Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENERAPAN TELEMEDICINE DI

INDONESIA

AFNI HERNALIA
21011076

KELOMPOK III

DOSEN PENGAMPU : MARDENI, S.KOM, M.KOM

UNIVERSITAS HANGTUAH PEKANBARU


TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyusun makalah guna memenuhi tugas yang diberikan oleh


Bapak Mardeni selaku dosen pengampu mata kuliah Manajerial Kesehatan
Berbasis Teknologi dan selain itu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
orang lain.

Dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa apa yang penulis
tuliskan dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tentunya tidak
luput dari kesalahan.

Pekanbaru, 21 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah........................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................3
2.1. Budaya Organisasi................................................................................................3
2.2. Karakteristik Budaya Organisasi........................................................................4
2.3. Fungsi Budaya Organisasi..................................................................................10
2.4. Model Gunung Es................................................................................................12
2.5. Budaya Organisasi Yang Kuat...........................................................................12
2.6. Menciptakan Budaya Organisasi.......................................................................12
2.7. Kepemimpinan Berdasarkan Nilai - nilai..........................................................12
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP ......................................................................................................................17
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................17
3.2. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi


kehidupan manusia, dimana dengan keadaan yang sehat manusia bisa hidup
dengan produktif untuk menghasilkan sesuatu hal yang bermanfaat bagi hidupnya.

Hak untuk hidup sehat merupakan hak dasar yang harus dijamin, karena
kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan primer setiap manusia. Kesehatan
merupakan bagian dari kebutuhan menuju hidup sejahtera. Pasal 28 H Ayat (1)
UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam proses


meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan ini
tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai secara efektif, efisien, dan tepat
sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan sangat bergantung pada
berbagai komponen yang ada baik berupa dana, fasilitas penunjang maupun
sumber daya manusia yang ada.

Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat


yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer
satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang
memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction),
1
pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional
satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras
dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak dan ini merupakan
pelayanan kesehatan yang memuaskan.

Perkembangan zaman dan kemajuan di berbagai bidang terutama di


bidang teknologi dimana hal tersebut tidak bisa dihindari. Munculnya berbagai
fenomena baru yang merupakan implikasi dari kemajuan teknologi dan informasi.
Perkembangan yang saat ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat global
adalah perkembangan teknologi dan informatika yang ditandai dengan yang
memperkenalkan dunia maya (cyberspace) dengan hadirnya internet yang
mempengaruhi komunikasi tanpa kertas.

Dampak kemajuan di bidang teknologi mengakibatkan adanya suatu jenis


pelayanan baru pada bidang kesehatan, salah satunya dengan adanya pelayanan
kesehatan melalui internet (telemedicine internet). Telemedicine merupakan salah
satu sarana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar.
Telemedicine menggunakan information and communication technologies atau
ICT untuk mengatasi hambatan geografis dan meningkatkan akses ke
pelayanankesehatan, serta sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat pedesaan
di negara berkembang yang kurang mendapat akses ke pelayanan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat penulis rumuskan permasalahan,


yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Telemedicine?


2. Apa tujuan Telemedicine?
3. Bagamana penerapan Telemedicine di Indonesia?
2
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud Telemedicine.


2. Untuk mengetahui tujuan Telemedicine.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Telemedicine di Indonesia.

3
4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa


dipelajari untuk mengatasi hidup dalam organisasi, budaya organisasi itu
cenderung untuk diwujudkan oleh anggota organisasi (Brown, 2010: 34).
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya yang berlaku
dalam perusahaan maupun organisasi, karena pada umumnya perusahaan itu
dalam bentuk organisasi, yaitu kerja sama antara beberapa orang yang membentuk
kelompok atau satuan kerja sama tersendiri.

Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai


(values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions) atau
norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota
suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasi. Budaya organisasi yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma
yang telah relative lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi
(karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah
organisasi. Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan
menginternalisasi dalam diri para anggota menjiwai orang-perorang di dalam
organisasi. Artinya budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para
anggota organisasi (Kilmann dkk, 1988). Budaya organisasi itu didasarkan pada
suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu:

1. Tingkatan asumsi dasar (Basic Assumption); Tingkatan asumsi dasar itu


merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada dilingkungannya,
alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dalam
5
hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu
suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada.

2. Tingkatan nilai (Value); Tingkatan value berhubungan. dengan perbuatan


atau tingkah laku, bisa diukur (dites) dengan adanya perubahan-perubahan
atau dengan melalui consensus social.

3. Tingkatan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk
ditirukan bisa dalam bentuk teknologi, seni, atau sesuatu yang bisa
didengar.

Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang
tidak menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan
aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang didalam suatu organisasi
mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya.

2.2. Karakteristik Budaya Organisasi

Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan organisasi,


sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-
tujuan organisasi. Dalam suatu organisasi yang budaya organisasinya kuat, nilai-
nilai bersama dipahami secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan oleh
sebagian besar para anggota organisasi. Budaya yang kuat dan positif sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja organisasi (Deal &
Kennedy, 2009),

Budaya organisasi sebagai sistem nilai yang dianut dan dimiliki secara
bersama anggotanya memiliki tujuh karakteristik (Robbins & Stephen, 2013:
512), yaitu:

1. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan


dimana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil risiko.

6
Budaya organisasi memiliki karakteristik yang mendorong anggota atau
karyawannya lebih inovatif dan berani mengambil risiko. Karena, setiap
anggota organisasi memiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi, bebas
dalam bekerja dan memiliki banyak peluang untuk inisiatif dalam
organisasi. Sehingga, mereka perlu didorong untuk melakukan inovasi. Di
sisi lain, seluruh anggota juga harus lebih berani mengambil risiko ketika
berinovasi. Inovasi adalah proses atau hasil pengembangan mobilisasi
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk menciptakan atau
memperbaiki suatu produk maupun sistem. Sedangkan, risiko adalah
bahaya, akibat atau konsekuensi yang terjadi karena sebuah proses yang
sedang berlangsung maupun dari kejadian yang akan datang.

2. Perhatian yang rinci (Attention to detail). Suatu tingkatan dimana para


karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision), analisis
dan perhatian kepada rincian. Mengenai sejauh mana anggota diharapkan
menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail. Dalam hal
ini, organisasi mengharapkan para anggotanya untuk bekerja lebih detail,
analisis, dan tepat sasaran. Jadi, organisasi tidak hanya menciptakan
tujuan dan harapan kinerja karyawan yang jelas. Tetapi juga memiliki
struktur jelas terhadap pekerjaan anggota atau karyawannya.

3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen


memusatkan perhatian pada hasil, bukannya pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil. Orientasi pada hasil adalah kemampuan
mempertahankan komitmen pribadi yang tinggi untuk menyelesaikan
tugas, bisa diandalkan, bertanggung jawab, dan mampu mengidentifikasi
risiko secara sistematis. Sehingga, perlu memahami hubungan antara
perencanaan dan hasil untuk mencapai keberhasilan organisasi.

7
4. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil - hasil pada orang-
orang anggota organisasi itu.

5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja


diorganisir di sekitar tim - tim, bukannya individu - individu. Orientasi
tim bisa diartikan sebagai kegiatan kerja yang diorganisasikan sekitar
anggota organisasi, tidak hanya pada individu untuk mendukung
kerjasama. Pemimpin organisasi bisa memberikan dukungan berupa
komunikasi yang jelas, sikap ramah, motivasi dan bimbingan kepada
semua anggota organisasi.

6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu tingkatan dimana orang-orang


(anggota organisasi) itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan
bukannya santai - santai. Dalam budaya organisasi, agresivitas adalah
suatu kondisi di mana setiap anggotanya cenderung lebih kompetitif dan
agresif. Karakteristik budaya organisasi ini juga bisa diartikan sebagai
adanya toleransi konflik. Budaya organisasi yang kuat akan mampu
menyelesaikan permasalahan atau konflik internal dengan baik. Sebab,
organisasi tersebut memiliki toleransi terhadap konflik yang sangat tinggi.

7. Stabilitas (Stability). Stabilitas adalah kemampuan yang dimiliki suatu


organisme, populasi, komunitas atau ekosistem untuk menghidupi dirinya
sendiri atau meredam sejumlah gangguan maupun tekanan dari luar.
Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dari pada pertumbuhan.

8
Greenberg dan Baron (2008:545), mengemukakan bahwa budaya organisasi
adalah sekumpulan dari karakteristik inti yang secara kolektif dihargai oleh para
anggota organisasi sebagai berikut:

1. Kepekaan pada orang lain: kebutuhan dan kepuasan memperhatikan


kepuasan pelanggan pelanggan dengan memberikan pelayanan lebih baik.

2. Keinginan pada ide-ide baru: mendorong karyawan untuk memunculkan


ide-ide baru dalam pekerjaan.

3. Kemauan mengambil resiko: mendorong karyawan untuk mau mengambil


resiko.

4. Nilai ditempatkan pada orang: orang diperlakukan dengan baik, sehingga


mereka merasa dihargai.

5. Keterbukaan pilihan komunikasi yang ada: mengharapkan orang untuk


membuat keputusan secara bebas dan mengkomunikasikannya kepada
siapapun yang membutuhkannya.

6. Persahabatan dan kesesuaian; karyawan cenderung bersahabat dan cocok


satu dengan lainnya.

Semua organisasi memiliki budaya, namun tidak semua budaya organisasi sama
kuatnya dalam mempengaruhi perilaku dan tindakan para karyawan. Budaya yang
kuat (strong culture) yaitu budaya yang menanamkan nilai-nilai utama secara
kokoh dan diterima secara luas di kalangan para karyawan, memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap perilaku para karyawan dibandingkan dengan budaya
yang lemah. Semakin tinggi tingkat penerimaan para karyawan terhadap nilai-
nilai pokok organisasi dan semakin besar komitmen mereka pada nilai-nilai
tersebut semakin kuat budaya organisasi.

9
2.2. Fungsi Budaya Organisasi

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

https://deepublishstore.com/blog/materi/budaya-organisasi/

Diakses pada 08 Juni 2023

https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=_9KUEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA29&dq=karakteristik+budaya
+organisasi&ots=QPqTR5YY0m&sig=Tmw4sviNdo_pVSTyjnkztxGWY7k

Diakses pada 08 Juni 2023

https://www.halodoc.com/kesehatan/kurap

Diakses pada 26 November 2022

https://www.alodokter.com/histoplasmosis

Diakses pada 27 November 2022

https://www.alodokter.com/candidiasis

Diakses pada 28 November 2022

http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/929

Diakses pada 28 November 2022

Wahyuni, Denai. 2019. Buku ajar Dasar Biomedik Lanjutan. Yogyakarta:


Deepublish.

12

Anda mungkin juga menyukai