ASESMEN PASIEN
Rumah Sakit Islam Namira
Nomor : 085/PAN/RANAP/DIR/RSI-N/VII/2022
Bismillahirrahmanirrahim
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
Nomor :085/PAN/RANAP/DIR/RSI-N/VII/2022
TENTANG
PANDUAN ASESMEN PASIEN
Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan, lindungan
dan ridho Allah SWT :
MENIMBANG : a. Bahwa Rumah Sakit Islam Namira sebagai Rumah Sakit Milik
Yayasan Rumah Sakit Namira Pancor Kabupaten Lombok Timur
perlu dikelola secara professional untuk terciptanya Rumah Sakit
yang unggul dan berkualitas dalam pelayanan
b. Bahwa untuk mencapai tujuan sebagaimana poin (1) serta
peningkatan mutu pelayaan, perlu adanya Panduan Asesmen
Pasien Rumah Sakit Islam Namira sebagai landasan bagi
seluruh penyelenggaran pelayanan di Rumah sakit Islam Namira
yang ditetapkan dalam keputusan direktur
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
6. Kepmenkes RI No 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman
Organisasi Rumah sakit Umum
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.03/1/0347/2013 tentang Penetapan Kelas Rumah
Sakit Islam Namira Pancor NTB
7
8. Keputusan Yayasan Rumah Sakit Namira Pancor
Nomor003/SK/YRSPN/08/2011 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Islam Namira
9. Keputusan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
IndonesiaNo.Kep-13/DSN-MUI/III/2017tentang Standar dan
Instrumen Sertifikasi Rumah Sakit Syariah DSN- MUI
10. Fatwa DSN-MUI Nomor: 107/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan prinsip
Syariah
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Namira tentang Panduan
Asesmen Pasien d i Rumah Sakit Islam Namira.
KEDUA : Panduan Asesmen Rumah Sakit Islam Namira ini merupakan
pedoman bagi seluruh petugas dalam menyelenggarakan
pelayanan di lingkungan Rumah Sakit Islam Namira.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya
Direktur
Rumah Sakit Islam Namira
9
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Namira
Nomor : 085/PAN/RANAP/DIR/RSI-N/VI/2022
Tanggal : 19 Juli 2022
Tentang : Panduan Asesmen Pasien
PASAL I
DEFINISI
1. Asesmen pasien: proses yang berjalan terus menerus hingga masalah kesehatan
pasien terselesaikan dimana Profesional Pemberi Asuhan (PPA) mengumpulkan
informasi/ data pasien baik subyektif maupun obyektif, melakukan analisis data
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan masalah kebutuhan pelayanan/ diagnosis
pasien dan menentukan suatu rencana pelayanan dan asuhan dengan sasaran yang
terukur.
2. Asesmen awal: proses pengumpulan informasi awal mengenai kebutuhan pelayanan
pasien terkait dengan kesehatan berupa data subyektif dan obyektif untuk
selanjutnya dianalisis serta menghasilkan rencana pelayanan awal sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan klinis yang diberikan kepada masing-masing
Profesional Pemberi Asuhan.
3. Asesmen ulang Pasien: proses dimana Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
mengevaluasi ulang pasien/ data pasien atas adanya perubahan kondisi klinis atau
perubahan yang signifikan setelah mendapat pelayanan yang telah diberikan
sebelumnya.
4. Asesmen Spiritual ialah proses pengumpulan informasi dan data mengenai kondisi
spiritual pasien, melalui assesmen spiritual awal, assesmen spiritual ulang dan
assesmen spiritual tambahan pasien
5. Profesional Pemberi Asuhan (PPA): profesi yang terlibat langsung memberikan
asuhan kepada pasien dalam proses asesmen, pemberian terapi medis dan
keperawatan, pemberian tindakan medis dan keperawatan, tindakan penunjang
medis/ bedah. PPA antara lain adalah dokter/ DPJP, perawat, bidan, ahli gizi,
apoteker, penata anestesi, fisioterapis
6. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP): dokter yang sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien memberikan asuhan medis lengkap
(paket) kepada satu pasien dengan satu patologi/ penyakit, dari awal sampai dengan
akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan
implemenasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
7. DPJP Utama: DPJP yang bertindak sebagai koordinator tim DPJP jika seorang
pasien dirawat oleh beberapa DPJP sehingga terlaksana asuhan medis
komprehensif, terpadu, efektif demi keselamatan pasien.
8. Case Manager/ Manajer Pelayanan Pasien: profesional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien, berkoordinasi dan berkolaborasi
dengan DPJP dan PPA lainnya, manajemen rumah sakit, pasien dan keluarganya,
pembayarnya, mengenai asemen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan,
evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien
dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang
tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya efektif
selama dan pasca rawat inap.
9. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yangtelah diberikan
kepada pasien.
11
PASAL II
RUANG LINGKUP
B. KEWENANGAN PELAKSANA
Yang dapat melakukan asesmen adalah Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang
kompeten, mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP),
Surat Penugasan Klinis (SPK) dan Rincian Kewenangan Klinis (RKK) dari Direktur
RS Islam Namira.
1. Dokter
Dokter dapat melakukan asesmen berupa anamnesis, pemeriksaan fisik,
permintaan pemeriksaan penunjang, merencanakan terapi dan mengevaluasinya
berdasarkan kompetensi, kewenangan klinis dan Panduan Praktik Klinis.
2. Perawat/Bidan
Perawat dapat melakukan asesmen berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik,
merencanakan intervensi keperawatan sesuai dengan kompetensi, kewenangan
klinis, dan berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan yang telah ditetapkan.
Yang dapat melakukan asesmen awal dan ulang keperawatan adalah perawat
atau bidan dengan tingkat kemampuan minimal Perawat Klinis(PK) I atau Bidan
Klinis (BK) I.
3. Fisioterapis
Fisioterapis melakukan asesmen awal fisioterapi maupun ulang atas permintaan
dari dokter/ DPJP.
4. Ahli gizi
Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi terhadap pasien rawat jalan (di Poli Gizi) dan
pasien rawat inap yang mendapatkan instruksi diet khusus dari DPJP/
permohonan perawat/bidan setelah melakukan skrining status gizi pasien dengan
menggunakan MST (Malnutrition Screening Tool).
5. Apoteker
Apoteker melakukan asesmen farmasi dan asesmen ulang farmasi.
C. WAKTU PELAKSANAAN
1. Asesmen awal pasien dilakukan pada saat pasien terjadi kontak pertama dengan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dan tercatat sebagai pengunjung/ pasien baru
di setiap unit pelayanan.
2. Asesmen awal rawat jalan (pasien poliklinik, IGD, hemodialisis, fisioterapi)
diselesaikan dalam kerangka waktu 10 – 15 menit setelah pasien menjalani
perawatan atau jika pasien datang dengan keluhan yang berbeda.
3. Asesmen awal rawat inap diselesaikan dalam waktu selambat-lambatnya 8 jam
(satu shift) jam sejak pasien masuk rumah sakit
4. Asesmen ulang pasien rawat jalan setiap pasien baru dan pasien yang sudah satu
tahun tidak berobat ke RS Islam Namira. Asesmen ulang rawat inap setiap hari
oleh perawat(setiap shift) dan diulang kembali setiap shift pergantian jaga
perawat.
13
5. Asesmen awal berisi data yang lebih lengkap, lebih terinci dibandingkan dengan
asesmen ulang. Data untuk asesmen ulang hanya data/ informasi singkat yang
berhubungan dengan keadaan pasien menjadi perhatian terapi/ perawatan.
6. Assesment khusus dan tambahan disesuaikan dengan keadaan atau kondisi
pasien saat dirawat di rumah sakit.
7. Hasil asesmen awal dan asesmen ulang memberikan rencana pengobatan/
perawatan/ pelayanan lebih lanjut pada pasien.
8. Asesmen ulang pasien dilakukan dengan menggunakan format SOAP di dalam
formulir CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) dalam kerangka
waktu yang ditelah ditentukan:
a. Pasien rawat inap dilakukan setiap 8 jam (Satu shift)
b. Pasien rawat jalan dilakukan paling lambat 30 hari
9. Semua hasil asesmen pasien baik asesmen awal dan ulang dicatat dalam
formulir yang tersedia sesuai dengan kondisi/ kebutuhan pasien dan disimpan
dalam berkas rekam medis pasien.
10. Pasien dan atau keluarga pasien diberikan informasi tentang hasil asesmen dan
diupayakan turut berpatisipasi dalam pengobatan/ perawatan/ pelayanan pasien.
Dengan demikian setiap hasil asesmen, rencana terapi/ perawatan diketahui dan
disetujui oleh pasien dan atau keluarga pasien. Hasil komunikasi dan edukasi
tersebut dicatat di formulir edukasi pasien dan keluarga dan jika diperlukan
untuk tindakan khusus dimintakan informed consent.
11. Jika diperlukan konsultasi dan memerlukan assessment tambahan atau
pemeriksaan penunjang tambahan yang tidak tersedia dirumah sakit islam
namira, maka pasien di rujuk ke luar rumah sakit yang memeiliki pemeriksaan
tersebut, dengan memberi penjelasan kepada pasien di lembar edukasi
terintegrasi.
15
pasien, tindakan di IGD, rencana tindak lanjut dan discharge planning.
d. Asesmen medis dilakukan oleh dokter IGD, asesmen keperawatan dilakukan
oleh perawat.
e. Jika diperlukan dokter IGD dapat meminta bantuan kepada bidan atau tenaga
PPA lainnya untuk melakukan asesmen pasien.
3. Asesmen Pasien di ruang rawat inap
Ketentuan asesmen awal di ruang rawat inap :
a. Pasien rawat inap yang mendapat asesmen awal adalah semua pasien rawat
inap di ruang perawatan (Ruang Orchid I, Orchi II, Orchid III, Dahlia, Bangsal)
b. Semua pasien rawat inap mendapat asesmen awal dalam waktu 8 jam (satu
shift) setelah pasien dinyatakan Masuk Rumah Sakit (MRS).
c. Asesmen awal rawat inap berisi identitas pasien, riwayat sosial ekonomi,
psikologis, data subyektif (keluhan utama, anamnesis) dan obyektif
(pemeriksaan penunjang laboratorium, radiologis, hasil patologi anatomi atau
lainnya), asesmen nyeri, resiko jatuh, gizi, asesmen fungsional, masalah medik
dan masalah keperawatan, rencana terapi medis-bedah, rencana keperawatan
dan discharge planning.
d. Asesmen khusus dilakukan pada pasien tertentu yang memerlukan rencana
pelayanan khusus akibat problem medis, keperawatan, psikososial yang
kompleks, beresiko medis/ sosial. Asesmen khusus dilakukan oleh PPA yang
berkompeten dan berwenang dibidangnya.
e. Selain melakukan asesmen awal keperawatan, perawat rawat inap juga
melakukan
1) Asesmen nyeri sesuai dengan kategori pasien
2) Asesmen resiko jatuh sesuai dengan kategori pasien
3) Skrining gizi dengan menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST).
Apabila diperlukan (berdasarkan permintaan perawat atau bidan), ahli gizi
akan melakukan asesmen gizi lanjutan padapasien
4) Asesmen fungsional tubuh
5) Asesmen sosial, ekonomi, psikologis, kepercayaan secara singkat
17
5. Penatalaksanaan baik rencana dan implementasi di bagian diagnosis, terapi,
monitoring, edukasi untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi.
6. Discharge planning yang berisi rencana tindak lanjut perawatan saat pasien
Keluar Rumah Sakit (KRS).
Meskipun pasien baru menjalani perawatan rawat inap, beberapa pasien perlu
dipersiapkan sedini mungkin rencana lanjutan perawatan setelah keluar rumah
sakit sehingga dapat dicegah komplikasi, readmisi dan kebutuhan asuhan
keperawatan/ pengobatan dapat dipenuhi berkesinambungan dan tuntas untuk
pasien tersebut. Isi asesmen ulang pasien berisi informasi singkat anamnesis,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan rencana dan
implementasi terapi/ keperawatan terhadap hal-hal yang menjadi perhatian/
prioritas pengobatan/ perawatan atau berisi hal baru yang bermakna yang dapat
merubah rencana terapi/ perawatan pasien. Isi asesmen ulang ditulis dalam
bentuk format SOAP.
PASAL III
TATALAKSANA
19
5. Dalam hal tertentu dokter IGD dapat meminta bantuan tenaga lain untuk
melakukan asesmen pasien seperti bidan, perawat ICU, dokter spesialis anestesi
untuk melakukan asesmen dan tindakan pengobatan/ perawatandi IGD.
21
menggunakan form asesmen nyeri dan form asesmen resiko jatuh sesuai dengan
umur/ keadaan pasien.
4. Discharge planning berisi rencana tindak lanjut pengobatan/ keperawatan setelah
keluar rumah sakit. Hanya pasien dengan kriteria tertentu yang perlu dilakukan
asesmen discharge planning.
Asesmen ulang rawat inap dilaksanakan oleh PPA (Profesional Pemberi Asuhan),
sesuai dengan ketentuan RS. Islam Namira dan sesuai dengan keadaan/ kebutuhan
pasien di formulir CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) rawat inap.
Pengisian catatan perkembangan pasien tersebut bersifat sangat ringkas, memuat
data terkini saat dilakukan asesmen ulang dan dicatat dalam format SOAP
(Subyektif, Obyektif, Asesmen, Planning).
SOAP berisi data :
S : Subyektif terdiri dari anamnese penyakit/ keluhan pasien
O : Obyek yang terdiri dari hasil pemeriksaan fisik, penunjang medik
A : Asesmen diagnosis kerja/ diagnosis yang didapatkan berdasarkan
data subyektif dan obyektif yang ada
P : Penatalaksanaan berisi rencana dan implementasi asuhan
(diagnosis, terapi, monitor, edukasi) yang diberikan
Perlu dicatat bahwa pencatatan SOAP tidak harus dengan tegas menyebut bagian –
bagian yang berisi komponen SOAP, tetapi isi catatan haruslah berisi komponen
SOAP.
Tata laksana asesmen awal rawat inap:
1. Pasien dilakukan asesmen awal rawat inap setelah menempati tempat tidur yang
telah ditentukan di ruang perawatan.
2. Perawat/ bidan melakukan asesmen awal lengkap pasien sesuai dengan umur/
keadaan penyakit pasien dengan menggunakan form asesmen awal yang sesuai
dalam waktu 8 jam(Satu shift) setelah MRS.
3. Bidan selain melakukan asesmen awal kebidanan dan kandungan pasien juga
melakukan asesmen awal bayi baru lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir.
4. Perawat atau bidan dapat bersama-sama melakukan asesmen awal dengan
DPJP.
5. DPJP melakukan asesmen awal lengkap sesuai dengan umur/ keadaan penyakit
pasien sesuai dengan form asesmen yang sama yang sesuai dalam waktu 24 jam
setelah pasien MRS.
6. Jika diperlukan DPJP dan perawat/ bidan melakukan asesmen tambahan/
khusus sesuai dengan keadaan/ penyakit pasien. Asesmen sakit terminal untuk
pasien dalam keadaan sakit terminal, asesmen partus untuk pasien partus, asesmen
restrain untyuk pasien restrain.
7. DPJP atau perawat/ bidan juga melakukan asesmen resiko jatuh, asesmen nyeri,
skrining awal status nutrisi.
8. Ahli gizi melakukan asesmen gizi jika diperlukan/ diminta konsultasi oleh DPJP
atau perawat/bidan; apoteker melakukan asesmen farmasi dengan menggunakan
form asesmen farmasi.
Tata laksana asesmen ulang rawat inap:
1. Pasien rawat inap dilakukan asesmen ulang oleh PPA (Profesional Pemberi
Asuhan) sesuai dengan kompentensi dan interval waktu yang ditentukan RS Islam
Namira (lihat di sub bab tata laksana asesmenulang).
2. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Perawatan) melakukan asesmen ulang pasien
di ruang perawatan didampingi oleh perawat/ bidan.
3. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) lainnya dapat melakukan asesmen ulang
secara mandiri.
4. Hasil asesmen ulang dicatat di form CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi) dengan format SOAP dan disimpan dalam berkas rekam medis
pasien.
5. Asesmen ulang nyeri dan asesmen ulang resiko jatuh menggunakan form yang
sudah disediakan sesuai dengan umur/ keadaan pasien.
23
2. Asesmen prabedah medis dilakukan oleh DPJP (dokter operator), asesmen
prabedah keperawatan dilakukan oleh perawat ruangan. Asesmen dapat
dilakukan sesaat sebelum tindakan operasi.
3. Asesmen prabedah medis rawat jalan berisi catatan ringkas yang bermakna
berkenaan dengan proses pembedahan yang akan dilakukan meliputi catatan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis utama
(diagnosis yang menjadi alasan pembedahan), nama tindakan/ operasi, dan jika
diperlukan persiapan khusus saat pembedahan. Selain itu juga dilakukan
penandaan lokasi operasi untuk daerah operasi yang mempunyai perbedaan sisi
(laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang
belakang).
4. Asesmen prabedah keperawatan berisi catatan ringkas status pasien termasuk
status sosial ekonomi, psikologis, anamnesis penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, masalah keperawatan dan rencana tindakan
keperawatan.
5. Formulir asesmen prabedah rawat jalan disimpan menjadi satu dengan berkas
rekam medis pasien.
6. Jika diperlukan tindakan dokter spesialis anestesi dalam operasi yang akan
dijalankan, dokter spesialis anestesi diperkenankan melakukan asesmen sesaat
sebelum dilakukan anestesi dan mencatat hasil asesmen di lembar asesmen
prabedah yang telah disediakan.
Ketentuan asesmen prabedah rawat inap:
1. Pasien yang akan menjalani pembedahan saat rawat inap mendapat asesmen
prabedah rawat inap dan dicatat di formulir asesmen prabedah rawat inap.
2. Asesmen medis prabedah dilakukan oleh DPJP (dokter operator), asesmen pra-
anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, asesmen keperawatan
prabedah dilakukan oleh perawat ruangan.
3. Asesmen medis dilakukan paling lambat 24 jam sebelum tindakan operasi,
asesmen keperawatan prabedah boleh dilakukan saat pasien berada di
instalasi bedah. Untuk kasus bedah emergensi/ cito ketentuan waktu minimal
dilakukannya asesmen prabedah dapat diabaikan.
4. Asesmen prabedah medis rawat inap berisi catatan ringkas yang bermakna
berkenaan dengan proses pembedahan yang akan dilakukan meliputi catatan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis utama
(diagnosis yang menjadi alasan pembedahan), nama tindakan/ operasi, dan jika
diperlukan persiapan khusus saat pembedahan/ pembiusan. Selain itu juga
dilakukan penandaan lokasi operasi untuk daerah operasi yang mempunyai
perbedaan sisi (laterality),multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple
level (tulang belakang).
5. Asesmen keperawatan prabedah berisi catatan ringkas status pasien termasuk
status sosial ekonomi, psikologis, anamnesis penyakit, pemeriksaan fisik (fungsi
B1 – B6), resiko jatuh, asesmen nyeri, asesmen fungsional, pemeriksaan
penunjang, masalah keperawatan dan rencana tindakan keperawatan.
6. Formulir asesmen prabedah rawat inap disimpan menjadi satu dengan berkas
rekam medis pasien.
Tata laksana asesmen prabedah rawat jalan:
1. Setelah memeriksa pasien di poliklinik dan memutuskan akan melakukan operasi,
dokter operator menghubungi instalasi bedah untuk mengkonfirmasi jadwal dan
jenis/ nama tindakan intervensi/ operasi dan persiapan khusus operasi jika
diperlukan dan memberikan surat pengantar operasi kepada pasien.
2. Pasien datang di hari yang telah ditentukan ke instalasi bedah dan dilakukan
asesmen prabedah rawat jalan.
3. Asesmen prabedah medis rawat jalan dilakukan oleh dokter operator dan
asesmen prabedah keperawatan dilakukan oleh perawat instalasi bedah dengan
menggunakan form asesmen bedah rawat jalan.
4. Berkas asesmen prabedah dan laporan operasi lainnya dikirim ke instalasi rekam
medis untuk dijadikan satu dengan berkas rekam medis pasien.
Tata laksana asesmen prabedah rawat inap:
1. Dokter operator atau perawat membuat jadwal operasi dan mengkonfirmasi
jadwal tersebut ke instalasi bedah. Selain menentukan jadwal operasi, dokter
operator atau dokter anestesi juga menentukan persiapan khusus yang perlu
dilakukan sebelum, selama, setelah pembedahan.
2. Pasien rawat inap yang menjalani pembedahan dilakukan asesmen prabedah
oleh DPJP (dokter operator), asesmen pra-anestesi oleh dokter spesialis anestesi
di ruang rawat inap minimal 24 jam sebelum tindakan operasi dengan
menggunakan form asesmen prabedah. Saat melakukan asesmen prabedah dokter
didampingi oleh perawat ruang rawat inap.
3. Dokter operator juga melakukan penandaan lokasi operasi jika diperlukan. Saat
penandaan lokasi operasi DPJP selain melibatkan perawat ruang rawat inap juga
melibatkan pasien/ keluarga pasien.
4. Asesmen keperawatan prabedah dilakukan oleh perawat ruangan.
5. Semua hasil asesmen dicatat di lembar asesmen prabedah, dijadikan satu
dengan berkas rekam medis pasien dan disertakan saat pasien dihantar ke
instalasi bedah.
25
3. Pasien yang mempunyai skore/ nilai MST ≥ 2 akan dikonsulkan ke bagian gizi.
Ahli gizi rumah sakit yang akan melakukan asesment status nutrisi dengan
lengkap.
4. Permintaan konsultasi gizi pasien rawat inap dapat dilakukan oleh DPJP, perawat
atau bidan.
5. Asesmen nutrisi lengkap rawat inap dilakukan ahli gizi dalam waktu 24 jam
setelah permintaan konsultasi dilakukan.
6. Form asuhan gizi berisi data antropometri, biokimia, fisik-klinik, riwayat gizi,
riwayat personal (sosial, ekonomi, budaya, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu), diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
Tata laksana asesmen status nutrisi:
1. Tata laksana asesmen status nutrisi rawat jalan:
a. Pasien dilakukan skrining status nutrisi oleh perawat/ bidan saat berobat di
poliklinik dengan menggunakan MST sesuai dengan kondisi/ umur pasien.
b. Jika hasil skrining MST ≥ 2 yang mengindikasikan pasien tersebut memiliki
problem nutrisi dan gizi, maka dibuatkan permintaan konsultasi nutrisi lebih
lanjut ke ahli gizi.
c. Di poli gizi, pasien dilakukan asesmen lengkap status gizi dan dilakukan
intervensi gizi dan dilakukan monitoring nutrisi dan status gizinya sesuai
dengan penyakit/ keadaan klinis pasien.
d. Asesmen gizi lanjutan dan intervensinya dicatat di formulir yang telah
disediakan
2. Tata laksana asesmen status nutrisi pasien rawat inap:
a. Pasien rawat inap dilakukan skrining status gizi dengan menggunakan MST
sesuai umur/ keadaan pasien.
b. Untuk pasien yang memiliki nilai skor MST ≥ 2, yang mengindikasikan pasien
tersebut memiliki problem nutrisi dan gizi maka pasien akan dikonsulkan lebih
lanjut kepada ahli gizi.
c. Perawat diberikan wewenang untuk langsung melakukan konsultasi gizi
pasien rawat inap ke ahli gizi.
d. Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi pasien lebih lanjut dalam waktu paling
lama 24 jam setelah permintaan konsultasi gizi diterima.
e. Asesmen nutrisi pasien lengkap menggunakan form asuhan gizi yang telah
disediakan.
f. Hasil perkembangan terapi gizi dicatat di CPPT (Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi).
g. Form asesmen nutrisi pasien rawat inap disimpan menjadi satu di berkas
rekam medis pasien.
F. TATA LAKSANA ASESMEN RESIKO JATUH
1. Asesmen resiko jatuh dilakukan oleh DPJP atau perawat/ bidan.
2. Asesmen resiko jatuh dilakukan pada pasien rawat jalan (IGD, poliklinik, unit
hemodialisa, unit rehabilitasi medik) dan rawat inap (ruang rawat inap, instalasi
bedah, ICU) dengan ketentuan:
a. Untuk pasien rawat jalan dilakukan penilaian resiko jatuh/ skrining awal dengan
menggunakan get up and go test. Untuk asesmen resiko jatuh yang lebih
mendetail mengikuti panduan asesmen awal rawat jalan, yaitu pasien yang
tercatat sebagai pengunjung/ pasien baru di poli tersebut, diagnosis pasien
yang berubah saat berkunjung ke poli, pasien yang berkunjung lagi di unit
tersebut setelah satu tahun, setiap pasien hemodialisa baik pasien baru
ataupun pasien lama yang menjalani terapi hemodialisa.
b. Untuk pasien rawat inap dilakukan penilaian resiko jatuh setiap awal pasien
MRS (8 pertama), setiap terjadi perubahan klinis (status fisik dan mental),
terjadi perubahan terapi yang mempunyai resiko mempertinggi resiko jatuh,
saat transfer pasien dari ruang perawatan ke ruang perawatan/ unit lain, saat
akan keluar rumah sakit (KRS).
3. Penilaian resiko jatuh dengan menggunakan metode pengukur sesuai dengan
umur pasien:
a. Nilai Jatuh Humpty Dumpty (Humpty Dumpty Fall Score) untukpasien usia 3
bulan hingga 14 tahun
b. Skala Jatuh Morse (Morse Fall Scale) untuk pasien usia 14 tahun hingga 65
tahun
c. Ontario Modified Stratify – Sidney Scoring untuk pasien usia 65 tahunkeatas
4. Jika hasil asesmen pasien rawat jalan menunjukkan resiko jatuh, dipasang pita
warna kuning di lengan pasien. Jika hasil asesmen pasien rawat inap
menunjukkan resiko jatuh sedang atau tinggi, dipasang kancing resiko jatuh
berwarna kuning di gelang identitas pasien.
5. Hasil asesmen resiko jatuh dicatat di formulir penilaian resiko jatuh yang sesuai
dengan umur pasien dan dijadikan satu dengan berkas rekam medis pasien.
27
b. Untuk pasien rawat inap dilakukan penilaian nyeri setiap awal pasien MRS (8
jam).
3. Penilaian nyeri dengan menggunakan metode pengukur yang sesuai dengan
umur atau kondisi pasien:
a. Face, Leg, Activity, Cry, Consolability (FLACC) Behavioural Pain Assessment
Scale untuk usia < 3 tahun
b. Wong Baker Faces Rating Scale (FACES) untuk usia > 3 tahun
c. Numeric Pain Rating Scale (NRS) untuk anak usia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakan dan
untuk pasien dewasa
d. Critical-care Observational Pain Tool (CPOT) digunakan pada pasien bayi,
anak dan dewasa di ruang rawat intensif/ kamar operasi/ ruang rawat inap
yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric Pain Rating Scale atau Wong
Baker Faces Pain Scale
4. Deskripsi nyeri juga perlu diperjelas:
a. Lokasi nyeri.
b. Kualitas dan atau pola penjalaran / penyebaran.
c. onset, durasi, dan faktor pemicu, faktor yang memperberat dan memperingan
d. riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektifitasnya.
e. efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari.
f. obat-obatan yang dikonsumsi pasien
g. Jika dilakukan terapi opioid untuk mengatasi nyeri, pasien juga dilakukan
penilaian kedalaman sedasi dengan menggunakan Pasero Opioid-Induced
Sedation Scale (POSS) score.
5. Asesmen ulang nyeri dilakukan pada:
a. melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
b. Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri,
setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun), pasien yang menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang
dari rumah sakit.
c. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat- obat intravena
d. Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah
pemberian obat nyeri.
6. Interval ulang asesmen nyeri:
a. 1 x tiap shift jaga perawat untuk nyeri ringan (skor 1 – 3)
b. Setiap 3 jam untuk nyeri sedang (skor 4 -6)
c. Setiap 1 jam untuk nyeri berat (skor 7 – 10)
d. Asesmen ulang dihentikan bila skor nyeri 0
e. Untuk pasien dengan nyeri kardiak (jantung), setiap 5 menit setelah pemberian
nitrat dan obat intravena
f. Setelah terapi nyeri:
1) 30 menit setelah terapi parenteral
2) 60 menit setelah terapi oral
3) 30 – 60 menit setelah terapi non farmakologis
7. Hasil asesmen nyeri dicatat di formulir asesmen nyeri yang sesuai dengan umur/
keadaan pasien dan disatukan dengan berkas rekam medis pasien.
29
mati rasa, perubahan warna kulit/ acral menjadi pucat/ sianosis, posisi tubuh tidak
berubah/ rigid, kadang-kadang pasien tiba-tiba menjadi lebih baik dari keadaan
tersebut.
5. Asesmen khusus dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan
perawat berkualifikasi PK2 atau atau bidan berkualifikasi BK2.
6. Dalam hal DPJP mengalami kesulitan melakukan asesmen dan penanganan lebih
lanjut, DPJP mengkonsulkan pasien kepada DPJP lain sesuai dengan penyakit/
kondisi pasien.
7. Hasil penilaian pasien dengan kebutuhan khusus tersebut dicatat dalam formulir
yang sesuai dan disatukan dengan berkas rekam medis pasien.
Tata laksana asesmen khusus:
a. Pasien yang teridentifikasi memiliki problem sehingga memerlukan asesmen
khusus, mendapatkan asesmen khusus sesuai kondisi yang ada.
b. Perawat kualifikasi PK2 tersebut melakukan asesmen khusus sesuai dengan
problem yang ada dengan menggunakan form yang ada.
c. Untuk DPJP, setelah melakukan asesmen awal dapat melakukan langsung
asesmen khusus sesuai dengan problem yang ada dengan menggunakan form
yang sesuai.
d. Hasil asesmen disimpan bersama berkas rekam medis lainnya.
31
b. Bimbingan Fikih Pasien
1) Pemberian bimbingan tentang bersuci, yakni dengan wudlu atau
tayammum(bersuci dengan debu sebagai ganti dari wudlu disebabkan
ketidaksanggupannya karena takut rasa sakit bertambah atau kesembuhan
semakin lama). Dalam pelaksanaannya jika tidak sanggup untuk
bertayammum sendiri, maka orang lain boleh mentayammumkannya.
Cara bertayamum: Pertama, membaca Niat :”Nawaitut tayammuma
listibahatissalati fardlollillahi ta’ala”. Kedua, letakkan kedua tangan pada
tembok/sprei/tirai yang diyakini ada debunya dan bersih dari kotoran dan
atau menggunakan tayammum pad yang telah disediakan. Ketiga,
usapkanlah kedua telapak tangan ke muka. Keempat, dilanjutkan mengusap
kedua belah tangan kita secara bergantian dimulai tangan kanan kemudian
tangan kiri.
2) Bimbingan yang diberikan bagi pasien yang tidak mampu melaksanakan
salat dengan sempurna (posisi dan bacaan), dikarenakan kondisi sakit yang
dideritanya. Pemberian bimbingan shalat ini disesuaikan dengan
kemampuan salat pasien meliputi posisi duduk, tidur miring, tidur berbaring,
atau dengan isyarat.
c. Bimbingan Fikih Wanita
Pemberian bimbingan terkait tentang haid, nifas, wiladah. Bimbingan ini
terutama diberikan pada pasien wanita yang dirawat di kamar bersalin (VK)
dan ruang nifas (Baitun Nisa 2/ pasien pasca melahirkan).
d. Bimbingan Doa
Pemberian bimbingan doa yang berhubungan dengan proses penyembuhan,
diantaranya : doa kesembuhan, doa sebelum minum obat, doa
sebelum/setelah tindakan operasi dan lain sebagainya.
e. Bimbingan membaca/menghafal Al Qur’an
Pemberian bimbingan membaca/menghafal ayat atau surat dalam Al Quran
bagi pasien dan atau keluarga selama masa perawatan di rumah sakit.
f. Motivasi keluarga pasien
Pemberian dorongan psikopsiritual dan emosional keluarga pasien untuk selalu
husnudzon dalam menerima kondisi sakit denganmenceritakan tentang hikmah
orang sakit, keutamaan orang sakit dan meyakinkan bahwa kesembuhan akan
didapat jika ada usaha serta diiringi dengan doa (memohon kesembuhan
kepada Allah SWT).
g. Anjuran bersedekah
Pemberian anjuran bagi pasien/keluarga untuk bersedekah dengan harapan
mendapatkan ridla Allah SWT sehingga memberikan kelancaran dalam proses
perawatan dan mendapat kesembuhan.
h. Pendampingan umum
Pemberian bimbingan dan konsultasi keislaman pasien sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan, yakni sekali selama masa perawatan di
rumah sakit
i. Pendampingan khusus
Pemberian bimbingan dan konsultasi keislaman pasien diluar ketentuan yang
telah ditetapkan. Pendampingan ini diberikan sesuai dengan permintaan
pasien
j. Ruqyah Syar’iyyah
Ruqyah Syar’iyyah merupakan metode terapi dengan membaca doa dan
bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan
kepada Allah SWT untuk mencegah atau mengobati bala dan penyakit. Terapi
ini menggunakan ayat-ayat alqur’an atau hadist shahih, tanpa mengubah
susunan kalimatnya dengan bahasa arab yang fasih, dibaca dengan jelas
sehingga tidak merubah dari makna yang asli.
k. Terapi salat tahajud
Terapi yang diberikan kepada pasien terutama pasien tahap terminal (oncology
center dan hemodialisa) dengan melaksanakan shalat tahajud. Terapi salat
tahajud ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
l. Terapi Dzikir
Terapi yang diberikan kepada pasien terutama pasien jiwa dengan membaca
istighfar, tasbih, tahlil, tahmid, asmaul husna, al qur’andan kalimah thayyibah
lainnya. Terapi ini dilakukan dengan harapan pasien mendapatkan ketenangan
hati dan fikiran sehingga mampu menjadikan jiwa pasien pulih dengan ridlo
Allah SWT.
m. Manajemen Nyeri Syari’ah
Suatu sistem pelayanan manajeman nyeri yang dilakukan di ruangan untuk
mengatasi masalah nyeri pasien selama perawatan secara syariah. Dalam
pelaksanaannya, pendampingan petugas Bimbingan Rohani Islam disesuaikan
kondisi nyeri yang dirasakan pasien:
1) Apabila dalam kondisi nyeri ringan pada skala 1-3 (sedikit mengganggu
aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien untuk memohon ampun kepada Allah
dengan mengucapkan istighfar “Astaghfirullahal ‘Azhim” berulangkali
2) Apabila dalam kondisi nyeri sedang pada skala 4-6 (gangguan nyata
terhadap aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien berdzikir dengan membaca
kalimat thayyibah sesuai kemampuan seperti mengucapkan tasbih
“Subhanallah”, tahmid “Alhamdulillah”, takbir “Allahu Akbar” atau tahlil “Laa
Ilaha Illallah” berulangkali
3) Apabila dalam kondisi nyeri berat pada skala 7-10 (tidak dapat melakukan
aktivitas sehar-hari), ajaklah pasien agar mengingat Allah dan menanamkan
sikap selalu husnuzhan kepada Allah
n. Quranic Healing
Terapi yang diberikan kepada pasien, terutama pasien ICU dengan
memperdengarkan ayat-ayat al-quran/ruqyah syar’iyyah lewat media audio
yang telah disediakan rumah sakit dengan harapan mudah- mudahan pasien
33
mendapatkan ridla Allah SWT sehingga diberikan kelancaran dalam proses
perawatannya di rumah sakit dan mendapat kesembuhan.
3. Pemantauan Ibadah salat pasien selama dirawat di rumah sakit Islam Namira
dengan mengingatkan waktu salat dan pelaksanaannya yang
pendokumentasiannya dapat dilihat dalam lembar edukasi dan informasi dengan
penandaan stempel mengingatkan pelaksanaan salat
MENGINGATKAN WAKTU SHALAT
DZUHUR ASHAR MAGRIB ISYA SUBUH
35
2) Pasien dengan hambatan untuk menjalankan ibadah
3) Pasien dengan kebutuhan konseling spiritual
4) Pasien dengan fase terminal dalam waktu yang lama
5) Pasien dengan kondisi sakaratul maut
6) Pasien hamil atau melahirkan tanpa status pernikahan
Berdasarkan masalah psikospiritual diatas, maka akan
dilakukantindaklanjut dan atau intervensi sebagai berikut :
a) Motivasi penerimaan sakit dan kesembuhan
b) Ruqyah syar’iyah
c) Bimbingan Dzikir
d) Bimbingan Doa
e) Bimbingan membaca/menghafal Alquran
f) Terapi shalat Tahadjut
g) Qur’ani Healing
h) Bimbingna Taharoh dan Shalat
i) Talqin
j) Fikih Wanita
k) Motivasi keluarga
l) Anjuran bersedekah
m) Terapi Dzikir
n) Manajemen nyeri syariah
37
3) Motivasi kesembuhan
Yakni pemberian dorongan untuk bertindak agar pulih dari keadaan sakit
dan menjadi sehat kembali. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menceritakan hikmah orang sakit, kebahagiaan orang sakit, keutamaan-
keutamaan orang sakit dan lain sebagainya.
b. Asesmen spiritual ulang
Asesmen spiritual ulang adalah Proses pengumpulan informasi dan data
mengenai status atau riwayat spiritual pasien dari data subyektif dan obyektif
yang dilakukan secara terus menerus pada saat di rawat jalan. Asesmen ulang
dilakukan untuk melihat respon pasien terhadap asuhan yang telah dilakukan.
Hal ini penting dilakukan untuk memutuskan rencana asuhan berikutnya.
c. Asesmen Spiritual Tambahan
Asesmen spiritual tambahan adalah proses pengumpulan informasi dan data
mengenai kondisi spiritual pasien pada populasi tertentu yang dilakukan sesuai
kebutuhan khusus pelayanan spiritual pasien pada saat di rawat jalan.
Asesmen tambahan diperlukan pada populasi tertentu yang disesuaikan
dengan keunikan atau kebutuhan khusus layanan spiritual.Adapun kriteria yang
masuk dalam populasi tersebut antara lain :
1) Pasien dengan gangguan emosional atau psikis berat
2) Pasien dengan hambatan untuk menjalankan ibadah
3) Pasien dengan kebutuhan konseling spiritual
4) Pasien dengan fase terminal dalam waktu yang lama
5) Pasien dengan kondisi sakaratul maut
6) pasien hamil atau melahirkan tanpa status pernikahan
Berdasarkan masalah psikospiritual diatas, maka akan dilakukan Edukasi
dan atau intervensi sebagai berikut:
a) Motivasi penerimaan sakit dan kesembuhan
b) Ruqyah syar’iyah
c) Bimbingan Dzikir
d) Bimbingan Doa
e) Bimbingan membaca/menghafal Alquran
f) Terapi shalat Tahadjut
g) Qur’ani Healing
h) Bimbingna Taharoh dan Shalat
i) Talqin
j) Fikih Wanita
k) Motivasi keluarga
l) Anjuran bersedekah
m) Terapi Dzikir
n) Manajemen nyeri syariah
d. Tatalaksana Asesmen Spiritual Pasien Rawat Jalan
Prosedur pelaksanaan asesmen spiritual pasien di rawat jalan sebagaiberikut :
1) Perawat menyiapkan formulir asessmen awal yang terdapat pada RM
asesmen awal untuk pasien rawat jalan.
2) Perawat melakukan identifikasi psikospiritual pasien dengan cara check list
sesuai yang tertulis dalam form assesmen awal yang meliputi :
a) Keyakinan agama pasien (perawat bertanya kepada pasien tentang
agama yang dianutnya
b) Kemampuan thoharoh dan ibadah (perawat menanyakan kemampuan
thoharoh dan ibadahnya)
c) Bimbingan spiritual pasien yang dibutuhkan (perawat menanyakan
kepada pasien bimbingan spiritual apa yang dibutuhkan
3) Perawat melakukan pengecekan pada formulir assesmen awal umum untuk
melihat identifikasi spiritual pasien jika pasien membutuhkan bimbingan
maupun motivasi, maka perawat akan melakukan assesmen spiritual ulang
yang terdapat pada form RM asesmen spiritual ulang dan tambahan Yang
meliputi:
a) Identitas pasien (tulislah nama, tanggal lahir, ruang, dan waktu
pelaksanaan assesmen ulang)
b) Thoharoh pasien (check list pada kolom wudhu/tayamum)
c) Ibadah pasien (check list pada kolom ibadah sebelum dan selama sakit)
4) Perawat memberikan asesmen spiritual tambahan jika menemukan pasien
dalam kondisi tertentu yang membutuhan layanan spiritual khusus dengan
cara :
a) Melakukan check list pada masalah spikospiritual pasien yangmeliputi :
• Pasien dengan kondisi emotional dan psikis berat
• Pasien dengan hambatan thoharoh
• Pasien dengan hambatan ibadah
• Pasien dengan kebutuhan konseling spiritual
• Pasien dengan vase terminal dalam waktu lama
• Pasien dengan kondisi sakaratul maut
• Pasien hamil atau melahirkan tanpa status pernikahan
b) Melakukan check list pada kolom tindaklanjut/rencana terapi yang
disediakan
5) Mintalah tanda tangan dan nama terang pasien atau keluarga pada kolom
yang tersedia
6) Perawat membubuhkan nama dan tanda tangan pada kolom yang
disediakan.
7) Perawat kemudian melaporkan ke petugas kerohanian untuk dilakukan
bimbingan spiritual
8) Perawat memasukkan formulir assesmen spiritual pasien muslim rawat
jalan pada status pasien.
9) Asesmen spiritual pasien muslim ni akan kembali dilakukan pada saat
pasien datang kontrol selanjutnya.
39
10) Jika pasien termasuk pasien kronis maka dilakukan asesmen ulang setiap
3 bulan.
Dalam pemberian terapi spiritual ini, petugas menggunakan metode; pertama,
demontrasi yakni berupa kajian/ceramah tentang hikmah sakit dan materi
keislaman lainnya. Kedua, diskusi, yakni dengan bimbingan secara personal ke
setiap pasien hemodialisa, dan Ketiga, leaflet, yakni dengan membagikan
edukasi Islami dalam bentuk leaflet dan atau buku kerohanian/buku panduan
muslimah.
3. Asesmen Spiritual Pasien Di Rawat Inap
Asesmen spiritual pasien di rawat inap ini, dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi dan data mengenai kondisi spiritual pasien melalui assesmen spiritual
awal dan asesmen spiritual tambahan pasien rawat inap. Pelaksanaan asesmen
dlakukan dalam 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
a. Asesmen spiritual awal
Asesmen awal adalah adalah suatu tindakan melakukan penelitian spiritual
awal pada saat pasien baru masuk ke ruang Rawat inap. Petugas melakukan
asesmen psikospiritual untuk menetapkan status kebutuhan spiritual pasien
(contoh: bimbingan ibadah, motivasi kesembuhan) dengan memperhatikan
keterangan yang telah diberikan di IGD/poliklinik dan atau dokter/perawat, yang
meliputi:
1) Identifikasi kondisi spiritual
a) Data umum (nama, umur, alamat, agama)
b) Pengkajian awal umum
c) Anamnesis
• Penerimaan Kondisi Sakit
Pertama, berisi tentang pernyataan pasien dan keluarga dalam
menerima kondisi sakit pasien, yaitu; menerima, tidak menerima,
tabah, sedih, sabar, mengeluh. Kedua, Ekspresi dari pasien, yaitu:
senyum, sedih, mengikuti nasihat, menolak nasihat, semangat, marah,
pasrah, cemas.
• Pelaksanaan Ibadah Shalat Pasien
Pertama, berisi pernyataan pasien dan keluarga tentang pelaksanaan
Ibadah Salat pasien baik sebelum atau setelah sakit dengan pilihan
jawaban displin, kadang-kadang, tidak. Kedua, berisi tentang media
bersuci (wudlu, tayammum) dan hafalan bacaan ( alfatihah, rukuk,
sujud, tasyahud)
b. Asesmen tambahan adalah proses pengumpulan informasi mengenai riwayat
spiritual pasien yang secara beekelanjutan dan dilakukan terus menerus
selama pasien dirawat inap. Dilakukan identifikasi kondisi spiritual pasien
sebagai berikut:
1) identitas pasien
2) anamnesis dan pemeriksaan,
3) tindaklanjut/rencana terapi
Tindakan rencana terapi spiritual yang akan diberikan kepada pasien
sesuai dengan hasil anamnesis. Tindak lanjut meliputi :
a) Motivasi Penerimaan sakit
b) Bimbingan Fikih Pasien
c) Bimbingan Fikih Wanita
d) Bimbingan Doa
e) Bimbingan membaca/menghafal Al Qur’an
f) Motivasi keluarga pasien
g) Anjuran bersedekah
h) Pendampingan umum
i) Pendampingan khusus
j) Ruqyah Syar’iyyah
k) Terapi Dzikir
l) Terapi shalat tahajud
m) Manajemen Nyeri secara syariah
Dalam pemberian terapi spiritual ini, petugas menggunakan satu/ beberapa
metode berikut; pertama, demontrasi yakni berupa kajian/ceramah tentang
hikmah sakit dan materi keislaman lainnya. Kedua, diskusi, yakni dengan
bimbingan secara personal ke setiap pasien dan Ketiga, leaflet, yakni
dengan membagikan edukasi Islami dalam bentuk leaflet dan buku
kerohanian/buku panduan muslimah.
4) pemantauan ibadah shalat lima waktu selama di Rumah Sakit Pemantauan
Ibadah salat pasien dengan mengingatkan waktu shalat (reminding shalat)
dan pelaksanaannya selama dirawat di Rumah Sakit Islam Namira.
Pendokumentasian ini dapat juga dilihat dalam lembar edukasi dan
informasi dengan penandaan stempel mengingatkan pelaksanaan shalat
dan dibubuhi tanda tangan petugas yang mengingatkan serta tanda tangan
keluarga/pasien yang.
c. Asesmen (pengkajian) Pasien Pulang
Asesmen yang diberikan bagi pasien pulang oleh petugas bimbingan rohani
Islam, meliputi:
1) Keadaan pasien ketika keluar, Pertama;kondisi ibadah (displin, kadang-
kadang, tidak) Kedua; konsisi psikospiritual (menerima,mengeluh, menolak)
2) Pemberian saran/rencana tindak lanjut Setelah melakukan asesmen
spiritual lanjutan, petugas bimbingan rohani Islam melakukan asesmen
pulang dengan memberikan saran/rencana tindak lanjut sesuai dengan
kondisi akhir pasien
3) Pemberian edukasi Islami Petugas bimbingan rohani Islam memberikan
edukasi Islami dengan memberikan leaflet/buku kerohanian/ buku panduan
41
muslimah.
d. Tatalasana asesmen spiritual pasien rawat inap
1) Siapkan formulir assessmen awal yang terdapat pada formulir RM asesmen
spiritual pasien Rawat inap
2) Lakukan identifikasi psikospiritual pasien dengan cara check list sesuai
yang tertulis dalam form assesmen awal yang meliputi :
a) Keyakinan agama pasien (perawat bertanya kepada pasien tentang
agama yang dianutnya.
b) Kemampuan thoharoh dan ibadahnya
c) Bimbingan spiritual pasien yang dibutuhkan (perawat menanyakan
kepada pasien bimbingan spiritual apa yanag dibutuhkan)
3) Lakukan pengecekan pada formulir pengkajian awal umum untuk melihat
identifikasi spiritual pasien. Jika pasien membutuhkan pendampingan
spiritual maupun motivasi, maka petugas kerohanian akan melakukan
asesmen spiritual lanjutan pasien muslim rawat inap yang meliputi:
a) identitas pasien
b) anamnesis dan pemeriksaan,
c) tindaklanjut/rencana terapi
d) pemantauan ibadah shalat lima waktu selama di Rumah Sakit
4) Lakukan asesmen spiritual pasien pulang, dengan melakukan chek list
pada kolom kondisi ibadah pasien dan kondisi psiko- spiritual pasien.
5) Lakukan chek list pada kolom edukasi islami sesuai buku yang diberikan
kepada pasien
6) Mintalah tanda tangan dan nama terang pasien atau keluarga pada kolom
yang tersedia
7) Bubuhkan nama dan tanda tangan petugas kerohanian pada kolom yang
disediakan.
8) Masukkan form formulir assesmen spiritual pada rekam medispasien
43
PASAL IV
DOKUMENTASI
Direktur
Rumah Sakit Islam Namira