sumber daya Konstruksi harus memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;

3. Pasal 46 PP No. 22/2020: Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi memenuhi Standar


Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
4. Pasal 84 PP No. 14/2021: Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk mendirikan bangunan gedung dan/atau
bangunan sipil harus memenuhi prinsip berkelanjutan, sumber daya, dan siklus hidup bangunan gedung
dan/atau bangunan sipil yang selanjutnya akan disebut sebagai Konstruksi Berkelanjutan, dengan
penjelasan jembatan sebagai bagian dari kegiatan Pengoperasian dan pemeliharaan harus memperhatikan
kriteria pada Pasal 84E PP No.14/2021 berupa:

a. Standar Keamanan, Keselamatan, g. Kenyamanan dan kesehatan;


Kesehatan, dan Keberlanjutan;
b. Keselamatan pengguna; h. Manajemen lingkungan proyek;
c. Tepat guna lahan; i. Pelayanan keluhan pengguna;
d. Konservasi energi;
j. Efisiensi; dan
e. Konservasi air;
f. Sumber dan siklus material; k. Kelaikan fungsi infrastruktur.

5. Pasal 100 PP No. 22/2020: Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi meliputi pengembangan
sistem Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit meliputi:

a. Standar mutu bahan;

b. Standar mutu peralatan;

c. Standar keselamatan dan kesehatan kerja;

d. Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;

e. Standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;

f. Standar pengoperasian dan pemeliharaan;

g. Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Sesuai dengan Pasal 84I PP No. 14/2021 dijelaskan Penyedia Jasa harus melakukan:
bahwa Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam a. Identifikasi bahaya;
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus menerapkan
b. Penilaian risiko dan
SMKK. Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK
pengendalian risiko atau peluang
merupakan Penyedia Jasa yang memberikan layanan:
berdasarkan tahapan pekerjaan
a. Konsultansi Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi; (work breakdown structure); dan
b. Konsultansi Konstruksi pengawasan; c. Sasaran dan program
c. Semua Pekerjaan Konstruksi; dan Keselamatan Konstruksi.

d. Semua Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Matriks Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan

Sumber: Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, 2020


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
SMKK merupakan pemenuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84H PP No. 14/2021, dengan penjelasan skematis dalam Gambar slide
sebelunya dengan ruang lingkup berupa:
a. Keselamatan keteknikan Konstruksi merupakan keselamatan terhadap pemenuhan standar
perencanaan, perancangan, prosedur dan mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi, mutu bahan, dan
kelaikan peralatan, yang mencakup pemenuhan terhadap:
i. Standar perencanaan berupa pemenuhan semua aspek persyaratan keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan dalam hasil perencanaan;
ii. Standar perancangan berupa pemenuhan terhadap pedoman teknis proses pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, perawatan, dan pembongkaran yang telah ditetapkan;
iii. Standar prosedur dan mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi merupakan persyaratan dan
ketentuan tertulis khususnya aspek Keselamatan Konstruksi yang dibakukan mengenai berbagai
proses dan hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
iv. Mutu bahan sesuai standar nasional Indonesia dan/atau standar internasional dan/atau negara lain
yang diakui oleh Pemerintah Pusat, dan telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja; dan
v. Kelaikan peralatan berdasarkan pedoman teknis peralatan sebagai dasar pemenuhan kinerja operasi
peralatan sesuai peruntukan pekerjaan, baik peralatan yang beroperasi secara tunggal maupun
kombinasi.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
b. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, termasuk
tenaga kerja Penyedia Jasa, Subpenyedia Jasa, pemasok, dan pihak lain yang diizinkan memasuki
tempat kerja Konstruksi, yang mencakup pemenuhan terhadap:

i. Hak tenaga kerja berupa pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

ii. Penjaminan dan pelindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;

iii. Pencegahan penyebaran wabah penyakit dalam lingkungan kerja dan sekitarnya;

iv. Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS;

v. Pencegahan penggunaan psikotropika; dan

vi. Pengamanan lingkungan kerja.


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

c. Keselamatan publik merupakan keselamatan masyarakat dan / atau pihak yang berada di
lingkungan dan sekitar tempat kerja yang terdampak Pekerjaan Konstruksi, yang
mencakup pemenuhan terhadap:

i. Standar keselamatan publik di sekitar tempat kegiatan Konstruksi;

ii. Upaya pencegahan kecelakaan kerja yang berdampak kepada masyarakat di sekitar tempat
kegiatan Konstruksi; dan

iii. Pemahaman pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja di sekitar tempat kegiatan
Konstruksi.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

d. Keselamatan lingkungan merupakan keselamatan lingkungan yang terdampak oleh Pekerjaan


Konstruksi sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kenyamanan lingkungan terbangun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang mencakup pemenuhan untuk mencegah:

i. Terganggunya derajat kesehatan pekerja dan kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar Pekerjaan
Konstruksi sebagai akibat dampak pencemaran;

ii. Berubahnya dampak sosial masyarakat sebagai akibat kegiatan Konstruksi yang semakin padat di
lingkungan Pekerjaan Konstruksi; dan

iii. Rusaknya lingkungan sebagai akibat berkembangnya situasi kepadatan kegiatan Konstruksi yang
menghasilkan limbah Konstruksi sehingga dapat menimbulkan pencernaran terhadap air, udara, dan
tanah.
Dokumen SMKK
Ketentuan Umum
Dokumen SMKK dan Istilahnya
Penerapan SMKK dimuat dalam dokumen SMKK dalam
setiap penyelenggaran konstruksi sebagaimana yang terlihat
pada Gambar disamping yang terdiri atas :
a) Rancangan konseptual SMKK adalah dokumen telaah
tentang Keselamatan Konstruksi yang disusun pada
tahap pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b) Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);
c) Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK);
d) Program Mutu;
e) Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (RKPPL); dan
f) Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP).

Gambar Penyiapan dokumen SMKK dalam tahap


Sedangkan istilah lainnya yaitu:
pengkajian dan perencanaan, perancangan, dan
a) Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Penentuan
pembanguan
Pengendalian Risiko, dan Peluang (IBPRP);
b) Analisis Keselamatan Konstruksi (AKK). Sumber: Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, 2020
Ketentuan Umum
Dokumen SMKK dan Istilahnya
1. Rancangan konseptual SMKK adalah dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang
disusun pada tahap pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;

2. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah dokumen telaah tentang Keselamatan


Konstruksi yang memuat elemen SMKK yang merupakan satu kesatuan dengan dokumen
kontrak;

3. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) adalah dokumen telaah tentang Keselamatan
Konstruksi yang memuat uraian metode pekerjaan, rencana inspeksi dan pengujian, serta
pengendalian subpenyedia jasa dan pemasok, dan merupakan satu kesatuan dengan
dokumen kontrak;
Ketentuan Umum
Dokumen SMKK dan Istilahnya

4. Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi (PMPM Pekerjaan


Konstruksi) adalah bagian dari SMKK yang menjamin terlaksananya keselamatan keteknikan
konstruksi guna mewujudkan proses dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas.;

5. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (RKPPL) adalah


dokumen telaah tentang Keselamatan lingkungan, pelaksanaan lingkungan konstruksi yang
memuat rona pengelolaan dan pemantauan yang merupakan pelaporan pengelolaan dan
pemantauan; dan
Ketentuan Umum
Dokumen SMKK dan Istilahnya

6. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP) adalah dokumen telaah tentang
Keselamatan Konstruksi yang memuat analisis, kegiatan, dan koordinasi manajemen lalu
lintas.

7. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Penentuan Pengendalian Risiko, dan Peluang


(IBPRP) adalah proses mengidentifikasi bahaya, menilai dan mengendalikan risiko, serta
menilai peluang. IBPRP memuat penilaian risiko Keselamatan Konstruksi pada setiap tahapan
pekerjaan yang dihitung dengan perkalian nilai tingkat kekerapan dan tingkat keparahan
dampak bahaya, sebagaimana yang dijelaskan pada Tabel slide selanjutnya.
Ketentuan Umum
Tabel Penetapan Tingkat Kekerapan
Tingkat
Deskripsi Definisi
kekerapan
● Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
5 Hampir pasti terjadi
● Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 kali dalam 1 tahun

● Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan


4 Sangat mungkin terjadi pada hamper semua kondisi
● Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir

● Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan


3 Mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu
● Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun

● Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saaat melakukan pekerjaan


2 Kecil kemungkinan terjadi pada beberapa kondisi tertentu
● Kemungkinan terjadi kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir
● Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
1 Hampir tidak pernah terjadi beberapa kondisi tertentu
● Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Ketentuan Umum
Tabel Penetapan Tingkat Keparahan
Skala Konsekuensi Keselamatan
Tingkat Manusia
Lingkungan/Fasilitas Publik
Keparahan (pekerja & Peralatan Material
masyarakat)
5 Timbulnya fatality Terdapat peralatan Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara yang
lebih dari 1 orang utama yang rusak perlu mengakibatkan keluhan dari pihak masyarakat;atau
meninggal dunia total lebih dari 1 mendatangkan
atau lebih dari 1 dan material baru yang Terjadinya kerusakan lingkungan di Taman Nasional yang
orang cacat tetap mengakibatkan membutuhkan berhubungan dengan flora dan fauna;atau
pekerjaan berhenti waktu lebih dari 1 Rusaknya aset masyarakat sekitar secara keseluruhan,
selama lebih dari 1 minggu dan
minggu mengakibatkan Terjadinya kerusakan yang parah terhadap akses jalan
pekerjaan berhenti masyarakat.

Terjadinya kemacetan lalu lintas selama lebih dari 2 jam

4 Timbulnya fatality Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara namun tidak ada
1 orang peralatan utama perlu keluhan dari pihak masyarakat;atau
meninggal dunia yang rusak total mendatangkan
Terjadinya kerusakan lingkungan yang berhubungan dengan flora
atau 1 orang dan material baru yang dan fauna;atau
cacat tetap mengakibatkan membutuhkan
pekerjaan berhenti waktu 1 minggu Rusaknya sebagian aset masyarakat sekitar
selama dari 1 dan mengakibatkan
Terjadinya kerusakan Sebagian akses jalan masyarakat.
minggu pekerjaan berhenti
Terjadinya kemacetan lalu lintas 1-2 jam
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Ketentuan Umum
Tabel Penetapan Tingkat Keparahan
Skala Konsekuensi Keselamatan
Tingkat Manusia
Lingkungan/Fasilitas Publik
Keparahan (pekerja & Peralatan Material
masyarakat)
3 Terjadinya Terdapat lebih Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara yang
insiden yang dari satu perlu mempengaruhi lingkungan kerja;atau
mengakibatkan peralatan yang mendatangkan
Terjadinya kerusakan lingkungan yang berhubungan dengan flora
lebih dari 1 rusak dan material baru yang di lingkungan kerja;atau
pekerja dengan memerlukan membutuhkan
penanganan perbaikan dan waktu lebih dari 1 Terjadinya kerusakan akses jalan di lingkungan kerja.
perawatan mengakibatkan minggu dan tidak
Terjadinya kemacetan lalu lintas 30 menit - 1 jam
medis rawat pekerjaan mengakibatkan
inap, kehilangan berhenti selama pekerjaan berhenti
waktu kerja kurang dari tujuh
hari
2 Terjadinya Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara sebagian
insiden yang peralatan yang perlu lingkungan kerja;atau
mengakibatkan rusak dan mendatangkan
Terjadinya kerusakan Sebagian skses jalan di lingkungan kerja.
1 pekerja memerlukan material baru yang
dengan perbaikan dan membutuhkan
penanganan mengakibatkan waktu kurang dari
perawatan pekerjaan 1 minggu dan tidak
medis rawat berhenti selama mengakibatkan
inap, kehilangan lebih dari 1 hari pekerjaan berhenti
waktu kerja Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Ketentuan Umum
Tabel Penetapan Tingkat Keparahan
Skala Konsekuensi Keselamatan
Tingkat Manusia
Lingkungan/Fasilitas Publik
Keparahan (pekerja & Peralatan Material
masyarakat)
1 Terdapat insiden Terdapat satu Tidak Tidak mengakibatkan gangguan lingkungan
yang peralatan yang mengakibatkan
penanganannya rusak, kerusakan material
hanya melalui memerlukan
P3K, tidak perbaikan dan
kehilangan mengakibatkan
waktu kerja pekerjaan
berhentu selama
kurang dari 1 hari

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Rancangan Konseptual SMKK
Pada Pasal 3 dan Pasal 4 Permen PUPR No. 10/2021 ditetapkan bahwa Dalam
melakukan pekerjaan pengkajian, perencanaan, dan perancangan, Penyedia Jasa
konsultansi konstruksi dan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi menyusun Rancangan
Konseptual SMKK paling sedikit memuat:

a. Lingkup tanggung jawab pengkajian dan/atau perencanaan;


b. Informasi awal terhadap kelaikan yang meliputi lokasi, lingkungan, sosio
ekonomi, dan/atau dampak lingkungan; dan
c. Rekomendasi teknis.
Rancangan Konseptual SMKK
Dimana secara khusus sesuai dengan Pasal 5 Permen PUPR No. 10/2021, Rancangan Konseptual
SMKK yang disusun pada pekerjaan perancangan memuat:
a. Lingkup tanggung jawab perancang, termasuk pernyataan bahwa jika terjadi revisi desain,
tanggung jawab revisi desain dan dampaknya ada pada penyusun revisi;
b. Metode pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi;
c. Standar pemeriksaan dan pengujian;
d. Rekomendasi rencana pengelolaan lingkungan hidup;
e. Rencana manajemen lalu lintas, jika diperlukan;
f. IBPRP;
g. Daftar standar dan/atau peraturan perundangundangan Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan
untuk desain;
h. Pernyataan penetapan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi;
i. Biaya SMKK serta kebutuhan personil keselamatan Konstruksi; dan
j. Rancangan panduan keselamatan pengoperasian dan pemeliharaan konstruksi bangunan
Rancangan Konseptual SMKK
Penjelasan mengenai RKK dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dijelaskan pada Pasal 6
Permen PUPR No. 10/2021. RKK terdiri atas:
a. RKK pengawasan disusun oleh penyedia jasa konsultansi pengawasan, dimana sesuai Pasal 12
Permen PUPR No. 10/2021 dalam hal pekerjaan konsultansi pengawasan memiliki besaran
kurang dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), RKK pengawasan hanya memuat:
i. Prosedur dan/atau instruksi kerja pengawasan;
ii. Formulir izin kerja yang telah ditandatangani; dan
iii. Laporan penerapan RKK pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
b. RKK manajemen penyelenggaraan konstruksi disusun oleh penyedia jasa manajemen
penyelenggaraan konstruksi;
c. RKK pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi disusun oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
Dalam hal pekerjaan perancangan memiliki besaran kurang dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), Rancangan Konseptual SMKK hanya memuat IBPRP.
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Sesuai Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 Permen PUPR No. 10/2021 elemen
dan sub elemen RKK yang harus disusun terdiri dari:
a. Kepemimpinan dan partisipasi tenaga kerja dalam Keselamatan Konstruksi, dengan sub elemen
yang harus disusun berupa:
i. Kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal;
ii. Organisasi pengelola SMKK;
iii. Komitmen Keselamatan Konstruksi dan partisipasi tenaga kerja,
iv. Supervisi, training, akuntabilitas, sumber daya, dan dukungan;
v. Khusus untuk layanan Konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi dan Konsultansi
Konstruksi pengawasan hanya menyusun poin 3.
b. Perencanaan Keselamatan Konstruksi dengan sub elemen yang harus disusun berupa:
i. IBPRP;
ii. rencana tindakan keteknikan, manajemen, dan tenaga kerja yang tertuang dalam sasaran dan
program; dan
iii. pemenuhan standar dan peraturan perundanganundangan Keselamatan Konstruksi.
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
c. Dukungan Keselamatan Konstruksi dengan sub elemen yang harus disusun berupa:
i. Sumber daya berupa teknologi, peralatan, material, dan biaya;
ii. Kompetensi tenaga kerja;
iii. Kepedulian organisasi;
iv. Manajemen komunikasi; dan
v. Informasi terdokumentasi.
vi. Khusus untuk layanan Konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi dan Konsultansi
Konstruksi pengawasan hanya menyusun poin 3.
d. Operasi Keselamatan Konstruksi dengan sub elemen yang harus disusun berupa:
i. Perencanaan implementasi RKK;
ii. Pengendalian operasi Keselamatan Konstruksi;
iii. Kesiapan dan tanggapan terhadap kondisi darurat;
iv. Investigasi kecelakaan Konstruksi.
v. Khusus untuk layanan Konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi dan Konsultansi
Konstruksi pengawasan hanya poin 1. dan 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
e. Evaluasi kinerja penerapan SMKK dengan sub elemen yang harus disusun berupa:
i. Pemantauan atau inspeksi;
ii. Audit;
iii. Evaluasi;
iv. Tinjauan manajemen; dan
v. Peningkatan kinerja Keselamatan Konstruksi;
vi. Khusus untuk layanan Konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi dan Konsultansi
Konstruksi pengawasan hanya poin 1.

Sesuai dengan Pasal 12 Permen PUPR No. 10/2021, Dalam hal pekerjaan konsultansi pengawasan
memiliki besaran kurang dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), RKK pengawasan hanya memuat:
a. Prosedur dan/atau instruksi kerja pengawasan;
b. Formulir izin kerja yang telah ditandatangani; dan
c. Laporan penerapan RKK pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Sesuai dengan Pasal 14 Permen PUPR No. 10/2021, Dalam melakukan Pekerjaan Konstruksi
dengan Risiko keselamatan konstruksi kecil melalui pengadaan langsung, Penyedia Jasa
menyusun RKK sederhana, yang paling sedikit memuat:

a. Kebijakan Keselamatan Konstruksi;

b. Pengadaan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja;

c. IBPRP sederhana;

d. Rambu keselamatan sesuai identifikasi bahaya; dan

e. Jadwal inspeksi.
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
Pada Pelaksanaan Pekerjaan dalam Pasal 15 Permen PUPR No. 10/2021, menetapkan kewajiban Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk melakukan penyusunan PMPM Pekerjaan Konstruksi, dalam RMPK, yang mana
paling sedikit RMPK memuat:
a. Struktur organisasi Penyedia Jasa beserta hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Subpenyedia Jasa;
b. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
c. Gambar dan spesifikasi teknis;
d. Tahapan pekerjaan;
e. Rencana metode pelaksanaan kerja (work method statement) terdiri atas komponen metode kerja, tenaga
kerja konstruksi, material, alat, dan aspek Keselamatan Konstruksi;
f. Rencana pemeriksaan dan pengujian;
g. Pengendalian Subpenyedia Jasa, meliputi kriteria persyaratan pemilihan Subpenyedia Jasa yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa pelaksana konstruksi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa; dan
h. Pengendalian pemasok meliputi jenis pekerjaan yang dipasok, jumlah pemasok, kriteria, dan prosedur
pemilihan;
i. Dimana pada poin g. dan poin h. penyedia jasa harus memastikan Kontrak memuat anggaran Biaya
Penerapan SMKK yang akan dijelaskan lebih lanjut pada Subbab 3.5 sesuai kebutuhan
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan
Konstruksi (PMPM)
Pada Pasal 16 Permen PUPR No. 10/2021, Penyedia Jasa manajemen penyelenggaraan konstruksi
dan/atau pengawasan harus menyusun PMPM Pekerjaan Konstruksi dalam Program Mutu yang paling
sedikit memuat

a. Informasi kerja;

b. Organisasi kerja yang menggambarkan hubungan Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa;

c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan termasuk jadwal peralatan serta penugasan personel inti dan personel
pendukung;

d. Metode pelaksanaan kerja;

e. Pengendalian pekerjaan terkait kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan metode kerja; dan

f. Laporan pekerjaan.
Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKPPL)
Dalam tahap pelaksanaan pekerjaan juga Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi
sedang dan besar, setiap Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyusun rencana pengelolaan lingkungan
dalam dokumen RKPPL sesuai dengan Pasal 18 Permen PUPR No. 10/2021 yang paling sedikit memuat:
a. Struktur organisasi;
b. Rona lingkungan awal sebelum dimulainya Pekerjaan Konstruksi;
c. Rencana kerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang meliputi:
i. Lokasi rencana pengelolaan dan pemantauan;
ii. Potensi dampak kegiatan pada lingkungan;
iii. Kegiatan yang menimbulkan dampak; dan
iv. Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
d. Pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang meliputi:
i. Lokasi pengelolaan dan pemantauan;
ii. Kegiatan yang menimbulkan dampak;
iii. Hasil pelaksanaan Pengelolaan;
iv. Hasil pelaksanaan Pemantauan;
v. Evaluasi dan kesimpulan; dan
vi. Dokumentasi yang menggambarkan atau menjelaskan rona akhir lingkungan.
Pengendalian Lingkungan Kerja
Pengendalian lingkungan kerja dilakukan seperti di bawah ini:
1. Pengelolaan lingkungan dilakukan di luar maupun di dalam lapangan termasuk basecamp,
jalan akses, dan instalasi lain;
2. Pengangkutan dan kegiatan di lokasi sumber bahan dilaksanakan dengan cara yang
berwawasan lingkungan;
3. Semua pekerjaan konstruksi dan pengangkutan harus dibatasi sesuai jam pengoperasian;
4. Pengawasan pelaksanaan Rencana Mutu Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(RMPPL) oleh konsultan pengawas
Lingkup pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup penanganan dampak
akibat pemeriksaan jembatan adalah terhadap gangguan lalu lintas masyarakat pengguna
jalan sehingga dalam pelaksanaannya perlu disosialisasikan dengan berbagai pemangku
kepentingan antara lain: pihak yang mewakili golongan/kelompok masyarakat pengguna jalan
yang terkena kegiatan pemeriksaan jembatan, mewakili instansi, lembaga swadaya masyarakat,
mewakili kelompok profesi, dan mewakili instansi pemerintah daerah.
Pengendalian Lingkungan Kerja
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan c. Komponen Sosial berupa;
terpengaruh dari pekerjaan konsultansi konstruksi i. Kesempatan Kerja;
ii. Kesempatan Berusaha;
spesialis pemeriksaan jembatan menurut Petunjuk
iii. Pendapatan Masyarakat;
Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang iv. Penguasaan & Pemilikan Lahan;
Jalan, 2014 berupa: v. Penggunaan & Pemanfaatan Lahan;
a. Komponen Fisik dan Kimia berupa: vi. Nilai Lahan & Bangunan;
vii. Gangguan Kenyamanan;
i. Kualitas Udara; viii. Keresahan Sosial;
ii. Kebisingan; ix. Hubungan Sosial;
iii. Run Off (Air Larian); x. Keamanan Ketertiban Masyarakat/ Kamtibmas terkait
dengan aspek Pertahanan dan Keamanan;
iv. Longsoran & Erosi; dan xi. Persepsi Masyarakat;
v. Kualitas Air Permukaan. xii. Sikap Masyarakat;
b. Komponen Biologi berupa: xiii. Gangguan Lalu Lintas; dan
xiv. Potensi Kecelakaan Lalu Lintas.
i. Flora; d. Kesehatan Masyarakat
ii. Fauna; dan i. Kesehatan/Kasus Penyakit;
iii. Biota Perairan. ii. Sanitasi Lingkungan; dan
iii. Pelayanan Kesehatan
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi sedang dan besar, setiap
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyusun rencana manajemen lalu lintas dalam
dokumen RMLLP sesuai dengan Pasal 19 Permen PUPR No. 10/2021 yang paling sedikit
memuat:
a. Rencana manajemen lalu lintas pekerjaan, yang paling sedikit memuat:
i. Arus lalu lintas atau metode pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan; dan
ii. Pelaksanaan kegiatan manajemen lalu lintas; dan
b. Pelaporan kegiatan.
c. Dalam hal pekerjaan konstruksi tidak terkait dengan lalu lintas, RMLLP paling sedikit memuat
penentuan lalu lintas di lokasi pekerjaan, pertimbangan kelas jalan, serta perambuan untuk
keselamatan pekerja, dan pengguna jalan.
Penyusunan RMLLP harus memperhatikan:
a. Ketentuan mengenai kelebihan dimensi dan beban muatan; dan
b. Analisis dampak lalu lintas, jika diperlukan.
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk manajemen lalu lintas di lokasi pekerjaan dengan perangkat pengaturan lalu lintas
untuk lokasi pekerjaan jalan, menurut Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan di
Lokasi Pekerjaan Jalan, 2012 berupa:

a. Rambu dan Perangkat Untuk Pekerjaan Jalan, i. Pagar Keselamatan di Zona Kerja;
sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 3.6; j. Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas -
b. Desain dan Format Rambu; APILL (Traffic Control Signal)
c. Tiang Rambu; Portabel dan Sementara;
d. Tampilan Dua Rambu; k. Kendaraan dengan Bantalan
e. Rambu Multipesan; Tabrakan;
f. Pelaksanaan, Pemasangan dan Pencabutan; l. Penggunaan Rambu Pesan Variabel
Elektronik;
g. Zona Kecepatan di Lokasi Pekerjaan Jalan;
m. Pakaian Berwarna Terang;
h. Ketentuan Untuk Pesepeda dan Pejalan Kaki;
n. Instruksi Untuk Pemandu; dan
o. Daftar Rambu dan Perangkat.
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk dari manajemen lalu lintas

Keterangan:
a) Lalu lintas melintasi area kerja.
b) Lalu lintas melewati area kerja.
c) Pengalihan lalu lintas ke
lintasan samping, dan
d) Pengalihan lalu lintas ke jalan
eksisting (detour)

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Contoh Rencana Manajemen Lalu Lintas di lokasi pekerjaan

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Kriteria perambuan yang baik pada pekerjaan jalan

Mencolok mudah terlihat Mudah dibaca jelas Mudah dipahami komprehensif


Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi
Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Kriteria perambuan yang baik pada pekerjaan jalan

Tepercaya Konsisten Benar


Penggunaan sama untuk semua Tidak hanya mirip,
Relevan dengan situasi tapi cocok dan benar
situasi yang sama
Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi
Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Untuk mendapatkan hasil perancangan perambuan dan manajemen lalu lintas di lokasi pekerjaan yang lebih
baik maka, menurut Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan di Lokasi Pekerjaan Jalan,
2012 dibuatlah 5 konsep zona (Gambar di samping) berdasarkan fungsinya berupa:

a. Zona peringatan dini adalah segmen jalan dimana pengguna jalan


diinformasikan tentang akan adanya pekerjaan jalan dan apa yang harus
dilakukan. Zona ini memperingatkan pengemudi/pengendara akan Zona Kerja;

b. Zona Pemandu Transisi (Taper)


adalah zona yang mengarahkan
pengemudi/pengendara menuju
keluar dari lintasan perjalanan
normal. Zona ini digunakan untuk
memandu pengemudi/pengendara
masuk ke lintasan yang benar dan
pada kecepatan yang tepat;

Tipikal Zona pekerjaan jalan


Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi
Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
c. Zona Kerja mencakup
i. Area Kerja yang merupakan tempat pekerjaan dilaksanakan secara fisik dan dimana terdapat pekerja,
peralatan, perlengkapan, dan material; dan

ii. Area Penyangga keselamatan yang


merupakan area keselamatan longitudinal
sebelum area kerja untuk meningkatkan
perlindungan dan keselamatan pekerja.
Area bebas ini umumnya mempunyai
panjang sedikitnya 20 meter, namun
dapat diperpanjang jika area kerja
tersembunyi dari pengguna jalan akibat
ada tikungan atau jalan cembung. Area ini
juga termasuk penyangga lateral yang
sempit di samping area kerja untuk
memberikan perlindungan tambahan bagi
pekerja.
Tipikal Zona pekerjaan jalan
Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi
Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
d. Zona Terminasi yang merupakan zona dimana lalu lintas kembali normal setelah melalui lokasi pekerjaan.
Zona ini digunakan untuk mengingatkan pengemudi/ pengendara akan akhir lokasi pekerjaan dan apa yang
perlu dilakukan setelah keluar dari lokasi pekerjaan.

Suatu batas kecepatan yang akan diberlakukan


di lokasi pekerjaan jalan, perlu
mempertimbangkan potensi bahaya dengan
karakteristik berupa:
a. Jarak bebas antara lajur lalu lintas dan lokasi
pekerjaan. Jika kurang dari 3 m, gunakan
kecepatan 40 km/jam;
b. Volume lalu lintas dan komposisi kendaraan
(jumlah kendaraan berat: truk dan bus);
c. Jenis pekerjaan (manual, peralatan berat,
galian);
d. Jangka waktu pekerjaan (jangka panjang,
jangka pendek, berpindah); dan
e. Waktu pekerjaan (malam hari, hanya siang Tipikal Zona pekerjaan jalan
hari).
Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi
Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Pengurangan Lebar
Jalan Tapi Tetap
Memadai Untuk Arus
Lalu Lintas 2 Arah

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Pengurangan Lebar
Jalan Hingga Hanya
Satu Lajur Dapat
Digunakan

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Pengurangan Lebar
Jalan Pengoperasian
Lajur Tunggal dengan
APILL

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Penutupan Lajur Kiri


Pada Jalan
Multilajur—Terbagi
atau Tidak Terbagi

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Penutupan Lajur Kanan


pada Jalan Multilajur—
Terbagi Atau Tidak
Terbagi

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Lalu Lintas Bergerak


Melintasi Pekerjaan
Jalan yang Belum
Selesai

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Beberapa Area Kerja


yang Berdekatan
(Jarak Kurang dari
1Km) pada Lokasi
Pekerjaan yang
Panjang

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Pendekatan
untuk Lintasan
Samping Satu
Arah

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk tipikal perencanaan perambuan dan manajemen lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan:

Pendekatan untuk
Lintasan Samping
Dua Arah

Sumber: Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi


Pekerjaan Jalan, 2012
PENJAMINAN MUTU DAN PENGENDALIAN
MUTU PEMERIKSAAN JEMBATAN
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pemeriksaan
Jembatan
Penjaminan mutu dan pengendalian mutu sangat terkait dengan manajemen data yang merupakan bagian
dari manajemen SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) menurut Pasal 19 Permen No.27/2020
yang terdiri dari:
1. Proses Perencanaan,
2. Pengumpulan,
3. Pemeriksaan, Dan
4. Penyebarluasan Data.
Bagian III Manajemen Data pada Permen No.27/2020, Produsen data adalah unit pada Kementerian yang
menghasilkan data berdasarkan kewenangan yang ditetapkan oleh masing-masing unit organisasi, unit kerja,
dan unit pelaksana teknis, dengan tugas sebagai berikut:
a) Menghasilkan data yang berkualitas,;
b) Melakukan verifikasi dan validasi data;
c) Memberi masukan kepada Pembina Data terkait dengan standar data
d) Memutakhirkan data;
e) Menyampaikan data, metadata, dan pembatasan aksesnya;
f) Menetapkan pembatasan akses data.
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pemeriksaan
Jembatan
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan karakteristik sebagaimana yang ditetapkan dalam laporan
NCHRP 8-92: Implementing A Transportation Agency Data Program Self-Assessment, 2015 berupa:
1. Valuable/bernilai: data adalah aset yang memiliki nilai strategis dalam perencanaan dan pemrograman
penanganan jembatan
2. Available/mudah didapatkan: data terbuka, mudah diakses, transparan, dan mudah untuk dibagian
sesuai dengan otoriasi akses yang dimiliki
3. Reliable/dapat diandalkan: data berkualitas dan disesuaikan untuk berbagai macam aplikasi
4. Authorized/sudah disahkan: data aman dan memenuhi dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis
yang ada
5. Clear/jelas: terdapat kejelasan definisi dari istilah yang jelas untuk data yang dikelola
6. Efficient/berdaya guna: tidak ada duplikasi data data is not duplicated
7. Accountable/dapat dipertanggungjawabkan: pengambilan keputusan mampu memaksimalkan
keuntungan yang diperoleh dengan adanya data
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pemeriksaan Jembatan
Penjaminan mutu dan pengendalian mutu dijelaskan secara detail dalam KAK Kegiatan Survei (Inspeksi)
Kondisi Jaringan Jalan di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga yang terdiri dari:

a) Rencana Mutu Kontrak (Quality Management Plan);

b) Sistem Monitoring;

c) Pengamanan Data;

d) Validasi Berjalan (On-going Validation);

e) Audit oleh penyedia dan pengguna jasa dan Direktorat ;

f) Pelaporan;

g) Tindakan perbaikan;

h) Proses QA/QC.
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(Quality Management Plan)
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) /
Quality Management Plan
Penyedia Jasa harus menyiapkan Program Mutu yang menjelaskan rencana dan metode
pelaksanaan untuk semua pekerjaan yang tercakup dalam lingkup pekerjaan, dan memastikan
semua persyaratan akan dipenuhi. Beberapa isu yang harus dijelaskan, antara lain:

1. Informasi Pekerjaan; 8. QA/QC, Verifikasi & Validasi sebelum-selama-


setelah survei;
2. Organisasi Kerja; 9. Tindakan-tindakan perbaikan untuk
ketidaksesuaian;
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
10. Rencana Manajemen Risiko, termasuk rencana
4. Metode Pelaksanaan; kontingensi;
11. Pengorganisasian pekerjaan, personil, tugas &
5. Pengendalian Pekerjaan; tanggung jawab;
6. Laporan Pekerjaan; 12. Manajemen Informasi; dan
13. Peralatan.
7. Jadwal penyerahan Keluaran;
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) /
Quality Management Plan
Program Mutu juga harus mencakup penjelasan mengenai:
1. Sistem pelaksanaan (peralatan, metoda, spesifikasi, konfigurasi) untuk memenuhi persyaratan Ditjen Bina
Marga;
2. Pemahaman dan penguasaan akses ke penyedia komponen dan service peralatan sesuai rekomendasi
pabrikan;
3. Pemahaman dan penguasaan akses ke Penyedia Jasa pelatihan personil
4. Mengenali dan mengatasi berbagai bentuk kesalahan;
5. Memastikan semua peralatan yang digunakan berfungsi baik;
6. Prosedur survei;
7. Prosedur untuk mengatasi survei pada kondisi khusus;
8. Prosedur melaksanakan survei ketika arah pergerakan pengamatan menuju km/ chainage yang mengecil
(opposite);
9. Prosedur untuk memastikan penggunaan referensi lokasi yang benar;
10. Rencana kontingensi untuk menjamin kelancaran survei;
11. Prosedur penjadwalan penentuan jumlah pemeriksaan jembatan harian untuk memastikan keakuratan dan
ketelitian pemeriksaan yang dilakukan.
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
Penyedia jasa harus memastikan semua proses
QA/QC pengumpulan data kondisi jalan
sebelum-selama-setelah survei pengumpulan
data direncanakan, dilaksanakan, dan
didokumentasikan dengan baik. Setiap
penyerahan data hasil survei kepada Pengguna
Jasa, penyedia jasa harus selalu menyertakan
dokumen QA/QC yang berkaitan dengan data
Proses QA/QC pengumpulan data kondisi jalan
yang diserahkan, termasuk semua bentuk
tindakan perbaikan (bila ada), untuk
memastikan semua data yang diserahkan telah
diperiksa secara mandiri oleh penyedia jasa.
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
Panduan pelaksanaan proses QA/QC:
1. Mulai
a. Konfirmasi lingkup, persyaratan dan jadwal pekerjaan (jenis dan lokasi survei);
b. Menyiapkan personil terlatih;
c. Menyiapkan peralatan yang diperlukan, termasuk alat-alat bantu;
d. Pemahaman lokasi pekerjaan (peta, daftar ruas, data terdahulu);
e. Jadwal dan metoda kerja setiap jenis survei.
2. Kalibrasi
a. Alat
i. Pemeriksaan kelengkapan dan keberfungsian komponen alat;
ii. Melakukan kalibrasi referensi atau kalibrasi relatif sesuai dengan rekomendasi pabrik
pembuat dan standar yang relevan;
b. Personil Penilai (raters)
i. Terlatih, memahami dan menguasai teknik penilaian (rating);
ii. Membawa pedoman penilaian
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
3. Validasi Produksi Data
a. Maksud validasi produksi data adalah untuk memastikan alat/personil yang telah dikalibrasi
dan metoda kerja yang digunakan dapat menghasilkan data yang sesuai dengan kebutuhan
Bina Marga.
b. Melaksanakan uji coba survei di lokasi tertentu, dimana untuk survei Jembatan dilakukan
pada;
1) 1 buah jembatan minimum memiliki 2 bentang dengan panjang bentang lebih dari 6
meter untuk pemeriksaan inventarisasi;
2) 1 buah jembatan rangka baja bentang lebih dari 40 meter untuk pemeriksaan detail; dan
3) 1 buah jembatan beton bertulang dengan bentang lebih dari 15 meter untuk
pemeriksaan detail;
c. Waktu pelaksanaan uji coba survei untuk setiap jenis survei, disesuaikan dengan jadwal
pelaksanaan survei yang telah disetujui.
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
4. Pemeriksaan hasil uji coba survei (untuk setiap jenis survei)

a. Metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan;

b. Data yang diperoleh harus diproses, dan hasil yang diperoleh harus memenuhi persyaratan;

c. Bila penilaian dilakukan secara visual, maka hasil penilaian (rating) dari seorang personil
penilai harus dinilai oleh personil penilai lain;

d. Kesesuaian dan konsistensi semua hasil survei dengan sistem referensi lokasi (LRS); dan

e. Bila hasil uji coba survei:

i. Tidak sesuai, maka periksa kembali metoda kerja atau kemampuan personil dan proses
diulangi hingga diperoleh data yang sesuai;
ii. Sesuai, maka Penyedia Jasa segera menyerahkan dokumen kalibrasi dan validasi
produksi data kepada Pengguna Jasa;
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
5. Penerbitan Berita Acara/Sertifikat

a) Pengguna Jasa memeriksa dokumen kalibrasi dan validasi produksi data yang diajukan oleh
Penyedia Jasa;

b) Bila diperlukan, Penyedia Jasa harus menjelaskan proses dan hasil kalibrasi dan validasi
produksi data;

c) Bila semua aspek proses dan hasil kalibrasi dan validasi produksi data terpenuhi, maka
Pengguna Jasa segera menerbitkan Berita Acara/Sertifikat persetujuan penggunaan alat dan
metoda kerja yang digunakan;

6. Pengumpulan Data

a) Setelah menerima Berita Acara/Sertifikat persetujuan penggunaan alat dan metoda kerja yang
digunakan. Penyedia Jasa segera melaksanakan survei sesuai dengan lingkup, metoda kerja
dan jadwal yang telah disetujui,
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
7. Verifikasi & Validasi Data Berkala (Mandiri)
a) Setiap 2 (dua) minggu dalam melaksanakan survei, Penyedia Jasa harus melakukan verifikasi &
validasi terhadap proses dan data yang diperoleh;
b) Tujuannya adalah untuk memastikan konsistensi kinerja alat dan metoda kerja selama 2 (dua) minggu
lalu;
c) Melaksanakan pengujian konsistensi (repeatability) di lokasi tertentu sebanyak 2 kali untuk 1
Jembatan;
d) Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi semua proses verifikasi & validasi;
e) Pengguna Jasa dapat melakukan pemeriksaan atas proses dan hasil verifikasi & validasi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa;
8. Pemeriksaan
a) Memeriksa kembali apakah semua proses telah dilaksanakan dengan baik dan konsisten;
b) Memeriksa kelengkapan dan kewajaran data hasil survei;
c) Bila dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan proses maupun data hasil survei, maka Penyedia
Jasa harus mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan dan melakukan tindakan perbaikan;
d) Tindakan perbaikan dapat berupa perbaikan metode kerja, penggantian personil, atau melakukan
survei ulang;
e) Bila semua proses dan data hasil survei sesuai, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan
survei;
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
9. Pengumpulan Data (Lanjutan) Sama dengan butir 6
10. Verifikasi & Validasi Data Berkala (Mandiri)Sama dengan butir 7
11. Pemeriksaan
a) Memeriksa kembali apakah semua proses telah dilaksanakan dengan baik dan konsisten;
b) Memeriksa kelengkapan dan kewajaran data hasil survei;
c) Bila dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan proses maupun data hasil survei, maka Penyedia
Jasa harus mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan dan melakukan tindakan perbaikan;
d) Tindakan perbaikan dapat berupa perbaikan metode kerja, penggantian personil, atau melakukan survei
ulang;
e) Bila semua proses dan data hasil survei sesuai, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan dengan
penyiapan data;
12. Penyiapan Data
a) Memeriksa format, kelengkapan, ketelitian, dan kewajaran data;
b) Memastikan semua data telah berkoordinat dengan benar;
c) Memeriksa adanya penyimpangan data;
d) Menyiapkan semua dokumen mutu survei, antara lain: kalibrasi, validasi, verifikasi & validasi mandiri,
tindakan perbaikan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan data hasil survei;
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
13. Penyerahan Data

a) Penyedia jasa menyerahkan seluruh data hasil survei kepada Pengguna Jasa, yang
dilengkapi dengan semua dokumen mutu survei;
14. Verifikasi & Validasi Data

a) Memeriksa semua dokumen mutu survei, antara lain: kalibrasi, validasi, verifikasi &
validasi mandiri, tindakan perbaikan, factor-faktor yang mempengaruhi proses dan data
hasil survei;
b) Memeriksa format, kelengkapan, ketelitian, dan kewajaran data;
c) Meminta klarifikasi dari penyedia jasa untuk setiap ketidaksesuaian yang dijumpai; dan
d) Selama pemeriksaan jembatan berlangsung, Pengguna Jasa perlu melakukan
pemeriksaan jembatan ke lapangan untuk 10% sampel pemeriksaan rutin dan detail
jembatan.
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
15. Pemeriksaan
a) Untuk setiap ketidaksesuaian yang tidak dapat diklarifikasi dengan baik atau tidak dapat diterima
oleh Pengguna Jasa, Pengguna Jasa harus memerintahkan penyedia jasa untuk melakukan
tindakan perbaikan;
b) Tindakan perbaikan dapat berupa:
i. Bila data valid, perbaikan pemrosesan/penyajian data yang diserahkan; atau
ii. Bila data tidak valid, melakukan survei ulang baik untuk sebagian maupun seluruh bagian
pekerjaan;
c) Apabila tidak dijumpai ketidaksesuaian atau untuk setiap ketidaksesuaian penyedia jasa dapat
memberikan klarifikasi dengan baik dan dapat diterima oleh Pengguna Jasa, Pengguna Jasa harus
menyatakan menerima data yang diserahkan oleh penyedia jasa.

16. Penerimaan Data


a) Setelah format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data dapat diterima oleh Pengguna Jasa,
maka Pengguna Jasa akan menerbitkan Berita Acara Penerimaan Data Akhir;
b) Berita Acara Penerimaan Data parsial/bertahap atau ahir harus menjadi salah satu syarat
pembayaran tagihan penyedia jasa untuk perioda waktu yang sesuai.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi pada Pemeriksaan Jembatan
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
Sesuai ISO 31000, proses pengendalian risiko, yang merupakan
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
mengganggu pencapaian tujuan organisasi, yang dijelaskan pada
Gambar di samping terdiri dari:

a. Menentukan Konteks. Penetapan konteks dari manajemen


risiko terkait dengan faktor isu eksternal, isu internal, dan
tuntutan pemangku kepentingan akan proses dan produk
layanan usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis yang akan Proses Pengendalian Risiko
Sumber: BS ISO 31000:2018
mempengaruhi tingkat kekerapan dan konsekuensi kecelakaan
kerja;
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
b. Penilaian Risiko yang terdiri dari:

i. Identifikasi Risiko dengan tujuan untuk Risiko adalah


kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
mengganggu pencapaian tujuan organisasi.;

ii. Analisis Risiko dengan tujuan untuk menentukan besaran dan


level Risiko. Analisis Risiko dilaksanakan dengan cara
menentukan level kemungkinan dan level dampak terjadinya
Risiko berdasarkan Kriteria Risiko;
Proses Pengendalian Risiko
iii. Evaluasi risiko dengan tujuan menentukan prioritas risiko Sumber: BS ISO 31000:2018

berdasarkan besaran level risiko.;


Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
c. Penanganan/respon risiko;

d. Pemantauan dan Tinjauan Ulang dengan tujuan untuk memastikan


bahwa implementasi Manajemen Risiko berjalan secara efektif sesuai
dengan rencana dan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan
proses Manajemen Risiko. Pemantauan, Pengendalian, dan
Pengawasan ;

e. Komunikasi dan Konsultasi dilakukan dengan tujuan meningkatkan


kesadaran dan pemahaman risiko, sedangkan konsultasi merupakan Proses Pengendalian Risiko
Sumber: BS ISO 31000:2018
aktivitas untuk mencari informasi dan umpan balik untuk mendukung
pengambilan keputusan.
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
Dalam hal lain sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 04/SE/M/2021 tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bentuk respon untuk menghadapai
bahaya dalam kegiatan pemeriksaan jembatan dapat dilakukan dengan:

a. Mengurangi kemungkinan terjadinya Risiko, yaitu respon terhadap penyebab Risiko agar
kemungkinan terjadinya Risiko semakin kecil. Opsi ini dipilih dalam hal Pemilik Risiko mampu
mempengaruhi penyebab kejadian Risiko.

b. Mengurangi dampak Risiko, yaitu respon terhadap dampak Risiko agar dampak Risiko
semakin kecil. Opsi ini dipilih dalam hal Pemilik Risiko mampu mempengaruhi dampak ketika
Risiko terjadi.
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
c. Membagi Risiko, yaitu respon Risiko dengan memindahkan sebagian atau seluruh Risiko,
kepada instansi/entitas lain. Opsi diambil dalam hal:
i. Instansi/entitas lain memiliki kompetensi/kemampuan menjalankan kegiatan dalam rangka
menangani Risiko tersebut;
ii. Proses membagi Risiko tersebut sesuai ketentuan yang berlaku; dan
iii. Penggunaan opsi ini disetujui oleh tingkat unit pengelola risiko diatasnya.
d. Menghindari Risiko, yaitu respon Risiko dengan tidak melakukan atau menghentikan kegiatan
yang akan menimbulkan Risiko. Opsi ini diambil dalam hal:
i. Upaya penurunan Besaran/Level Risiko di luar kemampuan UPR (UPR = Unit Pemilik Risiko
adalah unit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Manajemen Risiko);
ii. Kegiatan yang tidak dilakukan atau dihentikan tersebut tidak menghambat pelaksanaan
tugas dan fungsi jabatan; dan
iii. Penggunaan opsi ini disetujui oleh tingkat UPR di atasnya.
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
e. Menerima Risiko, yaitu respon Risiko dengan tidak melakukan tindakan apapun terhadap
Risiko pada Besaran/Level Risiko yang dapat diterima. Opsi ini diambil apabila:

i. Besaran/Level Risiko bukan merupakan Risiko Utama;


ii. Upaya penurunan Besaran/Level di luar kemampuan pemilik Risiko; dan
iii. Penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan langsung Pemilik Risiko.
Daftar Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Menurut (Masjuli, Taufani, Kasim, 2019), identifikasi bahaya harus ditujukan untuk menentukan
secara proaktif semua sumber, situasi atau tindakan (atau kombinasi dari ketiganya), yang
timbul dari kegiatan organisasi (input-proses-output), dengan potensi bahaya dalam hal cedera
atau ganggunan kesehatan akibat kerja. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

a. Sumber (misalnya mesin bergerak, radiasi atau sumber energi),

b. Situasi (misalnya bekerja di ketinggian), atau

c. Tindakan (misalnya panduan penggunaan alat angkat-angkut).


Daftar Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakan kerja yang akan timbul dari kegiatan pemeriksaan jembatan berdasarkan
referensi-referensi di bawah ini:

a. Occupational Safety and Heatlh Administration, US Department of Labor mengenai artikel


Recommendations Specific to Hazards Associated with Roadway and Bridge Inspection and
Repair;

b. Federal Highway Administration dalam laporan Safety and Health on Bridge Repair,
Renovation and Demolition Projects dengan Publication Number: FHWA-RD-98-180;
c. Drewberry Surveyor’s Safety Handbook, 2016;

d. Florida Department of Transportation dalam Surveyors Safety Handbook, 1999;


Daftar Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Ancaman kecelakaan atau bahaya dalam bekerja dapat
dikelompokan menjadi:
a. Ketidaksesuaian persiapan dan lingkungan personal berupa:
i. Ketidaksesuaian penggunaan Alat Pengaman Diri (APD);
ii. Ketidaksesuaian peralatan untuk survei jembatan;
iii. Kebisingan;
Jenis binatang liar yang mungkin ada
iv. Stres akibat panas; dan Sumber: Dewberry, 2016
v. Bahaya ergonomis/ ketidaknyamanan posisi bekerja seperti
cedera punggung dan ketidaktepatan cara dalam mengangkat
suatu benda.
b. Ancaman bekerja di lapangan berupa:
i. Tumbuhan beracun;
ii. Serangga; Senjata tajam yang dapat dibawa untuk
iii. Kutu dan nyamuk; dan melindung dan menghalau hewan liar
iv. Hewan liar, termasuk hewas buas reptil dan mamalia. Parang, Sumber: Dewberry, 2016

kapak dan golok mungkin perlu dipersiapkan untuk melindungi


atau menghalau hewan liar
Daftar Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
c. Ancaman bekerja di area konstruksi yang membahayakan berupa:
i. Jatuh dari ketinggian atau melalui lubang;
ii. Parit dan galian yang tidak stabil atau mempunyai kemiringan ekstrim;
iii. Bekerja pada, di atas, atau di dekat air;
iv. Ketidakstabilan struktural, termasuk dinding yang berpotensi runtuh tiba-tiba;
v. Dinding dengan kemiringan ekstrim;
vi. Ruang terbatas, termasuk utilitas bawah tanah;
vii. Paparan terhadap zat kimia, gas dan zat reaktif lainnya seperti: bahan yang mudah meledak, zat
korosif, gas bertekanan, gas karbonmonoksida, bahan yang mudah terbakar, bahan yang
mencemari lingkungan, zat yang meracuni dan merusak pernafasan, asap dari unsur logam Lainnya
dan zat yang mengakibatkan iritasi;
viii.Paparan terhadap air yang terkontaminasi dan/atau air banjir; dan
ix. Silika, debu pengganggu, lumpur kering, atau endapan lumpur ;
Daftar Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
d. Ancaman bekerja dalam dan di sekitar e. Ancaman bekerja dengan menggunakan peralatan
kendaraan yang bergerak: khusus dan di sekitar sumber daya energi berupa:
i. Keteledoran pengemudi dan penumpang i. Paparan gelombang listrik di sekitar gardu listrik,
kendaraan inspektur jembatan; jaringan kabel listrik dan jalur tegangan listrik;
ii. Pengoperasian kendaraan yang tidak ii. Paparan gelombang elektromagnetik di sekitar
aman; jaringan dan tiang telekomunikasi;
iii. Daerah jalur kendaraan lewat; iii. Kontak dengan saluran listrik yang mati atau masih
iv. Daerah jalur kereta api lewat; dan hidup dan utilitas gas dan saluran air;
v. Keamanan zona kerja terkait dengan iv. Pengoperasian kendaraan segala medan;
kondisi lalu-lintas khususnya; v. Pengoperasian kendaraan lalu-lintas air;
vi. Pengopersian alat angkat dan alat angkut yang
tidak sesuai;
vii. Penggunaan perkakas listrik dan tangan;
viii.Pengelasan, pemotongan, dan pembakaran;
ix. Penggunaan generator set;
x. Penggunaan tangga atau perancah yang tidak
tepat; dan
xi. Operasi penyelaman.
Upaya Penanganan Risiko
Upaya penanganan risiko sesuai dengan ditempuh beberapa langkah yang dikenal dengan lima hierarki
penanganan risiko (Masjuli, Taufani, Kasim, 2019) sesuai dengan ISO 45001. Penanganan risiko ini harus
diupayakan dapat menggunakan hierarki yang paling tinggi sebelum upaya terakhir menggunakan APD
berupa:
a. Eliminasi bahaya: menghindari risiko dan mengadaptasi pekerjaan
untuk pekerja (mengintegrasikan keselamatan dan kesehatan serta
ergonomi ketika merencanakan tempat kerja baru, dan menciptakan
pemisahan fisik lalu lintas/jalur antara pejalan kaki dan kendaraan).
b. Substitusi: mengganti yang berbahaya dengan yang kurang atau
tidak berbahaya (menggantikan bahan dasar cat dari solvent dengan
bahan dasar cat dari air).
c. Pengendalian teknis: menerapkan tindakan perlindungan kolektif
(isolasi, pelindung saat menggunakan mesin, ventilasi, pengurangan
kebisingan, dan lain-lain).
d. Pengendalian administratif: memberikan instruksi yang tepat untuk
pekerja (proses lock-out, induksi, surat izin mengemudikan forklift, dan
lain-lain).
e. Alat Pelindung Diri (APD) : menyediakan APD dan instruksi untuk
penggunaan/pemeliharaan APD (sepatu keselamatan, kacamata Hierarki pengendalian risiko
keselamatan, perlindungan pendengaran, sarung tangan anti bahan Sumber: Masjuli, Taufani, Kasim, 2019
air atau bahan kimia, sarung tangan pelindung listrik, dan lain-lain).
Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan kerja yang dengan urutan berdasarkan tingkat
kekerapannya pelanggarannya adalah:
a. Jatuh dari ketinggian/ Fall Protection untuk penggunaan umum dengan
5.260 pelanggaran;
b. Pengkomunikasian bahaya yang tidak tepat sasaran/ Hazard
Communication dengan 2.424 pelanggaran;
c. Perlindungan pernafasan/ Respiratory Protection dengan 2,185
pelanggaran;
d. Penggunaan tangga dengan 2.143 pelanggaran;
e. Penggunakan scaffolding dengan 2.058 pelanggaran;
f. Penguncian dan penandaan atau Lockout/Tagout (LOTO) dengan 1.977
pelanggaran; Ilustrasi pelanggaran yang
g. Pengoperasian truk industry dengan 1.749 pelanggaran; mengakibatkan
h. Jatuh dari ketinggian/ Fall Protection untuk kebutuhan pelatihan dengan Sumber: OSHSA, 2021
1.556 pelanggaran;
i. Penggunaan alat pelindung dan penyelamat diri untuk mata dan wajah
yang tidak tepat dengan 1.401 pelanggaran; dan
j. Perlindungan mesin/ Machine Guarding agar tidak langsung bersentuhan
dengan anggota tubuh manusia dengan 1.370 pelanggaran.
Penggunaan APD
Penggunaan APD
Penggunaan alat pelindung diri atau APD diatur pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Alat Pelindung Diri (APD)
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Sesuai dengan Pasal 3 Permenaker No. 8./2010, APD yang dimaksud dan penjelasan mengenai jenis
dan fungsi APD yang tercantum dalam Lampiran Permenaker No. 8./2010 adalah:

a. Alat pelindung kepala:

• Berupa helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala,


penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain; dan

• Berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan


atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
Alat pelindung kepala
bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.
Penggunaan APD
b. Alat pelindung muka dan mata:

• Berupa kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka


(face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker); dan
kacamata pengaman
• Berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan
kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara
dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap
panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun
yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
benda keras atau benda tajam.

Tameng muka (face shield),


Penggunaan APD
c. Alat pelindung telinga:

• Berupa sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).; dan

• Berfungsi melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

d. Alat pelindung pernapasan beserta kelengkapannya:

• Berupa masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,


Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan
regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self- Sumbat telinga (ear plug)

Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus;


dan

• Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara


bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme,
partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan
sebagainya.
Alat Pelindung pernafasan
Penggunaan APD
e. Alat pelindung tangan:
• Berupa sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain
berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia; dan
• Berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan
kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan
jasad renik. Sarung tangan
f. Alat pelindung kaki:
• Berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam,
industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan,
bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik,
dan/atau bahaya binatang dan lain-lain; dan
• Berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik,
tergelincir. Sepatu keselamatan
konstruksi bangunan
Penggunaan APD
g. Pakaian pelindung:

• Berupa rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang
menutupi sebagian atau seluruh bagian badan; dan

• Berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya
temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan
bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia,
Rompi (vests)
binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

h. Alat pelindung jatuh perseorangan:

• Berupa sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman
(safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh
bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain; dan

• Berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi Sabuk pengaman tubuh
(harness)
jatuh atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur
lantai dasar.
Penggunaan APD
i. Pelampung:

• Berupa jaket keselamatan (life jacket), rompi


keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan
(Bouyancy Control Device) ; dan

• Berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas


air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya
tenggelam dan atau mengatur keterapungan
(buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi Jaket keselamatan (life jacket),

tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral


buoyant) di dalam air.
Penggunaan APD
Sesuai dengan Pasal 4 Permenaker No. 8./2010, APD wajib digunakan di tempat kerja berupa antara
lain:
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi
yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau
bersuhu rendah;
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung
atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan;
d. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
e. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
f. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan
benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
g. Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang; dan
h. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran;
Penggunaan APD
Untuk mencapai maksud dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa:
a. Melindungi tenaga kerja jika usaha
rekayasa (engineering) dan administratif
tidak bisa dikerjakan dengan baik;

b. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas


kerja; dan

c. Membuat lingkungan kerja yang aman.

d. Membuat perlindungan semua/beberapa


badannya pada peluang ada potensi
bahaya/kecelakaan kerja; dan

e. Mengurangi kemungkinan akibat


kecelakaan Pemakaian secara lengkap Alat Pelindung Diri (APD)
Sumber: Dewberry, 2016
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan
Menggunakan Tali
Penggunaan alat pelindung diri untuk bekerja pada ketinggian dengan menggunakan tali diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep. 45/DJPPK/IX/2008
tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja pada Ketinggian dengan Menggunakan
Akses Tali (Rope Access).

Beberapa pengertian terkait dengan kegiatan ini adalah:

a. Akses tali (rope access) adalah suatu bentuk aktifitas pekerjaan atau posisi dalam bekerja yang
awalnya dikembangkan dari teknik pemanjatan tebing atau penelusuran gua, digunakan untuk
mencapai tempat-tempat yang sulit dijangkau, tanpa adanya bantuan perancah, platform atau pun
tangga; dan

b. Bekerja pada ketinggian (working at height) adalah pekerjaan yang membutuhkan pergerakan
tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, mau pun turun dari suatu platform.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan
Menggunakan Tali
Akses tali telah diterapkan secara luas dalam pembangunan, pemeriksaan, perawatan bangunan dan
instalasi industri seperti gedung tinggi, menara jaringan listrik, menara komunikasi, anjungan minyak,
perawatan dan perbaikan kapal, perawatan jembatan, ruang terbatas (confined spaces), pertambangan,
industri pariwisata seperti out bound, penelitian dan perawatan hutan dan lain sebagainya.

Sistem keselamatan bekerja pada ketinggian dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Sistem keselamatan aktif dan

2. Sistem keselamatan pasif.

Masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus disesuaikan dengan sifat pekerjaan.
Suatu pekerjaan mungkin saja menggunakan kombinasi kedua sistem atau pun hanya salah satu sistem.
Keputusan untuk menggunakan sistem tersebut ada pada pengurus setelah dilakukan penilaian resiko.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
Pemilihan sistem bekerja pada ketinggian hendaknya
mempertimbangkan banyak hal. Ada beberapa sistem atau
metode bekerja pada ketinggian yaitu:
a. Sistem Pasif dengan karakter berupa:
i. Sistem dimana pada saat bekerja melalui suatu struktur
permanen mau pun struktur yang tidak permanen, tidak
mensyaratkan perlunya penggunaaan peralatan
pelindung jatuh (fall protection devices) karena telah
terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection
system). Pada sistem ini perlu ada supervisi dan
pelatihan dasar;
ii. Metode pekerjaan:
a) Bekerja pada permukaan seperti lantai kamar, balkon
dan jalan;
b) Struktur/area kerja (platform) yang dipasang secara
permanen dan perlengkapannya; dan
c) Bekerja di dalam ruang yang terdapat jendela yang
Hierarki pencegah jatuh dari ketinggian terbuka dengan ukuran dan konfigurasinya dapat
Sumber: anchorsafe.com.au
melindungi orang dari terjatuh.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
b. Sistem Aktif dengan karakter berupa:
i. Suatu sistem dimana ada pekerja yang naik dan turun (lifting/lowering), maupun berpindah tempat
(traverse) dengan menggunakan peralatan untuk mengakses atau mencapai suatu titik kerja
karena tidak terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system);
ii. Sistem ini mensyaratkan adanya pengawasan, pelatihan dan pelayanan operasional yang baik;
iii. Metode Pekerjaan:
a) Unit perawatan gedung yang dipasang permanen, seperti gondola;
b) Perancah (scaffolding);
c) Struktur/area kerja (platfrom) untuk pemanjatan seperti tangga pada menara;
d) Struktur/area kerja mengangkat (elevating work platform) seperti hoist crane, lift crane, mobil
perancah;
e) Struktur sementara seperti panggung pertunjukan;
f) Tangga berpindah (portable ladder); dan
g) Sistem akses tali (rope access).
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
c. Sistem AksesTali (Occupational Rope Access) dengan karakter berupa:
i. Akses Tali dapat di golongkan sebagai sistem aktif. Akses tali adalah suatu teknik bekerja
menggunakan tali temali dan berbagai perlengkapannya serta dengan teknik khusus. Metode ini
biasanya digunakan untuk mencapai posisi pekerjaan yang sulit di jangkau sesuai dengan berbagai
macam kebutuhan. Sistem ini mengutamakan pada penggunaan alat pelindung diri sebagai
pembatas gerak dan penahan jatuh (work restraints) serta pengendalian administratif berupa
pengawasan dan kompetensi kerja bagi pekerjanya;
ii. Prasyarat penggunaan sistem akses tali yaitu:
a) Terdapat tali kerja (working line) dan tali pengaman (safety line);
b) Terdapat dua penambat (anchorage);
c) Perlengkapan alat bantu (tools) dan alat pelindung diri;
d) Terdapat personil yang kompeten; dan
e) Pengawasan yang ketat.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
iii. Contoh-contoh aplikasi akses tali (rope access) antara lain berupa:

a) Pekerjaan naik dan turun di sisi-sisi gedung (facade), gedung,


menara (tower), jembatan, dan banyak struktur lainnya;

b) Pekerjaan pada ketinggian secara horisontal seperti di jembatan,


atap bangunan;

c) Pekerjaan di ruang terbatas (confined spaces) seperti bejana, silo; Penahan jatuh
d) Pekerjaan pemanjatan pohon, pemanjatan tebing, gua, out bound;

e) Teknik akses tali dapat diandalkan dan cenderung efisien untuk


menjalankan pemeriksaan pada sistem instalasi dan beberapa
pekerjaan ringan sampai sedang. Metode akses tali merupakan
metode alternatif untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan
sampai dengan tingkat sedang dalam posisi yang sulit dan yang
membutuhkan kecepatan (rapid task force).
Menggantung pada struktur
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
iv. Teknik akses tali dapat diandalkan dan
cenderung efisien untuk menjalankan
pemeriksaan pada sistem instalasi dan
beberapa pekerjaan ringan sampai sedang.
Metode akses tali merupakan metode
alternatif untuk menyelesaikan pekerjaan
yang ringan sampai dengan tingkat sedang
dalam posisi yang sulit dan yang Aplikasi akses tali (rope access)
membutuhkan kecepatan (rapid task force).
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
Perlengkapan dan alat pelindung diri yang harus dipakai dalam bekerja yang disesuaikan dengan lingkungan
kerja adalah:

a. Pakaian kerja yang menyatu dari bagian tangan, pundak, bahu, badan sampai ke bagian pinggul,
dan kaki. Pakaian jenis ini biasanya disebut wearpack atau overall. Pakaian ini pada bagian kantongnya
harus diberi penutup berupa ritsleting (zipper) dan tidak berupa pengancing biasa (button).

b. Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerak pada saat bekerja, mudah di
setel untuk menyesuaikan ukuran.

c. Sepatu (safety shoes / protective footwear) dengan konstruksi yang kuat dan terdapat pelindung jari
kaki dari logam (steel toe cap), nyaman dipakai, dan mampu melindungi dari air/basah;

d. Sarung tangan (gloves), untuk melindungi jari tangan dan kulit dari cuaca ekstrim, bahan berbahaya,
dan alat bantu yang digunakan;
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
e. Kacamata (eye protection), untuk melindungai mata dari debu, partikel berbahaya, sinar
matahari/ultraviolet, bahan kimia, material hasil peledakan dan potensi bahaya lain yang dapat
mengakibatkan iritasi dan kerusakan pada mata;

f. Alat pelindung pernafasan (respiratory protective equipment), peralatan ini harus dikenakan pada
lingkungan kerja yang mempunyai resiko kesulitan bernafas disebabkan oleh bahan kimia, debu,
atau partikel berbahaya;

g. Alat pelindung pendengaran (hearing protection), alat ini digunakan ketika tingkat bunyi (sound
level) sudah di atas nilai ambang batas;

h. Jaket penyelamat (life jacket) atau pengapung (buoyancy), digunakan pada pekerjaan yang
dilakukan di atas permukaan air misalnya pada struktur pengeboran minyak lepas pantai (offshore
platform). Peralatan ini harus mempunyai disain yang tidak menggangu peralatan akses tali terutama
pada saat turun atau naik;
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
i. Tali yang digunakan terdiri dari 2 karakteristik yaitu elastisitas kecil (statik)
dan tali dengan elastisitas besar (dinamik). Tali yang digunakan untuk sistem
tali harus dipastikan;

i. Tali yang digunakan sebagai tali kerja (working line) dan tali pengaman
(safety line) harus mempunyai diameter yang sama; dan

ii. Tali dengan elastisitas kecil (tali statis) dan tali daya elastisitas besar
(dinamik) yang digunakan dalam sistem akses tali harus memenuhi standar.

j. Tali Koneksi (cow’s Tail/lanyard) berupa:

i. Tali pendek yang menghubungkan antara sabuk pengaman tubuh (full body
harness) dengan tali kerja, tali pengaman, patok pengaman, patok Cow’s Tail rope Lanyard
pengaman, serta peralatan dan perlengkapan pengaman lainnya; dan

ii. Harus dipastikan bahwa tali koneksi yang digunakan harus berdasarkan
standar.
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
k. Pelindung Kepala dengan ketentuan:
i. Pelindung kepala wajib dikenakan dengan benar oleh setiap pekerja yang
terlibat dalam pekerjaan di ketinggian, baik yang berada di bagian bawah
di ketinggian;
ii. Pekerja wajib menggunakan pelindung kepala sesuai standar; dan
iii. Pelindung kepala yang digunakan oleh Teknisi Akses Tali memiliki
sedikitnya tiga tempat berbeda yang terhubung dengan cangkang helm
dan termasuk tali penahan di bagian dagu.
l. Sabuk pengaman tubuh (full body harness) harus dipastikan bahwa sabuk
pengaman tubuh (full body harness) yang digunakan pada pekerjaan akses Full body harness
tali telah sesuai dengan standar;
m. Alat Penjepit Tali (Rope Clamp) harus dipastikan bahwa alat penjepit tali
(rope clamp) yang digunakan pada sistem akses tali sesuai dengan standar;
n. Alat Penahan Jatuh Bergerak (mobile fall arrester) harus dipastikan bahwa
alat jatuh bergerak (mobile fall arrester) yang digunakan pada sistem akses
tali telah sesuai dengan standar;
o. Alat Penurun (Descender) harus dipastikan alat penurun yang digunakan
pada sistem akses tali telah sesuai dengan standar.

Alat Penahan Jatuh Bergerak


Pekerjaan pada Ketinggian
Pekerjaan pada Ketinggian
Pekerjaan pada ketinggian diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian,
dengan beberapa pengertian terkait dengan pekerjaan ini adalah:

a. Bekerja Pada Ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja
pada Tempat Kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan
memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain yang berada di Tempat
Kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda;
b. Perangkat Pelindung Jatuh adalah suatu rangkaian peralatan untuk melindungi Tenaga Kerja, orang
lain yang berada di Tempat Kerja dan harta benda ketika Bekerja Pada Ketinggian agar terhindar
dari kecelakaan dan kerugian finansial;
c. Perangkat Pencegah Jatuh adalah peralatan untuk mencegah Tenaga Kerja memasuki wilayah
berpotensi jatuh agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian finansial;
Pekerjaan pada Ketinggian
d. Perangkat Penahan Jatuh adalah suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi dampak jatuh Tenaga
Kerja agar tidak cidera atau meninggal dunia;
e. Lantai Kerja Tetap adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia untuk digunakan secara
berulang kali dalam durasi yang lama;
f. Lantai Kerja Sementara adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia untuk digunakan
dalam durasi yang tidak lama, terbatas pada jenis pekerjaan tertentu atau ada kemungkinan runtuh;
dan
g. Angkur yang digunakan untuk bekerja pada ketinggian yang selanjutnya disebut angkur adalah tempat
menambatkan Perangkat Pelindung Jatuh yang terdiri atas satu titik tambat atau lebih yang ada di
alam, struktur bangunan atau sengaja dibuat dengan rekayasa teknik pada waktu atau pasca
pembangunan gedung.
Pekerjaan pada Ketinggian
Bekerja pada Ketinggian wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi:

a. Perencanaan, dengan langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan kerja tidak terbatas, berupa :

i. Memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan kondisi ergonomi yang memadai
melalui jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress) yang telah disediakan;

ii. Memberikan peralatan keselamatan kerja yang tepat untuk mencegah tenaga kerja jatuh jika
pekerjaan tidak dapat dilakukan pada tempat atau jalur sebagaimana dimaksud pada poin i.

iii. Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jatuh atau mengurangi konsekuensi dari
jatuhnya tenaga kerja; dan

iv. Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi atau melakukan hal
lainnya yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan.
Pekerjaan pada Ketinggian
b. Prosedur kerja meliputi:
i. Teknik dan cara perlindungan jatuh;
ii. Cara pengelolaan peralatan;
iii. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
iv. Pengamanan tempat kerja; dan
v. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
c. Teknik bekerja aman, meliputi:
i. Pencegahan jatuh ketika bekerja pada Lantai Kerja Tetap berupa:
a) Pemasangan dinding atau tembok pembatas, pagar pengaman yang stabil dan kuat yang
dapat mencegah tenaga kerja jatuh dari lantai kerja tetap;
b) Memastikan setiap tempat kerja sudah memiliki jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress)
yang aman dan ergonomis; dan
c) Memastikan panjang tali pembatas gerak (work restraint) tidak melebihi jarak antara titik
angkur dengan tepi bangunan yang berpotensi jatuh.
Pekerjaan pada Ketinggian
ii. Pengurangan dampak jatuh dari ketinggian ketika bekerja pada Lantai Kerja Tetap berupa alat
penahan jatuh kolektif berupa jaring atau bantalan;

iii. Pencegahan jatuh ketika bekerja pada Lantai Kerja Sementara berupa:

a) Tali ulur tarik otomatis (retractable lanyard) dengan memastikan jarak dan ayunan jatuh yang
aman; atau

b) Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut (double lanyard with hook and absorber)
dengan pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala; dan

c) Untuk angkur untuk pengait yang tidak tersedia, pengait dapat ditambatkan pada ketinggian
sejajar dada.
Pekerjaan pada Ketinggian

Diagram Alir Perencanaan Perlindungan Jatuh untuk Pekerjaan Jembatan


Sumber: ARTBA, 2016
Pekerjaan pada Ketinggian
iv. Pencegahan jatuh ketika bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai kerja
yang harus dilengkapi dengan alat atau mekanisme peredam kejut berupa:

a) Alat pengangkut orang untuk pergerakan Tenaga Kerja menuju atau meninggalkan lantai kerja;

b) Perangkat Penahan Jatuh perorangan vertikal harus dipastikan:

i) Angkur ditempatkan pada garis lurus vertikal dengan posisi Tenaga Kerja;

ii) Sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak boleh
lebih dari 15 (lima belas) derajat; dan

iii) Setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang Tenaga Kerja.

c) Perangkat Penahan Jatuh perorangan horizontal harus dipastikan:

i) Mampu menahan beban jatuh sejumlah pekerja yang terhubung; dan

ii) Jarak bentangan antara 2 (dua) titik angkur tidak boleh lebih dari 30 (tiga puluh) meter.
Pekerjaan pada Ketinggian
d) Alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam kejut harus dipastikan:
i) Pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar dada;
ii) Kedua pengait tidak ditambatkan pada struktur yang sama;
iii) Pengait tidak ditambatkan pada struktur yang dapat menambah jarak jatuh;

iv) Pengait ditambatkan secara bergantian ketika bergerak; dan

v) Sling Angkur dapat digunakan apabila pengait tidak cukup lebar untuk dikaitkan langsung ke struktur.
e) Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan pemanjatan terpandu (lead climbing) harus dipastikan:
i) Sling angkur hams cukup kuat menahan beban jatuh ;
ii) Posisi sling angkur terakhir hams lebih tinggi dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar
dada;
iii) Tali keselamatan terhubung dengan alat pemegang tali yang mencengkeram secara otomatis apabila
terbebani;
iv) Alat pemegang tali keselamatan terhubung langsung ke angkur yang mampu menahan beban jatuh;
dan
v) Alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh pemandu (bellayer) yang mengatur jarak jatuh
seminimal mungkin tetapi masih cukup nyaman untuk bergerak.
f) Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan tali ulur tarik otomatis harus dipastikan jarak dan ayunan
jatuh yang aman.
Pekerjaan pada Ketinggian
v. Pencegahan jatuh ketika bekerja pada posisi miring berupa perangkat yang dibutuhkan untuk
mencegah jatuh ketika bergerak Bergerak Secara Vertikal Atau Horizontal Menuju Atau Meninggalkan
Lantai Kerja dan alat pemosisi kerja berupa tali yang dapat menahan beban Tenaga Kerja dan
peralatan yang dibawa agar dapat bekerja dengan aman dan nyaman; dan

vi. Pencegahan jatuh ketika bekerja dengan akses tali dengan persyaratan:

a) Mempunyai 2 (dua) tali (line) masing-masing tertambat pada minimal 2 (dua) titik tambat terpisah
berupa:

i) Tali keselamatan, yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan jatuh perorangan bergerak
(mobile personal fall arrester) yang mempunyai mekanisme terkunci sendiri mengikuti pergerakan
tenaga kerja; dan

ii) Tali kerja, yang dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun.

a) Menggunakan sabuk tubuh (full body harness) yang sesuai.


Pekerjaan pada Ketinggian
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh yang terdiri dari terdiri atas: Perangkat Pencegah Jatuh kolektif dan
Perangkat Pencegah Jatuh perorangan, dan Angkur dengan penjelasan berupa:

i. Perangkat Pencegah Jatuh kolektif harus memenuhi persyaratan:

a) Dinding, tembok pembatas, atau pagar pengaman dengan tinggi minimal 950 (sembilan ratus
lima puluh) milimeter;

b) Pagar pengaman harus mampu menahan beban minimal 0,9 (nol koma sembilan) kilonewton;

c) Celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 (empat ratus tujuh puluh) milimeter; dan

d) Tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh (toeboard) cukup dan memadai.

ii. Perangkat Penahan Jatuh kolektif harus memenuhi persyaratan:

a) Dipasang secara aman ke semua angkur yang diperlukan; dan

b) Mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton dan tidak mencederai tenaga kerja
yang jatuh.
Pekerjaan pada Ketinggian
iii. Perangkat Pencegah Jatuh perorangan yang paling sedikit terdiri atas:
a) Sabuk tubuh (full body harness); dan
b) Tali pembatas gerak (work restraint).
iv. Perangkat Pencegah Jatuh perseorangan yang paling sedikit terdiri atas:
a) Bergerak vertikal yang harus mempunyai alat pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
tenaga kerja maksimal 1,2 (satu koma dua) meter;
b) Bergerak horizontal yang harus mempunyai alat pengunci otomatis yang mencengkeram tali
pada posisi jatuh;
c) Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut yang harus mempunyai panjang maksimal 1,8
(satu koma delapan) meter dan mempunyai sistem penutup dan pengunci kait otomatis;
d) Terpandu yang harus menggunakan tali kermantle yang mempunyai elastisitas memanjang
minimal 5% (lima persen) apabila terbebani tenaga kerja yang jatuh; dan
e) Ulur tarik otomatis yang harus mempunyai sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
maksimal 0,6 (nol koma enam) meter.
v. Angkur terdiri dari
c) Angkur permanen; dan
d) Angkur tidak permanen.
vi. Angkur harus mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton; dan
vii. Dalam hal Angkur lebih dari 1 (satu) titik harus mampu membagi beban yang timbul.
Pekerjaan pada Ketinggian
e. Tenaga Kerja yang terdiri dari:
i. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Bekerja pada lantai kerja tetap dan/atau pada lantai kerja sementara dengan alat pelindung
jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work restraint); dan
b) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau lantai kerja sementara dengan
menggunakan tangga.
ii. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Bekerja pada lantai kerja tetap dan/atau pada lantai kerja sementara dengan alat pelindung
jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work restraint);
b) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau. Lantai kerja sementara dengan
menggunakan tangga;
c) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau sementara secara horizontal atau
vertikal pada struktur bangunan;
d) Bekerja pada posisi atau tempat kerja miring;
e) Menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem katrol; dan
f) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat.
Pekerjaan pada Ketinggian
iii. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Membuat angkur di bawah pengawasan tenaga kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua) dan/atau
tenaga kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga); dan
b) Melakukan upaya pertolongan diri sendiri;
iv. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Membuat angkur secara mandiri;
b) Mengawasi tenaga kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu) dalam pembuatan angkur;
c) Mengawasi tenaga kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu); dan
d) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat pada ketinggian untuk tim kerja.
v. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Menyusun Perencanaan Sistim Keselamatan Bekerja Pada Ketinggian;
b) Melakukan Pemeriksaan Angkur Untuk Keperluan Internal;
c) Mengawasi Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 2 (Dua) Dan/Atau Tenaga Kerja Pada Ketinggian
Tingkat 1 (Satu); Dan
d) Melakukan Upaya Pertolongan Dalam Keadaan Darurat Pada Ketinggian.
Pekerjaan pada Ketinggian
Tabel meringkas situasi yang umum ditemui di mana perlindungan jatuh diperlukan, ketinggian di mana
perlindungan jatuh harus disediakan, dan referensi OSHA untuk persyaratan tersebut.
Tabel Persyaratan perlindungan jatuh dalam situasi yang biasa dihadapi
Situasi Ketinggian yang dibutuhkan untuk mencegah jatuh dari
ketinggian
Scaffold (dengan lebar >45 inci (1,1 m)) 10 ft (3.0 m)
Scaffold (dengan lebar <45 inci (1,1 m)) 4 ft to 10 ft (1.3 - 3.0 m)
Scaffold yang dapat berayun (scaffold untuk perkerjaan 6 ft (1.8 m)
pengecatan)
Bahaya tertusuk Paparan apapun
Lantai jembatan dengan sisi dan ujung yang tidak dilindungi 6 ft (1.8 m)

Lantai jembatan dengan pemasangan bekisting 6 ft (1.8 m)


Jembatan baja yang tinggi 6 ft (1.8 m)
Pekerjaan bekisting dan baja bertulang 6 ft (1.8 m)
Ereksi beton pracetak 6 ft (1.8 m)
Jalur masuk, trotoar dan jalur kendaraan 6 ft (1.8 m)
Pengangkatan aerial Semua situasi
Tangga Bervariasi
Lubang dan bukaan lantai 6 ft (1.8 m)
Bekerja dengan peralatan yang membahayakan Semua situasi
Semua situasi dengan potensi tersandung, tertusuk, dan Semua ketinggian
bahaya berat lainnya
Bekerja di atas air dengan bahaya tenggelam Semua situasi membutuhkan pelampung
Jika digunakan jaring pengaman dengan bahaya tenggelam Semua situasi membutuhkan pelampung
Sumber: FHWA 2016 dan ARTBA 2016
Pekerjaan pada Ketinggian
Jenis-jenis pekerjaan yang menggunakan akses tali

Penahan jatuh Menggantung pada Bekerja Bekerja


struktur dengan dengan
pengekang pengantun
g

Tipikal Sistem penahan jatuh


personal dengan komponen ABC
(Anchorage, Body support, and
Connection)
Penggantung mobile untuk Pemanjatan Pemanjatan dengan Pemanjatan dengan
memeriksa ruang terbatas tangga dengan tali kendali pergerakan
dengan tangga pengaman vertikal vertikal (descent
Sumber: ISEA, 2015 system)
Pekerjaan pada Ketinggian

Pergerakan yang harus diperhitungkan dengan penempatan


angkur yang masih memungkinkan pergerakan yang
mengayun
Sumber: ISEA, 2015

Contoh jarak aman menggunakan Lanyards


absorber saat menahan beban jatuh
Sumber: ARTBA, 2016
Pekerjaan pada Ketinggian

• Menurut ARTBA, 2016, menahan jatuh hanyalah langkah pertama dalam mencegah cedera
atau kematian.
• Trauma suspensi (Gambar disamping) terjadi ketika pekerja yang jatuh digantung di tali
kekang dengan kaki digantung.
• Sementara arteri di dekat bagian depan kaki terus memompa darah, tali kekang bertindak
seperti torniket pada pembuluh darah di bagian belakang kaki dan mencegah darah yang Suspension Trauma

terdeoksigenasi kembali ke hati. Jika sirkulasi cukup terhambat, detak jantung akan tiba-
tiba melambat dan mengurangi oksigen ke otak.
• Dalam keadaan ideal, dengan rencana penyelamatan, trauma suspensi harus diperlakukan
sebagai keadaan darurat. Ini bisa berakibat fatal hanya dalam 10 menit.
• Umumnya, trauma suspensi menyebabkan kematian dalam 15 hingga 40 menit. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan Relief straps.

Relief Straps
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
Pekerjaan pada ruang terbatas tidak secara jelas diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia namun dapat diidentifikasi kriteria kompetensi pelaksananya pada Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 326 Tahun 2011 tentang SKKNI Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di Ruang Terbatas
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
Kompetensi inti SKKNI Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Ruang Terbatas terutama yang
terkait dengan :
a. Ruang Terbatas (confined space) yang didefinisikan sebagai ruangan yang cukup luas dan memiliki
konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya,
mempunyai akses keluar masuk yang terbatas (Gambar 3.31 kanan bawah), seperti pada tank, kapal,
silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses yang terbatas,
tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di dalamnya termasuk di
dalamnya:
i. Tangki penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis tangki lainnya yang
mempunyai lubang lalu orang;
ii. Ruang terbuka di bagian atas yang melebihi kedalaman 1,5 meter seperti lubang lalu orang yang
tidak mendapat aliran udara yang cukup;
iii. Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah dan struktur lainnya yang serupa;
iv. Ruangan lainnya di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang yang kecil seperti tangki kargo,
tangki minyak dan sebagainya.
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
b. Pekerjaan Isolasi Energi (Lock Out Tag Out : LOTO);

c. Sistem Ventilasi sesuai dengan Kebutuhan di Ruang Terbatas;

d. Pengetesan Gas Atmosfir (lihat Gambar 3.31 bagian bawah);

e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai Prosedur;

f. Tindakan Tanggap Darurat;

g. Alat Bantu Pernafasan yang Benar dan Sesuai;

h. Pelaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K);

i. Penggunaan Alat Bantu Pernafasan;

j. Sistem Investigasi Kecelakaan Kerja di Ruang Terbatas. Penggunaan LOTO ketika


memasuki ruang terbatas
(sumber; Photo: Kenneth Payne)
Komponen Penerapan SMKK
Komponen Penerapan SMKK
Sesuai dengan Pasal 33 Permen PUPR No. 10/2021, Komponen kegiatan penerapan SMKK merupakan
penjelasan penerapan SMKK yang paling sedikit terdiri atas:

a. Risiko Keselamatan Konstruksi;

b. Unit Keselamatan Konstruksi (UKK); dan

c. Biaya Penerapan SMKK.


Risiko Keselamatan Konstruksi
Sesuai dengan Pasal 34 Permen PUPR No. 10/2021, Risiko Keselamatan Konstruksi terdiri
atas:

a. Kecil;

b. Sedang; dan

c. Besar.

Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh Pengguna Jasa sesuai dengan
kriteria penentuan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran J Kriteria Penentuan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi Oleh Pengguna
Jasa Konstruksi, terutama Tabel J.4 Penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi
Berdasarkan Harga Per Satuan Waktu yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Permen PUPR No. 10/2021.
Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
Sesuai Pasal 35 Permen PUPR No. 10/2021, Dalam menerapkan SMKK, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi harus membentuk UKK bertanggung jawab kepada unit yang menangani
Keselamatan Konstruksi di bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa, yang terdiri dari:
a. Pimpinan; dan
b. Anggota, sebagaimana yang diterangkan pada Pasal 37 PermenPUP No. 10/2021 terdiri
dari
i. Ahli Keselamatan Konstruksi;
ii. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi;
iii. Petugas Keselamatan Konstruksi atau Petugas K3 Konstruksi;
iv. Petugas tanggap darurat;
v. Petugas pemadam kebakaran;
vi. Petugas pertolongan pertama pada kecelakaan;
vii. Petugas pengatur lalu lintas;
viii.Tenaga kesehatan; dan
ix. Petugas pengelolaan lingkungan.
Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
Sesuai Pasal 38 Permen PUPR No. 10/2021:

a. Dalam hal Pekerjaan Konstruksi memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) Permen PUPR No. 10/2021, perbandingan jumlah
personil Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa 1:60
(satu banding enam puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) Petugas Keselamatan Konstruksi
dalam tiap Pekerjaan Konstruksi;

b. Dalam hal Pekerjaan Konstruksi memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi sedang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) Permen PUPR No. 10/2021, perbandingan
jumlah personil Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa
1:50 (satu banding lima puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi dan/atau ahli Keselamatan Konstruksi muda dalam tiap Pekerjaan Konstruksi;
Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
c. Dalam hal Pekerjaan Konstruksi memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (5) Permen PUPR No. 10/2021, perbandingan jumlah personil
Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa 1:40 (satu banding
empat puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) ahli keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi muda
dan/atau ahli Keselamatan Konstruksi muda dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun dalam
tiap Pekerjaan Konstruksi;
d. Pekerjaan Konstruksi yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar dengan kriteria
mempekerjakan lebih dari 100 (seratus) pekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (5)
huruf c harus mempunyai personel Keselamatan Konstruksi paling sedikit 2 (dua) orang yang terdiri
atas:
i. 1 (satu) orang ahli keselamatan dan kesehatan kerja Konstruksi utama, ahli Keselamatan
Konstruksi utama, ahli keselamatan dan kesehatan kerja Konstruksi madya dengan pengalaman
palingsingkat 3 (tiga) tahun, atau ahli Keselamatan Konstruksi madya dengan pengalaman paling
singkat 3 (tiga) tahun; dan
ii. 1 (satu) orang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi muda, atau Ahli Keselamatan
Konstruksi muda dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun.
Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
e. Pekerjaan Konstruksi yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar
sebagaimana dimaksud pada poin f harus menambahkan 1 (satu) orang
tambahan Petugas Keselamatan Konstruksi dan/atau Petugas K3 Kontruksi untuk
setiap penambahan pekerja kelipatan 40 (empat puluh) orang.
Biaya Penerapan SMKK
Biaya Penerapan SMKK
Biaya Penerapan SMKK, sesuai dengan Pasal 39 Permen PUPR No. 10/2021 meliputi:
a. Biaya Penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi; dan
b. Biaya Penerapan SMKK dalam jasa Konsultansi Konstruksi.

Sesuai dengan Pasal 40 Permen PUPR No. 10/2021, Biaya Penerapan SMKK Biaya Penerapan SMKK dalam
Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 Permen PUPR No. 10/2021 mencakup rincian:
a. Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP;
b. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
c. Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
d. Asuransi dan perizinan;
e. Personel Keselamatan Konstruksi;
f. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
g. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas;
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
i. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi, termasuk biaya
pengujian/pemeriksaan lingkungan
Biaya Penerapan SMKK
Sesuai dengan Pasal 41 Permen PUPR No. 10/2021, Biaya Penerapan SMKK dalam jasa
Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 paling sedikit mencakup rincian:

a. Penyiapan RKK dan/atau rancangan konseptual SMKK;

b. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan; dan

c. Kegiatan dan peralatan terkait pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi.

d. Terkait biaya asuransi kesehatan, asuransi profesi, biaya pendidikan, pelatihan, asuransi, dan
biaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam jasa Konsultansi Konstruksi sudah termasuk dalam
komponen remunerasi tenaga ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Biaya Penerapan SMKK
b. Biaya SMKK - Sosialisasi, promosi dan pelatihan
Biaya SMKK yang ada dalam SKh-1.1.22
i. SKh-1.1.22. (2a) Induksi Keselamatan Konstruksi (Safety
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Induction) dalam satuan Orang;
beserta satuan pembayarannya adalah:
ii. SKh-1.1.22. (2b) Pengarahan Keselamatan Konstruksi
a. Biaya SMKK - Penyiapan dokumen (Safety Briefing) dalam satuan Orang;
penerapan SMKK iii. SKh-1.1.22. (2c) Pertemuan keselamatan (Safety Talk
dan/atau ToolBox Meeting) dalam satuan Orang;
i. SKh-1.1.22. (1a) Pembuatan dokumen
iv. SKh-1.1.22. (2d) Pelatihan Keselamatan Konstruksi,
RKK, RMPK, RKPPL, dan RMLLP dalam
antara lain: dalam satuan Orang untuk pelatihan:
satuan Set;
a) Bekerja di ketinggian;
ii. SKh-1.1.22. (1b) Pembuatan prosedur dan b) Penggunaan bahan kimia (MSDS);
instruksi kerja dalam satuan Set; c) Analisis keselamatan pekerjaan;
iii. SKh-1.1.22. (1c) Penyusunan pelaporan d) Perilaku berbasis keselamatan (Budaya berkeselamatan
penerapan SMKK dalam satuan Set; konstruksi); dan
e) P3K.
v. SKh-1.1.22. (2e) Sosialisasi/penyuluhan HIV/AIDS dalam
satuan Orang;
vi. SKh-1.1.22. (2f) Simulasi Keselamatan Konstruksi dalam
satuan LS/lumsum;
vii. SKh-1.1.22. (2g) Spanduk (Banner) dalam satuan Buah;
viii. SKh-1.1.22. (2h) Poster/leaflet dalam satuan Lembar;
ix. SKh-1.1.22. (2i) Papan Informasi Keselamatan
Konstruksi dalam satuan Lembar;
Biaya Penerapan SMKK
Penggunaan Alat Pelindung Kerja
c. Biaya SMKK - APK Alat Pelindung Kerja:
i. SKh-1.1.22.(3a1) Jaring pengaman (Safety
Net) dalam satuan Meter Panjang;
ii. SKh-1.1.22.(3a2) Tali keselamatan (Life
Line) dalam satuan Meter Panjang;
iii. SKh-1.1.22. (3a3) Penahan jatuh (Safety
Deck) dalam satuan Unit;
Safety Net Pagar pengaman
iv. SKh-1.1.22. (3a4) Pagar pengaman (Guard Sumber: safetynetsnz.co.nz
Sumber: Safetyrespect AB
Railling) dalam satuan Meter Panjang;
v. SKh-1.1.22. (3a5) Pembatas area
(Restricted Area) dalam satuan Rol; dan
vi. SKh-1.1.22. (3a6) Perlengkapan
keselamatan bencana (Disaster Safety
Equipment) dalam satuan Set;

Tali pengaman horizontal Sistem rel pengaman (Deltaplus)


(ARTBA, 2016)
Biaya Penerapan SMKK
d. Biaya SMKK - APD Alat Pelindung Diri
i. SKh-1.1.22. (3b1) Topi pelindung (Safety vii. SKh-1.1.22. (3b7) Sarung tangan (Safety Gloves)
Helmet) dalam satuan Buah; dalam satuan Pasang;
ii. SKh-1.1.22. (3b2) Pelindung mata (Goggles, viii.SKh-1.1.22. (3b8) Sepatu keselamatan (Safety
Spectacles) dalam satuan Buah; Shoes, rubber safety shoes and toe cap) dalam
iii. SKh-1.1.22. (3b3) Tameng muka (Face satuan Pasang;
Shield) dalam satuan Buah; ix. SKh-1.1.22. (3b9) Penunjang seluruh tubuh (Full
iv. SKh-1.1.22. (3b4) Masker selam (Breathing Body Harness) dalam satuan Buah;
Apparatus) dalam satuan Buah; x. SKh-1.1.22. (3b10) Jaket pelampung (Life Vest)
v. SKh-1.1.22. (3b5) Pelindung telinga (Ear dalam satuan Buah;
Plug, Ear Muff) dalam satuan Pasang; xi. SKh-1.1.22. (3b11) Rompi keselamatan (Safety
vi. SKh-1.1.22. (3b6) Pelindung pernafasan dan Vest) dalam satuan Buah;
mulut (masker, masker respirator) dalam xii. SKh-1.1.22. (3b12) Celemek (Apron/Coveralls)
satuan Buah; dalam satuan Buah; dan
xiii.SKh-1.1.22. (3b13) Pelindung jatuh (Fall Arrester)
dalam satuan Buah.
Aturan-Aturan Hukum dan Teknis SMKK yang Berkaitan
dengan Pemeriksaan Jembatan
Aturan-Aturan Hukum dan Teknis SMKK yang Berkaitan
dengan Pemeriksaan Jembatan
• Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya Keselamatan
Konstruksi.

• Cara pendekatan terhadap pelaksanaan Keselamatan Konstruksi ini adalah melalui


ketentuan hukum, semua pihak diarahkan untuk sungguh-sungguh melaksanakannya terkait
dengan sanksi hukumnya mungkin ada.

• Terkait dengan kegiatan pemeriksaan jembatan yang termasuk di dalam usaha jasa
konsultansi konstruksi spesialis.
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK meliputi:

1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 (UU No. 2/2017) tentang Jasa Konstruksi;
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 (UU No, 11/2020) tentang Cipta Kerja yang menetapkan perubahan-
perubahan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Jasa Konstruksi;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
8) Keppres No: 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia
10) Kep. Menkimpraswil No: 339/KPTS/2003 tentang Penilaian Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi;
11) Kep. Menteri PU No: 08/SE/M/2006 tentang Pengadaan Jasa Konstruksi Untuk Instansi Pemerintah Tahun
Anggaran 2006;
12) Peraturan Menteri PUPR No.14 tahun 2020 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia;
13) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang
Standar Susunan Tenaga Ahli untuk Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Melalui Penyedia Jasa;
14) Surat Edaran Dirjen BM No. 2/SE/Db/2019 tentang Panduan Teknik Pelaksanaan Jembatan Tahun 2019;
15) Surat Edaran Dirjen BM No. 3/SE/Db/2019 tentang Panduan Teknik Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Tahun
2019;
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
16) Surat Edaran Dirjen BM No. 6/SE/Db/2021 tentang Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan;
17) Permen PU No. 06/PRT/2008 tentang Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pemeriksaan
Konstruksi di Lingkungan Departemen PU;
18) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 7 Tahun 2021 tentang Pencatatan Sumber Daya
Material dan Peralatan Konstruksi;
19) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 tahun 2020 tentang Pembentukan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi;
20) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi;
21) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Konstruksi Berkelanjutan;
22) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penilai Ahli, Kegagalan
Bangunan, dan Penilaian Kegagalan Bangunan;
23) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Konstruksi Berkelanjutan;
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
24) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2020 tentang Penerapan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik;
25) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor Nomor 04/Se/M/2021 tentang Pedoman
Penerapan Manajemen Risiko di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
26) Surat Edaran Dirjen No. 16.1/SE/Db/2020 Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2), 2020;
27) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 01/SE/Db/2021 tentang Pedoman Survei Pengumpulan Data
Kondisi Jaringan Jalan
28) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 03/SE/Db/2021 tentang Pemeriksaan Kondisi Sungai pada
Jembatan;
29) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 07/SE/Db/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Survei Kondisi
Jalan dan Jembatan di Direktorat Jenderal Bina Marga;
30) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 05/SE/Db/2022 tentang Pedoman Pemeriksaan Jembatan; dan
31) SNI 03-6868-2002 Tata Cara Pengambilan Contoh Uji Secara Acak untuk Bahan Konstruksi;
Produk-produk NSPK Terkait Biaya SMKK
Produk-produk NSPK terkait Biaya SMKK meliputi:

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

b. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11/SE/M/2019 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;

c. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19/SE/M/2021 Tahun 2021
tentang Pedoman Pelaksanaan Tertib Evaluasi Kewajaran Harga pada Tender Pekerjaan Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: dan

d. SKh-1.1.22 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Marga.


Produk-produk NSPK terkait Keselamatan Jalan
Produk-produk NSPK terkait Keselamatan Jalan meliputi:

a. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/IN/M/2022 Tahun 2022 tentang
Larangan Penggunaan Kendaraan Berdimensi Lebih dan/atau Bermuatan Lebih pada Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi;

b. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No 04/SE/Db/2020 tentang Panduan Teknis Evaluasi
Struktur Jembatan untuk Dispensasi Penggunaan Jalan yang Memerlukan Perlakuan Khusus;

c. Surat Edaran Menteri PUPR No 03/SE/M/2016 tentang Pedoman Penentuan Bridge Load Rating untuk
Jembatan Eksisting;

d. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No 04/SE/Db/2020 tentang Panduan Teknis Evaluasi
Struktur Jembatan untuk Dispensasi Penggunaan Jalan yang Memerlukan Perlakuan Khusus;

e. Pedoman Pd-T-12-2003 Pedoman Teknis Perencanaan Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan;
dan

f. Instruksi Dirjen Bina Marga Nomor 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan
Jalan – Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan.
Produk-produk NSPK Terkait Ketenagakerjaan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Produk-produk NSPK terkait Ketenagakerjaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;


2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerdja;
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan;
4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
5) Undang-Undang Republik Indonesia No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
6) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
7) PP No. 44/2015 Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
8) PP No. 82 Tahun 2019 tentang Perubahan atas PP No. 44/2015 Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
Produk-produk NSPK Terkait Ketenagakerjaan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9) Surat Keputusan Bersama Menaker dan Menteri PU No: 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi;
10) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3);
11) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Lingkungan
Kerja;
12) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Pesawat
Angkat dan Angkut;
13) Peraturan Menteri Nomor 9 Ketenagakerjaan Tahun 2016 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Pekerjaan Ketinggian;
14) Peraturan Menaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja;
15) Peraturan Menaker Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan
Produksi;
Produk-produk NSPK Terkait Ketenagakerjaan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
16) Peraturan Menaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator;
17) Peraturan Menaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12
Tahun 2015 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja;
18) Peraturan Menaker Nomor 32 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per.03/men/1999 Tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan
Barang;
19) Peraturan Menaker Nomor 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja;
20) Peraturan Menaker Nomor PER-03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk
pengangkutan Orang dan Barang;
21) Peraturan Menaker Nomor PER-02/MEN/1992 tentang Tata Cara Petunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja;
22) Peraturan Menaker Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri;
23) SE Menaker Nomor 13/MEN/XI/2015 tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja;
24) Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor KEP.45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Acces);
25) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4/1987 tentang Tata cara Pembentukan P2K3 dan Pengangkatan Ahli K3; dan
26) Permenaker No. 1/1980 Keselamatan & Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Produk-produk NSPK Terkait Kesehatan Kerja
Produk-produk NSPK terkait Kesehatan Kerja meliputi:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Nomor 36/2009 tentang Kesehatan;


2) Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja;
3) Permenkes Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perkantoran; dan
4) Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998, Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan.
Produk-produk NSPK Terkait Lingkungan Hidup
Produk-produk NSPK terkait Lingkungan Hidup meliputi:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3) Permen LHK Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
4) Permen LHK Nomor 19 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah NonBahan Berbahaya dan Beracun;
5) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup;
6) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 13 Tahun 2021 tentang Sistem Informasi Pemantauan Emisi
Industri Secara Terus Menerus;
7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.15/Menlhk/Setjen/Pla.4/7/2020 tentang Pelaksanaan dan
Pengawasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup - Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci di Kawasan
Ekonomi Khusus;
Produk-produk NSPK Terkait Lingkungan Hidup
8) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.80/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang
Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus;
9) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Pemantauan
Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan Bagi Usaha dan/atau Kegiatan;
10) Permen LHK Nomor P.9/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2018 tentan Kriteria Teknis Status Kesiagaan dan Darurat
Kebakaran Hutan dan Lahan;
11) Permen LHK Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 tentan Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
12) Pedoman Konstruksi dan Bangunan No. 009/BM/2009 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan;
13) Pedoman No. 08/BM/2005 Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 1 Umum;
14) Pedoman No. 011/PW/2004 Perencanaan Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 2;
15) Pedoman No. 012/PW/2004 Pelaksanaan Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 3;
16) Pedoman No. 013/PW/2004 Pemantauan Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 4;
17) Petunjuk Praktis Pengelolaan Hidup bidang Jalan;
Produk-produk NSPK Terkait SKKNI/ Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Produk-produk NSPK terkait SKKNI/Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia meliputi:

1) Kepmenaker Nomor 84 Tahun 2021 SKKNI Ahli Teknik Jembatan;


2) Kepmenaker Nomor 93 Tahun 2015 SKKNI Ahli Rehabilitasi Jembatan;
3) Kepmenakertrans Nomor 328 Tahun 2009 SKKNI Ahli Geodesi dan Perencanaan Teknis Jalan dan Jembatan;
4) Kepmenakertrans Nomor 327 Tahun 2009 SKKNI Juru Gambar Pekerjaan Jalan dan Jembatan;
5) Kepmenaker Nomor 195 Tahun 2015 SKKNI Pelaksana Pemeliharaan Jembatan;
6) Kepmenaker Nomor 113 Tahun 2015 SKKNI Ahli Penilai Kelaikan Bangunan Gedung;
7) Kepmenaker Nomor 92 Tahun 2015 SKKNI Ahli Penilai Kegagalan Bangunan;
8) Kepmenaker Nomor 88 Tahun 2015 SKKNI Ahli Kontrak Kerja Konstruksi;
9) Kepmenaker Nomor 171 Tahun 2018 SKKNI Inspeksi Konstruksi, Fabrikasi Sipil dan Struktur;
10) Kepmenakertrans Nomor 297 Tahun 2009 SKKNI Ahli Pesawat Lift dan Eskalator;
Produk-produk NSPK Terkait SKKNI/ Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
11) Kepmenakertrans Nomor 326 Tahun 2011 SKKNI Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Ruang Terbatas;
12) Kepmenaker Nomor ;48 Tahun 2022 SKKNI Petugas Keselamatan Konstruksi
13) Kepmenaker Nomor 307 Tahun 2013 SKKNI Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi;
14) Kepmenaker Nomor 49 Tahun 2015 SKKNI Juru Ukur (Surveyor)
15) Kepmenaker Nomor 46 Tahun 2022 SKKNI Operasi Scaffolding;
16) Kepmenaker Nomor 97 Tahun 2021 SKKNI Operator Rough Terrain Crane;
17) Kepmenaker Nomor 92 Tahun 2021SKKNI Operator Mobile Crane Kapasitas di Atas 50 Ton;
18) Kepmenaker Nomor 85 Tahun 2021SKKNI Operator Truck Mounted Crane;
19) Kepmenaker Nomor 150 Tahun 2019 SKKNI Operator Pile Drive Hammer;
20) Kepmenaker Nomor 132 Tahun 2015 SKKNI Operator Dump Truck
21) Kepmenakertrans Nomor 181 Tahun 2009 SKKNI Teknisi Geoteknik
PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI
JALAN, PERUMAHAN, DAN PIW
BPSDM KEMENTERIAN PUPR

TERIMA KASIH

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA – KEMENTERIAN PUPR


SALINAN

PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2O2L

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERTNTAH NOMOR 22 TAHUN 2O2O


TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2OL7 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketenttran Pasal 52 dan


Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O
tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Perahrran
Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2O2O tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2OLT tentang Jasa
Konstruksi;

Mengingat 1 Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2OL7 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2Ol7 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6O18);
3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2O2O Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 6573);
4.Peraturan...

SK No 085113 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-83-

20. Di antara Pasal 51 dan Pasal 52 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 51A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 51A
(1) Konsultan Manajemen Konstruksi memiliki tugas:
a. melaksanakan penjaminan mutu (quality
assurance) pelaksanaan pekerjaan mulai dari
tahapan persiapan pengadaan, persiapan
dan pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan
Konstruksi, sampai dengan serah terima
akhir pekerjaan;
b. membantu Pengguna Jasa dalam proses
persiapan pengadaan dan pemilihan
Penyedia Jasa;
c. membantu Pengguna Jasa dalam melakukan
persetujuan atau penolakan perubahan
Kontrak;
d. melakukan verifikasi atas tagihan
pembayaran;
e. membantu Pengguna Jasa dalam
menghitung nilai perolehan aset; dan
f. membantu Pengguna Jasa ketika dilakukan
audit hasil pekerjaan/proyek setelah serah
terima akhir pekerjaan.
(21 Tugas Konsultan Manajemen Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam kontrak kerja Konsultan Manajemen
Konstruksi.
21. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal59...

SK No 077314 A
SALINAN
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG

JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a bahwa _pembangunan nasional bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat adil dan yang
-l.k-r.
berdasarkan Pancasila dan Undans_U"a"", Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 194i;
b bahwa sektor jasa konstruksi merupakan
kegiatan
masyarakat mewujudkan bangunan yang beriungsi
sebagai. pendukung atau prasarana aktivitas
sosial
ekonomi kemasyarakatan guna *..rr.r.1".rg
terwujudnya tujuan pembangunan nasional;
C bahwa . penyelenggaraan jasa konstruksi harus
menjamin ketertiban dan kepastian hukum;
d bahwa-Undang-Undang Nomor 1g Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika
perkembangan penyelengga.a.rr.ir"" konstruksi;
e bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, "huruf jali frrruf
d perlu membentuk Undang-Undang tentang ", Jasa
Konstruksi;
Mengingat: Pasal 20 a3 e1s{
_21 Undang_Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun
Negara
1945;

Dengan persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

2-
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi
konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi.
2 Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan manaJemen
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi pembangunan, perrgoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembati
suatu bangunan.
4. Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan jenis
usaha jasa konstruksi yang dibiayai
_
peLerintah
".ndi.iol.h
Pusat, Pemerintah.Daerah, badan usaha, atau masyarakat,
dan dapat melalui pola kerja sama untuk mewquakan,
memiliki, menguasai, mengusahakan, d.inlatau
meningkatkan kemanfaatan bangunan.
5. Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang
menggunakan layanan Jasa Konstruksi.
6. Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.
7. Subpenyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi
kepada Penyedia Jasa.
8. Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen
kontrak yang mengatur hubungan hukum antara pengguna
J-asa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
9. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan adalah pedoman teknis keamanan,
keselamatan, kesehatan iempat kerja konstruksi, dan
perlindungan sosial tenaga kerja, seita tata lingkungan
setempat dan pengelolaan lingkungan hidup- daLm
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

lO.Kegagalan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-
10. Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan
bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
11. Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti pengakuan
terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas kemampuan badan
usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil penyetaraan
kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi asing.
12. Sertilitasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi sesuai dengan
standar kompetensi kerja nasional Indonesia, stan"dar
internasional, dan/ atau standar khusus.
13. Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan
kompetensi tenaga kerja konstruksi.
14. Tanda Daftar Usaha perseorangan adalah izin yang
diberikan kepada usaha orang perseorangan untu[
menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.
15. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Izin
Usaha adalah izin yang diberikan kepada badan usaha
untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa konstruksi.
16. Pemerintah Pusat adalah presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara neputtit<
Indonesia yang dibantu oleh Wakil presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang meniadi
kewenangan daerah otonom.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi berlandaskan pada asas:


a. kejujuran dan keadilan;
b. manfaat;

c.kesetaraan;...
{'i.

FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-4
c. kesetaraan;
d. keserasian;
e. keseimbangan;
f. profesionalitas;
g. kemandirian;
h. keterbukaan;
i. kemitraan;
j. keamanan dan keselamatan;
k. kebebasan;
1. pembangunan berkelanjutan; dan
m. wawasan lingkungan.

Pasal 3

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan untuk:


a. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa
Konstruksi untuk mewujudkan struktu. usaha yu.rlg trk h,
andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstrulksi yang
berkualitas;
b. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi
yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna
Jasa..dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak*dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuiran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang
Jasa Konstruksi;
d. menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan
keselamatan publik dan
lingkungan terbangun; -..rciptaka., kenyamanan
e. menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
baik; dan
f. menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

BABIII ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-5-
BAB III
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

Bagian Kesatu
Tanggung Jawab

Pasal 4

(l) Pemerintah Fusat bertanggung jawab atas:


a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa
Konstruksi nasional;
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan
Jasa Konstruksi yang transparan, persaingan usaha
yang sehat, serta jaminan kesetaraan hak dan
kewajiban antara pengguna Jasa dan penyedia Jasa;
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, aa.
Keberlanjutan;
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan
produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional;
e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan
peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam
negeri;
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi
dan
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.
(2)
lln.efune-
jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri, berkoordinasi dingan menteri
teknis terkait.

Bagian Kedua
Kewenangan

Paragraf 1
Kewenangan Pemerintah pusat

Pasal 5

(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:

a.mengembangkan...
euBt

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-6-
a. mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa
Konstruksi;
c. menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa
Konstruksi;
d. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan
Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai
pasok Jasa Konstruksi;
e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi lembaga yang
melaksanakan sertilikasi badan usaha;
f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
g. mengembangkan sistem permodalan dan sistem
penjaminan usaha Jasa Konstruksi;
h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi pelaku
usaha Jasa Konstruksi nasional dalam mengakses pasar
Jasa Konstruksi internasional;
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi;
j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan
usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka penan€unan
modal asing;
k. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi besar;
l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa
Konstruksi;
m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi
yang terkait dengan pasar Jasa Konstruksi di negara
yang potensial untuk pelaku usaha Jasa Konstruksi
nasional;
n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa
Konstruksi nasional dan internasional;
o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam
pasar Jasa Konstruksi;
p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi
nasional;
q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha
Jasa Konstruksi nasional yang mengakses pasar Jasa
Konstruksi internasional; dan
r. menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha
Jasa Konstruksi.

(2) Untuk . .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf b, Pemerintah pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan sistem pemilihan penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang
menjamin kesetaraan hak din kewajiban antara
Pengguna Jasa dan penyedia Jasa;
c. mendorong digunakannya alternatif penyelesaian
sengke_ta penyelenggaraan Jasa Konstrulsi di luar
pengadilan; dan
d. mengembangkan sistem kinerja penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pemerintah pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan keberlanjutan
f3lam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa
-
Konstruksi oleh badan usaha Jasa (onstruksi;
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
d. me.ne-laqkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal
terjadi Kegagalan Bangunan.

(4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pemerintah Fusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan
pelatihan Jasa Konstruksi;
b. memberdayakan lembaga pendidikan dan pelatihan
kerja konstruksi nasional;
c. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi
strategis dan percontohan;
d. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi
tenaga
kerja konstruksi;

e.menetapkan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

B-
e. menetapkan standar remunerasi minimal bagi tenaga
kerja konstruksi;
f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi,
pelatihan, dan standar remunerasi minimal
bagi tenaga
kerja konstruksi;
g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi
dan
lisensi bagi lembaga serti{ikasi prJfesi;
h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
i. menyelenggarakan registrasi pengalaman profesional
tenaga kerja konstruksi serta lembaga pendidikan
dan
pelatihan kerja di bidang konstruksi;
j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi
asing; dan
k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk
melaksanakan tugas Sertifikasi Kompetensi Kerja yang
belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi p.oflsi yan!
dibentuk oleh asosiasi profesi -atau lembaga pendidikan
dan pelatihan.

(5) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf e, Pemerintah pusat memiliki
kewenangan:
a mengembangkan standar material dan
peralatan
konstruksi, serta inovasi teknologi t or"t.rt '
b mengembangkan skema kerja sama "i;
antara institusi
penelitian dan pengembangan dan seluruh pemangku
kepentingan Jasa Konstruksi;
c menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
d memublikasikan material dan peralatan
konstruksi
serta teknologi konstruksi dalam negeri kepada seluruh
l-..T-19k" kepentingan, baik .ra*ioral maupun
lnternaslonal;,
e menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar
mutu material dan peralatan sesuai-dengan Standar
Nasional Indonesia;
f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan
peialatan konstruksi serta teknologi konst.ut si hasil
penelitian dan pengembangan dalam-negeri; dan
g. membangun sistem rantai pasok material, peralatan,
dan teknologi konstruksi.

(6) Untuk
$Tb
-r4>^l=Lv

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-9
(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas
dan bertanggung jawab dalam penga.\i/aszrn
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa
Konstruksi;
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi
sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi;
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap
penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja; dan
e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas
dan bertanggung jawab dalam Usaha penyediaan
Bangunan.

(7) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(6) huruf d dilakukan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara.

(8) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf g, pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan sistem informasi Jasa Konstruksi
nasional; dan
b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi
nasional dan internasional.

Pasal 6

(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf a, gubemur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. memberdayakan badan usaha Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan proses pemb erian lzin
Usaha nasional;
c. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi di provinsi;
d. menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok
konstruksi di provinsi; dan

e. memfasilitasi
$"^ffip
-rtb€
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-10-
e. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa
Konstruksi di provinsi dengan badan usaha dari luar
provlnsl.

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf b, gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. menyelenggarakan pengawas€rn pemilihan penyedia Jasa
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan Kontrak Kerja
Konstruksi; dan
c. menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan
dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksidi provinsi.

(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf c, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan
pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa
Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah.

(41 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf d, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan
pengawasan:
a. sistem Sertilikasi Kompetensi Kerja;
b. pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan
c. upah tenaga kerja konstruksi.

(5) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (l) huruf e, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. menyelenggarakan pengawasan penggunaan material,
peralatan, dan teknologi konstruksi;
b. memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan
pengembangan Jasa Konstruksi dengan seluruh
pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
c. memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
d. menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber material konstruksif dan

e. meningkatkan
PRESIDEN
REPU BLII( INDONESIA

- lt -

e meningkatkan penggunaan standar mutu material dan


peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf I gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa
Konstruksi provinsi;
b. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi
yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam
pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi;
dan
c. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi
yang berkuaiitas dan bertanggung jawab dalam Usaha
Penyediaan Bangunan.

(71 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf g, gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan mengumpulkan data
dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.

Paragraf 2
Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi

Pasal 7

Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi pada sub-urusan Jasa


Konstruksi meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan
daerah provinsi.

Paragraf 3
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

Pasal 8

Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada sub-


urusan Jasa Konstruksi meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;

b. penyelenggaraan
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-L2-
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi
cakupan
daerah kabupaten / kota;
c. penerbitan Izin Usaha nasional kualilikasi kecil,
menengah,
dan besar; dan
d. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan
tertib
pemanfaatan Jasa Konstruksi.

pasal 9

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 sampai dengan pasal g, pemerintah pusat
clan/atau Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat
Jasa
Konstruksi.

pasal l0
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan
kewenangan_ sebagaimana dimaksud aaUil pasJ
dengan Pasal 9 diatur dalam peraturan pemerintah.
4 sampai

BAB IV
USAHA JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Struktur Usaha Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Umum

Pasal 11

Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:


a. jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan
b. bentuk dan kualifikasi usaha.

Paragraf 2 ...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-13-
Paragraf 2
Jenis, Sifat, Klasiiikasi, dan Layanan Usaha

Pasal 12
Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:
a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.

Pasal 13
(1) Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
(21 Klasifrkasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara
lain:
a. arsitektur;
b. rekayasa;
c. rekayasa terpadu; dan
d. arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
(3) Klasilikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf b
antara lain:
a. konsultansi ilmiah dan teknis; dan
b. pengujian dan analisis teknis.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengkajian;
b. perencanaan;
c. perancangan;
d. pengawasan; dan/ atau
e. manajemen penyelenggaraan konstruksi.

(5) Layaran ...


PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-14-
(5) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) huruf b meliputi:
a. survei;
b. pengujian teknis; dan/ atau
c. analisis.
Pasal 14
(1) Sifat usaha Peke{aan Konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf b meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.

(2) Klasifikasi usaha pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi:
a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipil.
(3) Klasifikasi usaha pekerjaan Konstruksi yang bersifat
spesiali-s sebagaimana dimaksud pada ayai huruf b
1f;
antara lain:
a. instalasi;
b. konstruksi khusus;
c. konstruksi prapabrikasi;
d. penyelesaian bangunan; dan
e. penyewaan peralatan.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan
Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pembangunan;
b. pemeliharaan;
c. pembongkaran; dan/atau
d. pembangunan kembali.
(s)
laVanal usaha dapat diberikan oleh pekerjaan
Konstruksi yang _yang
bersifat spesialis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi pekerjaan bagian tertentu
dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik laiinva.

Pasal 15 .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-15-

Pasal 15

(1) Klasifikasi usaha Pekerj aan Konstruksi terintegrasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c meliputi:
a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipil.
(21 Layanan usaha yang dapat diberikan oleh pekerjaan
Konstruksi terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. rancang bangun; dan
b. perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.

Pasal 16

Perubahan atas klasilikasi dan layanan usaha Jasa Konstruksi


sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 sampai dengan pasal 15
dilakukan dengan memperhatikan perubahan kiasifikasi produk
konstruksi yang berlaku secara internasional dan perkembangan
layanan usaha Jasa Konstruksi.

Pasal 17

(1) Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha


rantai pasok sumber daya konstruksi.
(2) Sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diutamakan berasal dari produksi dalam negeri.

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, sifat, klasifikasi, layanan


usaha, perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha, dan
usaha rantai pasok sumber daya konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan pasal 17 diatui dalam
Peraturan Pemerintah.

Paragraf 3
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-16-
Paragraf 3
Bentuk dan Kualifikasi Usaha

Pasal 19

Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan


atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum.

pasal 20
(1) Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 terdiri atas:
a. kecil;
b. menengah; dan
c. besar.

(21 PeneteFan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan melalui penilaian terhadap:
a. penjualan tahunan;
b. kemampuan keuangan;
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
d. kemampuan dalam penyediaal peralatan konstruksi.
(3) Kualilikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menentukan batasan kemampuan usaha dan segirentasi
pasar usaha Jasa Konstruksi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi


usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (i) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi

pasal 2l
(1) Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan badan usaha Jasa Konstruksi kualilikasi kecil
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (l) huruf a
hanya dapat menyelenggarakan Jasa K6nstnjksi pada
segmen pasar yang:

a.berisiko...
FRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-17-
a. berisiko kecil;
b. berteknologi sederhana; dan
c. berbiaya kecil.

(2t Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) hanya dapat menyelenggarakan pekerja"., yr.rg
sesuai dengan bidang keahliannya.

Pasal 22
Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah
sebagaimana dimaksud daiam pasal 20 ayat (l) huruf b haiya
dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar
yang:
a. berisiko sedang;
b. berteknologi madya; dan/atau
c. berbiaya sedang.

pasal 23

Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2O ayat (1) huruf c yang berbadan hukum
dan perwakilan usaha Jasa Konstruksi aling hanya dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang:
a. berisiko besar;
b. berteknologi tinggi; dan/atau
c. berbiaya besar.

pasal 24

(1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi menggunakan


anggaran pendapatan dan belanja daerah serta memenuhi
kriteria berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknologi
sederhana sampai dengan maaya, dan 6erbiaya keJl
sampai d9"911 sedang, pemerintah Daerah provirisi dapat
membuat kebijakan khusus.
(2) Kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:

a. kerja sama . . .
PRES IDENI
REPUBLIK INDONESIA

-18-
a. kerja :ama operasi dengan badan usaha Jasa
Konstruksi daerah; dan/ atau
b. penggunaan Subpenyedia Jasa daerah.

pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai segmentasi pasar
serta kriteria
risiko, teknologi, dan biaya iebagaiirana aim'aksud
dalam pasal
21 sampai dengan pasal 24 diatui dalam p.."ir."., pemerintah.

Bagian Ketiga
Persyaratan Uiatra .las? fonstruksi
paragraf 1
Umum
pasal 26
(1) Setiap usaha orang perseorangan sebagaimana
dimaksud
oalam pasal l9.._yang akan memberilan layanan
Jasa
Konstruksl wajib memiliki Tanda Daftar Usaha
Perseorangan.
(2) Setiap badan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 yang
"t "r,
Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin -.-f..ii.an layana,
Usaha.

paragraf 2
Tanda Daftar Usaha perseorangan dan Izin
Usaha
pasal 2T
Tanda Daftar Usaha perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam
Ii:", 26,.ayat (t) diberifan otJh p"-"ri.,t"r, Daerah
KaDupaten/kota kepada usaha perseorangan
berdomisili di -orang f.'.i..rt yang
_wilayahnya sesuai dengai r"., peraturan
perundang-undangan.

pasal 2g
Izin Usaha dimaksud dalam pasal 26 ayat (21
-sebagaimana
diberikan oleh pemerintah Daerah f."t"p"t."7f."t"
badan usaha yang berdomisili di rvifuyrfrlv" kepada
ketentuan peraturan perundang-una""g;'.r-- " ''
* dengan
"."r"1

Pasal 29
ffi
-rlqynlF
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA

-19-

Pasal 29

(1) Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha perseorangan berlaku


untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 dan Pasal 28 membentuk peraturan di
daerah mengenai Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha
Perseorangan.

Paragraf 3
Se rtifikat Badan Usaha
pasal 30
(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi
wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha.
(21 Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan melalui suatu proses sertilikasi dan registrasi
oleh Menteri.
(3) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat:
a. jenis usaha;
b. sifat usaha;
c. klasilikasi usaha; dan
d. kualifikasi usaha.
(41 Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), badan usaha Jasa Konstruksi
mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga
Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan
usaha terakreditasi.
(5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan
oleh Menteri kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi
persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;

d.sarana...
PRESIDEN
REtrUELIK INDONESIA

-20-
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(6) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi
wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam peraturan
Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertilikasi dan registrasi
badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
E) au"
akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dalam peraturan Menteri.

Paragraf 4
Tanda Daftar Pengalaman
pasal 31
(1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman usaha, setiap
badan usaha Jasa Konstruksi kualihkasi menengah dan
besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada
Menteri.
(21 Registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan tanda daitar pengalaman.
(3) Tanda.daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit memuat:
a. nama paket pekerjaan;
b. Pengguna Jasa;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan;
d. nilai pekedaan; dan
e. kinerja Penyedia Jasa.

(4) Pengalaman yang diregistrasi ke dalam tanda daftar


pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pengalaman menyelenggarakar Jasa Konstruksi
yang sudah melalui proses serah terima.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi pengalaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

BagianKeempat...
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2t-
Bagian Keempat
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing dan Usaha perseorangan Jasa Konstruksi
Asing

Pasal 32

Badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha perseorangan


Jasa Konstruksi asing yang akan melakukan usaha Jisa
Konstruksi di wilayah Indonesia wajib membentuk:
a. kantor perwakiian; dan/atau
b. badan usaha berbadan hukum Indonesia melalui kerja
sama modal dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional.

Pasal 33

(l) Kantor perwakilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32


huruf a wajib:
a. berbentuk badan usaha dengan kuatifikasi yang setara
dengan kualifikasi besar;
b. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi
asing;
c. membentuk kerja sama operasi dengan badan usaha
Jasa Konstruksi nasional berkualilikasi besar yang
memiliki Izin Usaha dalam setiap kegiatan usaha Jasi
Konstruksi di Indonesia;
d. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia
daripada tenaga kerja asing;
e. menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan
tertinggi kantor perwakilan;
f. mengutamakan penggunaan material dan teknologi
konstruksi dalam negeri;
g. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan
lingkungan, serta memperhatikan kearifan lokal;
h. melaksanakan proses alih teknologi; dan
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Izin perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b diberikan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Kerja sama


PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-22-
(3) Kerja^ sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilafur1"t", dengan prinsip kesetaraan kualifika;i;
kesamaan layanan, dan tanggung renteng.

Pasal 34

(l) Ketentuan mengenai kerja sama modal sebagaimana


dimaksud dalam pasal 32 huruf b dilaksanakan- sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang_undangan.
(2) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka
kerja sama modal sebagaimana aiinatsud dalam pasal"32
huruf b harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar
sebagaimana dimaksud dalam paial 20 ayat (l) huruf c.
(3) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka
kerja sama modal sebagaimana iimaksud pada ayat
"(-)
wajib memiliki Izin Usaha.
(4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
oleh Menteri sesuai dengan -ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata
cara kerja sama operasi, dan penggunaan lebih banyak t.;;;
kerja-lndonesia, sebagaimana dimaksud dalam pasal -33 ayat (i1
huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian lzin Usaha
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (4) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Kelima
Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi

Pasal 36
(1) Pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 dapat dilakukan melalui Usaha
Penyediaan Balgunan.

(2) Usaha
dffi
-*1y44{
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

_23_
(2) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas Usaha Penyediaan Bangu.ran gedung
dan Usaha Penyediaan Bangunan sipil.

(3) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dibiayai melalui investasi yang bersumber dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah;
c. badan usaha; dan/atau
d. masyarakat.
(4) Perizinan Usaha penyediaan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) dilakukan sesuai dengan kelentuan
peraturan perundan g-undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha penyediaan


Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) diatur dalam peraturan presiden.

Bagian Keenam
Pengembangan Usaha Berkeianjutan

Pasal 37

(1) Setiap badan usaha Jasa Konstruksi harus melakukan


pengembangan usaha berkelanjutan.

(21 Pengembangan usaha berkelanjutan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. meningkatkan tata kelola usaha yang baik; dan
b. memiliki tanggung jawab profesional termasuk tanggung
jawab badan usaha terhadap masyarakat.

(3) Pengembangan usaha berkelanjutan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diselenggarakan oleh asosiasi badan usaha
Jasa Konstruksi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan usaha


berkelanjutan sebagaimana dimaksud paaa ayal (f ) diatur
dalam Peraturan Menteri.

BAB V
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-24-
BAB V
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 38
(1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas
penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan
penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
(21 Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau
melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
(3) Penyelenggaraan UsahaPenyediaan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau
melalui perjanjian penyediaan bangunan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha
Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha
Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kedua
Pengikatan Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Pengikatan Para Pihak

Pasal 39
(1) Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Pengguna Jasa; dan
b. Penyedia Jasa.
(21 Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.

(3) Pengikatan .. .
ffi
-rlp4€
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-25-
(3) Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat dan dapat
dipertanggungiawabkan secara keilmuan.

Pasal 40

Ketentuan mengenai pengikatan di antara para pihak


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 berlaku sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai hukum keperdataan kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini.

Paragraf 2
Pemilihan Penyedia Jasa

Pasal 4 1

Pemilihan Penyedia Jasa hanya dapat diikuti oleh Penyedia Jasa


yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 sampai dengan Pasal 34.

Pasal 42
(1) Pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 yang menggunakan sumber pembiayaan dari
keuangan Negara dilakukan dengan cara tender atau
seleksi, pengadaan secara elektronik, penunjukan
langsung, dan pengadaan langsung sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(21 Tender atau seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui prakualilikasi, pascakualifikasi,
atau tender cepat.
(3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yang
sudah tercantum dalam katalog.
(41 Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dapat dilakukan dalam hal:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan
masyarakat;

b.pekerjaan...
*r

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-26-
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat terbatas
atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut
keamanan dan keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/ atau
e. kondisi tertentu.
(5) Pengadaan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e dan nilai
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Pasal 43
(l) Pemilihan Penyedia Jasa dan penetapan penyedia Jasa
dalam pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup
pekerjaan;
b. kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban kerja;
c. kinerja Penyedia Jasa; dan
d. pengalaman menghasilkan produk konstruksi sejenis.
(21 Dalam hal pemilihan penyedia layanan jasa Konsultansi
Konstruksi yang menggunakan tenaga kerja konstruksi
pada jenjang jabatan ahli, pengguna Jasa harus
memperhatikan standar remunerasi minimal.
(3) Standar remunerasi minimal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 44
Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud da,lam pasal 39 ayat (2)
dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi- pada
pembangunan untuk kepentingan umum tanpa melalui tender
atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik.

Pasal 45
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-27 -

pasal 45

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan penyedia Jasa dan


p€netapan Penyedia Jasa dalam hubungan kerja Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Fasal 4f sampai
dengan Pasal 44 diatur dalam peraturan pemerintah.

Paragraf 3
Kontrak Kerja Konstruksi
pasal 46
(1) Pengaturan hubungan kerja antara pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa harus dituangkan dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
(21 Bentuk. Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti
perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai de-ngan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 47
(1) Kontrak Kerja Konstruksi paiing sedikit harus mencakup
uraian mengenai:
a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci
tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga satuan,
lumsum, dan batasan waktu pLlaksanaan;
c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu
pelaksanaan dan pemeliharaan yang mi";aai tanggung
jawab Penyedia Jasa;
d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna
Jasa untuk memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan
kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan, serta hak penyedia Jasa untuk
memperoleh informasi dan imbalan jasa serta
kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban
mempekerj akan tenaga kerj a konstruksi bersertifi kai;
f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban
Pengguna Jasa dalam melakukan pembayaran hasil
layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya
jaminan atas pembayaran;

g.wanprestasi...
t:iI

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-28-
g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab
dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang
tata cara penyelesaian perselisihan akibat
ketidaksepakatan;
i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat
ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi
yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak;
j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah iatu
pihak;
k. Kegagz.lan Bangunan, memuat ketentuan tentang
kewajiban Penyedia Jasa dan/atau pengguna Jasa atas
Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
1. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatai
dan kesehatan kerja serta jaminan sosia.l;
m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak
dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal
terjadi suatu peristiwa yang menimbulkin kerugian atau
menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam
pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab
hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan eekirlaa.,
Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
(2)
!-elain .k9leltuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kontrak Kerja Konstruksi dapat memuat keJepakatin para
pihak tentang pemberian insentif.

Pasal 48
Selain memuat ketentuan sebagaimana Cimaksud dalam pasal
Kontrak Kerja Konstruksi:
47 ,
a. untuk layanan jasa perencanaan harus memuat ketentuan
tentang hak kekayaan intelektual;

b.untuk...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-29-
b untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat
memuat ketentuan tentang Subpenyedia Jasa serta pemaiok
bahan, komponen bangunan, dan/atau peralatan yang harus
memenuhi standar yalg berlaku; dan
c yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban alih
teknologi.

Pasal 49

Ketentuan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 47 berlaku juga dalam Kontrak Kerja
Konstruksi antara Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa.

Pasal 50
(1) Kontrak Kerja Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2) Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan
pihak asing harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.
(3) Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Kontrak
Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia.

Pasal 5 I
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kontrak Kerja Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 sampai dengan pasal 5O
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
Pengelolaan Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa

Pasal 52
Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi harus:
a. sesuai dengan perjanjian dalam kontrak;

b. memenuhi . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-30-
b memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan; dan
c mengutamakan warga negara Indonesia sebagai pimpinan
tertinggi organisasi proyek.

Pasal 53
(l) Dalam penyel enggaraan Jasa Konstruksi, pekerjaan utama
hanya dapat diberikan kepada Subpenyedia Jasa yang
bersifat spesi alis sebagaimana dimaksud dalam pasaj t5
dan Pasal 14.
(2) Pemberian pekerjaan utama kepada Subpenyedia Jasa yang
bersifat spesialis sebagaimani dimaksud - paaa ayai
1tj
harus mendapat persetujuan pengguna Jasa.
(3) Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penyedia Jasa
dengan kualifikasi menengah dan/atau besar
mengutamakan untuk memberikan pekerjaan penunjang
kepada Subpenyedia Jasa dengan kuaifikasi kecil.
(4) Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa wajib memenuhi hak
d-an kewajiban sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.

Pasal 54
(1) Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penyedia Jasa
dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan hasil
pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat
waktu sebagaimana tercantum dalam Kontrak fe4a
Konstruksi.
(2t Penyedia-,Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa yang tidak
menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat biayi, tepat
mutu, dan/atau tepat waktu sebagaimana dimak"ra p"au
lyat (1) dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan
kesepakatan dalam Kontrak Kerja Kons-truksi.

Paragraf 2
.-\,
\il

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-31 -

paragraf 2
Pembiayaan Jasa Konstruksi
pasal 55

(1) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa


Konstruksi sesuai dengan kesepalatan dalam Kontiak Kerja
Konstruksi-
(2) Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dapat bersumber dari dani pemerintah pusat, pemerintah
Daerah, badan usaha, dan/atau masyarakat.
(3) Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan:
a. kemampuan membayar; dan/ atau
b. komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi.
(41 Kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada
ayat
(3) huruf a dibuktikan dengan dokumen dari tembiga
perbankan dan/atau lemba[a keuangan bukan tan?,
dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain yang
disepakati dalam Kontrat lie4a Konstruksi.
(5) Ko.mitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pala b diaukung
."fat (3) huruf
dengan jaminan melalui perjanjian kerja sama.

pasal 56
(1) D,.alam..hal tlnggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi
olDuktlkan dengan kemampuan membayar sebagaimana
dimaksud dalam pasal 55 ayat (3) huruf i, pengguna ..lasa
wajib. melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan
tepat
waktu.
(2) Pengguna_Jasa yang tidak menjamin ketersediaan
biaya dan
tidak. melaksanakan pembayaran .t"" p..ry...fran hasil
pekerjaan Penyedia Jasa. secara tepat jumlah
waktu sebagaimana dimaksud pada ayai dan tepat
iup"t dikenai
ganti kerugian sesuai dengan kesepaliatantfiaatam
Kontrak
Kerja Konstruksi.

(3) Dalam...
i

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
a, /)

(3) Dalam hal tanggung jawab atas layanan Jasa Konstruksi


yang dilakukan melalui komitmen atas pengusahaan
produk Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa harus mengetahui
risiko mekanisme komitmen atas pengusahaan produk Jasa
Konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57
(1) Dalam pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42, Penyedia Jasa menyerahkan jaminan
kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban
sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan
Penyedia Jasa.

(2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:


a. jaminan penawaran;
b. jaminan pelaksanaan;
c. jaminan uang muka;
d. jaminan pemeliharaan; dan/ atau
e. jaminan sanggah banding.
(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
dicairkan tanpa syarat sebesar nilai yang dijaminkan dan
dalam batas waktu tertentu setelah pernyataan pengguna
Jasa atas wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
(41 Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dikeluarkan oleh lembaga perbankan, perusahaan asuransi,
dan/atau perusahaan penjaminan dalam bentuk bank
garansi dan/atau perjanj ian terikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat
(21 dilakukan dengan memperhatikan dinamika
perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi baik
nasional maupun internasional.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan perubahan atas jaminan
sebagaimana dimaksud pada ayat (S) diatur dalam
Peraturan Presiden.

BagianKeempat...
\,

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-33-

Bagian Keempat
Perjanjian Penyediaan Bangunan

Pasal 58

(1) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 36 ayat (l) dapat dikerjakan sendiri atau oleh
pihak lain.

(21 Dalam hal dikerjakan oleh pihak lain sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), penyelenggaraan Usaha
Penyediaan Bangunan dilakukan melalui perjanjian
penyediaan bangunan.

(3) Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. pihak pertama sebagai pemilik bangunan; dan
b. pihak kedua sebagai penyedia bangunan.

(4) Para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri


atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
(s) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) dapat dilakukan melalui kerja sama pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha
dan/ atau masyarakat.

(6)
P."1* perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2), penyelenggarian Jasa Konstruksi
harus dilakukan oleh penyedia Jasa.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian penyediaan


langunan sebagaimana dimaksud pada-ayat- (2) diatur
dalam Peraturan Presiden.

BABVI ...
{

PRES IDEN
REPU BLIK INDONESIA

-34-
BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN,
DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

Pasal 59

(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna


Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.

(2\ Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi;
dan/ atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) paling
sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan ,iasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam
pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Standar...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-35-
(41 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri
teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) memperhatikan kondisi geogralis yang rawan
gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.

Bagian Kedua
Kegagalan Bangunan

Paragraf I
Umum

Pasal 60
(1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutah sebagaimana dimaksud dalam pasal 59,
Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi
pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan
Bangunan.
(2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh penilai ahli.
(3) Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (21 ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu pa_ling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan
Bangunan.

Patagraf 2
Penilai Ahli

Pasal 61
(1) Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (21
harus:

a. memiliki
S:r

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-36-
a memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang
jabatan ahli di bidang yang sesuai dengan klasifikasi
produk bangunan yang mengalami Kegagalan
Bangunan;
b memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana,
dan/atau pengawas pada Jasa Konstruksi sesuai
dengan klasifikasi produk bangunan yang mengalami
Kegagalan Bangunan; dan
C terdaftar sebagai penilai ahli di kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasi
Konstruksi.

(2t Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


mempunyai tugas antara lain:
a. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan;
c. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan;
d. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas
Kegagalan Bangunan;
e. melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan
instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung- sejak
tanggal pelaksanaan tugas; dan
f. memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri
$alam rangka pencegahan terjadinya Kegagalan
Bangunan.

Pasal 62
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 ayat (21 penilai ahli dapat berkoordinasi dengan
pihak berwenang yang terkait.

(21 Penilai ahli sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) wajib


bekerja secara profesional dan tidak menjadi bagian dari
salah satu pihak.

Pasal 63...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

- J/ -

pasal 63
Penyedia Jasa wajib mengganti atau memperbaiki Kegagalan
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat 11y yang
disebabkan kesalahan Penyedia Jasa.

Pasal 64
Ketentuan lebih lanjut mengenai penilai ahli dan penilaian
Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam iasal 60
sampai dengan Pasal 63 diatur dalam peraturan Menteri.

Paragraf 3
Jangka Waktu dan Pertanggungiawaban Kegagalan Bangunan

Pasal 65
(1) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai
dengan rencana umur konstruksi.

(2t Dalam hal rencana umur konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan
Jasa Konstruksi.

(3) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan


Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah
ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat
(21.

(4) Ketentuan jangka waktu pertanggunglawaban atas


Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.

(s) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan


pertanggunglawaban Penyedia Jasa atas Kegagalan
Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1i; - aan
ayat (21 diatur dalam Peraturan pemerintah.

Pasal 66 . .
PRESIDEN
REPUBL!K INDONESIA

-38-
pasal 66

(1) P_engguna Jasa dan/atau pihak lain yang dirugikan


akibat
Kegagalan Bangunan dapat melapoitan te4a-amya suatu
Kegagalan Bangunan kepada Mentiri.

(2) Ketentuan lanjut mengenai tata cara pelaporan


terjadinya ,lebih
Kegagalan Bangunin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam peraturan Menteri.

Pasal 67

(1) Penyedia Jasa dan/atau pengguna..Iasa wajib memberikan


ganti kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 ayat (1), ay;t (2),
dan ayat (3).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ganti kerugian


sebagaimana dimaksud pada -ayat (1) ii"t . dalam
Peraturan Pemerintah.

BAB VII
TENAGA KERJA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Klasifikasi dan Kualifikasi

Pasal 68

(1) Tenaga kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan


bidang keilmuan yang terkait Jasa Konstruksi.

(21 Jgnaga Keq'a Konstruksi terdiri atas kualilikasi dalam


jabatan:
a. operator;
b. teknisi atau analis; dan
c. ahli.

(3) Kualifikasi ...


\

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-39-
(3) Kualifikasi dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) memiliki jenjang seiuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi dan kualifikasi


tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (21 diatur dalam peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi

Pasal 69

(1) Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan


metode pelatihan kerja yang relevan, efeltif, dan
_ efisien
sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.

(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) ditujukan


untuk meningkatkan produktivitas kerja. -
(3) Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Pelatihan tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud


qud" "y.1. (1) diselenggarakan oleh tJmUaga pendidikan
dan pelatihan kerja sesuai dengan ketentrlan peraturan
perundang-undangan.

(s) Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) diregistrasi oleh Minteri.
(6) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan
registrasi terhadap lembaga pendidikan dan pelatihan
kerja yang telah memilit<i izin dan/atau terakreditasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_undangan.

{7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi


lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sebagiimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dalam peratlran Menteri.

Bagian Ketiga . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

_40_

Bagian Ketiga
Sertifikasi Kompetensi Kerja
pasal 70

(1) S-etiap tenaga kerja konstruksi yang bekerjadi bidang Jasa


Konstruksi wajib memiliki Sertifikai Kompltensi Kerji.

(2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa wajib


mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dlmatsud pada
ayat (1).

(3) Sertilikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diperoleh melalui uji kompetensi sesuai dengan
Standar Kompetensi Kerja.

(4) Sertilikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diregistrasi oleh Menteri.

(s) P.1"t:T.131 uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi.

(6) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada


3yat (5) wajib mengikuti ketentuan pelaksanaan uji
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 71

(1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7O ayat (5) dapat dibentuk oteh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_
undangan.

(2) Akreditasi terhadap asosiasi rrofesi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a d-iberikan oleh Menteri
kepada asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;

C pemilihan
*o_*{

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-4t-
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan setelah mendapat
rekomendasi dari Menteri.
(41 Dalam hal lembaga sertifikasi profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk profesi tertentu belum
terbentuk, Menteri dapat melakukan Sertilikasi
Kompetensi Kerja.
(5) Setiap asosiasi profesi yang mendapatkan akreditasi wajib
menjalankan kewajiban yang diatur dalam peraturan
Menteri.
(6) Kete ntuan lebih lanjut mengenai tata cara akreditasi
asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
tata cara Menteri melakukan Sertifikasi Kompetensi Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Registrasi Pengalaman Profesional

Pasal T2
(1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional,
setiap tenaga keda konstruksi harus melakukan registrasi
kepada Menteri.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan tanda daftar pengalaman profesional.
(3) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pating sedikit memuat:
a. jenis layanan profesional yang diberikan;
b. nilai pekedaan konstruksi yang terkait dengan hasil
layanan profesional;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
d. nama Pengguna Jasa.
(4) Ketentuan . ..
1t{

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-42-
(4t Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara
pemberian tanda daftar pengalaman profesional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat 121 diatur
dalam Peraturan Menteri

Bagian Kelima
Upah Tenaga Kerja Konstruksi

pasal 73
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja berhak atas imbalan yang layak atas
layanan jasa yang diberikan.
(21 Imbalan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam
Tenaga Kerja Konstruksi Asing

Pasal 74
(1) Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki
rencana penggunaan tenaga ke{a asing dan izirt
mempekerjakan tenaga kerja asing.
(2t Tenaga kerja konstruksi asing dapa: melakukan pekerjaan
di bidang Jasa Konstruksi di Indonesia hanya pada
jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli di bidang
Jasa .Konstruksi yang akan dipekerjakan oleh pemberl
kerja harus memiliki surat tanda regislrasi dari Menteri.
(41 S-urat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga
kerja konstruksi asing menurut hukum negaranya.
(s) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib
melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada
tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(6) Pengawasan
PRESIDEN
REFUELIK INDONESIA

-43-

(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing


dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi
tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketujuh
Tanggung Jawab Profesi

Pasal 75
(1) Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa
Konstruksi harus bertanggung jarvab secara profesional
terhadap hasil pekerjaannya.
{2t Pertanggun$awaban secara profesional terhadap hasil
layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme penjaminan.

BAB VIII
PEMBINAAN

Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Pembinaan

Pasal 76

(1) Pembinaan Jasa Konstruksi yang menjadi tanggung jawab


Pemerintah Pusat diselenggarakan melalui:
a. penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi
nasional;
b. penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi yang bersifat strategis, lintas negara, lintas
provinsi, dan/atau berdampak pada kepentingan
nasional;
c. pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional;

d.pengembangan...
$l.b
-$gyr44F

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-44-
d. pengembangan kerja sama dengan pemerintah Daerah
provinsi dalam menyelenggarakan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; dan
e. dukungan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat.

(21 Pembinaan Jasa Konstruksi yang dilaksanakan oleh


gubernur sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) huruf e diselenggarak".,
a. penetapan pedoman teknis pelaksanaan -"l.lri,kebijakan
Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi;
b. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang
berdampak lintas kabupaten/kota di witayah provinsi; -
c. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan
pengembangan Jasa Konstruksi nasional di wilayah
provinsi; dan
d. penyelenggaraan pemberdayaan pemerintah Daerah
kabupaten/kota dalam kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8.
(3) Pembinaan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah dilakukan oleh gubernur dan/atau
walikota/bupati.
(4) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh pemerintah Daerah di
kabupaten/kota dilaksanakan melalui:
a. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang
berdampak hanya di wilayah kabupaten/kota; dan
b. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan
Jasa Konstruksi nasional di wilay-ah kibupaten/kota.

pasal 77
Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76, Pemerintah Pusat dapat mengikutsertakan masyarakat
Jasa Konstruksi.

Bagian Kedua . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-45-
Bagian Kedua
Pendanaan

Pasal 78
(1) Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 dan sub-urusan Jasa Konstruksi yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat sebagaimani
dimaksud_ dalam pasal 5 dan pasal 6 didanai dengan
anggaran pendapatan dan belanja negara.
(2t Penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi yang
menjadi kewenangan pemerintah Daerah provinsi dan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam pasal Z dan pasal g didanai -dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Bagian Ketiga
Pelaporan

Pasal 79

(1) Gubernur melaporkan penyelenggaraan sub_urusan


Jasa
Konstruksr. kepada Menteri yang menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan l"po..., penyelenggaraan
Pemerintah Daerah provinsi a.ig"i k.t..rtu".,
peraturan perundang-undangan."."r"i
(2) Bupati dan walikota melaporkan penyelenggaraan sub_
urusan Jasa Konstruksi kepada gubernur
frng menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisihkan ae"ga" lapoian
penyelenggaraan pemerintah Daerah kabirpaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perunda.rg_undangan.

Bagian Keempat
Pengawasan

Pasal 80
dan/atau pemerintah Daerah
sesuai dengan
I:=l:,:l_ry^"at
Kewenangannya melakukan _ pengawasan terhaJap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputf
a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

b. tertib. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-46-
b. tertib usaha dan perizinan tata bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundan gan_un C"angan; dan
c. tertib pemanfaatan dan kinerja penyedia Jasa dalam
menyelenggarakan Jasa Konstruksi.

pasal 8l
Selain
_melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80, Pemerintah pusat melakufan p.rrg"*rsan terhadap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada:
a. bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri; dan
b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia.

pasal g2
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana
-
dimaksud dalam Pasal 76 sampai dengan pasal gl diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

BAB IX
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI

Pasal 83
(1) Untuk menyediakan data dan infornasi yang akurat dan
terintegrasi dalam penyelenggaraan jasa" Konstruksi
dibentuk suatu sistem informasi-yang terintegrasi.
(2) Sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat data dan informisi yang berkaitan
dengan:
a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa
Konstruksi yang dilakukan oleh Femerintah pusat dan
Pemerintah Daerah;
b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan Pemerin tah Pusat dan pemerintah Dairah]
dan
c
lugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi.

(3) Setiap
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-47-
(3) Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi
yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan
data dan informasi dalam rangka tugas pembinaan dan
layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(41 Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikelola oleh Pemerintah Pusat.

(5) Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan


pemeliharaan sistem informasi yang terintegrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dibebankan kepada
anggaran pendapatan dan belanja negara.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang


terintegrasi diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB X
PARTI SIPASI MASYARAKAT

Pasal 84

(1) Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat


sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi.

(2) Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui satu lembaga
yang dibentuk oleh Menteri.

(3) Unsur pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 dapat diusulkan dari:
a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;
b. asosiasi profesi yang terakreditasi;
c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi
kriteria; dan
d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria.
(4) Selain unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
pengurlts lembaga dapat diusulkan dari asosiasi terkait
rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.

(5) Pengurus ...


i!,-
-]d\

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-48-
(5) Pgngurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan
dari Dewan Perwakilan Ralryat.
(6) Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diberikan oleh Menteri kepada yang memenuhi
persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah;
dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) Penyelenggaraan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) yang dilakukan oleh lembaga
dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja n"g"ia
dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan keteniuan
peraturan perundang-undangan.
(8) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam
penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan
lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3f merupakan
penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(9) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian
kewenangan Pemerintah pusat yang mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 85
(1) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara:
a mengakses informasi dan keterangan terkait dengan
kegiatan konstruksi yang berdampak pada kepentingan
masyarakat;
b melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya
mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi
terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan
Jasa Konstruksi; dan

c. membentuk . .
Sr,

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-49-
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha
di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Selain berpartisipasi dalam pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), masyarakat juga dapat
memberikan masukan kepada Pemerintah pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan Jasa
Konstruksi.

(3) Partisipasi masyarakat dilakukan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaduan, gugatan, dan


upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Pasal 86
(1) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf b akan adanya
dugaan kejahatan dan/ atau pelanggaran yang disengaja
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses
pemeriksaan hukum terhadap pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau
menghentikan proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

(2) Dalam ha1 terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf b terkait dengan
kerugian negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yErng
berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.

(s) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat


(2) dikecualikan daiam hal:
a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau
b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi.

Pasal 87...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-50-
pasal g7
Selain penyelenggaraan. partisipasi masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pall - 8_5, partisipasl masyaratat dapat
dilakukan oleh masyarakat Jasa-Konstrr:ksi melalui forum
Konstruksi. Jasa

BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA

pasal gg
(1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi
diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah
untuk
mencapai kemufakatan.

(2) musyawarah para pihak


?."1.T l"lpada sebagaimana
flimat<"sya ayat (1) tidak dapat mencapai suatu
Kemulakatan, para pihak menempuh tahapan upaya
penyelesaian
-sengketa yang tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.

(3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak


tercantum
dalam Kontrak Kerja Konstruksi dimaksud
pada ayat (21, para pihak yang"JU"g"i-""u
U..s"errgteta membuat
suatu- persetujuan tertulis tata
-"rrg"rr.-i
penyelesaian sengketa yang akan dipiliti'.
cara

(4) up.ava pe_nyelesaian sengketa


T1!i3a",
drmaksud pada ayat (2) meliputi:
sebagaimana

a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase.
(s) peny,elesaian sengketa
?,111 :rpay,a
yrdl (4) huruf a dan
sebagaimana
ilTlI:ld
oapat membentuk3y?t
dewan sengketa.
huruf b, para pihak

(6) Dalam hal.upaya penyelesaian sengketa dilakukan


dengan
membentuk dewan sengketa sebag-aima." Ji_"t""a
pXJ"
1I"! (5), pemilihan keanggotaan dewan sengketa
dilaksanakan berdasarkan pii.,"ip profesionafitas dan
tidak menjadi bagian dari sala-h ------
pi'fr*.
""t,
(7) Ketentuan.. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-51 -

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa


sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF

pasal 89
(1) Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki
Tanda Daftar Usaha Perseor€rngan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatantertulis;
b. denda administratif; dan/ atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi.
(2) Setiap badan usaha dan badan usaha asing yang tidak
memenuhi kewajiban memiliki Izin Usaha yang masih
berlaku sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (21
dan Pasal 34 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa:'
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif; dan/ atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi.

Pasal 90
(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi
tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa:
a. dendaadministratif;
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi; dan/ atau
c. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan
kewajiban sesuai dengan ketentuan piraturan perundang_
undangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (6)
dikenai sanksi administratif berupa:

a.peringatan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-52-
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan akreditasi; dan/ atau
c. pencabutan akreditasi.

Pasal 91
Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau
perseorangan Jasa Konstruksi asing yang usaha orang
akan melakukai
usaha Jasa Konstruksi tidak memenrrli t .tJrtu"n sebagaimana
dimaksud dalam pasal 32 dikenai sanksi administratif
berupa:
a. penngatan tertulis;
b. denda administratif; dan/atau
c' penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

pasal 92

Setiap. kantor perwakilan badan usaha asing yang


menjalankan kewajiban sebagaimana aimat<sud tidak
daram pasal 33
ayat (1) dikenai sanksi adminGtratif berupa:
a. penngatan tertulis;
b. denda administratif;
C. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/ atau
f. pencabutan izin.

pasal 93
Setiap Pengguna Jasa yang
tenaga kerja konstruksi pada _menggunakan rayanan profesional
y":g .tidak memperhatikan kuatifit<asi ;enjang jabatan ahli
standar .Lm"un".a"i minimal
sebagaimana dimaksud dalam pasal +S ayil'q
dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. dendaadministratif.

Pasal 94 ...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-53-
Pasal 94

Setiap Pengguna Jasa yang menggunakan penyedia Jasa yang


terafiliasi untuk pembangunan kepentingan umum tanpa
melalui tender atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

Pasal 95
Setiap Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian
pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
dan/atau
d. pembekuan izin.

Pasal 96

(1) Setiap Penyedia Jasa dan/atau pengguna Jasa yang tidak


memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c. penghenlian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/ atau
f. pencabutan izin.
(2\ Setiap Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa yang dalam
memberikan pengesahan atau persetujuan
-ela.rggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal SS ayat-12;
dikenai sanksi administratif berupa:

a. perlngatan .. .
PRES IDEN
REPU BLIK INDONESIA

54-
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan rayanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/alau
f. pencabut an izin.

pasal 97
Setiap. penilai ahli yang dalam melaksanakan
tugasnya tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksuJ
daram pasal 62
ayat (2) dikenai sanksi adminGtratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian dari tugas; dan/ atau
c. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi.

pasal 9g
Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewa.iban
untuk mengganti
m_empgrbaiki Kegagalan Bangunan
1tlu i*u.,u almil"uJ
dalam pasal 63 dikenai sanksi adriinistralf-;Tupa:
".b"g
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; danf atau
f. pencabutan izin.
Pasal 99
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja
di bidang Jasa
Konstruksi tidak memiliki Sertifi-"tat Xf_p.Lrr"i
sebagaimana dimaksud daiam pasai X.r.;.
zo-.vlijrf
sanksi administratif berupa pemberhentian dikenai
kerja. dari tempat
(2) Setiap Pengguna Jasa clan/ atau penyedia
Jasa yang
mempekerjakan tenaga_ kerja t orr"t.l1f"i- yr.,g
memiliki Sertifikat Kompetensi -fii'*ait"eirai tidak
dimaksud dalam pasat io ayat
Ked;-
"'.brgaima.ra
sanksi
administratif berupa:

a.denda..-
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-55-
a. denda administratif; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan iayanan Jasa
Konstruksi.
(3) Setiap lembaga sertilikasi profesi yang tidak mengikuti
ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ZO ayat (3) dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c. pembekuan lisensi; dan/ atau
d. pencabutan lisensi.

pasal 100
Setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai
9:rglt ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal z7 ayat (s) dikinai sanlksi admi-nistratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan akreditasi; dan/atau
c. pencabutan akreditasi.

pasal 101
(1) Setiap pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing yang
tidak memiliki rencana penggunaan tenaga - [er.;i
konstruksi asing dan izin mempi<erjakan tenaga keda
konstruksi asing sebagaimana dimaksud dalam pasal 74
ayat (1) dan mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing
yang tidak memiliki registrasi dari Menteri sebagaimani
dimaksud dalam pasal Z4 ayat (3), dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatantertulis;
b. dendaadministratif;
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi; dan/atau
d. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap.
-te_naga
kerja konstruksi asing pada jabatan ahli
yang tidak melaksanakan kewajiban p."glt^nuan
alih teknologi sebagaimana dimaksud "f*, dalim pasaldan
7+
ayat (5) dikenai sanksi administratif berupa:

a.peringatan...
-\.

PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-56-
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c. pemberhentian dari pekerjaan; dan/atau
d. pencantuman datam daftar hitam.

Pasal 102

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal g9 sampai
dengan Pasal 101 diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB X]II
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 103

Lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan pelaksanaan


dari Undang-Undang Nomor 1g Tahun fSgS t rrt".rg .f""a
Konstruksi (kmbaran Negara Republik Indonesia fahui tggS
Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3833) tetap menjalankan tugas- sertifrkasi dan registrasi
badan usaha dan tenaga kery'a lonstruksi sampai J".rg..,
terbentuknya lembaga sebagaimana dimaksud datam Unda"ng_
Undang ini.

BABXIV...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-57-
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 104

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:


a. semua peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor lg
Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 lrlomor 54 Tambahan
l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor 3g33)
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini;
dan

b Undang-Undang Nomor 18 Tahun lggg tentang Jasa


Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3833) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 1O5

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus


ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.

Pasal 106

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA

-58-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 12 J anuari 2OlZ

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januan 2OlT
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR


I1

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Asisten Deputi Bidang perekonomian,
uti Bidang Hukum dan
ndang-undangan,

Djaman
st

PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG

JASA KONSTRUKSI

I. UMUM

Pembangunan nasional bertujuan untuk me.wujudkan masyarakat


adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Lndang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan tujuan
pembangunan tersebut maka kegiatan pembangunan baik fisik maupun
non fisik memiliki peranan yang penting bagi kesejahteraan masyarakat.
Sektor Jasa Konstruksi merupakan kegiatan masyarakat dalam
mewujudkan bangunan yang berfungsi sebagai pendukung atau prasarana
aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan dan menunjang terwujudnya
tujuan pembangunan nasional.
Selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan, Jasa
Konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya
berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan
Jasa (onstruksi dan secara luas mendukung perekcnomian nasional. Oleh
karena penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus menjamin ketertiban dan
kepastian hukum, sedangkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata
kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa
konstruksi, maka perlu dilakukan penyempurnaan pengaturan bidang
Jasa Konstruksi.
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada
asas kejujuran dan keadilan, manfaat, kesetaraan, keserasian,
keseimbangan, profesionalitas, kemandirian, keterbukaan, kemitraan,
keamanan dan keselamatan, kebebasan, pembangunan berkelanjutan,
serta berwawasal lingkungan. Undang-Undang ini mengatur
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan tujuan untuk memberikan arah
pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas; mewujudkan tertib penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna Jasa

dan .
*tu
I
'/.

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-2-
dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan- perundang-
undangan; mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakai Ji UiJr.g
Jasa Konstruksi; menata sistem Jasa konstrukii yang mampu
mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan - t e"nyamaran
--
lingkungan terbangun; menjamin tata kelola p.r,y.t..rgg".alr, i"",
Konstruksi yang baik; dan menciptakan integrasi -nilai *iambah dari
seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstrukii.

_
Pengaturan penyelenggaraan Jasa Konstruksi dalam Undang_Undang
ini. dilakukan beberapa penyesuaian guna mengakomodasi kJbutuhan
|"|y- yang terjadi dalam praktik empiris di ma arakat dan dinamika
yang
legrslasi terkait dengan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Berkembangnya sektor_ Jasa Konstruk;i yang semakin kompleks
dan
semakin tingginya tingkat persaingan rayanan Jasa Konstrut<si uait<
ai
tingkat nasional maupun internasionar membutuhku., p"i'""g h;k"*
yang dapat menjamin kepastian hukum dan kepastian ,.ur,u
Ii bidang
Jasa Konstruksi terutama pelindungan bagi pingguna Jasa, penyedia
Jasa, tenaga kerja konstruksi, dan masyarakit Jasa Konstruksi.
Sebagai penyempurnaan terhadap Undang_Undang sebelumnya,
terdapat beberapa materi muata., y"rg diuba-h, aitai_rUat ia", --a""
disempurnakan daiam Undang-undang i-.ri antara rain cakupan
Jasa
Konstruksi; kualifikasi usaha Jasa Konstruksi; pengembanga. l"yurru.,
usaha Jasa Konstruksi; pembagian tanggung aan
-k;;";;;r.
.1a*a6
antara Pemerintah pusat dan pemerintat b".iatt dalam penyer""gg"'.".,
Jasa.Konstruksi; penguatan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; pengaturan
tenaga kerja konstruksi yang komprehensif baik tenaga te4a'kon'strut
lokai maupun asing; dibentuknya sistem informasi .fisa Xontruksi yang "r
terintegrasi; dan perubahan paradigma kelembagaan sebagai U.ilirf.
keikutsertaan masyarakat Jasa Konsiruksi daram penyelenggiraan
-ienekankanJasa
Konstruksi; penghapusan ketentuan pidana dengan
pada sanksi.serra
administratif dan aspek keperdataan a".r"* t.i i.f.ai
sengketa antar para pihak. Untuk menjamin kebe.lanjutan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Undang-gndang ini j";; f.Js.s
;.;;;;".
bahwa terh_adap adanya dugaan kejahatai dan/aLu p"t"igg.r"rr';i.h
Pengguna Jasa dan/atau pinyedia- Jasa, proses pemeriksaan
'
dilakukan dengan tidak -"rgg".rggu ut", minghentikan hukum
proses
penyelenggaran Jasa Konstruksi. Dahm har dugaan tgatratan danTatau
pelanggaran terkait dengan kerugian negara, pemeriksaan
hukum hanya
dapat dilakukan berdasarkan hasit p.-.Iik"""., d; i;;;g;;";;^;*
berwenang.

Secara
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_,J_

Secara umum materi muatan dalam Undang-Undang ini meliputi


tanggung jawab dan kewenangan; usaha Jasa Konstruksi;
penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan konstruksi; tenaga kerja konstruksi;
pembinaan; sistem informasi Jasa Konstruksi; pirtisipasi masyarakat;
penyelesaian sengketa; sanksi administratif; dan ketentuan peralihan.
Tanggung jawab dan kewenangan mengatur tentang pembagian
kewenangan antara Pemerintah Fusat, pemerintah Daerah provinsi -dan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang yang
mengatur mengenai Pemerintahan Daerah. Dalam pengaturan usaha Jasa
Konstruksi diatur mengenai struktur usaha Jasa Konitruksi, segmentasi
pasar Jasa Konstruksi; persyaratan usaha Jasa Konstruksi; badan usaha
Jasa Konstruksi dan usaha perseorangan Jasa Konstruksi asing;
pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi yakni Usaha penyediaan
Bangunan; dan pengembangan usaha berkelanjutan.
Selanjutnya Undang-Undang ini juga mengatur mengenai
penyelenggaraan Jasa Konstruksi ya.rg memuit penyeGnggaraan u"saha
Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Fenyediaan Bangunan.
Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dapat dikerjakan sendirl atau
meialui pengikatan Jasa Kontruksi, sedangka' p..,yll..rggaraan Usaha
Penyediaan Bangunan dapat dikerjakan sendiri atau meLlui perjanjian
p_enyediaan bangunan. Pentingnya pemenuhan standar rlamana.r,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi oleh pengguna
Jasa dan/atau Penyedia Jasa dimaksudkan untuk mencegah terja?"iny,
Kegagalan Bangunan.
Penguatan sumber daya manusia Jasa Konstruksi dalam rangka
menghadapi persaingan global membutuhkan penguatan secara regurasi.
undang-undang ini mengatur mengenai klasifikasi dan kualifikasi;
pelatihan tenaga kerja konstruksi; sertifikasi kompetensi kerja; registrasi
pengalaman profesional; upah tenaga kerja konstruksi; dan peng"aturan
tenaga kerja konstruksi asing serta tanggr-rng jawab profesi.

_ Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pemerintah pusat


melakukan pembinaan- yang mencakup penetapan kebijakan,
penyelenggaran kebijakan, pemantauan dan Lvaluasi, serta
penyelenggaraan pemberdayaan terhadap pemerintah Daerah. Selain itu
diatur ,.tentang pendanaan, pelaporaq dan pengawasannya. Untuk
menyediakan data dan informasi yang akurat dan lerintegrasi dibentuk
suatu sistem informasi Jasa Konstruksi yang terintegrasi dair dikelota oleh
Pemerintah Pusat.

Untuk
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-4-
Untuk mengakomodasi partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pemerintah pusat dapat
mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dalam menyelenggarakan
sebagian kewenangan Pemerintah pusat di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri, yang unsur-
unsurnya ditetapkan setelah mendapat persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Da-lam hal terjadi sengketa antar para pihak, Undang-Undang ini
mengedepankan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan.
Terhadap pelanggaran administratif dalam undang-Undang ini dikenai
sanksi administratif, sedangkan untuk menghindari kekosongan hukum
Undang-Undang ini mengatur bahwa lembaga yang dibentuk berdasarkan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1g Tahun 1999 tetap
menjalankan tugas sertifikasi dan registrasi terhadap badan usaha dan
tenaga kerja konstruksi sampai terbentuknya lembaga yang dimaksud
dalam Undang-Undang ini.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan "asas kejujuran dan keadilan,, adalah
bahwa kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan
tertib Jasa Konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi
berbagai kewajiban guna memperoleh haknya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ,,asas manfaat" adalah bahwa segala
kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan berlandas-kan
pada prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung
jawab, efisiensi dan efektivitas yang dapat menfrmin
terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan bagi kepentingan
nasional.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ,.asas kesetaraan. adalah bahwa
kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kesetaraan hubungan kerja antara pengguna
Jasa dan penyedia
-
Jasa.

Huruf d
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Huruf d
Yang dimaksud dengan ..asas keserasian" adalah bahwa
harmoni dalam interaksi antara Pengguna Jasa dan penyedia
Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
berwawasan lingkungan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermanfaat tinggi.

Huruf e
Yang dimaksud dengan ',asas keseimbangan,, adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus berlandaskan pada
prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbang"r,
kemampuan Penyedia Jasa dan beban kerjanya. pengguna ".rtar"
Jasa dalam menetapkan penyedia Jasa wajib mematuhiisas
ini, untuk menjamin terpilihnya penyedia Jasa yang paling
sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan
yang proporsional dalam kesempatan kerja pada penyedia
Jasa.

Huruf f
Yang dimaksud dengan "asas profesionalitas" adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi merupakan kegiatan profesi
yang menjunjung tinggi nilai profesionalisme.

Huruf g
Yang dimaksud dengan asas kemandirian" adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya nasional di bidang Jasa
Konstruksi.

Huruf h
Yang dimaksud dengan .,asas keterbukaan,, adalah bahwa
ketersediaan informasi dapat diakses oleh para pihak sehingga
terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan Jaia
Konstruksi yang memungkinkan para pifrat dapat
melaksanakan kewajibannya secara optimal, memperoieh
kepastian akan haknya, dan melakukan koreksi sehingga
dapat dihindari adanya kekurangan dan penyimpangan.

Huruf i
Yang dimaksud dengan ,.asas kemitraan" adalah bahwa
hubungan kerja para pihak yang bersifat timbal balik,
harmonis, terbuka, dan sinergis.

Hurufj .. .
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Hurufj
Yang dimaksud dengan .,asas keamanan dan keselamatan"
adalah bahwa terpenuhinya tertib penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja,
serta pemanfaatan hasil Jasa Konstruksi dengan tetap
memperhatikan kepentingan umum.

Huruf k
Yang dimaksud dengan "asas kebebasan" adalah bahwa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdapat kebebasan
berkontrak antara Penyedia Jasa dan pengguna Jasa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf I
Yang dimaksud dengan "asas pembangunan berkelanjutan"
adalah bahwa penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan
dengan memikirkan dampak yang ditimbulkan pada
lingkttngan yang terjaga secara terus menerus
aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.
-eny"rrgkut

Huruf m
Yang dimaksud dengan ,,wawasan lingkungan" adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi memperhatikan dan
mengutamakan pelindungan dan pemeliharaan lingkungan
hidup.

Pasal 3
Huruf a
Jasa Konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis
dalam sistem pembangunan nasional, untuk mendukung
berbagai bidang kehidupan masyarakat dan
menumbuhkembangkan berbagai industri barang dan jasa
yang diperlukan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Huruf b
Salah satu upaya untuk menjamin kesetaraan kedudukan
antara Pengguna Jasa dan penyedia Jasa dilakukan dengan
menertibkan penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
termasuk penerapan dokumen pelelangan dan dokumen
kontrak standar.

Huruf c
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-7 -

Huruf c
Partisipasi masyarakat meliputi partisipasi baik yang bersifat
langsung sebagai Penyedia Jasa, Pengguna Jasa, masyarakat
Jasa Konstruksi, dan pemanfaat hasil penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, maupun partisipasi yang bersifat tidak langsung
sebagai warga negara yang berkewajiban turut melaksanakan
pengawasan untuk menegakkan ketertiban penyelenggaraan
Jasa Konstruksi dan melindungi kepentingan umum.

Huruf d
Yang dimaksud dengan "kenyamanan lingkungan terbangun"
adalah suatu kondisi bangunan sebagai hasil penyelenggaraan
Jasa Konstruksi yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang
direncanakan.

Huruf e
Cukup jelas.

Humf f
Cukup jelas.

Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan omasyarakat Jasa Konstruksi"
adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan/ atau kegiatan yang berhubungan
dengan Jasa Konstruksi antara lain asosiasi perusahaan,
asosiasi profesi, pengguna jasa, perguruan tinggi, pakar,
pelaku rantai pasok, dan pemerhati konstruksi.

Huruf g ...
PRESIDEN
REPUBLII( INDONESIA
-8-
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "menteri teknis terkait' adalah menteri
lain yang memiliki keterkaitan dengan bidang Jasa Konstruksi.

Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Yang dimaksud dengan "rantai pasok Jasa Konstruksi"
adalah alur kegiatan produksi dan distribusi material,
peralatan, dan teknologi yang digunakan dalam
pelaksanaan Jasa Konstruksi.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Hurufj
Cukup jelas.

Huruf k
Cukup jelas.

Huruf l.. .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-9-
Huruf I
Cukup jelas.

Huruf m
Cukup jelas.

Huruf n
Cukup jelas.

Huruf o
Cukup jelas.

Huruf p
Cukup jelas.

Huruf q
Cukup jelas.

Huruf r
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan
percontohan antara lain pemberian pelatihan bagi
penerapan teknologi, metode, dan standar kompetensi
baru.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
Huruf e
Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompleksitas dari jenis layanan
profesional, biaya, risiko, dan teknologi dari
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang terkait dengan
hasil layanan profesional, dan/atau harga pasar yang
berlaku di provinsi tempat diselenggarakannya Jasa
Konstruksi.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Hurufj
Cukup jelas.

Huruf k
Cukup jelas.

Ayat (s)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Teknologi prioritas meliputi:
1) teknologi sederhana tepat guna dan padat karya;
2) teknologi yang berkaitan dengan posisi geografis
Indonesia;
3) teknologi konstruksi berkelanjutan;
4) teknologi material baru yang berpotensi tinggi di
Indonesia; dan
5) teknologi dan manajemen pemeliharaan aset
infrastruktur.

Hurufd . ..
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-12-
Huruf c
Pekerjaan Konstruksi terintegrasi merupakan gabungan antara
Pekerjaan Konstruksi dan jasa Konsultansi Konstruksi.

Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum
harus memenuhi kriteria yang mampu memberikan jasa
konsultansi secara utuh yang menghasilkan dokumen
pengkajian, perencanaan, perancangan, dan
pengawasan.
Humf b
Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
spesialis harus memenuhi kriteria yang mampu
melaksanakan bagian tertentu dari proses konsultansi
yang menghasilkan dokumen pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan/atau manajemen
penyelenggaraan konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum harus
memenuhi kriteria yang mampu mengerjakan bangunan
konstruksi atau bentuk fisik lain, mulai dari penyiapan
lahan sampai dengan penyerahan akhir atau
berfungsinya bangunan.

Huruf b
Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis harus
memenuhi kriteria yang mampu mengerjakan bagian
tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lain.

Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (s)
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Pekerjaan Konstruksi rancang bangun menunjukkan
integrasi penyediaan jasa antara pekerjaan Konstruksi
dengan Konsultansi Konstruksi yang mencakup seluruh
aspek penyelenggaraan Jasa Konstruksi, teApi tidak
mencakup proses pengadaan.

Huruf b
Cukup jelas.

Pasal 16
Perubahan klasifikasi produk konstruksi yang berraku secara
internasional dan perkembangan layanan usaha Jasa Konstruksi
antara lain perubahan skema klasifikasi-subkrasifikasi-produk
berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan/atau central product crassifications (cpc) untuk klasifikasi
usaha Pekerjaan Konstruksi.

Pasal 17
Ayat (1)
Dukungan rantai pasok sumber daya kontruksi
diselenggarakan dalam rangka menjamin klcukupan dan
keberlanjutan pasokan sumber daya konstruksi.
Usaha rantai pasok sumber daya konstruksi antara lain usaha
pemasok bahan bangunan, usaha pemasok peralatan
konstruksi, usaha pemasok teknologi konstruksi, dan usaha
pemasok sumber dava manusia.

Ayat (2)
il

PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal l8
Cukup jelas.

Pasal 19
Yang dimaksud dengan "usaha orang perseorangan" adalah usaha
yang dilakukan langsung oleh orang tersebut tanpa membentuk
badan usaha.

Pasal 20
Ayat (l)
Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan suatu
usaha Jasa Konstruksi dalam melaksanakan Jasa Konstruksi
pada saat yang bersamaan.

Ayat (21
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 2 1
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Ayat (1)
Kebijakan khusus dimaksudkan untuk mengembangkan badan
usaha Jasa _.Konstruksi dan tenaga kerja konstiuksi yang
berdomisili di provinsi dengan tetap mengedepankan prinsip
persaingan sehat.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 25...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_15_

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (21
Sertifikasi oleh Menteri merupakan proses pemberian sertifikat
atas penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap
klasifikasi dan kualifikasi atas kemampuan badan usaha di
bidang Jasa Konstruksi.
Registrasi oleh Menteri merupakan pendataan dan pencatatan
sertifikat badan usaha dalam rangka pembinaan Jasa
Konstruksi.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (41
Yang dimaksud dengan "Sertilikasi Badan Usaha" adalah
proses pemberian sertifikat atas penilaian untuk mendapatkan
pengakuan terhadap klasifrkasi dan kualifikasi atas
kemampuan badan usaha di bidang Jasa Konstruksi termasuk
penyetaraan badan usaha Jasa Konstruksi asing.
Pengajuan permohonan Sertifikasi Badan Usaha kepada
lembaga sertifikasi badan usaha dilakukan tanpa menghambat
proses pemohonan dan dengan tujuan agar proses Sertifikasi
Badan Usaha dapat dijangkau oleh badan usaha Jasa
Konstruksi yang berdomisili di kabupaten/ kota.

Ayat (s)
=t).

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-16-

Ayat (5)
Persyaratan akreditasi asosiasi badan usaha ditetapkan
dengan mempertimbangkan kategori asosiasi sesuai anggaran
dasar/anggaran rumah tangga yang meliputi asosiasi yang
bersifat umum atau khusus serta asosiasi yang memiliki
cabang atau tidak memiliki cabang.

Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Pemberdayaan kepada anggota antara lain dilakukan
melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, diseminasi,
dan sosialisasi yang terkait dengan usaha Jasa
Konstruksi.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengalaman usaha" adalah
pengalaman sebagai Penyedia Jasa atau Subpenyedia Jasa,
termasuk pengalaman sebagai Penyedia Jasa dalam rangka
kerja sama operasi, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat(4) ...
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
-t7-

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "tanggung renteng" adalah kerja sama
operasi yang dimulai saat mengikuti proses pemilihan,
pelaksanaan, sampai dengan pengakhiran pekerjaan
konstruksi secara bersama-sama dan secara sendiri-sendiri
dengan tanggung jawab yang sama kepada penggunajasa.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengembangan usaha berkelanjutan"
adalah upaya terus-menerus yang dilakukan untuk menjaga
atau meningkatkan kemampuan badan usaha, sehingga badan
usaha tersebut tetap marnpu melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan sertifikat badan usaha yang dimilikinya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (4)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Penyelenggaraan Jasa Konstruksiyang dikerjakan sendiri
merupakan kegiatan yang pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan, dan/ atau diawasi sendiri oleh kementerian,
lembaga, dinas, atau instansi sebagai penanggrrng jawab
anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "perjanjian penyediaan bangunan'
adalah perjanjian yang dilakukan antara pemilik dan/ atau
penanggung jawab bangunan dengan pemilik modal atau
pengembang untuk mewujudkan bangunan yang dibiayai dengan
dana investasi badan usaha dan/atau masyarakat. Yang
termasuk dalam pe{anjian penyediaan bangunan antara lain
perjanjian kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha,
perjanjian kerjasama antara pengembang dengan badan usaha
Jasa Konstruksi, yang pembayarannya dilakukan melalui
pengembalian investasi dalam tenggang waktu yang disepakati.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "badan" adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak
investasi, kolektif dan bentuk usaha tetap.

Ayat (3)
\

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "dipertanggunglawabkan secara
keilmuan" adalah dipertanggungiawabkan sesuai kaidah yang
sudah ada dan/atau sesuai prinsip atau teori
pertanggungjawaban yang dikembangkan sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
Kaidah dalam pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi
meliputi antara lain teknik dan keselamatan bangunan,
keuangan, kontrak, dan manajemen. Prinsip pengikatan
hubungan kerja Jasa Konstruksi berlaku untuk pengikatan
yang melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
BUMN, BUMD maupun Swasta.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "prakualilikasi" adalah proses penilaian
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan terhadap
badan usaha sebelum pemasukan dokumen penawaran.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "katalog" adalah informasi yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, tingkat komponen
dalam negeri, produk dalam negeri, produk SNI, produk hijau,
negara asal, harga, penyedia, dan informasi lainnya terkait
barang atau jasa tertentu.

Ayat (a)
Huruf a
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dalam keadaan darurat
dapat dilakukan tidak hanya untuk bangunan yang
bersifat sementara narnun dapat juga untuk bangunan
yang bersifat pernanen.
Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_20_

Huruf c
Cukup je1as.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompleksitas dari jenis layanan
profesional, biaya, risiko, dan teknologi dari pekerjaan
konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional,
dan/atau harga pasar yang berlaku di provinsi tempat
diselenggarakannya Jasa Konstruksi.
Pengguna Jasa menjamin bahwa penyedia jasa yang
melaksanakan layanan jasa konsultasi menerapkan Standar
Remunerasi Minimal.

Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Yang dimaksud dengan "Penyedia Jasa yang terafiliasi" adalah
Penyedia Jasa yang memiliki suatu hubungan/pertalian dengan
pihak Pengguna Jasa karena:
a. hubungan kekerabatan/kekeluargaan karena perkawinan dan
keturunan sampai derajat kedua baik secara horizontal maupun
vertikal; atau
b. hubungan usaha dan/atau hubungan kerja, atau pihak yang
mempengaruhi pengelolaan perusahaan Pengguna Jasa.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46 ...
#Ti
-r)t>4i?
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t-
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2t
Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti perkembangan
kebutuhan untuk mengakomodasi bentuk-bentuk Kontrak
Kerja Konstruksi yang berkembang di masyarakat.
Bentuk kontrak mengikuti deliuery sgstem penyelenggaraan
konstruksi yaitu antara lain: rancang-penawaran-bangun
(design-bid-buildl; rancang-bangun (design-build);
perekayasaan-pengadaan-pelaksanaan (engineeing-
proanrement-constructionl; manajemen konstruksi; dan
kemitraan. Selain deliuery sAstem, bentuk kontrak juga
mengikuti sistem pembayaran dan sistem perhitungan hasil
pekerjaan. Sistem pembayaran jasa mencakup antara 1ain: di
l::rrka, progress, milestone, dan turnkey. Sedangkan sistem
perhitungan hasil peke{aan mencakup antara lain: lumsum,
harga satuan, gabungan harga lumsum dan harga satuan,
presentase nilai, cost reimbursable, dan target cost.

Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "identitas para pihak,, adalah
nama, alamat, kewarganegaraan, wewenang
penandatanganan, dan domisili.

Huruf b
Lingkup kerja meliputi hal-hal berikut:
1) Volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang
harus dilaksanakan termasuk volume pekerjaan
tambah atau kurang. Dalam mengadakan perubahan
volume pekerjaan, perlu ditetapkan besaran
perubahan volume yang tidak memerlukan
persetujuan para pihak terlebih dahulu.
Bagi pekerjaan perencanaan dan pengawasan,
lingkup pekerjaan dapat berupa laporanhasil
Pekerl'aan Konstruksi yang wajib
dipertanggungjawabkan yang merupakan hasil
kemajuan pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk
dokumen tertulis.

2) Persyaratan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
2) Persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus
dipenuhi oleh para pihak dalam mengadakan
interaksi.
3) Persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang
wajib dipenuhi oleh Penyedia Jasa.
4) Pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk
perlindungan antara lain untuk pelaksanaan
peke{aan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi
tenaga kerja dan masyarakat. Perlindungan tersebut
dapat berupa antara lain asuransi atau jaminan yang
diterbitkan oleh bank atau lembaga bukan bank.
5) Laporan hasil Pekerjaan Konstruksi dan/ atau
Konsultansi Konstruksi, yakni hasil kemajuan
pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen
tertulis.
Nilai pekerjaan, yakni jumlah besaran biaya yang akan
diterima oleh Penyedia Jasa untuk pelaksanaan
keseluruhan lingkup pekerjaan.
Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk
masa pemeliharaan.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Yang dimaksud dengan "informasi" adalah dokumen yang
lengkap dan benar yang harus disediakan pengguna Jasa
bagi Penyedia Jasa agar dapat melakukan pekerjaan
sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
Dokumen tersebut, antara lain meliputi izin mendirikan
bangunan dan dokumen penyerahan penggunaan
lapangan untuk bangunan beserta fasilitasnya.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Pembayaran dapat dilaksanakan secara berkala, atau
atas dasar persentase tingkat kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, atau cara pembayaran yang dilakukan
sekaligus setelah proyek selesai.

Huruf g ...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-23-
Huruf g
Yang dimaksud dengan "wanprestasi,, adalah suatu
keadaan apabila salah satu pihak dalam Kontrak Kerja
Konstruksi:
1) tidak melakukan apa yang diperjanjikan; dan/atau
2) melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan; dan/atau
3) melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat;
dan/ atau
4) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak
boleh dilakukannya.
Tanggung jawab antara lain berupa pembbrian
kompensasi, penggantian biaya dan/atau perpanjangan
waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil
pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang
diperjanjikan, atau pemberian ganti rugi.

Huruf h
Penyelesaian perselisihan memuat ketentuan tentang
tatacara penyelesaian perselisihan yang diakibatkan
antara lain oleh ketidaksepakatan dalam hal pengertian,
penafsiran, atau pelaksanaan berbagai ketentuan dalam
Kontrak Kerja Konstruksi serta ketentuan tentang tempat
dan cara penyelesaian.
Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain
musyawarah, mediasi, arbitrase, ataupun pengadilan.

Huruf i
Cukup jelas.

Hurufj
Keadaan memaksa mencakup:
1) keadaan memaksa yang bersifat mutlak (absolut)
yakni bahwa para pihak tidak, mungkin
melaksanakan hak dan kewajibannya;dan
2) keadaan memaksa yang bersifat tidak mutlak (relatif),
yakni bahwa para pihak masih dimungkinkan untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya.
Risiko yang diakibatkan oleh keadaan memaksa dapat
diperjanjikan oleh para pihak, antara lain melalui
lembaga pertanggungan (asuransi).

Huruf k . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
Huruf k
Cukup jelas.

Huruf I
Pelindungan pekerja disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, serta
jaminan sosial tenaga kerja.

Huruf m
Pelindungan terhadap pihak ketiga berlaku selama masa
pertanggungan.

Huruf n
Aspek lingkungan meliputi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan lingkungan hidup.

Huruf o
Jaminan akibat dari Kegagalan Bangunan tidak harus
berbentuk jaminan terkait langsung dengan keuangan.

Huruf p
Cukup jelas.

Ayat (21
Yang dimaksud dengan "insentif' adalah penghargaan yang
diberikan kepada Penyedia Jasa atas prestasinya, antara lain,
kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih awal daripada
yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu sesuai dengan
yang dipersyaratkan. Insentif dapat berupa uang ataupun
bentuk lainnya.

Pasal 48
Yang dimaksud "kekayaan intelektual,, adalah hasil inovasi
perencana konstruksi daiam suatu pelaksanaan Kontrak Kerja
Konstruksi baik bentuk hasil akhir perencanaan dan/atau bagian
bagiannya yang kepemilikannya dapat diperjanjikan.
Penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang telah terdaftar harus
dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 5O
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-25-
Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Pengikutsertaan Subpenyedia Jasa dibatasi oleh adanya
tuntutan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
ditempuh melalui mekanisme subkontrak, dengan tidak
mengurangi tanggung jawab penyedia Jasa terhadap seluruh
hasil pekerjaannya.
Pengikutsertaan Subpenyedia Jasa bertujuan memberikan
peluang bagi subpenyedia jasa yang mempunyai keahlian
spesifik melalui mekanisme keterkaitan dengan penyedia Jasa.
Yang dimaksud dengan "pekerjaan utama" adalah rangkaian
kegiatan dalam suatu penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
memiliki tingkat risiko terbesar dalam mengakibatkan
terjadinya keterlambatan penyelesaian Jasa Konstruksi.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ,pekerjaan penunjang" adalah
rangkaian kegiatan dalam suatu penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang bukan merupakan bagian dari pekerjaan
utama.

Ayat (41
Hak Subpenyedia Jasa, antara lain adalah hak untuk
menerima pembayaran secara tepat waktu dan tepat jumlah
yang harus dijamin oleh Penyedia Jasa. Dalam ha-l ini
Pengguna Jasa mempunyai kewajiban untuk memantau
pelaksanaan pemenuhan hak subpenyedia jasa oleh penyedia
Jasa.
Hak dan kewajiban Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa
memuat tanggung jawab atas biaya konstruksi yang
dilaksanakan oleh Subpenyedia Jasa.

Pasal 54
s dir
r{1
'Jt,

PRESIDEI..I
REPUBLIK INDONESIA
-26-
Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Ayat (l)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Yang dimaksud dengan "komitmen atas pengusahaan
produk Jasa Konstruksi" adalah janji pembayaran dalam
kurun waktu yang disepakati kedua belah pihak dan
dibuktikan secara tertulis dari pemilik, penguasa,
dan/ atau pengembang bangunan kepada penyedia Jasa
atas pembayaran Jasa Konstruksi yang dilakukan
melalui pola bagi hasil pengusahaan bangunan tersebut.

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "dokumen lain', antara lain jaminan
dalam bentuk barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

Ayat (s)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Ayat (1)
Jaminan ini hanya berlaku bagi penyedia Jasa utama, yaitu
Penyedia Jasa yang langsung melakukan pengikatan kontrak
dengan Pengguna Jasa.

Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "jaminan penawaran" adalah
jaminan yang diberikan peserta pemilihan kepada
kelompok kerja unit layanan pengadaan sebelum batas
akhir pemasukan penawaran.

Huruf b ...
\

PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-27 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan laminan pelaksanaan" adalah
jaminan bahwa Penyedia Jasa akan menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan Kontrak Kerja
Konstruksi.

Huruf c
Yang dimaksud dengan "jaminan uang muka" adalah
jaminan yang diberikan Penyedia Jasa kepada pengguna
Jasa sebelum Penyedia Jasa menerima uang muka untuk
memulai Pekerjaan Konstruksi.

Huruf d
Yang dimaksud dengan ,Jaminan pemeliharaan,, adalah
jaminan yang diberikan penyedia Jasa kepada pengguna
Jasa selama masa pertanggungan yaitu waktu a.rtara
penyerahan pertama kalinya hasil akhir pekerjaan dan
penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan.

Huruf e
Yang dimaksud dengan "jaminan sanggah banding"
adalah jaminan yang harus diserahkan oleh penyedia
Jasa yang akan melakukan sanggah banding.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "perjanjian terikat,, (suretg bond.) adalah
asuransi penjaminan antara penjamin dengin peiaksana
peke{'aan. Penjamin akan menjamin pelaksana pekerjaan atas
pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan pemltik proyek
kepada pelaksana pekerjaan. Aiuransi penjaminan -ini
biasanya dikeluarkan oleh perusahaa., asu.^.rii kirugian.

Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas

Pasal 59 . .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-28-

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud "penilai ahli" adalah penilai ahli di bidang
konstruksi. Penetapan Kegagalan Bangunan oleh penilai ahfi
dimaksudkan untuk menjaga objektivitas dalam penilaian dan
penetapan suatu kegagalan.

Ayat (3)
Penilaiahli dapat terdiri atas orang perseorangan, atau
kelompok orang atau lembaga.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pihak berwenang yang terkait, antara
lain aparat penegak hukum dan kementerian/lembaga lainnya.

Ayat (21
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.

Pasai 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-
Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Ayat (1)
Bidang keilmuan yang terkait Jasa Konstruksi antara lain
arsitektur, sipil, mekanikal, tata lingkungan, dan manajemen
pelaksanaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.

Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "diregistrasi" adalah proses pencatatan
untuk pangkalan data lembaga pendidikan dan pelatihan kerja
dalam rangka pengembangan tenaga keq'a konstruksi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Tenaga kerja konstruksi yang wqiib memiliki sertifikat
kompetensi adalah tenaga kerja konstruksi yang memiliki
jabatan kerja sebagai operator, teknisi atau analis] dan/ atau
ahli.

Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 7l
Ayat (l)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Persyaratan asosiasi profesi ditetapkan dengan
mempertimbangkan antara lain kategori asosiasi sesuai
anggaran dasar/anggaran rumah tangga, yang meliputi
asosiasi yang bersifat umum atau khusus serta asosiasi yang
memiliki cabang atau tidak memiliki cabang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal T2
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ,,tanda daftar pengalaman profesional,,
adalah dokumen yang memuat dan menjetaskan pengalaman
tenaga kerja konstruksi yang telah didaftarkan sLcara resmi
kepada Menteri.

Ayat(3) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-31 -
Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Ayat (r)
Yang dimaksud dengan "pemberi kerja" adalah badan hukum
yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing dengan
membayar upah atau imbalan.

Yang dimaksud dengan "rencana penggunaan tenaga kerja


asing" adalah rencana penggunaan tenaga kerja asing pada
jabatan tertentu yang disahkan oleh menteri yarrg
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk.
Yang dimaksud dengan "izin memperkerjakan tenaga kerja
asing" adalah izin tertulis yang diberikar oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk kepada pemberi
kerja tenaga kerja asing.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan njabatan tertentu" adalah jabatan
komisaris, direksi, manajer, dan ahli tertentu yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-32-
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 75
Ayat (1)
Tanggung jawab dilaksanakan berdasarkan prinsip keahlian
sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran
intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap
mengutamakan kepentingan umum.
Tanggung jawab tenaga kerja konstruksi sesuai dengan kode
etik masing-masing profesi yang terlibat.

Ayat (2)
Pertanggungiawaban secara profesional terhadap hasil layanan
Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui mekanisme
penjaminan yakni penjaminan keahlian.

Pasal 76
Ayat (1)
Huruf a
Kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional
ditetapkan secara terstruktur, tegas, dan dapat
menjawab kebutuhan riil di lapangan. pembinaan
merupakan tugas negara. Segala bentuk pembinaan Jasa
Konstruksi yang dilakukan memiliki tujuan untuk
mengembangkan kinerja setiap elemen dan proses
penyelenggaraan dalam sistem Jasa Konstruksi nasional
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
umum dan melindungi masyarakat umum.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan kebijakan pengembangan
Jasa Konstruksi nasional dari serta analisis dampak
setiap kebijakan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan Jasa Konstruksi daerah maupun nasional
sebagai bahan untuk perbaikan berkelanjutan kebijakan
yang sudah berjalan.

Huruf d
Cukup jelas

Huruf e ...
t

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
_33_

Huruf e
Cukup jelas.

Ayat (21
Huruf a
Pedoman yang diterbitkan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat hanya bersifat teknis tata laksana
dalam pelaksanaan kebijakan nasional Jasa Konstruksi
di wilayah provinsi.
Perumusan pedoman tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi nasional serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Pemerintah
Daerah.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 77
Cukup jelas.

Pasal 78
Ayat (1)
Yang didanai dengan anggaran pendapatan dan belanja Negara
adalah pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat dan
gubernur sebagai Pemerintah pusat.

Ayat (2)
Yang didanai dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah
pelaksanaan kewenangan sub-urusan Jasa Konstuksi yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pemerintahan daerah.

Pasal 79...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-34-
Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Cukup jelas.

Pasal 8 1
Cukup jelas

Pasal 82
Cukup jelas

Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2\
Huruf a
Cukup jelas.

Hurrf b
Data dan informasi yang berkaitan dengan tugas
pembinaan antara lain data tentang berbagai kebijakan
dalam pengembangan sumber daya manusia, usaha Jasa
Konstruksi, material dan teknologi konstruksi,
penyelenggaraan jasa konstruksi, Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan, serta
partisipasi masyarakat.

Huruf c
Data dan informasi yang berkaitan dengan layanan di
bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat
Jasa Konstruksi antara lain data hasil sertifikasi dan
registrasi terhadap usaha Jasa Konstruksi dan tenaga
kerja konstruksi.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (6)
\,

PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-35-
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat
antara lain registrasi badan usaha Jasa Konstruksi, akreditasi
bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi terkait
rantai pasok Jasa Konstruksi, registrasi pengalaman badan
usaha, registrasi penilai ahli, menetapkan penilai ahli yang
teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan, akreditasi
bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertilikasi profesi,
registrasi tenaga kerja, registrasi pengalaman profisionai
tenaga kerja serta lembaga pendidikan dan pelatihin kerja di
bidang konstruksi, penyetaraan tenagi kerja
membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan ""irrg,
tugas sertifikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan
lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi
profesi/ lembaga pendidikan dan pelatihan.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "lembaga, adalah lembaga
pengembangan Jasa Konstruksi.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (a)
Asosiasi terkait rantai pasok konstruksi antara lain asosiasi
terkait material dan peralatan konstruksi.

Ayat (s)
Dalam proses untuk mendapatkan persetqiuan dari Dewan
Perwakilan Ralryat Republik Indonesia, Menteri menyampaikan
calon pengurus lembaga sebanyak dua kali lipat d-ari jumlah
pengurus lembaga yang akan ditetapkan oleh Minteri.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (71
Cukup jelas.

Ayat (8)
PRESIDEN
REPU ELIK INDONESIA
-36-
Ayat (8)
Cukup jelas.

Ayat (9)
Pengaturan pembentukan lembaga antara lain tata cara
pemilihan pengurus, masa bakti, tugas pokok dan fungsi, serta
mekanisme kerja lembaga.

Pasal 85
Cukup jelas.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Yang dimaksud dengan "forum Jasa Konstruksi" adalah media bagi
masyarakat jasa konstruksi untuk menyampaikan aspirasi kepada
pemerintah dan/atau lembaga.

Pasal 88
Ayat (l)
Cukup jelas.

Ayat (21
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup je1as.

Ayat (5)
Yang dimaksud dengan ,,dewan sengketa,, adalah tim yang
dibentuk berdasarkan kesepakatan para pihak se.;aI
pengikatan Jasa Konstruksi untuk mencegah dan menengahi
s-engketa yang terjadi di dalam pelaksanaan Kontrak Kida
Konstruksi.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.

Pasal 90...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-37-

Pasal 90
Cukup jelas.

Pasal 9 1
Cukup jelas.

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Cukup jelas.

Pasal 94
Cukup jelas.

Pasal 95
Cukup jelas.

Pasal 96
Cukup jelas.

Pasal 97
Cukup jelas.

Pasal 98
Cukup jelas.

Pasal 99
Cukup jelas.

Pasal lO0
Cukup jelas.

Pasal 101
Cukup jelas.

Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Cukup jelas.

Pasal 105 . ..
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-38-
Pasal 1O5
Cukup jelas.

Pasal 106
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6018


PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 22 TAHUN 2020 TENTANG PERATURAN
PELAKSANAANUNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN
2017 TENTANGJASA KONSTRUKSI

I. Kombinasi dan Kodefikasi Jenis Sumber Daya Peralatan Konstruksi dan


Nomor Pengenal

1. Alur Pencatatan Sumber Daya Material Konstruksi


a. Permohonan pembuatan akun
ALURPENCATATANSUMBERDAYAMATERIALKONSTRUKSI:
TAHAP PERMOHONAN PEMBUATANAKUN

Mengirimkan Pencocokan data


tautan/ link .-----1 dengan KTP
aktivasi ke email Pengunggahan foto KTP
dalam rangka pencocokan
data produsen MPK

Mengajukan
Aktivasi akun
permohonan Akun
dengan cara klik Tenktlvasl
pembuatan akun
link aktivasi
pada SIMPK

Produsen MPK
AkunGagal Permohonan
mengajukan
permohonan
Permohonan dengan mengisikan: AktivHI ulang link aktivasi
Nama, alamat, email, kontak, NIK
pembuatan akun

TAHAPPENDAFTARAN

b. Pengisian ...

SK No 085101 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -
b. Pengisian data dan informasi serta pengunggahan dokumen
pen ca ta tan
ALURPENCATATANSUMBERDAYAMATERIALKONSTRUKSI:
TAHAPPENGISIAN & PENGUNGGAHANDATA
z
~
s
u
zw
Verifikasi
c..
kelengkapan
:::E
~ dokumen

Data yang dikategorikan mandatory maka wajib diisi, dan


apabila tidak diisi maka sistem tidak bisa melanjutkan ke
proses selanjutnya
Akses SIMPK
:.: dalam rangka Pengisian data Penggungahan
c.. Pengisian data
:::E pengisian dan terkait material dokumen yang
produsen MPK
z
w
penggunggahan konstruksi diperlukan
Ill data
::::)
Q Data produsen MPK terdiri Data yang diisikan jenis dan Dokumen yang diperlukan:
alas: Nama, Nomor KTPI spesifikasi, kapasitas produksi, sertifikat kesesuaian SNI,
~c.. sertifikat kesesuaian SNI, dan dan sertifikat TKDN.
NIK/ IUP, Jabatan, Alamat. sertifikat TKDN
Email, Kontak
TAHAP VERIFIKASI & VALIDASI
TAHAP PENGISIAN & PENGUNGGAHAN DATADALAM RANGKA PENCATATAN

c. Verifikasi dan validasi


ALURPENCATATANSUMBERDAYAMATERIALKONSTRUKSI:
TAHAPVERIFIKASI& VAUDASI
z Validasi kebenaran dokumen seperti sertifikat kesesuaian SNI dan
sertifikat TKDN dilakukan dengan berkoordinasi dengan Kementerian
Perindustrian dan Badan Standarisasi Nasional (BSN)
D•ta
Tervalidasl c
~z
w Validasi kebenaran
c.. Melakukan
D•ta dokumen - Data Tldok
:::E T ervertflkasl Valid klarifikasi validitas
mencocokan data
~ dengan dokumen
data

:.: Mendapatkan
c.. Melengkapi dan
notifikasi verifikasi
:::E
dan menunggu
~--------------------t memperbaiki data
z
w yang belum valid
tahap validasi data
s
Q
0
a:
c..

TAHAPVERIFIKASI & VALIDASI

d. Penerbitan ..

SK No 075596 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-

d. Penerbitan dan penetapan nomor pencatatan


ALURPENCATATANSUMBERDAYAMATERIAI..KONSTRUKSI:
TAHAPPENERBITAN& PENETAPANNOMORPENCATATAN
Dengant terbitnya nomor pencatatan, artinya
material konstruksi sudah tercatat dalam SIMPK Penetapan pencatatan
dan dapat dicek statusnya melalui SIMPK melalui SK dilakukan
setiap bulan

Menyampaikan
rekemendasi untuk
Menerbitkan selanjutnya
Nemer Pencatatan ditetapkan nemer
pencatatan

Mendapatkan Mendapatkan netifikasi


netifikasi data penerbitan nemer
tervalidasi pencatatan

TAHAP VERIFIKASI& VALIDASI TAHAP PENERBITAN NOMOR PENCATATAN

e. Publikasi dan pengarsipan data dan informasi


ALURPENCATATANSUMBERDAYAMATERIAI..KONSTRUKSI:
TAHAPPUBUKASI DAN PENGARSIPANDATADAN INFORMASI
z

§
zw
Publikasi dan
pengarsipan data dan
informasi
Q.

:E
I=

:.:
Q.
aII) Mengunduh dekumen
SK yang sudah
:.: dipublikasi
...
'.:::l
:E
w
Q.

TAHAP PUBLIKASI DAN PENGARSIPANDATA DAN INFORMASI

2. Alur ...

SK No 075597 A
PRES I OEN
REPLIBLIK INDONESIA

-4 -
2. Alur Pencatatan Sumber Daya Peralatan Konstruksi
a. Tahap permohonan Pembuatan Akun
ALURPENCATATANSUMBERDAYAPERALATANKONSTRUKSI:
TAHAPPERMOHONANPEMBUATANAKUN

Mengirimkan Pencocokan data


tautan/ link dengan KTP
aktivasi ke email Pengunggahan foto KTP
dalam rangka pencocokan
data Pemilik SDPK

Mengajukan
Aktivasi akun
permohonan Alcun
dengan cara klik T.aktlvasl
pembuatan akun
link aktivasi
pada SIMPK

Alcun Gagal Permohonan


Pemilik SDPKterdiri Permohonan dengan mengisikan: Alrtlvul ulang link aktivasi
atas: K/UDIV Sadan Nama, alamat, email, kontak, NIK
Usaha/ Perorangan

TAHAP PENDAFTARAN

b. Tahap pengisian data dan informasi serta pengunggahan dokumen


pencatatan
ALURPENCATATANSUMBERDAYAPERALATAN
KONSTRUKSI:TAHAPPENGISIAN&
PENGUNGGAHANDATA

Verifikasi
kelengkapan
dokumen

A Data yang dikategorikan mandatory maka wajib diisi, dan


apabila tidak diisi maka sistem tidak bisa melanjutkanke
proses selanjutnya
Akses SIMPK
dalam rangka Pengisian data Penggungahan
Pengisian data
pengisian dan teknis SDPK dokumen yang
pemilik SDPK
penggunggahan (per unit) diperlukan
data
Data teknis SDPKterdiri atas: Dokumen yang dipertukan:
Data pemilik SDPK terdiri Kategori alat, Merk, Tipe, Kapasitas, Foto unit, foto plat, foto
alas: Nama, Nomor KTP/ Tahun Pembuatan, Nornor Seri/ bukti kepemilikan, surat
NIK/ IUP, Jabatan, Alamat,
Email, Kontak Rangka/ Mesin, Bukti Kepemilikan. pernyataan kebenaran data
Lokasi, Kondisi, dan KeteranganLain
TAHAP VERIFIKASI & VALIDASI
TAHAP PENGISIAN & PENGUNGGAHAN DATA DALAM RANGKAPENCATATAN

c. Tahap ...

SK No 075598 A
PRES ID EN
REF?UBUK lNDONESIA
- 5-

c. Tahap verifikasi dan validasi


ALURPENCATATANSUMBERDAYA PERALATANKONSTRUKSI:
TAHAPVERIFIKASI& VAUDASI
Validasi kebenaran dokumenseperti bukti
kepemilikan dapat dilakukan dengan
bekerjasamadenganagen tunggal
Data
Tervalldasl c
Validasi kebenaran
Melakukan
Data dokumen - Data Tldak
Ten1enflkas1 mencocokan data Valid klarifikasi validitas
data
dengan dokumen

:,,:
Mendapatkan
Melengkapi dan
notifikasi verifikasi
Cl.
cII) dan menunggu
~--------------------t memperbaiki data
yang belum valid
:,,: tahap validasi data
~
i
w
Cl.

TAHAP VERIFIKASI & VALIDASI

d. Tahap penerbitan dan penetapan nornor dan tanda pencatatan


ALURPENCATATANSUMBERDAYAPERALATAN KONSTRUKSI:
TAHAPPENERBITAN& PENETAPANNOMOR& TANDAPENCATATAN
z Dengant terbitnya tanda
pencatatan, artinya unit SDPK Penetapanpencatatan
~
s
u
zw
sudah tercatat dalam SIMPK
dan dapat dicek statusnya
melalui SIMPK
melalui SK dilakukan
setiap bulan

Cl.
Menerbitkan
::E
Nomor dan Tanda
~ Pencatatan

Mendapatkan notifikasi
penerbitan tanda
:,,: Mendapatkan pencatatan dan
Cl.
cII) notifikasi data mencetak tanda
tervalidasi pencatatan sesuai
:,,:
~
.... ketentuan untuk
::E ditempelkan pada unit
w
Cl.
EX 1997189912895

TAHAP VERIFIKASI & VALIDASI TAHAP PENERBITAN NOMOR & TANDA PENCATATAN

e. Publikasi ...

SK No 075599 A
PRES I OEN
REl?UBLIK INDONESIA

- 6-
e. Publikasi dan pengarsipan data dan informasi.
ALURPENCATATANSUMBERDAYAPERALATANKONSTRUKSI:
TAHAPPUBUKASI DAN PENGARSIPANDATADAN INFORMASI
z
Melaksanakan
SOPK
Belum
proses
~
u
LulusUJI pemeriksaan dan
Publikasi dan
zw pengujian
pengarsipan data dan
a. informasi
:E Pelaksanaanriksa-uj terhadap
i:: SDPK telah melalui r ksa uji dan memiliki alat berat konstruksi dilakukan
Surat Keterangan M menuhi Syarat K3 dari melalui PJK3 sesuai ketentuan
Kementerian Ket akerjaan

SOPK lulus Dokumen riksa & uji


:.:: uJI
a. berupa Surat
Q
U)
Keterangan Memenuhi 1------------'
:.:: Syarat K3 dicatatkan
...
~
:E
dan diunggah dalam
SIM PK
w
a.

TAHAP PUBLIKASI DAN PENGARSIPAN DATADAN INFORMASI

3. Kodefikasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi

·.
No Kategori Kode Subkategoti Kode KAPASITAS
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Excavator EXC Capacity (m3)

Net Power (HP); Bucket


Earth Works EW Bulldozer BDZ Capacity (m3)

Net Power (HP); Blade


Earth Works EW Motor Grader MGD Width (m)

Net Power (HP); Bucket


Earth Works EW Track Loader TLD Capacity (m3)
1
Net Power (HP); Drum
Earth Works EW Padfoot Rollers PFR Width (m)

Net Power (HP); Mixer


Earth Works EW Soil Stabilizer SST Depth (mm)

Net Power (HP); Blade


Earth Works EW Wheel Dozer WLD Capacity (m3)

Net Power (HP); Bucket


Earth Works EW Wheel Loader WLL Capacity (m3)

Earth.

SK No 075601 A
PRES I OEN
REPLJBLIK INOONESIA
-7-
;__ ., . --
l>-,.-;.•N§>'ii "'
-l
ii . _
'
....
.
-Koae subkat<:!goti
::\·:/·"·:,.'.. •·
- --· •\- - .: KAPASI'I'AS > :> '
; ----- I-'.-;-
·--- ' - -
'
. '. . .-. : ,> , ..• ., - ,·-·'::::·\••···t
. •-·:;:.•_- ;-_ >•••·•_::•. ·'·.-·-;;,:··-_ .,, .• -_ . • - --···-··/·- ·····!•--- - -•-·
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Wheel Loader WLL Capacity (m3)
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Backhoe Loader BLD Capacity (m3)
Net Power (HP); Bucket
I Earth Works EW Wheel Excavator WEX Capacity (m3)
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Skid Steer Loader SSL Capacity (m3)
Net Power (HP); Pulling
Earth Works EW Tractor TRC Power (ton)
Net Power (HP); Max
Earth Works EW Surface Drill SFD Depth (m)
Landfill Net Power (HP); Blade
I Earth Works EW Compactor LFC Capacity (m3)
Earth Works ( silahkan diisi oleh
(Others) EW Others OEW pemilik)

Crushing and
Capacity (ton/h); Power
Material Screening Plants
(kVA)
Production MP (portable) CPP
...
Crushing and
Capacity (ton/h); Power
Material Screening Plants
(kVA)
Production MP I (stationary) CPS
I
Material Asphalt Mixing Capacity (ton/h); Power
Production MP Plants AMP (kVA)
2
Material Net Power (Hp);
Production MP Concrete Mixer CCM Kapasitas Drum (liter)

Batching and Net Power (kw);


Material Mixing Plants Kapasitas Produksi
Production MP Concrete CBP (m3/jam)

Material
- ( silahkan diisi oleh
Production
pemilik)
(Others) MP Others OMP

Lifting Net Power (Hp); Lifting


3
Equipment LTE Truck Crane TKC Capacity (Ton)

Lifting ...
SK No 076426 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 8-
?N"~?
. ".
.. T7 ,.j. .·.··• ·····•· °t{•;:.f-;i};i':f. ,}? }ko_r1·~~
·<:).· . ( ., . , , . . -· 'i;)}/:C.C::\' . ,.Ji)'"./'} ;~H9~-~.J~fo,(,_':'.:.c\}t 'c;.{.U:,-..;;i~·.-~
,/}tF•''T,)}i'
\i:i/;,t; ,~.nAt- . - , ~{lf!Iii:'.;;\f'·, i
-Nl'.PC4'N
t::r•· . _ >,,,·:•.:hfi;f,t;:::;:.r
Lifting Truck Mounted Net Power (Hp); Lifting
Equipment LTE Crane TMC Capacity (Kg)
Lifting Jib Max (Ton); Panjang
Equipment LTE Tower Crane TWC Jib (m)
Lifting Telescopic Net Power (Hp); Lifting
Equipment LTE Handler TCH Capacity (Kg)
Lifting Net Power (Hp); Lifting
I Equipment LTE · All-Terrain Crane ATC Capacity (Ton)
Lifting Lattice Boom Net Power (Hp); Lifting
Equipment LTE Crawler Crane LBC Capacity (Ton)
Lifting
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik)
(Others) LTE Others OLT

Paving Asphalt Finisher Net Power (kw); Paving


Equipment PE (tracked) AFT Width (m)
Paving Asphalt Finisher Net Power (kw); Paving
Equipment PE I (wheeledj AFW Width (m)
I
!
Paving Net Power (Hp); Paving
'Equipment PE Concrete Paver CCP Width (m}
Paving Net Power (Hp};
Equipment PE Bridge Finisher BGF Machine Length (m)

Paving Net Power (Hp}; Berat


4 Equipment PE Compactors COM (Ton}

Paving Pneumatic Tire Net Power (Hp}; Berat


Equipment PE Roller PTR (Ton}

Paving Double Drum Net Power (Hp}; Berat


Equipment PE Compactor DDC (Ton}

Paving Road Milling Net Power (Hp); Berat


Equipment PE Machine RMM (Ton) ...
Paving
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik}
(Others) PE Others OPE

Foundation . . .

SK No 076479 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA

-9 -
\j;z-
~,~,-- : -
.
,-' . -. .. :t?r ·- .,, ___ - __ . . .
:,: ~g}'. ;,~
,.,_,, -"" ---- ,.';i' .·,<,,.:;< i-'.:;pa.~ hk~ fo'c7o'r:;,.
-. . :--<.--:0 <;. ·- '
l<od~ "" ,Ii, i•//,'>;-
., · • ... --~-•
-. C\J\;.,;:'
-··;;;-, n;;, ..
I
<\{,
c,:{.:>....
1
.';,(':;:
,.,
·

Foundation Net Power (HP); Max


Equipment FE Rig Bore Pile RBP Depth (m)
Foundation Net Power (HP); Berat
Equipment FE Diesel Hammer DLH Hammer (Kg)
Elektrik Power (Kw);
Foundation Eccentric Power (Kg-
5
Equipment FE Vibro Hammer VHM cm)
Foundation Elektrik Power (Kw);
Equipment FE Grout Pump GPP Grout Flow (liter/ min)
Foundation
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik)
(Others) FE Others OFE
Erection Lifting Capacity (Ton);
Equipment EE Launcher Beam LAB Panjang Launcher (m)
6 Erection
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik)
(Others) EE Others OEE

Net Power (HP);


Concrete Activity CA Concrete Pump CTP Pressure (Bar)
Collar Size Diamter
Concrete Activity CA Concrete Vibrator CTV (mm); Berat (kg)
7
Trowel Diameter (mm);
Concrete Activity CA Power Trowel PRT Trowel Speed (rpm)
Concrete Activity ( silahkan diisi oleh
(Others) CA Others OCA pemilik)

Prestress
Tool Capacity (Ton);
Concrete
Nomina Strand (inch)
Equipment PCE Pre-stress Tools PST
8 Prestress
Concrete ( silahkan diisi oleh
Equipment pemilik)
(Others) PCE Others OPC
Special Hole Diameter (mm),
9
Equipment SE Jumbo Drill JDL Drilling Coverage (m2)

Special ...
SK No 076488 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -
I lZ<:>
-·· ''i . .L kaae ··.
tka.. "-
•··· <J -·-
-.c'

.
'nr!P.
:-·JI.--__""'.'"--
. /. KADA;[i11,tc :
•"'.; "':77"' 7"·-,.,=--·:1.::
.\ \ . fr) / . '(
Special
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik)
(Others) SE Others OSE

Net Power (kw); Tinggi


Light Equipment LE Light Tower LTR Tower (m)

Light Equipment LE Generator Set GST Kapasitas (kVA)

10 Operating Pressure
Portable Air (kgf/cm); Free Air
I
Light Equipment LE Compressor PAC Delivery (m3 / min)

Light Equipment ( silahkan diisi oleh


(Others) LE Others OLE pemilik)

Power (Ps); Dump


I .
Transportation TP Dump Truck DTK Capacity (m3)
I-
Power (Ps); Mixer
11
Transportation TP Truck Mixer TMR Capacity (m3)
I
II Transportation ( silahkan diisi oleh
I
I
(Others) TP Others OTP pemilik)
Surveying and
-
Testing ST Auto Levels ALS
12
Surveying and ( silahkan diisi oleh
Testing (Others) ST Others. OST pemilik)
i

4. Format ...

SK No 076489 A
PRES I OEN
REPLIBLIK ~NDONESIA
- 11 -

- -·
••••• 1000001 1
EXC-! 994--1-20-00000!

I: Individu
P: Perusahaan
K: Kementerian/Lembaga/Instansi/Daerah

II. Rincian . . .

SK No 075602 A
PRESIDEN
REPLIBLIK INDONESIA

- 12 -

II. Rincian Persyaratan Kompetensi Khusus Tenaga Kerja Konstruksi

Doktor/ Doktor Terapan/Pendidikan


Minimal O tahun
5pesialis 2
Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 9 52/ 52 Terapan /Pendidikan Spesialis1 Minimal 8 tahun
Ahli Jenjang 9
Pendidikan Profesi Minimal 10 tahun
51/51 Terapan/ D4 Terapan Minimal 12 tahun
Magister/ Magister Terapan/ 52/ 52
Minimal O tahun
Tera an Pendidikan 5 esialis 1 Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 8
Ahli Pendidikan Profesi Minimal 10 tahun Ahli Jenjang 8
51/51 Terapan/ D4 Terapan Minimal 12 tahun
Pendidikan Profesi Minimal O tahun
51/51 Terapan/ D4 Terapan (dengan
pemberian kompetensi tambahan Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 7 Minimal O tahun
untuk fresh graduate, masa berlaku Ahli Jenjang 7
SKK adalah 1 tahun))
51/51 Terapan/ D4 Terapan Minimal 2 tahun
Sl/Sl Terapan/ D4 Terapan Minimal O tahun
D3 Minimal 4 tahun Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 6
D2 Minimal 8 tahun Teknisi/Analis Jenjang 6
Dl Minimal 12 tahun
D3 Minimal O tahun
D2 Minimal 4 tahun
Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Teknisi/ Analis Jenjang 5 Dl/5MK Plus Minimal 8 tahun
Teknisi/Analis Jenjang 5
5MK Minimal 10 tahun
SMA Minimal 12 tahun
D2 Minimal O tahun
Dl/5MK Plus Minimal 2 tahun Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 4
5MK Minimal 4 tahun Teknisi/Analis Jenjang 4
5MA Minimal 6 tahun
Dl/5MK Plus Minimal O tahun
5MK Minimal 3 tahun Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 3
5MA Minimal 4 tahun Operator Jenjang 3
Pendidikan Dasar Minimal 5 tahun
Operator 5MK Minimal O tahun
Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 2 5MA Minimal 1 tahun
Operator Jenjang 2
Pendidikan Dasar Minimal 2 tahun
Pendidikan Dasar Minimal O tahun Lulus Uji Kompetensi Jabatan
Jenjang 1
Non Pendidikan (dengan PBK) Minimal 2 tahun Operator Jenjang 1

III. Penetapan .

SK No 076490 A
PRES I PEN
REPLIBLIK lNDONESIA
- 13 -
III. Penetapan Klasifikasi dan Subklasifikasi

KLASIFIKASI SUB KLASIFIKASI

ARSITEKTUR
ARSITEKTURAL
SIPIL
GEDUNG
MATERIAL
JALAN
JEMBATAN
LANDASAN UDARA
TEROWONGAN
BENDUNG DAN BENDUNGAN
IRIGASI DAN RAWA
SUNGAI DAN PANTAI
AIR TANAH DAN AIR BAKU
BANGUNAN AIR MINUM
BANGUNAN AIR LIMBAH
BANGUNAN PERSAMPAHAN
DRAINASE PERKOTAAN
GEOTEKNIK DAN PONDASI
GEO DESI
JALAN REL
BANGUNAN MENARA
BANGUNAN PELABUHAN
TESTING DAN ANALISIS TEKNIK
BANGUNAN LEPAS PANTAI
PEMBONGKARANBANGUNAN
GROUTING

Mekanikal ...

SK No 075603 A
PRES I OEN
REPUBJ_JK lNDONESIA

- 14 -
KLASIFIKASI SUB KLASIFIKASI
.. ·.•

MEKANIKAL .',
·.··

TEKNIK TATA UDARA DAN


REFRIGASI
PLUMBING DAN POMPA MEKANIK
PROTEKSIKEBAKARAN
TRANSPORTASIDALAMGEDUNG
TEKNIK MEKANIKAL
ALATBERAT
TEKNIK LIFTING
·.· .. ··· . '· ,·.
I
TATA LINGKUNGAN · .. ·

TEKNIK AIR MINUM


TEKNIK LINGKUNGAN ·
TEKNIK AIR LIMBAH
TEKNIK PERPIPAAN
TEKNIK PERSAMPAHAN
.··

.•. ..
MANAJEMEN
. PELAKSANAAN · . ·.·

KESELAMATAN KONSTRUKSI
MANAJEMEN
KONSTRUKSI/MANAJEMEN
PROYEK
HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI
PENGENDALIAN MUTU
PEKERJAAN KONSTRUKSI
ESTIMASI BIAVA KONSTRUKSI
MANAJEMEN ASET HASIL
PEKERJAAN KONSTRUKSI
..' _:

~RSITEKTUR.LANSKi\P,
ILU],'VIINASI DAN ·oESAIN
INTERIOR
. · ·.• ·.

ARSITEKTUR LANSKAP
TEKNIK ILUMINASI
DESAIN INTERIOR

Perencanaan ..

SK No 075604 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
1\~~~~~~l\Ii".AAN?w1tiYAH·· · •c
.
niN<Ko~A·
PERENCANA.A.N WILA Y.AH
PERENCANA.A.N KOT A (URBAN
PLANNING
PERA.NCA.NGA.N KOT A (URBAN
DESIGN
S~Ii".~ DAN REKAYASA .>

tr~~N1K< ·
INVESTASIINFRA.STRUKTUR
KOMPUTASI KONSTRUKSI
PELEDAKA.N

IV. Format ...

SK No 076491 A
PRESIDEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 16 -
IV. Format surat permohonan, salinan daftar pengalaman kerja, surat
pernyataan tenaga kerja pendamping warga negara Indonesia, dan surat
pernyataan.

Surat Pernyataan Permohonan Perpanjangan Masa Berlaku SKK


Kualifikasi Ahli

Nomor .. "" "" """". """ ". "" ""' 20 ..


Lampiran:
Hal : Permohonan Perpanjangan Masa Berlaku SKK Kualifikasi Ahli

Kepada Yth.:
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
di
tern pat

Dengan hormat,

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Alam at
Nomor Registrasi : .
Jabatan Kerja .

mengajukan permohonan untuk mendapatkan perpanjangan masa


berlaku/ registrasi ulang SKK Kualifikasi Ahli sesuai dengan berkas
dokumen terlampir.

Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya


kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Pemohon

Daftar ...

SK No 077483 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

Daftar Berkas Dokumen Lampiran


Nama Pemohon : .
Surat Tanggal : .

No. Dokumen Ada TidakAda


Sertifikat Kompetensi Kerja
1.
kualifikasi ahli;
salinan Kartu Tanda
2. Penduduk (KTP) Pemohon
yang masih berlaku;
salinan Kartu Nomor Pokok
3. Wajib Pajak (NPWP)
perorangan
surat pernyataan dari
pemohon yang menyatakan
4. bahwa seluruh data dalam
dokumen yang disampaikan
adalah benar

Sekretariat LPJK
Pemeriksa:

( )

*) Coret yang tidak perlu

Surat ...

SK No 077484 A
PRES I DEN
REPUBUK lNDONESIA
- 18 -

Surat Pernyataan Kebenaran Isi Data Perpanjangan Masa Berlaku


SKK Kualifikasi Ahli

Pada hari , Tanggal , Bulan , Tahun


...................... , bertempat di , saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama
Alamat
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja

Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ a tau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.

Yang bersangkutan

(Materai)

{TTD& Nama jelas)

Surat ...

SK No 077485 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 19 -

Surat Pernyataan Permohonan Perpanjangan Masa Berlaku SKK


Kualifikasi Teknisi/ Analis dan operator

Nomor: , 20 .
Lampiran:
Hal : Permohonan Perpanjangan Masa Berlaku SKK Kualifikasi
Teknisi/ Analis dan operator

Kepada Yth. :
Ketua Lembaga Pengembangan J asa Konstruksi (LPJK)
di
tempat

Dengan hormat,

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama .. .
Alam at
Nomor Registrasi : .
Jabatan Kerja : .

mengajukan permohonan untuk mendapatkan perpanjangan masa


berlaku/registrasi ulang SKK Kualifikasi Teknisi/ Analis dan operator
sesuai dengan berkas dokumen terlampir.

Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya


kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Perno hon

Daftar ...

SK No 077486 A
PRES I OEN
REPUBUK lNDONESIA
- 20 -

Daftar Berkas Dokumen Lampiran


Nama Pemohon: .
Surat Tanggal: .

No. Dokumen Ada TidakAda


Sertifikat Kompetensi Kerja
1. kualifikasi Teknisi/ analis
dan operator;
salinan Kartu Tanda
2. Penduduk (KTP) Pemohon
yang masih berlaku;
salinan Kartu Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP)
3.
perorangan (Khusus
Teknisi/ Analis)
surat pernyataan dari
pemohon yang menyatakan
4. bahwa seluruh data dalam
dokumen yang disampaikan
adalah benar

Sekretariat LPJK
Pemeriksa:

( )

*) Coret yang tidak perlu

Surat ...

SK No 077487 A
PRES I OEN
REPUBJ. .JK INDONESIA
- 21 -

Surat Pernyataan Kebenaran Isi Data Perpanjangan Masa Berlaku Skk


Kualifikasi Teknisi/ Analis Dan Operator

Pada hari , Tanggal , Bulan , Tahun


...................... , bertempat di , saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama ........................................................
Alam at
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja

Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.

Yang bersangkutan

(Materai)

(TTD& Nama jelas)

Surat ...

SK No 077488 A
PRES I OEN
REJ?UBLIK lNDONESIA
- 22 -

Surat Pernyataan Permohonan Kenaikan Jenjang Kualifikasi Ahli

Nomor .................................... , ..................... 20 ......


Lampiran
Hal : Permohonan Kenaikan Jenjang Kualifikasi Ahli

Kepada Yth.
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
di
tern pat

Dengan hormat,

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Alam at
Nomor Registrasi : .
Jabatan Kerja .

mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan jenjang


Kualifikasi Ahli sesuai dengan berkas dokumen terlampir.

Demikian permohonan ini karni sampaikan dan atas perhatiannya


kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Pemohon

Daftar ...

SK No 077489 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 23 -
Daftar Berkas Dokumen Lampiran
Nama Pemohon : .
Surat Tanggal : .

No. Dokumen Ada Tidak Ada

Sertifikat Kompetensi Kerja


1.
kualifikasi Ahli;

salinan Kartu Tanda


2. Penduduk (KTP} Pemohon
yang masih berlaku;

salinan Kartu Nomor Pokok


3. Wajib Pajak (NPWP}
perorangan

surat pernyataan dari


pemohon yang menyatakan
4. bahwa seluruh data dalam
dokumen yang disampaikan
adalah benar

Sekretariat LPJK
Pemeriksa:

( )

*} Coret yang tidak perlu

Surat ...

SK No 077490 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -

Surat Pernyataan Kebenaran lsi Data Dalam Kenaikan Jenjang


Kualifikasi Ahli

Pada hari , Tanggal , Bulan , Tahun


...................... , bertempat di , saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Narna
Alam at
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja

Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.

Yang bersangkutan

(Materai)

(TTD & Nama jelas)

Surat ...

SK No 077491 A
PRES I OEN
REPUBLlK INOONESIA
- 25 -
Surat Pernyataan Permohonan Kenaikan jenjang Kualifikasi
Teknisi/ Analis dan Operator

Nomor: , 20 .
Lampiran:
Hal Permohonan Kenaikan Jenjang Kualifikasi Teknisi/ Analis
dan Operator

Kepada Yth.:
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
di
tern pat
Dengan hormat,

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Alam at
Nomor Registrasi : .
Jabatan Kerja .

mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan jenjang


Kualifikasi Teknisi/ Analis dan Operator sesuai dengan berkas
dokumen terlampir.

Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya


kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Perno hon

Daftar ...

SK No 077 492 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA

- 26 -
Daftar Berkas Dokumen Lampiran
Nama Pemohon : .
Surat Tanggal : .

No. Dokumen Ada Tidak Ada

Sertifikat Kompetensi Kerja


1.
kualifikasi Ahli;
salinan Kartu Tanda
2. Penduduk (KTP) Pemohon
yang masih berlaku;
salinan Kartu N omor Pokok
3. Wajib Pajak (NPWP)
perorangan
surat pernyataan dari
pemohon yang menyatakan
4. bahwa seluruh data dalam
dokumen yang disampaikan
adalah benar

Sekretariat LPJK
Pemeriksa:

( )

*) Coret yang tidak perlu

Surat ...

SK No 077493 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 27 -
Surat Pernyataan Kebenaran lsi Data Dalam Kenaikan Jenjang
Kualifikasi Teknisi/ Analis Dan Operator

Pada hari , Tanggal ,Bulan , Tahun


...................... , bertempat di , saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama
Alam at
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja

Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.

Yang bersangkutan

(Materai)
(TTD& Nama jelas)

Format ...

SK No 077494 A
PRES I OEN
REPLIBLIK &NDONESIA
- 28 -
Format
DAFTAR PENGALAMAN KERJA TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING

Nama TKA
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Jabatan Kerja
No Pengesahan RPTKA
Perusahaan Pemberi Kerja

Peri ode
Nama Jabatan (waktu
Nama Nilai Lokasi
No. Penyedia pad a mulai s.d.
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
Jasa Pekerjaan waktu
selesai)
1
2
3
4
5
dst.

Format ...

SK No 077495 A
PRESIOEN
REPUBLIK iNOONESIA
- 29 -
Format
SURAT PERNYATAANTENAGA KERJA PENDAMPINGWNI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Jabatan Kerja
No Sertifikat Kompetensi
E-mail
menyatakan bahwa saya merupakan Tenaga Kerja Pendamping dari :
Nama TKA .
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Jabatan Kerja
No Pengesahan RPTKA
Perusahaan Pemberi Kerja .
dengan rencana alih pengetahuan dan alih teknologi sebagai berikut:
Rencana waktu : bulan, tanggal s.d .
Target daftar kompetensi : 1. ······························································
2. ······························································
dst.
Rencana program diklat : 1. . .
2 .
dst.

Tenaga Kerja Pendamping,

(ttd)

......•••• (1?,ama)
. . . . . . . . . . (nama jabatan)

V. Format ...

SK No 077496 A
PRES I DEN
REPUBLIK iNDONESIA

- 30 -
V. Format penetapan penyetaraan kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi asing dan
penetapan penyetaraan kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi asing dengan
ketidaksesuaian.

Format 1
PENETAPAN PENYETARAANKOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
DENGAN PEMENUHAN KESESUAIAN

PENETAPAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
Nomor / 20 .
TENTANG
PENYETARAANKOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
ATAS NAMA (Nama TKA)

Menimbang a. berdasarkan surat permohonan ..... _ (nama Pemberi


Kerja TKA) nomor ... tanggal ... perihal ... ;

Mengingat 1.

2.

MEMUTUSKAN
Menetapkan

KESATU Dilakukan pencatatan Tenaga Kerja Konstruksi Asing:


a. Nomor Pencatatan/
Registrasi
b. Nama
c. Tempat Lahir
d. Tanggal Lahir
e. J enis Kelamin

f. Kewarganegaraan ...

SK No 077497 A
PRES I PEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
f. Kewarganegaraan
g. Nomor Identitas/ Paspor
melalui Perusahaan Pemberi Kerja:
h. Nama Perusahaan
1. Alamat Perusahaan
J. No Telepon Perusahaan
k. E-mail Perusahaan
dengan perizinan yang telah disahkan :
1. No Pengesahan RPTKA .
m. Jabatan Kerja
n. Kualifikasi
o. Klasifikasi
p. Subklasifikasi
berdasarkan pemenuhan persyaratan :
r. Pendidikan
s. Pengalaman ............................. tahun
t. Sertifikat Kompetensi
untuk melakukan layanan Jasa Konstruksi:
u. Nama Pekerjaan . . ..
Konstruksi
v. Lokasi Pekerjaan
Konstruksi
w. Tahun Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi
dengan tenaga pendamping WNI :
x. Nama Tenaga Kerja
Pendamping
y. Bentuk Alih Kegiatan
Pengetahuan dan Alih
Teknologi
KEDUA Layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan tenaga kerja
konstruksi asing dinyatakan sesuai dengan jabatan kerja
yang telah ditetapkan.

KETIGA...

SK No 077498 A
PRESIOEH
REPUBUK lNDONESIA
- 32 -
KETIGA Penetapan penyetaraan kompetensi ini merupakan bukti
pengakuan kompetensi terhadap tenaga kerja konstruksi
asing dalam melakukan layanan J asa Konstruksi sesuai
perizinan penggunaan TKA yang telah disahkan sesuai
peraturan perundang-undangan.
KEEMPAT Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di
Tanggal : 20 .
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Ketua,

(ttd)

.......... (nama)

Tembusan. Penetapan ini disampaikan kepada :


1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
2. Pemberi Kerja TKA.

Format ...

SK No 077499 A
PRES I OEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 33 -
Format 2
PENETAPAN PENYETARAAN KOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
DENGAN KETIDAKSESUAIAN

PENETAPAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
Nomor / 20 .
TENT ANG
PENYETARAAN KOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
ATAS NAMA _. .. (Nama TKA)

Menimbang a. berdasarkan surat permohonan . . . . . (nama Pemberi


Kerja TKA) nomor ... tanggal ... perihal ... ;
b. berdasarkan surat pernyataan ..... (nama Pemberi Kerja
TKA} nomor . . . tanggal . . . perihal . . . ( bila diperlukan
dalam menjawab surat rekomendasz);
Mengingat 1. .................. , .
2.
MEMUTUSKAN

Menetapkan
KESATU Dilakukan pencatatan Tenaga Kerja Konstruksi Asing :
a. Nomor Pencatatan/
Registrasi
b. Nama
c. Tempat Lahir
d. Tanggal Lahir
e. J enis Kelamin
f. Kewarganegaraan
g. Nomor Identitas/ Paspor
melalui Perusahaan Pemberi Kerja:
h. Nama Perusahaan
1. Alamat Perusahaan
J. No Telepon Perusahaan

k. E-mail ...

SK No 077500 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -
k. E-mail Perusahaan
dengan perizinan yang telah disahkan :
I. No Pengesahan RPTKA
m. Jabatan Kerja
n. Kualifikasi
0. Klasifikasi
p. Su bklasifikasi
berdasarkan pemenuhan persyaratan :
r. Pendidikan
s. Pengalaman ........... ,. tahun
t. Sertifikat Kompetensi
untuk melakukan layanan Jasa Konstruksi:
u. Nama Pekerjaan
Konstruksi
v. Lokasi Pekerjaan
Konstruksi
w. Tahun Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi
dengan tenaga pendamping WNI:
x. Nama Tenaga Kerja
Pendamping
y. Bentuk Alih Kegiatan
Pengetahuan dan Alih
Teknologi
KETIGA Layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan tenaga kerja
konstruksi asing dinyatakan tidak sesuai dengan jabatan
kerja yang telah ditetapkan.
KEEMPAT Pemberi kerja bertanggung jawab sepenuhnya atas
penugasan lebih lanjut bagi tenaga kerja konstruksi asing.
KEENAM Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan ...

SK No 089501 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
Ditetapkan di : .
Tanggal : 20 .
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Ketua,

(ttd)

.......... (nama)

Tembusan. Penetapan ini disampaikan kepada :


1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
2. Pemberi Kerja TKA.

Format ...

SK No 089502 A
PRES I DEN
qEPUBLIK INDONESIA

- 36 -
Format 3
REKOMENDASILEMBAGAPENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
TERKAITPENGGUNAAN
TENAGAKERJA KONSTRUKSIASING

REKOMENDASI
Nomor / 20 .
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Jabatan : Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
merekomendasikan Tenaga Kerja Konstruksi Asing yang telah melalui proses
penyetaraan kompetensi berikut ini:
Nama TKA .
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Nama Perusahaan
Jabatan Kerja .. .
No Pengesahan RPTKA
untuk dipertimbangkan kembali perizinan penggunaan tenaga kerja asmg
disebabkan karena:
D Tidak terpenuhinya kriteria persyaratan *) :

D Pendidikan
D Pengalaman : bulan/tahun
D Bukti kompetensi .
D Tidak dapat disesuaikannya jabatan kerja *) :
D Kualifikasi
D Klasifikasi
D Subklasifikasi
dan untuk itu meminta agar perusahaan pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing
yang bersangkutan memberikan surat pernyataan terkait hal tersebut di atas .
................. , 20 .
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Ketua,

(ttd)
.......... (nama)

*) Beri tanda centang ( v) sesuai pilihan


Format ...

SK No 089503 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 37 -
Format 4
PERMOHONAN PENYETARAANKOMPETENSI
TENAGAKERJAKONSTRUKSIASING

Nomor .......... , 20 ..
Lampiran ..............................
·,

Perihal : Permohonan Penyetaraan Kompetensi TKA


atas nama (nama TKA)

Kepada Yth.
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
di Jakarta

Dengan ini kami selaku Pemberi Kerja TKAdi bawah ini:


Nama Perusahaan
Alamat
No. Telepon
E-mail
bermaksud mengajukan permohonan penyetaraan kompetensi bagi Tenaga Kerja
Konstruksi Asing berikut ini :
Nama TKA .
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Jabatan Kerja
No Pengesahan RPTKA

Bersama ini kami lampirkan dokumen pendukung yang dipersyaratkan sebagai


berikut:
1. Salinan RPTKA;
2. Salinan Vitas dan Itas;
3. Salinan ijazah pendidikan;
4. Salinan daftar pengalaman kerj a;
5. Salinan sertifikat kompetensi atau bukti pengakuan kompetensi lainnya yang
diakui menurut hukum negara asal;
6. Salinan paspor yang masih berlaku;
7. Pas foto berwarna terbaru, menghadap ke depan dengan pakaian rapi;

8. Surat ...

SK No 089504 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 38 -
8. Surat pernyataan tenaga kerja pendamping Warga Negara Indonesia yang akan
bertindak sebagai mitra kerja pemohon selama bekerja di Indonesia, disertai
sertifikat kompetensi yang bersangkutan dan rencana alih pengetahuan dan alih
teknologi; dan
9. Surat pernyataan bermaterai bahwa seluruh data yang disampaikan dalam
dokumen adalah benar.

Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

Pernohon,

Pemberi Kerja TKA, Tenaga Kerja Konstruksi Asing,


.......... (nama Perusahaan Pemberi Kerja)

(ttd) (ttd)

.. .. .. .. . • (nama pimpinan) .......... (nama TKA)


.......... (nama jabatan) .......... (nama jabatan)

VI. Formulir ...

SK No 089505 A
PRES I DEN
REPUBLIK INOONESIA
- 39 -
VI. Formulir surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan bahwa seluruh data
dalam dokumen yang disampaikan adalah benar.

Format
SURAT PERNYATAANKEBENARAN
PENYAMPAIANDATA DAN DOKUMEN
TENAGA KERJA PENDAMPING WNI

Nomor .......... , 20 ..
Lampiran
Perihal : Pernyataan Kebenaran Data dan Dokumen atas Permohonan
Penyetaraan Kompetensi TKA atas nama (nama TKA)

Kami selaku Pemberi Kerja yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Nama Perusahaan
Jabatan
E-mail .....................................................................
I

dalam rangka pengajuan permohonan penyetaraan kompetensi bagi Tenaga Kerja


Konstruksi Asing berikut ini:
Nama TKA
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Jabatan Kerja
No Pengesahan RPTKA
dengan ini menyatakan bahwa data dan dokumen yang diajukan dalam surat
permohonan tenaga kerja konstruksi asing tersebut di atas adalah benar dan sah.

Yang menyatakan,
Pemberi Kerja TKA,
.......... (nama Perusahaan Pemberi Kerja)

(ttd) & (materai)

. . . . . . . . . . (nama pimpinan)
.......... (nama jabatan)

VII. Besaran ...

SK No 089506 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -
VII. Besaran dan bobot penilaian dan penetapan satuan kredit pengembangan
keprofesian.

I. BESARANDANBOBOT
B. UNSURKEGIATAN
PKB

1. SUBUNSURUTAMAKEGIATAN PKB
a) Pendidikan dan Pelatihan Formal

Program pendidikan dan pelatihan formal yang


diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan
yang diakui.
1) Pendidikan Strata Lanjut
Pendidikan Strata Lanjut adalah suatu kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan untuk memperoleh
gelar spesialis atau magister dengan subyek tugas akhir
yang relevan dengan bidang profesinya.
2) Pendidikan Singkat
Pendidikan Singkat (courses) adalah suatu kegiatan
pembelajaran satu arah, dari pengajar kepada peserta
dengan materi pendidikan yang spesifik dan mendalam
yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan yang relevan dengan bidang profesinya.
Pendidikan singkat mi harus terstruktur yang
ditunjukan dalam jadwal dan silabusnya.
3) Pelatihan Kerja Formal
Pelatihan Kerja Formal adalah suatu kegiatan
pembelajaran satu arah, dari instruktur kepada peserta
dengan materi pelatihan kerja yang spesifik untuk
meningkatkan keterampilan kerja yang relevan dengan
bidang profesinya. Pelatihan kerja formal ini harus
terstruktur yang ditunjukan dalam jadwal dan
silabusnya.

b) Pendidikan ...

SK No 089507 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
b) Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah suatu kegiatan untuk


meningkatkan kompetensi yang tidak terstruktur dengan
atau tanpa penugasan daritempat bekerja.
1) Pembelajaran Mandiri
Suatu kegiatan pembelajaran perorangan dengan atau
tanpa instruktur yang relevan dengan bidang
profesinya. Topik berbagai kegiatan pembelajaran
mandiri ini harus konsisten agar mencapai tujuan
pengembangan keprofesian dan kemutakhiran ilmu dan
teknologi.
Bentuk kegiatan pembelajaran mandiri, antara lain:
•Membaca artikel untuk memperluas wawasan
tentang perkembangan ilmu dan teknologi.
• Membaca artikel untuk memperdalam suatu ilmu
pengetahuan.
• Mempelajari informasi dari media elektronik (TV,
Radio, Internet dsb)
• Memahami prosedur kerja dan software, seperti
standar, peralatan dsb.
• Kegiatan penelitian dalam memperoleh gelar
Doktoral (83)yang relevan dengan bidang profesinya
dsb.
• Kegiatan tersebut harus terdokumentasi dengan
baik, harus mengandung aspek penilaian terhadap
pemahaman substansi materi pembahasan
(misalnya : artikel on-line, lengkap dengan uraian
pertanyaan dan jawaban dari peserta PPKB).
2) Pembelajaran Sehubungan Dengan Penugasan Kerja
Suatu kegiatan mandiri dalam rangka menyelesaikan
tugas kerja yang dapat memberikan peningkatan kerja
secara profesional.
c) Partisipasi Dalam Pertemuan Profesi

Suatu kegiatan pembelajaran dalam suatu pertemuan


profesi dengan materi pembahasan yang relevan dengan
bidang profesinya.
1) Peserta ...

SK No 089508 A
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA

- 42 -
1) Peserta Pertemuan Profesi
Keikutsertaan sebagai peserta dalam pertemuan profesi
tanpa melakukan paparan dan dihadiri oleh minimal 20
(dua puluh) orang peserta dengan materi yang relevan
dengan bidang profesinya.
Bentuk pertemuan profesi, antara lain:
• Seminar
• Lokakarya
• Diskusi Ilmiah
• Konferensi,dsb.
2) Partisipasi dalam Kepanitiaan
Keterlibatan dalam kepanitiaan acara tersebut diatas,
merupakan suatu kegiatan yang mendorong
terselenggaranya pengembangan keprofesian.
d) Sayembara/kompetisi, paparan, paten, hak atas
kekayaan intelektual, dan karya tulis
Suatu kegiatan sayembara/kompetisi, paparan, paten, hak
atas kekayaan intelektual, dan karya tulis dan penulisan
laporan teknis yang sesuai dengan bidang profesinya.
1) Sayembara/kompetisi
Suatu kegiatan sayembara/kompetisi sehubungan
dengan bidang profesinya
2) Paparan dalam Laporan Teknis Internal
Suatu kegiatan paparan dan penulisan laporan teknis
sehubungan dengan penugasan kerja yang sesuai
dengan bidang profesinya.
3) Paparan pada Pertemuan Teknis
Keikutsertaan sebagai pemapar dalam suatu pertemuan
profesi yang dihadiri oleh minimum 20 (duapuluh)
orang peserta dan sesuai dengan bidang profesinya.
4) Penulisan Makalah untuk Pertemuan Profesi
Penyampaian makalah dalam suatu pertemuan profesi
yang dihadiri oleh minimum 20 (dua puluh) orang
peserta.
5) Penulisan ..

SK No 089509 A
~ PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 43 -
5) Penulisan Buku, Monograf dan Modul
Membuat penulisan termasuk didalamnya Standar and
Code, dan Patent. Untuk buku dengan jumlah sekitar
100 halaman sedangkan untuk monograf sekitar 20
(dua puluh) halaman.

Terlibat dalam penulisan standar dan code yang


diterbitkan oleh lembaga yang berwenang

6) Penulisan Artikel untuk Majalah, Prosiding Seminar


ataujurnal
Penulisan artikel pada suatu majalah tertentu dengan
penerbitan yang berkala dan terpublikasi. Penulisan
karya tulis ilmiah pada seminar terten tu yang
diterbitkan dalam bentuk prosiding Penulis karya tulis
ilmiah dalam bentuk jurnal yang diterbitkan secara
berkala

7) Pengajaran sebagai Pengajar/Instruktur


Sebagai pengajar, pengajar tidak tetap,
pelatih/instrukstur dan mentor/pembimbing dalam
suatu kegiatan pembelajaran/pelatihan minimum 10
(sepuluh) orang peserta kecuali mentor/ pembimbing
dengan materi yang sesuai dengan bidang profesinya.

8) mematenkan atau mendapatkan paten/ hak atas


kekayaan intelektual atas hasil karya
Mendapatkan hak paten/hak katas kekayaan
intelektual atas hasil karya dari lembaga/institusi yang
berwenang.

2. SUBUNSURPENUNJANGKEGIATANPKB
a. Pakar atau Narasumber atau Pendamping Hukum
Bertugas sebagai pakar atau narasumber dengan materi
yang sesuai dengan bidang prof esinya.

b. Pengurus Organisasi (Profesi atau Pimpinan Lembaga)


Merupakan pengurus dari suatu organisasi tertentu baik
profesi maupun sebagai pimpinan suatu lembaga.
c. Penerima ...

SK No 089510 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 44 -
c, Penerima Tanda Jasa, Penghargaan, Award dan
sejenisnya.
Copy sertifikat pemateri, referensi pengurus organisasi dari
pejabat yang berwenang, sertifikat penghargaan dan
dokumentasi penyerahan penghargaan dan · tanda bukti
lainnya (bila ada) harus dilampirkan dalam dokumen PPKB.

C. SKPK...

SK No 089511 A
PRESIDEN
RE.P.UBLIK INDONESIA

- 45 -

C. SKPK KEGIATANPKB

A. Pendidikan dan Pelatihan Formal


1 Pendidikan 30 a. Ijazah; 1. Tidak Terverifikasi
Strata Lanjut b. Transkrip (Dapat diverifikasi
Per Ijazah akademik; dan dan validasi
c. Abstrak tugas akhir. penyelenggaranya
atau tidak dapat
diverifikasi dan
validasi
penyelenggaranya)
2. Umum/Khusus

2. Pendidikan . . .
SK No 000176 C
PRESIDEN
REPU8LIK JNDONESIA

- 46 -

2 Pendidikan 16- 24 JP :5 a. Bukti kelulusan/ 1. Terverifikasi /Tidak


Singkat sertifikat / Surat Terverifikasi
25- 40 JP : 10 Tanda Lulus yang 2. Umum/Khusus
(Courses)
41- 56 JP : 15 dikeluarkan oleh 3. Luring/ Daring
lembaga 4. Nasional/
>56 JP :20 penyelenggara Internasional
Pendidikan;
( 1 JP = 45 menit) b. Jadwal pendidikan/
silabus / ringkasan
materi; dan
c. Informasi lembaga
penyelenggara
Pendidikan.
3 Pelatihan 2 - 3 hari :5 a. Bukti kelulusan/ 1. Terverifikasi/Tidak
Kerja Formal sertifikat / Surat Terverifikasi
4- 5 hari : 10 Tanda Lulus yang 2. Umum/Khusus
6 - 9 hari : 15 dikeluarkan oleh 3. Luring/ Daring
lembaga;penyelengg 4. Nasional/
10 hari : 16 ara Pendidikan; lnternasional

11 hari ...

SK No 000177 C
F'RESIDEN
REPU8LIK INDONESIA

- 47 -

11 hari : 17 Program pelatihan


kerja; dan
12 hari : 18 c. Silabus.
13 hari : 19
14 hari/ lebih : 20

B. Pendidikan Non Formal


1 Pem belaj aran Maksimal 25 Extended abstract atau Umum/Khusus
Mandiri executive summary

Per Produk

2 Pem belaj aran Maksimal 25 a. Extended abstract Umum/Khusus


terkait dengan atau executive
Penugasan summary
Kerja Per Produk b. Kontrak kerja /
Surat Referensi

C. Partisipasi ...

SK No 000178 C
PRES I DEN
REPUSLIK INDONESIA

- 48 -
~,~"Berlias:K~tengliapant~. ,,.:·-· . ~·· ~· "'-'· ·, ....

C. Partisipasi Dalam Pertemuan Profesi


l~iiilt;~it~~~r,i , , . ".
1 Peserta 5 Sertifikat dan Summary 1. Terverifikasi/Tidak
Pertemuan Terverifikasi
Per kegiatan paling banyak 3 hari ; 2. Umum/Khusus
Profesi
lebih dari 3 hari ditambah 1 SKPKper 3. Luring/Daring
hari 4. Nasional/
Internasional
2 Partisipasi Panitia Pengarah : 4 Surat Keputusan/ 1. Terverifikasi/Tidak
dalam Tim Perumus : 4 Penugasan / Sertifikat Terverifikasi
Kepanitiaan Reviewer : 4 2. Umum/Khusus
3. Luring/Daring
Panitia pelaksana 4. Nasional/
- Ketua, wakil dan sekretaris 3 Internasional
- Ketua bidang : 2
- Anggota : 1

Per Kepengurusan

D. Sayembara ...

SK No 000179 C
PRESIDEN
REPLISLIK INDONESIA

- 49 -

D. Sayembara/ Kompetisi, Paparan, Paten, Hak atas Kekayaan Intelektual dan Karya Tulis

1 Sayembara/ Peserta :4 Bukti keiku tsertaan 1. Terverifikasi /Tidak


Kompetisi atau pemenang Terverifikasi;
Pemenang :4 ·2. Umum/Khusus;
Juri :8 dan
3. Nasional/
Per Kegiatan . Internasional.
2 Paparan dan Penanggung Jawab : 10 a. . Surat Penugasan 1. Terverifikasi /Tidak
Laporan b. Executive Terverifikasi;
Pernapar :7 summary /laporan 2. Umum/Khusus;
Teknis
Internal Anggota tim :5 teknis 3. Luring/ Daring; dan
4. Nasional/
Internasional.
Per Kegiatan
3 Paparan 5 a. Surat Penugasan 1. Terverifikasi /Tidak
dalam b. Executive Terverifikasi;
Pertemuan Per Kegiatan summary /laporan 2. Umum/Khusus;
Teknis teknis 3. Luring Darin ; dan
4. Nasional ...

SK No 000180 C
PRESIDEN
~EPUBLIK INDONESIA

- 50 -

4. Nasional/
Internasional.
4 Paten atau Perorangan :75 Sertifikat paten 1. Umum/Khusus
Hak atas
Kekayaan
Intelektual
Bersama :Masing-
masing 50
Per Produk
5 Penulisan Seminar Nasional/ Lokal (makalah a. Cover 1. Terverifikasi/Tidak
Makalah tidak direview) : 10 b. Daftar Isi Prosiding Terverifikasi;
untuk atau Fotokopi 2. Umum/Khusus;
Seminar Nasional/ Lokal (makalah Makalah dan
Pertemuan
direview) : 15 c. Bukti keikutsertaan 3. Luring/Daring.
Profesi
pertemuan profesi
Seminar Internasional (makalah tidak
direview) : 15

Seminar ...

SK No 000181 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 51 -

Seminar Internasional (makalah


direview) : 20
Per Produk
6 Penulisan Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi: 10 a. Cover 1. Tidak Terverifikasi
b. Daftar Isi (Dapat diverifikasi
untuk Majalah Jurnal Nasional Terakreditasi : 20
dan Jurnal Jurnal/Majalah dan validasi
Jurnal lnternasional Tidak mau pun Fotokopi penyelenggaranya
Terakreditasi : 15 Makalah atau tidak dapat
diverifikasi dan
Jurnal Internasional Terakreditasi : 25 validasi
penyelenggaranya);
Majalah Umum dan Koran : 10 dan
2. Umum/Khusus.
Per Produk
Artikel Daring :5 Printout artikel 1. Tidak Terverifikasi
(Dapat diverifikasi
dan validasi
Per Produk penyelenggaranya
atau tidak da at
diverifikasi . . .
SK No 000182 C
PRES I DEN
REP.UBLIK lNDONESIA

- 52 -

diverifikasi dan
validasi
penyelenggaranya);
2. Umum Khusus.
7 Penulisan Penulis · Utama a. Monograf (min. 20 1. Tidak Terverifikasi
Buku/ Bahan halaman); (Dapat diverifikasi
Monograf : 25 b. Buku (min. 100 dan validasi
Ajar/ Modul
Buku : 30 halaman); a tau penyelenggaranya
c. Standar & code atau tidak dapat
Standar & Code :20 yang disahkan oleh diverifikasi dan
lembaga yang validasi
berwenang penyelenggaranya);
Penulis Pendukung 2. Umum/Khusus;
dan
Monograf : 15 3. Nasional/
Buku :20 Intemasional
Standar & Code : 10 (Penerbit).

Per Produk

8. Pengajaran ...
SK No 000183 C
.PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 53 -

.,'i,
:·':''.

8 Pengajaran 7 Surat tugas atau 1. Terverifikasi / Tidak


sebagai undangan se bagai Terverifikasi;
Per kegiatan 2. Umum/Khusus;
Pengajar/ pengaj ar / instruktur
Instruktur 3. Luring/ Daring; dan
4. Nasional/
Internasional .
E. Kegiatan Utama lainnya
1 a. Paparan 10 Dokumentasi/ Surat 1. Terverifikasi /Tidak
Film Keterangan / Sertifikat Terverifikasi; dan
Arsitektur Per Produk 2. Nasional/
Internasional.
b. Gelar Karya 10 Dokumentasi/ Surat 1. Terverifikasi /Tidak
Arsitektur Keterangan / Sertifikat Terverifikasi; dan
Per Produk 2. Nasional/
lnternasional.
c. Pengenalan 10 Dokumentasi/ Surat . 1. Terverifikasi / Tidak
Produk; Keterangan / Sertifikat Terverifikasi; dan
dan/atau Per Produk 2. Nasional/
Internasional.
d. Ziarah ...

SK No 000184 C
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -
,. -! •.

d. Ziarah 10 1. Terverifikasiy'Tidak
Arsitektur Terverifikasi; dan
Per Laporan 2. Nasional/
Internasional.
II SUB UNSUR KEGIATAN PKB PENUNJANG

1 Pakar /Narasu 7 Sertifikat / Surat 1. Terverifikasi / Tidak


mber/ Penugasan Terverifikasi;
Pakar / Narasumber Per kegiatan; 2. Umum/Khusus;
Pendampinga
n hukum Pendampingan hukum Per pertemuan 3. Luring/Daring; dan
4. Nasional/
Internasional.
2 Pen gurus 5 SK/ Surat Penugasan 1. Terverifikasi /Tidak
Organisasi Terverifikasi
Per Kepengurusan (berbadan hukum);
Profesi atau
Pimpinan dan
Lembaga 2. Nasional/
Internasional.
3 Penerima 10 Dokumentasi/ Surat 1. Terverifikasi /Tidak
TandaJasa, Keterangan / Sertifikat Terverifikasi;

Penghargaan ...

SK No 000185 C
PRES I DEN
REPUBLIK INOONESIA

- 55 -

Penghargaan, Per Produk Umum/Khusus;


Awarddan dan
Sejenisnya 3. Nasional/
Internasional

II. BOBOT ...

SK No 000186 C
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

- 56 -

II. BOBOT PENILAIAN SKPK

1. SUBUNSUR KEGIATAN PKB UTAMA

Pendidikan
dan
A.
Pelatihan
Formal
Pendidikan
1 1,0 0,8 0,8 1,0
Strata Lanjut

Pendidikan
2 Singkat 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
(Courses)

Pelatihan
3 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
Kerja Formal

Pendidikan
B.
Non Formal
Pembelajaran
1 1,0 0,8 1,0
Mandiri
Pembelajaran
2 terkait 1,0 0,8 1,0
dengan
Penugasan ...

SK No 089512 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 57 -

Penugasan
Kerja
Partisipasi
·Dalam
c. Pertemuan
-Profest
Peserta
1 Pertemuan 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
Profesi
Partisi pasi
2 dalam 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
Kepanitiaan
Sayembara/
·Kompetisi,
Paparan,
Paten, Hak
D. atas
Kekayaan
Intelektual
dan Karya
Tulis
Sayembara/
1 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 2,0 3,0
Kompetisi

2. Paparan ...

SK No 089513 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

Paparan dan
2 Laporan Tek 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
nis Internal
Paparan
dalam
3 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,5 4,0
Pertemuan
Teknis
Paten atau
Hak atas
4 0,8 1,0
Kekayaan
Intelektual
Penulisan
Makalah
5 untuk 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8
Pertemuan
Profesi
Penulisan
untuk
6 1,0 0,8 0,8 1,0
Majalah dan
Jurnal
Penulisan
Buku/ 1,0 2,0 3,0
7 1,0 0,8 0,8 1,0
Bahan Ajar/
Modul

8 Pengajaran 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
sebagai
Pengajar ...
SK No 089514A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 59 -

K~giatan
E. .Utama
Lainnya
Paparan Film
1 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
Arsitektur

Gelar Karya
2 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
Arsitektur

Pengenalan
3 Produk; 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
dan/atau
Ziarah
4 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
Arsitektur

2. SUBUNSUR ...

SK No 089515 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

- 60 -
2. SUBUNSUR KEGIATANPKB PENUNJANG

Pakar / Narasu
1 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
mber •
Pengurus
Organisasi
2 Profesi atau 1,0 0,8 0,25 1,0 1,5 2,0
Pimpinan
Lembaga
Penerima
TandaJasa,
3 Penghargaan, 1,0 0,8 0,25
Award dan
Sejenisnya

VIII. STRUKTUR ...

SK No 089516 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 61 -
VIII. STRUKTUR LEMBAGA SERTIFIKASI BADAN USAHA

Ketua

Koordinator Koordinator Koordinator


Administrasi Sertifikasi Manajemen Mutu

Kepala Kepala Ke pa la Ke pa la Kepala Ke pal a


Urusan Urusan Urusan Urusan
Urusan Urusan
Tata lnformasi Standarisasi Se rtifi kasi Sistem Audit
Usaha Sertifikasi Manajemen Internal

IX. KODE ...

SK No 089517 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 62 -
IX. KODE ETIK ASESOR

1. Memberikan pelayanan prima;


2. lnovatif dalam pekerjaan dan menjauhi Korupsi Kolusi dan
Nepotisme;
3. Berdedikasi dan berkomitmen pada organisasi;
4. Berakhlak baik dan jujur dalam bekerja;
5. Mengutamakan Kerjasama;
6. Berkerja tuntas, bekerja akurat dan optimal;
7. Memperlakukan setiap badan usaha secara adil;
8. Tidak memiliki, mengonsumsi, dan/ atau mengedarkan narkotika,
minuman keras serta obat-obatan terlarang;
9. Tidak melakukan perbuatan asusila;
10. Tidak memasuki tempat yang dapat menurunkan harkat martabat
kehormatan asesor;
11. Tidak memberikan janji atau menerima imbalan atas sesuatu yang
tidak didasarkan pada ikatan pekerjaan yang jelas dan professional;
12. Tidak meminta dan menerima pemberian/hadiah selain dari apa
yang berhak diterimanya seuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
13. Tidak menyalahgunakan wewenang;
14. Tidak membuka data/informasi yang bersifat rahasia milik organisasi
kepada pihak manapun tanpa persetujuan dari yang berwenang;
dan/atau
15. Tidak Melakukan perbuatan yang melanggar norma hukum, dan
norma kesusilaan, serta tindakan tidak terpuji lainnya.

X. FORMAT ...

SK No 089518 A
FIRESIDEN
REF'UBLIK INDONESIA

- 63 -

X. FORMAT LISENSI LSBU

LOGO
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang jasa konstruksi dengan ini Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
menetapkan bahwa:
Nama Lembaga
Asosiasi Pembentuk
Nama Pimpinan
Alamat
Kabupaten/Kota Kode Pos
Provinsi
No. Telepon No.Fax
Email
NPWP
No. Registrasi
dinyatakan ...

SK No 047330 C
PRESl·DEN
REPUBLIK !NOONE.SIA
- 64 -
dinyatakan memiliki kemampuan untuk melakukan sertifikasi terhadap badan usaha jasa konstruksi dengan klasifikasi, sub klasifikasi
dan kualifikasi se bagaimana di halaman belakang lisensi ini.
Lisensi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berakhir pada tanggal .

Ditetapkan di : KETUA
Pada tanggal : LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA
KOSNTRUKSI

Ttd

(Nama)

RUANG ...

SK No 047331 C
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

- 65 -
RUANO LINGKUP LISENSI
LEMBAGA SERTIFIKASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI
Nama Lembaga
Asosiasi Pembentuk
No. Registrasi

NO. KBLI KLASIFIKASI SUB KLASIFIKASI KUALIFIKASI

Ditetapkan di: KETUA


Pada tanggal : LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA
KONSTRUKSI

Ttd

(Nama)
XI. RINCIAN ... ·

SK No 047332 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 66 -

XI. RINCIAN PERSYARATAN AKREDITASI


1. Pengajuan permohonan Akreditasi Asosiasi dilaksanakan secara
elektronik melalui aplikasi dalam sistem informasi Jasa Konstruksi.
2. Dalam hal aplikasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 belum tersedia
atau terdapat kendala mengakses aplikasi, permohonan Akreditasi
disampaikan kepada lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (4) dengan cara mengisi formulir sesuai Format 1, Format 2, dan
Format 3.
3. Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 harus
dilengkapi dengan persyaratan berupa:
a. jumlah dan sebaran anggota untuk asosiasi yang memiliki cabang
atau jumlah anggota untuk asosiasi yang tidak memilikicabang;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah yang memiliki
ca bang;
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. penyampaian pernyataan tidak bersengketa yang dibuktikan
dengan surat pernyataan yang menyatakan tidak dalam sengketa
kepengurusan asosiasi sesuai dengan Format 4;
g. penyampaian pernyataan kebenaran isi dokumen yang dibuktikan
dengan surat pernyataan yang menyatakan kebenaran isi dokumen
yang ditandatangani di atas materai oleh ketua umum atau sebutan
lain sesuai dengan Format 5;
h. penyampaian pakta integritas yang ditandatangani oleh ketua
umum atau sebutan lain sesuai dengan Format 6; dan
1. penyampaian laporan kinerja tahunan asosiasi atau membuat surat
kesanggupan sesuai dengan Format 7.
4. Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 3,
permohonan dapat dilengkapi dengan dokumen tambahan lain berupa:
a. sistem manajemen mutu atau dokumen mutu;
b. afiliasi dengan organisasi internasional yang terkait dengan Jasa
Konstruksi;
c. kerjasama pemberdayaan anggota dengan kementerian, lembaga,
pemerintah daerah, atau instansi lainnya;
d. pengabdian masyarakat atau tanggungjawab sosial;
e. partisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah;
f. publikasi ilmiah bagi Asosiasi Profesi;dan/ atau
g. situs web dan/ atau pangkalan data sistem informasi.

5. Persyaratan ...

SK No 089519 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

- 67 -
5. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan dokumen lain
sebagaimana dimaksud pada angka 4 diserahkan dalam bentuk salinan
digital.
6. Sekretariat Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
angka 3.
7. Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan dokumen lain
sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dilakukan verifikasi dan
validasi.
8. Dalam melakukan Verifikasidan Validasi sebagaimana dimaksud pada
angka 7 KelompokKerja dapat melakukan:
a. klarifikasi dan konfirmasi kepada pemohon dan/ a tau pihak terkait;
dan/atau
b. peninjauan lapangan.
9. Peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf b
meliputi peninjauan administrasi, sarana, dan prasarana.
10. Hasil peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada angka 9 dan
hasil pemeriksaan persyaratan dan dokumen lain sebagaimana
dimaksud dalam angka 4 dituangkan dalam berita acara hasil Verifikasi
dan Validasi dengan menggunakan Format 8.
11. Penilaian pernrohonan Akreditasi Asosiasi berdasarkan pemenuhan
instrumen Akreditasi.
12. Asosiasi yang dinilai hanya asosiasi yang memenuhi persyaratan
sebagaimana tercantum pada Tabel 1 tentang Verifikasi dan Validasi
terhadap Pemenuhan Persyaratan.
13. Asosiasi dilakukan:
a. Pemeriksaan berdasarkan Tabel 2 tentang Pemenuhan terhadap
dokumen tambahan lain untuk pemenuhan terhadap dokumen
tambahan lain
b. Penilaian terhadap:
1) Asosiasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada angka 12, dilakukan penilaian lanjutan terhadap:
1. Jumlah dan sebaran anggota dengan bobot 20%;
11. Pemberdayaan kepada anggota dengan bobot 25%;
111. Pemilihan pengurus secara demokratis dengan bobot 15%;
iv. Sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah dengan
bobot 10%;dan
v. Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan bobot 30%.
2) Penilaian lanjutan sebagaimana dimaksud pada angka 2.b. l)
menggunakan pembobotan sesuai Tabel 3 tentang Pembobotan
Jumlah dan Sebaran Anggota,Tabel 4 tentang Pembobotan
Pemberdayaan ...

SK No 089520 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 68 -
Pemberdayaan kepada Anggota, Tabel 5 tentang Pembobotan
Pemilihan Pengurus secara Demokratis, Tabel 6 tentang
Pembobotan Sarana dan Prasarana di Tingkat Pusat dan
Daerah, dan Tabel 7 tentang Pelaksanaan Kewajiban sesuai
dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
14. Nilai akhir Akreditasi merupakan hasil penjumlahan dari seluruh hasil
penilaian lanjutan sebagaimana dimaksud pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel
5, Tabel 6, dan Tabel 7.
15. Asosiasi dinyatakan sebagai asosiasi terakreditasi, apabila nilai akhir
Akreditasi memenuhi passing grade 2.75.
16. Penilaian permohonan Akreditasi Asosiasi sebagaimana dimaksud pada
angka 11 sampai angka 15 dituangkan dalam laporan penilaian
Akreditasi Asosiasi yang mencakup berita acara Verifikasi dan Validasi
sesuai angka 10 dan hasil penilaian Akreditasi Asosiasi.
17. Laporan penilaian Akreditasi Asosiasi sebagaimana dimaksud pada
angka 16 disampaikan kepada Menteri.

FORMAT 1 ...

SK No 089521 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 69 -

FORMAT 1
PERMOHONANAKREDITASIASOSIASI BADANUSAHAJASA KONSTRUKSI/
ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAITRANTA!PASOK
KONSTRUKSI

Nomor .................. , 20 ..
Lampiran
Hal

Kepada Yth.
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
U.P. Sekretariat LPJK

di
Jakarta

Dengan ini kami mengajukan permohonan akreditasi Asosiasi Badan Usaha


Jasa Konstruksi/ Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi/ Asosiasi Terkait Rantai
Pasok Konstruksit".

Bersama ini kami lampirkan dokumen pendukung yang dipersyaratkan dalam


Peraturan Menteri PUPR No ... Tahun 2020 berikut:
1. Data administrasi asosiasi (Format 2);
2. Salinan akta notaris atas pendirian asosiasi;
3. Salinan pengesahan Badan Hukum Perkumpulan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
4. Salinan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga - tata kelola organisasi;
5. Surat keterangan domisili atau keterangan lain yang menunjukkan tempat
kantor asosiasi;
6. Salinan nomor pokok wajib pajak;
7. Salinan daftar pegawai beserta salinan kartu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan karyawan serta bukti pembayaran bulan terakhir;
8. Jumlah dan sebaran anggota untuk asosiasi yang memiliki cabang atau
jumlah anggota untuk asosiasi yang tidak memiliki cabang;
9. Pemberdayaan kepada anggota dilampiri salinan:
a. Program pengembangan usaha atau pengembangan profesi
berkelanjutan untuk 5 (lima) tahun kedepan;
b. Laporan ...

SK No 089522 A
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA

- 70 -
b. Laporan pelaksanaan pengembangan usaha atau pengembangan profesi
berkelanjutan dalam 2 (dua) tahun terakhir;
10. Pemilihan pengurus secara demokratis dilampiri salinan:
a. Berita acara musyawarah nasional atau sejenisnya yang dilengkapi
dengan publikasi, Surat Keputusan penyelenggaraan, surat undangan,
hasil keputusan, dokumentasi foto, dan daftar hadir musyawarah
nasional atau sejenisnya;
b. Struktur kepengurusan organisasi asosiasi pusat dan/ atau cabang;
11. Sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah yang memiliki cabang
berupa kantor dan sumber daya manusia dan perlengkapan kantor yang
dilampiri:
a. Salinan bukti status kepemilikan kantor atau perjanjian sewa/kontrak;
b. Foto kantor asosiasi secara keseluruhan dengan tampak depan memuat
papan nama asosiasi;
c. Salinan keputusan kepengurusan dan karyawan asosiasi;
d. Bukti kepemilikan peralatan kantor;
12. Surat pernyataan yang menyatakan tidak ada sengketa kepengurusan atau
pengadilan (Format 4);
13. Surat pernyataan yang menyatakan kebenaran dokumen (Format 5);
14. Pakta integritas (Format 6);
15. Salinan laporan tahunan asosiasi atau surat pernyataan kesanggupan
penyampaian laporan tahunan (Format 7);
16. Salinan dokumen kode etik dan keberadaan dewan etik atau sebutan lain;
1 7. Salinan dokumen program kerja masa bakti kepengurusan;
18. Salinan laporan keuangan tahun terakhir asosiasi sebelum pengajuan
permohonan akreditasi yang telah diaudit kantor akuntan publik yang
memilikiizin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
19. Salinan pedoman praktik profesi bagi Asosiasi Profesi;
20. Surat pernyataan yang menyatakan pengurus Asosiasi tidak merangkap
sebagai pengurus pada Asosiasi yang lain (Format 9);
21. Salinan sistem manajemen mutu atau dokumen mutu;
22. Bukti bahwa asosiasi berafiliasi dengan organisasi internasional yang
terkait dengan jasa konstruksi, berupa salinan perjanjian kerjasama/ nota
kesepahaman bersama dengan organisasi internasional;
23. Bukti bahwa asosrasi bekerja sama dengan
kementerian / lembaga/ pemerin tah daerah / instansi lainnya, berupa
salinan perjanjian kerjasama/nota kesepahaman bersama dengan
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/instansi lainnya;
24. Bukti bahwa asosiasi melakukan pengabdian masyarakat atau
tanggungjawab sosial, berupa salinan laporan pengabdian masyarakat atau
tanggung jawab sosial;
25. Bukti ...

SK No 089523 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 71 -
25. Bukti bahwa asosiasi berpartisipasi dalam perumusan kebijakan
pemerintah, berupa salinan dokumen partisipasi perumusan kebijakan;
26. Salinan publikasi ilmiah bagi Asosiasi Profesi; dan
27. Surat pernyataan dan bukti ketersediaan sarana dan prasarana pusat dan
daerah lainnya yang meliputi situs web dan/atau pangkalan data sistem
informasi.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih

Pernohon
...........................................•. ( nama Asosiasz)
Ketua Umum/Ketua

(ttd)*
( )
(tanda tangan dan nama jelas)

(*) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

FORMAT 2 ...

SK No 089524 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

- 72 -

FORMAT 2
DATA ADMINISTRASI ASOSIASI BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT
RANTA! PASOK KONSTRUKSI

A. IDENTITAS

1. Nama Lengkap Asosiasi .................................................................

2. Tahun Pendirian . ................................................................

3. Alamat Kantor . ................................................................


( lampirkan Joto kantor tampak depan dan memuat
papan nama asosiasz)

4. Kepemilikan Kan tor Sewa / Kontrak / Hak Milik


( lampirkan bukti status kepemilikan)

5. Telepon / Faksimile . .................................................................

6. Email ·································································
7. Situs Web ·································································
8. Pangkalan Data Sis tern .................................................................
Informasi
(yang memuat dafiar nama anggota, alamat,
kontak yang dapat dihubungi dan kualifikasi
klasifikasi us aha/ prof esi)

9. Nama Ketua .................................................................


Umum/Direktur
( lampirkan struktur organisasz)
Utama/Penanggung
Jawab

10. Jumlah ...

SK No 089525 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 73 -

10. Jumlah Pegawai Tetap .................................................................


( lampirkan daftar nama pegawai tetap dan salinan
kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosiab

11. Jumlah Cabang Provinsi .................................................................


dan Sebarannya
(lampirkan keterangan jumlah cabang dan
sebaran Format 3 Lampiran II)

12. Jumlah Anggota Asosiasi .................................................................

B. PROGRAM ...

SK No 089526 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONES1A
- 74 -
B. PROGRAM PEMBERDAYAAN ASOSIASI KEPADA ANGGOTANYA
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BERKELANJUTAN/PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
PENCAPAIAN TAHUN -

NO JENIS KEGIATAN NAMA KEGIATAN TARGET PESERTA JUMLAH PESERTA

1.
( sertakan hasil risalah
1 FOCUS GROUP DISCUSSION 2.
Focus Group Discussion)
3.
1.
( sertakan dokumen
2 WORKSHOP 2.
workshop)
3.
1.
( sertakan dokumen
3 SEMINAR/ KONFERENSI 2.
prosiding)
3.
1.
( sertakan dokumen
4 PERTEMUAN ILMIAH 2.
prosiding)
3.
1. ( sertakan dokumen
5 PELATIHAN
2. kegiatan pelatihan)

6 PENDIDIKAN ...
SK No 000191 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 75 -
PENCAPAIAN TAHON -

NO JENIS KEGIATAN NAMA KEGIATAN TARGET PESERTA JUMLAH PESERTA

1. ( sertakan dokumen
6 PENDIDIKAN
2. kegiatan pendidikan)

1. ( sertakan laporan
7 PENDAMPINGAN HOKUM
2. pendampingan hukum)

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA


BERKELANJUTAN/PENGEMBANGAN 1. ( sertakan rencana
8
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN/ 2. program)
PEMBINAAN 5 TAHON KEDEPAN

PEMBELAJARAN TEKSTUAL
DAN/ ATAU INTERAKTIF BERBASIS 1.
( dokumen laporan
9 TEKNOLOGIINFORMASIJARAK 2. Pengembangan Usaha
Berkelanjutan)
JAUH*

BIMBINGAN TEKNIS DAN/ ATAU 1.


( dokumen laporan
10 2. Pengembangan Usaha
PENDAMPINGAN INSENTIF* Berkelanjutan)

11 KEGIATAN ...
SK No 000192 C
PRES I DEN
REPUSLIK INDONESIA
- 76 -
PENCAPAIAN TAHUN -

NO JENIS KEGIATAN NAMA KEGIATAN TARGET PESERTA JUMLAH PESERTA

1. (dokumen laporari
11 KEGIATAN LAINNYA
.. 2. keaiatan)

. (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/Ketua)

(ttd)**

( tanda tang an dan nama jelas;


Catatan:
(*) Han ya berlaku bagi Asosiasi Badan Usaha
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

FORMAT3 ...

SK No 000193 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 77 -

FORMAT3
DATA SEBARAN CABANG ASOSIASI

DATA UMUM ASOSIASI BADAN USAHA/ASOSIASI PROFESI/ASOSIASI TERKAIT RANTAI PASOK KONSTRUKSI

A NAMA ASOSIASI ..
B D PEKERJAAN KONSTRUKSI
KATEGORI ASOSIASI .
BADAN USAHA (*) D
KONSULTANSI
KONSTRUKSI
D UMUM D KHU SUS
D PEKERJAAN KONSTRUKSI
D CABANG []'rANPA CABANG TERINTEGRASI

q TATA D MANAJEMEN
KATEGORI ASOSIASI
PROFESI (*)
.. D ARSITEKTUR Ds1P1L 0MEKANIKAL INGKUNGAN PELAKSANAAN

D CABANG D TANPA CABANG


KATEGORI ASOSIASI
TERKAIT RANTAI . D MATERIAL D PERALATAN D TEKNOLOGI D SUMBERDAYA
PASOK KONSTRUKSI MANUSIA DI BIDANG
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI
(*) JASA KONSTRUKSI

C. ALAMAT ...

SK No 000194 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -

c ALAMAT ..
D PENGURUS PUSAT . (PERIODE)
(LAMPIRAN STRUKTUR KEPENGURUSAN)

1. Ketua Umum ..

2. Sekretaris
Jenderal/Umum
..

3. Bendahara Umum .

4. Dewan Etik .

E. DAFTAR ...
SK No 000195 C
PRES I DEN
REPUSLIK INDONESJA

- 79 -

E DAFTAR WILAYAH / CABANG

ALAMAT KANTOR PENGURUSINTIDAERAH JUMLAH


NO WILAYAH / CABANG (JALAN, NOMOR, RT/RW, KEL, KEC, ANGGOTA
KAB, KODEPOS) KETUA SEKRETARIS BENDAHARA TETAP (**)

1 Aceh

2 Sumatera Utara

3 Sumatera Barat

4 Riau

5 Kepulauan Riau

6 Jam bi

7 Sumatera Selatan

8 Bangka Belitung

9 Bengkulu ...
SK No 000196 C
F>RESIDEN
REF>UBLIK lNDONESIA

- 80 -

9 Bengkulu

10 Lampung

11 Ban ten

12 DKI

13 Jawa Barat

14 Jawa Tengah

15 DI Yogyakarta

16 Jawa Timur

17 Bali

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalima tan Utara


21 Kaliman tan Barat . . .
SK No 000187 C
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 81 -
21 Kalimantan Barat

22 Kalimantan Timur

23 Kalimantan Tengah

24 Kalimantan Selatan

25 Sulawesi Utara

26 Sulawesi Barat

27 Sulawesi Tengah

28 Sulawesi Tenggara

29 Sulawesi Selatan

30 Gorontalo

31 Maluku

32 Maluku Utara
33 Papua Barat ...
SK No 000188 C
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -

331 Papua Baral

............................... (nama Asosiasi)


(Ketua Umum/Ketua)

(ttd)***

( tanda tangan 'dart nama jelas)


Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) Untuk Asosiasi Badan Usaha dan Asosiasi Profesi, diuraikan berdasarkan kualifikasi dan klasifikasi.
(***) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

FORMAT 4 ...

SK No 000189 C
PRESIOEN
REPUBLIK lNDONESIA

- 83 -

FORMAT4

SURAT PERNYATAAN
TIDAK DALAM SENGKETA KEPENGURUSAN ASOSIASI BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT
RANTA!PASOK KONSTRUKSI

Yang bertandatangan di bawah ini:


N ama Lengkap (gelar)
Nomor lnduk Kependudukan
Tempat/Tanggal Lahir
Jabatan dalam Asosiasi

mewakili Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi/ Asosiasi Profesi Jasa


Konstruksi/ Asosiasi Terkait Rantai Pasok Konstruksi*l _
dengan ini menyatakan bahwa Asosiasi tidak dalam sengketa
kepengurusan.

Yang menyatakan
............................... (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/Ketua)

(ttd)**.

( tanda tangan dan nama jelas)

Catatan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

FORMAT 5 ...

SK No 075545 A
PRESIDEN
REfJUBLIK lNDONESIA
- 84 -

FORMAT 5

SURAT PERNYATAAN
KEBENARAN & KEABSAHAN DATAASOSIASI BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT
RANTA!PASOK KONSTRUKSI

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Lengkap (gelar)
Nomor Induk Kependudukan
Tempat/Tanggal Lahir
Jabatan dalam Asosiasi

mewakili Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi/ Asosiasi Profesi Jasa


Konstruksi/ Asosiasi Terkait Rantai Pasok Konstruksi*l _
dengan ini menyatakan bahwa data dan informasi yang dilampirkan dalam
surat permohonan akreditasi Asosiasi adalah benar dan sah.

Yang menyatakan
............................... (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/ Ketua)

(ttd)**

( tanda tangan dan nama jelas)

Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT6 ...

SK No 075546 A
PRES I OEN
REPLIBLIK lNOONESIA

- 85 -

FORMAT6
PAKTAINTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
Jabatan

bertindak untuk dan atas nama Asosiasi (nama asosiasi), dalam


rangka pengajuan permohonan Akreditasi Asosiasi Badan Usaha Jasa
Konstruksi/ Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi/ Asosiasi Terkait Rantai Pasok
Konstruksi*l,dengan ini menyatakan bahwa:
1. Tidak akan melakukan praktik Korupsi Kolusi Nepotisme, kecurangan,
dan ' a tau pemalsuan;
2. Akan .melaporkan kepada Menteri apabila mengetahui adanya indikasi
Korupsi Kolusi Nepotisme dalam proses Akreditasi Asosiasi ini;
3. Akan mengikuti proses Akreditasi Asosiasi secara bersih, transparan, dan
professional untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. Data dan informasi yang telah diisikan pada seluruh dokumen permohonan
Akreditasi adalah benar dan sah; dan
5. Apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTAINTEGRITAS ini,
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. ·
______ , 20_
Yang rnenyatakan
........... ." , (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/Ketua)

( ttd)**

( tanda tang an dan nama jelas)

Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT7 ...

SK No 075547 A
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA
- 86 -

FORMAT7

SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN PENYAMPAIANLAPORANTAHUNAN
ASOSIASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT RANTA!PASOK KONSTRUKSI

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Lengkap (gelar)
Nomor Induk Kependudukan
Tempat/Tanggal Lahir
Jabatan dalam Asosiasi

mewakili Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi/ Asosiasi Profesi Jasa


Konstruksi/ Asosiasi Terkait Rantai Pasok Konstruksi*l _
dengan ini menyatakan bahwa Asosiasi , dikarenakan belum dapat
menyampaikan laporan tahunan, maka kami sanggup untuk menyampaikan
laporan perkembangan dan kegiatan asosiasi tahunan, dalam kurun waktu 3
bulan sejak surat pernyataan ini diterima oleh Sekretariat LPJK.

____ ,
Yang.menyatakan
................... .- (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/ Ketua)

(ttd)**

l tanda tang an dan nama jelas)

Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT 8 ...

SK No 075548 A
PRESlOEN
REPUBLIK lNDONESIA

- 87 -

FORMATS
BERITA ACARAVERIFIKASI DAN VALIDASI

Pada Hari Tanggal Bulan Tahun bertempat di


.................................. kami yang bertanda tangan dibawah ini, berdasarkan
Verifikasi dan Validasi untuk Asosasi yang dilaksanakan
pada Hari Tanggal Bulan Tahun , disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:

1. Hasil Tabel 1 dengan ringkasan:


a.
b.
2. Hasil Tabel 2 dengan ringkasan:
a.
b.
Demikian Berita Acara Verifikasi dan Validasi mi dibuat untuk digunakan
sebagaimana mustinya.

Kelompok Kerja

FORMAT 9 ...

SK No 075549 A
PRES I OEN
REPUBLIK INOONESIA
- 88 -
FORMAT9
SURAT PERNYATAAN
PENGURUS ASOSIASI TIDAK MERANGKAP
SEBAGAI PENGURUS PADA ASOSIASI YANG LAIN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Lengkap (gelar)
Nomor Induk Kependudukan
Tempat/Tanggal Lahir
Jabatan dalam Asosiasi

mewakili Asosiasi Badan Usaha Jasa Konstruksi/ Asosiasi Profesi Jasa


Konstruksi/ Asosiasi · Terkait Rantai Pasok Konstruksi? _
dengan ini menyatakan bahwa pengurus Asosiasi tidak merangkap
dalam kepengurusan asosiasi lain.

_____ 20_
--·--'
Yang menyatakan
........... , : (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/ Ketua)

(ttd)**

( tanda tang an dan nama jelas)

Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Tabel 1 ...

SK No 075550 A
PRES !DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -

Tabel 1. Verifikasi dan Validasi terhadap Pemenuhan Persyaratan


ADA,SAH,DAN
SESUAI

PERSYARATAN PERSYARATAN
NO
TIDAK
MEMENUHI MEMEN
UHi
Surat permohonan Akreditasi yang ditandatangani ketua umum/ketua atau sebutan lain sesuai
1
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga asosiasi
Jumlah dan sebaran anggota untuk asosiasi yang memiliki cabang atau jumlah anggota untuk
2
asosiasi yang tidak memiliki cabang

umlah Anggota Jumlah


Kategori Cabang per Cabang Anggota
(min.) (min.) Total (min.)
J asa Konsultansi 17 15
Umum Cabang 10 100
Pekerjaan
Umum Tanpa Cabang 40
Konstruksi
Khusus Cabang 10 10
Khusus ...

SK No 047342 C
PRES I DEN
REF'UBLIK _l~B?NESIA

Khusus Tanpa Cabang 30


Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi 30

Jumlah Cabang (min.) Jumlah


Kategori Anggota
Ahli (min.)
Umum 17 750
Arsitektur
Khusus 100
Umum 17 1000
Sipil
Khusus 300
Umum 17 750
Mekanikal
Khusus 100
Umum 17 750
Tata Lingkungan
Khusus 100
Manajemen Pelaksanaan Umum 17 750
Khusus 100

Kategori Jumlah Anggota Total (min.)


Material 10
Peralatan 10

Teknologi ...
SK No 047343 C
PRESl'DEN
REPUBL.IK 1NDONESIA
- 91 -
Teknologi 10
Sumber Daya Manusia 10
3 Pemberdayaan kepada anggota
Laporan pelaksanaan pengembangan usaha a tau pengembangan profesi
berkelanjutan dalam 2 (dua) tahun terakhir dengan jumlah kegiatan paling sedikit
sebagai berikut:
Jumlah PKB/PUB per
Kategori
Tahun (min.)
1 Asosiasi Badan Usaha 10
Asosiasi Prof esi
1) Asosiasi Profesi Umum 12
2) Asosiasi Profesi Khusus 6
Asosiasi terkait Rantai Pasok Terkait 1

Program pengembangan usaha atau pengembangan profesi berkelanjutan untuk 5


2
(lima) tahun kedepan
4 Pemilihan pengurus secara demokratis

1 musyawarah ...

SK No 047344 C
FIRESIDEN
REJ=IUBLIK _l~J?NESIA

musyawarah nasional a tau kongres, dan/ atau, musyawarah daerah atau sesuai
1
dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
susunan pengurus asosiasi pusat dan/ atau daerah, paling sedikit memuat ketua,
2
sekretaris / sekj en, bendahara, dan dewan etik
5 Sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah yang memiliki cabang
1 Gedung Kantor (dilengkapi foto)
2 Sumber Daya Manusia (Karyawan/Pegawai) (dilengkapi dengan Surat Keputusan)
3 Perlengkapan kantor
6 Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
1 Akta notaris atas pendirian asosiasi
Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
2.
Manusia

3 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga


Surat keterangan domisili atau keterangan lain yang menunjukkan tempat kantor
4
asosiasi berada

5 Nomor pokok wajib pajak atas nama asosiasi


Seluruh ka:ryawan asosiasi tel ah terdaftar sebagai anggota aktif Bad an
6 Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan

7 Surat ...
SK No 047345 C
PRE.SIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 93 -

Surat pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan asosiasi, yang


7
ditandatangani oleh ketua umum/ketua atau sebutan lain
Dokumen kode etik, dokumen kode tata laku profesi, dan keberadaan dewan etik
8
atau sebutan lain
9 Dokumen program kerja asosiasi
Laporan keuangan tahun terakhir asosiasi sebelum pengajuan permohonan
10 akreditasi yang telah diaudit kantor akuntan publik yang memiliki izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
11. Pedoman praktik prof esi bagi Asosiasi Profesi
Pengurus Asosiasi Badan Usaha tidak merangkap sebagai pengurus pada
12
Asosiasi Badan Usaha yang lain yang dibuktikan dengan surat pernyataan

Pengurus Asosiasi Profesi tidak merangkap sebagai pengurus pada Asosiasi


13
Profesi yang lain yang dibuktikan dengan surat pernyataan

Pengurus Asosiasi terkait Rantai Pasok Konstruksi tidak merangkap sebagai


14 pengurus pada Asosiasi terkait Rantai Pasok Konstruksi yang lain yang
dibuktikan dengan surat pernyataan
7 Laporan ...

SK No 047346 C
F'RE:S IDEN
REPUBLIK ~~4o_NES!A

7 Laporan tahunan asosiasi atau membuat surat kesanggupan untuk pertama kali

8 Pakta integritas, yang ditandatangani oleh ketua umum/ketua atau sebutan lain
Surat pernyataan yang menyatakan kebenaran isi dokumen di atas materai, yang ditandatangani
9
oleh ketua umum/ketua atau sebutan lain I

* Jumlah dan sebaran anggota dinilai darijumlah anggota tetap Asoasiasi Badan Usaha yang memiliki Izin Usaha Jasa Konstruksi
dan Sertifikat Badan Usaha yang masih berlaku
** Jumlah dan sebaran anggota dinilai dari jumlah anggota tetap Asosiasi Profesi yang memiliki Sertifikat Keahlian
yang masih berlaku

Tabel 2 ...

SK No 047347 C
!='RES !DEN
REPUBUK INDONESIA
- 95 -
Tabel 2. Pemenuhan terhadap Dokumen tambahan lain
Pelaksanaan Sah, Benar
No Bukti Dokumen tambahan lain
Ada Tidak Ya Tidak
1 Salinan sistem manajemen mutu atau dokumen mutu
Salinan copy perjanjian kerja sama/nota kesepahaman
2
bersama dengan organisasi internasional
Salinan copy perjanjian kerja sama/ nota kesepahaman
3 bersama dengan Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah
Daerah/Institusi lainnya
Salinan laporan pengabdian masyarakat atau tanggung
4
jawab sosial
5 Salinan dokumen partisipasi perumusan kebijakan
6 . Salinan publikasi ilmiah bagi Asosiasi Profesi
Surat pemyataan yang menyatakan ketersediaan sarana
7 dan prasarana pusat dan daerah lainnya yang meliputi
situs web dan/ atau pangkalan data sistem informasi
Tabel 3 ...

SK No 047348 C
PRESIDEN
REPUBL.IK _1~g?NESIA

Tabet 3. Pembobotan Jumtah Anggota dan Sebaran (20%)


Tabet 3.1 Asosiasi Badan Usaha

Jasa Konsultansi 17 15 18-20 16-50 >20 >50

Umum Cabang 10 100 11-17 101-125 >17 >125

Umum Tanpa
40 41-75 >75
Pekerjaan Ca bang
Konstruksi
Khusus Cabang 10 10 11-15 11-30 >15 >30
Khusus Tanpa
30 31-40 >40
Ca bang
Pekerjaan Konstruksi
30 31-40 >40
Terintegrasi

Tabel 3.2 ...


SK No 047349 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 97 -
Tabel 3.2 Asosasi Profesi

Umum 17 750 18-20 751-1000 >20 >1000


Arsitektur
Khusus 100 101-150 >150
Umurn 17 1000 18-20 1001-1250 >20 >1250
Sipil
Khusus 300 301-450 >450
Umum 17 750 18-20 751-1000 >20 >1000
Mekanikal
Khusus 100 101-150 >150
Tata Umum 17 750 18-20 751-1000 >20 >1000
Lingkungan Khusus 100 101-150 >150
Manajemen Umum 17 750 18-20 751-1000 >20 >1000
Pelaksanaan Khusus 100 101-150 >150

Tabel 3.3 ...

SK No 047350 C
PRES I DEN
REPUSLIK _1~g?NESIA

Tabel 3.3 Asosiasi terkait Rantai Pasok

Material 10 11-23 >23


Peralatan 10 11-23 >23
Teknologi 10 11-23 >23
Sumber Daya Manusia 10 11-23 >23

Tabel 4 ...

SK No 047351 C
FIRES !DEN
REF'UBLIK INDONESIA
- 99 -
Tabel 4. Pembobotan Pemberdayaan Kepada Anggota (25%)
Tabel 4.1 Pelaksanaan Pengembangan Usaha Berkelanjutan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dengan bobot 20%

1 Asosiasi Badan Usaha 10 kegiatan 11-12 kegiatan > 12 kegiatan


Umum 12 kegiatan 11-15 kegiatan > 15 kegiatan
2 Asosiasi Prof esi
Khusus 6 kegiatan 7 -9 kegiatan >9 kegiatan
3 Asosiasi terkait Rantai Pasok 1 kegiatan 2-3 kegiatan >3 kegiatan

Tabel 4.2 ...

SK No 047352 C
F>RES IOEN
REPUBLIK_ 1~16~NESIA

Tabel 4.2 Program Pengembangan Usaha Berkelanjutan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan bobot 5%

Pengembangan Usaha
1 Berkelanjutan Asosiasi Badan . 10 kegiatan 11-12 kegiatan > 12 kegiatan
Usaha
Pengembangan Um um 12 kegiatan 11-15 kegiatan > 15 kegiatan
Keprof esian
2
Berkelanjutan Khusus 6 kegiatan 7 -9 kegiatan >9 kegiatan
Asosiasi Profesi
Pengembangan Usaha
3 Berkelanjutan Asosiasi terkait 1 kegiatan 2-3 kegiatan >3 kegiatan
Ran tai Pasok

Tabel 5 ...

SK No 047353 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 101 -

Tabet 5. Pembobotan Pemilihan Pengurus secara Demokratis (15%)

Musyawarah Nasional/ sejenisnya


sejenisnya sesuai AD/ ART
Susunan Pengurus Terdapat minimal Ketua,
Sekretaris/Sekjen, Bendahara, dan
Dewan Etik

Tabel 6 ...

SK No 047354 C
PRES I DEN
REF'UBLIK_ ~~~~NESIA

Tabel 6. Pembobotan Sarana dan Prasarana di Tingkat Pusat dan Daerah (10%)

Gedung Kantor*
Sumber Daya Manusia*
Memenuhi 3 Memenuhi 4 Memenuhi
Perlengkapan Kantor*
Kategori wajib Kategori 5 Kategori
Situs Web
Pangkalan Data
*wajib

Tabel 7 ...

SK No 047355 C
PRES !DEN
REPUBL.IK INDONESIA
- 103 -

Tabel 7. Pembobotan Kewajiban sesuai Peraturan Perundang-undangan (30%)

Asosiasi Badan 11 persyaratan wajib dan 5


11 kategori wajib 12-15 kategori 16 kategori
Usaha dokumen tambahan
12 persyaratan wajib dan 6
Asosiasi Prof esi 12 kategori wajib 13-1 7 kategori 18 kategori
dokumen tambahan
Asosiasi terkait 11 persyaratan wajib dan 5
11 kategori wajib 12-15 kategori 16 kategori
Rantai Pasok dokumen tambahan
XII. ALUR ...

s« No 047356 C
F'RESIDEN
REF>UBLIK_ lfm.O_NESIA

XII. ALUR TATA CARA AKREDITASI ASOSIASI

ASOSIASI LPJK

r-..,ulal La po ran
Penllalan
Akredltasl
M•Myl•pken berkaG
P•rmohonon sesuei
Per-syeroten
Manerima dan Melakukan kejlon Menetapkan
Molakuken Verlflkasi dan Membuat Status
Valldo•i Barkes Laporan Akreditasl
Pormlntoan Menerima dan Permohonan Pelak&an••n Asosiasl
Kel•ngkaQan rnernerlks• Akredltasl Asoslasl
· Permohonan kQlo ....gkapan Barkes
P•rmohonan
Klarlfikasi konflrmasi
atau Pcninjauan
Tldnk Laoanoan
M•l•ngkapl
kef•ngkapan Berka•
Poitrrnohonan•
c- 5 Harl K•rja

Surat Penetapen
Akreditasl
BukU Pembayeran
Blaya Akredit.msi
Molakukan Menerbltkan
Pembayaran Surat Tanda
Blaya Akredltasl Akredltasl
:s:5 hart kerJca Menerlm1,1 Bukti
Pembayarmn don
Mangajukan Permohonan
BorKet• Akraditasi
Penll•l•n Permohonan
Akreditasl Asoslasl

Surat Tenda
Akrcdltaal

C--- Selesal ) Membuat


Asosiasi
Pengumuman
Terakredltasl
dan Tldak terakredltasi

Salosal

XIII. TATA ...

SK No 047357 C
PRESIDEN
REPUBL!K !N'DONESIA
- 105 -
XIII. TATA CARA PENILAIAN KINERJA SESAAT.
RINCIAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT:

A. PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT PEKERJAAN KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM ATAU SPESIALIS
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat pekerjaan konstruksi bersifat umum atau spesialis
adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli (KTA) KTA

Keterangan:
TAb= Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai
kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang tersedia di proyek

b. Kesesuaian ...

SK No 047358 C
PRES !OEN
REPUSLIK_ litJt,O_NESIA

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli (KDI) KDI = Dlt


Dlb

Keterangan:
Dib = Jumlah disiplin ilmu tenaga ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak
Dlt = .Jumlah disiplin ilmu tenaga ahli yang tersedia di
proyek

c. Kesesuaian ...

SK No 047359 C
PRESIDEN
REPUBLIK [NDONESIA
- 107 -

c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli (KPI')


KPI' = 2:. L~- ( Tbi
Tti x Pti)
N I-l x Pbi

Catatan: Keterangan
Jumlah jenis dan Pengalaman kerja N = Jumlah jenis tenaga ahli
tenaga ahli maksimal sesuai jumlah jenis 1 J enis tenaga ahli
dan pengalaman kerja tenaga ahli yang Tb = Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai
ada di dokumen kontrak. kontrak
Tt = .Jumlah tenaga ahli yang tersedia di proyek.
Pb Pengalaman kerja yang dibutuhkan sesuai kontrak
Pt Pengalaman kerja yang tersedia di proyek.

d. Kesesuaian ...

SK No 047360 C
PRESIDEN
REPUBLIK_ lfb93o_NESIA

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja


tenaga ahli (KSK) KSK = SKt
SKb

Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli
yang dibutuhkan sesuai kontrak.
SKt = Jumlah sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli
yang tersedia di proyek.

2. Kesesuaian . . .

SK No 047361 C
PF<ES IDEN
REPUBt.lK INOONESIA
. - 109 -

Kesesuaian peralatan proyek (KP) KP = !. L~- ( Pti x Kti)


A l-1 Pbi x Kbi

Keterangan:
A = Jumlah jenis peralatan proyek
1 Jenis Peralatan proyek
Pb Jumlah peralatan yang dibutuhkan sesuai kontrak.
Pt = Jumlah peralatan yang tersedia diproyek
Kb = Kapasitas peralatan yang dibutuhkan sesuai
kontrak.
Kt = Kapasitas peralatan yang tersedia di proyek.

3. Kesesuaian . . .

SK No 047362 C
FIRESIDEN
REPUBLIK_ lfltf_NESIA

Kesesuaian kualitas hasil pekerjaan fisik


terpasang dengan standar mutu dalam TM=-
1
n
Ln
i=1
(HMPi [rata - rata])
SMi
dokumen kontrak (TM)
n = jumlah pekerjaan utama yang cacat mutu.
i = jenis pekerjaan utama yang cacat mutu.
SMi= Standar Mutu Pekerjaan utama;
HMPi [rata - rata] =
hasil rata - rata mutu per jenis pekerjaan utama
yang cacat mutu. HMPi [rata - rata], dicatat pada
saat awal kegiatan tes mutu pekerjaan Utama.

4. Tingkat ...

SK No 047363 C
PRES I DEN
REPU·SLIK INOONESIA
- 111 -

a. Tingkat keselarnatan kerja ringan (TKR) TKR = I: TKT - I: TCR


:ETKT

Keterangan:
TCR = Jumlah tenaga kerja cacat ringan (sakit yang
terekarn ) dan kehilangan jam kerja kurang dari .
dua hari kerja
TKT = Jumlah tenaga kerja total sampai saat penilaian
kinerja sesaat.

b . .Tingkat ...

SK No 047364 C
PRESIDEN
REPU9LIK_ Ifl~O_NESIA

b. Tingkat keselamatan kerja berat (TKB) TKB = L TKT-:E TCB


LTKT

Keterangan:
TCB = Jumlah tenaga kerja cacat berat
(sakit/meninggal) dan mengakibatkan kehilangan
jam kerja dua hari atau lebih.
TKT Jumlah tenaga kerja total sampai saat penilaian
kinerja sesaat

5. Kesesuaian . . .

SK No 047365 C
PRES IDEN
REFIUSLIK INDONESIA
- 113 -

Kesesuaian progres pekerjaan konstruksi KPP = PN


saat penilaian dengan rencana kerja PR
proyek (KPP)
Keterangan:
PN = Progres nyata pekerjaan konstruksi yang sedang
berjalan (%)
PR = Progres rencana pekerjaan konstruksi yang
sedang berjalan (%)

2. Pembobotan ...

SK No 047366 C
PR.ES IDEN
REPUBLIK_ 1i19i.o_NESIA

2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung nilai kinerja penyedia jasa sesaat pekerjaan konstruksi
bersifat umum atau spesialis adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 7

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 3

c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli 5

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 5

Kesesuaian peralatan proyek

3. Kesesuaian ...
SK No 047367 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 115 -

Tingkat keselamatan kerja ringan

b. Tingkat keselamatan kerja berat 10

Kesesuaian progres pekerjaan konstruksi saat penilaian dengan rencana kerja proyek 23

3. Cara ...

SK No 047368 C
PRES I DEN
REPUBLIK_ l~%~NESIA

3. Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Bersifat Umum atau Spesialis

Kesesuaian jumlah tenaga ahli

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 3%

c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli 5%

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 5%

Kesesuaian kualitas hasil pekerjaan fisik terpasang dengan standar mutu dalam 20%
dokumen kontrak

4. Tingkat ...
SK No 047369 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 117 -

Tingkat keselamatan kerja ringan

Tingkat keselamatan kerja berat

4. Kinerja ...

SK No 047370 C
PRESIOEN
REBUBUK lNOONESIA

- 118 -

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Bersifat Umum atau


Spesialis
Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan konstruksi bersifat
umum atau spesialis untuk yang sedang melaksanakan lebih dari satu proyek,
dihitung dari rata-rata tertimbang dari nilai kinerja seluruh proyek yang sedang
dikerjakan terhadap nilai progres untuk proyek yang sedang berjalan, formula:

5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Bersifat Umum atau
Spesialis dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:

1. 80 % - 100 % 90 % - 100 % 85 % - 100% Sangat Baik AAA

2. 70 % - 79 % 80 % - 89 % 75% - 84% Baik AA

3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % 65% - 74% Cukup Baik A


4. 50 % ;..59 % 60 % - 69 % 55% - 64% Se dang B

5. 40'% - 49 % 50 % - 59 % 45% - 54% Rendah c


Sangat
6. ::;39% ::;49% ::;44% D
Rendah

B. PENILAIAN...

SK No 075551 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 1 I9 -

B.PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT PEKERJAAN KONSTRUKSI


TERINTEGRASI, MELIPUTI :
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat
pekerjaan konstruksi terintegrasi adalah sebagai berikut:

Kesesuaian jumlah
tenaga ahli (KTA)
Keterangan:
TAb= Jumlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang
tersedia di proyek

b. Kesesuaian disiplin KDI = Dlt


Dlb
ilmu tenaga ahli (KDI)
Keterangan:
Dib = Jumlah disiplin ilmu tenaga ahli
yang dibutuhkan sesuai
kontrak
Dit -= Jumlah disiplin ilmu tenaga ahli
yang tersedia di proyek

c. Kesesuaian ...

SK No 075552 A
PRESIPEf\.
REPUBLIK INDONESIA

- 120 -

c. Kesesuaian = _1_ ~,M ( Tkti x Pkti + Tpti x Ppti)


KPT N+ML1=1 Tkbi X Pkbi Tpbi X Ppbi
pengalaman tenaga
ahli (KPT)
Keterangan
N = J umlah j enis tenaga ahli
perancangan
Catatan:
M J umlah j enis tenaga ahli
Jumlah jenis dan pelaksanaan konstruksi
Pengalaman kerja 1 = J enis tenaga ahli
tenaga ahli maksimal Tkb = Jumlah tenaga ahli konstruksi
sesuai jumlah jenis yang dibutuhkan sesuai
dan pengalaman kerja kontrak
tenaga ahli yang ada di Tkt = Jumlah tenaga ahli konstruksi
dokumen kontrak. yang tersedia di proyek.
Pkb = Pengalaman kerja konstruksi
yang dibutuhkan sesuai
kontrak
Pkt = Pengalaman kerja konstruksi
yang tersedia di proyek.
Tpb = Jumlah tenaga ahli
perancangan yang dibutuhkan
sesuai kontrak
Tpt = Jumlah tenaga ahli
perancangan yang tersedia di
proyek.
Ppb = Pengalaman kerja perancangan
yang dibutuhkan sesuai
kontrak
Ppt = Pengalaman kerja perancangan
yang tersedia di proyek.

d. Kesesuaian ...

SK No 075553 A
PRES I OEN.
REPUBLIK INDONESIA

- 121 -

d. Kesesuaian sertifikat KSK = SKt


SKb
kompetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat kompetensi
kerja tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak.
SKt Jumlah sertifikat kompetensi
kerja tenaga ahli yang tersedia
di proyek.

Kesesuaian KFP = FPT


FPK
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk
Keterangan:
perancangan (KFP)
FPK = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung sesuai dokumen
perancangan
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung yang tersedia

3. Kesesuaian ...

SK No 075554 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESIA

- 122 -

Kesesuaian peralatan KP= ~L~


1-1
(PtixKti)
A Pbi x Kbi .
proyek (KP)
Keterangan:
A = Jumlah jenis peralatan proyek
1 = J enis Peralatan proyek
Pb = Jumlah peralatan yang
dibutuhkan sesuai kontrak.
Pt = Jumlah peralatan yang tersedia
diproyek
Kb = Kapasitas peralatan yang
dibutuhkan sesuai kontrak.
Kt = Kapasitas peralatan yang
tersedia di proyek.

Kesesuaian progres KPP


p
= PNp
PRp
perancangan saat
penilaian dengan
Keterangan:
rencana (KPPp)
PNp = Progres nyata perancangan saat
penilaian.
PRp = Progres rencana perancangan
saat penilaian.'

5. Kesesuaian ...

SK No 075555 A
PRES I OEN
REPUBLIK INOONESIA
- 123 -

Kesesuaian kualitas
hasil pekerjaan fisik '
TM=-
1
n
Ln
i=1
(HMPi [rata - rata])
SMi
terpasang dengan
standar mutu dalam n = jumlah pekerjaan utama yang
dokumen kontrak (TM) cacat mutu.
1 = jenis pekerjaan utama yang
cacat mutu.
SMi= Standar Mutu Pekerjaan utama;
HMPi [rata - rata] =
hasil rata - rata mutu per jenis
pekerjaan utama yang cacat
mutu. HMPi [rata - rata], dicatat
pada saat awal kegiatan tes
mutu pekerjaan Utama.

a. Tingkat keselamatan % TKR = (ETKT-ETCR) x 100 %


ETKT
kerja ringan (TKR)
Keterangan:
TCR = Jumlah tenaga kerja cacat
ringan (sakit yang terekam)
dan kehilangan jam kerja
kurang dari dua hari kerja
TKT = Jumlah tenaga kerja total

Li
penyedia jasa sesaat
l ------------~-- sampai saat penilaian kinerja

b. Tingkat ...

SK No 075556 A
PRES I OEN
REPUBLIK INOONESIA

- 124 -

b. Tingkat keselamatan % TKB = ( ETKT-.I:TCB) x 100 %


.I:TKT
kerja berat (TKB)
Keterangan:
TCB = Jumlah tenaga kerja cacat
berat (sakit/meninggal) dan
mengakibatkan kehilangan
jam kerja dua hari kerja atau
lebih
TKT = Jumlah tenaga kerja total
sampai saat penilaian kinerja
penyedia jasa sesaat

Kesesuaian progres % KPPk = PNk


PRk
pekerjaan konstruksi
saat penilaian dengan
Keterangan:
rencana kerja proyek
PNk Progres nyata fisik terpasang
(KPPk)
saat penilaian (%)
PRk Progres rencana kerja proyek
saat penilaian (%)

2. Pembobotan ...

SK No 075557 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 125 -

2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaaat pekerjaan konstruksi terintegrasi adalah
sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 6

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 3


c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 4

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 4

3. Cara ...

SK No 075558 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA

- 126 -

3. Cara Penilaian Kinerja Proyek Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 6%

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 3%

c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 4%

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja fenaga ahli 4%

4. Kinerja ...

SK No 075559 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNOONESIA
- 127 -

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi


Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat pekerjaan konstruksi
terintegrasi untuk yang sedang melaksanakan lebih dari satu proyek,
dihitung dari rata-rata tertimbang dari nilai kinerja seluruh proyek yang
sedang dikerjakan terhadap nilai progres untuk proyek yang sedang
berjalan, formula:

Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi


dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:

2. 80 % - 89 % Baik AA

3. 70 % - 79 % Cukup Baik A

4. 60 %- 69 % Sedang B

5. 50 % - 59 % Rendah c
6. . ~49 % Sangat Rendah D

C. PENILAIAN...

SK No 075560 A
PRESIDEN
REl?UBLIK INDONESIA

- 128 -

C. PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT JASA KONSULTANSI


KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM LAYANAN USAHA PENGKAJIAN
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk rnengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat urnurn layanan usaha pengkajian adalah
sebagai berikut:

a. Kesesuaian jurnlah KTA = TAt


TAb
tenaga ahli (KTA)
Keterangan:
TAb = Jurnlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai
kontrak
TAt = Jurnlah tenaga ahli yang
tersedia di proyek

b. Kesesuaian disiplin Dlt


KDI Dlb
ilmu tenaga ahli (KDI)
Keterangan:
Dlb = Jurnlah disiplin ilrnu
tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai
kontrak
Dlt = .Jumlah disiplin ilrnu
I tenaga ahli yang tersedia

.__~..._~~~--.--~~~~~~~~~-~-d-·1_·_P_ro_y_e_k~~~~~~~~
c. Kesesuaian ...

SK No 075561 A
PRES ID EN
REPUBLIK lNDONESlA
- 129 -

c. Kesesuaian 1 N ( Tti x Pti )


KPT = NLi:.:1 ,Tbl x Pbi
pengalaman kcrja
tenaga ahli (KPT)
Keterangan
N Jumlah jenis tenaga ahli
1 = J enis tenaga ahli
Catatan:
Tb = Jumlah tenaga ahli yang
.Jumlah jenis dan dibutuhkan sesuai
Pengalaman kerja kontrak
tenaga ahli maksimal Tt = Jumlah tenaga ahli yang
I
sesuai jumlah jenis tersedia di proyek.
dan pengalaman kerja Pb Pengalaman kerja yang
tenaga ahli yang ada di dibutuhkan sesuai
dokumen kontrak. kontrak
Pt = Pengalaman kerja yang
tersedia di proyek.

d. Kesesuaian sertifikat KSK ., SKt


SKb
kornpetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak.
SKt = Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang tersedia di
proyek.

2. Kesesuaian . . .

SK No 075562 A
PRES I OEN
REPLIBLIK lNDONESIA

- 130 -

Kesesuaian
kelengkapan fasilitas
pendukung (FKP)
Keterangan:
FPK = Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung
pengkajian sesuai
dokumen kontrak
FPT Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung
pengkajian yang tersedia
di proyek

Kesesuaian progres
pengkajian saat
penilaian dengan
Keterangan:
rencana (KPP)
PN = Progres nyata pengkajian
saat penilaian
PR = Progres rencana
pengkajian saat penilaian

2. Pembobotan ...

SK No 075563 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 131 -

2. Pembobotan Indikator
Bobotyang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha pengkajian adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 9

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 5

c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli 11

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 9

3. Cara Penilaian ~inerja Penyedia -Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi


Bersifat Umum l.,ayanan Usaha Pengkajian ·

Kesesuaian jumlah tenaga ahli

b. Kesesuaian ...

SK No 075564 A
PRESIOEN
REPUBLIK lNDONESIA

- 132 -

Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 5%

c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga 11%


ahli.

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja 9%


tenaga ahli

Kesesuaian progres jasa konsultansi 48%


konstruksi bersifat umum layanan
usaha pengkajian

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum


Layanan Usaha Pengkajian
Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat jasa konsultansi konstruksi
bersifat umum layanan usaha pengkajian untuk yang sedang melaksanakan
lebih dari satu paket pekerjaan, dihitung dari rata-rata tertimbang dari nilai
kinerja seluruh pekerjaan yang sedang dikerjakan terhadap nilai progres untuk
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, formula:

Nilai ...

SK No 075565 A
PRES I OEN
REl?UBLIK aNDONESIA
- 133 -

Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Pengkajian dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade,
sebagai berikut:

1. 80 % - 100 % 90 % - 100 % Sangat Baik AAA

2. 70 % - 79 % 80 % - 89 °lo Baik AA

3. 60 %·- 69 % 70 % - 79 % Cukup Baik A

4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Se dang B

5. 40 % - 49 % 50 % - 59 % .Rendah c
Sangat
6. ::; 39 % s 49 % D
Rendah

D. PENILAIAN...

SK No 075566 A
PRES ID EN
REPUBUK INDONESIA

- 134 -

D.PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT JASA KONSULTANSI


KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM LAYANAN USAHA PERENCANAAN

1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha perencanaan adalah
sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah KTA


tenaga ahli (KTA)
Keterangan:
TAb Jumlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang
tersedia di proyek

b. Kesesuaian disiplin KDI = Dlt


Dlb
ilmu tenaga ahli (KDI)
Keterangan:
Dlb = Jumlah disiplin ilmu tenaga
ahli yang dibutuhkan sesuai
kontrak
Dlt = Jumlah disiplin ilmu tenaga
ahli yang tersedia di proyek

c. Kesesuaian ...

SK No 075567 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 135 -

c. Kesesuaian pengalaman 1 N (TtixPti)


KPT = N Li=l Tbi x Pbi
tenaga ahli (KPT)
Keterangan
N Jumlah jenis tenaga ahli
Catatan:
1 Jenis tenaga ahli
Jumlah jenis dan Tb Jumlah tenaga ahli yang
Pengalaman kerja dibutuhkan sesuai kontrak
tenaga ahli maksimal Tt = Jumlah tenaga ahli yang
sesuai jumlah jenis dan tersedia di proyek.
pengalaman kerja Pb = Pengalaman kerja yang
tenaga ahli yang ada di dibutuhkan sesuai kontrak
dokumen kontrak. Pt = Pengalaman kerja yang
tersedia di proyek.

d. Kesesuaian sertifikat KSK = SKt


SKb
kompetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat kompetensi
kerja tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak.
SKt Jumlah sertifikat kompetensi
kerja tenaga ahli yang
tersedia di proyek.

Kesesuaian · ·
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk
Keterangan:
perencanaan (FKP) FPK = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perencanaan
sesuai dokumen kontrak
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perencanaan
yang tersedia di proyek

3. Kesesuaian ...

SK No 075568 A
PRES I OEN
REF?UBLIK INDONESIA

- 136 -

Kesesuaian progres KPP


PR
perencanaan saat
penilaian (KPP)
Keterangan:
PN = Progres nyata perencanaan
saat penilaian
PR = Progres rencana
perencanaan saat penilaian

2. Pembobotari indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 9

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 5

·c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli 11

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 9

3. Cara ...

SK No 075569 A
PRES ID EN
REPUBLIK INDONESIA
- 137 -

3. Cara Penilaian Kinerja Proyek Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum


Layanan Usaha Perencanaan

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 9%

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 5%

c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli 11%

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga 9%


ahli

4. KinerJaPenyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum


Layanan Usaha Perencanaan
Perhitungan
. Nilai
.
Kinerja Penyedia Jasa Sesaat jasa konsultansi konstruksi
bersifat umum layanan usaha perencanaan untuk yang sedang melaksanakan
lebih dari satu paket pekerjaan, dihitung dari rata-rata tertimbang dari nilai
kinerja seluruh pekerjaan yang sedang dikerjakan terhadap nilai progres untuk
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, formula:

Nilai ...

SK No 075570 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

- 138 -

Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Perencanaan dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade,
se bagai beriku t:

1. 80 % - 100 % 90 % - 100 % Sangat Baik . AAA

2. 70 % - 79 % 80-% - 89 % Baik AA

3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % Cukup Baik A

4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Sedang B

5. 40 % -49 % 50 % - 59 % Rendah c
6. $39% $ 49 % Sangat Rendah D

E. PENILAIAN ...

SK No 075571 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 139 -

E. PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT JASA KONSULTANSI


KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM LAYANAN USAHA PERANCANGAN.

1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha perancangan adalah
sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah TAt


KTA TAb
tenaga ahli (KTA)
Keterangan:
TAb = Jumlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang
tersedia di proyek
Dlt
b. Kesesuaian disiplin KDI Dlb
ilmu tenaga ahli (KDI)
Keterangan:
Dib Jumlah disiplin ilmu tenaga
ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak
Dit Jumlah disiplin ilmu tenaga
ahli yang tersedia di proyek

c. Kesesuaian ...

SK No 075572 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA

- 140 -

c. Kesesuaian 1 N ( Tti x Pti )


KPT = N Li=l Tbi x Pbi
pengalaman kerja
tenaga ahli (KPT)
Keterangan
N Jumlah jenis tenaga ahli
1 J enis tenaga ahli
Catatan:
Tb Jumlah tenaga ahli yang
Jumlah jenis dan dibutuhkan sesuai kontrak
Pengalaman kerja Tt Jumlah tenaga ahli yang
tenaga ahli maksimal tersedia di proyek.
sesuai jumlah jenis Pb Pengalaman kerja yang
dan pengalaman dibutuhkan sesuai kontrak
kerja tenaga ahli Pt = Pengalaman kerja yang
yang ada di dokumen tersedia di proyek.
kontrak.

d. Kesesuaian sertifikat KSK = SKt


SKb
koinpetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb == Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak.
SKt Jumlah sertifikat
kornpeterisi kerja tenaga
ahli yang tersedia di
proyek.

Kesesuaian
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk Keterangan:
perancangan (FKP) FPK = .Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perancangan
sesuai dokumen kontrak
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perancangan
yang tersedia di proyek

3. Kesesuaian ...

SK No 075573 A
PRES ID EN
REPLIBLIK INDONESIA
- 141 -

Kesesuaian progres KPP = PN


PR
perancangan saat
penilaian dengan
Keterangan:
rencana (KPP)
PN = Progres nyata jasa
konsultansi konstruksi
yang sedang berjalan.
PR = Progres rencana jasa
konsultansi konstruksi
yang sedang berjalan.

2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha perancangan adalah sebagai berikut:

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 5

c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 11

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 9

Kesesuaian progres jasa konsultansi konstruksi bersifat


umum layanan usaha perancangan saat penilaian

3. Cara ...

SK No 075574 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA

- 142 -

3. Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi


Bersifat Umum Layanan Usaha Perancangan

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 9%

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 5%

c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 11%

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja 9%


tenaga ahli

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum


Layanan Usaha Perancangan
Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat jasa konsultansi
konstruksi bersifat umum layanan usaha perancangan untuk yang sedang
melaksanakan lebih dari satu paket pekerjaan, dihitung dari rata-rata
tertimbang dari nilai kinerja seluruh pekerjaan yang sedang dikerjakan
terhadap nilai progres untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan,
formula:

5. Nilai · ...

SK No 075575 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 143 -

5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Perancangan dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade,
sebagai berikut:

1. 80 % - 100 % 90 % - 100 % Sangat Baik AAA

2. 70 % - 79 °Ii:> 80 % - 89 % Baik AA

3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % Cukup Baik A

4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Se dang B

5. 40 % - 49 % .50 % - 59 % Rendah c
6. s 39 % s 49 % Sangat Rendah D

F. PENILAIAN...

SK No 075576 A
PRES I OEN
REl?UBLIK KNOONESIA

- 144 -

F.PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT JASA KONSULTANSI


KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM LAYANAN USAHA PENGAWASAN.

1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha pengawasan adalah
sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah KTA = TAc


TAb
tenaza ahli (KTA)
Keterangan:
TAb = Jumlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang
terser;" -i 1 proyek

b. Kesesuaian disiplin Dlt


KDI =-Dlb
ilmu tenaza ahli (KDI)
Keterangan:
Dlb = Jumlah disiplin ilmu
tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
Dlt = Jumlah disiplin ilmu
tenaga ahli yang tersedia di
proyek ·

c. Kesesuaian ...

SK No 075577 A
PRES I OEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 145 -

c. Kesesuaian 1 N ( Tti x Pti )


KPT = N Li=l Tbi x Pbi
pengalaman kerja
tenaga ahli (KPT)
Keterangan
N = Jumlah jenis tenaga ahli
1 = J enis tenaga ahli
Catatan:
Tb = Jumlah tenaga ahli yang
Jumlah jenis dan dibutuhkan sesuai kontrak
Pengalaman kerja Tt = Jumlah tenaga ahli yang
tenaga ahli maksimal tersedia di proyek.
sesuai jumlah jenis Pb = Pengalaman kerja yang
dan pengalarnan kerja dibutuhkan sesuai kontrak
tenaga ahli yang ada di Pt = Pengalaman kerja yang
dokumen kontrak. tersedia di proyek.

d. Kesesuaian sertifikat KSK = SKt


SKb
kompetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak.
SKt .Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang tersedia di
proyek.

Kesesuaian
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk
Keterangan:
pengawasan (FKP)
FPK = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung pengawasan
sesuai dokumen kontrak
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung pengawasan
yang tersedia di proyek

3. Kesesuaian ...

SK No 075578 A
PRES I OEN
REP.UBUK INDONESIA
- 146 -

Kesesuaian kualitas
hasil perkerjaan fisik
TM=-
· i
n
Ln
i=1
(HMPi [rata - rata])
SM1
.
terpasang dengan
standar mutu dalam n = jumlah pekerjaan utama
dokumen kontrak yang cacat mutu.
pada proyek yang 1 = jenis pekerjaan utama yang
diawasi (TM) cacat mutu.
SMi = Standar ·Mutu Pekerjaan
utama;
HMPi [rata - rata] = hasil rata - rata ·
mutu per jenis pekerjaan
utama yang cacat mutu.
HMPi[rata - rata], dicatat
pada saat awal kegiatan tes
mutu pekerjaan Utama.

Kesesuaian progres KPPk=


pekerjaan konstruksi
yang sedang diawasi
Keterangan:
saat peniiaian dengan
PN = Progres nyata fisik
rencana proyek (KPPk)
terpasang saa t. penilaian
(%)
PR Progres rencana kerja
proyek saat penilaian (%)
~ ..

2. Pembobotan. . .

SK No 075579 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 147 -

2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 11

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 6

c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 8


..
d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 8

Kesesuaian progres pekerjaan konstruksi yang diawasi 30


saat penilaian dengan rencana proyek

3. Cara ...

SK No 075580 A
PRES I PEN
REPUBLIK lNDONESIA

. , 148 -

3. Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi


Bersifat Umum Layanan Usaha Pengawasan

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 11


b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 6
c. Kesesuaian pengalaman tenaga ahli 8
d. Kesesuaian sertifikat kompetensi
kerja tenaga ahli 8

1t~:s.e~11,ian K~l~~gkapariFasilita8; :
1--"------11-'P~_- ~"'--~-~~~kp:~gi~,iltuk• J:»~nga.}Va.~;n <,t\<·
Kesesuaian Kelengkapan Fasilitas
Pendukung untuk Pengawasan

.1C!'~!s~ai~~'.JK:11~li~as Ha~if
pe~erjaa~ii~jlf:T.~rp~s~ng .
Kesesuaian kualitas hasil perkerjaan
fisik terpasang dengan standar mutu
23
dalam dokumen kontrak pada proyek
. 1. •
yang uiawasi,..,_..,....,......-,--,-,-----,--~,-,.,.,---,~-,--,------t-..,-,-~----t--,-----,-,--,-~~,
...................,,..,,..,,,.+.
?~~$~~ua~fin·.pre>gf¢sPekerja~~-.- .•- _ i -
-~pfi~t~k:si ,'.S!at.•;Penilaian .dengan·•·
'Re~pah~;~~tja."Pre>yek . . . . . . _- ----
Kesesuaian progres pekerjaan
konstruksi yang diawasi saat 30
penilaian dengan rencana proyek

Fl{INE~'1'.A.P~IiY-Ei)I1\: JASA.'SESA.A.T-:,'.
;JASi'KO'N~IJL'l'ANSI"" KONSTRUKS1<2
: )3~i~1,rA'f:~1VJt.fM/LA.YANA.N·-tls@li·:· ·:
-P~~G,A.WA:S,AiN-~--,

4. Kinerja ...

SK No 075581 A
PRESIDEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 149 -

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum


Layanan Usaha Pengawasan
Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat jasa konsultansi konstruksi
bersifat .umum layanan usaha pengawasan untuk yang sedang melaksanakan
lebih dari satu paket pekerjaan, dihitung dari rata-rata tertimbang dari nilai
kinerja seluruh pekerjaan yang sedang dikerjakan terhadap nilai progres untuk
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, formula:

1);,;~~~i~~~~~(~~-,~\;:~f"c(K'.";,:~~,)~~~;1~f~;~t~le(:~tJf~ii;,?~
r: i, .,· ..

5. Nilai Kinerja Penyedia .Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat


Umum Layanan Usaha Pengawasan
dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:

1. 80 % -.100 % 90 % - 100 % Sangat Baik AAA

2. 70 % - 79 % 80 % - 89 % Baik AA

3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % ·cukup Baik A

4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Sedap.g B

5. 40 %-49 % 50 %- 59 % Rendah c
6. ::;;;39% s; 49 % Sangat Rendah D

G. PENILAIAN...

SK No 075582 A
PRES I OEN
REPLIBLIK lNDONESIA

- 150 -

G.PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT JASA KONSULTANSI


KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM LAYANAN USAHA MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha manajemen
penyelenggaraan konstruksi adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian jumlah KTA = TAt


TAb
tenaga ahli (KTA)
Keterangan: . '
TAb = Jumlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang
tersedia · di proyek

b. Kesesuaian disiplin Dlt


KDI =·.:......-
Dlb
ilrnu tenaga ahli (KDI)
Keterangan:
Dib = Jumlah disiplin ilmu
tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
Dlt = .Jumlah disiplin ilmu
tenaga ahli yang tersedia
di proyek

c. Kesesuaian ...

SK No 075583 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 151 -

c. Kesesuaian 1 N ( Tti x Pti )


KPT = N Li=l Tbi x Phi
pengalaman kerja
tenaga ahli (KPT)
Keterangan
N = Jumlah jenis tenaga ahli
1 = J enis tenaga ahli
Catatan:
Tb = Jumlah tenaga ahli yang
Jumlah jenis dan dibutuhkan sesuai kontrak
Pengalaman kerja Tt = Jumlah tenaga ahli yang
tenaga ahli maksimal tersedia di proyek.
sesuaijumlah jenis Pb = Pengalaman kerj a yang
dan pengalaman kerja dibutuhkan sesuai kontrak
tenaga ahli yang ada Pt Pengalaman kerja yang
di dokumen kontrak. tersedia di proyek.

d. Kesesuaian sertifikat KSK = SKt


SKb
kompetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak.
SKt Jumlah sertifikat
kompetensi kerja tenaga
ahli yang tersedia di
proyek.

2. Kesesuaian ...

SK No075584A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA

- 152 -

Kesesuaian FKP = FPT x 100 %


FPK
kelengkapan fasilitas
pendukung (FKP)
Keterangan:
FPK = Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung sesuai
dokumen kontrak
FPT Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung yang
tersedia di proyek

Kesesuaian progres
perancangan saat
penilaian dengan
Keterangan:
rencana (KPPr) PN = Progres nyata perancangan
saat penilaian (%)
PR = Progres rencana
perancangan saat
penilaian (%)

4. Kesesuaian ...

SK No 075585 A
PRES I PEN
REPUBLIK INDONESIA
- 153 -

Kesesuaian kualitas
hasil perkerjaan fisik TM=-
1
n
I"i=l
(HMPi [rata - rata])
SM1
.
terpasang dengan n = jumlah pekerjaan utama
standar mutu dalam yang cacat mutu.
dokumen kontrak 1 = jenis pekerjaan utama
pada proyek yang yang cacat mutu.
diawasi (TM) SMi = Standar Mutu Pekerjaan
utama;
HMPi [rata - rata] = hasil rata -
rata mutu per jenis
pekerjaan utama yang cacat
mutu. HMPi[rata - rata],
dicatat pada saat awal
kegiatan tes mutu
pekerjaan Utama.

Kesesuaian progres
pekerjaan konstruksi
saat penilaian dengan
Keterangan..
rencana proyek (KPPk)
PN = Progres nyata fisik
terpas9:ng saat peinilaian
(%)
PR Progres rencana fisik
kinerja proyek saat
penilaian (%)

2. Pembobotan ...

SK No 075586 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

- 154 -

2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja proyek jasa konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha
manajemen penyelenggaraan konstruksi adalah sebagai berikut:

a. . Kesesuaian jumlah tenaga ahli 8

b.' Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 4

c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 7

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli 5

3. Cara ...

SK No 075587 A
PRES ID EN
REPUBLIK INOONESIA
- 155 -

3. Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi


Bersifat Umum Layanan Usaha Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi.

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 8


b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 4
c. Kesesuaian pengalaman kerja tenaga ahli 7
d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja
tenaga ahli 5

~;l!~if:11~ ~~ ............
4. Kinerja ...

SK No 075588 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA.

- 156 -

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum


Layanan Usaha Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi
Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat jasa konsultansi konstruksi
bersifat umum layanan usaha manajemen penyelenggaraan konstruksi untuk
yang sedang melaksanakan lebih dari satu paket pekerjaan, dihitung dari rata-
rata tertimbang dari nilai kinerja seluruh pekerjaa.n yang sedang dikerjakan
terhadap nilai progres untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan, formula:

5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi dikategorikan
berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:

--
1. 80 % - 100 % 90 % - 100 % Sangat Baik AAA

2. 70 % - 79 % 80 %- 89 % Baik AA

3. 60 % - 69 % 70 % - 79 %:i Cukup Baik A

4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Sedang B

5. 40 % - 49 % 50 % - 59 % Rendah c
~ ;.,,. ,.

6. :5:39% :5:49% Sangat Rendah D


----
H. PENILAIAN...

SK No 075589 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 157 -

H.PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT JASA KONSULTANSI


KONSTRUKSI BERSIFAT SPESIALIS.

1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat spesialis adalah sebagai berikut.:

a. Kesesuaian jumlah KTA = TAt


TAb
ten aga ahli (KTA)
Keterangan:
I TAb == Jumlah tenaga ahli
yang dibutuhkan
sesuai kontrak
TAt = .Iumlah tenaga ahli
vang tersedia di proyek

b. Kesesuaian disiplin KDI = Dlt


Dlb
ilmu tenaga ahli (KDI)
Keterangan:
Dib = Jumlah disiplin ilmu
tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai
kontrak
Dit Jumlah disiplin ilmu
tenaga ahli yang
tersedia di proyek

c. Kesesuaian KPT = 2:. "~ ( Tti x Pti)


N °"•=1 Tbi x Pbi
pengalaman kerja
tenaga ahli (KPT)
Keterangan
N = .Jurnlab iPniQ +enaga
ahli
Catatan:
1 Jenis tenaga ahli
Jumlah jenis dan
Pengalaman kerja

tenaga ...

SK No 075590 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONE:SIA

- 158 -

tenaga ahli maksimal Tb Jumlah tenaga ahli


sesuai jumlah jenis yang dibutuhkan
dan pengalaman sesuai kontrak
kerja tenaga ahli Tt Jumlah tenaga ahli
yang ada di dokumen yang tersedia di
kontrak. proyek.
Pb = Pengalaman kerja yang
dibutuhkan sesuai
kontrak
Pt Pengalaman kerja yang
tersedia di proyek.

d. Kesesuaian sertifikat KSK = SKt


SKb
kompetensi kerja
tenaga ahli (KSK)
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat
kompetensi kerja
tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai
kontrak.
SKt = .Jumlah sertifikat
kornpetensi kerja
tenaga ahli yang
tersedia di proyek.

Kesesuaian FKP = FPT


FPK
kelengkapan fasilitas
pendukung (FKP)
Keterangan:
FPK = Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung
sesuai dokumen
kontrak
FPT - Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung
yang tersedia di proye~j

3. Kesesuaian ...

SK No 075591 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 159 -

Kesesuaian progres KPP


jasa konsultansi
konstruksi bersifat
Keterangan:
spesialis saat
PN = Progres nyatajasa
penilaian (KPP)
konsultansi konstruksi
bersifat spesialis saat
penilaian
PR Progres rencana jasa
konsultansi konstruksi
bersifat spesialis saat
penilaian

2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat spesialis
adalah sebagai berikut:

a. .Kesesuaian jumlah tenaga ahli 8

b. Kesesuaian disiplin ilmu tenagaahli 4

c. l Kesesuaian pengalaman .ke~ja tenaga ahli 10

d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerjatenaga ahli .8

· Kesesuaian progres jasa konsultansi konstruksi bersifat


spesialis saat penilaian
3. Cara ...

SK No 075592 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESlA

- 160 -

3. Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi


Bersifat Spesialis.

a. Kesesuaian jumlah tenaga ahli 8


b. Kesesuaian disiplin ilmu tenaga ahli 4
c. Kesesuaian pengalaman kerj a tenaga ahli 10
d. Kesesuaian sertifikat kompetensi kerja
tenaga ahli 8

4. Kinerja ...

SK No 075593 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 161-

4. Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat


Spesialis
Perhitungan Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat .jasa konsultansi konstruksi
bersifat spesialis untuk yang sedang melaksanakan lebih dari satu paket
pekerjaan, dihitung dari rata-rata tertimbang dari nilai kinerja seluruh
pekerjaan yang sedang dikerjakan terhadap nilai progres untuk pekerjaan yang
sedang dilaksanakan, formula: ·

N1'lru.· Ki, • •S t _If.,1 (Kiner Ja Paket Pekerjaan; x


nerJa esaa - ~t., Nita;
., . progres
nilai progres)

5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat


Spesialis dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:

Bersifat Spesialis
1. 85 % - 100 % Sangat Baik AAA

2. 75 % - 84 % Baik AA

3. 65 % - 74 % Cukup Baik A

4. 55 % ~ 64 % Sedang B

5. 45 % - 54 % Rendah c
6. ~44% Sangat Rendah D

PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO

Salinan sesuai dengan aslinya


~~~~SEKRETARIAT NEGARA
~~~~ INDONESIA
undang-undangan
~- ...... ~. . ..rasi Hukum,

SK No 085100 A

Anda mungkin juga menyukai