Anda di halaman 1dari 19

Dasar-Dasar

Manajemen Pajak
&
Strategi Penghematan
Pajak Melalui Pemilihan
Bentuk Usaha

TM 1:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

1.

Dasar-Dasar
Manajemen Pajak
TM 1:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

1
Definisi & Tujuan Manajemen Pajak

Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan


dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah
mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Tujuan:
1). Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
2). Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang maksimal
Dimana keduanya dapat dicapai melalui:
i). Perencanaan pajak (Tax planning)
ii). Pelaksanaan kewajiban dan hak perpajakan (Tax compliance)
iii). Pengendalian pajak (Tax control)

Motivasi Manajemen Pajak

(1) Tingginya tarif pajak (high tax rates)


(2) Kekurang gamblangan (imprecise) ketentuan, baik rumusan eksplisit ketentuan
maupun semangat, maupun maksud dan tujuan implisitnya
(3) Terlalu kecilnya sanksi (in-sufficient penalties)
(4) Kekurangwajaran atau kekurangmerataan (in-equity)
(v) Distorsi dalam sistem perpajakan

2
Manajemen Pajak yang Baik

Ada 3 persyaratan utama yaitu:


(1) Tidak melanggar/bertentangan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku
(2) Secara bisnis masuk akal (reasonable), karena manajemen pajak merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Corporate Global Strategy
(3) Didukung oleh bukti-bukti yang memadai, baik dari segi pencatatan
akuntansi-keuangannya, maupun dari segi hukum perjanjian/perikatannya
(seperti: bukti tagihan/invoices, kontrak/ perjanjian, dan dokumentasi
pendukung lainnya).

Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan Pajak adalah suatu analisis sistematik atas pilihan-pilihan pajak


yang berbeda yang bertujuan untuk meminimalkan kewajiban/utang pajak baik
saat kini maupun waktu mendatang.

Sifatnya mengurangi beban pajak secara legal dan bukan mengurangi


kesanggupan memenuhi kewajiban perpajakan dan melunasi utang-utang
pajaknya.

Dengan kata lain, perencanaan pajak merupakan upaya subjek pajak untuk
meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah jelas
diatur dalam peraturan perundang-undangan.

3
Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Beberapa konsep Perencanaan Pajak (Tax Planning), seperti:


• Pemanfaatan pengecualian pajak
• Pengurangan tarif pajak menyeluruh
• Optimaliasi pengurangan penghasilan
• Percepatan pengeluaran
• Penundaan objek pajak
• Strukturisasi penghasilan kena pajak menjadi tidak kena pajak
• Dan sebagainya.
Perencanaan pajak merupakan salah satu bentuk Penghindaran pajak (Tax
avoidance).

Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Dalam skala internasional, Tax Planning dapat dilakukan dengan cara antara
lain:
1. Memindahkan subjek pajak ke negara-negara yang dikategorikan sebagai
negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas
suatu jenis penghasilan;
2. Memindahkan objek pajak ke negara-negara yang dikategorikan sebagai
negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas
suatu jenis penghasilan;
3. Memindahkan subjek pajak dan objek pajak ke negara-negara yang
dikategorikan sebagai negara yang memberikan perlakuan pajak khusus
(keringanan pajak) atas suatu jenis penghasilan tertentu.

4
Perencanaan Pajak (Tax Planning)

4. Mempertahankan substansi ekonomi dari suatu transaksi dengan cara memilih


berbagai bentuk formal jenis transaksi yang memberikan beban pajak yang
paling rendah.
5. Dan sebagainya

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) & Penggelapan


pajak (Tax Evasion)
Manajemen Pajak (Tax management) yang bertujuan untuk meminimalisir atau
menganulir beban pajak secara umum, dapat ditempuh melalui cara:
(1) Penghindaran pajak (Tax Avoidance)
(2) Penggelapan pajak (Tax Evasion)
Tax Avoidance umumnya adalah upaya tax management yang legal karena
lebih banyak memanfaatkan kelemahan (loophole) yang ada dalam peraturan
perpajakan yang berlaku.
Tax Evasion adalah suatu skema memperkecil pajak yang terutang dengan cara
melanggar ketentuan perpajakan (illegal) dan cenderung mengarah pada
sesuatu tindak pidana perpajakan.

5
Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)

Tax Avoidance biasanya diartikan sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan
untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan (loophole)
ketentuan perpajakan suatu negara.
Tax avoidance umumnya menyangkut perbuatan yang masih dalam koridor
hukum, meskipun tindakan tax avoidance berlawanan dengan maksud dari
pembuat undang-undang.

Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)

Contoh praktik Tax Avoidance antara lain:


1. Hibah
Sebagai contoh, seorang kakek memberikan harta hibahan berupa tanah dan
bangunan kepada cucunya. Menurut hukum yang berlaku, hibahan ini tentu saja
dianggap sebagai objek pajak karena penerima hibah bukan merupakan
garis keturunan lurus satu derajat.
Untuk menghindari pembebanan pajak pada hibahan ini, pemberi hibahan
memanfaatkan celah dari ketentuan pajak yang ada. Caranya adalah dengan
terlebih dahulu menghibahkan tanah dan bangunan ke anak kandung kakek
tersebut guna mematuhi bagian “garis keturunan lurus satu derajat”. Setelah
itu, tanah dan bangunan dihibahkan sekali lagi dari anak ke cucu sang kakek
yang merupakan penerima hibahan yang sebenarnya.

6
Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)

2. Pinjaman nominal besar ke Bank


Saat Wajib Pajak menerima pinjaman dengan nominal besar dan
membebankan bunga pinjaman dalam laporan keuangan fiskal, dengan tetap
memperhatikan ketentuan Debt Equity Ratio (DER) 4:1
3. Pemanfaatan PP No. 23 tahun 2018
Keringanan yang didapatkan oleh para pengusaha UMKM melalui PP No. 23
tahun 2018 seringkali disalahgunakan dengan membentuk badan usaha baru
yang peredaran bruto tidak melebihi Rp.4,8 miliar
4. Dan sebagainya

Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)

Tax Evasion merupakan suatu tindakan untuk meminimalkan beban pajak


dengan cara melawan ketentuan pajak (ilegal) yang dapat dihukum dengan
sanksi pidana.
Tax Evasion merupakan usaha aktif wajib pajak dalam hal mengurangi,
menghapus, manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk
tidak membayar pajak.
Contohnya: memperkecil laporan jumlah penghasilan (under declare revenue) atau
bahkan melaporkan kerugian (manipulate the losses) sehingga penghasilan
kena pajak berkurang dan otomatis jumlah pajak terutang lebih kecil atau
bahkan tidak membayar pajak sama sekali. Sedangkan pada kenyataannya
jumlah pendapatan yang diterima Iebih besar dan tidak mengalami kerugian.

7
Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)

Bentuk lain Tax Evasion adalah kecurangan dan penggelapan dalam segala
bentuknya seperti penyuapan terhadap petugas pajak, markup biaya, faktur fiktif,
pembukuan ganda, atau tindakan lainnya.
Tindak pidana dibidang perpajakan:
- Pasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 41B, Pasal 41C, dan
Pasal 43 UU KUP
- Pasal 24 dan Pasal 25 Undang Undang PBB
- Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Bea Meterai
- Pasal 41A Undang-Undang PPSP
- Pasal 7 Undang-Undang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan
Perpajakan
Juga termasuk Tax Evasion.

Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)

Pasal 38 (kealpaan, perbuatan setelah pertama kali)


a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
Pasal 39 (kesengajaan)
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NWP atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap;

8
Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)

Pasal 39 (kesengajaan) – lanjutan


e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di
Indonesia; atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Kebijakan Anti Tax Avoidance

Dalam upaya menghadapi praktik-praktik penghindaran pajak khususnya


yang dilakukan oleh Perusahaan Multinasional, pada umumnya suatu negara
menerbitkan ketentuan pencegahan penghindaran pajak yang bersifat
khusus (Specific Anti Avoidance Rule/SAAR) yang diatur dalam Undang-undang
domestiknya, seperti: Controlled Foreign Company, Arms Length Rule, Advance
Pricing Agreement, dan Debt to Equity Ratio.

9
2.

Strategi Penghematan
Pajak Melalui Pemilihan
Bentuk Usaha
TM 1:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

Pemilihan Bentuk Usaha

Strategi Perencanaan Pajak (Tax Planning) dapat dimulai sejak awal memulai
bisnis dengan memilih bentuk badan usaha yang digunakan.
Pemilihan bentuk badan usaha menentukan besarnya beban pajak yang akan
ditanggung.
Tingkat keuntungan bisa sama antara beberapa badan usaha, tetapi besar
beban pajak yang ditanggung bisa berbeda.

10
Bentuk Badan Usaha

Ada 3 entitas hukum bisnis di Indonesia yang diakui oleh UU Perpajakan adalah:
1. Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan
2. Persekutuan (Persekutuan Firma, Persekutuan Komanditer/CV, Persekutuan
Perdata/Kongsi)
3. Perseorangan
Dilihat dari aspek legalitasnya, bentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan
Yayasan adalah entitas berbadan hukum, karena ada pengesahan Menteri
Kehakiman dan HAM atas pendirian dan anggaran dasarnya.
Sedangkan, bentuk usaha Persekutuan (Persekutuan Firma, Persekutuan
Komanditer/CV, Persekutuan Perdata/Kongsi) dan usaha Perseorangan
merupakan entitas tidak berbadan hukum.

Definisi Badan Menurut Pajak

Pasal 1 UU KUP:
"Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap."

11
Entitas berbadan hukum:
1. Perseroan Terbatas (PT) (UU No. 40 Tahun 2007 ttg Perseroan Terbatas)

Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang merupakan


persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham.
Pasal 4 ayat 3 huruf f UU No.11/2020:
Dividen yang diterima oleh orang pribadi, sepanjang dividen tersebut
diinvestasikan di wilayah NKRI, dan badan dikecualikan dari objek pajak.

 Wajib pajak badan


 Tarif PPh Final 0,5% untuk Peredaran Bruto Tertentu (<4,8M/th) berlaku
maks. 3 thn tahun bagi Perseroan Terbatas (PT)
 Tarif pajak 22% (Perpu No. 1 tahun 2020 & UU No. 7 tahun 2021 ttg HPP)

Entitas berbadan hukum:


2. Koperasi (UU No. 17 Tahun 2012 ttg Perkoperasian)

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan


hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan.

 Wajib pajak badan


 Tarif PPh Final 0,5% untuk Peredaran Bruto Tertentu (<4,8M/th) berlaku
maks. 4 thn tahun bagi koperasi
 Tarif pajak 22% (Perpu No. 1 tahun 2020 & UU No. 7 tahun 2021 ttg HPP)

12
Entitas berbadan hukum:
(UU No. 28 Tahun 2004 ttg Perubahan atas UU
3. Yayasan No.16 Tahun 2001 ttg Yayasan)

Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.
Yayasan bisa melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud
dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut dalam suatu
badan usaha.

 Wajib pajak badan


 Tarif pajak 22% (Perpu No. 1 tahun 2020 & UU No. 7 tahun 2021 ttg HPP)

Usaha Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)

Ada 3 macam badan usaha yang tidak berbadan hukum, yaitu:


1) Persekutuan Perdata
2) Persekutuan Firma
3) Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap atau CV)

13
Entitas tidak berbadan hukum:
1. Persekutuan Perdata (Partnership) (Pasal 1618-1652 KUH Perdata)

Persekutuan perdata adalah perjanjian di mana dua orang atau lebih, biasanya
berprofesi sama, mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (barang, uang,
ataupun, keahlian) ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya.
Pasal 4 ayat 3 huruf i UU PPh:
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, bukan merupakan objek pajak.
 Wajib pajak badan
 Tarif pajak 22% (Perpu No. 1 tahun 2020 & UU No. 7 tahun 2021 ttg HPP)

Entitas tidak berbadan hukum:


2. Persekutuan Firma (Pasal 15-35 KUHD)

Firma merupakan suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di
bawah satu nama bersama.
Para anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap firma.
Pasal 4 ayat 3 huruf i UU PPh:
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, bukan merupakan objek pajak.
 Wajib pajak badan
 Tarif PPh Final 0,5% untuk Peredaran Bruto Tertentu (<4,8M/th) berlaku
maks. 4 thn tahun bagi firma
 Tarif pajak 22% (Perpu No. 1 tahun 2020 & UU No. 7 tahun 2021 ttg HPP)

14
Entitas tidak berbadan hukum:
3. Persekutuan Komanditer (CV) (Pasal 15-32 KUHD)

Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap atau CV) adalah suatu


perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk satu orang atau
beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung
jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab slider) pada satu pihak, dan satu orang
atau lebih sebagai pemberi modal (geldscheiter) pada pihak yang lain.
CV terdiri dari pesero aktif dan pesero pasif/komanditer.

 Wajib pajak badan


 Tarif pajak 22% (Perpu No. 1 tahun 2020 & UU No. 7 tahun 2021 ttg HPP)

Entitas tidak berbadan hukum:


3. Persekutuan Komanditer (CV) - lanjutan

Pengaturan pajak atas CV diatur dalam Pasal 4 ayat 3 huruf i UU PPh, dimana
pengenaan pajak CV hanya dikenakan pada level Net Income saja. Distribusi
penghasilan kepada pemilik dalam bentuk prive tidak dikenakan PPh.
Pasal 4 ayat 3 huruf i UU PPh:
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, bukan merupakan objek pajak.

15
Usaha Perseorangan

Usaha Perseorangan adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh
satu orang dimana, keuntungan atas usaha tersebut juga sepenuhnya menjadi
keuntungan satu orang tersebut. Biasanya memiliki nama Perusahaan Dagang
(PD), Usaha Dagang (UD), Usaha Perseorangan (UP), dan lain sebagainya.
Usaha perseorangan termasuk entitas tidak berbadan hukum.

 Wajib pajak orang pribadi


 Mendapat pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
 Tarif PPh Final 0,5% untuk Peredaran Bruto Tertentu (<4,8M/th) berlaku
maks. 7 thn tahun bagi Orang Pribadi
 Tarif pajak progresif  lihat slide berikut

Usaha Perseorangan

UU PPh (berlaku s/d 2021) UU No 7/2021 HPP (berlaku sejak 2022)


No. Tarif Pajak Lapisan Penghasilan Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan
Bagi NPWP Bagi NPWP
1. 0,- s.d. Rp.50.000.000,- 5% 0,- s.d. Rp.60.000.000,- 5%

2. Di atas Rp.50.000.000,- s.d. 15% Di atas Rp.60.000.000,- s.d. 15%


Rp.250.000.000,- Rp.250.000.000,-
3. Di atas Rp.250.000.000,- 25% Di atas Rp.250.000.000,- 25%
s.d.Rp.500.000.000,- s.d.Rp.500.000.000,-
4. Di atas Rp.500.000.000,- 30% Di atas Rp.500.000.000,- s.d. 30%
Rp.5.000.000.000,-
5. Di atas Rp.5.000.000.000,- 35%

16
Faktor-Faktor dalam Pemilihan Bentuk Usaha

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk badan


usaha, antara lain :
1) Bagaimana hubungannya antara tarif PPh Orang Pribadi dengan PPh Badan.
2) Pengenaan PPh secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun
penghasilan dari pembagian keuntungan (dividen) kepada
pemilik/pemegang saham.
3) Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugian)
dan kredit investasi yang berlaku bagi bentuk badan usaha tertentu.
4) Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi
laba, pajak atas penghasilan pribadi, holding company
5) Dsb

Ilustrasi 1: Perbandingan Beban Pajak Yang Ditanggung


Asumsi: Tidak ada koreksi fiskal & menggunakan Tarif Pasal 17

CV / FIRMA /
Tahun 2020 PT Perseorangan
Perdata
Income 60.000.000.000 60.000.000.000 60.000.000.000
COGS 58.800.000.000 58.800.000.000 58.800.000.000
Gross Margin 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000
Operating Expense 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Net Income Before Tax 700.000.000 700.000.000 700.000.000
Corporate Tax (rate 22%) 154.000.000 154.000.000
Personal Tax *) 133.400.000
Net Income After Tax 546.000.000 546.000.000 566.600.000
PPh Final atas Dividen (0%) **) -
Return yang diterima oleh Stakeholder 546.000.000 546.000.000 566.600.000
Total Tax 154.000.000 154.000.000 133.400.000
Net Income Before Tax 700.000.000 700.000.000 700.000.000
Total % Beban Pajak (Total Tax / Net
22% 22% 19%
Income Before Tax)

17
Ilustrasi 2: Perbandingan Beban Pajak Yang Ditanggung
Asumsi: Tidak ada koreksi fiskal & menggunakan Tarif Pasal 31E

CV / FIRMA /
Tahun 2020 PT Perseorangan
Perdata
Income 15.000.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000
COGS 14.700.000.000 14.700.000.000 14.700.000.000
Gross Margin 300.000.000 300.000.000 300.000.000
Operating Expense 125.000.000 125.000.000 125.000.000
Net Income Before Tax 175.000.000 175.000.000 175.000.000
Corporate Tax (Pasal 31E) 32.340.000 32.340.000
Personal Tax *) 10.450.000
Net Income After Tax 142.660.000 142.660.000 164.550.000
PPh Final atas Dividen (0%) **) -
Return yang diterima oleh Stakeholder 142.660.000 142.660.000 164.550.000
Total Tax 32.340.000 32.340.000 10.450.000
Net Income Before Tax 175.000.000 175.000.000 175.000.000
Total % Beban Pajak (Total Tax / Net
18% 18% 6%
Income Before Tax)

Ilustrasi Perbandingan Beban Pajak Yang Ditanggung - lanjutan

Catatan:
*) Asumsi PTKP K/3 = 72 juta
**) Dividen yang diterima oleh orang pribadi, sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di
NKRI, dan badan dikecualikan dari objek pajak. (Pasal 4 ayat 3 huruf f UU No.11/2020)

18
Ilustrasi Perbandingan Beban Pajak Yang Ditanggung - lanjutan

Dari dua ilustrasi diatas dapat disimpulkan:


1. Beban Pajak yang ditanggung melalui usaha Perseorangan ternyata lebih kecil
daripada badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Persekutuan.
2. Pemilihan badan usaha perseorangan bisa memberikan tingkat efisiensi pajak
yang jauh lebih besar daripada bentuk usaha lainnya. Namun begitu tidak boleh
tergesa-gesa mengambil keputusan. Selain faktor pajak, juga harus
mempertimbangkan faktor lainnya, seperti kemudahan mengembangkan usaha,
akses permodalan, akses perbankan, tanggungjawab persero apabila terjadi
klaim pihak ketiga, bisnis dan pengembangan pasar, serta hak dan kewajiban
lainya yang timbul dari pemilihan bentuk usaha tersebut.

end

19

Anda mungkin juga menyukai