MPPI AET-4 200310108 MuhammadRaihanRamadhan
MPPI AET-4 200310108 MuhammadRaihanRamadhan
ILMU TANAH
Proposal penelitian
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Budidaya
Pertanian Program Studi Agroekoteknologi
Disetujui, Disetujui,
Dosen pembimbinng Dosen Pembimbing
Disetujui Disetujui
Dosen Penelaah Dosen Penelaah
Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
dan syukur penulis ucapkan kepada-nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan
hidayatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tuga Metedologi
penulisan karya ilmiahyang berjudul “survei tanah dan kesesuaian lahan tanaman kayu
manis ( cinnamomum verum) dilahan gambut ”. Shalawat dan salam penulis sampaikan
kepada nabi muhammad shalallahi alaihi wassalam yang telah membawa umatnya dari
zaman zahiliyah ke zaman Islamiyah seperti sekarang.
Ungkapan terima kasih dari penulis kepada Bapak Dr. Ismadi, S.P., M.Si,
selaku dosen matakuliah Metodologi penulisan karya ilmiah. Harapan besar penulis
semoga laporan ini bisa menjadi hal yang bermanfaat buat orang banyak dan bisa
menjadi rujukan untuk memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Reulet, 02-05-20223
iii
DAFTAR ISI
2
– tebing dan kaki pegunungan serta daerah aliran sungai (Idris et al., 2019).
Tanaman kayu manis dapat dijadikan tanaman konservasi karena tanaman ini
mempunyai perakaran yang dalam, dapat menembus lapisan kedap, dan
mempunyai massa relatif ringan. Tanaman kayu manis yang menghendaki curah
hujan yang tinggi dan berada di dataran tinggi cocok dengan keadaan iklim dan
topografi di Indonesia. Selain Indonesia masih menjadi produsen dan eksportir
utama kayu manis dengan pangsa pasar 25 % senilai US$ 25,4 juta. Luas areal
pertanaman kayu manis di Indonesia mencapai 135.000 ha dengan produksi
103.594 ton(Astika et al., 2022).
Kayu manis adalah rempah-rempah kuno dan tanaman aromatik esensial yang
memiliki aplikasi luas dalam penyedap,wewangian dan obat-obatan(Menggala dan
Damme, 2021), kulit kayu manis juga termasuk bumbu dapur tertua yang sering
dipakai untuk membuat makanan oleh ibu rumah tangga, kemudian dipakai untuk
menyembuhkan berbagai penyakit seperti, menurunkan gula darah, kolestrol,
antivirus, anti jamur, antiseptik, anti bakteri, antiparasit, dll.(Repi, 2017). Selain
mempunyai banyak manfaat kayu manis juga sudah terbukti menjadi barang
dagang yang memiliki andil cukup besar untuk pendapatan negara(Anggrasari et
al., 2021)
Tanaman kayumanis (cinnamomum burmanii) sudah lama dikembangkan di
Indonesia dan merupakan salah satu komoditi rempah yang menjadi barang
dagangan utama sejak zaman colonial. Komoditi ini di ekspor melalui Penang dan
Singapura dan hingga saat ini masih memiliki potensi di pasar regional dan
internasional. Tanaman ini merupakan komoditas unggulan, terutama di daerah
Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci dan lahan gambut, sebagai daerah sentra
produksi kayumanis Indonesia.Potensi pengembangan kayumanis di Indonesia
cukup besar karena didukung oleh sumber daya alam (lahan yang sesuai),
teknologi, tenaga ahli, ketersediaan sumber plasma nutfah, budidaya organik,
bentuk olahan yang lebih hilir, konsumsi dalam negeri yang meningkat, serta
tenaga kerja. (Rahmawati et al., 2020)
3
Kayu manis (Cinnamomum burmanii BL.) merupakan komoditas perkebunan
asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina,(Sen, 2010) Indonesia termasuk
didalamnya, yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Tanaman tahunan ini
memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Bagian yang dapat dimanfaatkan
di antaranya adalah kulit, batang, dahan, ranting, dan daun. Tanaman ini selain
digunakan sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri banyak
dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman,
rokok, dan sebagainya.
Komoditi kayu manis dipilih peneliti karena budidaya kayu manis di lahan
gambut jarang atau tidak pernah di kembangkan , akibat kurangnya minat petani
dalam melakukan penanaman kayu manis pascapanen hal ini dikarenakan harga
ditingkat petani tidak sesuai dengan biaya produksi dan biaya kebutuhan hidup
sehari-hari serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan petani
dan pembinaan budidaya kayu manis.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesesuianan lahan tanaman kayu
manis dilahan gambut dalam upaya pengembangan kayu manis dilahan gambut
Berdasarkan tujuan di atas maka hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat
dalam memberikan informasi kesesuaian lahan tanaman kayu manis yang akan
digunakan sebagai salah satu acuan pengembangan lahan gambut di sector pertanian
dalam pengembangan tanaman kayu manis.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lahan
5
2.2 Evaluasi Lahan
6
1. Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat
kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas,
yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam
kelas-kelas.
Kelas S1 sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor
dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 cukup
sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh
terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut
biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 sesuai marginal: Lahan mempunyai
faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan
yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal
tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau
pihak swasta. Kelas N lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat atau sulit diatasi. Sub kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas
kesesuaian lahan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan
kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang
menjadi faktor pembatas terberat, misal Sub kelas S3 rc, sesuai marginal dengan
pembatas kondisi perakaran (rc = rooting condition).
7
Klasifikasi Kayu Manis antara 5 – 15 m, kulitnya berwarna abu-abu tua dengan bau
yang khas dan kayunyaberwarna merah coklat muda.
Kayu manis (cinnamomum burmannii) adalah salah satu jenis dari
familiLauraceae yang digunakan untuk penelitian ini. Tanaman ini banyak ditemukan
di daerah sub tropis dan tropis. Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum
Burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang, dkk (2009)
mengatakan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah trans
sinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Penggunaan kayu
manis dapat diperluas dengan cara memanfaatkan batangnya menjadi karbon aktif.
Klasifikasi dari tanaman kayu manis menurut Agroteknologi, 2015 dalam
Qomar (2017) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni
Daun tunggal dengan tekstur kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai
daun 0,5 – 1,5 cm dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung, berbentuk
elips memanjang dengan panjang 4 – 14 cm dan lebar 1,5 – 6 cm, berujung runcing
dengan tepi rata, permukaan atas licin berwarna hijau, permukaan bawah bertepung
warnanya keabu-abuan. Daun mudah berwarna merah pucat. Bunganya berkelamin
ganda atau bunga sempurna dengan warna kuning.
Tanaman kayu manis digolongkan ke dalam jenis tanaman rempah – rempah
yang mempunyai banyak manfaat dan dapat digunakan sebagai obat tradisional.
Spesies tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) yang dikenal dunia ada sebanyak 54
spesies dan yang terdapat di Indonesia hanya 12 spesies dari jumlah keseluruhan. Tiga
spesies yang paling terkenal di pasar dunia yaitu spesies Cinnamomum burmanni yang
8
ada di Indonesia dikenal dengan nama cassiavera, di Sri Langka dan Seycelles terdapat
spesies Cinnamomum zeylanicum dan spesies Cinnamomum cassia dari China. Di
Indonesia tanaman kayu manis jenis Cinnamomum burmanni banyak dibudidaya di
daerah Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Indonesia merupakan negara
pengekspor kayu manis jenis Cinnamomum burmanni paling utama di dunia yang
mampu menguasai pasar dunia (Apriyanto & Lestari, 2020)
Tanaman kayu manis terdiri dari batang, daun, bunga dan buah. Tinggi dari
pohon ini berkisar antara 5 – 15 meter dan dapat tumbuh dengan ketinggian 2000 meter
dari permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah latosol, andosol, podsolik
merah kuning dan mediteran yang mempunyai topografi miring serta air tanah yang
dalam (Suriadi, 2006).
Batang kayu manis berwarna hijau kecoklatan, bercabang, memiliki kulit yang
berwarna abu – abu tua serta memiliki bau yang khas. Bagian kulit batang mengandung
dammar, lender dan minyak atsiri, kulit dari batang kayu manis ini yang banyak
dimanfaatkan. Daunnya tunggal, kaku seperti kulit, permukaan atas daun licin dan rata,
panjang daun 4 – 24 cm dan lebarnya 1,5 – 6 cm, bentuk daun meruncing pada bagian
ujung dan pangkal. Ruas daun memiliki tiga tulang daun yang tumbuh melengkung
dengan panjang ruas berkisar antara 0,5 – 1,5 cm. Daun yang masih muda akan
berwarna merah tua atau hijau ungu, sedangkan daun yang sudah tua akan berwarna
hijau (Rismunandar, 2001).
9
Bunga Cinnamomumm burmanni berwarna kuning, muncul dari sela – sela
daun, dan merupakan bunga majemuk yang memiliki kelamin sempurna dengan ukuran
yang kecil, benangsarinya berjumlah 12 helai, berambut halus, kotak sari memiliki
empat ruang. Buah Cinnamomum burmanni termasuk buah buni, berbiji satu dan
berdaging. Bentuknya bulat memanjang, panjangnya berkisar antara 1,3 – 1,6 cm
dengan diameter 0,35 – 0,75 cm, buah yang masih muda akan berwarna hijau
sedangkan buah yang sudah tua akan berubah warna menjadi ungu tua sampai hitam.
Biji buah Cinnamomum burmanni berukuran kecil (Qomar et al., 2018)
Kulit batang kayu manis merupakan produk utama yang dihasilkan oleh
tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan utama kulit batang kayu
manis adalah sinamaldehid yang memiliki aroma kuat. Bagian ini memiliki bau yang
khas aromatik, rasanya agak manis, pedas. Ketebalan dari kulit batang kayu manis
mencapai 3 mm atau lebih. Pada pengamatan secara langsung, potongan dari kulit
batang kayu manis berbentuk gelondong, dengan beberapa berkas yang terdiri atas
tumpukan potongan kulit (Ramadhani, 2017).
Kulit batang kayu manis yang akan dipanen, pohonnya ditebang dahulu pada
ketinggian 20 sampai 30 cm dari permukaan tanah. Batang kayu manis yang sudah
ditebang selanjutnya dilepas kulitnya mulai dari bagian atas batang sampai cabang –
cabang batang yang besar. Kemudian kulit batang yang sudah dipanen dijemur dibawah
sinar matahari selama 2 sampai 3 hari. Setelah kering, kulit akan tergulung dan kulit
siap dijual. Pohon kayu manis yang berukuran sedang dapat menghasilkan kulit batang
kayu manis kurang lebih 2,9 kg (Rismunandar, 2001).
10
hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah yang cukup, berkisar antara 2000 –
2.500 mm/tahun. Intensitas hujan yang terlalu tinggi akan mempengaruhi hasil panen
rendemen yang rendah. Suhu yang cocok dan baik untuk tanaman kayu manis yaitu
pada suhu rata – rata 25oC, suhu maksimum 27oC dan minimumnya 18oC. Tanaman
kayu manis dapat tumbuh dengan baik pada kelembapan 70 – 90%, semakin tinggi
kelembapan maka semakin baik pertumbuhan dari tanaman ini. Sinar matahari yang
dibutuhkan tanaman berkisar antara 40 – 70%, sinar matahari yang cukup dapat
membantu proses fotosintesis dari tanaman. Tanaman kayu manis tumbuh baik pada
tanah yang banyak mengandung humus, remah, lempung berpasir. pH tanah yang
sesuai untuk tanaman ini adalah 5,0 sampai 6,5 (Qomar et al., 2018)
Kayu manis memiliki khasiat yang luar biasa. Kulit batang merupakan hasil
utama tanaman ini yang digunakan sebagai rempah.Selama ini kayu manis telah
dimanfaatkan ibu-ibu rumah tangga sebagai bumbu dapur dan bahan pembuatan jamu
karena aromanya yang harum menyengat serta rasanya yang manis sehingga cocok
sekali untuk campuran kue dan cake (Sutarno dan Atmowidjojo 2001).
Menurut penjelasan pakar obat-obatan herbal,Prof. Hembing Wijayakusuma,
kayu manis berkhasiat untuk obat asam urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu
makan, sakit kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah,
hernia, susah buang air besar, asma, sariawan, sakit kencing, dan lain-lain. Selain itu,
kayu manis memang memiliki efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan.
Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluh
keringat (diaphoretik), peluruh kentut (carminative), meningkatkan nafsu makan
(istomachica), dan menghilangkan sakit (Idris et al., 2019)
Saat ini kayu manis sudah menjadi bahan baku dalam industri kosmetik,
kecantikan dan parfum (Sutarno dan Atmowidjojo 2001).Selain itu kayu manis juga
mulai digunakan dalam dunia perikanan. Bagian dari kayu manis yang telah
dimanfaatkan sebagai bahan antibakteria pada budidaya ikan yaitu kulit batang, daun
dan minyak atsiri. Kulit kayu manis memiliki kandungan senyawa kimia flavanoid,
11
saponin, tanin dan alkanoid (Azima et al., 2004). Menurut Gunawan dan Mulyani
(2004) minyak atsiri Cinnamomum burmani mengandung sinamil aldehida, eugenol,
linalool, kariofilena, dan asam sinamat.
12
3. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor tanah, meteran, plastik
sampel, label, box, Global Positioning System (GPS), Double Ring Infiltrometer, balok
kayu, patok, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sendok stainless, pengaduk kaca, aplikasi
ArcGIS, seperangkat laptop, kamera dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perangkat uji tanah kering (PUTK), peta administrasi, peta
curah hujan, peta jenis tanah, peta penggunaan, peta kemiringan lereng, sampel tanah
dan air.
3.3 Metode penelitian
13
sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa lahan yang berada di
Kecamatan Pelalawan yang terdiri dari 13 desa. Sementara sampel yang digunakan
berasal dari satuan peta tanah (SPT) yang terbentuk. Dari setiap satu satuan peta tanah
yang terbentuk diambil sampel tanah secara komposit di beberapa titik dengan cara
acak dengan jarak 1,5 sampai 2 km setiap titik untuk dianalisis di laboratorium.
Penelitian survei didukung oleh data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan, baik itu pengukuran langsung di lapangan maupun analisis
di laboratorium. Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait. Analisis data
yang digunakan adalah perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan syarat
tumbuh tanaman.
Data temperatur diperoleh dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada
atau dapat diduga dari ketinggian tempat (elevasi) dari permukaan laut.
Pendugaan dilakukan menggunakan rumus Braak sebagai berikut:
b. Ketersediaan air
Ketersediaan air ditentukan dari data curah hujan, lama bulan kering dan
kelembaban udara yang diambil dari instansi.
14
c. Ketersediaan oksigen
Kesesuaian media perakaran ditentukan dari tekstur tanah dan kedalaman tanah.
Tekstur tanah ditentukan sesuai dalam Ritung dkk. (2011). Bahan kasar
ditentukan oleh persentase kerikil (0,2 sampai 7,5 cm), kerakal (7.5 sampai 25
cm) dan batuan (lebih dari 25 cm) pada setiap lapisan tanah. Penentuan tekstur
di lapangan disajikan pada Tabel 2.
15
4. Lempung (S) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk
bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilat, dan melekat.
5. Lempung berdebu Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit
(SiL) digulung dengan permukaan mengkilat, serta
agak melekat.
6. Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh,
dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat, serta agak melekat.
7. Lempung berliat Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh
(CL) (lembab), membentuk gulungan tapi mudah
hancur, serta agak melekat.
8. Lempung liat Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
berpasir (SCL) teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi
mudah hancur, serta melekat.
9. Lempung liat Rasa licin jelas, membentuk bola teguh,
berdebu (SiCL) gulungan mengkilat, melekat.
10. Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam
keadaan kering sukar dipilin, mudah
digulung, serta melekat.
11. Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam
keadaan kering sukar dipilin, mudah
digulung, serta melekat.
12. Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila
kering sangat keras, basah sangat melekat.
Sumber: Ritung dkk. (2011).
16
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung
liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus,
17
olah di lokasi penelitian. Cara mengukurnya adalah dengan melihat berapa
persen batu yang tersebar di permukaan tanah pada lokasi penelitian. Menurut
ukurannya batuan dibedakan menjadi kerikil (0,2 sampai 7,5 cm), kerakal
(7,5 sampai 25 cm), dan batuan besar (lebih dari 25 cm) (Ritung dkk., 2011).
Persentase bahan kasar dibedakan menjadi :
Sedikit : < 5%
Sedang : 5% - 15%
Diamati dengan ada tidaknya batuan tersingkap pada lokasi penelitian. Cara
mengukurnya adalah dengan melihat berapa persen batuan tersingkap di
permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam
dalam tanah di lokasi penelitian. Menurut Ritung dkk. (2011), menyebutkan
penyebaran batuan tersingkap dikelompokan sebagai berikut:
Sedikit : < 5% permukaan tanah tertutup
Sedang : 5 - 15% permukaan tanah tertutup
Banyak : 15 - 25% permukaan tanah tertutup
Sangat banyak : > 25% permukaan tanah tertutup
18
evaluasi kesesuaian lahan. Pengumpulan data primer meliputi data yang dapat diukur
di lapangan maupun analisis laboratorium. Data yang dapat diukur di lapangan berupa
parameter fisik yang meliputi: temperatur, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah,
drainase tanah, batuan di permukaan dan singkapan batuan. Data sekunder diperoleh
dari data yang sudah dikumpulkan orang lain atau instansi kemudian dipakai sebagai
pendukung data primer. Data sekunder tersebut antara lain peta administrasi, data
curah hujan, peta kemiringan lereng, data temperatur rata-rata tahunan, peta
penggunaan lahan dan peta jenis tanah. Tahap penentuan batas satuan peta tanah
meliputi kegiatan menumpangsusunkan (overlay) antara peta administrasi, peta
kemiringan lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan untuk
mendapatkan satuan peta tanah yang memiliki karakteristik yang sama, dimana
selanjutnya dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di laboratorium.
19
tanaman. Uji laboratorium merupakan pengujian sampel tanah yang diperoleh di
lapangan kemudian diteliti di dalam laboratorium. Uji laboratorium dilakukan untuk
memperoleh data tentang sifat kimia tanah yang berupa hara tersedia, pH tanah,
kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Uji
laboratorium dilakukan di Laboratorium Tanah Universitas Sumatera utara dan
Laboratorium Tanah unuiversitas malikussaleh. Hasil dari analisis laboratorium ini
merupakan data primer mengenai kondisi tanah untuk kemudian diidentifikasi dan
diklasifikasikan sebagai bahan pertimbangan untuk kelas kesesuaian lahan pertanian
bagi budidaya tanaman porang di provinsi riau
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Petani: Eksistensi Petani Gurem dan Urgensi Kebijakan Reforma Agraria.
Analisis Kebijakan Pertanian. https://doi.org/10.21082/akp.v10n1.2012.17-30
22