UNDANG JASA
KONSTRUKSI, ETOS
KERJA, DAN SMKK
Pelatihan Pemeriksaan Jembatan
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
a) Memahami memahami Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) dan Etos Kerja yang
terkait dengan usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan;
b) Memahami ketentuan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
LAYOUT – MODUL 2 PENGANTAR UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI,
ETOS KERJA, DAN SMKK
1. Peran Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK), Etos Kerja dan SMKK Dalam Pemeriksaan Jembatan
a) Nilai-nilai Utama
b) Hubungan UUJK dan Etos Kerja terhadap Pemeriksaan Jembatan
c) Peran Etos terhadap Pemeriksaan Jembatan
d) Keterkaitan Pemeriksaan Jembatan terhadap Kegagalan Bangunan Jembatan
2. Keterkaitan Pemeriksaan Jembatan dengan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
a) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
b) Dokumen SMKK
c) Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pemeriksaan Jembatan
d) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi pada Pemeriksaan Jembatan
e) Komponen Penerapan SMKK
f) Aturan-aturan Hukum dan Teknis SMKK yang Berkaitan dengan Pemeriksaan Jembatan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasil pemeriksaan menghasilkan penilaian
kondisi jembatan yang digunakan untuk
menyiapkan jenis pemeliharaan dan prosedur Sesuai dengan definisi pekerjaan konstruksi, dalam Pasal
pengoperasian jembatan sebagaimana yang 1 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Usaha
ditetapkan dalam tujuan pemeriksaan jembatan Jasa Konstruksi (UU No. 2 Tahun 2017) bahwa: “Pekerjaan
pada Pedoman Pemeriksaan Jembatan (revisi Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan
2022). yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan”, maka pemeriksaan jembatan termasuk
dalam pekerjaan konstruksi yang fokus kegiatannya terkait
dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
konstruksi.
Latar Belakang
Para pelaku usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan termasuk
inspektur jembatan diharapkan dapat memahami nilai-nilai kerja berakhlak, yang merupakan
singkatan dari berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan
kolaboratif dan arahan peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi
birokrasi no. 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja.
Latar Belakang
Aturan-aturan penyelenggaran jasa konstruksi yang harus dipahami oleh inspektur jembatan dan pelaku
usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan jembatan yang terdapat pada:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 (UU No. 2/2017) tentang Jasa Konstruksi;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 (UU No, 11/2020) tentang Cipta Kerja yang menetapkan
perubahan-perubahan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 (PP No.22/2020) tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 (PP No.14/2021) tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Latar Belakang
• Untuk mencapai kriteria mutu, keselamatan, perlindungan lingkungan, maka proses
pemeriksaan jembatan harus sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan.
PERAN UNDANG-
UNDANG JASA 4. Keterkaitan
PERAN
UNDANG-
KONSTRUKSI (UUJK),
2. Hubungan
Pemeriksaan UNDANG JASA
UUJK dan
Jembatan KONSTRUKSI
ETOS KERJA DAN
Etos Kerja
Terhadap (UUJK), ETOS
Terhadap
Kegagalan KERJA DAN
SMKK DALAM
Pemeriksaan
Bangunan SMKK DALAM
Jembatan
Jembatan PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN JEMBATAN
JEMBATAN
3. Peran Etos
Terhadap
Pemeriksaan
Jembatan
Nilai-nilai Utama
Nilai-nilai Utama
• Nilai-nilai terbaru budaya kerja dengan slogan BerAKHLAK, yang
merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Nilai-nilai ASN
“Berakhlak” merupakan fondasi baru bagi Aparatur Sipil Negara demi
terwujudnya satu kesamaan persepsi yang lebih mudah dipahami dan
diterapkan oleh seluruh ASN.
Gambar Hubungan nilai-nilai,
• BerAKHLAK menyarikan dan menyederhanakan nilai-nilai dasar ASN Budaya Kerja (Culture set), Etos
yang ada dalam UU No. 5/2014 tentang ASN. Kerja, dan Pola Pikir (Mindset)
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan;
1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang
kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas;
2. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun;
6. Menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap Pemeriksaan
Jembatan
• Etos kerja adalah suatu paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang
atau sekelompok orang yang diwujudkan secara nyata berupa perilaku
khas kerja mereka. (Permen PANRB No. 39/2012 tentang Pedoman
Pengembangan Budaya Kerja)
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
Untuk dapat melihat penerapan etos kerja yang terkait dengan pekerjaan teknik sipil dapat dilihat
pada NSPE Ethics Reference Guide yang dikeluarkan oleh National Society of Professional
Engineers menyatakan:
3. Insinyur harus mengeluarkan pernyataan publik hanya dengan cara yang objektif dan jujur;
4. Insinyur harus bertindak dalam masalah profesional untuk setiap pengguna dan pemanfaat
keinsinyuran sebagai agen atau wali yang setia, dan harus menghindari konflik kepentingan;
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
5. Insinyur harus membangun reputasi profesional mereka berdasarkan jasa mereka dan tidak akan
bersaing secara tidak adil dengan orang lain;
6. Insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk menegakkan dan meningkatkan kehormatan,
integritas, dan martabat profesi insinyur dan harus bertindak tanpa toleransi terhadap penyuapan,
penipuan, dan korupsi;
7. Insinyur harus melanjutkan pengembangan profesional mereka sepanjang karir mereka, dan harus
memberikan kesempatan untuk pengembangan profesional para insinyur di bawah pengawasan
mereka;
8. Insinyur harus, dalam semua hal yang berkaitan dengan profesi mereka, memperlakukan semua orang
secara adil dan mendorong partisipasi yang adil tanpa memandang gender atau identitas gender,
ras, asal kebangsaan, etnis, agama, usia, orientasi seksual, kecacatan, afiliasi politik, atau
keluarga, perkawinan, atau status ekonomi.
Hubungan UUJK dan Etos Kerja Terhadap
Pemeriksaan Jembatan
Berdasarkan penjelasan hubungan tujuan UUJK dan etos kerja di atas dapat dilihat bahwa
tujuan UUJK dan etos kerja pelaku usaha jasa konsultansi konstruksi spesialis pemeriksaan
jembatan harus sejalan dengan asas landasan penyelenggaran jasa konstruksi sesuai dengan
Pasal 2 UU No. 2/2017 berupa:
5. Bab VII Tenaga Kerja Konstruksi yang terkait dengan legalitas usaha; dan
6. Bab XII Sanksi Administratif yang terkait dengan kewajiban dan tanggung jawab.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 (PP
No.22/2020) tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan
perubannya sebagai produk hukum turunan UU No. 2/2017,
bab-bab yang penting untuk dipahami terdapat pada:
1. Memenuhi asas nyata dalam penyelenggaraan Layanan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana yang
dijelaskan pada Pasal 2 UU No. 2/2017;
a. Pasal 52 UU No. 2/2017 yang menetapkan bahwa Penyedia Jasa dan subpenyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus:
a. Sanksi administratif sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 93, Pasal
94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 100 UU No.2 /2017 dan
perubahannya pada UU No 11/2020 dimana penjelasan lebih detail mengenai mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi administratif ditetapkan pada Pasal 151 PP
No.22/2020;
b. Persyaratan dan aspek kontrak kerja konstruksi sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 46, Pasal
47, dan Pasal 49 UU No. 2/2017, terkait:
ii. Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan,
harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan;
iii.Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan yang menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
iv. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna Jasa untuk memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan
kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak penyedia Jasa untuk memperoleh
informasi dan imbalan iasa serta kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
v. Penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga kerja konstruksi
bersertifikat;
vi. Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam melakukan pembayaran
hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya jaminan atas pembayaran;
vii. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
viii. Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat
ketidaksepakatan;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
ix. Pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi yang
timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
x. Keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
xi. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa atas
Kegagalan Bangunan dan jangka waktu pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
xii. Pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja serta jaminan sosial;
xiii. Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal
terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
xiv. Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
xv. Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
xvi. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
c. Penjelasan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi pada Pasal 46 sampai dengan Pasal 51 UU No. 2/2017
terdapat pada Pasal 75 PP No.22/2020 terkait bentuk kontrak kerja Konstruksi yang ditentukan
berdasarkan pemilihan:
d. Pasal 54 UU No. 2/2017 terkait penyedia Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan hasil
pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu sebagaimana tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi;
e. Pasal 55, Pasal 56 UU No. 2/2017 terkait atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan kesepakatan dan
kemampuan bayar dalam Kontrak Kerja Konstruksi;
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
f. Dokumen persyaratan Kontrak Kerja Konstruksi yang dijelaskan pada Pasal 76 PP No. 22/2020.
i. Pasal 83 PP No.22/2020 yang menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, syarat, dan
dokumen terstandar yang diatur selanjutnya pada:
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2020
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun
melalui Penyedia;
ii. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
j. Penyelesaian sengketa sesuai dengan:
i. Pasal 88 UU No. 2/2017, Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan
dengan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan dalam hal musyawarah para
pihak, para pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi;
ii. Pasal 93 PP No. 22/2020 untuk tahapan upaya penyelesaian sengketa Konstruksi meliputi
Mediasi, Konsiliasi, dan arbitrase;
iii.Pasal 94, Pasal 95 dan Pasal 96 PP No. 22/2020 terkait penjelasan mengenai dewan Sengketa;
k. Kode etika profesi yang ditetapkan oleh asosiasi badan usaha dan asosiasi profesi yang
terakreditasi.
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
7. Mengutamakan penggunaan sumber daya Konstruksi dalam negeri, sebagaimana yang ditetapkan
dalam:
a. Pasal 53 UU No. 2/2017 terkait pekerjaan utama hanya dapat diberikan kepada Subpenyedia Jasa
yang bersifat spesialis;
b. Pertimbangan dalam menetapkan sistem penyelenggaraan Konstruksi (delivery system) dalam
Pasal 80 PP No. 22/2020 berupa:
i. Kapasitas Pengguna Jasa;
ii. Ketersediaan Penyedia Jasa Kontruksi; dan
iii.Rantai pasok.
8. Menerapkan inovasi teknologi dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 79 PP 22/2020 menetapkan Kontrak kerja
Konstruksi untuk jasa Konsultansi Konstruksi atau Pekerjaan Konstruksi yang memerlukan teknologi
tinggi, mempunyai risiko tinggi, dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus dapat diberikan
penelaahan oleh ahli kontrak kerja Konstruksi sebelum ditandatangani oleh para pihak
Peran Etos Terhadap Pemeriksaan Jembatan
9. Mengutamakan pemanfaatan Usaha Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi lokal; dan
10. Mempertimbangkan aspek risiko di dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana yang
ditetapkan dalam:
a. Pasal 34 PP No. 22/2020 mengenai Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi yang ditentukan
berdasarkan kriteria
i. Risiko, yang ditentukan berdasarkan aspek:
a) Ruang lingkup pekerjaan;
b) Lokasi pelaksanaan pekerjaan; dan
c) Kebutuhan sumber daya tenaga kerja.
ii. Teknologi, yang ditentukan berdasarkan aspek:
a) Material;
b) Peralatan;
c) Tenaga ahli; dan
d) Metode pelaksanaan.
iii. Biaya, yang ditentukan berdasarkan oleh besaran biaya pekerjaan yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan.
b. Dalam hal suatu Pekerjaan Konstruksi memenuhi lebih dari 1 (satu) kriteria Risiko Keselamatan
Konstruksi, penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi ditentukan dengan memilih Risiko
Keselamatan Konstruksi yang lebih tinggi;
c. Pada Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan metode padat karya atau menggunakan banyak
tenaga kerja namun sedikit penggunaan peralatan mesin, kebutuhan Personel Keselamatan
Konstruksi ditentukan oleh RKK.
KETERKAITAN PEMERIKSAAN JEMBATAN
TERHADAP KEGAGALAN BANGUNAN
JEMBATAN
Kegagalan Bangunan Jembatan
Meskipun standar Kompetensi Kerja terkait penilai ahli telah ditetapkan dalam Kepmenaker
No. 57 Tahun 2022 tentang SKKNI Ahli Penilai Kegagalan Bangunan Jalan Layang dan
Jembatan dan Persyaratan Penilai Ahli menurut Pasal 9 Permen PUPR 8/2021, namun
inspektur jembatan pun perlu mengenal prosedur penilaian kegagalan bangunan yang erat
kaitannya dengan pemeriksaan jembatan.
Kegagalan Bangunan Jembatan
Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
Aspek struktural yang dimaksud paling sedikit meliputi: kekuatan, stabilitas, durabilitas, dan
spesifikasi material. Sedangkan aspek fungsional meliputi kemudahan layanan.
Kegagalan Bangunan Jembatan
• Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak
yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan. Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh
penilai ahli.
• Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri PUPR. Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan
Bangunan, sesuai dengan Pasal 60 UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi.
• Beberapa hal yang perlu dipahami terkait dengan penilaian kegagalan bangunan adalah:
a. Ketentuan teknis penilaian kegagalan bangunan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penilai Ahli,
Kegagalan Bangunan, Dan Penilaian Kegagalan Bangunan;
Kegagalan Bangunan Jembatan
b. Pelaksanaan penilaian kegagalan bangunan ditetapkan dalam Pasal 31, sampai dengan Pasal 34
Permen PUPR 8/2021, sebagaimana yang dijelaskan dengan cara:
i. Pemeriksaan dokumen legalitas dan/atau perizinan objek bangunan, yang terdiri atas kegiatan:
a) Perencanaan kegiatan;
b) Identifikasi dan pemeriksaan dokumen legalitas;
c) pelaksanaan kerja sama dengan pihak terkait; dan
d) penyediaan peralatan pendukung.
ii. Identifikasi Kegagalan Bangunan;
iii. Investigasi Kegagalan Bangunan;
iv. Analisis penyebab Kegagalan Bangunan;
v. Penilaian besaran ganti kerugian;
vi. Penetapan penanggung jawab Kegagalan Bangunan; dan
vii. Penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan (Gambar 2.7) dengan
format sebagaimana yang dijelaskan pada Bagian 12 Lampiran III PermenPUPR No 8/2021.
Kegagalan Bangunan Jembatan
c. Pelaporan Hasil Penilaian Kegagalan Bangunan dijelaskan pada Pasal 38 Permen PUPR 8/2021,
Bagian 11 Lampiran B dengan menjelaskan hal-hal terkait paling sedikit meliputi:
iii. Penetapan besaran kerugian keteknikan, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar
oleh pihak yang bertanggung jawab;
iv. Penetapan pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan; dan
i. Teknis untuk penanggulangan Kegagalan Bangunan yang disusun berdasarkan sebab akibat
kejadian Kegagalan Bangunan;
ii. Koordinasi dan peran serta dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung terhadap terjadinya
Kegagalan Bangunan; dan
h. Ketentuan terkait jangka waktu dan pertanggungiawaban Kegagalan Bangunan yang terdapat
pada Pasal 65 UU No. 2/2017, yaitu untuk rencana umur konstruksi lebih dari 10 (sepuluh)
tahun Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa
Konstruksi;
i. Ketentuan Pasal 67 UU No. 2/ 2017 terkait pertanggungjawaban penyedia jasa konstruksi atas
kegagalan bangunan;
a. Pengetahuan ilmiah, teknis, atau khusus lainnya dari ahli akan membantu pencarian fakta untuk
memahami bukti atau untuk menentukan fakta yang dipermasalahkan;
c. Penilaian produk dari asas-asas dan metode-metode yang dapat diandalkan; dan
d. Penilaian telah dengan andal menerapkan prinsip dan metode pada fakta-fakta kasus.
Kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang Forensic Engineer (ASCE, 2012) diantaranya:
c. Memahami praduga/prasangka.
Kualifikasi Insinyur Forensik / Forensic Engineer
Kompetensi Seorang Insinyur
•Morality •Responsible
Menurut Milić et. al, 2021, Kompetensi seorang insinyur •Honesty •Objective
1. Perubahan Pasal 59 UU No. 2/2017 pada UU No.11/2020 “Dalam setiap penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
2. Pasal 25 PP No. 22/2020: Sumber daya Konstruksi harus memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
5. Pasal 100 PP No. 22/2020: Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi meliputi pengembangan
sistem Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit meliputi:
g. Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
i. Hak tenaga kerja berupa pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
ii. Penjaminan dan pelindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;
iii. Pencegahan penyebaran wabah penyakit dalam lingkungan kerja dan sekitarnya;
c. Keselamatan publik merupakan keselamatan masyarakat dan / atau pihak yang berada di
lingkungan dan sekitar tempat kerja yang terdampak Pekerjaan Konstruksi, yang
mencakup pemenuhan terhadap:
ii. Upaya pencegahan kecelakaan kerja yang berdampak kepada masyarakat di sekitar tempat
kegiatan Konstruksi; dan
iii. Pemahaman pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja di sekitar tempat kegiatan
Konstruksi.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
i. Terganggunya derajat kesehatan pekerja dan kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar Pekerjaan
Konstruksi sebagai akibat dampak pencemaran;
ii. Berubahnya dampak sosial masyarakat sebagai akibat kegiatan Konstruksi yang semakin padat di
lingkungan Pekerjaan Konstruksi; dan
iii. Rusaknya lingkungan sebagai akibat berkembangnya situasi kepadatan kegiatan Konstruksi yang
menghasilkan limbah Konstruksi sehingga dapat menimbulkan pencernaran terhadap air, udara, dan
tanah.
Dokumen SMKK
Ketentuan Umum
Dokumen SMKK dan Istilahnya
Penerapan SMKK dimuat dalam dokumen SMKK dalam
setiap penyelenggaran konstruksi sebagaimana yang terlihat
pada Gambar disamping yang terdiri atas :
a) Rancangan konseptual SMKK adalah dokumen telaah
tentang Keselamatan Konstruksi yang disusun pada
tahap pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b) Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);
c) Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK);
d) Program Mutu;
e) Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (RKPPL); dan
f) Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP).
3. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) adalah dokumen telaah tentang Keselamatan
Konstruksi yang memuat uraian metode pekerjaan, rencana inspeksi dan pengujian, serta
pengendalian subpenyedia jasa dan pemasok, dan merupakan satu kesatuan dengan
dokumen kontrak;
Ketentuan Umum
Dokumen SMKK dan Istilahnya
6. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP) adalah dokumen telaah tentang
Keselamatan Konstruksi yang memuat analisis, kegiatan, dan koordinasi manajemen lalu
lintas.
4 Timbulnya fatality Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara namun tidak ada
1 orang peralatan utama perlu keluhan dari pihak masyarakat;atau
meninggal dunia yang rusak total mendatangkan
Terjadinya kerusakan lingkungan yang berhubungan dengan flora
atau 1 orang dan material baru yang dan fauna;atau
cacat tetap mengakibatkan membutuhkan
pekerjaan berhenti waktu 1 minggu Rusaknya sebagian aset masyarakat sekitar
selama dari 1 dan mengakibatkan
Terjadinya kerusakan Sebagian akses jalan masyarakat.
minggu pekerjaan berhenti
Terjadinya kemacetan lalu lintas 1-2 jam
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Ketentuan Umum
Tabel Penetapan Tingkat Keparahan
Skala Konsekuensi Keselamatan
Tingkat Manusia
Lingkungan/Fasilitas Publik
Keparahan (pekerja & Peralatan Material
masyarakat)
3 Terjadinya Terdapat lebih Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara yang
insiden yang dari satu perlu mempengaruhi lingkungan kerja;atau
mengakibatkan peralatan yang mendatangkan
Terjadinya kerusakan lingkungan yang berhubungan dengan flora
lebih dari 1 rusak dan material baru yang di lingkungan kerja;atau
pekerja dengan memerlukan membutuhkan
penanganan perbaikan dan waktu lebih dari 1 Terjadinya kerusakan akses jalan di lingkungan kerja.
perawatan mengakibatkan minggu dan tidak
Terjadinya kemacetan lalu lintas 30 menit - 1 jam
medis rawat pekerjaan mengakibatkan
inap, kehilangan berhenti selama pekerjaan berhenti
waktu kerja kurang dari tujuh
hari
2 Terjadinya Terdapat satu Material rusak dan Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara sebagian
insiden yang peralatan yang perlu lingkungan kerja;atau
mengakibatkan rusak dan mendatangkan
Terjadinya kerusakan Sebagian skses jalan di lingkungan kerja.
1 pekerja memerlukan material baru yang
dengan perbaikan dan membutuhkan
penanganan mengakibatkan waktu kurang dari
perawatan pekerjaan 1 minggu dan tidak
medis rawat berhenti selama mengakibatkan
inap, kehilangan lebih dari 1 hari pekerjaan berhenti
waktu kerja Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Ketentuan Umum
Tabel Penetapan Tingkat Keparahan
Skala Konsekuensi Keselamatan
Tingkat Manusia
Lingkungan/Fasilitas Publik
Keparahan (pekerja & Peralatan Material
masyarakat)
1 Terdapat insiden Terdapat satu Tidak Tidak mengakibatkan gangguan lingkungan
yang peralatan yang mengakibatkan
penanganannya rusak, kerusakan material
hanya melalui memerlukan
P3K, tidak perbaikan dan
kehilangan mengakibatkan
waktu kerja pekerjaan
berhentu selama
kurang dari 1 hari
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Rancangan Konseptual SMKK
Pada Pasal 3 dan Pasal 4 Permen PUPR No. 10/2021 ditetapkan bahwa Dalam
melakukan pekerjaan pengkajian, perencanaan, dan perancangan, Penyedia Jasa
konsultansi konstruksi dan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi menyusun Rancangan
Konseptual SMKK paling sedikit memuat:
Sesuai dengan Pasal 12 Permen PUPR No. 10/2021, Dalam hal pekerjaan konsultansi pengawasan
memiliki besaran kurang dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), RKK pengawasan hanya memuat:
a. Prosedur dan/atau instruksi kerja pengawasan;
b. Formulir izin kerja yang telah ditandatangani; dan
c. Laporan penerapan RKK pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Sesuai dengan Pasal 14 Permen PUPR No. 10/2021, Dalam melakukan Pekerjaan Konstruksi
dengan Risiko keselamatan konstruksi kecil melalui pengadaan langsung, Penyedia Jasa
menyusun RKK sederhana, yang paling sedikit memuat:
c. IBPRP sederhana;
e. Jadwal inspeksi.
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
Pada Pelaksanaan Pekerjaan dalam Pasal 15 Permen PUPR No. 10/2021, menetapkan kewajiban Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk melakukan penyusunan PMPM Pekerjaan Konstruksi, dalam RMPK, yang mana
paling sedikit RMPK memuat:
a. Struktur organisasi Penyedia Jasa beserta hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Subpenyedia Jasa;
b. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
c. Gambar dan spesifikasi teknis;
d. Tahapan pekerjaan;
e. Rencana metode pelaksanaan kerja (work method statement) terdiri atas komponen metode kerja, tenaga
kerja konstruksi, material, alat, dan aspek Keselamatan Konstruksi;
f. Rencana pemeriksaan dan pengujian;
g. Pengendalian Subpenyedia Jasa, meliputi kriteria persyaratan pemilihan Subpenyedia Jasa yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa pelaksana konstruksi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa; dan
h. Pengendalian pemasok meliputi jenis pekerjaan yang dipasok, jumlah pemasok, kriteria, dan prosedur
pemilihan;
i. Dimana pada poin g. dan poin h. penyedia jasa harus memastikan Kontrak memuat anggaran Biaya
Penerapan SMKK yang akan dijelaskan lebih lanjut pada Subbab 3.5 sesuai kebutuhan
Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan
Konstruksi (PMPM)
Pada Pasal 16 Permen PUPR No. 10/2021, Penyedia Jasa manajemen penyelenggaraan konstruksi
dan/atau pengawasan harus menyusun PMPM Pekerjaan Konstruksi dalam Program Mutu yang paling
sedikit memuat
a. Informasi kerja;
b. Organisasi kerja yang menggambarkan hubungan Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan termasuk jadwal peralatan serta penugasan personel inti dan personel
pendukung;
e. Pengendalian pekerjaan terkait kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan metode kerja; dan
f. Laporan pekerjaan.
Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKPPL)
Dalam tahap pelaksanaan pekerjaan juga Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi
sedang dan besar, setiap Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyusun rencana pengelolaan lingkungan
dalam dokumen RKPPL sesuai dengan Pasal 18 Permen PUPR No. 10/2021 yang paling sedikit memuat:
a. Struktur organisasi;
b. Rona lingkungan awal sebelum dimulainya Pekerjaan Konstruksi;
c. Rencana kerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang meliputi:
i. Lokasi rencana pengelolaan dan pemantauan;
ii. Potensi dampak kegiatan pada lingkungan;
iii. Kegiatan yang menimbulkan dampak; dan
iv. Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
d. Pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang meliputi:
i. Lokasi pengelolaan dan pemantauan;
ii. Kegiatan yang menimbulkan dampak;
iii. Hasil pelaksanaan Pengelolaan;
iv. Hasil pelaksanaan Pemantauan;
v. Evaluasi dan kesimpulan; dan
vi. Dokumentasi yang menggambarkan atau menjelaskan rona akhir lingkungan.
Pengendalian Lingkungan Kerja
Pengendalian lingkungan kerja dilakukan seperti di bawah ini:
1. Pengelolaan lingkungan dilakukan di luar maupun di dalam lapangan termasuk basecamp,
jalan akses, dan instalasi lain;
2. Pengangkutan dan kegiatan di lokasi sumber bahan dilaksanakan dengan cara yang
berwawasan lingkungan;
3. Semua pekerjaan konstruksi dan pengangkutan harus dibatasi sesuai jam pengoperasian;
4. Pengawasan pelaksanaan Rencana Mutu Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(RMPPL) oleh konsultan pengawas
Lingkup pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup penanganan dampak
akibat pemeriksaan jembatan adalah terhadap gangguan lalu lintas masyarakat pengguna
jalan sehingga dalam pelaksanaannya perlu disosialisasikan dengan berbagai pemangku
kepentingan antara lain: pihak yang mewakili golongan/kelompok masyarakat pengguna jalan
yang terkena kegiatan pemeriksaan jembatan, mewakili instansi, lembaga swadaya masyarakat,
mewakili kelompok profesi, dan mewakili instansi pemerintah daerah.
Pengendalian Lingkungan Kerja
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan c. Komponen Sosial berupa;
terpengaruh dari pekerjaan konsultansi konstruksi i. Kesempatan Kerja;
ii. Kesempatan Berusaha;
spesialis pemeriksaan jembatan menurut Petunjuk
iii. Pendapatan Masyarakat;
Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang iv. Penguasaan & Pemilikan Lahan;
Jalan, 2014 berupa: v. Penggunaan & Pemanfaatan Lahan;
a. Komponen Fisik dan Kimia berupa: vi. Nilai Lahan & Bangunan;
vii. Gangguan Kenyamanan;
i. Kualitas Udara; viii. Keresahan Sosial;
ii. Kebisingan; ix. Hubungan Sosial;
iii. Run Off (Air Larian); x. Keamanan Ketertiban Masyarakat/ Kamtibmas terkait
dengan aspek Pertahanan dan Keamanan;
iv. Longsoran & Erosi; dan xi. Persepsi Masyarakat;
v. Kualitas Air Permukaan. xii. Sikap Masyarakat;
b. Komponen Biologi berupa: xiii. Gangguan Lalu Lintas; dan
xiv. Potensi Kecelakaan Lalu Lintas.
i. Flora; d. Kesehatan Masyarakat
ii. Fauna; dan i. Kesehatan/Kasus Penyakit;
iii. Biota Perairan. ii. Sanitasi Lingkungan; dan
iii. Pelayanan Kesehatan
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi sedang dan besar, setiap
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyusun rencana manajemen lalu lintas dalam
dokumen RMLLP sesuai dengan Pasal 19 Permen PUPR No. 10/2021 yang paling sedikit
memuat:
a. Rencana manajemen lalu lintas pekerjaan, yang paling sedikit memuat:
i. Arus lalu lintas atau metode pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan; dan
ii. Pelaksanaan kegiatan manajemen lalu lintas; dan
b. Pelaporan kegiatan.
c. Dalam hal pekerjaan konstruksi tidak terkait dengan lalu lintas, RMLLP paling sedikit memuat
penentuan lalu lintas di lokasi pekerjaan, pertimbangan kelas jalan, serta perambuan untuk
keselamatan pekerja, dan pengguna jalan.
Penyusunan RMLLP harus memperhatikan:
a. Ketentuan mengenai kelebihan dimensi dan beban muatan; dan
b. Analisis dampak lalu lintas, jika diperlukan.
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk-bentuk manajemen lalu lintas di lokasi pekerjaan dengan perangkat pengaturan lalu lintas
untuk lokasi pekerjaan jalan, menurut Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan di
Lokasi Pekerjaan Jalan, 2012 berupa:
a. Rambu dan Perangkat Untuk Pekerjaan Jalan, i. Pagar Keselamatan di Zona Kerja;
sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 3.6; j. Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas -
b. Desain dan Format Rambu; APILL (Traffic Control Signal)
c. Tiang Rambu; Portabel dan Sementara;
d. Tampilan Dua Rambu; k. Kendaraan dengan Bantalan
e. Rambu Multipesan; Tabrakan;
f. Pelaksanaan, Pemasangan dan Pencabutan; l. Penggunaan Rambu Pesan Variabel
Elektronik;
g. Zona Kecepatan di Lokasi Pekerjaan Jalan;
m. Pakaian Berwarna Terang;
h. Ketentuan Untuk Pesepeda dan Pejalan Kaki;
n. Instruksi Untuk Pemandu; dan
o. Daftar Rambu dan Perangkat.
Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)
Bentuk dari manajemen lalu lintas
Keterangan:
a) Lalu lintas melintasi area kerja.
b) Lalu lintas melewati area kerja.
c) Pengalihan lalu lintas ke
lintasan samping, dan
d) Pengalihan lalu lintas ke jalan
eksisting (detour)
Pengurangan Lebar
Jalan Tapi Tetap
Memadai Untuk Arus
Lalu Lintas 2 Arah
Pengurangan Lebar
Jalan Hingga Hanya
Satu Lajur Dapat
Digunakan
Pengurangan Lebar
Jalan Pengoperasian
Lajur Tunggal dengan
APILL
Pendekatan
untuk Lintasan
Samping Satu
Arah
Pendekatan untuk
Lintasan Samping
Dua Arah
b) Sistem Monitoring;
c) Pengamanan Data;
f) Pelaporan;
g) Tindakan perbaikan;
h) Proses QA/QC.
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(Quality Management Plan)
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) /
Quality Management Plan
Penyedia Jasa harus menyiapkan Program Mutu yang menjelaskan rencana dan metode
pelaksanaan untuk semua pekerjaan yang tercakup dalam lingkup pekerjaan, dan memastikan
semua persyaratan akan dipenuhi. Beberapa isu yang harus dijelaskan, antara lain:
b. Data yang diperoleh harus diproses, dan hasil yang diperoleh harus memenuhi persyaratan;
c. Bila penilaian dilakukan secara visual, maka hasil penilaian (rating) dari seorang personil
penilai harus dinilai oleh personil penilai lain;
d. Kesesuaian dan konsistensi semua hasil survei dengan sistem referensi lokasi (LRS); dan
i. Tidak sesuai, maka periksa kembali metoda kerja atau kemampuan personil dan proses
diulangi hingga diperoleh data yang sesuai;
ii. Sesuai, maka Penyedia Jasa segera menyerahkan dokumen kalibrasi dan validasi
produksi data kepada Pengguna Jasa;
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
5. Penerbitan Berita Acara/Sertifikat
a) Pengguna Jasa memeriksa dokumen kalibrasi dan validasi produksi data yang diajukan oleh
Penyedia Jasa;
b) Bila diperlukan, Penyedia Jasa harus menjelaskan proses dan hasil kalibrasi dan validasi
produksi data;
c) Bila semua aspek proses dan hasil kalibrasi dan validasi produksi data terpenuhi, maka
Pengguna Jasa segera menerbitkan Berita Acara/Sertifikat persetujuan penggunaan alat dan
metoda kerja yang digunakan;
6. Pengumpulan Data
a) Setelah menerima Berita Acara/Sertifikat persetujuan penggunaan alat dan metoda kerja yang
digunakan. Penyedia Jasa segera melaksanakan survei sesuai dengan lingkup, metoda kerja
dan jadwal yang telah disetujui,
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
7. Verifikasi & Validasi Data Berkala (Mandiri)
a) Setiap 2 (dua) minggu dalam melaksanakan survei, Penyedia Jasa harus melakukan verifikasi &
validasi terhadap proses dan data yang diperoleh;
b) Tujuannya adalah untuk memastikan konsistensi kinerja alat dan metoda kerja selama 2 (dua) minggu
lalu;
c) Melaksanakan pengujian konsistensi (repeatability) di lokasi tertentu sebanyak 2 kali untuk 1
Jembatan;
d) Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi semua proses verifikasi & validasi;
e) Pengguna Jasa dapat melakukan pemeriksaan atas proses dan hasil verifikasi & validasi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa;
8. Pemeriksaan
a) Memeriksa kembali apakah semua proses telah dilaksanakan dengan baik dan konsisten;
b) Memeriksa kelengkapan dan kewajaran data hasil survei;
c) Bila dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan proses maupun data hasil survei, maka Penyedia
Jasa harus mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan dan melakukan tindakan perbaikan;
d) Tindakan perbaikan dapat berupa perbaikan metode kerja, penggantian personil, atau melakukan
survei ulang;
e) Bila semua proses dan data hasil survei sesuai, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan
survei;
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
9. Pengumpulan Data (Lanjutan) Sama dengan butir 6
10. Verifikasi & Validasi Data Berkala (Mandiri)Sama dengan butir 7
11. Pemeriksaan
a) Memeriksa kembali apakah semua proses telah dilaksanakan dengan baik dan konsisten;
b) Memeriksa kelengkapan dan kewajaran data hasil survei;
c) Bila dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan proses maupun data hasil survei, maka Penyedia
Jasa harus mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan dan melakukan tindakan perbaikan;
d) Tindakan perbaikan dapat berupa perbaikan metode kerja, penggantian personil, atau melakukan survei
ulang;
e) Bila semua proses dan data hasil survei sesuai, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan dengan
penyiapan data;
12. Penyiapan Data
a) Memeriksa format, kelengkapan, ketelitian, dan kewajaran data;
b) Memastikan semua data telah berkoordinat dengan benar;
c) Memeriksa adanya penyimpangan data;
d) Menyiapkan semua dokumen mutu survei, antara lain: kalibrasi, validasi, verifikasi & validasi mandiri,
tindakan perbaikan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan data hasil survei;
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
13. Penyerahan Data
a) Penyedia jasa menyerahkan seluruh data hasil survei kepada Pengguna Jasa, yang
dilengkapi dengan semua dokumen mutu survei;
14. Verifikasi & Validasi Data
a) Memeriksa semua dokumen mutu survei, antara lain: kalibrasi, validasi, verifikasi &
validasi mandiri, tindakan perbaikan, factor-faktor yang mempengaruhi proses dan data
hasil survei;
b) Memeriksa format, kelengkapan, ketelitian, dan kewajaran data;
c) Meminta klarifikasi dari penyedia jasa untuk setiap ketidaksesuaian yang dijumpai; dan
d) Selama pemeriksaan jembatan berlangsung, Pengguna Jasa perlu melakukan
pemeriksaan jembatan ke lapangan untuk 10% sampel pemeriksaan rutin dan detail
jembatan.
Proses Penjaminan Mutu (QA) dan
Pengendalian Mutu (QC)
15. Pemeriksaan
a) Untuk setiap ketidaksesuaian yang tidak dapat diklarifikasi dengan baik atau tidak dapat diterima
oleh Pengguna Jasa, Pengguna Jasa harus memerintahkan penyedia jasa untuk melakukan
tindakan perbaikan;
b) Tindakan perbaikan dapat berupa:
i. Bila data valid, perbaikan pemrosesan/penyajian data yang diserahkan; atau
ii. Bila data tidak valid, melakukan survei ulang baik untuk sebagian maupun seluruh bagian
pekerjaan;
c) Apabila tidak dijumpai ketidaksesuaian atau untuk setiap ketidaksesuaian penyedia jasa dapat
memberikan klarifikasi dengan baik dan dapat diterima oleh Pengguna Jasa, Pengguna Jasa harus
menyatakan menerima data yang diserahkan oleh penyedia jasa.
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya Risiko, yaitu respon terhadap penyebab Risiko agar
kemungkinan terjadinya Risiko semakin kecil. Opsi ini dipilih dalam hal Pemilik Risiko mampu
mempengaruhi penyebab kejadian Risiko.
b. Mengurangi dampak Risiko, yaitu respon terhadap dampak Risiko agar dampak Risiko
semakin kecil. Opsi ini dipilih dalam hal Pemilik Risiko mampu mempengaruhi dampak ketika
Risiko terjadi.
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
c. Membagi Risiko, yaitu respon Risiko dengan memindahkan sebagian atau seluruh Risiko,
kepada instansi/entitas lain. Opsi diambil dalam hal:
i. Instansi/entitas lain memiliki kompetensi/kemampuan menjalankan kegiatan dalam rangka
menangani Risiko tersebut;
ii. Proses membagi Risiko tersebut sesuai ketentuan yang berlaku; dan
iii. Penggunaan opsi ini disetujui oleh tingkat unit pengelola risiko diatasnya.
d. Menghindari Risiko, yaitu respon Risiko dengan tidak melakukan atau menghentikan kegiatan
yang akan menimbulkan Risiko. Opsi ini diambil dalam hal:
i. Upaya penurunan Besaran/Level Risiko di luar kemampuan UPR (UPR = Unit Pemilik Risiko
adalah unit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Manajemen Risiko);
ii. Kegiatan yang tidak dilakukan atau dihentikan tersebut tidak menghambat pelaksanaan
tugas dan fungsi jabatan; dan
iii. Penggunaan opsi ini disetujui oleh tingkat UPR di atasnya.
Proses Pengendalian Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pemeriksaan Jembatan
e. Menerima Risiko, yaitu respon Risiko dengan tidak melakukan tindakan apapun terhadap
Risiko pada Besaran/Level Risiko yang dapat diterima. Opsi ini diambil apabila:
b. Federal Highway Administration dalam laporan Safety and Health on Bridge Repair,
Renovation and Demolition Projects dengan Publication Number: FHWA-RD-98-180;
c. Drewberry Surveyor’s Safety Handbook, 2016;
Sesuai dengan Pasal 3 Permenaker No. 8./2010, APD yang dimaksud dan penjelasan mengenai jenis
dan fungsi APD yang tercantum dalam Lampiran Permenaker No. 8./2010 adalah:
• Berupa sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).; dan
• Berupa rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang
menutupi sebagian atau seluruh bagian badan; dan
• Berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya
temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan
bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia,
Rompi (vests)
binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
• Berupa sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman
(safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh
bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain; dan
• Berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi Sabuk pengaman tubuh
(harness)
jatuh atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur
lantai dasar.
Penggunaan APD
i. Pelampung:
a. Akses tali (rope access) adalah suatu bentuk aktifitas pekerjaan atau posisi dalam bekerja yang
awalnya dikembangkan dari teknik pemanjatan tebing atau penelusuran gua, digunakan untuk
mencapai tempat-tempat yang sulit dijangkau, tanpa adanya bantuan perancah, platform atau pun
tangga; dan
b. Bekerja pada ketinggian (working at height) adalah pekerjaan yang membutuhkan pergerakan
tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, mau pun turun dari suatu platform.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan
Menggunakan Tali
Akses tali telah diterapkan secara luas dalam pembangunan, pemeriksaan, perawatan bangunan dan
instalasi industri seperti gedung tinggi, menara jaringan listrik, menara komunikasi, anjungan minyak,
perawatan dan perbaikan kapal, perawatan jembatan, ruang terbatas (confined spaces), pertambangan,
industri pariwisata seperti out bound, penelitian dan perawatan hutan dan lain sebagainya.
Sistem keselamatan bekerja pada ketinggian dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus disesuaikan dengan sifat pekerjaan.
Suatu pekerjaan mungkin saja menggunakan kombinasi kedua sistem atau pun hanya salah satu sistem.
Keputusan untuk menggunakan sistem tersebut ada pada pengurus setelah dilakukan penilaian resiko.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
Pemilihan sistem bekerja pada ketinggian hendaknya
mempertimbangkan banyak hal. Ada beberapa sistem atau
metode bekerja pada ketinggian yaitu:
a. Sistem Pasif dengan karakter berupa:
i. Sistem dimana pada saat bekerja melalui suatu struktur
permanen mau pun struktur yang tidak permanen, tidak
mensyaratkan perlunya penggunaaan peralatan
pelindung jatuh (fall protection devices) karena telah
terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection
system). Pada sistem ini perlu ada supervisi dan
pelatihan dasar;
ii. Metode pekerjaan:
a) Bekerja pada permukaan seperti lantai kamar, balkon
dan jalan;
b) Struktur/area kerja (platform) yang dipasang secara
permanen dan perlengkapannya; dan
c) Bekerja di dalam ruang yang terdapat jendela yang
Hierarki pencegah jatuh dari ketinggian terbuka dengan ukuran dan konfigurasinya dapat
Sumber: anchorsafe.com.au
melindungi orang dari terjatuh.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
b. Sistem Aktif dengan karakter berupa:
i. Suatu sistem dimana ada pekerja yang naik dan turun (lifting/lowering), maupun berpindah tempat
(traverse) dengan menggunakan peralatan untuk mengakses atau mencapai suatu titik kerja
karena tidak terdapat sistem pengaman kolektif (collective protection system);
ii. Sistem ini mensyaratkan adanya pengawasan, pelatihan dan pelayanan operasional yang baik;
iii. Metode Pekerjaan:
a) Unit perawatan gedung yang dipasang permanen, seperti gondola;
b) Perancah (scaffolding);
c) Struktur/area kerja (platfrom) untuk pemanjatan seperti tangga pada menara;
d) Struktur/area kerja mengangkat (elevating work platform) seperti hoist crane, lift crane, mobil
perancah;
e) Struktur sementara seperti panggung pertunjukan;
f) Tangga berpindah (portable ladder); dan
g) Sistem akses tali (rope access).
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
c. Sistem AksesTali (Occupational Rope Access) dengan karakter berupa:
i. Akses Tali dapat di golongkan sebagai sistem aktif. Akses tali adalah suatu teknik bekerja
menggunakan tali temali dan berbagai perlengkapannya serta dengan teknik khusus. Metode ini
biasanya digunakan untuk mencapai posisi pekerjaan yang sulit di jangkau sesuai dengan berbagai
macam kebutuhan. Sistem ini mengutamakan pada penggunaan alat pelindung diri sebagai
pembatas gerak dan penahan jatuh (work restraints) serta pengendalian administratif berupa
pengawasan dan kompetensi kerja bagi pekerjanya;
ii. Prasyarat penggunaan sistem akses tali yaitu:
a) Terdapat tali kerja (working line) dan tali pengaman (safety line);
b) Terdapat dua penambat (anchorage);
c) Perlengkapan alat bantu (tools) dan alat pelindung diri;
d) Terdapat personil yang kompeten; dan
e) Pengawasan yang ketat.
Perlindungan Jatuh dari Ketinggian dengan Menggunakan Tali
iii. Contoh-contoh aplikasi akses tali (rope access) antara lain berupa:
c) Pekerjaan di ruang terbatas (confined spaces) seperti bejana, silo; Penahan jatuh
d) Pekerjaan pemanjatan pohon, pemanjatan tebing, gua, out bound;
a. Pakaian kerja yang menyatu dari bagian tangan, pundak, bahu, badan sampai ke bagian pinggul,
dan kaki. Pakaian jenis ini biasanya disebut wearpack atau overall. Pakaian ini pada bagian kantongnya
harus diberi penutup berupa ritsleting (zipper) dan tidak berupa pengancing biasa (button).
b. Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerak pada saat bekerja, mudah di
setel untuk menyesuaikan ukuran.
c. Sepatu (safety shoes / protective footwear) dengan konstruksi yang kuat dan terdapat pelindung jari
kaki dari logam (steel toe cap), nyaman dipakai, dan mampu melindungi dari air/basah;
d. Sarung tangan (gloves), untuk melindungi jari tangan dan kulit dari cuaca ekstrim, bahan berbahaya,
dan alat bantu yang digunakan;
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
e. Kacamata (eye protection), untuk melindungai mata dari debu, partikel berbahaya, sinar
matahari/ultraviolet, bahan kimia, material hasil peledakan dan potensi bahaya lain yang dapat
mengakibatkan iritasi dan kerusakan pada mata;
f. Alat pelindung pernafasan (respiratory protective equipment), peralatan ini harus dikenakan pada
lingkungan kerja yang mempunyai resiko kesulitan bernafas disebabkan oleh bahan kimia, debu,
atau partikel berbahaya;
g. Alat pelindung pendengaran (hearing protection), alat ini digunakan ketika tingkat bunyi (sound
level) sudah di atas nilai ambang batas;
h. Jaket penyelamat (life jacket) atau pengapung (buoyancy), digunakan pada pekerjaan yang
dilakukan di atas permukaan air misalnya pada struktur pengeboran minyak lepas pantai (offshore
platform). Peralatan ini harus mempunyai disain yang tidak menggangu peralatan akses tali terutama
pada saat turun atau naik;
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
i. Tali yang digunakan terdiri dari 2 karakteristik yaitu elastisitas kecil (statik)
dan tali dengan elastisitas besar (dinamik). Tali yang digunakan untuk sistem
tali harus dipastikan;
i. Tali yang digunakan sebagai tali kerja (working line) dan tali pengaman
(safety line) harus mempunyai diameter yang sama; dan
ii. Tali dengan elastisitas kecil (tali statis) dan tali daya elastisitas besar
(dinamik) yang digunakan dalam sistem akses tali harus memenuhi standar.
i. Tali pendek yang menghubungkan antara sabuk pengaman tubuh (full body
harness) dengan tali kerja, tali pengaman, patok pengaman, patok Cow’s Tail rope Lanyard
pengaman, serta peralatan dan perlengkapan pengaman lainnya; dan
ii. Harus dipastikan bahwa tali koneksi yang digunakan harus berdasarkan
standar.
Persyaratan Peralatan dan Alat Pelindung Diri
k. Pelindung Kepala dengan ketentuan:
i. Pelindung kepala wajib dikenakan dengan benar oleh setiap pekerja yang
terlibat dalam pekerjaan di ketinggian, baik yang berada di bagian bawah
di ketinggian;
ii. Pekerja wajib menggunakan pelindung kepala sesuai standar; dan
iii. Pelindung kepala yang digunakan oleh Teknisi Akses Tali memiliki
sedikitnya tiga tempat berbeda yang terhubung dengan cangkang helm
dan termasuk tali penahan di bagian dagu.
l. Sabuk pengaman tubuh (full body harness) harus dipastikan bahwa sabuk
pengaman tubuh (full body harness) yang digunakan pada pekerjaan akses Full body harness
tali telah sesuai dengan standar;
m. Alat Penjepit Tali (Rope Clamp) harus dipastikan bahwa alat penjepit tali
(rope clamp) yang digunakan pada sistem akses tali sesuai dengan standar;
n. Alat Penahan Jatuh Bergerak (mobile fall arrester) harus dipastikan bahwa
alat jatuh bergerak (mobile fall arrester) yang digunakan pada sistem akses
tali telah sesuai dengan standar;
o. Alat Penurun (Descender) harus dipastikan alat penurun yang digunakan
pada sistem akses tali telah sesuai dengan standar.
a. Bekerja Pada Ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja
pada Tempat Kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan
memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain yang berada di Tempat
Kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda;
b. Perangkat Pelindung Jatuh adalah suatu rangkaian peralatan untuk melindungi Tenaga Kerja, orang
lain yang berada di Tempat Kerja dan harta benda ketika Bekerja Pada Ketinggian agar terhindar
dari kecelakaan dan kerugian finansial;
c. Perangkat Pencegah Jatuh adalah peralatan untuk mencegah Tenaga Kerja memasuki wilayah
berpotensi jatuh agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian finansial;
Pekerjaan pada Ketinggian
d. Perangkat Penahan Jatuh adalah suatu rangkaian peralatan untuk mengurangi dampak jatuh Tenaga
Kerja agar tidak cidera atau meninggal dunia;
e. Lantai Kerja Tetap adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia untuk digunakan secara
berulang kali dalam durasi yang lama;
f. Lantai Kerja Sementara adalah semua permukaan yang dibangun atau tersedia untuk digunakan
dalam durasi yang tidak lama, terbatas pada jenis pekerjaan tertentu atau ada kemungkinan runtuh;
dan
g. Angkur yang digunakan untuk bekerja pada ketinggian yang selanjutnya disebut angkur adalah tempat
menambatkan Perangkat Pelindung Jatuh yang terdiri atas satu titik tambat atau lebih yang ada di
alam, struktur bangunan atau sengaja dibuat dengan rekayasa teknik pada waktu atau pasca
pembangunan gedung.
Pekerjaan pada Ketinggian
Bekerja pada Ketinggian wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi:
a. Perencanaan, dengan langkah-langkah untuk mencegah kecelakaan kerja tidak terbatas, berupa :
i. Memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan kondisi ergonomi yang memadai
melalui jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress) yang telah disediakan;
ii. Memberikan peralatan keselamatan kerja yang tepat untuk mencegah tenaga kerja jatuh jika
pekerjaan tidak dapat dilakukan pada tempat atau jalur sebagaimana dimaksud pada poin i.
iii. Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jatuh atau mengurangi konsekuensi dari
jatuhnya tenaga kerja; dan
iv. Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi atau melakukan hal
lainnya yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan.
Pekerjaan pada Ketinggian
b. Prosedur kerja meliputi:
i. Teknik dan cara perlindungan jatuh;
ii. Cara pengelolaan peralatan;
iii. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
iv. Pengamanan tempat kerja; dan
v. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
c. Teknik bekerja aman, meliputi:
i. Pencegahan jatuh ketika bekerja pada Lantai Kerja Tetap berupa:
a) Pemasangan dinding atau tembok pembatas, pagar pengaman yang stabil dan kuat yang
dapat mencegah tenaga kerja jatuh dari lantai kerja tetap;
b) Memastikan setiap tempat kerja sudah memiliki jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress)
yang aman dan ergonomis; dan
c) Memastikan panjang tali pembatas gerak (work restraint) tidak melebihi jarak antara titik
angkur dengan tepi bangunan yang berpotensi jatuh.
Pekerjaan pada Ketinggian
ii. Pengurangan dampak jatuh dari ketinggian ketika bekerja pada Lantai Kerja Tetap berupa alat
penahan jatuh kolektif berupa jaring atau bantalan;
iii. Pencegahan jatuh ketika bekerja pada Lantai Kerja Sementara berupa:
a) Tali ulur tarik otomatis (retractable lanyard) dengan memastikan jarak dan ayunan jatuh yang
aman; atau
b) Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut (double lanyard with hook and absorber)
dengan pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala; dan
c) Untuk angkur untuk pengait yang tidak tersedia, pengait dapat ditambatkan pada ketinggian
sejajar dada.
Pekerjaan pada Ketinggian
a) Alat pengangkut orang untuk pergerakan Tenaga Kerja menuju atau meninggalkan lantai kerja;
i) Angkur ditempatkan pada garis lurus vertikal dengan posisi Tenaga Kerja;
ii) Sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak boleh
lebih dari 15 (lima belas) derajat; dan
ii) Jarak bentangan antara 2 (dua) titik angkur tidak boleh lebih dari 30 (tiga puluh) meter.
Pekerjaan pada Ketinggian
d) Alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda pengait dan peredam kejut harus dipastikan:
i) Pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar dada;
ii) Kedua pengait tidak ditambatkan pada struktur yang sama;
iii) Pengait tidak ditambatkan pada struktur yang dapat menambah jarak jatuh;
v) Sling Angkur dapat digunakan apabila pengait tidak cukup lebar untuk dikaitkan langsung ke struktur.
e) Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan pemanjatan terpandu (lead climbing) harus dipastikan:
i) Sling angkur hams cukup kuat menahan beban jatuh ;
ii) Posisi sling angkur terakhir hams lebih tinggi dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar
dada;
iii) Tali keselamatan terhubung dengan alat pemegang tali yang mencengkeram secara otomatis apabila
terbebani;
iv) Alat pemegang tali keselamatan terhubung langsung ke angkur yang mampu menahan beban jatuh;
dan
v) Alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh pemandu (bellayer) yang mengatur jarak jatuh
seminimal mungkin tetapi masih cukup nyaman untuk bergerak.
f) Perangkat Penahan Jatuh perorangan dengan tali ulur tarik otomatis harus dipastikan jarak dan ayunan
jatuh yang aman.
Pekerjaan pada Ketinggian
v. Pencegahan jatuh ketika bekerja pada posisi miring berupa perangkat yang dibutuhkan untuk
mencegah jatuh ketika bergerak Bergerak Secara Vertikal Atau Horizontal Menuju Atau Meninggalkan
Lantai Kerja dan alat pemosisi kerja berupa tali yang dapat menahan beban Tenaga Kerja dan
peralatan yang dibawa agar dapat bekerja dengan aman dan nyaman; dan
vi. Pencegahan jatuh ketika bekerja dengan akses tali dengan persyaratan:
a) Mempunyai 2 (dua) tali (line) masing-masing tertambat pada minimal 2 (dua) titik tambat terpisah
berupa:
i) Tali keselamatan, yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan jatuh perorangan bergerak
(mobile personal fall arrester) yang mempunyai mekanisme terkunci sendiri mengikuti pergerakan
tenaga kerja; dan
ii) Tali kerja, yang dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun.
a) Dinding, tembok pembatas, atau pagar pengaman dengan tinggi minimal 950 (sembilan ratus
lima puluh) milimeter;
b) Pagar pengaman harus mampu menahan beban minimal 0,9 (nol koma sembilan) kilonewton;
c) Celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 (empat ratus tujuh puluh) milimeter; dan
d) Tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh (toeboard) cukup dan memadai.
b) Mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton dan tidak mencederai tenaga kerja
yang jatuh.
Pekerjaan pada Ketinggian
iii. Perangkat Pencegah Jatuh perorangan yang paling sedikit terdiri atas:
a) Sabuk tubuh (full body harness); dan
b) Tali pembatas gerak (work restraint).
iv. Perangkat Pencegah Jatuh perseorangan yang paling sedikit terdiri atas:
a) Bergerak vertikal yang harus mempunyai alat pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
tenaga kerja maksimal 1,2 (satu koma dua) meter;
b) Bergerak horizontal yang harus mempunyai alat pengunci otomatis yang mencengkeram tali
pada posisi jatuh;
c) Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut yang harus mempunyai panjang maksimal 1,8
(satu koma delapan) meter dan mempunyai sistem penutup dan pengunci kait otomatis;
d) Terpandu yang harus menggunakan tali kermantle yang mempunyai elastisitas memanjang
minimal 5% (lima persen) apabila terbebani tenaga kerja yang jatuh; dan
e) Ulur tarik otomatis yang harus mempunyai sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
maksimal 0,6 (nol koma enam) meter.
v. Angkur terdiri dari
c) Angkur permanen; dan
d) Angkur tidak permanen.
vi. Angkur harus mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton; dan
vii. Dalam hal Angkur lebih dari 1 (satu) titik harus mampu membagi beban yang timbul.
Pekerjaan pada Ketinggian
e. Tenaga Kerja yang terdiri dari:
i. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 1 (satu) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Bekerja pada lantai kerja tetap dan/atau pada lantai kerja sementara dengan alat pelindung
jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work restraint); dan
b) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau lantai kerja sementara dengan
menggunakan tangga.
ii. Tenaga Kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Bekerja pada lantai kerja tetap dan/atau pada lantai kerja sementara dengan alat pelindung
jatuh berupa jala, bantalan, atau tali pembatas gerak (work restraint);
b) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau. Lantai kerja sementara dengan
menggunakan tangga;
c) Bergerak menuju dan meninggalkan lantai kerja tetap atau sementara secara horizontal atau
vertikal pada struktur bangunan;
d) Bekerja pada posisi atau tempat kerja miring;
e) Menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem katrol; dan
f) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat.
Pekerjaan pada Ketinggian
iii. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Membuat angkur di bawah pengawasan tenaga kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua) dan/atau
tenaga kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga); dan
b) Melakukan upaya pertolongan diri sendiri;
iv. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Membuat angkur secara mandiri;
b) Mengawasi tenaga kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu) dalam pembuatan angkur;
c) Mengawasi tenaga kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu); dan
d) Melakukan upaya pertolongan dalam keadaan darurat pada ketinggian untuk tim kerja.
v. Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga) yang mempunyai tugas dan kewenangan:
a) Menyusun Perencanaan Sistim Keselamatan Bekerja Pada Ketinggian;
b) Melakukan Pemeriksaan Angkur Untuk Keperluan Internal;
c) Mengawasi Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 2 (Dua) Dan/Atau Tenaga Kerja Pada Ketinggian
Tingkat 1 (Satu); Dan
d) Melakukan Upaya Pertolongan Dalam Keadaan Darurat Pada Ketinggian.
Pekerjaan pada Ketinggian
Tabel meringkas situasi yang umum ditemui di mana perlindungan jatuh diperlukan, ketinggian di mana
perlindungan jatuh harus disediakan, dan referensi OSHA untuk persyaratan tersebut.
Tabel Persyaratan perlindungan jatuh dalam situasi yang biasa dihadapi
Situasi Ketinggian yang dibutuhkan untuk mencegah jatuh dari
ketinggian
Scaffold (dengan lebar >45 inci (1,1 m)) 10 ft (3.0 m)
Scaffold (dengan lebar <45 inci (1,1 m)) 4 ft to 10 ft (1.3 - 3.0 m)
Scaffold yang dapat berayun (scaffold untuk perkerjaan 6 ft (1.8 m)
pengecatan)
Bahaya tertusuk Paparan apapun
Lantai jembatan dengan sisi dan ujung yang tidak dilindungi 6 ft (1.8 m)
• Menurut ARTBA, 2016, menahan jatuh hanyalah langkah pertama dalam mencegah cedera
atau kematian.
• Trauma suspensi (Gambar disamping) terjadi ketika pekerja yang jatuh digantung di tali
kekang dengan kaki digantung.
• Sementara arteri di dekat bagian depan kaki terus memompa darah, tali kekang bertindak
seperti torniket pada pembuluh darah di bagian belakang kaki dan mencegah darah yang Suspension Trauma
terdeoksigenasi kembali ke hati. Jika sirkulasi cukup terhambat, detak jantung akan tiba-
tiba melambat dan mengurangi oksigen ke otak.
• Dalam keadaan ideal, dengan rencana penyelamatan, trauma suspensi harus diperlakukan
sebagai keadaan darurat. Ini bisa berakibat fatal hanya dalam 10 menit.
• Umumnya, trauma suspensi menyebabkan kematian dalam 15 hingga 40 menit. Salah satu
pencegahannya adalah dengan menggunakan Relief straps.
Relief Straps
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
Pekerjaan pada ruang terbatas tidak secara jelas diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia namun dapat diidentifikasi kriteria kompetensi pelaksananya pada Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 326 Tahun 2011 tentang SKKNI Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di Ruang Terbatas
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
Kompetensi inti SKKNI Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Ruang Terbatas terutama yang
terkait dengan :
a. Ruang Terbatas (confined space) yang didefinisikan sebagai ruangan yang cukup luas dan memiliki
konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya,
mempunyai akses keluar masuk yang terbatas (Gambar 3.31 kanan bawah), seperti pada tank, kapal,
silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses yang terbatas,
tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di dalamnya termasuk di
dalamnya:
i. Tangki penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis tangki lainnya yang
mempunyai lubang lalu orang;
ii. Ruang terbuka di bagian atas yang melebihi kedalaman 1,5 meter seperti lubang lalu orang yang
tidak mendapat aliran udara yang cukup;
iii. Jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah dan struktur lainnya yang serupa;
iv. Ruangan lainnya di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang yang kecil seperti tangki kargo,
tangki minyak dan sebagainya.
Pekerjaan Pada Ruang Terbatas
b. Pekerjaan Isolasi Energi (Lock Out Tag Out : LOTO);
a. Kecil;
b. Sedang; dan
c. Besar.
Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh Pengguna Jasa sesuai dengan
kriteria penentuan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran J Kriteria Penentuan Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi Oleh Pengguna
Jasa Konstruksi, terutama Tabel J.4 Penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi
Berdasarkan Harga Per Satuan Waktu yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Permen PUPR No. 10/2021.
Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
Sesuai Pasal 35 Permen PUPR No. 10/2021, Dalam menerapkan SMKK, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi harus membentuk UKK bertanggung jawab kepada unit yang menangani
Keselamatan Konstruksi di bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa, yang terdiri dari:
a. Pimpinan; dan
b. Anggota, sebagaimana yang diterangkan pada Pasal 37 PermenPUP No. 10/2021 terdiri
dari
i. Ahli Keselamatan Konstruksi;
ii. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi;
iii. Petugas Keselamatan Konstruksi atau Petugas K3 Konstruksi;
iv. Petugas tanggap darurat;
v. Petugas pemadam kebakaran;
vi. Petugas pertolongan pertama pada kecelakaan;
vii. Petugas pengatur lalu lintas;
viii.Tenaga kesehatan; dan
ix. Petugas pengelolaan lingkungan.
Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
Sesuai Pasal 38 Permen PUPR No. 10/2021:
a. Dalam hal Pekerjaan Konstruksi memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) Permen PUPR No. 10/2021, perbandingan jumlah
personil Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa 1:60
(satu banding enam puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) Petugas Keselamatan Konstruksi
dalam tiap Pekerjaan Konstruksi;
Sesuai dengan Pasal 40 Permen PUPR No. 10/2021, Biaya Penerapan SMKK Biaya Penerapan SMKK dalam
Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 Permen PUPR No. 10/2021 mencakup rincian:
a. Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP;
b. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
c. Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
d. Asuransi dan perizinan;
e. Personel Keselamatan Konstruksi;
f. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
g. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas;
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
i. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi, termasuk biaya
pengujian/pemeriksaan lingkungan
Biaya Penerapan SMKK
Sesuai dengan Pasal 41 Permen PUPR No. 10/2021, Biaya Penerapan SMKK dalam jasa
Konsultansi Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 paling sedikit mencakup rincian:
d. Terkait biaya asuransi kesehatan, asuransi profesi, biaya pendidikan, pelatihan, asuransi, dan
biaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam jasa Konsultansi Konstruksi sudah termasuk dalam
komponen remunerasi tenaga ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Biaya Penerapan SMKK
b. Biaya SMKK - Sosialisasi, promosi dan pelatihan
Biaya SMKK yang ada dalam SKh-1.1.22
i. SKh-1.1.22. (2a) Induksi Keselamatan Konstruksi (Safety
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Induction) dalam satuan Orang;
beserta satuan pembayarannya adalah:
ii. SKh-1.1.22. (2b) Pengarahan Keselamatan Konstruksi
a. Biaya SMKK - Penyiapan dokumen (Safety Briefing) dalam satuan Orang;
penerapan SMKK iii. SKh-1.1.22. (2c) Pertemuan keselamatan (Safety Talk
dan/atau ToolBox Meeting) dalam satuan Orang;
i. SKh-1.1.22. (1a) Pembuatan dokumen
iv. SKh-1.1.22. (2d) Pelatihan Keselamatan Konstruksi,
RKK, RMPK, RKPPL, dan RMLLP dalam
antara lain: dalam satuan Orang untuk pelatihan:
satuan Set;
a) Bekerja di ketinggian;
ii. SKh-1.1.22. (1b) Pembuatan prosedur dan b) Penggunaan bahan kimia (MSDS);
instruksi kerja dalam satuan Set; c) Analisis keselamatan pekerjaan;
iii. SKh-1.1.22. (1c) Penyusunan pelaporan d) Perilaku berbasis keselamatan (Budaya berkeselamatan
penerapan SMKK dalam satuan Set; konstruksi); dan
e) P3K.
v. SKh-1.1.22. (2e) Sosialisasi/penyuluhan HIV/AIDS dalam
satuan Orang;
vi. SKh-1.1.22. (2f) Simulasi Keselamatan Konstruksi dalam
satuan LS/lumsum;
vii. SKh-1.1.22. (2g) Spanduk (Banner) dalam satuan Buah;
viii. SKh-1.1.22. (2h) Poster/leaflet dalam satuan Lembar;
ix. SKh-1.1.22. (2i) Papan Informasi Keselamatan
Konstruksi dalam satuan Lembar;
Biaya Penerapan SMKK
Penggunaan Alat Pelindung Kerja
c. Biaya SMKK - APK Alat Pelindung Kerja:
i. SKh-1.1.22.(3a1) Jaring pengaman (Safety
Net) dalam satuan Meter Panjang;
ii. SKh-1.1.22.(3a2) Tali keselamatan (Life
Line) dalam satuan Meter Panjang;
iii. SKh-1.1.22. (3a3) Penahan jatuh (Safety
Deck) dalam satuan Unit;
Safety Net Pagar pengaman
iv. SKh-1.1.22. (3a4) Pagar pengaman (Guard Sumber: safetynetsnz.co.nz
Sumber: Safetyrespect AB
Railling) dalam satuan Meter Panjang;
v. SKh-1.1.22. (3a5) Pembatas area
(Restricted Area) dalam satuan Rol; dan
vi. SKh-1.1.22. (3a6) Perlengkapan
keselamatan bencana (Disaster Safety
Equipment) dalam satuan Set;
• Terkait dengan kegiatan pemeriksaan jembatan yang termasuk di dalam usaha jasa
konsultansi konstruksi spesialis.
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK meliputi:
1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 (UU No. 2/2017) tentang Jasa Konstruksi;
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 (UU No, 11/2020) tentang Cipta Kerja yang menetapkan perubahan-
perubahan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Jasa Konstruksi;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
8) Keppres No: 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia
10) Kep. Menkimpraswil No: 339/KPTS/2003 tentang Penilaian Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi;
11) Kep. Menteri PU No: 08/SE/M/2006 tentang Pengadaan Jasa Konstruksi Untuk Instansi Pemerintah Tahun
Anggaran 2006;
12) Peraturan Menteri PUPR No.14 tahun 2020 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia;
13) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang
Standar Susunan Tenaga Ahli untuk Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Melalui Penyedia Jasa;
14) Surat Edaran Dirjen BM No. 2/SE/Db/2019 tentang Panduan Teknik Pelaksanaan Jembatan Tahun 2019;
15) Surat Edaran Dirjen BM No. 3/SE/Db/2019 tentang Panduan Teknik Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Tahun
2019;
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
16) Surat Edaran Dirjen BM No. 6/SE/Db/2021 tentang Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan;
17) Permen PU No. 06/PRT/2008 tentang Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pemeriksaan
Konstruksi di Lingkungan Departemen PU;
18) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 7 Tahun 2021 tentang Pencatatan Sumber Daya
Material dan Peralatan Konstruksi;
19) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 tahun 2020 tentang Pembentukan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi;
20) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi;
21) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Konstruksi Berkelanjutan;
22) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penilai Ahli, Kegagalan
Bangunan, dan Penilaian Kegagalan Bangunan;
23) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Konstruksi Berkelanjutan;
Produk-produk NSPK terkait Jasa Konstruksi dan SMKK
24) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2020 tentang Penerapan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik;
25) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor Nomor 04/Se/M/2021 tentang Pedoman
Penerapan Manajemen Risiko di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
26) Surat Edaran Dirjen No. 16.1/SE/Db/2020 Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2), 2020;
27) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 01/SE/Db/2021 tentang Pedoman Survei Pengumpulan Data
Kondisi Jaringan Jalan
28) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 03/SE/Db/2021 tentang Pemeriksaan Kondisi Sungai pada
Jembatan;
29) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 07/SE/Db/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Survei Kondisi
Jalan dan Jembatan di Direktorat Jenderal Bina Marga;
30) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 05/SE/Db/2022 tentang Pedoman Pemeriksaan Jembatan; dan
31) SNI 03-6868-2002 Tata Cara Pengambilan Contoh Uji Secara Acak untuk Bahan Konstruksi;
Produk-produk NSPK Terkait Biaya SMKK
Produk-produk NSPK terkait Biaya SMKK meliputi:
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
b. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11/SE/M/2019 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
c. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19/SE/M/2021 Tahun 2021
tentang Pedoman Pelaksanaan Tertib Evaluasi Kewajaran Harga pada Tender Pekerjaan Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: dan
a. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/IN/M/2022 Tahun 2022 tentang
Larangan Penggunaan Kendaraan Berdimensi Lebih dan/atau Bermuatan Lebih pada Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi;
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No 04/SE/Db/2020 tentang Panduan Teknis Evaluasi
Struktur Jembatan untuk Dispensasi Penggunaan Jalan yang Memerlukan Perlakuan Khusus;
c. Surat Edaran Menteri PUPR No 03/SE/M/2016 tentang Pedoman Penentuan Bridge Load Rating untuk
Jembatan Eksisting;
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No 04/SE/Db/2020 tentang Panduan Teknis Evaluasi
Struktur Jembatan untuk Dispensasi Penggunaan Jalan yang Memerlukan Perlakuan Khusus;
e. Pedoman Pd-T-12-2003 Pedoman Teknis Perencanaan Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan;
dan
f. Instruksi Dirjen Bina Marga Nomor 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan
Jalan – Panduan Teknis 3 Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan.
Produk-produk NSPK Terkait Ketenagakerjaan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Produk-produk NSPK terkait Ketenagakerjaan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3) Permen LHK Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
4) Permen LHK Nomor 19 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah NonBahan Berbahaya dan Beracun;
5) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup;
6) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 13 Tahun 2021 tentang Sistem Informasi Pemantauan Emisi
Industri Secara Terus Menerus;
7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.15/Menlhk/Setjen/Pla.4/7/2020 tentang Pelaksanaan dan
Pengawasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup - Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci di Kawasan
Ekonomi Khusus;
Produk-produk NSPK Terkait Lingkungan Hidup
8) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.80/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang
Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus;
9) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Pemantauan
Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan Bagi Usaha dan/atau Kegiatan;
10) Permen LHK Nomor P.9/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2018 tentan Kriteria Teknis Status Kesiagaan dan Darurat
Kebakaran Hutan dan Lahan;
11) Permen LHK Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 tentan Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
12) Pedoman Konstruksi dan Bangunan No. 009/BM/2009 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan;
13) Pedoman No. 08/BM/2005 Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 1 Umum;
14) Pedoman No. 011/PW/2004 Perencanaan Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 2;
15) Pedoman No. 012/PW/2004 Pelaksanaan Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 3;
16) Pedoman No. 013/PW/2004 Pemantauan Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan Buku 4;
17) Petunjuk Praktis Pengelolaan Hidup bidang Jalan;
Produk-produk NSPK Terkait SKKNI/ Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Produk-produk NSPK terkait SKKNI/Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia meliputi:
TERIMA KASIH
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
SK No 085113 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-83-
SK No 077314 A
SALINAN
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
TENTANG
JASA KONSTRUKSI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
2-
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
lO.Kegagalan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
10. Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan
bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
11. Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti pengakuan
terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas kemampuan badan
usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil penyetaraan
kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi asing.
12. Sertilitasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi sesuai dengan
standar kompetensi kerja nasional Indonesia, stan"dar
internasional, dan/ atau standar khusus.
13. Sertifikat Kompetensi Kerja adalah tanda bukti pengakuan
kompetensi tenaga kerja konstruksi.
14. Tanda Daftar Usaha perseorangan adalah izin yang
diberikan kepada usaha orang perseorangan untu[
menyelenggarakan kegiatan Jasa Konstruksi.
15. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut Izin
Usaha adalah izin yang diberikan kepada badan usaha
untuk menyelenggarakan kegiatan Jasa konstruksi.
16. Pemerintah Pusat adalah presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara neputtit<
Indonesia yang dibantu oleh Wakil presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang meniadi
kewenangan daerah otonom.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
c.kesetaraan;...
{'i.
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4
c. kesetaraan;
d. keserasian;
e. keseimbangan;
f. profesionalitas;
g. kemandirian;
h. keterbukaan;
i. kemitraan;
j. keamanan dan keselamatan;
k. kebebasan;
1. pembangunan berkelanjutan; dan
m. wawasan lingkungan.
Pasal 3
BABIII ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
BAB III
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab
Pasal 4
Bagian Kedua
Kewenangan
Paragraf 1
Kewenangan Pemerintah pusat
Pasal 5
a.mengembangkan...
euBt
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-6-
a. mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa
Konstruksi;
c. menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa
Konstruksi;
d. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan
Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai
pasok Jasa Konstruksi;
e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi lembaga yang
melaksanakan sertilikasi badan usaha;
f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
g. mengembangkan sistem permodalan dan sistem
penjaminan usaha Jasa Konstruksi;
h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi pelaku
usaha Jasa Konstruksi nasional dalam mengakses pasar
Jasa Konstruksi internasional;
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi;
j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan
usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka penan€unan
modal asing;
k. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi besar;
l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa
Konstruksi;
m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi
yang terkait dengan pasar Jasa Konstruksi di negara
yang potensial untuk pelaku usaha Jasa Konstruksi
nasional;
n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa
Konstruksi nasional dan internasional;
o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam
pasar Jasa Konstruksi;
p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi
nasional;
q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha
Jasa Konstruksi nasional yang mengakses pasar Jasa
Konstruksi internasional; dan
r. menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha
Jasa Konstruksi.
(2) Untuk . .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
e.menetapkan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
B-
e. menetapkan standar remunerasi minimal bagi tenaga
kerja konstruksi;
f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi,
pelatihan, dan standar remunerasi minimal
bagi tenaga
kerja konstruksi;
g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi
dan
lisensi bagi lembaga serti{ikasi prJfesi;
h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
i. menyelenggarakan registrasi pengalaman profesional
tenaga kerja konstruksi serta lembaga pendidikan
dan
pelatihan kerja di bidang konstruksi;
j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi
asing; dan
k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk
melaksanakan tugas Sertifikasi Kompetensi Kerja yang
belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi p.oflsi yan!
dibentuk oleh asosiasi profesi -atau lembaga pendidikan
dan pelatihan.
(6) Untuk
$Tb
-r4>^l=Lv
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9
(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas
dan bertanggung jawab dalam penga.\i/aszrn
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa
Konstruksi;
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi
sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi;
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap
penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja; dan
e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas
dan bertanggung jawab dalam Usaha penyediaan
Bangunan.
Pasal 6
e. memfasilitasi
$"^ffip
-rtb€
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
e. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa
Konstruksi di provinsi dengan badan usaha dari luar
provlnsl.
e. meningkatkan
PRESIDEN
REPU BLII( INDONESIA
- lt -
Paragraf 2
Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi
Pasal 7
Paragraf 3
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
Pasal 8
b. penyelenggaraan
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-L2-
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi
cakupan
daerah kabupaten / kota;
c. penerbitan Izin Usaha nasional kualilikasi kecil,
menengah,
dan besar; dan
d. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan
tertib
pemanfaatan Jasa Konstruksi.
pasal 9
pasal l0
Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan
kewenangan_ sebagaimana dimaksud aaUil pasJ
dengan Pasal 9 diatur dalam peraturan pemerintah.
4 sampai
BAB IV
USAHA JASA KONSTRUKSI
Bagian Kesatu
Struktur Usaha Jasa Konstruksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 11
Paragraf 2 ...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-13-
Paragraf 2
Jenis, Sifat, Klasiiikasi, dan Layanan Usaha
Pasal 12
Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:
a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.
Pasal 13
(1) Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
(21 Klasifrkasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara
lain:
a. arsitektur;
b. rekayasa;
c. rekayasa terpadu; dan
d. arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
(3) Klasilikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf b
antara lain:
a. konsultansi ilmiah dan teknis; dan
b. pengujian dan analisis teknis.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengkajian;
b. perencanaan;
c. perancangan;
d. pengawasan; dan/ atau
e. manajemen penyelenggaraan konstruksi.
-14-
(5) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) huruf b meliputi:
a. survei;
b. pengujian teknis; dan/ atau
c. analisis.
Pasal 14
(1) Sifat usaha Peke{aan Konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf b meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
Pasal 15 .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Paragraf 3
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-16-
Paragraf 3
Bentuk dan Kualifikasi Usaha
Pasal 19
pasal 20
(1) Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 terdiri atas:
a. kecil;
b. menengah; dan
c. besar.
Bagian Kedua
Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi
pasal 2l
(1) Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan badan usaha Jasa Konstruksi kualilikasi kecil
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (l) huruf a
hanya dapat menyelenggarakan Jasa K6nstnjksi pada
segmen pasar yang:
a.berisiko...
FRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-17-
a. berisiko kecil;
b. berteknologi sederhana; dan
c. berbiaya kecil.
Pasal 22
Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah
sebagaimana dimaksud daiam pasal 20 ayat (l) huruf b haiya
dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar
yang:
a. berisiko sedang;
b. berteknologi madya; dan/atau
c. berbiaya sedang.
pasal 23
pasal 24
a. kerja sama . . .
PRES IDENI
REPUBLIK INDONESIA
-18-
a. kerja :ama operasi dengan badan usaha Jasa
Konstruksi daerah; dan/ atau
b. penggunaan Subpenyedia Jasa daerah.
pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai segmentasi pasar
serta kriteria
risiko, teknologi, dan biaya iebagaiirana aim'aksud
dalam pasal
21 sampai dengan pasal 24 diatui dalam p.."ir."., pemerintah.
Bagian Ketiga
Persyaratan Uiatra .las? fonstruksi
paragraf 1
Umum
pasal 26
(1) Setiap usaha orang perseorangan sebagaimana
dimaksud
oalam pasal l9.._yang akan memberilan layanan
Jasa
Konstruksl wajib memiliki Tanda Daftar Usaha
Perseorangan.
(2) Setiap badan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 yang
"t "r,
Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin -.-f..ii.an layana,
Usaha.
paragraf 2
Tanda Daftar Usaha perseorangan dan Izin
Usaha
pasal 2T
Tanda Daftar Usaha perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam
Ii:", 26,.ayat (t) diberifan otJh p"-"ri.,t"r, Daerah
KaDupaten/kota kepada usaha perseorangan
berdomisili di -orang f.'.i..rt yang
_wilayahnya sesuai dengai r"., peraturan
perundang-undangan.
pasal 2g
Izin Usaha dimaksud dalam pasal 26 ayat (21
-sebagaimana
diberikan oleh pemerintah Daerah f."t"p"t."7f."t"
badan usaha yang berdomisili di rvifuyrfrlv" kepada
ketentuan peraturan perundang-una""g;'.r-- " ''
* dengan
"."r"1
Pasal 29
ffi
-rlqynlF
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
-19-
Pasal 29
Paragraf 3
Se rtifikat Badan Usaha
pasal 30
(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi
wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha.
(21 Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan melalui suatu proses sertilikasi dan registrasi
oleh Menteri.
(3) Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat:
a. jenis usaha;
b. sifat usaha;
c. klasilikasi usaha; dan
d. kualifikasi usaha.
(41 Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), badan usaha Jasa Konstruksi
mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga
Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan
usaha terakreditasi.
(5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan
oleh Menteri kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi
persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d.sarana...
PRESIDEN
REtrUELIK INDONESIA
-20-
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(6) Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi
wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam peraturan
Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertilikasi dan registrasi
badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
E) au"
akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dalam peraturan Menteri.
Paragraf 4
Tanda Daftar Pengalaman
pasal 31
(1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman usaha, setiap
badan usaha Jasa Konstruksi kualihkasi menengah dan
besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada
Menteri.
(21 Registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan tanda daitar pengalaman.
(3) Tanda.daftar pengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit memuat:
a. nama paket pekerjaan;
b. Pengguna Jasa;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan;
d. nilai pekedaan; dan
e. kinerja Penyedia Jasa.
BagianKeempat...
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-2t-
Bagian Keempat
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing dan Usaha perseorangan Jasa Konstruksi
Asing
Pasal 32
Pasal 33
-22-
(3) Kerja^ sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilafur1"t", dengan prinsip kesetaraan kualifika;i;
kesamaan layanan, dan tanggung renteng.
Pasal 34
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin perwakilan, tata
cara kerja sama operasi, dan penggunaan lebih banyak t.;;;
kerja-lndonesia, sebagaimana dimaksud dalam pasal -33 ayat (i1
huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian lzin Usaha
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (4) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 36
(1) Pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 dapat dilakukan melalui Usaha
Penyediaan Balgunan.
(2) Usaha
dffi
-*1y44{
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_23_
(2) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas Usaha Penyediaan Bangu.ran gedung
dan Usaha Penyediaan Bangunan sipil.
Bagian Keenam
Pengembangan Usaha Berkeianjutan
Pasal 37
BAB V
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
BAB V
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 38
(1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas
penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan
penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
(21 Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau
melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
(3) Penyelenggaraan UsahaPenyediaan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau
melalui perjanjian penyediaan bangunan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha
Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha
Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pengikatan Jasa Konstruksi
Paragraf 1
Pengikatan Para Pihak
Pasal 39
(1) Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Pengguna Jasa; dan
b. Penyedia Jasa.
(21 Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
(3) Pengikatan .. .
ffi
-rlp4€
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-25-
(3) Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat dan dapat
dipertanggungiawabkan secara keilmuan.
Pasal 40
Paragraf 2
Pemilihan Penyedia Jasa
Pasal 4 1
Pasal 42
(1) Pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 yang menggunakan sumber pembiayaan dari
keuangan Negara dilakukan dengan cara tender atau
seleksi, pengadaan secara elektronik, penunjukan
langsung, dan pengadaan langsung sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(21 Tender atau seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui prakualilikasi, pascakualifikasi,
atau tender cepat.
(3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yang
sudah tercantum dalam katalog.
(41 Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dapat dilakukan dalam hal:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan
masyarakat;
b.pekerjaan...
*r
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-26-
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat terbatas
atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut
keamanan dan keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/ atau
e. kondisi tertentu.
(5) Pengadaan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e dan nilai
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 43
(l) Pemilihan Penyedia Jasa dan penetapan penyedia Jasa
dalam pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup
pekerjaan;
b. kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban kerja;
c. kinerja Penyedia Jasa; dan
d. pengalaman menghasilkan produk konstruksi sejenis.
(21 Dalam hal pemilihan penyedia layanan jasa Konsultansi
Konstruksi yang menggunakan tenaga kerja konstruksi
pada jenjang jabatan ahli, pengguna Jasa harus
memperhatikan standar remunerasi minimal.
(3) Standar remunerasi minimal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 44
Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud da,lam pasal 39 ayat (2)
dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi- pada
pembangunan untuk kepentingan umum tanpa melalui tender
atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik.
Pasal 45
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-27 -
pasal 45
Paragraf 3
Kontrak Kerja Konstruksi
pasal 46
(1) Pengaturan hubungan kerja antara pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa harus dituangkan dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
(21 Bentuk. Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti
perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai de-ngan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 47
(1) Kontrak Kerja Konstruksi paiing sedikit harus mencakup
uraian mengenai:
a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci
tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga satuan,
lumsum, dan batasan waktu pLlaksanaan;
c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu
pelaksanaan dan pemeliharaan yang mi";aai tanggung
jawab Penyedia Jasa;
d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna
Jasa untuk memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan
kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan, serta hak penyedia Jasa untuk
memperoleh informasi dan imbalan jasa serta
kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban
mempekerj akan tenaga kerj a konstruksi bersertifi kai;
f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban
Pengguna Jasa dalam melakukan pembayaran hasil
layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya
jaminan atas pembayaran;
g.wanprestasi...
t:iI
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-28-
g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab
dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang
tata cara penyelesaian perselisihan akibat
ketidaksepakatan;
i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat
ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi
yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban
salah satu pihak;
j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah iatu
pihak;
k. Kegagz.lan Bangunan, memuat ketentuan tentang
kewajiban Penyedia Jasa dan/atau pengguna Jasa atas
Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
1. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatai
dan kesehatan kerja serta jaminan sosia.l;
m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak
dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal
terjadi suatu peristiwa yang menimbulkin kerugian atau
menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam
pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab
hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan eekirlaa.,
Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
(2)
!-elain .k9leltuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kontrak Kerja Konstruksi dapat memuat keJepakatin para
pihak tentang pemberian insentif.
Pasal 48
Selain memuat ketentuan sebagaimana Cimaksud dalam pasal
Kontrak Kerja Konstruksi:
47 ,
a. untuk layanan jasa perencanaan harus memuat ketentuan
tentang hak kekayaan intelektual;
b.untuk...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-
b untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat
memuat ketentuan tentang Subpenyedia Jasa serta pemaiok
bahan, komponen bangunan, dan/atau peralatan yang harus
memenuhi standar yalg berlaku; dan
c yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban alih
teknologi.
Pasal 49
Pasal 50
(1) Kontrak Kerja Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2) Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan
pihak asing harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.
(3) Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Kontrak
Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia.
Pasal 5 I
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kontrak Kerja Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 sampai dengan pasal 5O
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Jasa Konstruksi
Paragraf 1
Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa
Pasal 52
Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi harus:
a. sesuai dengan perjanjian dalam kontrak;
b. memenuhi . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-
b memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan; dan
c mengutamakan warga negara Indonesia sebagai pimpinan
tertinggi organisasi proyek.
Pasal 53
(l) Dalam penyel enggaraan Jasa Konstruksi, pekerjaan utama
hanya dapat diberikan kepada Subpenyedia Jasa yang
bersifat spesi alis sebagaimana dimaksud dalam pasaj t5
dan Pasal 14.
(2) Pemberian pekerjaan utama kepada Subpenyedia Jasa yang
bersifat spesialis sebagaimani dimaksud - paaa ayai
1tj
harus mendapat persetujuan pengguna Jasa.
(3) Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penyedia Jasa
dengan kualifikasi menengah dan/atau besar
mengutamakan untuk memberikan pekerjaan penunjang
kepada Subpenyedia Jasa dengan kuaifikasi kecil.
(4) Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa wajib memenuhi hak
d-an kewajiban sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
Pasal 54
(1) Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penyedia Jasa
dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan hasil
pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat
waktu sebagaimana tercantum dalam Kontrak fe4a
Konstruksi.
(2t Penyedia-,Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa yang tidak
menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat biayi, tepat
mutu, dan/atau tepat waktu sebagaimana dimak"ra p"au
lyat (1) dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan
kesepakatan dalam Kontrak Kerja Kons-truksi.
Paragraf 2
.-\,
\il
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-31 -
paragraf 2
Pembiayaan Jasa Konstruksi
pasal 55
pasal 56
(1) D,.alam..hal tlnggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi
olDuktlkan dengan kemampuan membayar sebagaimana
dimaksud dalam pasal 55 ayat (3) huruf i, pengguna ..lasa
wajib. melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan
tepat
waktu.
(2) Pengguna_Jasa yang tidak menjamin ketersediaan
biaya dan
tidak. melaksanakan pembayaran .t"" p..ry...fran hasil
pekerjaan Penyedia Jasa. secara tepat jumlah
waktu sebagaimana dimaksud pada ayai dan tepat
iup"t dikenai
ganti kerugian sesuai dengan kesepaliatantfiaatam
Kontrak
Kerja Konstruksi.
(3) Dalam...
i
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
a, /)
Pasal 57
(1) Dalam pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42, Penyedia Jasa menyerahkan jaminan
kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban
sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan
Penyedia Jasa.
BagianKeempat...
\,
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-33-
Bagian Keempat
Perjanjian Penyediaan Bangunan
Pasal 58
(6)
P."1* perjanjian penyediaan bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2), penyelenggarian Jasa Konstruksi
harus dilakukan oleh penyedia Jasa.
BABVI ...
{
PRES IDEN
REPU BLIK INDONESIA
-34-
BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN,
DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
Bagian Kesatu
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
Pasal 59
(4) Standar...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-35-
(41 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri
teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) memperhatikan kondisi geogralis yang rawan
gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
Bagian Kedua
Kegagalan Bangunan
Paragraf I
Umum
Pasal 60
(1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutah sebagaimana dimaksud dalam pasal 59,
Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi
pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan
Bangunan.
(2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh penilai ahli.
(3) Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (21 ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu pa_ling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan
Bangunan.
Patagraf 2
Penilai Ahli
Pasal 61
(1) Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (21
harus:
a. memiliki
S:r
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-36-
a memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang
jabatan ahli di bidang yang sesuai dengan klasifikasi
produk bangunan yang mengalami Kegagalan
Bangunan;
b memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana,
dan/atau pengawas pada Jasa Konstruksi sesuai
dengan klasifikasi produk bangunan yang mengalami
Kegagalan Bangunan; dan
C terdaftar sebagai penilai ahli di kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasi
Konstruksi.
Pasal 62
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 ayat (21 penilai ahli dapat berkoordinasi dengan
pihak berwenang yang terkait.
Pasal 63...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
- J/ -
pasal 63
Penyedia Jasa wajib mengganti atau memperbaiki Kegagalan
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat 11y yang
disebabkan kesalahan Penyedia Jasa.
Pasal 64
Ketentuan lebih lanjut mengenai penilai ahli dan penilaian
Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam iasal 60
sampai dengan Pasal 63 diatur dalam peraturan Menteri.
Paragraf 3
Jangka Waktu dan Pertanggungiawaban Kegagalan Bangunan
Pasal 65
(1) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai
dengan rencana umur konstruksi.
Pasal 66 . .
PRESIDEN
REPUBL!K INDONESIA
-38-
pasal 66
Pasal 67
BAB VII
TENAGA KERJA KONSTRUKSI
Bagian Kesatu
Klasifikasi dan Kualifikasi
Pasal 68
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-39-
(3) Kualifikasi dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) memiliki jenjang seiuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi
Pasal 69
Bagian Ketiga . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_40_
Bagian Ketiga
Sertifikasi Kompetensi Kerja
pasal 70
Pasal 71
C pemilihan
*o_*{
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-4t-
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan setelah mendapat
rekomendasi dari Menteri.
(41 Dalam hal lembaga sertifikasi profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk profesi tertentu belum
terbentuk, Menteri dapat melakukan Sertilikasi
Kompetensi Kerja.
(5) Setiap asosiasi profesi yang mendapatkan akreditasi wajib
menjalankan kewajiban yang diatur dalam peraturan
Menteri.
(6) Kete ntuan lebih lanjut mengenai tata cara akreditasi
asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
tata cara Menteri melakukan Sertifikasi Kompetensi Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Registrasi Pengalaman Profesional
Pasal T2
(1) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional,
setiap tenaga keda konstruksi harus melakukan registrasi
kepada Menteri.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan tanda daftar pengalaman profesional.
(3) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pating sedikit memuat:
a. jenis layanan profesional yang diberikan;
b. nilai pekedaan konstruksi yang terkait dengan hasil
layanan profesional;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
d. nama Pengguna Jasa.
(4) Ketentuan . ..
1t{
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-42-
(4t Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara
pemberian tanda daftar pengalaman profesional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat 121 diatur
dalam Peraturan Menteri
Bagian Kelima
Upah Tenaga Kerja Konstruksi
pasal 73
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja berhak atas imbalan yang layak atas
layanan jasa yang diberikan.
(21 Imbalan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Tenaga Kerja Konstruksi Asing
Pasal 74
(1) Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki
rencana penggunaan tenaga ke{a asing dan izirt
mempekerjakan tenaga kerja asing.
(2t Tenaga kerja konstruksi asing dapa: melakukan pekerjaan
di bidang Jasa Konstruksi di Indonesia hanya pada
jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli di bidang
Jasa .Konstruksi yang akan dipekerjakan oleh pemberl
kerja harus memiliki surat tanda regislrasi dari Menteri.
(41 S-urat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga
kerja konstruksi asing menurut hukum negaranya.
(s) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib
melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada
tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Pengawasan
PRESIDEN
REFUELIK INDONESIA
-43-
Bagian Ketujuh
Tanggung Jawab Profesi
Pasal 75
(1) Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa
Konstruksi harus bertanggung jarvab secara profesional
terhadap hasil pekerjaannya.
{2t Pertanggun$awaban secara profesional terhadap hasil
layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme penjaminan.
BAB VIII
PEMBINAAN
Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Pembinaan
Pasal 76
d.pengembangan...
$l.b
-$gyr44F
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-44-
d. pengembangan kerja sama dengan pemerintah Daerah
provinsi dalam menyelenggarakan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; dan
e. dukungan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat.
pasal 77
Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76, Pemerintah Pusat dapat mengikutsertakan masyarakat
Jasa Konstruksi.
Bagian Kedua . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-45-
Bagian Kedua
Pendanaan
Pasal 78
(1) Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 dan sub-urusan Jasa Konstruksi yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat sebagaimani
dimaksud_ dalam pasal 5 dan pasal 6 didanai dengan
anggaran pendapatan dan belanja negara.
(2t Penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi yang
menjadi kewenangan pemerintah Daerah provinsi dan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam pasal Z dan pasal g didanai -dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 79
Bagian Keempat
Pengawasan
Pasal 80
dan/atau pemerintah Daerah
sesuai dengan
I:=l:,:l_ry^"at
Kewenangannya melakukan _ pengawasan terhaJap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputf
a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. tertib. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-46-
b. tertib usaha dan perizinan tata bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundan gan_un C"angan; dan
c. tertib pemanfaatan dan kinerja penyedia Jasa dalam
menyelenggarakan Jasa Konstruksi.
pasal 8l
Selain
_melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80, Pemerintah pusat melakufan p.rrg"*rsan terhadap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada:
a. bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri; dan
b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia.
pasal g2
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana
-
dimaksud dalam Pasal 76 sampai dengan pasal gl diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB IX
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI
Pasal 83
(1) Untuk menyediakan data dan infornasi yang akurat dan
terintegrasi dalam penyelenggaraan jasa" Konstruksi
dibentuk suatu sistem informasi-yang terintegrasi.
(2) Sistem informasi yang terintegrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat data dan informisi yang berkaitan
dengan:
a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa
Konstruksi yang dilakukan oleh Femerintah pusat dan
Pemerintah Daerah;
b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan Pemerin tah Pusat dan pemerintah Dairah]
dan
c
lugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi.
(3) Setiap
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-47-
(3) Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi
yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan
data dan informasi dalam rangka tugas pembinaan dan
layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
BAB X
PARTI SIPASI MASYARAKAT
Pasal 84
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-48-
(5) Pgngurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan
dari Dewan Perwakilan Ralryat.
(6) Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diberikan oleh Menteri kepada yang memenuhi
persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah;
dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) Penyelenggaraan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) yang dilakukan oleh lembaga
dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja n"g"ia
dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan keteniuan
peraturan perundang-undangan.
(8) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam
penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan
lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3f merupakan
penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(9) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian
kewenangan Pemerintah pusat yang mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 85
(1) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara:
a mengakses informasi dan keterangan terkait dengan
kegiatan konstruksi yang berdampak pada kepentingan
masyarakat;
b melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya
mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi
terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan
Jasa Konstruksi; dan
c. membentuk . .
Sr,
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-49-
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha
di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 86
(1) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf b akan adanya
dugaan kejahatan dan/ atau pelanggaran yang disengaja
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses
pemeriksaan hukum terhadap pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau
menghentikan proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pasal 87...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-50-
pasal g7
Selain penyelenggaraan. partisipasi masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pall - 8_5, partisipasl masyaratat dapat
dilakukan oleh masyarakat Jasa-Konstrr:ksi melalui forum
Konstruksi. Jasa
BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA
pasal gg
(1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi
diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah
untuk
mencapai kemufakatan.
a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase.
(s) peny,elesaian sengketa
?,111 :rpay,a
yrdl (4) huruf a dan
sebagaimana
ilTlI:ld
oapat membentuk3y?t
dewan sengketa.
huruf b, para pihak
-51 -
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
pasal 89
(1) Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki
Tanda Daftar Usaha Perseor€rngan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatantertulis;
b. denda administratif; dan/ atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi.
(2) Setiap badan usaha dan badan usaha asing yang tidak
memenuhi kewajiban memiliki Izin Usaha yang masih
berlaku sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (21
dan Pasal 34 ayat (3), dikenai sanksi administratif berupa:'
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif; dan/ atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi.
Pasal 90
(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi
tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa:
a. dendaadministratif;
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi; dan/ atau
c. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak melakukan
kewajiban sesuai dengan ketentuan piraturan perundang_
undangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (6)
dikenai sanksi administratif berupa:
a.peringatan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-52-
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan akreditasi; dan/ atau
c. pencabutan akreditasi.
Pasal 91
Setiap badan usaha Jasa Konstruksi asing atau
perseorangan Jasa Konstruksi asing yang usaha orang
akan melakukai
usaha Jasa Konstruksi tidak memenrrli t .tJrtu"n sebagaimana
dimaksud dalam pasal 32 dikenai sanksi administratif
berupa:
a. penngatan tertulis;
b. denda administratif; dan/atau
c' penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
pasal 92
pasal 93
Setiap Pengguna Jasa yang
tenaga kerja konstruksi pada _menggunakan rayanan profesional
y":g .tidak memperhatikan kuatifit<asi ;enjang jabatan ahli
standar .Lm"un".a"i minimal
sebagaimana dimaksud dalam pasal +S ayil'q
dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. dendaadministratif.
Pasal 94 ...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-53-
Pasal 94
Pasal 95
Setiap Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian
pekerjaan utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
dan/atau
d. pembekuan izin.
Pasal 96
a. perlngatan .. .
PRES IDEN
REPU BLIK INDONESIA
54-
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan rayanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/alau
f. pencabut an izin.
pasal 97
Setiap. penilai ahli yang dalam melaksanakan
tugasnya tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksuJ
daram pasal 62
ayat (2) dikenai sanksi adminGtratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian dari tugas; dan/ atau
c. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi.
pasal 9g
Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewa.iban
untuk mengganti
m_empgrbaiki Kegagalan Bangunan
1tlu i*u.,u almil"uJ
dalam pasal 63 dikenai sanksi adriinistralf-;Tupa:
".b"g
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; danf atau
f. pencabutan izin.
Pasal 99
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja
di bidang Jasa
Konstruksi tidak memiliki Sertifi-"tat Xf_p.Lrr"i
sebagaimana dimaksud daiam pasai X.r.;.
zo-.vlijrf
sanksi administratif berupa pemberhentian dikenai
kerja. dari tempat
(2) Setiap Pengguna Jasa clan/ atau penyedia
Jasa yang
mempekerjakan tenaga_ kerja t orr"t.l1f"i- yr.,g
memiliki Sertifikat Kompetensi -fii'*ait"eirai tidak
dimaksud dalam pasat io ayat
Ked;-
"'.brgaima.ra
sanksi
administratif berupa:
a.denda..-
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-55-
a. denda administratif; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan iayanan Jasa
Konstruksi.
(3) Setiap lembaga sertilikasi profesi yang tidak mengikuti
ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ZO ayat (3) dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c. pembekuan lisensi; dan/ atau
d. pencabutan lisensi.
pasal 100
Setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai
9:rglt ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal z7 ayat (s) dikinai sanlksi admi-nistratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan akreditasi; dan/atau
c. pencabutan akreditasi.
pasal 101
(1) Setiap pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing yang
tidak memiliki rencana penggunaan tenaga - [er.;i
konstruksi asing dan izin mempi<erjakan tenaga keda
konstruksi asing sebagaimana dimaksud dalam pasal 74
ayat (1) dan mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing
yang tidak memiliki registrasi dari Menteri sebagaimani
dimaksud dalam pasal Z4 ayat (3), dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatantertulis;
b. dendaadministratif;
c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi; dan/atau
d. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap.
-te_naga
kerja konstruksi asing pada jabatan ahli
yang tidak melaksanakan kewajiban p."glt^nuan
alih teknologi sebagaimana dimaksud "f*, dalim pasaldan
7+
ayat (5) dikenai sanksi administratif berupa:
a.peringatan...
-\.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-56-
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c. pemberhentian dari pekerjaan; dan/atau
d. pencantuman datam daftar hitam.
Pasal 102
BAB X]II
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 103
BABXIV...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-57-
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 104
Pasal 1O5
Pasal 106
Agar
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-58-
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 12 J anuari 2OlZ
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januan 2OlT
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
Djaman
st
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
JASA KONSTRUKSI
I. UMUM
dan .
*tu
I
'/.
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-2-
dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan- perundang-
undangan; mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakai Ji UiJr.g
Jasa Konstruksi; menata sistem Jasa konstrukii yang mampu
mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan - t e"nyamaran
--
lingkungan terbangun; menjamin tata kelola p.r,y.t..rgg".alr, i"",
Konstruksi yang baik; dan menciptakan integrasi -nilai *iambah dari
seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstrukii.
_
Pengaturan penyelenggaraan Jasa Konstruksi dalam Undang_Undang
ini. dilakukan beberapa penyesuaian guna mengakomodasi kJbutuhan
|"|y- yang terjadi dalam praktik empiris di ma arakat dan dinamika
yang
legrslasi terkait dengan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Berkembangnya sektor_ Jasa Konstruk;i yang semakin kompleks
dan
semakin tingginya tingkat persaingan rayanan Jasa Konstrut<si uait<
ai
tingkat nasional maupun internasionar membutuhku., p"i'""g h;k"*
yang dapat menjamin kepastian hukum dan kepastian ,.ur,u
Ii bidang
Jasa Konstruksi terutama pelindungan bagi pingguna Jasa, penyedia
Jasa, tenaga kerja konstruksi, dan masyarakit Jasa Konstruksi.
Sebagai penyempurnaan terhadap Undang_Undang sebelumnya,
terdapat beberapa materi muata., y"rg diuba-h, aitai_rUat ia", --a""
disempurnakan daiam Undang-undang i-.ri antara rain cakupan
Jasa
Konstruksi; kualifikasi usaha Jasa Konstruksi; pengembanga. l"yurru.,
usaha Jasa Konstruksi; pembagian tanggung aan
-k;;";;;r.
.1a*a6
antara Pemerintah pusat dan pemerintat b".iatt dalam penyer""gg"'.".,
Jasa.Konstruksi; penguatan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; pengaturan
tenaga kerja konstruksi yang komprehensif baik tenaga te4a'kon'strut
lokai maupun asing; dibentuknya sistem informasi .fisa Xontruksi yang "r
terintegrasi; dan perubahan paradigma kelembagaan sebagai U.ilirf.
keikutsertaan masyarakat Jasa Konsiruksi daram penyelenggiraan
-ienekankanJasa
Konstruksi; penghapusan ketentuan pidana dengan
pada sanksi.serra
administratif dan aspek keperdataan a".r"* t.i i.f.ai
sengketa antar para pihak. Untuk menjamin kebe.lanjutan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Undang-gndang ini j";; f.Js.s
;.;;;;".
bahwa terh_adap adanya dugaan kejahatai dan/aLu p"t"igg.r"rr';i.h
Pengguna Jasa dan/atau pinyedia- Jasa, proses pemeriksaan
'
dilakukan dengan tidak -"rgg".rggu ut", minghentikan hukum
proses
penyelenggaran Jasa Konstruksi. Dahm har dugaan tgatratan danTatau
pelanggaran terkait dengan kerugian negara, pemeriksaan
hukum hanya
dapat dilakukan berdasarkan hasit p.-.Iik"""., d; i;;;g;;";;^;*
berwenang.
Secara
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_,J_
Untuk
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-4-
Untuk mengakomodasi partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pemerintah pusat dapat
mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dalam menyelenggarakan
sebagian kewenangan Pemerintah pusat di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri, yang unsur-
unsurnya ditetapkan setelah mendapat persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Da-lam hal terjadi sengketa antar para pihak, Undang-Undang ini
mengedepankan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan.
Terhadap pelanggaran administratif dalam undang-Undang ini dikenai
sanksi administratif, sedangkan untuk menghindari kekosongan hukum
Undang-Undang ini mengatur bahwa lembaga yang dibentuk berdasarkan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1g Tahun 1999 tetap
menjalankan tugas sertifikasi dan registrasi terhadap badan usaha dan
tenaga kerja konstruksi sampai terbentuknya lembaga yang dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
Pasal I
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan "asas kejujuran dan keadilan,, adalah
bahwa kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan
tertib Jasa Konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi
berbagai kewajiban guna memperoleh haknya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ,,asas manfaat" adalah bahwa segala
kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan berlandas-kan
pada prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung
jawab, efisiensi dan efektivitas yang dapat menfrmin
terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan bagi kepentingan
nasional.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ,.asas kesetaraan. adalah bahwa
kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kesetaraan hubungan kerja antara pengguna
Jasa dan penyedia
-
Jasa.
Huruf d
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Huruf d
Yang dimaksud dengan ..asas keserasian" adalah bahwa
harmoni dalam interaksi antara Pengguna Jasa dan penyedia
Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
berwawasan lingkungan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermanfaat tinggi.
Huruf e
Yang dimaksud dengan ',asas keseimbangan,, adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus berlandaskan pada
prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbang"r,
kemampuan Penyedia Jasa dan beban kerjanya. pengguna ".rtar"
Jasa dalam menetapkan penyedia Jasa wajib mematuhiisas
ini, untuk menjamin terpilihnya penyedia Jasa yang paling
sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan
yang proporsional dalam kesempatan kerja pada penyedia
Jasa.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "asas profesionalitas" adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi merupakan kegiatan profesi
yang menjunjung tinggi nilai profesionalisme.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas kemandirian" adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukan dengan
mengoptimalkan sumber daya nasional di bidang Jasa
Konstruksi.
Huruf h
Yang dimaksud dengan .,asas keterbukaan,, adalah bahwa
ketersediaan informasi dapat diakses oleh para pihak sehingga
terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan Jaia
Konstruksi yang memungkinkan para pifrat dapat
melaksanakan kewajibannya secara optimal, memperoieh
kepastian akan haknya, dan melakukan koreksi sehingga
dapat dihindari adanya kekurangan dan penyimpangan.
Huruf i
Yang dimaksud dengan ,.asas kemitraan" adalah bahwa
hubungan kerja para pihak yang bersifat timbal balik,
harmonis, terbuka, dan sinergis.
Hurufj .. .
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Hurufj
Yang dimaksud dengan .,asas keamanan dan keselamatan"
adalah bahwa terpenuhinya tertib penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja,
serta pemanfaatan hasil Jasa Konstruksi dengan tetap
memperhatikan kepentingan umum.
Huruf k
Yang dimaksud dengan "asas kebebasan" adalah bahwa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdapat kebebasan
berkontrak antara Penyedia Jasa dan pengguna Jasa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf I
Yang dimaksud dengan "asas pembangunan berkelanjutan"
adalah bahwa penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan
dengan memikirkan dampak yang ditimbulkan pada
lingkttngan yang terjaga secara terus menerus
aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.
-eny"rrgkut
Huruf m
Yang dimaksud dengan ,,wawasan lingkungan" adalah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi memperhatikan dan
mengutamakan pelindungan dan pemeliharaan lingkungan
hidup.
Pasal 3
Huruf a
Jasa Konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis
dalam sistem pembangunan nasional, untuk mendukung
berbagai bidang kehidupan masyarakat dan
menumbuhkembangkan berbagai industri barang dan jasa
yang diperlukan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Huruf b
Salah satu upaya untuk menjamin kesetaraan kedudukan
antara Pengguna Jasa dan penyedia Jasa dilakukan dengan
menertibkan penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
termasuk penerapan dokumen pelelangan dan dokumen
kontrak standar.
Huruf c
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-7 -
Huruf c
Partisipasi masyarakat meliputi partisipasi baik yang bersifat
langsung sebagai Penyedia Jasa, Pengguna Jasa, masyarakat
Jasa Konstruksi, dan pemanfaat hasil penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, maupun partisipasi yang bersifat tidak langsung
sebagai warga negara yang berkewajiban turut melaksanakan
pengawasan untuk menegakkan ketertiban penyelenggaraan
Jasa Konstruksi dan melindungi kepentingan umum.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "kenyamanan lingkungan terbangun"
adalah suatu kondisi bangunan sebagai hasil penyelenggaraan
Jasa Konstruksi yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang
direncanakan.
Huruf e
Cukup jelas.
Humf f
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan omasyarakat Jasa Konstruksi"
adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan/ atau kegiatan yang berhubungan
dengan Jasa Konstruksi antara lain asosiasi perusahaan,
asosiasi profesi, pengguna jasa, perguruan tinggi, pakar,
pelaku rantai pasok, dan pemerhati konstruksi.
Huruf g ...
PRESIDEN
REPUBLII( INDONESIA
-8-
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "menteri teknis terkait' adalah menteri
lain yang memiliki keterkaitan dengan bidang Jasa Konstruksi.
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "rantai pasok Jasa Konstruksi"
adalah alur kegiatan produksi dan distribusi material,
peralatan, dan teknologi yang digunakan dalam
pelaksanaan Jasa Konstruksi.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Hurufj
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l.. .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-9-
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan
percontohan antara lain pemberian pelatihan bagi
penerapan teknologi, metode, dan standar kompetensi
baru.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
Huruf e
Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompleksitas dari jenis layanan
profesional, biaya, risiko, dan teknologi dari
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang terkait dengan
hasil layanan profesional, dan/atau harga pasar yang
berlaku di provinsi tempat diselenggarakannya Jasa
Konstruksi.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Hurufj
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat (s)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Teknologi prioritas meliputi:
1) teknologi sederhana tepat guna dan padat karya;
2) teknologi yang berkaitan dengan posisi geografis
Indonesia;
3) teknologi konstruksi berkelanjutan;
4) teknologi material baru yang berpotensi tinggi di
Indonesia; dan
5) teknologi dan manajemen pemeliharaan aset
infrastruktur.
Hurufd . ..
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-12-
Huruf c
Pekerjaan Konstruksi terintegrasi merupakan gabungan antara
Pekerjaan Konstruksi dan jasa Konsultansi Konstruksi.
Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum
harus memenuhi kriteria yang mampu memberikan jasa
konsultansi secara utuh yang menghasilkan dokumen
pengkajian, perencanaan, perancangan, dan
pengawasan.
Humf b
Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
spesialis harus memenuhi kriteria yang mampu
melaksanakan bagian tertentu dari proses konsultansi
yang menghasilkan dokumen pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan/atau manajemen
penyelenggaraan konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum harus
memenuhi kriteria yang mampu mengerjakan bangunan
konstruksi atau bentuk fisik lain, mulai dari penyiapan
lahan sampai dengan penyerahan akhir atau
berfungsinya bangunan.
Huruf b
Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis harus
memenuhi kriteria yang mampu mengerjakan bagian
tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lain.
Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Pekerjaan Konstruksi rancang bangun menunjukkan
integrasi penyediaan jasa antara pekerjaan Konstruksi
dengan Konsultansi Konstruksi yang mencakup seluruh
aspek penyelenggaraan Jasa Konstruksi, teApi tidak
mencakup proses pengadaan.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 16
Perubahan klasifikasi produk konstruksi yang berraku secara
internasional dan perkembangan layanan usaha Jasa Konstruksi
antara lain perubahan skema klasifikasi-subkrasifikasi-produk
berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan/atau central product crassifications (cpc) untuk klasifikasi
usaha Pekerjaan Konstruksi.
Pasal 17
Ayat (1)
Dukungan rantai pasok sumber daya kontruksi
diselenggarakan dalam rangka menjamin klcukupan dan
keberlanjutan pasokan sumber daya konstruksi.
Usaha rantai pasok sumber daya konstruksi antara lain usaha
pemasok bahan bangunan, usaha pemasok peralatan
konstruksi, usaha pemasok teknologi konstruksi, dan usaha
pemasok sumber dava manusia.
Ayat (2)
il
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal l8
Cukup jelas.
Pasal 19
Yang dimaksud dengan "usaha orang perseorangan" adalah usaha
yang dilakukan langsung oleh orang tersebut tanpa membentuk
badan usaha.
Pasal 20
Ayat (l)
Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan suatu
usaha Jasa Konstruksi dalam melaksanakan Jasa Konstruksi
pada saat yang bersamaan.
Ayat (21
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 2 1
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Kebijakan khusus dimaksudkan untuk mengembangkan badan
usaha Jasa _.Konstruksi dan tenaga kerja konstiuksi yang
berdomisili di provinsi dengan tetap mengedepankan prinsip
persaingan sehat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 25...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_15_
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (21
Sertifikasi oleh Menteri merupakan proses pemberian sertifikat
atas penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap
klasifikasi dan kualifikasi atas kemampuan badan usaha di
bidang Jasa Konstruksi.
Registrasi oleh Menteri merupakan pendataan dan pencatatan
sertifikat badan usaha dalam rangka pembinaan Jasa
Konstruksi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (41
Yang dimaksud dengan "Sertilikasi Badan Usaha" adalah
proses pemberian sertifikat atas penilaian untuk mendapatkan
pengakuan terhadap klasifrkasi dan kualifikasi atas
kemampuan badan usaha di bidang Jasa Konstruksi termasuk
penyetaraan badan usaha Jasa Konstruksi asing.
Pengajuan permohonan Sertifikasi Badan Usaha kepada
lembaga sertifikasi badan usaha dilakukan tanpa menghambat
proses pemohonan dan dengan tujuan agar proses Sertifikasi
Badan Usaha dapat dijangkau oleh badan usaha Jasa
Konstruksi yang berdomisili di kabupaten/ kota.
Ayat (s)
=t).
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-16-
Ayat (5)
Persyaratan akreditasi asosiasi badan usaha ditetapkan
dengan mempertimbangkan kategori asosiasi sesuai anggaran
dasar/anggaran rumah tangga yang meliputi asosiasi yang
bersifat umum atau khusus serta asosiasi yang memiliki
cabang atau tidak memiliki cabang.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pemberdayaan kepada anggota antara lain dilakukan
melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, diseminasi,
dan sosialisasi yang terkait dengan usaha Jasa
Konstruksi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengalaman usaha" adalah
pengalaman sebagai Penyedia Jasa atau Subpenyedia Jasa,
termasuk pengalaman sebagai Penyedia Jasa dalam rangka
kerja sama operasi, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat(4) ...
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
-t7-
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "tanggung renteng" adalah kerja sama
operasi yang dimulai saat mengikuti proses pemilihan,
pelaksanaan, sampai dengan pengakhiran pekerjaan
konstruksi secara bersama-sama dan secara sendiri-sendiri
dengan tanggung jawab yang sama kepada penggunajasa.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengembangan usaha berkelanjutan"
adalah upaya terus-menerus yang dilakukan untuk menjaga
atau meningkatkan kemampuan badan usaha, sehingga badan
usaha tersebut tetap marnpu melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan sertifikat badan usaha yang dimilikinya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (4)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Penyelenggaraan Jasa Konstruksiyang dikerjakan sendiri
merupakan kegiatan yang pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan, dan/ atau diawasi sendiri oleh kementerian,
lembaga, dinas, atau instansi sebagai penanggrrng jawab
anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "perjanjian penyediaan bangunan'
adalah perjanjian yang dilakukan antara pemilik dan/ atau
penanggung jawab bangunan dengan pemilik modal atau
pengembang untuk mewujudkan bangunan yang dibiayai dengan
dana investasi badan usaha dan/atau masyarakat. Yang
termasuk dalam pe{anjian penyediaan bangunan antara lain
perjanjian kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha,
perjanjian kerjasama antara pengembang dengan badan usaha
Jasa Konstruksi, yang pembayarannya dilakukan melalui
pengembalian investasi dalam tenggang waktu yang disepakati.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "badan" adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak
investasi, kolektif dan bentuk usaha tetap.
Ayat (3)
\
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "dipertanggunglawabkan secara
keilmuan" adalah dipertanggungiawabkan sesuai kaidah yang
sudah ada dan/atau sesuai prinsip atau teori
pertanggungjawaban yang dikembangkan sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
Kaidah dalam pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi
meliputi antara lain teknik dan keselamatan bangunan,
keuangan, kontrak, dan manajemen. Prinsip pengikatan
hubungan kerja Jasa Konstruksi berlaku untuk pengikatan
yang melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
BUMN, BUMD maupun Swasta.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "prakualilikasi" adalah proses penilaian
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan terhadap
badan usaha sebelum pemasukan dokumen penawaran.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "katalog" adalah informasi yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, tingkat komponen
dalam negeri, produk dalam negeri, produk SNI, produk hijau,
negara asal, harga, penyedia, dan informasi lainnya terkait
barang atau jasa tertentu.
Ayat (a)
Huruf a
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dalam keadaan darurat
dapat dilakukan tidak hanya untuk bangunan yang
bersifat sementara narnun dapat juga untuk bangunan
yang bersifat pernanen.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_20_
Huruf c
Cukup je1as.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompleksitas dari jenis layanan
profesional, biaya, risiko, dan teknologi dari pekerjaan
konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional,
dan/atau harga pasar yang berlaku di provinsi tempat
diselenggarakannya Jasa Konstruksi.
Pengguna Jasa menjamin bahwa penyedia jasa yang
melaksanakan layanan jasa konsultasi menerapkan Standar
Remunerasi Minimal.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Yang dimaksud dengan "Penyedia Jasa yang terafiliasi" adalah
Penyedia Jasa yang memiliki suatu hubungan/pertalian dengan
pihak Pengguna Jasa karena:
a. hubungan kekerabatan/kekeluargaan karena perkawinan dan
keturunan sampai derajat kedua baik secara horizontal maupun
vertikal; atau
b. hubungan usaha dan/atau hubungan kerja, atau pihak yang
mempengaruhi pengelolaan perusahaan Pengguna Jasa.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46 ...
#Ti
-r)t>4i?
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t-
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2t
Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti perkembangan
kebutuhan untuk mengakomodasi bentuk-bentuk Kontrak
Kerja Konstruksi yang berkembang di masyarakat.
Bentuk kontrak mengikuti deliuery sgstem penyelenggaraan
konstruksi yaitu antara lain: rancang-penawaran-bangun
(design-bid-buildl; rancang-bangun (design-build);
perekayasaan-pengadaan-pelaksanaan (engineeing-
proanrement-constructionl; manajemen konstruksi; dan
kemitraan. Selain deliuery sAstem, bentuk kontrak juga
mengikuti sistem pembayaran dan sistem perhitungan hasil
pekerjaan. Sistem pembayaran jasa mencakup antara 1ain: di
l::rrka, progress, milestone, dan turnkey. Sedangkan sistem
perhitungan hasil peke{aan mencakup antara lain: lumsum,
harga satuan, gabungan harga lumsum dan harga satuan,
presentase nilai, cost reimbursable, dan target cost.
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "identitas para pihak,, adalah
nama, alamat, kewarganegaraan, wewenang
penandatanganan, dan domisili.
Huruf b
Lingkup kerja meliputi hal-hal berikut:
1) Volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang
harus dilaksanakan termasuk volume pekerjaan
tambah atau kurang. Dalam mengadakan perubahan
volume pekerjaan, perlu ditetapkan besaran
perubahan volume yang tidak memerlukan
persetujuan para pihak terlebih dahulu.
Bagi pekerjaan perencanaan dan pengawasan,
lingkup pekerjaan dapat berupa laporanhasil
Pekerl'aan Konstruksi yang wajib
dipertanggungjawabkan yang merupakan hasil
kemajuan pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk
dokumen tertulis.
2) Persyaratan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
2) Persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus
dipenuhi oleh para pihak dalam mengadakan
interaksi.
3) Persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang
wajib dipenuhi oleh Penyedia Jasa.
4) Pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk
perlindungan antara lain untuk pelaksanaan
peke{aan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi
tenaga kerja dan masyarakat. Perlindungan tersebut
dapat berupa antara lain asuransi atau jaminan yang
diterbitkan oleh bank atau lembaga bukan bank.
5) Laporan hasil Pekerjaan Konstruksi dan/ atau
Konsultansi Konstruksi, yakni hasil kemajuan
pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen
tertulis.
Nilai pekerjaan, yakni jumlah besaran biaya yang akan
diterima oleh Penyedia Jasa untuk pelaksanaan
keseluruhan lingkup pekerjaan.
Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk
masa pemeliharaan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "informasi" adalah dokumen yang
lengkap dan benar yang harus disediakan pengguna Jasa
bagi Penyedia Jasa agar dapat melakukan pekerjaan
sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
Dokumen tersebut, antara lain meliputi izin mendirikan
bangunan dan dokumen penyerahan penggunaan
lapangan untuk bangunan beserta fasilitasnya.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pembayaran dapat dilaksanakan secara berkala, atau
atas dasar persentase tingkat kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, atau cara pembayaran yang dilakukan
sekaligus setelah proyek selesai.
Huruf g ...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-23-
Huruf g
Yang dimaksud dengan "wanprestasi,, adalah suatu
keadaan apabila salah satu pihak dalam Kontrak Kerja
Konstruksi:
1) tidak melakukan apa yang diperjanjikan; dan/atau
2) melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan; dan/atau
3) melakukan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat;
dan/ atau
4) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak
boleh dilakukannya.
Tanggung jawab antara lain berupa pembbrian
kompensasi, penggantian biaya dan/atau perpanjangan
waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil
pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang
diperjanjikan, atau pemberian ganti rugi.
Huruf h
Penyelesaian perselisihan memuat ketentuan tentang
tatacara penyelesaian perselisihan yang diakibatkan
antara lain oleh ketidaksepakatan dalam hal pengertian,
penafsiran, atau pelaksanaan berbagai ketentuan dalam
Kontrak Kerja Konstruksi serta ketentuan tentang tempat
dan cara penyelesaian.
Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain
musyawarah, mediasi, arbitrase, ataupun pengadilan.
Huruf i
Cukup jelas.
Hurufj
Keadaan memaksa mencakup:
1) keadaan memaksa yang bersifat mutlak (absolut)
yakni bahwa para pihak tidak, mungkin
melaksanakan hak dan kewajibannya;dan
2) keadaan memaksa yang bersifat tidak mutlak (relatif),
yakni bahwa para pihak masih dimungkinkan untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya.
Risiko yang diakibatkan oleh keadaan memaksa dapat
diperjanjikan oleh para pihak, antara lain melalui
lembaga pertanggungan (asuransi).
Huruf k . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf I
Pelindungan pekerja disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, serta
jaminan sosial tenaga kerja.
Huruf m
Pelindungan terhadap pihak ketiga berlaku selama masa
pertanggungan.
Huruf n
Aspek lingkungan meliputi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan lingkungan hidup.
Huruf o
Jaminan akibat dari Kegagalan Bangunan tidak harus
berbentuk jaminan terkait langsung dengan keuangan.
Huruf p
Cukup jelas.
Ayat (21
Yang dimaksud dengan "insentif' adalah penghargaan yang
diberikan kepada Penyedia Jasa atas prestasinya, antara lain,
kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih awal daripada
yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu sesuai dengan
yang dipersyaratkan. Insentif dapat berupa uang ataupun
bentuk lainnya.
Pasal 48
Yang dimaksud "kekayaan intelektual,, adalah hasil inovasi
perencana konstruksi daiam suatu pelaksanaan Kontrak Kerja
Konstruksi baik bentuk hasil akhir perencanaan dan/atau bagian
bagiannya yang kepemilikannya dapat diperjanjikan.
Penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang telah terdaftar harus
dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 5O
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-25-
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Pengikutsertaan Subpenyedia Jasa dibatasi oleh adanya
tuntutan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
ditempuh melalui mekanisme subkontrak, dengan tidak
mengurangi tanggung jawab penyedia Jasa terhadap seluruh
hasil pekerjaannya.
Pengikutsertaan Subpenyedia Jasa bertujuan memberikan
peluang bagi subpenyedia jasa yang mempunyai keahlian
spesifik melalui mekanisme keterkaitan dengan penyedia Jasa.
Yang dimaksud dengan "pekerjaan utama" adalah rangkaian
kegiatan dalam suatu penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
memiliki tingkat risiko terbesar dalam mengakibatkan
terjadinya keterlambatan penyelesaian Jasa Konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ,pekerjaan penunjang" adalah
rangkaian kegiatan dalam suatu penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang bukan merupakan bagian dari pekerjaan
utama.
Ayat (41
Hak Subpenyedia Jasa, antara lain adalah hak untuk
menerima pembayaran secara tepat waktu dan tepat jumlah
yang harus dijamin oleh Penyedia Jasa. Dalam ha-l ini
Pengguna Jasa mempunyai kewajiban untuk memantau
pelaksanaan pemenuhan hak subpenyedia jasa oleh penyedia
Jasa.
Hak dan kewajiban Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa
memuat tanggung jawab atas biaya konstruksi yang
dilaksanakan oleh Subpenyedia Jasa.
Pasal 54
s dir
r{1
'Jt,
PRESIDEI..I
REPUBLIK INDONESIA
-26-
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "komitmen atas pengusahaan
produk Jasa Konstruksi" adalah janji pembayaran dalam
kurun waktu yang disepakati kedua belah pihak dan
dibuktikan secara tertulis dari pemilik, penguasa,
dan/ atau pengembang bangunan kepada penyedia Jasa
atas pembayaran Jasa Konstruksi yang dilakukan
melalui pola bagi hasil pengusahaan bangunan tersebut.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "dokumen lain', antara lain jaminan
dalam bentuk barang bergerak dan/atau tidak bergerak.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Jaminan ini hanya berlaku bagi penyedia Jasa utama, yaitu
Penyedia Jasa yang langsung melakukan pengikatan kontrak
dengan Pengguna Jasa.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "jaminan penawaran" adalah
jaminan yang diberikan peserta pemilihan kepada
kelompok kerja unit layanan pengadaan sebelum batas
akhir pemasukan penawaran.
Huruf b ...
\
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-27 -
Huruf b
Yang dimaksud dengan laminan pelaksanaan" adalah
jaminan bahwa Penyedia Jasa akan menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan Kontrak Kerja
Konstruksi.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "jaminan uang muka" adalah
jaminan yang diberikan Penyedia Jasa kepada pengguna
Jasa sebelum Penyedia Jasa menerima uang muka untuk
memulai Pekerjaan Konstruksi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan ,Jaminan pemeliharaan,, adalah
jaminan yang diberikan penyedia Jasa kepada pengguna
Jasa selama masa pertanggungan yaitu waktu a.rtara
penyerahan pertama kalinya hasil akhir pekerjaan dan
penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "jaminan sanggah banding"
adalah jaminan yang harus diserahkan oleh penyedia
Jasa yang akan melakukan sanggah banding.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "perjanjian terikat,, (suretg bond.) adalah
asuransi penjaminan antara penjamin dengin peiaksana
peke{'aan. Penjamin akan menjamin pelaksana pekerjaan atas
pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan pemltik proyek
kepada pelaksana pekerjaan. Aiuransi penjaminan -ini
biasanya dikeluarkan oleh perusahaa., asu.^.rii kirugian.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59 . .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-28-
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud "penilai ahli" adalah penilai ahli di bidang
konstruksi. Penetapan Kegagalan Bangunan oleh penilai ahfi
dimaksudkan untuk menjaga objektivitas dalam penilaian dan
penetapan suatu kegagalan.
Ayat (3)
Penilaiahli dapat terdiri atas orang perseorangan, atau
kelompok orang atau lembaga.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pihak berwenang yang terkait, antara
lain aparat penegak hukum dan kementerian/lembaga lainnya.
Ayat (21
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasai 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Ayat (1)
Bidang keilmuan yang terkait Jasa Konstruksi antara lain
arsitektur, sipil, mekanikal, tata lingkungan, dan manajemen
pelaksanaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "diregistrasi" adalah proses pencatatan
untuk pangkalan data lembaga pendidikan dan pelatihan kerja
dalam rangka pengembangan tenaga keq'a konstruksi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Tenaga kerja konstruksi yang wqiib memiliki sertifikat
kompetensi adalah tenaga kerja konstruksi yang memiliki
jabatan kerja sebagai operator, teknisi atau analis] dan/ atau
ahli.
Ayat (2)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 7l
Ayat (l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Persyaratan asosiasi profesi ditetapkan dengan
mempertimbangkan antara lain kategori asosiasi sesuai
anggaran dasar/anggaran rumah tangga, yang meliputi
asosiasi yang bersifat umum atau khusus serta asosiasi yang
memiliki cabang atau tidak memiliki cabang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal T2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ,,tanda daftar pengalaman profesional,,
adalah dokumen yang memuat dan menjetaskan pengalaman
tenaga kerja konstruksi yang telah didaftarkan sLcara resmi
kepada Menteri.
Ayat(3) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-31 -
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat (r)
Yang dimaksud dengan "pemberi kerja" adalah badan hukum
yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing dengan
membayar upah atau imbalan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan njabatan tertentu" adalah jabatan
komisaris, direksi, manajer, dan ahli tertentu yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-32-
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 75
Ayat (1)
Tanggung jawab dilaksanakan berdasarkan prinsip keahlian
sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran
intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap
mengutamakan kepentingan umum.
Tanggung jawab tenaga kerja konstruksi sesuai dengan kode
etik masing-masing profesi yang terlibat.
Ayat (2)
Pertanggungiawaban secara profesional terhadap hasil layanan
Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui mekanisme
penjaminan yakni penjaminan keahlian.
Pasal 76
Ayat (1)
Huruf a
Kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional
ditetapkan secara terstruktur, tegas, dan dapat
menjawab kebutuhan riil di lapangan. pembinaan
merupakan tugas negara. Segala bentuk pembinaan Jasa
Konstruksi yang dilakukan memiliki tujuan untuk
mengembangkan kinerja setiap elemen dan proses
penyelenggaraan dalam sistem Jasa Konstruksi nasional
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
umum dan melindungi masyarakat umum.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan kebijakan pengembangan
Jasa Konstruksi nasional dari serta analisis dampak
setiap kebijakan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan Jasa Konstruksi daerah maupun nasional
sebagai bahan untuk perbaikan berkelanjutan kebijakan
yang sudah berjalan.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e ...
t
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
_33_
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (21
Huruf a
Pedoman yang diterbitkan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat hanya bersifat teknis tata laksana
dalam pelaksanaan kebijakan nasional Jasa Konstruksi
di wilayah provinsi.
Perumusan pedoman tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi nasional serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Pemerintah
Daerah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Ayat (1)
Yang didanai dengan anggaran pendapatan dan belanja Negara
adalah pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat dan
gubernur sebagai Pemerintah pusat.
Ayat (2)
Yang didanai dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah
pelaksanaan kewenangan sub-urusan Jasa Konstuksi yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pemerintahan daerah.
Pasal 79...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-34-
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 8 1
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2\
Huruf a
Cukup jelas.
Hurrf b
Data dan informasi yang berkaitan dengan tugas
pembinaan antara lain data tentang berbagai kebijakan
dalam pengembangan sumber daya manusia, usaha Jasa
Konstruksi, material dan teknologi konstruksi,
penyelenggaraan jasa konstruksi, Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan, serta
partisipasi masyarakat.
Huruf c
Data dan informasi yang berkaitan dengan layanan di
bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat
Jasa Konstruksi antara lain data hasil sertifikasi dan
registrasi terhadap usaha Jasa Konstruksi dan tenaga
kerja konstruksi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
\,
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-35-
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat
antara lain registrasi badan usaha Jasa Konstruksi, akreditasi
bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi terkait
rantai pasok Jasa Konstruksi, registrasi pengalaman badan
usaha, registrasi penilai ahli, menetapkan penilai ahli yang
teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan, akreditasi
bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertilikasi profesi,
registrasi tenaga kerja, registrasi pengalaman profisionai
tenaga kerja serta lembaga pendidikan dan pelatihin kerja di
bidang konstruksi, penyetaraan tenagi kerja
membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan ""irrg,
tugas sertifikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan
lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi
profesi/ lembaga pendidikan dan pelatihan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "lembaga, adalah lembaga
pengembangan Jasa Konstruksi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Asosiasi terkait rantai pasok konstruksi antara lain asosiasi
terkait material dan peralatan konstruksi.
Ayat (s)
Dalam proses untuk mendapatkan persetqiuan dari Dewan
Perwakilan Ralryat Republik Indonesia, Menteri menyampaikan
calon pengurus lembaga sebanyak dua kali lipat d-ari jumlah
pengurus lembaga yang akan ditetapkan oleh Minteri.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (71
Cukup jelas.
Ayat (8)
PRESIDEN
REPU ELIK INDONESIA
-36-
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Pengaturan pembentukan lembaga antara lain tata cara
pemilihan pengurus, masa bakti, tugas pokok dan fungsi, serta
mekanisme kerja lembaga.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Yang dimaksud dengan "forum Jasa Konstruksi" adalah media bagi
masyarakat jasa konstruksi untuk menyampaikan aspirasi kepada
pemerintah dan/atau lembaga.
Pasal 88
Ayat (l)
Cukup jelas.
Ayat (21
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup je1as.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan ,,dewan sengketa,, adalah tim yang
dibentuk berdasarkan kesepakatan para pihak se.;aI
pengikatan Jasa Konstruksi untuk mencegah dan menengahi
s-engketa yang terjadi di dalam pelaksanaan Kontrak Kida
Konstruksi.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90...
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-37-
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 9 1
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal lO0
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105 . ..
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-38-
Pasal 1O5
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 22 TAHUN 2020 TENTANG PERATURAN
PELAKSANAANUNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN
2017 TENTANGJASA KONSTRUKSI
Mengajukan
Aktivasi akun
permohonan Akun
dengan cara klik Tenktlvasl
pembuatan akun
link aktivasi
pada SIMPK
Produsen MPK
AkunGagal Permohonan
mengajukan
permohonan
Permohonan dengan mengisikan: AktivHI ulang link aktivasi
Nama, alamat, email, kontak, NIK
pembuatan akun
TAHAPPENDAFTARAN
b. Pengisian ...
SK No 085101 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
b. Pengisian data dan informasi serta pengunggahan dokumen
pen ca ta tan
ALURPENCATATANSUMBERDAYAMATERIALKONSTRUKSI:
TAHAPPENGISIAN & PENGUNGGAHANDATA
z
~
s
u
zw
Verifikasi
c..
kelengkapan
:::E
~ dokumen
:.: Mendapatkan
c.. Melengkapi dan
notifikasi verifikasi
:::E
dan menunggu
~--------------------t memperbaiki data
z
w yang belum valid
tahap validasi data
s
Q
0
a:
c..
d. Penerbitan ..
SK No 075596 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Menyampaikan
rekemendasi untuk
Menerbitkan selanjutnya
Nemer Pencatatan ditetapkan nemer
pencatatan
§
zw
Publikasi dan
pengarsipan data dan
informasi
Q.
:E
I=
:.:
Q.
aII) Mengunduh dekumen
SK yang sudah
:.: dipublikasi
...
'.:::l
:E
w
Q.
2. Alur ...
SK No 075597 A
PRES I OEN
REPLIBLIK INDONESIA
-4 -
2. Alur Pencatatan Sumber Daya Peralatan Konstruksi
a. Tahap permohonan Pembuatan Akun
ALURPENCATATANSUMBERDAYAPERALATANKONSTRUKSI:
TAHAPPERMOHONANPEMBUATANAKUN
Mengajukan
Aktivasi akun
permohonan Alcun
dengan cara klik T.aktlvasl
pembuatan akun
link aktivasi
pada SIMPK
TAHAP PENDAFTARAN
Verifikasi
kelengkapan
dokumen
c. Tahap ...
SK No 075598 A
PRES ID EN
REF?UBUK lNDONESIA
- 5-
:,,:
Mendapatkan
Melengkapi dan
notifikasi verifikasi
Cl.
cII) dan menunggu
~--------------------t memperbaiki data
yang belum valid
:,,: tahap validasi data
~
i
w
Cl.
Cl.
Menerbitkan
::E
Nomor dan Tanda
~ Pencatatan
Mendapatkan notifikasi
penerbitan tanda
:,,: Mendapatkan pencatatan dan
Cl.
cII) notifikasi data mencetak tanda
tervalidasi pencatatan sesuai
:,,:
~
.... ketentuan untuk
::E ditempelkan pada unit
w
Cl.
EX 1997189912895
TAHAP VERIFIKASI & VALIDASI TAHAP PENERBITAN NOMOR & TANDA PENCATATAN
e. Publikasi ...
SK No 075599 A
PRES I OEN
REl?UBLIK INDONESIA
- 6-
e. Publikasi dan pengarsipan data dan informasi.
ALURPENCATATANSUMBERDAYAPERALATANKONSTRUKSI:
TAHAPPUBUKASI DAN PENGARSIPANDATADAN INFORMASI
z
Melaksanakan
SOPK
Belum
proses
~
u
LulusUJI pemeriksaan dan
Publikasi dan
zw pengujian
pengarsipan data dan
a. informasi
:E Pelaksanaanriksa-uj terhadap
i:: SDPK telah melalui r ksa uji dan memiliki alat berat konstruksi dilakukan
Surat Keterangan M menuhi Syarat K3 dari melalui PJK3 sesuai ketentuan
Kementerian Ket akerjaan
·.
No Kategori Kode Subkategoti Kode KAPASITAS
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Excavator EXC Capacity (m3)
Earth.
SK No 075601 A
PRES I OEN
REPLJBLIK INOONESIA
-7-
;__ ., . --
l>-,.-;.•N§>'ii "'
-l
ii . _
'
....
.
-Koae subkat<:!goti
::\·:/·"·:,.'.. •·
- --· •\- - .: KAPASI'I'AS > :> '
; ----- I-'.-;-
·--- ' - -
'
. '. . .-. : ,> , ..• ., - ,·-·'::::·\••···t
. •-·:;:.•_- ;-_ >•••·•_::•. ·'·.-·-;;,:··-_ .,, .• -_ . • - --···-··/·- ·····!•--- - -•-·
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Wheel Loader WLL Capacity (m3)
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Backhoe Loader BLD Capacity (m3)
Net Power (HP); Bucket
I Earth Works EW Wheel Excavator WEX Capacity (m3)
Net Power (HP); Bucket
Earth Works EW Skid Steer Loader SSL Capacity (m3)
Net Power (HP); Pulling
Earth Works EW Tractor TRC Power (ton)
Net Power (HP); Max
Earth Works EW Surface Drill SFD Depth (m)
Landfill Net Power (HP); Blade
I Earth Works EW Compactor LFC Capacity (m3)
Earth Works ( silahkan diisi oleh
(Others) EW Others OEW pemilik)
Crushing and
Capacity (ton/h); Power
Material Screening Plants
(kVA)
Production MP (portable) CPP
...
Crushing and
Capacity (ton/h); Power
Material Screening Plants
(kVA)
Production MP I (stationary) CPS
I
Material Asphalt Mixing Capacity (ton/h); Power
Production MP Plants AMP (kVA)
2
Material Net Power (Hp);
Production MP Concrete Mixer CCM Kapasitas Drum (liter)
Material
- ( silahkan diisi oleh
Production
pemilik)
(Others) MP Others OMP
Lifting ...
SK No 076426 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8-
?N"~?
. ".
.. T7 ,.j. .·.··• ·····•· °t{•;:.f-;i};i':f. ,}? }ko_r1·~~
·<:).· . ( ., . , , . . -· 'i;)}/:C.C::\' . ,.Ji)'"./'} ;~H9~-~.J~fo,(,_':'.:.c\}t 'c;.{.U:,-..;;i~·.-~
,/}tF•''T,)}i'
\i:i/;,t; ,~.nAt- . - , ~{lf!Iii:'.;;\f'·, i
-Nl'.PC4'N
t::r•· . _ >,,,·:•.:hfi;f,t;:::;:.r
Lifting Truck Mounted Net Power (Hp); Lifting
Equipment LTE Crane TMC Capacity (Kg)
Lifting Jib Max (Ton); Panjang
Equipment LTE Tower Crane TWC Jib (m)
Lifting Telescopic Net Power (Hp); Lifting
Equipment LTE Handler TCH Capacity (Kg)
Lifting Net Power (Hp); Lifting
I Equipment LTE · All-Terrain Crane ATC Capacity (Ton)
Lifting Lattice Boom Net Power (Hp); Lifting
Equipment LTE Crawler Crane LBC Capacity (Ton)
Lifting
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik)
(Others) LTE Others OLT
Foundation . . .
SK No 076479 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
-9 -
\j;z-
~,~,-- : -
.
,-' . -. .. :t?r ·- .,, ___ - __ . . .
:,: ~g}'. ;,~
,.,_,, -"" ---- ,.';i' .·,<,,.:;< i-'.:;pa.~ hk~ fo'c7o'r:;,.
-. . :--<.--:0 <;. ·- '
l<od~ "" ,Ii, i•//,'>;-
., · • ... --~-•
-. C\J\;.,;:'
-··;;;-, n;;, ..
I
<\{,
c,:{.:>....
1
.';,(':;:
,.,
·
Prestress
Tool Capacity (Ton);
Concrete
Nomina Strand (inch)
Equipment PCE Pre-stress Tools PST
8 Prestress
Concrete ( silahkan diisi oleh
Equipment pemilik)
(Others) PCE Others OPC
Special Hole Diameter (mm),
9
Equipment SE Jumbo Drill JDL Drilling Coverage (m2)
Special ...
SK No 076488 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
I lZ<:>
-·· ''i . .L kaae ··.
tka.. "-
•··· <J -·-
-.c'
.
'nr!P.
:-·JI.--__""'.'"--
. /. KADA;[i11,tc :
•"'.; "':77"' 7"·-,.,=--·:1.::
.\ \ . fr) / . '(
Special
( silahkan diisi oleh
Equipment
pemilik)
(Others) SE Others OSE
10 Operating Pressure
Portable Air (kgf/cm); Free Air
I
Light Equipment LE Compressor PAC Delivery (m3 / min)
4. Format ...
SK No 076489 A
PRES I OEN
REPLIBLIK ~NDONESIA
- 11 -
- -·
••••• 1000001 1
EXC-! 994--1-20-00000!
I: Individu
P: Perusahaan
K: Kementerian/Lembaga/Instansi/Daerah
II. Rincian . . .
SK No 075602 A
PRESIDEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 12 -
III. Penetapan .
SK No 076490 A
PRES I PEN
REPLIBLIK lNDONESIA
- 13 -
III. Penetapan Klasifikasi dan Subklasifikasi
ARSITEKTUR
ARSITEKTURAL
SIPIL
GEDUNG
MATERIAL
JALAN
JEMBATAN
LANDASAN UDARA
TEROWONGAN
BENDUNG DAN BENDUNGAN
IRIGASI DAN RAWA
SUNGAI DAN PANTAI
AIR TANAH DAN AIR BAKU
BANGUNAN AIR MINUM
BANGUNAN AIR LIMBAH
BANGUNAN PERSAMPAHAN
DRAINASE PERKOTAAN
GEOTEKNIK DAN PONDASI
GEO DESI
JALAN REL
BANGUNAN MENARA
BANGUNAN PELABUHAN
TESTING DAN ANALISIS TEKNIK
BANGUNAN LEPAS PANTAI
PEMBONGKARANBANGUNAN
GROUTING
Mekanikal ...
SK No 075603 A
PRES I OEN
REPUBJ_JK lNDONESIA
- 14 -
KLASIFIKASI SUB KLASIFIKASI
.. ·.•
MEKANIKAL .',
·.··
.•. ..
MANAJEMEN
. PELAKSANAAN · . ·.·
KESELAMATAN KONSTRUKSI
MANAJEMEN
KONSTRUKSI/MANAJEMEN
PROYEK
HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI
PENGENDALIAN MUTU
PEKERJAAN KONSTRUKSI
ESTIMASI BIAVA KONSTRUKSI
MANAJEMEN ASET HASIL
PEKERJAAN KONSTRUKSI
..' _:
~RSITEKTUR.LANSKi\P,
ILU],'VIINASI DAN ·oESAIN
INTERIOR
. · ·.• ·.
ARSITEKTUR LANSKAP
TEKNIK ILUMINASI
DESAIN INTERIOR
Perencanaan ..
SK No 075604 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
1\~~~~~~l\Ii".AAN?w1tiYAH·· · •c
.
niN<Ko~A·
PERENCANA.A.N WILA Y.AH
PERENCANA.A.N KOT A (URBAN
PLANNING
PERA.NCA.NGA.N KOT A (URBAN
DESIGN
S~Ii".~ DAN REKAYASA .>
tr~~N1K< ·
INVESTASIINFRA.STRUKTUR
KOMPUTASI KONSTRUKSI
PELEDAKA.N
SK No 076491 A
PRESIDEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 16 -
IV. Format surat permohonan, salinan daftar pengalaman kerja, surat
pernyataan tenaga kerja pendamping warga negara Indonesia, dan surat
pernyataan.
Kepada Yth.:
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
di
tern pat
Dengan hormat,
Hormat kami,
Pemohon
Daftar ...
SK No 077483 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
Sekretariat LPJK
Pemeriksa:
( )
Surat ...
SK No 077484 A
PRES I DEN
REPUBUK lNDONESIA
- 18 -
Nama
Alamat
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja
Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ a tau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.
Yang bersangkutan
(Materai)
Surat ...
SK No 077485 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 19 -
Nomor: , 20 .
Lampiran:
Hal : Permohonan Perpanjangan Masa Berlaku SKK Kualifikasi
Teknisi/ Analis dan operator
Kepada Yth. :
Ketua Lembaga Pengembangan J asa Konstruksi (LPJK)
di
tempat
Dengan hormat,
Hormat kami,
Perno hon
Daftar ...
SK No 077486 A
PRES I OEN
REPUBUK lNDONESIA
- 20 -
Sekretariat LPJK
Pemeriksa:
( )
Surat ...
SK No 077487 A
PRES I OEN
REPUBJ. .JK INDONESIA
- 21 -
Nama ........................................................
Alam at
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja
Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.
Yang bersangkutan
(Materai)
Surat ...
SK No 077488 A
PRES I OEN
REJ?UBLIK lNDONESIA
- 22 -
Kepada Yth.
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
di
tern pat
Dengan hormat,
Hormat kami,
Pemohon
Daftar ...
SK No 077489 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 23 -
Daftar Berkas Dokumen Lampiran
Nama Pemohon : .
Surat Tanggal : .
Sekretariat LPJK
Pemeriksa:
( )
Surat ...
SK No 077490 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
Narna
Alam at
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja
Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.
Yang bersangkutan
(Materai)
Surat ...
SK No 077491 A
PRES I OEN
REPUBLlK INOONESIA
- 25 -
Surat Pernyataan Permohonan Kenaikan jenjang Kualifikasi
Teknisi/ Analis dan Operator
Nomor: , 20 .
Lampiran:
Hal Permohonan Kenaikan Jenjang Kualifikasi Teknisi/ Analis
dan Operator
Kepada Yth.:
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
di
tern pat
Dengan hormat,
Hormat kami,
Perno hon
Daftar ...
SK No 077 492 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 26 -
Daftar Berkas Dokumen Lampiran
Nama Pemohon : .
Surat Tanggal : .
Sekretariat LPJK
Pemeriksa:
( )
Surat ...
SK No 077493 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 27 -
Surat Pernyataan Kebenaran lsi Data Dalam Kenaikan Jenjang
Kualifikasi Teknisi/ Analis Dan Operator
Nama
Alam at
Nomor Registrasi
Jabatan Kerja
Dengan ini menyatakan data yang saya sampaikan adalah benar dan
bersedia menyampaikan dokumen aslinya jika diperlukan. Apabila
dikemudian hari ditemukan bahwa data dalam dokumen yang diberikan
tidak benar dan/ atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, saya bersedia dikenakan sanksi.
Yang bersangkutan
(Materai)
(TTD& Nama jelas)
Format ...
SK No 077494 A
PRES I OEN
REPLIBLIK &NDONESIA
- 28 -
Format
DAFTAR PENGALAMAN KERJA TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
Nama TKA
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Jabatan Kerja
No Pengesahan RPTKA
Perusahaan Pemberi Kerja
Peri ode
Nama Jabatan (waktu
Nama Nilai Lokasi
No. Penyedia pad a mulai s.d.
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
Jasa Pekerjaan waktu
selesai)
1
2
3
4
5
dst.
Format ...
SK No 077495 A
PRESIOEN
REPUBLIK iNOONESIA
- 29 -
Format
SURAT PERNYATAANTENAGA KERJA PENDAMPINGWNI
(ttd)
......•••• (1?,ama)
. . . . . . . . . . (nama jabatan)
V. Format ...
SK No 077496 A
PRES I DEN
REPUBLIK iNDONESIA
- 30 -
V. Format penetapan penyetaraan kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi asing dan
penetapan penyetaraan kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi asing dengan
ketidaksesuaian.
Format 1
PENETAPAN PENYETARAANKOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
DENGAN PEMENUHAN KESESUAIAN
PENETAPAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
Nomor / 20 .
TENTANG
PENYETARAANKOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
ATAS NAMA (Nama TKA)
Mengingat 1.
2.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
f. Kewarganegaraan ...
SK No 077497 A
PRES I PEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
f. Kewarganegaraan
g. Nomor Identitas/ Paspor
melalui Perusahaan Pemberi Kerja:
h. Nama Perusahaan
1. Alamat Perusahaan
J. No Telepon Perusahaan
k. E-mail Perusahaan
dengan perizinan yang telah disahkan :
1. No Pengesahan RPTKA .
m. Jabatan Kerja
n. Kualifikasi
o. Klasifikasi
p. Subklasifikasi
berdasarkan pemenuhan persyaratan :
r. Pendidikan
s. Pengalaman ............................. tahun
t. Sertifikat Kompetensi
untuk melakukan layanan Jasa Konstruksi:
u. Nama Pekerjaan . . ..
Konstruksi
v. Lokasi Pekerjaan
Konstruksi
w. Tahun Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi
dengan tenaga pendamping WNI :
x. Nama Tenaga Kerja
Pendamping
y. Bentuk Alih Kegiatan
Pengetahuan dan Alih
Teknologi
KEDUA Layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan tenaga kerja
konstruksi asing dinyatakan sesuai dengan jabatan kerja
yang telah ditetapkan.
KETIGA...
SK No 077498 A
PRESIOEH
REPUBUK lNDONESIA
- 32 -
KETIGA Penetapan penyetaraan kompetensi ini merupakan bukti
pengakuan kompetensi terhadap tenaga kerja konstruksi
asing dalam melakukan layanan J asa Konstruksi sesuai
perizinan penggunaan TKA yang telah disahkan sesuai
peraturan perundang-undangan.
KEEMPAT Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Tanggal : 20 .
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Ketua,
(ttd)
.......... (nama)
Format ...
SK No 077499 A
PRES I OEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 33 -
Format 2
PENETAPAN PENYETARAAN KOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
DENGAN KETIDAKSESUAIAN
PENETAPAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
Nomor / 20 .
TENT ANG
PENYETARAAN KOMPETENSI TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
ATAS NAMA _. .. (Nama TKA)
Menetapkan
KESATU Dilakukan pencatatan Tenaga Kerja Konstruksi Asing :
a. Nomor Pencatatan/
Registrasi
b. Nama
c. Tempat Lahir
d. Tanggal Lahir
e. J enis Kelamin
f. Kewarganegaraan
g. Nomor Identitas/ Paspor
melalui Perusahaan Pemberi Kerja:
h. Nama Perusahaan
1. Alamat Perusahaan
J. No Telepon Perusahaan
k. E-mail ...
SK No 077500 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -
k. E-mail Perusahaan
dengan perizinan yang telah disahkan :
I. No Pengesahan RPTKA
m. Jabatan Kerja
n. Kualifikasi
0. Klasifikasi
p. Su bklasifikasi
berdasarkan pemenuhan persyaratan :
r. Pendidikan
s. Pengalaman ........... ,. tahun
t. Sertifikat Kompetensi
untuk melakukan layanan Jasa Konstruksi:
u. Nama Pekerjaan
Konstruksi
v. Lokasi Pekerjaan
Konstruksi
w. Tahun Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi
dengan tenaga pendamping WNI:
x. Nama Tenaga Kerja
Pendamping
y. Bentuk Alih Kegiatan
Pengetahuan dan Alih
Teknologi
KETIGA Layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan tenaga kerja
konstruksi asing dinyatakan tidak sesuai dengan jabatan
kerja yang telah ditetapkan.
KEEMPAT Pemberi kerja bertanggung jawab sepenuhnya atas
penugasan lebih lanjut bagi tenaga kerja konstruksi asing.
KEENAM Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan ...
SK No 089501 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
Ditetapkan di : .
Tanggal : 20 .
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Ketua,
(ttd)
.......... (nama)
Format ...
SK No 089502 A
PRES I DEN
qEPUBLIK INDONESIA
- 36 -
Format 3
REKOMENDASILEMBAGAPENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
TERKAITPENGGUNAAN
TENAGAKERJA KONSTRUKSIASING
REKOMENDASI
Nomor / 20 .
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Jabatan : Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
merekomendasikan Tenaga Kerja Konstruksi Asing yang telah melalui proses
penyetaraan kompetensi berikut ini:
Nama TKA .
Kewarganegaraan
Nomor Paspor
Nama Perusahaan
Jabatan Kerja .. .
No Pengesahan RPTKA
untuk dipertimbangkan kembali perizinan penggunaan tenaga kerja asmg
disebabkan karena:
D Tidak terpenuhinya kriteria persyaratan *) :
D Pendidikan
D Pengalaman : bulan/tahun
D Bukti kompetensi .
D Tidak dapat disesuaikannya jabatan kerja *) :
D Kualifikasi
D Klasifikasi
D Subklasifikasi
dan untuk itu meminta agar perusahaan pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing
yang bersangkutan memberikan surat pernyataan terkait hal tersebut di atas .
................. , 20 .
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi,
Ketua,
(ttd)
.......... (nama)
SK No 089503 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
Format 4
PERMOHONAN PENYETARAANKOMPETENSI
TENAGAKERJAKONSTRUKSIASING
Nomor .......... , 20 ..
Lampiran ..............................
·,
Kepada Yth.
Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
di Jakarta
8. Surat ...
SK No 089504 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -
8. Surat pernyataan tenaga kerja pendamping Warga Negara Indonesia yang akan
bertindak sebagai mitra kerja pemohon selama bekerja di Indonesia, disertai
sertifikat kompetensi yang bersangkutan dan rencana alih pengetahuan dan alih
teknologi; dan
9. Surat pernyataan bermaterai bahwa seluruh data yang disampaikan dalam
dokumen adalah benar.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.
Pernohon,
(ttd) (ttd)
SK No 089505 A
PRES I DEN
REPUBLIK INOONESIA
- 39 -
VI. Formulir surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan bahwa seluruh data
dalam dokumen yang disampaikan adalah benar.
Format
SURAT PERNYATAANKEBENARAN
PENYAMPAIANDATA DAN DOKUMEN
TENAGA KERJA PENDAMPING WNI
Nomor .......... , 20 ..
Lampiran
Perihal : Pernyataan Kebenaran Data dan Dokumen atas Permohonan
Penyetaraan Kompetensi TKA atas nama (nama TKA)
Yang menyatakan,
Pemberi Kerja TKA,
.......... (nama Perusahaan Pemberi Kerja)
. . . . . . . . . . (nama pimpinan)
.......... (nama jabatan)
SK No 089506 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -
VII. Besaran dan bobot penilaian dan penetapan satuan kredit pengembangan
keprofesian.
I. BESARANDANBOBOT
B. UNSURKEGIATAN
PKB
1. SUBUNSURUTAMAKEGIATAN PKB
a) Pendidikan dan Pelatihan Formal
b) Pendidikan ...
SK No 089507 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
b) Pendidikan Non Formal
SK No 089508 A
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA
- 42 -
1) Peserta Pertemuan Profesi
Keikutsertaan sebagai peserta dalam pertemuan profesi
tanpa melakukan paparan dan dihadiri oleh minimal 20
(dua puluh) orang peserta dengan materi yang relevan
dengan bidang profesinya.
Bentuk pertemuan profesi, antara lain:
• Seminar
• Lokakarya
• Diskusi Ilmiah
• Konferensi,dsb.
2) Partisipasi dalam Kepanitiaan
Keterlibatan dalam kepanitiaan acara tersebut diatas,
merupakan suatu kegiatan yang mendorong
terselenggaranya pengembangan keprofesian.
d) Sayembara/kompetisi, paparan, paten, hak atas
kekayaan intelektual, dan karya tulis
Suatu kegiatan sayembara/kompetisi, paparan, paten, hak
atas kekayaan intelektual, dan karya tulis dan penulisan
laporan teknis yang sesuai dengan bidang profesinya.
1) Sayembara/kompetisi
Suatu kegiatan sayembara/kompetisi sehubungan
dengan bidang profesinya
2) Paparan dalam Laporan Teknis Internal
Suatu kegiatan paparan dan penulisan laporan teknis
sehubungan dengan penugasan kerja yang sesuai
dengan bidang profesinya.
3) Paparan pada Pertemuan Teknis
Keikutsertaan sebagai pemapar dalam suatu pertemuan
profesi yang dihadiri oleh minimum 20 (duapuluh)
orang peserta dan sesuai dengan bidang profesinya.
4) Penulisan Makalah untuk Pertemuan Profesi
Penyampaian makalah dalam suatu pertemuan profesi
yang dihadiri oleh minimum 20 (dua puluh) orang
peserta.
5) Penulisan ..
SK No 089509 A
~ PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 43 -
5) Penulisan Buku, Monograf dan Modul
Membuat penulisan termasuk didalamnya Standar and
Code, dan Patent. Untuk buku dengan jumlah sekitar
100 halaman sedangkan untuk monograf sekitar 20
(dua puluh) halaman.
2. SUBUNSURPENUNJANGKEGIATANPKB
a. Pakar atau Narasumber atau Pendamping Hukum
Bertugas sebagai pakar atau narasumber dengan materi
yang sesuai dengan bidang prof esinya.
SK No 089510 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -
c, Penerima Tanda Jasa, Penghargaan, Award dan
sejenisnya.
Copy sertifikat pemateri, referensi pengurus organisasi dari
pejabat yang berwenang, sertifikat penghargaan dan
dokumentasi penyerahan penghargaan dan · tanda bukti
lainnya (bila ada) harus dilampirkan dalam dokumen PPKB.
C. SKPK...
SK No 089511 A
PRESIDEN
RE.P.UBLIK INDONESIA
- 45 -
C. SKPK KEGIATANPKB
2. Pendidikan . . .
SK No 000176 C
PRESIDEN
REPU8LIK JNDONESIA
- 46 -
11 hari ...
SK No 000177 C
F'RESIDEN
REPU8LIK INDONESIA
- 47 -
Per Produk
C. Partisipasi ...
SK No 000178 C
PRES I DEN
REPUSLIK INDONESIA
- 48 -
~,~"Berlias:K~tengliapant~. ,,.:·-· . ~·· ~· "'-'· ·, ....
Per Kepengurusan
D. Sayembara ...
SK No 000179 C
PRESIDEN
REPLISLIK INDONESIA
- 49 -
D. Sayembara/ Kompetisi, Paparan, Paten, Hak atas Kekayaan Intelektual dan Karya Tulis
SK No 000180 C
PRESIDEN
~EPUBLIK INDONESIA
- 50 -
4. Nasional/
Internasional.
4 Paten atau Perorangan :75 Sertifikat paten 1. Umum/Khusus
Hak atas
Kekayaan
Intelektual
Bersama :Masing-
masing 50
Per Produk
5 Penulisan Seminar Nasional/ Lokal (makalah a. Cover 1. Terverifikasi/Tidak
Makalah tidak direview) : 10 b. Daftar Isi Prosiding Terverifikasi;
untuk atau Fotokopi 2. Umum/Khusus;
Seminar Nasional/ Lokal (makalah Makalah dan
Pertemuan
direview) : 15 c. Bukti keikutsertaan 3. Luring/Daring.
Profesi
pertemuan profesi
Seminar Internasional (makalah tidak
direview) : 15
Seminar ...
SK No 000181 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -
- 52 -
diverifikasi dan
validasi
penyelenggaranya);
2. Umum Khusus.
7 Penulisan Penulis · Utama a. Monograf (min. 20 1. Tidak Terverifikasi
Buku/ Bahan halaman); (Dapat diverifikasi
Monograf : 25 b. Buku (min. 100 dan validasi
Ajar/ Modul
Buku : 30 halaman); a tau penyelenggaranya
c. Standar & code atau tidak dapat
Standar & Code :20 yang disahkan oleh diverifikasi dan
lembaga yang validasi
berwenang penyelenggaranya);
Penulis Pendukung 2. Umum/Khusus;
dan
Monograf : 15 3. Nasional/
Buku :20 Intemasional
Standar & Code : 10 (Penerbit).
Per Produk
8. Pengajaran ...
SK No 000183 C
.PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -
.,'i,
:·':''.
SK No 000184 C
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 -
,. -! •.
d. Ziarah 10 1. Terverifikasiy'Tidak
Arsitektur Terverifikasi; dan
Per Laporan 2. Nasional/
Internasional.
II SUB UNSUR KEGIATAN PKB PENUNJANG
Penghargaan ...
SK No 000185 C
PRES I DEN
REPUBLIK INOONESIA
- 55 -
SK No 000186 C
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 56 -
Pendidikan
dan
A.
Pelatihan
Formal
Pendidikan
1 1,0 0,8 0,8 1,0
Strata Lanjut
Pendidikan
2 Singkat 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
(Courses)
Pelatihan
3 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
Kerja Formal
Pendidikan
B.
Non Formal
Pembelajaran
1 1,0 0,8 1,0
Mandiri
Pembelajaran
2 terkait 1,0 0,8 1,0
dengan
Penugasan ...
SK No 089512 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -
Penugasan
Kerja
Partisipasi
·Dalam
c. Pertemuan
-Profest
Peserta
1 Pertemuan 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
Profesi
Partisi pasi
2 dalam 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
Kepanitiaan
Sayembara/
·Kompetisi,
Paparan,
Paten, Hak
D. atas
Kekayaan
Intelektual
dan Karya
Tulis
Sayembara/
1 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 2,0 3,0
Kompetisi
2. Paparan ...
SK No 089513 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
Paparan dan
2 Laporan Tek 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
nis Internal
Paparan
dalam
3 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,5 4,0
Pertemuan
Teknis
Paten atau
Hak atas
4 0,8 1,0
Kekayaan
Intelektual
Penulisan
Makalah
5 untuk 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8
Pertemuan
Profesi
Penulisan
untuk
6 1,0 0,8 0,8 1,0
Majalah dan
Jurnal
Penulisan
Buku/ 1,0 2,0 3,0
7 1,0 0,8 0,8 1,0
Bahan Ajar/
Modul
8 Pengajaran 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
sebagai
Pengajar ...
SK No 089514A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -
K~giatan
E. .Utama
Lainnya
Paparan Film
1 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
Arsitektur
Gelar Karya
2 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
Arsitektur
Pengenalan
3 Produk; 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
dan/atau
Ziarah
4 1,0 0,8 0,25 1,0 2,0 3,0
Arsitektur
2. SUBUNSUR ...
SK No 089515 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 60 -
2. SUBUNSUR KEGIATANPKB PENUNJANG
Pakar / Narasu
1 1,0 0,8 0,25 0,8 1,0 1,0 0,8 1,0 2,0 3,0
mber •
Pengurus
Organisasi
2 Profesi atau 1,0 0,8 0,25 1,0 1,5 2,0
Pimpinan
Lembaga
Penerima
TandaJasa,
3 Penghargaan, 1,0 0,8 0,25
Award dan
Sejenisnya
SK No 089516 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
VIII. STRUKTUR LEMBAGA SERTIFIKASI BADAN USAHA
Ketua
SK No 089517 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -
IX. KODE ETIK ASESOR
X. FORMAT ...
SK No 089518 A
FIRESIDEN
REF'UBLIK INDONESIA
- 63 -
LOGO
LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang jasa konstruksi dengan ini Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
menetapkan bahwa:
Nama Lembaga
Asosiasi Pembentuk
Nama Pimpinan
Alamat
Kabupaten/Kota Kode Pos
Provinsi
No. Telepon No.Fax
Email
NPWP
No. Registrasi
dinyatakan ...
SK No 047330 C
PRESl·DEN
REPUBLIK !NOONE.SIA
- 64 -
dinyatakan memiliki kemampuan untuk melakukan sertifikasi terhadap badan usaha jasa konstruksi dengan klasifikasi, sub klasifikasi
dan kualifikasi se bagaimana di halaman belakang lisensi ini.
Lisensi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berakhir pada tanggal .
Ditetapkan di : KETUA
Pada tanggal : LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA
KOSNTRUKSI
Ttd
(Nama)
RUANG ...
SK No 047331 C
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -
RUANO LINGKUP LISENSI
LEMBAGA SERTIFIKASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI
Nama Lembaga
Asosiasi Pembentuk
No. Registrasi
Ttd
(Nama)
XI. RINCIAN ... ·
SK No 047332 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 66 -
5. Persyaratan ...
SK No 089519 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -
5. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan dokumen lain
sebagaimana dimaksud pada angka 4 diserahkan dalam bentuk salinan
digital.
6. Sekretariat Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
angka 3.
7. Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dan dokumen lain
sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dilakukan verifikasi dan
validasi.
8. Dalam melakukan Verifikasidan Validasi sebagaimana dimaksud pada
angka 7 KelompokKerja dapat melakukan:
a. klarifikasi dan konfirmasi kepada pemohon dan/ a tau pihak terkait;
dan/atau
b. peninjauan lapangan.
9. Peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf b
meliputi peninjauan administrasi, sarana, dan prasarana.
10. Hasil peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada angka 9 dan
hasil pemeriksaan persyaratan dan dokumen lain sebagaimana
dimaksud dalam angka 4 dituangkan dalam berita acara hasil Verifikasi
dan Validasi dengan menggunakan Format 8.
11. Penilaian pernrohonan Akreditasi Asosiasi berdasarkan pemenuhan
instrumen Akreditasi.
12. Asosiasi yang dinilai hanya asosiasi yang memenuhi persyaratan
sebagaimana tercantum pada Tabel 1 tentang Verifikasi dan Validasi
terhadap Pemenuhan Persyaratan.
13. Asosiasi dilakukan:
a. Pemeriksaan berdasarkan Tabel 2 tentang Pemenuhan terhadap
dokumen tambahan lain untuk pemenuhan terhadap dokumen
tambahan lain
b. Penilaian terhadap:
1) Asosiasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada angka 12, dilakukan penilaian lanjutan terhadap:
1. Jumlah dan sebaran anggota dengan bobot 20%;
11. Pemberdayaan kepada anggota dengan bobot 25%;
111. Pemilihan pengurus secara demokratis dengan bobot 15%;
iv. Sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah dengan
bobot 10%;dan
v. Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan bobot 30%.
2) Penilaian lanjutan sebagaimana dimaksud pada angka 2.b. l)
menggunakan pembobotan sesuai Tabel 3 tentang Pembobotan
Jumlah dan Sebaran Anggota,Tabel 4 tentang Pembobotan
Pemberdayaan ...
SK No 089520 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 68 -
Pemberdayaan kepada Anggota, Tabel 5 tentang Pembobotan
Pemilihan Pengurus secara Demokratis, Tabel 6 tentang
Pembobotan Sarana dan Prasarana di Tingkat Pusat dan
Daerah, dan Tabel 7 tentang Pelaksanaan Kewajiban sesuai
dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
14. Nilai akhir Akreditasi merupakan hasil penjumlahan dari seluruh hasil
penilaian lanjutan sebagaimana dimaksud pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel
5, Tabel 6, dan Tabel 7.
15. Asosiasi dinyatakan sebagai asosiasi terakreditasi, apabila nilai akhir
Akreditasi memenuhi passing grade 2.75.
16. Penilaian permohonan Akreditasi Asosiasi sebagaimana dimaksud pada
angka 11 sampai angka 15 dituangkan dalam laporan penilaian
Akreditasi Asosiasi yang mencakup berita acara Verifikasi dan Validasi
sesuai angka 10 dan hasil penilaian Akreditasi Asosiasi.
17. Laporan penilaian Akreditasi Asosiasi sebagaimana dimaksud pada
angka 16 disampaikan kepada Menteri.
FORMAT 1 ...
SK No 089521 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 69 -
FORMAT 1
PERMOHONANAKREDITASIASOSIASI BADANUSAHAJASA KONSTRUKSI/
ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAITRANTA!PASOK
KONSTRUKSI
Nomor .................. , 20 ..
Lampiran
Hal
Kepada Yth.
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
U.P. Sekretariat LPJK
di
Jakarta
SK No 089522 A
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA
- 70 -
b. Laporan pelaksanaan pengembangan usaha atau pengembangan profesi
berkelanjutan dalam 2 (dua) tahun terakhir;
10. Pemilihan pengurus secara demokratis dilampiri salinan:
a. Berita acara musyawarah nasional atau sejenisnya yang dilengkapi
dengan publikasi, Surat Keputusan penyelenggaraan, surat undangan,
hasil keputusan, dokumentasi foto, dan daftar hadir musyawarah
nasional atau sejenisnya;
b. Struktur kepengurusan organisasi asosiasi pusat dan/ atau cabang;
11. Sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah yang memiliki cabang
berupa kantor dan sumber daya manusia dan perlengkapan kantor yang
dilampiri:
a. Salinan bukti status kepemilikan kantor atau perjanjian sewa/kontrak;
b. Foto kantor asosiasi secara keseluruhan dengan tampak depan memuat
papan nama asosiasi;
c. Salinan keputusan kepengurusan dan karyawan asosiasi;
d. Bukti kepemilikan peralatan kantor;
12. Surat pernyataan yang menyatakan tidak ada sengketa kepengurusan atau
pengadilan (Format 4);
13. Surat pernyataan yang menyatakan kebenaran dokumen (Format 5);
14. Pakta integritas (Format 6);
15. Salinan laporan tahunan asosiasi atau surat pernyataan kesanggupan
penyampaian laporan tahunan (Format 7);
16. Salinan dokumen kode etik dan keberadaan dewan etik atau sebutan lain;
1 7. Salinan dokumen program kerja masa bakti kepengurusan;
18. Salinan laporan keuangan tahun terakhir asosiasi sebelum pengajuan
permohonan akreditasi yang telah diaudit kantor akuntan publik yang
memilikiizin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
19. Salinan pedoman praktik profesi bagi Asosiasi Profesi;
20. Surat pernyataan yang menyatakan pengurus Asosiasi tidak merangkap
sebagai pengurus pada Asosiasi yang lain (Format 9);
21. Salinan sistem manajemen mutu atau dokumen mutu;
22. Bukti bahwa asosiasi berafiliasi dengan organisasi internasional yang
terkait dengan jasa konstruksi, berupa salinan perjanjian kerjasama/ nota
kesepahaman bersama dengan organisasi internasional;
23. Bukti bahwa asosrasi bekerja sama dengan
kementerian / lembaga/ pemerin tah daerah / instansi lainnya, berupa
salinan perjanjian kerjasama/nota kesepahaman bersama dengan
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/instansi lainnya;
24. Bukti bahwa asosiasi melakukan pengabdian masyarakat atau
tanggungjawab sosial, berupa salinan laporan pengabdian masyarakat atau
tanggung jawab sosial;
25. Bukti ...
SK No 089523 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 71 -
25. Bukti bahwa asosiasi berpartisipasi dalam perumusan kebijakan
pemerintah, berupa salinan dokumen partisipasi perumusan kebijakan;
26. Salinan publikasi ilmiah bagi Asosiasi Profesi; dan
27. Surat pernyataan dan bukti ketersediaan sarana dan prasarana pusat dan
daerah lainnya yang meliputi situs web dan/atau pangkalan data sistem
informasi.
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih
Pernohon
...........................................•. ( nama Asosiasz)
Ketua Umum/Ketua
(ttd)*
( )
(tanda tangan dan nama jelas)
FORMAT 2 ...
SK No 089524 A
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 72 -
FORMAT 2
DATA ADMINISTRASI ASOSIASI BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT
RANTA! PASOK KONSTRUKSI
A. IDENTITAS
6. Email ·································································
7. Situs Web ·································································
8. Pangkalan Data Sis tern .................................................................
Informasi
(yang memuat dafiar nama anggota, alamat,
kontak yang dapat dihubungi dan kualifikasi
klasifikasi us aha/ prof esi)
SK No 089525 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 73 -
B. PROGRAM ...
SK No 089526 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONES1A
- 74 -
B. PROGRAM PEMBERDAYAAN ASOSIASI KEPADA ANGGOTANYA
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BERKELANJUTAN/PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
PENCAPAIAN TAHUN -
1.
( sertakan hasil risalah
1 FOCUS GROUP DISCUSSION 2.
Focus Group Discussion)
3.
1.
( sertakan dokumen
2 WORKSHOP 2.
workshop)
3.
1.
( sertakan dokumen
3 SEMINAR/ KONFERENSI 2.
prosiding)
3.
1.
( sertakan dokumen
4 PERTEMUAN ILMIAH 2.
prosiding)
3.
1. ( sertakan dokumen
5 PELATIHAN
2. kegiatan pelatihan)
6 PENDIDIKAN ...
SK No 000191 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 75 -
PENCAPAIAN TAHON -
1. ( sertakan dokumen
6 PENDIDIKAN
2. kegiatan pendidikan)
1. ( sertakan laporan
7 PENDAMPINGAN HOKUM
2. pendampingan hukum)
PEMBELAJARAN TEKSTUAL
DAN/ ATAU INTERAKTIF BERBASIS 1.
( dokumen laporan
9 TEKNOLOGIINFORMASIJARAK 2. Pengembangan Usaha
Berkelanjutan)
JAUH*
11 KEGIATAN ...
SK No 000192 C
PRES I DEN
REPUSLIK INDONESIA
- 76 -
PENCAPAIAN TAHUN -
1. (dokumen laporari
11 KEGIATAN LAINNYA
.. 2. keaiatan)
. (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/Ketua)
(ttd)**
FORMAT3 ...
SK No 000193 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 77 -
FORMAT3
DATA SEBARAN CABANG ASOSIASI
DATA UMUM ASOSIASI BADAN USAHA/ASOSIASI PROFESI/ASOSIASI TERKAIT RANTAI PASOK KONSTRUKSI
A NAMA ASOSIASI ..
B D PEKERJAAN KONSTRUKSI
KATEGORI ASOSIASI .
BADAN USAHA (*) D
KONSULTANSI
KONSTRUKSI
D UMUM D KHU SUS
D PEKERJAAN KONSTRUKSI
D CABANG []'rANPA CABANG TERINTEGRASI
q TATA D MANAJEMEN
KATEGORI ASOSIASI
PROFESI (*)
.. D ARSITEKTUR Ds1P1L 0MEKANIKAL INGKUNGAN PELAKSANAAN
C. ALAMAT ...
SK No 000194 C
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -
c ALAMAT ..
D PENGURUS PUSAT . (PERIODE)
(LAMPIRAN STRUKTUR KEPENGURUSAN)
1. Ketua Umum ..
2. Sekretaris
Jenderal/Umum
..
3. Bendahara Umum .
4. Dewan Etik .
E. DAFTAR ...
SK No 000195 C
PRES I DEN
REPUSLIK INDONESJA
- 79 -
1 Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Kepulauan Riau
6 Jam bi
7 Sumatera Selatan
8 Bangka Belitung
9 Bengkulu ...
SK No 000196 C
F>RESIDEN
REF>UBLIK lNDONESIA
- 80 -
9 Bengkulu
10 Lampung
11 Ban ten
12 DKI
13 Jawa Barat
14 Jawa Tengah
15 DI Yogyakarta
16 Jawa Timur
17 Bali
- 81 -
21 Kalimantan Barat
22 Kalimantan Timur
23 Kalimantan Tengah
24 Kalimantan Selatan
25 Sulawesi Utara
26 Sulawesi Barat
27 Sulawesi Tengah
28 Sulawesi Tenggara
29 Sulawesi Selatan
30 Gorontalo
31 Maluku
32 Maluku Utara
33 Papua Barat ...
SK No 000188 C
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -
(ttd)***
FORMAT 4 ...
SK No 000189 C
PRESIOEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 83 -
FORMAT4
SURAT PERNYATAAN
TIDAK DALAM SENGKETA KEPENGURUSAN ASOSIASI BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT
RANTA!PASOK KONSTRUKSI
Yang menyatakan
............................... (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/Ketua)
(ttd)**.
Catatan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT 5 ...
SK No 075545 A
PRESIDEN
REfJUBLIK lNDONESIA
- 84 -
FORMAT 5
SURAT PERNYATAAN
KEBENARAN & KEABSAHAN DATAASOSIASI BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT
RANTA!PASOK KONSTRUKSI
Yang menyatakan
............................... (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/ Ketua)
(ttd)**
Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT6 ...
SK No 075546 A
PRES I OEN
REPLIBLIK lNOONESIA
- 85 -
FORMAT6
PAKTAINTEGRITAS
( ttd)**
Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT7 ...
SK No 075547 A
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA
- 86 -
FORMAT7
SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN PENYAMPAIANLAPORANTAHUNAN
ASOSIASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI/ ASOSIASI PROFESI JASA
KONSTRUKSI/ ASOSIASI TERKAIT RANTA!PASOK KONSTRUKSI
____ ,
Yang.menyatakan
................... .- (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/ Ketua)
(ttd)**
Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
FORMAT 8 ...
SK No 075548 A
PRESlOEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 87 -
FORMATS
BERITA ACARAVERIFIKASI DAN VALIDASI
Kelompok Kerja
FORMAT 9 ...
SK No 075549 A
PRES I OEN
REPUBLIK INOONESIA
- 88 -
FORMAT9
SURAT PERNYATAAN
PENGURUS ASOSIASI TIDAK MERANGKAP
SEBAGAI PENGURUS PADA ASOSIASI YANG LAIN
_____ 20_
--·--'
Yang menyatakan
........... , : (nama Asosiasi)
(Ketua Umum/ Ketua)
(ttd)**
Cata tan:
(*) Pilih salah satu.
(**) tanda tangan digital sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Tabel 1 ...
SK No 075550 A
PRES !DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -
PERSYARATAN PERSYARATAN
NO
TIDAK
MEMENUHI MEMEN
UHi
Surat permohonan Akreditasi yang ditandatangani ketua umum/ketua atau sebutan lain sesuai
1
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga asosiasi
Jumlah dan sebaran anggota untuk asosiasi yang memiliki cabang atau jumlah anggota untuk
2
asosiasi yang tidak memiliki cabang
SK No 047342 C
PRES I DEN
REF'UBLIK _l~B?NESIA
Teknologi ...
SK No 047343 C
PRESl'DEN
REPUBL.IK 1NDONESIA
- 91 -
Teknologi 10
Sumber Daya Manusia 10
3 Pemberdayaan kepada anggota
Laporan pelaksanaan pengembangan usaha a tau pengembangan profesi
berkelanjutan dalam 2 (dua) tahun terakhir dengan jumlah kegiatan paling sedikit
sebagai berikut:
Jumlah PKB/PUB per
Kategori
Tahun (min.)
1 Asosiasi Badan Usaha 10
Asosiasi Prof esi
1) Asosiasi Profesi Umum 12
2) Asosiasi Profesi Khusus 6
Asosiasi terkait Rantai Pasok Terkait 1
1 musyawarah ...
SK No 047344 C
FIRESIDEN
REJ=IUBLIK _l~J?NESIA
musyawarah nasional a tau kongres, dan/ atau, musyawarah daerah atau sesuai
1
dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
susunan pengurus asosiasi pusat dan/ atau daerah, paling sedikit memuat ketua,
2
sekretaris / sekj en, bendahara, dan dewan etik
5 Sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah yang memiliki cabang
1 Gedung Kantor (dilengkapi foto)
2 Sumber Daya Manusia (Karyawan/Pegawai) (dilengkapi dengan Surat Keputusan)
3 Perlengkapan kantor
6 Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
1 Akta notaris atas pendirian asosiasi
Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
2.
Manusia
7 Surat ...
SK No 047345 C
PRE.SIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 93 -
SK No 047346 C
F'RE:S IDEN
REPUBLIK ~~4o_NES!A
7 Laporan tahunan asosiasi atau membuat surat kesanggupan untuk pertama kali
8 Pakta integritas, yang ditandatangani oleh ketua umum/ketua atau sebutan lain
Surat pernyataan yang menyatakan kebenaran isi dokumen di atas materai, yang ditandatangani
9
oleh ketua umum/ketua atau sebutan lain I
* Jumlah dan sebaran anggota dinilai darijumlah anggota tetap Asoasiasi Badan Usaha yang memiliki Izin Usaha Jasa Konstruksi
dan Sertifikat Badan Usaha yang masih berlaku
** Jumlah dan sebaran anggota dinilai dari jumlah anggota tetap Asosiasi Profesi yang memiliki Sertifikat Keahlian
yang masih berlaku
Tabel 2 ...
SK No 047347 C
!='RES !DEN
REPUBUK INDONESIA
- 95 -
Tabel 2. Pemenuhan terhadap Dokumen tambahan lain
Pelaksanaan Sah, Benar
No Bukti Dokumen tambahan lain
Ada Tidak Ya Tidak
1 Salinan sistem manajemen mutu atau dokumen mutu
Salinan copy perjanjian kerja sama/nota kesepahaman
2
bersama dengan organisasi internasional
Salinan copy perjanjian kerja sama/ nota kesepahaman
3 bersama dengan Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah
Daerah/Institusi lainnya
Salinan laporan pengabdian masyarakat atau tanggung
4
jawab sosial
5 Salinan dokumen partisipasi perumusan kebijakan
6 . Salinan publikasi ilmiah bagi Asosiasi Profesi
Surat pemyataan yang menyatakan ketersediaan sarana
7 dan prasarana pusat dan daerah lainnya yang meliputi
situs web dan/ atau pangkalan data sistem informasi
Tabel 3 ...
SK No 047348 C
PRESIDEN
REPUBL.IK _1~g?NESIA
Umum Tanpa
40 41-75 >75
Pekerjaan Ca bang
Konstruksi
Khusus Cabang 10 10 11-15 11-30 >15 >30
Khusus Tanpa
30 31-40 >40
Ca bang
Pekerjaan Konstruksi
30 31-40 >40
Terintegrasi
SK No 047350 C
PRES I DEN
REPUSLIK _1~g?NESIA
Tabel 4 ...
SK No 047351 C
FIRES !DEN
REF'UBLIK INDONESIA
- 99 -
Tabel 4. Pembobotan Pemberdayaan Kepada Anggota (25%)
Tabel 4.1 Pelaksanaan Pengembangan Usaha Berkelanjutan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dengan bobot 20%
SK No 047352 C
F>RES IOEN
REPUBLIK_ 1~16~NESIA
Tabel 4.2 Program Pengembangan Usaha Berkelanjutan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan bobot 5%
Pengembangan Usaha
1 Berkelanjutan Asosiasi Badan . 10 kegiatan 11-12 kegiatan > 12 kegiatan
Usaha
Pengembangan Um um 12 kegiatan 11-15 kegiatan > 15 kegiatan
Keprof esian
2
Berkelanjutan Khusus 6 kegiatan 7 -9 kegiatan >9 kegiatan
Asosiasi Profesi
Pengembangan Usaha
3 Berkelanjutan Asosiasi terkait 1 kegiatan 2-3 kegiatan >3 kegiatan
Ran tai Pasok
Tabel 5 ...
SK No 047353 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 101 -
Tabel 6 ...
SK No 047354 C
PRES I DEN
REF'UBLIK_ ~~~~NESIA
Tabel 6. Pembobotan Sarana dan Prasarana di Tingkat Pusat dan Daerah (10%)
Gedung Kantor*
Sumber Daya Manusia*
Memenuhi 3 Memenuhi 4 Memenuhi
Perlengkapan Kantor*
Kategori wajib Kategori 5 Kategori
Situs Web
Pangkalan Data
*wajib
Tabel 7 ...
SK No 047355 C
PRES !DEN
REPUBL.IK INDONESIA
- 103 -
s« No 047356 C
F'RESIDEN
REF>UBLIK_ lfm.O_NESIA
ASOSIASI LPJK
r-..,ulal La po ran
Penllalan
Akredltasl
M•Myl•pken berkaG
P•rmohonon sesuei
Per-syeroten
Manerima dan Melakukan kejlon Menetapkan
Molakuken Verlflkasi dan Membuat Status
Valldo•i Barkes Laporan Akreditasl
Pormlntoan Menerima dan Permohonan Pelak&an••n Asosiasl
Kel•ngkaQan rnernerlks• Akredltasl Asoslasl
· Permohonan kQlo ....gkapan Barkes
P•rmohonan
Klarlfikasi konflrmasi
atau Pcninjauan
Tldnk Laoanoan
M•l•ngkapl
kef•ngkapan Berka•
Poitrrnohonan•
c- 5 Harl K•rja
Surat Penetapen
Akreditasl
BukU Pembayeran
Blaya Akredit.msi
Molakukan Menerbltkan
Pembayaran Surat Tanda
Blaya Akredltasl Akredltasl
:s:5 hart kerJca Menerlm1,1 Bukti
Pembayarmn don
Mangajukan Permohonan
BorKet• Akraditasi
Penll•l•n Permohonan
Akreditasl Asoslasl
Surat Tenda
Akrcdltaal
Salosal
SK No 047357 C
PRESIDEN
REPUBL!K !N'DONESIA
- 105 -
XIII. TATA CARA PENILAIAN KINERJA SESAAT.
RINCIAN TATA CARA PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT:
A. PENILAIAN KINERJA PENYEDIA JASA SESAAT PEKERJAAN KONSTRUKSI BERSIFAT UMUM ATAU SPESIALIS
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat pekerjaan konstruksi bersifat umum atau spesialis
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
TAb= Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai
kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang tersedia di proyek
b. Kesesuaian ...
SK No 047358 C
PRES !OEN
REPUSLIK_ litJt,O_NESIA
Keterangan:
Dib = Jumlah disiplin ilmu tenaga ahli yang dibutuhkan
sesuai kontrak
Dlt = .Jumlah disiplin ilmu tenaga ahli yang tersedia di
proyek
c. Kesesuaian ...
SK No 047359 C
PRESIDEN
REPUBLIK [NDONESIA
- 107 -
Catatan: Keterangan
Jumlah jenis dan Pengalaman kerja N = Jumlah jenis tenaga ahli
tenaga ahli maksimal sesuai jumlah jenis 1 J enis tenaga ahli
dan pengalaman kerja tenaga ahli yang Tb = Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai
ada di dokumen kontrak. kontrak
Tt = .Jumlah tenaga ahli yang tersedia di proyek.
Pb Pengalaman kerja yang dibutuhkan sesuai kontrak
Pt Pengalaman kerja yang tersedia di proyek.
d. Kesesuaian ...
SK No 047360 C
PRESIDEN
REPUBLIK_ lfb93o_NESIA
Keterangan:
SKb = Jumlah sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli
yang dibutuhkan sesuai kontrak.
SKt = Jumlah sertifikat kompetensi kerja tenaga ahli
yang tersedia di proyek.
2. Kesesuaian . . .
SK No 047361 C
PF<ES IDEN
REPUBt.lK INOONESIA
. - 109 -
Keterangan:
A = Jumlah jenis peralatan proyek
1 Jenis Peralatan proyek
Pb Jumlah peralatan yang dibutuhkan sesuai kontrak.
Pt = Jumlah peralatan yang tersedia diproyek
Kb = Kapasitas peralatan yang dibutuhkan sesuai
kontrak.
Kt = Kapasitas peralatan yang tersedia di proyek.
3. Kesesuaian . . .
SK No 047362 C
FIRESIDEN
REPUBLIK_ lfltf_NESIA
4. Tingkat ...
SK No 047363 C
PRES I DEN
REPU·SLIK INOONESIA
- 111 -
Keterangan:
TCR = Jumlah tenaga kerja cacat ringan (sakit yang
terekarn ) dan kehilangan jam kerja kurang dari .
dua hari kerja
TKT = Jumlah tenaga kerja total sampai saat penilaian
kinerja sesaat.
b . .Tingkat ...
SK No 047364 C
PRESIDEN
REPU9LIK_ Ifl~O_NESIA
Keterangan:
TCB = Jumlah tenaga kerja cacat berat
(sakit/meninggal) dan mengakibatkan kehilangan
jam kerja dua hari atau lebih.
TKT Jumlah tenaga kerja total sampai saat penilaian
kinerja sesaat
5. Kesesuaian . . .
SK No 047365 C
PRES IDEN
REFIUSLIK INDONESIA
- 113 -
2. Pembobotan ...
SK No 047366 C
PR.ES IDEN
REPUBLIK_ 1i19i.o_NESIA
2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung nilai kinerja penyedia jasa sesaat pekerjaan konstruksi
bersifat umum atau spesialis adalah sebagai berikut:
3. Kesesuaian ...
SK No 047367 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 115 -
Kesesuaian progres pekerjaan konstruksi saat penilaian dengan rencana kerja proyek 23
3. Cara ...
SK No 047368 C
PRES I DEN
REPUBLIK_ l~%~NESIA
3. Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Bersifat Umum atau Spesialis
Kesesuaian kualitas hasil pekerjaan fisik terpasang dengan standar mutu dalam 20%
dokumen kontrak
4. Tingkat ...
SK No 047369 C
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 117 -
4. Kinerja ...
SK No 047370 C
PRESIOEN
REBUBUK lNOONESIA
- 118 -
5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Pekerjaan Konstruksi Bersifat Umum atau
Spesialis dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:
B. PENILAIAN...
SK No 075551 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 1 I9 -
Kesesuaian jumlah
tenaga ahli (KTA)
Keterangan:
TAb= Jumlah tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai kontrak
TAt = Jumlah tenaga ahli yang
tersedia di proyek
c. Kesesuaian ...
SK No 075552 A
PRESIPEf\.
REPUBLIK INDONESIA
- 120 -
d. Kesesuaian ...
SK No 075553 A
PRES I OEN.
REPUBLIK INDONESIA
- 121 -
3. Kesesuaian ...
SK No 075554 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 122 -
5. Kesesuaian ...
SK No 075555 A
PRES I OEN
REPUBLIK INOONESIA
- 123 -
Kesesuaian kualitas
hasil pekerjaan fisik '
TM=-
1
n
Ln
i=1
(HMPi [rata - rata])
SMi
terpasang dengan
standar mutu dalam n = jumlah pekerjaan utama yang
dokumen kontrak (TM) cacat mutu.
1 = jenis pekerjaan utama yang
cacat mutu.
SMi= Standar Mutu Pekerjaan utama;
HMPi [rata - rata] =
hasil rata - rata mutu per jenis
pekerjaan utama yang cacat
mutu. HMPi [rata - rata], dicatat
pada saat awal kegiatan tes
mutu pekerjaan Utama.
Li
penyedia jasa sesaat
l ------------~-- sampai saat penilaian kinerja
b. Tingkat ...
SK No 075556 A
PRES I OEN
REPUBLIK INOONESIA
- 124 -
2. Pembobotan ...
SK No 075557 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 125 -
2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaaat pekerjaan konstruksi terintegrasi adalah
sebagai berikut:
3. Cara ...
SK No 075558 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 126 -
4. Kinerja ...
SK No 075559 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNOONESIA
- 127 -
2. 80 % - 89 % Baik AA
3. 70 % - 79 % Cukup Baik A
4. 60 %- 69 % Sedang B
5. 50 % - 59 % Rendah c
6. . ~49 % Sangat Rendah D
C. PENILAIAN...
SK No 075560 A
PRESIDEN
REl?UBLIK INDONESIA
- 128 -
.__~..._~~~--.--~~~~~~~~~-~-d-·1_·_P_ro_y_e_k~~~~~~~~
c. Kesesuaian ...
SK No 075561 A
PRES ID EN
REPUBLIK lNDONESlA
- 129 -
2. Kesesuaian . . .
SK No 075562 A
PRES I OEN
REPLIBLIK lNDONESIA
- 130 -
Kesesuaian
kelengkapan fasilitas
pendukung (FKP)
Keterangan:
FPK = Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung
pengkajian sesuai
dokumen kontrak
FPT Jumlah kebutuhan
fasilitas pendukung
pengkajian yang tersedia
di proyek
Kesesuaian progres
pengkajian saat
penilaian dengan
Keterangan:
rencana (KPP)
PN = Progres nyata pengkajian
saat penilaian
PR = Progres rencana
pengkajian saat penilaian
2. Pembobotan ...
SK No 075563 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 131 -
2. Pembobotan Indikator
Bobotyang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha pengkajian adalah sebagai berikut:
b. Kesesuaian ...
SK No 075564 A
PRESIOEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 132 -
Nilai ...
SK No 075565 A
PRES I OEN
REl?UBLIK aNDONESIA
- 133 -
Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Pengkajian dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade,
sebagai berikut:
2. 70 % - 79 % 80 % - 89 °lo Baik AA
4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Se dang B
5. 40 % - 49 % 50 % - 59 % .Rendah c
Sangat
6. ::; 39 % s 49 % D
Rendah
D. PENILAIAN...
SK No 075566 A
PRES ID EN
REPUBUK INDONESIA
- 134 -
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha perencanaan adalah
sebagai berikut:
c. Kesesuaian ...
SK No 075567 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 135 -
Kesesuaian · ·
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk
Keterangan:
perencanaan (FKP) FPK = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perencanaan
sesuai dokumen kontrak
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perencanaan
yang tersedia di proyek
3. Kesesuaian ...
SK No 075568 A
PRES I OEN
REF?UBLIK INDONESIA
- 136 -
2. Pembobotari indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha perencanaan adalah sebagai berikut:
3. Cara ...
SK No 075569 A
PRES ID EN
REPUBLIK INDONESIA
- 137 -
Nilai ...
SK No 075570 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 138 -
Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Perencanaan dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade,
se bagai beriku t:
2. 70 % - 79 % 80-% - 89 % Baik AA
3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % Cukup Baik A
4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Sedang B
5. 40 % -49 % 50 % - 59 % Rendah c
6. $39% $ 49 % Sangat Rendah D
E. PENILAIAN ...
SK No 075571 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 139 -
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha perancangan adalah
sebagai berikut:
c. Kesesuaian ...
SK No 075572 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 140 -
Kesesuaian
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk Keterangan:
perancangan (FKP) FPK = .Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perancangan
sesuai dokumen kontrak
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung perancangan
yang tersedia di proyek
3. Kesesuaian ...
SK No 075573 A
PRES ID EN
REPLIBLIK INDONESIA
- 141 -
2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha perancangan adalah sebagai berikut:
3. Cara ...
SK No 075574 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 142 -
5. Nilai · ...
SK No 075575 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 143 -
5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Perancangan dikategorikan berdasarkan kondisi dan grade,
sebagai berikut:
2. 70 % - 79 °Ii:> 80 % - 89 % Baik AA
3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % Cukup Baik A
4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Se dang B
5. 40 % - 49 % .50 % - 59 % Rendah c
6. s 39 % s 49 % Sangat Rendah D
F. PENILAIAN...
SK No 075576 A
PRES I OEN
REl?UBLIK KNOONESIA
- 144 -
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha pengawasan adalah
sebagai berikut:
c. Kesesuaian ...
SK No 075577 A
PRES I OEN
REPLIBLIK INDONESIA
- 145 -
Kesesuaian
kelengkapan fasilitas
pendukung untuk
Keterangan:
pengawasan (FKP)
FPK = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung pengawasan
sesuai dokumen kontrak
FPT = Jumlah kebutuhan fasilitas
pendukung pengawasan
yang tersedia di proyek
3. Kesesuaian ...
SK No 075578 A
PRES I OEN
REP.UBUK INDONESIA
- 146 -
Kesesuaian kualitas
hasil perkerjaan fisik
TM=-
· i
n
Ln
i=1
(HMPi [rata - rata])
SM1
.
terpasang dengan
standar mutu dalam n = jumlah pekerjaan utama
dokumen kontrak yang cacat mutu.
pada proyek yang 1 = jenis pekerjaan utama yang
diawasi (TM) cacat mutu.
SMi = Standar ·Mutu Pekerjaan
utama;
HMPi [rata - rata] = hasil rata - rata ·
mutu per jenis pekerjaan
utama yang cacat mutu.
HMPi[rata - rata], dicatat
pada saat awal kegiatan tes
mutu pekerjaan Utama.
2. Pembobotan. . .
SK No 075579 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
- 147 -
2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat umum
layanan usaha pengawasan adalah sebagai berikut:
3. Cara ...
SK No 075580 A
PRES I PEN
REPUBLIK lNDONESIA
. , 148 -
1t~:s.e~11,ian K~l~~gkapariFasilita8; :
1--"------11-'P~_- ~"'--~-~~~kp:~gi~,iltuk• J:»~nga.}Va.~;n <,t\<·
Kesesuaian Kelengkapan Fasilitas
Pendukung untuk Pengawasan
.1C!'~!s~ai~~'.JK:11~li~as Ha~if
pe~erjaa~ii~jlf:T.~rp~s~ng .
Kesesuaian kualitas hasil perkerjaan
fisik terpasang dengan standar mutu
23
dalam dokumen kontrak pada proyek
. 1. •
yang uiawasi,..,_..,....,......-,--,-,-----,--~,-,.,.,---,~-,--,------t-..,-,-~----t--,-----,-,--,-~~,
...................,,..,,..,,,.+.
?~~$~~ua~fin·.pre>gf¢sPekerja~~-.- .•- _ i -
-~pfi~t~k:si ,'.S!at.•;Penilaian .dengan·•·
'Re~pah~;~~tja."Pre>yek . . . . . . _- ----
Kesesuaian progres pekerjaan
konstruksi yang diawasi saat 30
penilaian dengan rencana proyek
Fl{INE~'1'.A.P~IiY-Ei)I1\: JASA.'SESA.A.T-:,'.
;JASi'KO'N~IJL'l'ANSI"" KONSTRUKS1<2
: )3~i~1,rA'f:~1VJt.fM/LA.YANA.N·-tls@li·:· ·:
-P~~G,A.WA:S,AiN-~--,
4. Kinerja ...
SK No 075581 A
PRESIDEN
REPUBLIK lNDONESIA
- 149 -
1);,;~~~i~~~~~(~~-,~\;:~f"c(K'.";,:~~,)~~~;1~f~;~t~le(:~tJf~ii;,?~
r: i, .,· ..
2. 70 % - 79 % 80 % - 89 % Baik AA
3. 60 % - 69 % 70 % - 79 % ·cukup Baik A
4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Sedap.g B
5. 40 %-49 % 50 %- 59 % Rendah c
6. ::;;;39% s; 49 % Sangat Rendah D
G. PENILAIAN...
SK No 075582 A
PRES I OEN
REPLIBLIK lNDONESIA
- 150 -
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha manajemen
penyelenggaraan konstruksi adalah sebagai berikut:
c. Kesesuaian ...
SK No 075583 A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 151 -
2. Kesesuaian ...
SK No075584A
PRES I OEN
REPUBLIK INDONESIA
- 152 -
Kesesuaian progres
perancangan saat
penilaian dengan
Keterangan:
rencana (KPPr) PN = Progres nyata perancangan
saat penilaian (%)
PR = Progres rencana
perancangan saat
penilaian (%)
4. Kesesuaian ...
SK No 075585 A
PRES I PEN
REPUBLIK INDONESIA
- 153 -
Kesesuaian kualitas
hasil perkerjaan fisik TM=-
1
n
I"i=l
(HMPi [rata - rata])
SM1
.
terpasang dengan n = jumlah pekerjaan utama
standar mutu dalam yang cacat mutu.
dokumen kontrak 1 = jenis pekerjaan utama
pada proyek yang yang cacat mutu.
diawasi (TM) SMi = Standar Mutu Pekerjaan
utama;
HMPi [rata - rata] = hasil rata -
rata mutu per jenis
pekerjaan utama yang cacat
mutu. HMPi[rata - rata],
dicatat pada saat awal
kegiatan tes mutu
pekerjaan Utama.
Kesesuaian progres
pekerjaan konstruksi
saat penilaian dengan
Keterangan..
rencana proyek (KPPk)
PN = Progres nyata fisik
terpas9:ng saat peinilaian
(%)
PR Progres rencana fisik
kinerja proyek saat
penilaian (%)
2. Pembobotan ...
SK No 075586 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 154 -
2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja proyek jasa konsultansi konstruksi bersifat umum layanan usaha
manajemen penyelenggaraan konstruksi adalah sebagai berikut:
3. Cara ...
SK No 075587 A
PRES ID EN
REPUBLIK INOONESIA
- 155 -
~;l!~if:11~ ~~ ............
4. Kinerja ...
SK No 075588 A
PRES I DEN
REPUBLIK lNDONESIA.
- 156 -
5. Nilai Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi Konstruksi Bersifat Umum
Layanan Usaha Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi dikategorikan
berdasarkan kondisi dan grade, sebagai berikut:
--
1. 80 % - 100 % 90 % - 100 % Sangat Baik AAA
2. 70 % - 79 % 80 %- 89 % Baik AA
4. 50 % - 59 % 60 % - 69 % Sedang B
5. 40 % - 49 % 50 % - 59 % Rendah c
~ ;.,,. ,.
SK No 075589 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 157 -
1. Indikator Penilaian
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja penyedia jasa sesaat jasa
konsultansi konstruksi bersifat spesialis adalah sebagai berikut.:
tenaga ...
SK No 075590 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONE:SIA
- 158 -
3. Kesesuaian ...
SK No 075591 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 159 -
2. Pembobotan Indikator
Bobot yang diberikan untuk masing-masing indikator di atas dalam menghitung
nilai kinerja penyedia jasa sesaat jasa konsultansi konstruksi bersifat spesialis
adalah sebagai berikut:
SK No 075592 A
PRES I OEN
REPUBLIK lNDONESlA
- 160 -
4. Kinerja ...
SK No 075593 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 161-
Bersifat Spesialis
1. 85 % - 100 % Sangat Baik AAA
2. 75 % - 84 % Baik AA
3. 65 % - 74 % Cukup Baik A
4. 55 % ~ 64 % Sedang B
5. 45 % - 54 % Rendah c
6. ~44% Sangat Rendah D
PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
SK No 085100 A