Anda di halaman 1dari 26

SURVEI TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN

TANAMAN KAYU MANIS ( Cinnamomum Verum)


DILAHAN GAMBUT

MUHAMMAD RAIHAN RAMADHAN


200310108

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
SURVEI TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN
TANAMAN KAYU MANIS ( Cinnamomum Verum)
DILAHAN GAMBUT

MUHAMMAD RAIHAN RAMADHAN


200310108

Proposal penelitian
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Budidaya
Pertanian Program Studi Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal penelitian : Survei Tanah Dan Kesesuaian Lahantanaman Kayu Manis (


Cinnamomum Verum) Dilahan Gambut
Nama Mahasiswa : Muhammad Raihan Ramadhan
NIM : 200310108
Jurusan : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui, Disetujui,
Dosen pembimbinng Dosen Pembimbing

Disetujui Disetujui
Dosen Penelaah Dosen Penelaah

Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
dan syukur penulis ucapkan kepada-nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan
hidayatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tuga Metedologi
penulisan karya ilmiahyang berjudul “survei tanah dan kesesuaian lahan tanaman kayu
manis ( cinnamomum verum) dilahan gambut ”. Shalawat dan salam penulis sampaikan
kepada nabi muhammad shalallahi alaihi wassalam yang telah membawa umatnya dari
zaman zahiliyah ke zaman Islamiyah seperti sekarang.

Ungkapan terima kasih dari penulis kepada Bapak Dr. Ismadi, S.P., M.Si,
selaku dosen matakuliah Metodologi penulisan karya ilmiah. Harapan besar penulis
semoga laporan ini bisa menjadi hal yang bermanfaat buat orang banyak dan bisa
menjadi rujukan untuk memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Reulet, 02-05-20223

Muhammad Raihan Ramadhan

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ 3


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 1
1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 2
1.1 latar belakang ...................................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
2.TINJAUANPUSTAKA……………………………………………………………..4
2.1 Lahan ................................................................................................................... 5
2.2 Evaluasi Lahan .................................................................................................... 6
2.3 Klasifikasi Kesesuaian Lahan ............................................................................. 6
2.4 Tanaman Kayu Manis ......................................................................................... 7
2.4.1 Nama Lain..................................................................................................... 9
2.5 Morfologi dan Karakteristik Tanaman Kayu Manis ........................................... 9
2.6 Syarat Tumbuh Tanaman Kayu Manis .............................................................. 10
2.7 Kandungan dan Manfaat Daun Kayu Manis (C. burmani) ............................... 11
3. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 13
3.1 Waktu dan tempat penelitian ........................................................................ 13
3.2 Alat dan bahan .............................................................................................. 13
3.3 Metode penelitian ......................................................................................... 13
3.3.1 Variabel penelitian ...................................................................................... 14
3.3.2 Parameter yang diamati .............................................................................. 14
3.3.3 Pengumpulan data ....................................................................................... 18
3.3.4 Pengambilan sampel ................................................................................... 19
3.3.5 Pengolahan data .......................................................................................... 19
3.3.6 Analisis data ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
1. PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Pembangunan dan perekonomian indonesia tidak terlepas dari sektor


pertanian, sebagai negara yang kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani
maka dari itu penghasilannya berasal dari hasil pertanian. Pertanian yang ada di
Indonesia sendiri menjadi salah satu alasan kuat pembangunan nasional, Kayu
Manis adalah salah satu produk pertanian yang memiliki jumlah ekspor yang tinggi
dan mampu meningkatkan penerimaan devisa negara(Arda Humaira & Rochdiani,
2021)
Perkebunan merupakan salah satu sektor andalan Indonesia dengan angka
1.560.399,3 (miliar rupiah)yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan.
Dalam perekonomian Indonesia, sektor perkebunan menjadi penopang cukup
besar yaitu sebagai penghasil devisa Negara. Hal ini karena sektor perkebunan
memiliki komoditas unggulan yang dapat diterima di pasar internasional.
Komoditas unggulan yang memiliki nilai ekspor salah satunya adalah kulit manis.
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia,
seperti subsektor perkebunan. UU No. 18 tahun 2004 (Pasal 4) tentang
perkebunan, menyatakan bahwa perkebunan dari segi ekonomi mempunyai fungsi
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur
ekonomi wilayah dan nasional. Pendapatan dari usaha tani pertanian
menyumbangkan lebih dari 50 % terhadap pendapatan rumah tangga di pedesaan
dan merupakan penyumbang utama pendapatan rumah tangga petani Indonesia
(Susilowati & Maulana, 2016)
Salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di
Indonesia adalah tanaman kayu manis. Selain itu, tanaman kayu manis juga dapat
berfungsi sebagai tanaman penghijauan dan konservasi lahan, khususnya di tebing

2
– tebing dan kaki pegunungan serta daerah aliran sungai (Idris et al., 2019).
Tanaman kayu manis dapat dijadikan tanaman konservasi karena tanaman ini
mempunyai perakaran yang dalam, dapat menembus lapisan kedap, dan
mempunyai massa relatif ringan. Tanaman kayu manis yang menghendaki curah
hujan yang tinggi dan berada di dataran tinggi cocok dengan keadaan iklim dan
topografi di Indonesia. Selain Indonesia masih menjadi produsen dan eksportir
utama kayu manis dengan pangsa pasar 25 % senilai US$ 25,4 juta. Luas areal
pertanaman kayu manis di Indonesia mencapai 135.000 ha dengan produksi
103.594 ton(Astika et al., 2022).
Kayu manis adalah rempah-rempah kuno dan tanaman aromatik esensial yang
memiliki aplikasi luas dalam penyedap,wewangian dan obat-obatan(Menggala dan
Damme, 2021), kulit kayu manis juga termasuk bumbu dapur tertua yang sering
dipakai untuk membuat makanan oleh ibu rumah tangga, kemudian dipakai untuk
menyembuhkan berbagai penyakit seperti, menurunkan gula darah, kolestrol,
antivirus, anti jamur, antiseptik, anti bakteri, antiparasit, dll.(Repi, 2017). Selain
mempunyai banyak manfaat kayu manis juga sudah terbukti menjadi barang
dagang yang memiliki andil cukup besar untuk pendapatan negara(Anggrasari et
al., 2021)
Tanaman kayumanis (cinnamomum burmanii) sudah lama dikembangkan di
Indonesia dan merupakan salah satu komoditi rempah yang menjadi barang
dagangan utama sejak zaman colonial. Komoditi ini di ekspor melalui Penang dan
Singapura dan hingga saat ini masih memiliki potensi di pasar regional dan
internasional. Tanaman ini merupakan komoditas unggulan, terutama di daerah
Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci dan lahan gambut, sebagai daerah sentra
produksi kayumanis Indonesia.Potensi pengembangan kayumanis di Indonesia
cukup besar karena didukung oleh sumber daya alam (lahan yang sesuai),
teknologi, tenaga ahli, ketersediaan sumber plasma nutfah, budidaya organik,
bentuk olahan yang lebih hilir, konsumsi dalam negeri yang meningkat, serta
tenaga kerja. (Rahmawati et al., 2020)

3
Kayu manis (Cinnamomum burmanii BL.) merupakan komoditas perkebunan
asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina,(Sen, 2010) Indonesia termasuk
didalamnya, yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Tanaman tahunan ini
memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Bagian yang dapat dimanfaatkan
di antaranya adalah kulit, batang, dahan, ranting, dan daun. Tanaman ini selain
digunakan sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri banyak
dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman,
rokok, dan sebagainya.
Komoditi kayu manis dipilih peneliti karena budidaya kayu manis di lahan
gambut jarang atau tidak pernah di kembangkan , akibat kurangnya minat petani
dalam melakukan penanaman kayu manis pascapanen hal ini dikarenakan harga
ditingkat petani tidak sesuai dengan biaya produksi dan biaya kebutuhan hidup
sehari-hari serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan petani
dan pembinaan budidaya kayu manis.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesesuianan lahan tanaman kayu
manis dilahan gambut dalam upaya pengembangan kayu manis dilahan gambut

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas maka hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat
dalam memberikan informasi kesesuaian lahan tanaman kayu manis yang akan
digunakan sebagai salah satu acuan pengembangan lahan gambut di sector pertanian
dalam pengembangan tanaman kayu manis.

4
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup


pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, tofografi/relief, tanah, hidrologi dan
keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang secara potensial berpengaruh
terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang
telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia, baik di masa lalu
maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau
tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan lahan secara optimal
perlu dikaitkan dengan karakteristik dan kualitas lainnya. Hal tersebut disebabkan
adanya keterbatasan penggunaan lahan, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan
secara lestari dan berkesinambungan (Sofyan et al., 2007)
Pada peta tanah atau peta sumberdaya lahan, lahan dinyatakan sebagai satuan
peta yang dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya, seperti iklim, landform
(termasuk litologi, tofografi/relief) tanah atau hidrologi. Pemisahan satuan lahan atau
tanah sangat penting untuk keperluan analisis dan interpretasi potensi/kesesuaian lahan
bagi suatu tipe penggunaan lahan (Land Utilization Types LUTs). Evaluasi lahan
memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan yang dirinci ke dalam kualitas lahan, dimana
masing-masing kualitas lahan dapat terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan
(Ridayanti et al., 2020) Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan
satu sama lain. Kualitas lahan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan atau
pertumbuhan tanaman dan komoditas lain yang berbasis lahan (peternakan, perikanan,
kehutanan).

5
2.2 Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk


berbagai alternatif penggunaan lahan, baik untuk pertanian, kehutanan, pariwisata,
konservasi lahan atau jenis penggunaan lainnya. Evaluasi lahan dapat dilaksanakan
secara manual ataupun secara komputerisasi. Secara komputerisasi, penilaian dan
pengolahan data dalam jumlah besar dapat dilaksanakan dengan cepat, dimana
ketetapan penilaianya sangat ditentukan oleh kualitas data yang tersedia serta ketepatan
asumsi-asumsi yang digunakan. Dalam evaluasi lahan perlu dipahami istilah-istilah
yang digunakan, baik yang menyangkut keadaan sumberdaya lahan, maupun yang
berkaitan dengan kebutuhan atau persyaratan tumbuh tanaman. Evaluasi lahan
merupakan suatu proses penilaian sumberdaya lahan untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan
memberikan informasi dan arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung,
et al., 2011).

2.3 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Pengertian kesesuaian lahan (land suitability) berbeda dengan kemampuan


lahan (land capability). Kesesuaian lahan adalah kecocokan dari sebidang lahan untuk
tipe penggunaan tertentu, sehingga perlu mempertimbangkan aspek manajemennya.
Sedangkan kemampuan lahan lebih menekankan kepada kapasitas lahan untuk
digunakan berbagai penggunaan secara umum. Artinya semakin banyak penggunaan
lahan yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, maka kemampuan
lahan tersebut semakin tinggi (Ritung, et al., 2011).
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976 dalam
Ritung, et al 2011) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas,
Sub kelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat
ordo kesesuaian lahan di bedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S= suitable) dan
lahan yang tidak sesuai (N= not suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian
dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing
skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi:

6
1. Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat
kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas,
yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam
kelas-kelas.

2. Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas


dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

Kelas S1 sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor
dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 cukup
sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh
terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut
biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 sesuai marginal: Lahan mempunyai
faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan
yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal
tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau
pihak swasta. Kelas N lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat atau sulit diatasi. Sub kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas
kesesuaian lahan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan
kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang
menjadi faktor pembatas terberat, misal Sub kelas S3 rc, sesuai marginal dengan
pembatas kondisi perakaran (rc = rooting condition).

2.4 Tanaman Kayu Manis

Cinnamomum sp. merupakan tanaman rempah dari famili Lauranceaeyang


terdiri dari beberapa spesies (Rismunandar dan Paimin 2001). Tumbuhan ini banyak
terdapat di daerah sub tropis dan tropis. Berbentuk pohon dengan tinggi berkisar

7
Klasifikasi Kayu Manis antara 5 – 15 m, kulitnya berwarna abu-abu tua dengan bau
yang khas dan kayunyaberwarna merah coklat muda.
Kayu manis (cinnamomum burmannii) adalah salah satu jenis dari
familiLauraceae yang digunakan untuk penelitian ini. Tanaman ini banyak ditemukan
di daerah sub tropis dan tropis. Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum
Burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang, dkk (2009)
mengatakan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah trans
sinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Penggunaan kayu
manis dapat diperluas dengan cara memanfaatkan batangnya menjadi karbon aktif.
Klasifikasi dari tanaman kayu manis menurut Agroteknologi, 2015 dalam
Qomar (2017) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni

Daun tunggal dengan tekstur kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai
daun 0,5 – 1,5 cm dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung, berbentuk
elips memanjang dengan panjang 4 – 14 cm dan lebar 1,5 – 6 cm, berujung runcing
dengan tepi rata, permukaan atas licin berwarna hijau, permukaan bawah bertepung
warnanya keabu-abuan. Daun mudah berwarna merah pucat. Bunganya berkelamin
ganda atau bunga sempurna dengan warna kuning.
Tanaman kayu manis digolongkan ke dalam jenis tanaman rempah – rempah
yang mempunyai banyak manfaat dan dapat digunakan sebagai obat tradisional.
Spesies tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) yang dikenal dunia ada sebanyak 54
spesies dan yang terdapat di Indonesia hanya 12 spesies dari jumlah keseluruhan. Tiga
spesies yang paling terkenal di pasar dunia yaitu spesies Cinnamomum burmanni yang

8
ada di Indonesia dikenal dengan nama cassiavera, di Sri Langka dan Seycelles terdapat
spesies Cinnamomum zeylanicum dan spesies Cinnamomum cassia dari China. Di
Indonesia tanaman kayu manis jenis Cinnamomum burmanni banyak dibudidaya di
daerah Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Indonesia merupakan negara
pengekspor kayu manis jenis Cinnamomum burmanni paling utama di dunia yang
mampu menguasai pasar dunia (Apriyanto & Lestari, 2020)

2.4.1 Nama Lain


Tanaman kayu manis mempunyai nama yang berbeda – beda, tergantung dari
mana asal tanaman kayu manis tersebut tumbuh. Di Sumba menyebut tanaman kayu
manis dengan sebutan kaninggu sumba, di Sunda menamai kayu manis dengan sebutan
kiamis, di Melayu disebut dengan holim, holim manis, modang siak-siak (Batak),
kanigar, madang kulit manih (Minangkabau) dan di Jawa disebut kaneel, huru mentek.
Di Nusa tenggara disebut kesingar, kecingar, cingar (Bali), onte (Sasak) (Nainggolan,
2008).

2.5 Morfologi dan Karakteristik Tanaman Kayu Manis

Tanaman kayu manis terdiri dari batang, daun, bunga dan buah. Tinggi dari
pohon ini berkisar antara 5 – 15 meter dan dapat tumbuh dengan ketinggian 2000 meter
dari permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah latosol, andosol, podsolik
merah kuning dan mediteran yang mempunyai topografi miring serta air tanah yang
dalam (Suriadi, 2006).
Batang kayu manis berwarna hijau kecoklatan, bercabang, memiliki kulit yang
berwarna abu – abu tua serta memiliki bau yang khas. Bagian kulit batang mengandung
dammar, lender dan minyak atsiri, kulit dari batang kayu manis ini yang banyak
dimanfaatkan. Daunnya tunggal, kaku seperti kulit, permukaan atas daun licin dan rata,
panjang daun 4 – 24 cm dan lebarnya 1,5 – 6 cm, bentuk daun meruncing pada bagian
ujung dan pangkal. Ruas daun memiliki tiga tulang daun yang tumbuh melengkung
dengan panjang ruas berkisar antara 0,5 – 1,5 cm. Daun yang masih muda akan
berwarna merah tua atau hijau ungu, sedangkan daun yang sudah tua akan berwarna
hijau (Rismunandar, 2001).

9
Bunga Cinnamomumm burmanni berwarna kuning, muncul dari sela – sela
daun, dan merupakan bunga majemuk yang memiliki kelamin sempurna dengan ukuran
yang kecil, benangsarinya berjumlah 12 helai, berambut halus, kotak sari memiliki
empat ruang. Buah Cinnamomum burmanni termasuk buah buni, berbiji satu dan
berdaging. Bentuknya bulat memanjang, panjangnya berkisar antara 1,3 – 1,6 cm
dengan diameter 0,35 – 0,75 cm, buah yang masih muda akan berwarna hijau
sedangkan buah yang sudah tua akan berubah warna menjadi ungu tua sampai hitam.
Biji buah Cinnamomum burmanni berukuran kecil (Qomar et al., 2018)
Kulit batang kayu manis merupakan produk utama yang dihasilkan oleh
tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan utama kulit batang kayu
manis adalah sinamaldehid yang memiliki aroma kuat. Bagian ini memiliki bau yang
khas aromatik, rasanya agak manis, pedas. Ketebalan dari kulit batang kayu manis
mencapai 3 mm atau lebih. Pada pengamatan secara langsung, potongan dari kulit
batang kayu manis berbentuk gelondong, dengan beberapa berkas yang terdiri atas
tumpukan potongan kulit (Ramadhani, 2017).
Kulit batang kayu manis yang akan dipanen, pohonnya ditebang dahulu pada
ketinggian 20 sampai 30 cm dari permukaan tanah. Batang kayu manis yang sudah
ditebang selanjutnya dilepas kulitnya mulai dari bagian atas batang sampai cabang –
cabang batang yang besar. Kemudian kulit batang yang sudah dipanen dijemur dibawah
sinar matahari selama 2 sampai 3 hari. Setelah kering, kulit akan tergulung dan kulit
siap dijual. Pohon kayu manis yang berukuran sedang dapat menghasilkan kulit batang
kayu manis kurang lebih 2,9 kg (Rismunandar, 2001).

2.6 Syarat Tumbuh Tanaman Kayu Manis

Tanaman Cinnamomum burmanni dapat ditanam di dataran rendah yang


tingginya lebih dari 500 meter dan dapat tumbuh di dataran tinggi yang ketinggiannya
kurang dari 1500 meter. Ketinggian tempat tanaman kayu manis yang ditanam harus
sesuai karena dapat berpengaruh pada kualitas kulit dan pertumbuhan tanaman. Faktor
lain yang harus diperhatikan dalam menanam kayu manis adalah intensitas hujan, suhu,
kelembapan dan sinar matahari. Intensitas hujan yang dibutuhkan tanaman ini yaitu

10
hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah yang cukup, berkisar antara 2000 –
2.500 mm/tahun. Intensitas hujan yang terlalu tinggi akan mempengaruhi hasil panen
rendemen yang rendah. Suhu yang cocok dan baik untuk tanaman kayu manis yaitu
pada suhu rata – rata 25oC, suhu maksimum 27oC dan minimumnya 18oC. Tanaman
kayu manis dapat tumbuh dengan baik pada kelembapan 70 – 90%, semakin tinggi
kelembapan maka semakin baik pertumbuhan dari tanaman ini. Sinar matahari yang
dibutuhkan tanaman berkisar antara 40 – 70%, sinar matahari yang cukup dapat
membantu proses fotosintesis dari tanaman. Tanaman kayu manis tumbuh baik pada
tanah yang banyak mengandung humus, remah, lempung berpasir. pH tanah yang
sesuai untuk tanaman ini adalah 5,0 sampai 6,5 (Qomar et al., 2018)

2.7 Kandungan dan Manfaat Daun Kayu Manis (C. burmani)

Kayu manis memiliki khasiat yang luar biasa. Kulit batang merupakan hasil
utama tanaman ini yang digunakan sebagai rempah.Selama ini kayu manis telah
dimanfaatkan ibu-ibu rumah tangga sebagai bumbu dapur dan bahan pembuatan jamu
karena aromanya yang harum menyengat serta rasanya yang manis sehingga cocok
sekali untuk campuran kue dan cake (Sutarno dan Atmowidjojo 2001).
Menurut penjelasan pakar obat-obatan herbal,Prof. Hembing Wijayakusuma,
kayu manis berkhasiat untuk obat asam urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu
makan, sakit kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah,
hernia, susah buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, dan lain-lain. Selain itu,
kayu manis memang memiliki efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan.
Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluh
keringat (diaphoretik), peluruh kentut (carminative), meningkatkan nafsu makan
(istomachica), dan menghilangkan sakit (Idris et al., 2019)
Saat ini kayu manis sudah menjadi bahan baku dalam industri kosmetik,
kecantikan dan parfum (Sutarno dan Atmowidjojo 2001).Selain itu kayu manis juga
mulai digunakan dalam dunia perikanan. Bagian dari kayu manis yang telah
dimanfaatkan sebagai bahan antibakteria pada budidaya ikan yaitu kulit batang, daun
dan minyak atsiri. Kulit kayu manis memiliki kandungan senyawa kimia flavanoid,

11
saponin, tanin dan alkanoid (Azima et al., 2004). Menurut Gunawan dan Mulyani
(2004) minyak atsiri Cinnamomum burmani mengandung sinamil aldehida, eugenol,
linalool, kariofilena, dan asam sinamat.

Menurut Sufriadi (2006), daun kayu manis mengandung alkanoid, flavonoid,


fenilik hidrokuinon, saponindan tannin. Salah satu cara daun kayu manis dalam
mengawetkan daging buah mahkota dewa ialah dengan menghambat tumbuhya bakteri.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Angelica (2013) bahwa etanol daun kayu manis
dapat menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Chang et al.,
(2001) menyatakan bahwa minyak daun kayu manis dengan konsentrasi 250 μg/ml
efektif menghambat pertumbuhan bakteri.

12
3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2021 di Kecamatan


Pelalawan Kabupaten Siak Provinsi Riau. Analisis sampel tanah dilakukan di
Laboratorium Tanah Universitas Malikussaleh dan Laboratorium Tanah Universitas
Sumatera Utara.

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor tanah, meteran, plastik
sampel, label, box, Global Positioning System (GPS), Double Ring Infiltrometer, balok
kayu, patok, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sendok stainless, pengaduk kaca, aplikasi
ArcGIS, seperangkat laptop, kamera dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perangkat uji tanah kering (PUTK), peta administrasi, peta
curah hujan, peta jenis tanah, peta penggunaan, peta kemiringan lereng, sampel tanah
dan air.
3.3 Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggambarkan, menganalisa dan


memberi informasi tentang keadaan dan sifat lahan yang ada di lapangan yang
berhubungan dengan kesesuaian lahan untuk tanaman porang. Penelitian ini dilakukan
dengan cara penelitian survei yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode
tertentu yaitu pengamatan dan pengukuran di lapangan serta analisis laboratorium
terhadap suatu daerah yang ditunjang dari informasi lain yang relevan. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian survei ini adalah pendekatan evaluatif.
Objek penelitian ditentukan dari hasil overlay 5 peta, yaitu peta adminstrasi peta
jenis tanah, peta cuah hujan, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan
Kecamatan Cingambul yang menghasilkan satuan peta tanah (SPT), kemudian
ditentukan titik pengambilan sampelnya dengan purposive sampling. Purposive

13
sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa lahan yang berada di
Kecamatan Pelalawan yang terdiri dari 13 desa. Sementara sampel yang digunakan
berasal dari satuan peta tanah (SPT) yang terbentuk. Dari setiap satu satuan peta tanah
yang terbentuk diambil sampel tanah secara komposit di beberapa titik dengan cara
acak dengan jarak 1,5 sampai 2 km setiap titik untuk dianalisis di laboratorium.
Penelitian survei didukung oleh data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan, baik itu pengukuran langsung di lapangan maupun analisis
di laboratorium. Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait. Analisis data
yang digunakan adalah perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan syarat
tumbuh tanaman.

3.3.1 Variabel penelitian


Variabel penelitian evaluasi kesesuaian lahan adalah sebagai berikut:

a. Parameter kesesuaian lahan untuk tanaman porang.

b. Faktor pembatas kesesuaian lahan terhadap tanaman porang.

c. Upaya perbaikan faktor pembatas.

3.3.2 Parameter yang diamati


a. Temperatur

Data temperatur diperoleh dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada
atau dapat diduga dari ketinggian tempat (elevasi) dari permukaan laut.
Pendugaan dilakukan menggunakan rumus Braak sebagai berikut:

T = 26,3°C – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6°C)

b. Ketersediaan air

Ketersediaan air ditentukan dari data curah hujan, lama bulan kering dan
kelembaban udara yang diambil dari instansi.

14
c. Ketersediaan oksigen

Ketersediaan oksigen berkaitan dengan drainase, yaitu pengaruh laju perkolasi


air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah. Menurut Hardjowigeno
dan Widiatmaka (2015), bahwa drainase menunjukkan kecepatan hilangnya air
dari tanah. Untuk mengukur laju drainase menggunakan alat double ring
infiltrometer. Kategori drainase adalah sebagai berikut:
Cepat : > 25 cm/jam
Agak cepat :12,5 - 25,0 cm/jam
Baik : 6,5 - 12,5 cm/jam
Sedang : 2,0 - 6,5 cm/jam
Agak terhambat : 0,5 - 2,0 cm/jam
Terhambat : 0,1 - 0,5 cm/jam
Sangat terhambat : < 0,1 cm/jam
d. Media perakaran

Kesesuaian media perakaran ditentukan dari tekstur tanah dan kedalaman tanah.
Tekstur tanah ditentukan sesuai dalam Ritung dkk. (2011). Bahan kasar
ditentukan oleh persentase kerikil (0,2 sampai 7,5 cm), kerakal (7.5 sampai 25
cm) dan batuan (lebih dari 25 cm) pada setiap lapisan tanah. Penentuan tekstur
di lapangan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Penentuan tekstur tanah di lapangan


No. Kelas Tekstur Sifat Tanah
1. Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola
dan gulungan, serta tidak melekat.
2. Pasir berlempung Sangat kasar, membentuk bola yang mudah
(LS) sekali hancur, serta agak melekat.
3. Lempung berpasir Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi
(SL) mudah hancur, serta agak melekat.

15
4. Lempung (S) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk
bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilat, dan melekat.
5. Lempung berdebu Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit
(SiL) digulung dengan permukaan mengkilat, serta
agak melekat.
6. Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh,
dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat, serta agak melekat.
7. Lempung berliat Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh
(CL) (lembab), membentuk gulungan tapi mudah
hancur, serta agak melekat.
8. Lempung liat Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
berpasir (SCL) teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi
mudah hancur, serta melekat.
9. Lempung liat Rasa licin jelas, membentuk bola teguh,
berdebu (SiCL) gulungan mengkilat, melekat.
10. Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam
keadaan kering sukar dipilin, mudah
digulung, serta melekat.
11. Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam
keadaan kering sukar dipilin, mudah
digulung, serta melekat.
12. Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila
kering sangat keras, basah sangat melekat.
Sumber: Ritung dkk. (2011).

Pengelompokan kelas tekstur tanah yang digunakan adalah sebagai berikut:

Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu

16
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung
liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus,

lempung, lempung berdebu, debu

Agak kasar (ak) : Lempung berpasir

Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung

Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1)

Kedalaman tanah diamati dengan menggunakan bor tanah. Menurut Ritung


dkk. (2011), bahwa kategori kedalaman tanah adalah sebagai berikut:
Sangat dangkal : < 20 cm
Dangkal : 20 - 50 cm
Sedang : > 50 - 75 cm
Dalam : > 75 cm
e. Retensi hara

Karakteristik lahan yang mempengaruhi retensi hara adalah kapasitas tukar


kation (KTK), kejenuhan basa (KB), pH dan bahan organik tanah yang dapat
diketahui melalui uji laboratorium.
f. Hara tersedia

Hara tersedia ditentukan dengan menganalisis kandungan N total, P2O5 dan


K2O yang dilakukan menggunakan perangkat uji di laboratorium.
g. Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi ditentukan berdasarkan kemiringan lereng pada lokasi


penelitian.
h. Penyingkapan lahan

Batuan permukaan merupakan volume batuan (%) yang dijumpai di


permukaan tanah. Batuan permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya
batu-batuan kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan

17
olah di lokasi penelitian. Cara mengukurnya adalah dengan melihat berapa
persen batu yang tersebar di permukaan tanah pada lokasi penelitian. Menurut
ukurannya batuan dibedakan menjadi kerikil (0,2 sampai 7,5 cm), kerakal
(7,5 sampai 25 cm), dan batuan besar (lebih dari 25 cm) (Ritung dkk., 2011).
Persentase bahan kasar dibedakan menjadi :

Sedikit : < 5%

Sedang : 5% - 15%

Banyak : 15% - 40%

Sangat banyak : > 40%

Diamati dengan ada tidaknya batuan tersingkap pada lokasi penelitian. Cara
mengukurnya adalah dengan melihat berapa persen batuan tersingkap di
permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam
dalam tanah di lokasi penelitian. Menurut Ritung dkk. (2011), menyebutkan
penyebaran batuan tersingkap dikelompokan sebagai berikut:
Sedikit : < 5% permukaan tanah tertutup
Sedang : 5 - 15% permukaan tanah tertutup
Banyak : 15 - 25% permukaan tanah tertutup
Sangat banyak : > 25% permukaan tanah tertutup

3.3.3 Pengumpulan data


Metode pengumpulan data terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan,
tahap pengumpulan data dan tahap penentuan batas satuan peta tanah. Tahap persiapan
meliputi kegiatan studi pustaka dan pengetahuan tentang data, alat serta perangkat
yang digunakan. Tahap persiapan dimaksudkan agar mengetahui dan memahami data
yang digunakan dalam penelitian sehingga akan memudahkan dalam pengumpulan
data dan dapat mengetahui ketersediaan atau kelengkapan data yang mendukung dalam
penelitian. Tahap pengumpulan data meliputi kegiatan mengumpulkan beberapa data
yang terdiri dari data primer dan sekunder yang merupakan data pendukung terkait

18
evaluasi kesesuaian lahan. Pengumpulan data primer meliputi data yang dapat diukur
di lapangan maupun analisis laboratorium. Data yang dapat diukur di lapangan berupa
parameter fisik yang meliputi: temperatur, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah,
drainase tanah, batuan di permukaan dan singkapan batuan. Data sekunder diperoleh
dari data yang sudah dikumpulkan orang lain atau instansi kemudian dipakai sebagai
pendukung data primer. Data sekunder tersebut antara lain peta administrasi, data
curah hujan, peta kemiringan lereng, data temperatur rata-rata tahunan, peta
penggunaan lahan dan peta jenis tanah. Tahap penentuan batas satuan peta tanah
meliputi kegiatan menumpangsusunkan (overlay) antara peta administrasi, peta
kemiringan lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan untuk
mendapatkan satuan peta tanah yang memiliki karakteristik yang sama, dimana
selanjutnya dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di laboratorium.

3.3.4 Pengambilan sampel


Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap karakteristik fisik lahan yang
membatasi kualitas penggunaan lahan. Karakteristik lahan yang diamati berupa batuan
di permukaan, singkapan batuan dan erosi. Untuk menetapkan sifat-sifat kimia yang
dipakai sebagai parameter penilaian kesesuaian lahan, diambil sampel tanah
perwakilan dari setiap satuan tanah untuk dianalisis di laboratorium. Pengambilan
sampel tanah dilakukan sesuai dengan metode pengambilan sampel tanah komposit,
yaitu dengan mengambil dari beberapa titik pada tiap satuan peta tanah kemudian
dicampurkan dan diambil 1 kg tanah sesuai satuan peta tanah tersebut. Pengambilan
dilakukan pada kedalaman 0 sampai 20 cm dengan menggunakan bor tanah. Titik
koordinat pengambilan sampel tanah terdapat 32 titik yang tersebar di setiap wilayah
satuan peta tanah. Titik koordinat pengambilan sampel tanah disajikan pada

3.3.5 Pengolahan data


Pengolahan data berupa kegiatan mengolah data mentah dan analisis tanah yang
dilakukan di laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut dalam rangka menjawab tujuan
penelitian. Data mentah berupa data hasil pengamatan di lapangan yang kemudian
disajikan sesuai kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan kesesuaiannya terhadap

19
tanaman. Uji laboratorium merupakan pengujian sampel tanah yang diperoleh di
lapangan kemudian diteliti di dalam laboratorium. Uji laboratorium dilakukan untuk
memperoleh data tentang sifat kimia tanah yang berupa hara tersedia, pH tanah,
kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Uji
laboratorium dilakukan di Laboratorium Tanah Universitas Sumatera utara dan
Laboratorium Tanah unuiversitas malikussaleh. Hasil dari analisis laboratorium ini
merupakan data primer mengenai kondisi tanah untuk kemudian diidentifikasi dan
diklasifikasikan sebagai bahan pertimbangan untuk kelas kesesuaian lahan pertanian
bagi budidaya tanaman porang di provinsi riau

3.3.6 Analisis data


Analisis data dilakukan dengan metode matching, yaitu membandingkan antara
kualitas dan karakteristik lahan yang diukur di lapangan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Dalam proses matching ini berlaku hukum minimum, yang
berarti kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor pembatas paling berat. Metode
matching ini umumnya dilakukan melalui teknik analisis tabulasi, dimana karakteristik
yang didapat dari lapangan dituangkan dalam bentuk tabel. Tabel karakteristik lahan
ini kemudian dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman sehingga dapat
diketahui tingkat kesesuaian setiap satuan lahan untuk tanaman porang. Hasil akhir
dari penelitian ini berupa uraian kesesuaian lahan berdasarkan kualitasnya untuk
tanaman porang serta pemetaan lahan untuk penanaman porang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anggrasari, H., Perdana, P., & Mulyo, J. H. (2021). KEUNGGULAN


KOMPARATIF DAN KOMPETITIF REMPAH-REMPAH INDONESIA DI
PASAR INTERNASIONAL. JURNAL AGRICA.
https://doi.org/10.31289/agrica.v14i1.4396
Apriyanto, A., & Lestari, N. D. (2020). ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA PGRI 4 PALEMBANG.
Jurnal Neraca: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Ekonomi Akuntansi.
https://doi.org/10.31851/neraca.v4i1.4312
Arda Humaira, F., & Rochdiani, D. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KAYU MANIS INDONESIA
FACTORS AFFECTING THE EXPORT VOLUME OF INDONESIAN
CINNAMON. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis.
Astika, R. Y., Fathnur, S. K., & Elisma. (2022). Uji Aktivitas Antiinflamasi Daun
Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Ilmiah
Manuntung.
Idris, H., Mayura, E., & M, W. (2019). Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Kayu
Manis (Cinnamomum burmanii). In Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat.
Qomar, M. S., Budiyanto, M. A. K., Sukarsono, S., Wahyuni, S., & Husamah, H.
(2018). EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN
KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii [Ness.] BI) TERHADAP
DIAMETER ZONA HAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
epidermidis. Jurnal Biota. https://doi.org/10.19109/biota.v4i1.1454
Rahmawati, E., Hodiyah, I., Kurniati, F., & Indriati, G. (2020). EFIKASI
PESTISIDA NABATI MINYAK KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma
(Blanco) Airy Shaw) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK
BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferrari). MEDIA PERTANIAN.
https://doi.org/10.37058/mp.v4i2.1360
Ridayanti, M., Rayes, M. L., & Agustina, C. (2020). EVALUASI KESESUAIAN
LAHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING DI
KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG. Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan. https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.18
Sen, A. (2010). Adam Smith and the contemporary world. Erasmus Journal for
Philosophy and Economics. https://doi.org/10.23941/ejpe.v3i1.39
Sofyan, R., Wahyunto, Agus, F., & Hidayat, H. (2007). Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan. Balai Penelitian Tanah Dan World Agroforestry Centre.
Susilowati, S. H., & Maulana, M. (2016). Luas Lahan Usaha Tani dan Kesejateraan

21
Petani: Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan Reforma Agraria.
Analisis Kebijakan Pertanian. https://doi.org/10.21082/akp.v10n1.2012.17-30

22

Anda mungkin juga menyukai