Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SEMISOLID

KRIM FORMULA 7

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Ratih Dyah Pertiwi , M.Farm, Apt

Disusun oleh :

Kelompok 4

Anggota :

1. Azahra Humaira Yasmine - 20200311001


2. Tatu Sabrina - 20200311008
3. Lintang Ekavalent - 20200311013
4. Syarifatul Mukaromah - 20200311019
5. Lusiana -20200311021

Program Studi Farmasi


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
2023
BAB I

PENDAHULUAN

I. Tujuan Pengujian
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Krim, Penggolongan Krim.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan membuat sediaan KRIM FORMULA 7.

II. Landasan Teori


a. Sediaan Krim
Menurut Farmakope Indonesia III, krim merupakan sediaan setengah apadat
berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia V, krim adalah bentuk sediaan setengan
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai.
Basis krim merupakan sistem emulsi, dengan demikian komponen basis krim
secara umum terdiri atas komponen minyak dan komponen air. Oleh karena itu,
berdasarkan sistem basisnya, krim dibedakan menjadi water in oil dan oil in water.
Krim W/O merupakan krim yang sifat basisnya berminyak (oily creams) dan
menggunakan basis emulsi sistem water in oil, sedangkan krim O/W merupakan krim
yang basisnya menggunakan sistem emulsi oil in water, disebut juga aqueous creams.
Komponen untuk formulasi sediaan krim meliputi komponen fase air, fase
minyak, emulsifying agent, stiffening agent, penetration enhancer, humectant, dan
antioksidan. Sebagau fase air digunakan purified water. Fase minyak menggunakan
misalnya, mineral oil (liquid parafin), vaselin album, vaselin flavum (white
petrolatum). Sama halnya dengan emulsi, krim membutuhkan emulsifying agents agar
terbentuk masa krim yang homogen dan stabil (mencegah krim terpisah menjadi dua
fase). Stiffening agent digumakan untuk meningkatkan viskositas jika sediaan terlalu
cair seperti cetyl alcohol, cetostearyl alcohol
b. Penggolongan Krim (Ansel, 2008)
1) Tipe minyak dalam air (M/A)
Krim tipe M/A digunakan dikulit akan hilang dan tidak meninggalkan bekas,
biasanya dibuat dengan menggunakan zat pengemulsi campuran dari
surfaktan.
2) Tipe air dalam minyak (A/M)
Krim tipe A/M merupakan krim minyak yang terdispersi ke dalam air, krim
tipe ini mengandung zat pengemulsi seperti adeps lanae,wool alcohol atau
ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi 2 (Kalsium).

Kedua krim diatas memerlukan emulgator yang tepat untuk menghindari terjadinya
pembalikan fase

c. Kelebihan dan Kekurangan Krim (Ansel, 2008)


1) Kelebihan krim
a. Mudah menyebar/merata
b. Mudah digunakan
c. Praktis
d. Mudah dibersihkan atau dicuci
e. Tidak lengket terutama tipe M/A
f. Memberikan rasa dingin terutama krim tipe A/M
g. Dapat digunakan sebagai kosmetik
2) Kekurangan Krim
• Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim, harus dalam keadaan
panas
• Mudah pecah disebabkan karena pengadukan tidak konstan\
• Mudah kering dan mudah rusak bila disimpan tidak ditempat yang sesuai
dengan petunjuk penyimpanan,
d. Cara Pembuatan krim
• Metode 1 ( bahan yang larut minyak dilebur bersama diatas penangan air suhu 70°
sampai lebur dan bahan yang larut air dilarutkan lebuh dahulu dengan air panas
suhu 70° sampai larut, kemudian dicampurkan digerus kuat hingga massa krim.
• Metode 2 ( semua bahan baik fase minyak/ air dicampurkan kemudian dilebur
diatas penangas sampai lebur baru digerus hingga massa krim).
III. PREFORMULASI
a. Oleagenous Phase
Nama Bahan Stearyl alcohol Sumber

Berat Molekul 270.48 HOPE Hal. 700

Pemerian Stearil alkohol muncul sebagai potongan


keras, putih, berlilin, serpihan, atau butiran
dengan sedikit bau khas dan rasa hambar.

Solubility Larut dalam kloroform, etanol (95%), eter,


heksana,propilen glikol, benzena, aseton,
dan minyak nabati; praktis tidak larut dalam
air

Khasiat Stiffening agent

Kadar 20–30 %
Konsentrasi

Stability Stearil alkohol stabil terhadap asam dan basa


dan biasanya tidakmenjadi tengik. Itu harus
disimpan dalam wadah tertutup baik di
tempat yang sejuk dan kering.

Incompatibilities Tidak kompatibel dengan oksidator kuat dan


asam kuat.
Nama Bahan Stearic acid/ Sumber

Acidum Stearicum

Berat Molekul 284.47 HOPE Hal. 697

Pemerian Asam stearate agak keras, berwarna putih


atau sedikit kuning mengkilap, merupakan
padatan kristal atau serbuk putih, putih
kekuningan.

Solubility Praktis tidak larut dalam air,larut dalam 30 FI III : 57-58


bagian etanol 95%, dalam 2 bagian
kloroform dan dalam 3 bagian eter.

Fungsi Emulsifying agent, solubilizing agent

Kadar 1-20% ( dalam salep dan


Konsentrasi
krim )

Stability Merupakan sediaan yang stabil dan harus


disimpan di tempat yang sejuk dan kering.

Incompatibilities Tidak kompatibel dengan agen reduksi dan


agen oksidasi.

Nama Bahan Cetyl alcohol Sumber

Berat Molekul 242.44 HOPE Hal. 155

Pemerian Serpihan putih atau granul lilin


berminyak memiliki bau dan rasa yang
khas.

Solubility Mudah larut dalam etanol 95% dan eter,


kelarutannya meningkat dengan
peningkatan temperature, serta tidak larut
dalam air

Fungsi emulsifying agent, coating


agent,striffening agent

Kadar Konsentrasi 2-10%

Stability Stabil dengan adanya asam,alkali,cahaya


dan udara sehingga tidak menjadi tengik.

Incompatibilities Tidak kompratibel dengan oksidator kuat,

b. Aqueous Phase
Nama Bahan Glycerin Sumber

Berat Molekul 92.09 HOPE Hal.


283

Pemerian Cairan jernih,tidak berwarna, rasa manis,berbau


khas lemah

Solubility Dapat larut dalam air dane tanol 95%,tidak larut


dalam kloroform,dalam eter, dalam minyak
lemak, dan dalam minyak menguap

Fungsi Antimicrobial preservative,emollient,humectant


Kadar
Konsentrasi

Stability Gliserin bersifat higroskopis, campuran gliserin


dengan air,etanol 95% dan propilena glikol
secara kimiawi stabil.

Nama Bahan Methylparaben Sumber

Berat Molekul 152.15 HOPE Hal. 441

Pemerian Methylparaben terjadi sebagai


kristal tidak berwarna atau
kristal putih bubuk. Tidak berbau
atau hampir tidak berbau dan
sedikit terbakar mencicipi

Solubility

Fungsi Pengawet

Kadar Konsentrasi 0,02-0,3%

Kadar digunakan 0,025 %


Stability Larutan metilparaben berair pada
pH 3–6 dapat disterilkan dengan
autoklaf pada 1208C selama 20
menit, tanpa dekomposisi.

Incompatibilities Aktivitas antimikroba dari


methylparaben dan paraben
lainnya adalah sangat berkurang
dengan adanya surfaktan
nonionik, seperti sebagai
polisorbat 80, sebagai hasil dari
miselisasi

Nama Bahan Proplyparaben Sumber

Berat Molekul 152.15 HOPE Hal. 441

Pemerian Propylparaben terjadi sebagai


putih, kristal, tidak berbau, dan
tidak berasa bubuk.

Solubility

Fungsi Pengawet

Kadar Konsentrasi 0.01–0.6%

Kadar digunakan 0.015%

Stability Larutan Propylparaben berair


pada pH 3–6 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada 1208C
selama 20 menit, tanpa
dekomposisi.

Incompatibilities Aktivitas antimikroba dari


methylparaben dan paraben
lainnya adalah sangat berkurang
dengan adanya surfaktan
nonionik, seperti sebagai
polisorbat 80, sebagai hasil dari
miselisasi

Nama Bahan Potassium Hydroxide Sumber

Berat Molekul 56.11 HOPE Hal.


576

Pemerian Kalium hidroksida terjadi sebagai massa


menyatu putih atau hampir putih.Ini tersedia
dalam pelet kecil, serpih, tongkat dan bentuk
lainnya atauformulir. Itu keras dan rapuh dan
menunjukkan fraktur kristal.Kalium hidroksida
bersifat higroskopis dan deliquescent; pada
paparan ke udara, dengan cepat menyerap
karbon dioksida dan air dengan pembentukan
kalium karbonat.

Solubility

Fungsi Alkalizing agent.

Kadar
Konsentrasi

Stability Kalium hidroksida harus disimpan di tempat


yang kedap udara, bukan logam wadah di tempat
yang sejuk dan kering.

IV. METODA
A. Formula 7 (Banker & Rhodes, 2002)

Oleagenous Phase

R/ Stearic Acid 15%

Stearly Alcohol 20%

Cetyl Alcohol 5%

Aqueous Phase

R/ Glycerin 15%

Methylparaben 0,025 %

Propylparaben 0,03%

Potassium hydroxide 1%

Purified water, q.s. ad 200%

B. Perhitungan

• Stearic Acid = X 200gr = 30 gr

• Stearly Alcohol = X 200gr = 40 gr

• Cetyl Alcohol = X 200gr = 10 gr


• Glycerin = X 200gr = 30 gr

• Methylparaben = X 200gr = 0,05 gr

• Propylparaben = X 200gr = 0,06 gr

• Potassium hydroxide = X 200gr = 2 gr

• Purified water = 200gr – (30+40+10+30+0,05+0,06+2) = 87,89 gr = 87,89 mL

C. Penimbangan

Nama Bahan Jumlah


Stearic acid 30 gr
Stearyl alcohol 40 gr
Cetyl alcohol 10 gr
Glycerine 30 gr
Methylparaben 0,05 gr
Propylparaben 0,06 gr
Potassium hydroxide 2 gr
Purified water 87,89 mL

D. Alat dan Bahan


No. Alat Bahan

1 Timbangan analitik Cetyl alcohol

2 Pot plastik 200cc Sorbitan monooleate

3 Kertas perkamen Methylparaben

4 Cawan uap Propylparaben

5 Hotplate Purified water


6 Mortir & stamper Potassium hydroxide

7. Sudip Glycerine

8. Jangka sorong Stearic acid

9. Cawan petri

10 Anak timbangan 50,100,200

11 pH meter

12 Beaker glass

E. Prosedur Pembuatan

Panaskan fase minyak dan fase air hingga sekitar 65°C. tambahkan fase minyak
perlahan-lahan ke fase air sambil diaduk untuk membentuk emulsi kasar. dinginkan
hingga sekitar 50° dan homogenkan. dinginkan dengan agitasi sampai membeku
(Gilbert S. Banker, 2002).

Cara Kerja

1. Timbang fase minyak stearic acid sebanyak 30gr ; stearyl alcohol sebanyak 40gr ;
dan cetyl alcohol sebanyak 10gr diatas cawan uap.

2. Timbang fase air Glycerin sebanyak 30gr ; Methylparaben sebanyak 0,05 gr ;


Propylparaben 0,06 gr ; Pottasium hydroxide 2gr ; dan purified water sebanyak
87,89mL.

3. Panaskan fase minyak stearic acid ; stearyl alcohol dan cetyl alcohol yang sudah
ditimbang pada hotplate hingga suhu 65°C

4. Kemudian Fase air panaskan purified water kemudian campurkan Glycerin;


Methylparaben; Propylparaben ; Pottasium hydroxide hingga suhu sekitar 65°C.

5. Masukkan fase air yang sudah dipanaskan kedalam mortir yang sudah
dipanaskan, kemudian tambahkan fase minyak perlahan-lahan sambil diaduk
hingga membentuk emulsi kasar.
6. Lalu dinginkan sekitar 50°C dan homogenkan.

7. Masukkan sediaan krim yang sudah jadi kedalam pot plastik ukuran 200cc.

8. Dan sisanya disimpan untuk dilakukan Uji Evaluasi.

F. Uji Evaluasi

Uji Organoleptik Uji dilakukan dengan mengamati secara


langsung secara visual bentuk,warna,dan
bau dari sediaan gel. Karakteristik sediaan
gel yang diharapkan adalah berbentuk
semi apdat dan warna yang jernih.
Kriteria uji organoleptis dari sediaan gel
yang baik adalah warna,bau dbaud anuk
memenuhi spesifikasi bahan yang
digunakan dan dapat diterima (Ansel H. ,
1989).

Uji pH / Uji Pengukuran pH Pengujian pH dilakukan dengan


menimbang 0,5 gram sediaan, kemudian
dilarutkan dalam 50 ml akuades,
dilakukan pengukuran dengan
menggunakan pH meter, hasil yang
ditunjukkan oleh pH meter tersebut
dicatat (Naibaho, Yamlean, & Wiyono,
2013)

Uji Viskositas Sediaan salep sebanyak 100 gram,


dimasukkan dalam cawan pengukur lalu
diukur viskositasnya menggunakan
Viskometer brookfield. Viskositas dilihat
pada skala dalam alat setelah tercapai
kestabilan (Depkes RI, 1995).
Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan
mengambil sebanyak 0,5 gram sediaan
dan meletakknya dalam cawan petri,
kemudian ditutup dengan tutup cawan
petri. (Lachman, Lieberman, & Kanig,
1994).

Uji Daya Sebar Penentuan daya sebar dilakukan dengan


menimbang sebanyak 0,5 gram sediaan
dan meletakannya dalam cawan petri,
ditutup dengan tutup cawan petri dengan
jangka sorong diukur diameter sediaan,
selanjutnya ditambahkan beban tambahan
dengan anak timbangan 50,100,150, dan
200 gram. Setiap penambahan beban
didiamkan dahulu selama 1 menit,
kemudian diukur kembali diameter gel.
Daya sebar yang baik adalah 5-7 cm
(Voigt, 1995).

Uji Daya Lekat Penentuan daya lekat dilakukan dengan


menimbang sebanyak 0,5 gram sediaan ,
meletakkanya diatas gelas objek yang
menempel pada lemari kaca dan dikaitkan
dengan tali kemudian ditutup dengan
gelas objek lain, beban (1 kg) dibiarkan
diatas selama 5 menit, setelah selesai
diambil beban tersebut dan pada tali
dikaitkan bebasn (80gram) bersamaan
dengan dinyalakan stopwatch,dicatat
waktu yang diperlukan untuk kedua gelas
objek tersebut lepas. Kriteria daya lekat
sediaan yang baik adalah lebih dari 10
detik. (Voigt, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

Ansel, H. C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. UI Press.

Banker, G. S., & Rhodes, C. T. (2002). Modern Pharmaceutics Fourth Edition,Revised and
Expanded. Basel: Marcel Dekkern Inc.

Depkes RI. (1979.). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Gilbert S. Banker, C. T. ( 2002). Modern Pharmaceutics Fourth Edition, Revised and Expanded.
New York: Marcel Dekker, Inc. .

Lachman, L., Lieberman, H., & Kanig, J. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri III.
Jakarta: UI Press.

Naibaho, O., Yamlean, P., & Wiyono, W. (2013). Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi
Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.)Pada Kulit Punggung
Kelinci Yang Dibuat Infeksi Staphylococcus Aureus. Pharmacon UNSRAT, 2(2):27-33.

Raymond C Rowe, P. J. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. London:


Pharmaceutical Press.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai