Anda di halaman 1dari 18

KONSTRUKSI

BETON BERTULANG
BALOK BERTULANGAN RANGKAP
(BERTULANGAN TARIK DAN TEKAN)

Tulangan tekan diperlukan:


▪ Meningkatkan momen ketahanan penampang karena
dimensi penampang yang terbatas
▪ Meningkatkan kapasitas rotasi yang berkaitan
dengan peningkatan daktalitas penampang
▪ Merubah mode keruntuhan tekan menjadi tarik,
dengan demikian keruntuhan getas dapat dihindari.
▪ Meningkatkan kekakuan penampang, sehingga dapat
mengurangi defleksi struktur
▪ Kemudahan fabrikasi. Khususnya dalam merangkai
tulangan geser
Balok dengan Tulangan Tekan
• Pengaruh Tulangan Tekan pada Kekuatan dan Perilaku Balok
(a) Balok dengan tulangan tarik saja (b) Balok dengan tulangan tarik dan tekan

• semua gaya tekan yang terjadi • gaya tekan C ditahan baik oleh beton
akan ditahan oleh beton (=Cc) maupun oleh tulangan tekan (=Cs)

nilai lengan momen j2d tidaklah jauh berbeda dengan j1d,


sehingga kapasitas momen nominal penampang dengan
tulangan tekan tidaklah jauh berbeda dengan kapasitas momen
nominal penampang tanpa tulangan tekan.
ANALISIS BALOK BERTULANGAN RANGKAP
c=0,003 0,85.f’c
Cs = As’.fs
d’ ½.a
As’ c ’s= f’s /Es a=1.c
Cc=0,85.f’c.a.b

h d

As
s = fs/Es
Ts = As.fs Ts = As.fs
b
Penampang Diagram Diagram
Regangan Gaya
Tegangan
Analisis Balok dengan Tulangan Tarik dan Tekan

(e) Balok I (f) Balok II

Dalam analisis balok bertulangan ganda (tarik dan tekan) dibagi/dipecah menjadi:

Balok I : yang terdiri atas tulangan tekan dan tulangan tarik dengan jumlah
secukupnya sehingga T1=Cs

Balok II : yang terdiri atas daerah tekan beton dan sisa tulangan Tarik
(As2 = As – As1)
Dengan notasi sebagai berikut
b = lebar balok
d = tinggi dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik
d’ = tinggi dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan
As = luas tulangan tarik
As’ = luas tulangan tekan
c = tinggi serat tekan terluar ke garis netral
a = tinggi blok tegangan tekan ekivalen
fs = tegangan tarik baja
fs’ = tegangan tekan baja
fc’ = Kuat tekan beton
u = regangan beton
s = regangan tarik baja
s’ = regangan tekan baja
Cs = resultan gaya tekan baja tulangan
Cc = resultan gaya tekan beton
Ts = resultan gaya tarik baja tulangan
Es = modulus elastisitas baja
Masing-masing resultan gaya dalam yang terjadi pada
keadaan ultimit adalah sebagai berikut
a. Gaya tekan pada beton Cc = 0,85.f’c.a.b
b. Gaya pada tulangan tekan Cs = As’.fs’
c. Gaya tarik pada tulangan tarik Ts = As.fs
Pada desain balok maupun kolom maka tegangan baja diidealisasikan
dengan diagram bilinier untuk mempermudah perhitungan

fs fs

fy fy

y s y s
Diagram tegangan regangan aktual Diagram tegangan regangan yang
telah diidealisasi
Dengan adanya idealisasi di atas maka bila regangan baja (baik
tulangan tarik maupun tekan) sudah mencapai leleh yaitu s≥ y maka
tegangan baja menjadi fs=fy, sehingga resultan gaya pada tulangan
harus diubah menjadi
a. Gaya tekan pada tulangan tekan bila telah leleh Cs = As’.fy
b. Gaya tarik pada tulangan tarik bila telah leleh Ts = As.fy

Dengan adanya kondisi leleh dan tidak leleh dari tulangan tekan maupun tulangan tarik,
maka ada 4 kemungkinan terjadinya kondisi ultimit pada balok dengan tulangan ganda,
yaitu
1. Tulangan tarik dan tekan sudah leleh
2. Tulangan tarik leleh sedangkan tulangan tekan belum
3. Tulangan tarik maupun tulangan tekan belum leleh
4. Tulangan tarik belum leleh sedangkan tulangan tekan sudah leleh
 Keadaan yang paling sering terjadi adalah keadaan 1 dan 2, sedangkan keadaan 3 jarang
terjadi dan keadaan 4 hampir tidak pernah terjadi
 Untuk berbagai kondisi dari equilibrium gaya statis maka dapat disusun
Cc + Cs = Ts
 Untuk perhitungan analisa balok tulangan ganda harus melalui kondisi 1 dulu, baru
setelah diperiksa kelelehan ternyata terjadi kondisi yang lain, maka harus beralih ke
kondisi yang baru itu
 Cara pemeriksaan kelelehan dilakukan sebagai berikut
 Untuk regangan tulangan tekan
c − d' a − β1d '
ε s ' = 0,003 = 0,003
c a
 Untuk regangan tulangan tarik

d−c d.β1 − a
ε s = 0,003 = 0,003
c a
 Tegangan pada tulangan dihitung dengan

 Untuk tegangan tulangan tekan


fs’ = s’.Es bila s’ < y → belum leleh
fs’ = fy = y’.Es bila s’ ≥ y → sudah leleh
 Untuk tegangan tulangan tarik
fs = s.Es bila s < y → belum leleh
fs = fy = y .Es bila s ≥ y → sudah leleh
KONDISI 1
 Tulangan tarik dan tulangan tekan sudah leleh, sehingga
persamaan kesetimbangan gaya statis menjadi
Cc +Cs = Ts
0,85.f’c.a.b + As’.fy = As.fy
(As − A s ' )f y
a=
0,85.f'c .b
setelah dihitung blok tekan maka harus dicek dulu kelelehannya
 Bila sudah leleh semua maka perhitungan dilanjutkan ke perhitungan
momen kapasitas balok nominal
Mn = 0,85.f’c.a.b.(d - ½.a) + As’.fy.(d - d’)
 Bila salah satu atau keduanya ternyata belum, maka harus dicoba kondisi
2
KONDISI 2
 Tulangan tarik sudah leleh sedangkan tulangan tekan belum leleh, sehingga persamaan
keseimbangan gaya statis menjadi
Cc + Cs = Ts
0,85.f’c.a.b + As’.fs’ = As.fy
c − d'
ε s ' = 0,003
c
c − d'
0.85.f 'c .a.b + A's .0,003 .E s = A s .f y
c
 Kedua suku dikalikan dengan c, maka

0.85.f c '.a.b.c + A's .0,003.E s (c − d' ) = A s .f y .c


 Disusun persamaan kuadrat dalam c menjadi

(0.85.f c '.b.c.β1 )c + A's .0,003.E s .c − A's .0,003.E s .d' − A s .f y .c = 0

(0.85.f 'c .b.β1 )c 2 + (A's .0,003.E s − A s .f y ) c − (A's .0,003.E s .d' ) = 0


(0.85.f 'c .b.β1 )c 2 + (A's .0,003.E s − A s .f y ) c − (A's .0,003.E s .d' ) = 0

 Maka nilai c dapat dihitung dengan rumus ABC

 Dengan − B + B2 − 4AC
c=
A = 0,85.f’c.b. 1 2A
B = A’s.0,003.Es – As.fy
C = -A’s.0,003.Es.d’
 a = 1..c
 Bila asumsi kondisi 2 benar maka bisa dilanjutkan dengan perhitungan
berikut ini
Mn = 0,85.f’c.a.b(d - ½.a) + As’.fs’.(d - d’)
 Bila asumsi salah harus dilakukan asumsi ulang untuk kondisi 3.
KONDISI 3
 Tulangan tarik belum leleh dan tulangan tekan juga belum leleh, sehingga
persamaan keseimbangan gaya statis menjadi
Cc + Cs = Ts
0,85.f’c.a.b + As’.fs’ = As.fs

c − d' d−c
ε s ' = 0,003 ε s = 0,003
c c
c − d' d−c
0.85.fc '.a.b + A s '.0,003 .E s = A s .0,003 .E s
c c
 Kedua suku dikalikan dengan c, maka

0.85.fc '.a.b.c + A's .0,003.Es (c − d' ) = As .0,003.Es .(d − c)


 Disusun persamaan kuadrat dalam c menjadi

(0.85.fc '.b.c.β1 )c + A's .0,003.Es .c − A's .0,003.Es .d' = As .0,003.Es .d - As .0,003.Es .c

(0.85.f 'c .b.β1 )c 2 + (A's .0,003.E s + A s .0,003.E s ) c − (A's .0,003.E s .d'+ A s .0,003.E s .d) = 0
(0.85.f 'c .b.β1 )c 2 + (A's .0,003.E s + A s .0,003.E s ) c − (A's .0,003.E s .d'+ A s .0,003.E s .d) = 0

 Maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC

− B + B2 − 4AC
 Dengan c=
A = 0,85.f’c.b.1
2A
B = As’.0,003.Es + As. 0,003.Es
C = -0,003.Es.(A’s.d’ + As.d)
 a = 1. .c
 Bila asumsi kondisi 3 benar maka bisa dilanjutkan dengan perhitungan
berikut ini
Mn = 0,85.f’c.a.b(d - ½.a) + As’.fs’.(d - d’)
 Bila asumsi salah harus dilakukan asumsi ulang untuk kondisi 4
KONDISI 4
 Tulangan tarik belum leleh sedangkan tulangan tekan sudah leleh, sehingga
persamaan keseimbangan gaya statis menjadi
Cc + Cs = Ts
0,85.f’c.a.b + As’.fy = As.fs

d−c
ε s = 0,003
c
d−c
0.85.fc '.a.b + A's .f y = A s .0,003 .E s
c
 Kedua suku dikalikan dengan c, maka
d−c
0.85.fc '.β1.c.b + A's .f y = A s .0,003.Es .
c
 Disusun persamaan kuadrat dalam c menjadi

0.85.f c '.β1.b.c 2 + A s '.f y .c = A s .0,003.E s (d − c)

(0.85.f c '.b.β1 ) c 2 + (A's .f y + A s .0,003.E s ) c − A s .0,003.E s .d = 0


(0.85.f c '.b.β1 ) c 2 + (A's .f y + A s .0,003.E s ) c − A s .0,003.E s .d = 0
 Maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan memakai rumus
plusnya saja
− B + B2 − 4AC
 Dengan c=
2A
A = 0,85.f’c.b.1
B = A’s.fy + As.0,003.Es
C = -0,003.Es.As.d
 a = 1. .c
 Bila asumsi kondisi 4 benar maka bisa dilanjutkan dengan perhitungan
berikut ini
Mn = 0,85.f’c.a.b.(d - ½.a) + A’s.fy.(d - d’)
 Bila asumsi salah maka kemungkinan besar ada kesalahan perhitungan pada
kondisi-kondisi yang ditinjau
 Bila sudah didapat momen kapasitas sesuai dengan kondisi yang
ada, maka dapat dihitung momen tahanan atau momen resistan

MR = .Mn
 Dengan  untuk lentur balok sebesar 0,80, maka

MR = 0,8.Mn

Anda mungkin juga menyukai