Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN TUGAS AKHIR

Analisa Peredaman Harmonisa Dengan Filter Aktif Di


PT.Salim Ivomas Pratama Dengan Simulasi Program PSIM

Disusun Oleh:

………………Saobri Nur Cahyadi 1451900053

………………

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2022/2023
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Nama : Saobri Nur Cahyadi

NBI : 1451900053

PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS : TEKNIK

JUDUL : Analisa Peredaman Harmonisa Dengan


Filter Aktif Di PT.Salim Ivomas Pratama
Dengan Simulasi Program PSIM

Menyetujui,
Dosen Pembimbing <1> Dosen Pembimbing <2>

Aris Heri Andriawan,ST.,MT Reza Sarwo WIdagdo,STr.T.,MT


NPP. 20450.03.0558 NPP. 20450.22.0860

Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Elektro

Nama Beserta Gelar Puji Slamet,ST .,MT


NPP. <nomor > NPP. 20450.11.0601

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Saobri Nur Cahyadi


NBI : 1451900053
Program Studi : Teknik Elektro

Menyatakan bahwa sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir yang


berjudul:

“Analisa Peredaman Harmonisa Dengan Filter Aktif Di PT.Salim


Ivomas Pratama Dengan Simulasi Program PSIM”

Adalah benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa


menggunakan bahan-bahan yang tidak diizinkan, dan bukan merupakan
karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang
dikutip maupun yang dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar
Pustaka.

Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima


sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, tanggal bulan tahun


Penulis

Materai

Saobri Nur Cahyadi


NBI. 1451900053

ii
(KOP PERPUSTAKAAN)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Sebagai Civitas Akademika Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
NBI/NPM :
Program Studi :
Jenis Karya :

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan


kepada Badan Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Hak Bebas
Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty-Free Right), atas karya saya yang
berjudul:

“<JUDUL TUGAS AKHIR>”

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty-Free


Right), Badan Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya berhak
menyimpan, mengalihkan media atau memformatkan, mengolah dalam
bentukpangkalan data (database), merawat, mempublikasikan karya ilmiah selama
tetap tercantum.

Dibuat di : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya


Pada tanggal : tanggal bulan tahun.

Yang Menyatakan,

Materai

<Nama>
NBI. <NBI>

iii
ABSTRAK

Plant Boiler Batubara di PT. Salim Ivomas Pratama merupakan plant untuk
membuat steam, hampir semua kegiatan dalam proses produksi minyak goreng
dan margarin memanfaatkan energi listrik, seperti motor listrik submersible dan
sentrifugal dengan pengendali, komputer, ac inverter, dan masih banyak lainnya
yang termasuk beban non-linier.Beban nonlinier merupakan beban listrik yang
korelasi antara tegangan dengan arusnya tidak seimbang, beban non-linier ini
akan mengakibatkan gangguan harmonisa pada sistem tenaga listrik yang
menyebabkan berkurangnya masa pakai peralatan listrik.Harmonisa diartikan
sebagai distorsi frekuensi tegangan dan arus yang tidak sinusoidal dari frekuensi
murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif desain filter
aktif yang disimulasikan dengan program PSIM dalam meredam harmonisa
dengan beban non linier 3 buah vsd yang disambungkan pada motor induksi
55KW, 0,37KW, dan 7,5KW.Hasil pengukuran dan analisa menunjukan adanya
harmonisa pada panel SDP dengan nilai harmonisa arus untuk phasa R sebesar
26,6%, phasa S sebesar 27,5%, dan phasa T sebesar 25,5 %, setelah
dibandingkan dengan standar harmonisa, semua phasa melebihi standart SPLN
dengan nilai standar 20%. Maka diperlukan adanya peredaman harmonisa
dengan filter aktif, setelah mendesain sebuah filter aktif dan disimulasikan pada
program PSIM hasil simulasi menunjukkan bahwa harmonisa arus mengalami
perubahan untuk phasa R sebesar 3,3%, phasa S sebesar 4,0%, dan phasa T
sebesar 3,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa desain dari filter aktif cukup efektif
dalam meredam sebuah harmonisa, untuk selanjutnya di aplikasikan secara
nyata di PT.Salim Ivomas Pratama dalam meredam harmonisa di plant boiler
batubara.

Kata kunci: Filter Aktif, Harmonisa, Plant Boiler Batubara

iv
KATA PENGANTAR

Kata pengantar adalah ucapan yang bersifat pribadi penulis yang dapat berisi
alasan penulisan tugas akhir, ucapan terima kasih, ucapan rasa syukur, dll. Pada
akhir kata pengantar pada bagian kanan bawah dituliskan nama kota, bulan serta
tahun berakhirnya tulisan tugas akhir,
Daftar isi berisi rincian isi seluruh bagian bab,sub-bab, dimulai dari kata
pengantar sampai dengan lampiran.
Daftar gambar dan tabel berisi seluruh tabel. Untuk penulisan sama halnya
dengan daftar isi. Setiap tabel diberi nomor halaman.

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR.............................................................i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR.......................................ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI.................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Kontribusi Penelitian..................................................................................2
1.5. Batasan Masalah.........................................................................................2
1.6. Sistematika Penulisan.................................................................................2
BAB II. DASAR TEORI...........................................................................................4
2.1. State of The Art (Penelitian Sebelumnya yang Mendasari Judul Penelitian)
4
2.2. Teori-teori Pendukung Lainnya (Contoh Pembahasan Mendeley dan
Pustaka).................................................................Error! Bookmark not defined.
2.3. Analisis dan Kesimpulan Pengambilan Judul Penelitian Error! Bookmark
not defined.
BAB III. METODE PENELITIAN..........................................................................28
3.1. Metode Penelitian.....................................................................................28
3.2. Diagram Alir Penelitian............................................................................29

vi
3.2.1. Pengambilan Data.............................................................................29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................30
4.1. Judul Sub bab Sesuai dengan Penelitian yang Dilakukan.........................30
4.2. Judul Sub-bab Berikutnya (Contoh Anti Plagiasi)....................................30
BAB V. PENUTUP.................................................................................................32
5.1. Kesimpulan..............................................................................................32
5.2. Saran........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................33
LAMPIRAN............................................................................................................34
Lampiran A. Surat Balasan Tempat Penelitian.....................................................34
Lampiran B. Dokumentasi Penelitian...................................................................35
Lampiran C. Contoh lampiran..............................................................................36
Lampiran C.1 Contoh lampiran............................................................................36
Lampiran C.2 Contoh lampiran........................................................................36

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Selalu perhatikan penulisan gambar dan pemberian caption......26

Gambar 3.1 Jangan lupa diberi titik di akhir judul dan diberi sitasi jika bukan
gambar milik sendiri......................................................................................28

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Generator Utama di Kapal Cepat Rudal (KCR) 60................29

ix
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT Salim Ivomas Pratama Surabaya merupakan industri manufaktur
yang memproduksi minyak goreng dan margarin baik lokal maupun ekspor,
dalam produksinya PT Salim Ivomas Pratama menggunakan mesin-mesin dan
motor listrik untuk menjalankan proses produksinya. Dalam dunia industri
suplai listrik merupakan salah satu kebutuhan utama dalam menjalankan proses
produksi. Listrik yang disuplai dari PLN merupakan listrik yang bertegangan
20kv lalu diturunkan dengan trafo stepdown menjadi 380v untuk
didistribusikan ke beban industri, baik beban linier maupun beban non linier.
Beban non linier merupakan salah satu penyebab timbulnya harmonisa.

Harmonisa merupakan suatu fenomena yang muncul akibat


pengoperasian beban listrik non linier, sebagai sumber terbentuknya gelombang
pada frekuensi-frekuensi tinggi yang merupaan kelipatan dari frekuensi
fundamentalnya. Semakin banyak aplikasi beban non-linier dalam sebuah
sistem tenaga listrik sangat mendistorsi gelombang sinus yang mengalir melalui
sistem tenaga listrik. Distorsi harmonisa ini dinyatakan dalam total harmonic
distortion (THD) yang merupakan parameter untuk mewakili tingkat harmonik.
Standart IEEE 519 – 2014 adalah rekomendasi batas distorsi yang dijalankan
dalam sistem tenaga listrik untuk batas tegangan maksimum 5% dan arus
maksimum 20%.

Setelah melakukan studi kasus di PT Salim Ivomas Pratama Surabaya,


terdapat satu MDP yang memiliki THD tinggi yaitu THDi yang melebihi
standart IEEE 519 – 2014 dan MDP tersebut mengarah ke salah satu SDP pada
plant boiler batu bara, salah satu upaya untuk meredam harmonisa yaitu dengan
memasang filter pasif maupun filter aktif, dan untuk meredam harmonisa yang
ada di plant batubara tersebut, saya mencoba mensimulasikan filter aktif
dengan Program PSIM.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut beberapa rumusan masalah
yang dapat diambil.

1
1. Berapakah besarnya nilai harmonisa arus (THDi) dan harmonisa tegangan
(THDv) yang timbul pada SDP Plant Boiler Batubara di PT Salim Ivomas
Pratama?
2. Setelah dikatahui nilai THD pada SDP, Bagaimanakah cara meminimalisir
nilai THD yang timbul?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah:

1. Mengetahui nilai harmonisa di SDP Plant Boiler Batu Bara PT.Salim


Ivomas Pratama.
2. Membandingkan data penelitian dengan standart SPLN 2012
3. Jika Harmonisa Tinggi, maka dilakukan upaya pemasangan filter aktif
untuk mengurangi nilai harmonisa di PT Salim Ivomas Pratama.
4. Setelah memperoleh data Penelitian, Mensimulasikan Filter Aktif dengan
program PSIM.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini adalah:

1. Dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan dapat menerapkan ilmu


yang diperoleh dari Universitas 17 Agustus 1945 di dunia industry
2. Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan atau bahan
pertimbangan untuk PT Salim Ivomas Pratama apabila suatu saat
melakukan perbaikan atau meningkatkan kualitas faktor daya.

1.5. Batasan Masalah


Batasan masalah yang diambil dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan di SDP yang mengarah pada plant Boiler Batu
Bara di PT.Salim Ivomas Pratama
2. Tidak membahas mengenai kerusakan dan rugi materi pada komponen
kelistikan yang terkena dampak harmonisa.

1.6. Sistematika Penulisan


Laporan ini disusun dengan kerangka sebagai berikut:
1. Bab I: PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,
batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.

2
2. Bab II: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi mengenai teori – teori serta materi yang dapat
menunjang serta menjadi bahan acuan dalam menyelesaikan laporan tugas
akhir ini, seperti teori ataupun materi tentang harmonisa arus serta
tegangan.

3. Bab III: METODE PENELITIAN


Pada bab ini berisi tentang langkah- langkah atau tahap, jadwal
pengambilan data, peralatan yang digunakan, serta cara pengambilan data
yang akan digunakan sebagai upaya menyelesaikan laporan tugas akhir.

4. Bab IV: HASIL DAN ANALISA


Dalam bab ini menjelaskan tentang proses pelaksanaan penelitian tugas
akhir meliputi pengolahan data, membandingkan data dengan standart
yang telah ditentukan serta hasil pembahasan tentang simulasi filter aktif
dengan Program PSIM untuk mengurangi nilai harmonisa.

5. Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat di simpulkan selama
penelitian.

3
BAB II. DASAR TEORI

2.1. State of The Art


Kajian pustaka berisi penelitian terdahulu. Tinjauan Pustaka terdiri dari
landasan teori baik dari buku cetak, e-book, jurnal maupun proceeding.
Penelitian Prita Astanti (2020) dengan judul “Analisa Harmonisa di
Gedung Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya”. Pengukuran
harmonisa menggunakan Clamp Meter Hioki 3286-10. Hasil penelitian
menunjukan kandungan harmonisa tegangan (THDv) berada pada rentang
1,94% - 2,14%, sedangkan kandungan harmonisa arus (THDi) berada pada
rentang 3,43% - 54,63% yang sudah tidak memenuhi standart yang ditetapkan.
Penelitian Yoga Stiawan (2020) dengan judul “Pengurangan Harmonisa
di Gedung Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya”. Dalam
penelitian tersebut peneliti mengambil sampel pada salah satu SDP, yaitu pada
SDP TU PASCA, karena pada SDP ini nilai kandungan harmonisa yang paling
tinggi, dengan nilai sebesar 76% pada fasa S di ordo ke 3. Dengan menganalisa
data yang diperoleh maka dalam penelitian tersebut peneliti membuat desain
filter untuk mengurangi harmonisa yang terjadi, Filter yang dipakai yaitu filter
pasif single tuned filter. Filter ini memiliki komponen R, L, dan C dari
perancangan tersebut maka diperoleh hasil R= 35,06Ω, L= 0,82 H C= 1,68 µF.
Filter ini dipasang parallel pada SDP TU PASCA, dan diperoleh hasil
penurunan harmonisa yang cukup signifikan yaitu mencapai nilai sebesar 22%.
Efektifitas yang ditimbulkan oleh filter ini adalah sebesar 70,88%.
Penelitian Muhammad Yusril Isvan Haikal (2022) dengan judul “Analisa
Harmonisa pada Water Treatment plant di PDAM Delta Tirta Sidoarjo IPA
Kedunguling” Hasil pengukuran dan analisa menunjukan adanya harmonisa
pada panel MDP, diketahui sumber harmonisa terdapat pada panel SDP 2,
dengan nilai harmonisa arus adalah 42.2% untuk fasa R, 42.1% untuk fasa S,
dan 48.6 % untuk fasa T. Setelah dibandingkan, semua fasa melebihi SPLN
dengan nilai maksimal 20%. Perlu adanya peredaman harmonisa dengan filter
single tuned yang akan mengeliminasi pada urutan harmonisa ke-5, nilai
komponen filter harmonisanya untuk (C) kapasitor adalah 678.7 µF, nilai (L)
induktor adalah 0.73882 mH, dan nilai (R) Resistor adalah 0.00387 Ω.
Sedangkan untuk mengeliminasi pada urutan harmonisa ke-7 nilai komponen
(C) kapasitor adalah 678.7 µF, nilai (L) induktor adalah 0.376433mH, dan (R)
resistor adalah 0.00237 Ω.

4
Penelitian Aang Kunaifi (2019) dengan judul “Peredaman Harmonisa
Menggunakan Filter Pasif pada Gedung Teknik Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya” Pengukuran harmonisa dilakukan di setiap bus Penerangan dan AC
karena banyaknya beban non linier yang menimbulkan sumber harmonisa
tersebut. proses Analisa menggunakan ETAP 12.6 untuk melakukan simulasi
peredaman harmonisa dengan menggunakan filter pasif tipe single tuned. Hasil
pengukuran THDi dan IHDv orde 3, 5 dan 7 pada bus LVMDP adalah kondisi
tertinggi pada MDP Penerangan, THDi yang sangat tinggi yaitu di SDP1
sebesar 24.61 % Setelah dipasang filter pasif THDi pada SDP1 turun menjadi
5.66 %, Jadi penurunan THDi selisih sebesar sampai 18.95 % setelah
pemasangan filter. Filter pasif ini merupakan metode yang cukup sederhana dan
ekonomis untuk mengatasi suatu permasalahan harmonisa, karena selain untuk
meredam harmonisa, filter pasif juga digunakan untuk mengurangi kerugian
daya reaktif pada sistem instalasi listrik dapat mengurangi nilai harmonisa yang
ditimbulkan sehingga dapat memenuhi standar IEEE 519-1992.
Penelitian Aris Heri Andriawan (2009) dengan judul “Analisis dan
Simulasi Eliminasi Harmonisa dengan Shunt Active Power Filter (APF)
Berbasis Neutral Point Clamped (NPC) PWM Inverter”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Shunt APF yang diimplementasikan dengan NPC-PWM
Inverter konvensional tiga fasa, diterapkan dengan sympower Simulink matlab,
dari simulasi didapatkan bahwa shunt APF cukup efektif untuk mengeliminasi
harmonisa arus. THD yang dihasilkan 4,7% (lebih rendah dari standart IEEE-
519 yaitu 5%)
Penelitian Tjahja Odinanto (2013) dengan judul “Perencanaan Filter
Aktif Tiga Fasa Menggunakan Kontrol PID untuk Mereduksi Harmonisa Pada
Sistem Tenaga Listrik” Paper ini membahas filter aktif tiga fasa mengunakan
kontrol PID (Proportional Integral Derivative) sebagai kontrol yang sederhana
untuk mengatasi permasalahan harmonisa pada sistem tenaga listrik. Filter aktif
saat beroperasi, menginjeksikan arus kompensasi ke sistem tenaga listrik. Arus
beban yang terdistorsi diinputkan pada kontrol filter dan menghasilkan arus
trigger untuk inverter, dimana arus trigger ini menentukan besarnya arus
kompensasi. Setelah dilakukan simulasi untuk membandingkan kondisi sistem
sebelum pemasangan filter aktif, diperoleh THD (Total Harmonic Distortion)
arus sebesar 34,91%, setelah pemasangan filter aktif dengan mengunakan
kontrol PID, THD arus mengalami penurunan menjadi 11,157%
Penelitian Adha Rizky (2014) dengan judul “Perancangan Dan Simulasi
Filter Aktif Tiga Fasa Untuk Mereduksi Harmonisa Akibat Penggunaan Beban
NonLinier” Data studi kasus dari penelitian ini didapat dengan cara melakukan

5
pengukuran langsung pada salah satu panel listrik di gedung Direktorat TIK
UPI. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai THD I sebesar 84%. Berikut
penentuan nilai rangkaian kontrol pada filter aktif, diantaranya: konstanta
proporsional (Kp) 0.18, konstanta Integral (Ti) 2.25, band pass filter yang
disetel pada frekuensi center 50 Hz, passing band 10000 Hz, DC inveter 412 V,
R 0.1 Ω, L 825 µH, dan C 1000 µF. Hasil pemasangan filter aktif pada sistem
mampu menurunkan THD I dari 84% menjadi 5.12 %. Dengan hasil ini maka
filter aktif dapat dijadikan sebagai salah satu metoda yang efektif dalam
mereduksi harmonisa.

2.2. Harmonisa
Gejala distorsi arus dan tegangan gelombang sinus pada sistem
kelistrikan disebut harmonik. Distorsi gelombang arus dan tegangan ini
disebabkan oleh pembentukan gelombang pada kelipatan bilangan bulat dari
frekuensi dasar. Frekuensi harmonik dapat diartikan sebagai nilai bilangan bulat
dari frekuensi murni yang ada dalam bentuk gelombang asli.
Jika frekuensi dasar yang digunakan dalam suatu sistem tenaga listrik
adalah 50 Hz, maka harmonik ke-7 akan memiliki frekuensi 7 x 50Hz = 350Hz
dan seterusnya. frekuensi normal sistem adalah (f), maka frekuensi sistematis n
adalah (3, 5, 7 ... n) artinya n.f yang merupakan faktor perkalian dari frekuensi
ideal. bentuk gelombang ideal tegangan dan arus dapat dilihat pada Gambar
2.1.

Gambar 2.1 Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus murni.

Harmonik adalah kesalahan dalam gelombang yang tumpang tindih


sedemikian rupa sehingga mempengaruhi bentuk gelombang murni. Total
Harmonic Distortion (THD) adalah indeks besaran distorsi gelombang murni.

6
Pada sistem kelistrikan, Dalam sistem kelistrikan, laju distribusi daya
adalah 50 Hz atau 60 Hz. Indonesia menggunakan frekuensi 50 Hz, namun
perubahan bentuk gelombang untuk beban non linier, bentuk harmonisanya
dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 2.2 Gelombang Fundamental dan Gelombang Harmonisa.

Gambar 2.2 menunjukan gelombang fundamental yang asli, dan terdapat


juga awal mula harmonisa muncul yang terjadi pada harmonisa orde ke-3,
setelah muncul harmonisa maka harmonisa tersebut akan mengganggu bentuk
gelombang fundamental, pencampuran gelombang fundamental dengan
gelombang harmonisa dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4 sebagai
berikut ini:

Gambar 2.3 Gelombang Fundamental Arus yang Terdistorsi oleh Harmonisa.

Gambar 2.3 diatas merupakan bentuk gelombang tegangan non-


sinusoidal dengan warna gelombang biru disebabkan oleh perlatan lainnya yang
terhubung pada jaringan supply listrik dibandingkan dengan bentuk gelombang
tegangan sinusidal.

7
Gambar 2.4 Gelombang Fundamental Tegangan yang Terdistorsi oleh Harmonisa.

Demikin pula pada gambar 2.4 merupakan bentuk gelombang arus non-
sinusoidal dengan distrorsi harmonisa berwarna merah yang timbul oleh beban
non- linier menurut. Beban non-linier berarti impedansinya tidak stabil, dalam
hal ini keluaran arus tidak sebanding dengan tegangan yang diberikan.
Peralatan peralatan elektronik yang mengandung beban non-linier seperti
transformator, motor motor listrik yang dapat disesuaikan, perangkat FACTS,
komponen elektronika daya (misalnya, inverter, triac, thyristor, dan diode,
komponen komputer, peralatan video, dan audio), power supply switching
mode, lampu ballast, peralatan las, sumber energi terbarukan. Efek utama
harmonik adalah pengoperasian kontrol yang tidak tepat, interferensi telepon,
gangguan saluran tambahan (baik frekuensi dasar maupun harmonik), masa
pakai yang berkurang dan peningkatan kerugian dalam pengoperasian peralatan
(seperti transformator, motor listrik, dan kapasitor bank) dan perangkat yang
membutuhkan switch. Sedangkan untuk beban linier adalah beban selarasan
atau memiliki output linier, dalam artian tegangan sebanding dengan arus yang
mengalir. Dalam kasus tegangan gelombang sinus mengalirnya arus melalui
beban disebut gelombang sinus akhirnya tidak menyebabkan gangguan
gelombang dan tidak ada harmonik yang dihasilkan.
Penyebab harmonisa timbul dikarenakan beban non-linier yang
mengeluarkan gelombang sendiri dan outputan gelombang beban non-linier
diinjeksikan dengan gelombang asli akhirnya bercampur pada gelombang
fundamental, kualitas energi listrik dipengaruhi oleh besaran harmonisa.

8
2.3. Distorsi Akibat Harmonisa
Beban non-linier adalah penyebab umum distorsi harmonik dalam sistem
distribusi.Beban non-linier adalah komponen yang tegangannya tidak
berbanding lurus dengan arus yang diberikan. Eksistensi dari beban non- linier
dan seiring pemakaian komponen semikonduktor dalam pembuatan peralatan
peralatan modern, berdampak pada sistem tenaga listrik yang menyebabkan
terjadinya distorsi harmonik. Melihat hal ini perlu selektif dalam penggunaan
perangkat non- linier agar harmonik yang ditimbulkan tidak terlalu besar.
Meskipun bentuk gelombang periode ke periode yang sesuai dapat dinyatakan
sebagai gelombang sinus sejati absolut, frekuensi setiap gelombang sinus
adalah kelipatan integral dari frekuensi dasar gelombang terdistorsi, dan
kelipatannya disebut gelombang asli.

Gambar 2.5 Distorsi Arus akibat Beban NonLinier.

Gambar 2.5 Mewakili struktur harmonik yang terdistorsi. Ketika


tegangan sinusoidal murni diperkenalkan melalui rangkaian resistensi non-
linier, distorsi terjadi pada arus yang dihasilkan. Penjelasan ini umumnya
menjadi sumber harmonisa pada sistem kelistrikan. Penjumlah dari gelombang
non-sinusoidal ke sinusidal ini dapat dianalisis menggunakan konsep deret
fourier. Individual Harmonic Distortion (IHD) adalah perbandingan nilai RMS
setiap harmonik dengan nilai RMS gelombang dasar (fundamental wave). Total
Harmonic Distortion (THD) merupakan besaran yang diperuntukan untuk
besaran non- sinusoidal dan dinyatakan sebagai persentase. Semakin tinggi
persentase atau nilai THD yang timbul maka berefek peralatan elektronik
mengakibatkan semakin besar resiko kerusakan peralatan peralatan elektronik
akibat harmonisa arus maupun tegangan. Hubungan antara THD dan IHD dapat
dilihat dari persamaan berikut:

9
THD = (IHD 2 + IHD 2 + IHD 2 + IHD 2 )1/2 (2.1)

2.4. Indeks Harmonisa


(THD) Total Harmonic Distortion dan (TDD) Total Demand Distortion
merupakan parameter umum yang digunakan sebagai tolak ukur dari bentuk
gelombang harmonisa. Dibawah ini merupakan pengertian dari TDD dan THD
yang merupakan perhitungan efektif dalam penentuan nilai frekuensi tegangan
maupun arus.

1. Total Demand Distortion (TDD)


(THD i) dapat menyatakan nilai dari distorsi arus, dalam pengukuran
THD dengan nilai tinggi dapat mempunyai nilai arus yang mengalir
kecil. Beberapa analisa memeriksa THD dengan arus beban puncak
pada frekuensi dasar dan dari pada contoh sesaat pada frekuensi
dasar. Hal ini merupakan upaya mencegah masalah selama analisis
yang dikenal sebagai bias permintaan agregat dengan total demand
distortion. Persamaan TTD dapat dilihat dalam rumus berikut:

√∑
h= Max
2
¿
m>1 (2.2)
TDD=
M1

2. Total Harmonic Distortion (THD)


Rasio (perbandingan) antara nilai efektif (rms) dari semua komponen
harmonisa terhadap nilai efektif (rms) gelombang fundamental
disebut dengan THD. (% THD) persentase merupakan pernyatan dari
THD itu sendiri. Nilai THD ini diperuntukan untuk mengetahui
besarnya simpangan dari bentuk gelombang periodik yang
mengandung harmonik dari bentuk gelombang sinusoidal murni.
Untuk menentukan besar THD arus maupun tegangan dapat
menggunakan persamaan dibawah ini.

√∑
h= Max
2
mh
m>1 (2.3)
THD=
M1

10
Keterangan:

Mh =Nilai Rms dari komponen Harmonik ke-n(arus dan


tegangan)

M1 =Nilai Rms dari arus atau tegangan pada frekuensi dasar

THD yang berkaitan dengan nilai rms dari distorsi gelombang sebagai
berikut:

√∑
h= Max
2
M h
(2.4)
=M 1 . √ 1+ THD
h=2 2
RMS=
M1

Terdapat Terdapat 2 rumus persamaan total harmonik distortion yaitu


arus dan tegangan dapat dilihat pada rumus berikut:

Total Harmonik Distortion arus

√∑

2
I n
n=2 (2.5)
THDi= x 100 %
I2

Total Harmonik Distortion Tegangan

√∑

2
V n
n=2 (2.6)
THDv= x 100 %
V1

2.5. Orde Harmonisa


Sesuai dengan penamaannya, harmonik bilangan genap mewakili angka
genap (2, 4, 6, 8, 10), dan (3, 5, 7, 9, 11) merupakan bilangan ganjil yang
mewakili harmonik ganjil. Komponen frekuensi gelombang fundamental
periodik ditetapkan dalam penomoran harmonik satu. Angka harmonik nol
mewakili konstanta atau komponen DC dari bentuk gelombang. Perbandingan
bersih antara bagian positif dan negatif dari satu siklus bentuk gelombang

11
dicirikan oleh komponen DC. Urutan polaritas harmonisa pertama adalah
positif, urutan polaritas harmonisa kedua adalah negatif, dan urutan polaritas
harmonisa ketiga adalah nol. Urutan polaritas harmonisa keempat adalah adalah
positif (terus berulang urutannya). Dapat dilihat di persamaan berikut ini:

fn
n= (2.7)
f
Keterangan:
n = Orde harmonic
fn = Frekuensi Harmonik ke- n
f = Frekuensi dasar fundamental

Tabel 2.1 Polaritas Orde Harmonisa.

Orde Harmonisa 1 2 3 4 5 6 7 8 9

50 100 150 200 250 300 350 400 450


Frekuensi (Hz)

Urutan/Polaritas + - 0 + - 0 + - 0

2.6. Sumber Harmonisa


Dalam sistem tenaga listrik terdapat dua macam penglasifikasian beban,
yaitu beban linier dan beban non-linier. Apabila terdapat beban yang nilai arus
berbanding secara linier atau proporsional terhadap tegangan beban maka
disebut beban linier. Pengertian dari beban non-linier adalah bentuk gelombang
tegangan tidak akan sama/sebanding dengan bentuk gelombang arus sehngga
terjadi distorsi bentuk gelombang. Dapat dikatakan sumber harmonisa adalah
beban non-linier, semakin eksis beban non-liier dalam sebuah sisten tenaga
listrik maka kandungan harmonisa akan semakin besar. Penggambaran
gelombang periodik ini secara matematis diartikan sebagai gelombang sinus
tambah. Komponen sinus merupakan kelipatan integral dari frekuensi
fundamental. Penggambaran gelombang terdistorsi oleh komponen harmonisa
dapat dilihat pada gambar 2.6

12
Gambar 2.6 Gelombang Distorsi Penjumlahan komponen Harmonisa.

Beban-beban non-linier biasanya perangkat elektronika dengan


komponen semikonduktor yang bertindak sebagai saklar dalamm proses
operasi, beroperasi dari sumber tegangan di setiap siklus gelombang.
Harmonisa dihasilkan oleh berbagai jenis perangkat jenuh, perangkat
elektronika daya, dan beban non-linier, yaitu sebagai berikut:
1. Peralatan yang memiliki kondisi saturasi mencakup komponen
magnetik seperti transformator, mesin elektromekanis, tungku
busur, peralatan yang menggunakan magnetic ballast, dan rectified
power supply.
2. Elektronika daya Perangkat biasanya menggunakan komponen
elektronik seperti thyristor dan dioda. Contoh peralatan yang
menggunakan komponen elektronika daya adalah konverter PWM,
inverter, pengontrol motor listrik, ballast elektronik, dan
sebagainya.
3. Di dalam rumah tangga, beban non-linier terdapat pada peralatan
seperti lampu hemat energi, TV, AC, komputer dan lainnya.

2.7. Dampak Harmonisa


Adanya harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas dan keandalan sistem tersebut.
Harmonik yang dihasilkan oleh beban non-linier diumpankan kembali ke
sumber tegangan sistem. Arus harmonik ini berinteraksi dengan berbagai
perangkat sistem, terutama kapasitor, transformator dan motor, meningkatkan
kehilangan panas yang berlebihan.
Apabila sistem mengalami resonansi akibat harmonisa, terjadinya
peningkatan tegangan dalam sebuah sistem tenaga. Akibatnya kabel dan
isolator lainnya akan terkena tegangan tegangan yang berlebihan dapat
menyebabkan kegagalan isolasi dan mempercepat penuaan peralatan. Peralatan
Harmonisa juga menyebabkan kesalahan pembacaan alat ukur terutama
meteran seperti KWh meter. Harmonisa menciptakan torsi tambahan pada disk,
sehingga menghasilkan pembacaan yang lebih tinggi. Arus harmonisa juga
menyebabkan gangguan interferensi yang diinduksi dalam sistem
telekomunikasi, penumpukan panas yang berlebihan pada pemutus daya
sehingga pemutus daya tersebut memutus sendiri, sistem kontrol terkunci

13
sendiri, dan banyak masalah lainnya. Persoalan ini dapat mengakibatkan
kerugian finansial karena biaya pemeliharaan tambahan. Setiap komponen
perangkat jaringan distribusi memiliki efek yang berbeda-beda, namun dapat
dipengaruhi oleh harmonisa. Akibatnya komponen perangkat berkinerja buruk
dan bahkan mengalami kerusakan.
Adapun pengaruh harmonisa pada peralatan listrik secara umum terbagi
menjadi tiga antara lain:
1. Meningkatnya nilai Rms tegangan maupun arus
2. Meningkatnya nilai puncak (peak value) baik arus maupun tegangan
3. Penurunan pada sistem frekuensi

Secara khusus efek yang ditimbulkan harmonisa pada sistem tenaga


listrik dapat dibagi menjadi:
1. Efek samping jangka pendek

a. Harmonisa tegangan dapat mengganggu kontrol yang


digunakan pada sistem elektronik
b. Harmonisa dapat menyebabkan kesalahan pada alat ukur yang
beroperasi berdasarkan prinsip induksi medan magnet

2. Efek permanen yang dapat menyebabkan pemanasan

a. Pemanasan kapasitor. Kapasitor sensitif terhadap perubahan


beban maka ketika terjadi harmonisa akan menyebabkan rugi-rugi
meningkat
b. Harmonisa mengakibatkan pemanasan berlebih pada mesin-mesin
listrik karena bertambahnya rugi-rugi pada stator dan adanya
perbedaan kecepatan yang disebabkan oleh medan yang timbul
karena harmonisa dengan rotor
c. Trafo distribusi yang mendistribusikan daya beban non-linier
menghasilkan harmonisa kelipatan ganjil. Harmonisa
menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari arus fasa. Akan
meningkatkan suhu kabel netral

2.8.Pengaruh Harmonisa
Berikut beberapa Pengaruh mengenai harmonisa sebagai berikut:

14
2.8.1 Pengaruh Harmonisa Pada Sistem Tenaga
Ketika arus dengan komponen harmoni melewati konduktor, “skin effect”
dari frekuensi harmonic meningkatkan resistensi konduktor, dan arus harmonik
dalam konduktor menyebabkan kerugian tambahan. Semakin besar diameter
kabel, semakin besar kerugian aliran arus dalam konduktor.
Harmonisa ini berkontribusi pada arus urutan nol, negatif, dan positif.
Harmonisa orde ke 1,7,13,19 dst adalah arus urutan positif, dan Harmonisa orde
ke 3,9,15, dst adalah arus urutan nol, harmonisa orde ke 5,11,17 dst adalah arus
urutan negatif, dan harmonisa orde ke 1,7,13,19 dst adalah arus urutan positif.
Pengaruh harmonisa terhadap beban antara lain:

1. Urutan positif mempercepat putaran motor dan urutan negatif


berputar ke arah yang berlawanan, tetapi harmonik ke 5
mengurangi torsi motor. Pada motor, trafo, dan generator
menyebabkan lebih cepat panas atau menambah rugi-rugi.
2. Seperti konduktor dan isolator akan menyebabkan panas berlebih,
sedangkan pada konduktor netral juga menyebabkan panas
berlebih atau malfungsi relai proteksi hubung tanah mala kerja.
3. Perubahan karakteristik pada MCB atau fuse.
4. Pada metering jenis induksi (mekanikal) akan menimbulkan
kesalahan pengukuran. Pada peralatan relai proteksi akan
menyebabkan mala kerja relai.
5. Pada peralatan elektronik perubahan bentuk gelombang dapat
menyebabkan mala kerja atau kesalahan kerja peralatan elektronik
tersebut.

Pengaruh harmonisa pada power factor dapat ditunjukkan pada


persamaan berikut:

cos ∅
PF = (2.8)
√1+TH D 2

Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa power faktor akan


bertambah kecil dengan kenaikan THD.

15
Gambar 2.7 Power Faktor dengan THD

2.8.2 Pengaruh Harmonisa Pada Transformator


Transformator dibuat sebagai penyalur daya dengan rugi-rugi minimum
pada frekuensi dasar. Harmonisa pada arus atau tegangan kontribusi terhadap
kenaikan rugi-rugi daya. Standarnya diperhitungkan dalam desain transformator
untuk mengkompensasi kerugian karena frekuensi yang lebih tinggi, tetapi
secara umum masalah penurunan terjadi ketika kesalahan harmonisa melebihi
5%. Terdapat tiga hal yang mempengaruhi kenaikan suhu transformator apabila
terjadi cacat harmonik yaitu:
1. Arus Rms
Jika trafo hanya memenuhi beban KVA, arus RMS akan melebihi
kapasitas harmonisa yang dibutuhkan dan rugi-rugi akan
bertambah dengan bertambahnya arus RMS total.

2. Rugi-rugi Arus Eddy Current


Fluks magnetik menyebabkan arus induksi pada transformator,
yang menyebabkan panas berlebih karena arus induksi yang
mengalir melebihi belitan, inti, dan logam lain dari transformator
yang dilalui oleh fluks magnet. Karena komponen rugi-rugi
transformator ini selaras dengan kuadrat frekuensi arus eddy,
komponen ini merupakan komponen rugi-rugi transformator
yang penting karena harmonisa.

3. Rugi-rugi Inti
Pengaruh harmonik pada struktur transcore dan tegangan yang
diberikan meningkatkan rugi-rugi inti yang disebabkan oleh
harmonisa semakin tinggi nilai distorsi tegangan, semakin tinggi
nilai arus eddy dari inti yang dilaminasi. Peningkatan rugi-rugi

16
inti akibat harmonisa tidak sebesar rugi- rugi yang terjadi pada
arus eddy atau arus rms.

Pengelompokan Rugi-rugi pada transformator dibagi menjadi dua yaitu,


rugi-rugi berbeban dan rugi-rugi tanpa beban. Kontribusi rugi -rugi beban I2R
sebesar 75% - 85 % dari total rugi-rugi transformator dan kontribusi rugi – rugi
dari fungsi frekuensi sebesar 25%. I2R merupakan simbol dari dari rugi-rugi
beban (PLL) merupakan fungsi arus RMS dan PEC yang termasuk rugi-rugi
Eddy, sebanding dengan kuadrat dari arus dan frekuensi. Dapat dinyatakan
dalam dalam rumus berikut:

PLL=I 2 R+ P EC (2.9)

2 2
P EC =k EC × I ×h (2.10)
Sehingga

PLL=∑ I 2h+ ( ∑ I 2h × h2 ) P ec−R (2.11)

K faktor digunakan dalam literatur untuk mengetahui derating


transformator akibat arus harmonik. K faktor dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini:

h=∞

∑ I 2h h 2
k = h=1
h=∞ (2.12)
∑I 2
h
h=1

Keterangan:
h = Bilangan Harmonik
Ih = arus harmonic
PEC-R = Faktor rugi-rugi arus eddy

Nilai rms dari arus yang mengandung harmonik dinyatakan dalam K


factor menjadi:

17
√ ∑ I h2 =
√ 1+ pEc−R
1+k x P EC−R
(2.13)

Derating transformator dapat diperkirakan dengan menentukan terlebih


dahulu faktor rugi-rugi arus Eddy yang dapat diperoleh dari disainer, hasil uji
sesuai prosedur ANSI/IEEE Standard C57.110 atau data tipikal sesuai besar
dan ukuran transformator

2.8.3 Pengaruh Harmonisa Pada Penghantar


Pada saat konduktor dilalui arus yang mengandung komponen harmonik,
‘skin effect’ akibat frekuensi harmonik tersebut akan memperbesar nilai
resistansi dari konduktor sehingga arus harmonisa pada konduktor akan
memberikan tambahan rugi- rugi. Semakin besar diameter kabel juga akan
memperbesar rugi-rugi arus eddy pada konduktor. Harmonisa pada konduktor
menyebabkan konduktor menjadi derating. Kapasitas dari kabel untuk membuat
beban non-liner dapat ditentukan dengan persamaan 2.14 di bawah ini. Namun
sebelum menghitung hal yang perlu dihitung terlebih dahulu adalah faktor dari
efektif kulit. Faktor dari efektif kulit tergantung dari ketebalan kulit, yang
merupakan parameter penetrasi arus dalam konduktor. Ketebalan kulit yang
dilambangkan (δ) akan berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari frekuensi:

s
δ= (2.14)
√f
Keterangan:
δ = Ketebalan kulit

𝑠 = Tetapan proporsi berdasarkan karakteristik fisik kabel


yang tertera pada deskripsi yang ada di isolator

f = Frekuensi dari arus

Jika Rdc adalah nilai resistan kabel DC, maka persamaan dari resistan
AC pada frekuensi f, adalah (Rf) = K x Rdc. Nilai K dapat ditentukan sesuai
dengan X, yang dihitung sebagai berikut ini

18
Keterangan:
X =0,0636
√ fμ
Rdc
(2.15)

0,0636 = Konstanta untuk konduktor tembaga


f = Frekuensi
µ = permeabilitas magnetic dari bahan konduktor
Rdc = hambatan DC per mil dari konduktor.

2.9. Identifikasi Harmonisa


Untuk mengidentifikasi adanya harmonisa pada suatu sistem tenaga
listrik dapat diketahui melalui langkah-langkah berikut ini:
1. Identifikasi Beban
Identifikasi jenis beban adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui jenis beban yang dipasok oleh sumber listrik. Jika
banyak peralatan yang mempunyai komponen semi konduktor atau
elektronika daya, maka dapat dipastikan bahwa dalam sistem
tersebut mengandung harmonisa

2. Pemeriksaan Transformator
Pemeriksaan transformator dapat dilakukan dengan cara pengecekan
terhadap temperatur yang tidak normal dari trafo yang digunakan
untuk memasok beban non-linier. Arus sekunder baik fase maupun
netral perlu diperiksa dengan cara membandingkan arus netral
dengan arus fase pada saat beban keadaan tak seimbang. Jika pada
saat tersebut nilai arus netral lebih besar dari pada arus fasa, maka
dapat dipastikan adanya harmonisa dan diperkirakan adanya triplen
harmonisa, dan kemungkinan terjadinya penurunan kinerja trafo.

3. Pemeriksaan Tegangan Netral-Tanah


Terjadinya arus lebih pada kawat netral (pada sistem 3 fasa 4 kawat)
dapat diketahui dengan melihat tegangan netral-tanah pada keadaan
berbeban. Apabila tegangan yang terukur lebih besar dari 2volt
maka dapat diindikasikan bahwa terdapat harmonisa pada sistem
tersebut

19
2.10.Standarisasi Harmonisa
Standart harmonisa yang umum adalah standar dari IEEE 519-2014 dan
SPLN 2012, namum penulis menyebutkan dua kriteria tabel standar harmonisa
sebagai bahan perbandingan bagi pembaca dan penulis sendiri, dan perbedaan
dari kedua standart tersebut tidak terlalu signifikan. Ada dua kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi distorsi harmonisa yaitu batas harmonisa untuk
arus (THDI) dan batas harmonisa untuk tegangan (THDV). Batas untuk
harmonisa arus ditentukan oleh perbandingan arus hubung singkat yang ada
pada PCC (Point of Common Coupling), sedangkan IL adalah arus beban
fundamental. Untuk batas harmonisa tegangan ditentukan dari besarnya
tegangan sistem yang terpasang atau dipakai. Standar harmonisa yang diizinkan
untuk arus dan tegangan berdasarkan IEEE Std 519-2014 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 2.2. Standart Harmonisa Arus dengan nilai 120v-69Kv.

Maximum harmonic current distortion in percent of


IL
Individual harmonic order (odd harmonic )
3≤h 11 ≤ 17 ≤ 23 ≤ 35 ≤ h
ISC / IL TDD
<11 h<17 h<23 h<35 ≤50
< 20 C 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0
20 < 50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0
50 < 100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0
100 < 1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0
> 1000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0

Tabel 2.3. Standart Harmonisa Arus dengan nilai 69Kv-161Kv.

Maximum harmonic current distortion in percent of


IL
Individual harmonic order (odd harmonic )
3≤h 11 ≤ h 17 ≤ h 23 ≤ h 35 ≤ h
ISC / IL TDD
<11 <17 <23 <35 ≤50

20
< 20 C 2.0 1.0 0.75 0.3 0.15 2.5
20 < 50 3.5 1.75 1.25 0.5 0.25 4.0
50 < 100 5.0 2.25 2.0 0.75 0.35 6.0
100 < 1000 6.0 2.75 2.5 1.0 0.5 7.5
> 1000 7.0 3.5 3.0 1.25 0.7 10.0

Tabel 2.4. Standart Harmonisa Arus dengan nilai >161Kv.

Maximum harmonic current distortion in percent of


IL
Individual harmonic order (odd harmonic )
3≤h 11 ≤ 17 ≤ 23 ≤ 35 ≤ h
ISC / IL TDD
<11 h<17 h<23 h<35 ≤50
< 25 1.0 0.5 0.38 0.15 0.1 1.5
25 < 50 2.0 1.0 0.75 0.3 0.15 2.5
≥50 3.0 1.5 1.15 0.45 0.22 3.75

Keterangan:
a
Harmonik genap dibatasi hingga 25% dari batas harmonik ganjil.
b
Distorsi arus yang menghasilkan offset DC, misalnya konverter
setengah gelombang tidak diperbolehkan.
c
Semua peralatan pembangkit listrik dibatasi pada nilai distorsi arus
ini, terlepas dari Isc/IL dimana
Isc = arus hubung singkat maksimum pada PCC
IL = arus beban permintaan maksimum (komponen
frekuensidasar) pada PCC dalam kondisi operasi beban
normal.

Tabel 2.5. Standart Harmonisa Tegangan.


Individual Total harmonic
Bus voltage V at PCC harmonic (%) distortion THD (%)

V ≤ 1.0 kV 5.0 8.0

1 kV < V ≤ 69 kV 3.0 5.0

69 kV < V ≤ 161 kV 1.5 2.5

161 kV < V 1.0 1.5a

21
Keterangan:
a
= Sistem tegangan tinggi dapat memiliki THD hingga 2,0% di mana
penyebabnya adalah terminal HVDC yang efeknya akan dilemahkan pada
titik-titik di jaringan di mana penggunaan kedepannya mungkin
terkoneksi.

Tabel diatas adalah tabel standar IEEE-2014 yang merupakan ketetapan


standar internasional untuk harmonisa arus dan tegangan, sedangkan frekuensi
dari setiap negara berbeda-beda, untuk negara Amerika, Jepang, Dan Jerman
menggunakan frekuensi 60 Hz, sedangkan di Indonesia menggunakan frekuensi
50 Hz, dalam hal ini penetapan standart distorsi harmonisa dan arus memiliki
sedikit perbedaan karena perbedaan gelombang frekuensi suatu negara. Dalam
menentukan standar distorsi harmonisa setiap negara dipengaruhi oleh beberapa
faktor, Indonesia sendiri memiliki batas distorsi harmonisa sendiri yang
ditetapkan oleh PLN tahun 1995 dan diperbarui pada tahun 2012. Dibawah ini
merupakan standar untuk batasan harmonisa arus dan tegangan yang telah
ditetapkan PLN yaitu SPLN D5.004-1: 2012

Tabel 2.5. Standart Harmonisa Tegangan.

Tegangan Pada Titik Distorsi Harmonisa Distorsi Harmonisa


Sambung (Vn) Tegangan Individu (%) Tegangan Total – THDVn
(%)
Vn ≤ 66 kV 3.0 5.0

66 kV < Vn ≤ 150 kV 1.5 2.5

Vn > 150 kV 1.0 1.5

CATATAN: Data yang tertera pada tabel diatas berlaku untuk tegangan
sesuai SPLN No. 1 Tahun 2012, Tegangan-Tegangan Standar

22
Tabel 2.5. Standart Harmonisa Tegangan.

Batasan distorsi harmonisa arus

Vn ≤ 66kV

Distorsi Harmonisa Arus Maksimum dalam Persen IL

Ihs/IL Total
Orde Harmonisa Individu “h” Harmonisa Ganjil Demand

h < 11 11≤h<17 17≤h<23 23≤h<35 35≤h Distortion

< 20* 4.0% 2.0% 1.5% 0.6% 0.3% 5.0%


20 – 50 7.0% 3.5% 2.5% 1.0% 0.5% 8.0%
50 – 100 10.0% 4.5% 4.0% 1.5% 0.7% 12.0%
100 – 1000 12.0% 5.5% 5.0% 2.0% 1.0% 15.0%
>1000 15.0% 7.0% 6.0% 2.5% 1.4% 20.0%

66 kV < Vn ≤ 150 kV

Orde Harmonisa Individu “h” Harmonisa Ganjil Distortion


Ihs/IL
h < 11 11≤h<17 17≤h<23 23≤h<35 35≤h
< 20* 2.0% 1.0% 0.75% 0.3% 0.15% 2.5%
20 – 50 3.5% 1.75% 1.25% 0.5% 0.25% 4.0%
50 – 100 5.0% 2.25% 2.0% 0.75% 0.35% 6.0%
100 - 1000 6.0% 2.75% 2.5% 1.0% 0.5% 7.5%
>1000 7.5% 3.5% 3.0% 1.25% 0.7% 10.0%

Vn > 150 kV

23
Orde Harmonisa Individu “h” Harmonisa Ganjil Distortion
Ihs/IL

h< 11 11≤h< 17 17≤h< 23 23≤h< 35 35≤h

< 20* 2.0% 1.0% 0.75% 0.3% 0.15% 2.5%


20 – 50 3.0% 1.75% 1.25% 0.5% 0.25% 4.0%
Dari data pada tabel 2.7 berikut terdapat beberapa catatan yang
disampaikan oleh PLN yaitu:

CATATAN 1: Tegangan yang termasuk pada tabel diatas merujuk pada


SPLN No. 1 Tahun 2012, Tegangan-Tegangan Standar
CATATAN 2: hal-hal yang menjadi perhatian antara lain

1. Harmonisa genap dibatasi 25% dari Harmonisa ganjil diatasnya


2. Distorsi arus searah (Direct Current – DC) tidak diperbolehkan;
3. Aplikasi semua peralatan pembangkit listrik dibatasi oleh nilai-nilai
distorsi arus di atas terlepas dari rasio hubung singkat ISC / IL:
Isc adalah Arus hubung singkat maksimum di titik sambung
pelanggan
IL adalah Arus beban maksimum (dihitung berdasarkan daya kontrak)
TDD adalah Total Demand Distortion, distorsi harmonisa arus (%)
dari arus beban maksimum (diukur selama 15 menit).

2.11.Usaha Untuk Mengurangi Harmonisa


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan
harmonisa pada system distribusi listrik, yaitu:
1. Memperbesar kawat netral Setiap system distribusi biasanya
memakai system 4 kawat. yaitu 3 kawat phase yang 1 kawat
netral. Maka dari itu untuk mengatasi timbulnya harmonisa
sebaiknya kawat netral pada system distribusi diperbesar dari
ukuran standarnya.

24
2. Menurunkan kapasitas suplai transformator Untuk mengurangi
harmonic pada system distribusi listrik bias dengan menggunakan
cara menurunkan kapasitas suplai pada transformator.

3. Mendesain Filter
Adapun cara mengurangi harmonisa yaitu dengan merancang atau
mendesain filter, baik filter aktif maupun pasif yang nantinya akan
berfungsi sebagai peredam harmonisa.

2.12.Filter Pasif
Salah satu strategi yang cukup efisien dan ekonomis untuk mengatasi
permasalahan pada sistem kelistrikan yaitu filter pasif, filter pasif sendiri
dirancang menggunakan komponen pasif seperti R, L dan C yang berguna
menghilangkan arus harmonisa yang tidak diinginkan dalam sisitem tenaga
listrik. Ada 4 tipe filter pasif yaitu band pas, double band pass, high pass,
composite. Filter pasif single tuned pada frekuensi resonansi kecil memiliki
impedansi yang kecil juga, sehingga filter akan membelokkan ketika terdapat
frekuensi yang setara dengan frekuensi resonansi.

Gambar 2.8 Tipe Filter Aktif

Komponen utama yang terdapat pada filter pasif adalah:


1. Kapasitor
Kapasitor dihubungkan seri atau parallel untuk memperoleh sebuah
total rating tegagan dan kVar yang diinginkan

2. Induktor
Induktor digunakan dalam rangkaian filter dirancang mampu
menahan selubung frekuensi tinggi yaitu efek kulit (skin effect)

25
Gambar 2.9 Rangkaian pasif filter dalam sistem

Filter pasif tersusun dari kapasitor dan induktor dengan satu frekuensi
yang disetting pada frekuensi tegangan harmonisa yang akan dihilangkan.
Berikut ini merupakan rumus dari frekuensi setting:

1
Fr= (2.16)
2 π √ LC

Dimana:
Fr = Frekuensi Setting
L = Induktansi
C = Kapasitansi

2.13.Filter Aktif
Filter Aktif bertujuan untuk menggagalkan komponen arus harmonisa
yang dihasilkan oleh beban non-linier. Terdapat dua jenis filter aktif yaitu filter
aktif shunt dan series.

2.13.1 Filter Aktif Shunt


Pada dasarnya filter aktif shunt menyaring arus harmonisa dengan cara
menghasilkan filter kompensasi yang dimana gelombangnya berbanding
terbalik dengan arus harmonisa yang berada pada beban.Fase saat ini filter aktif
shunt dan beban fase saat ini memiliki fase yang sama atau fase berlawanan
frekuensi harmonik, kedua fase akan saling membalikkan sehingga jumlah
vektor saat ini menjadi nol pada arus suplai (supply) pada Titik Koneksi Umum
(PCC) sehingga arus suplai hampir sinusoidal

26
Gambar 2.10. Topologi Shunt Active Filter

Gambar diatas merupakan topologi dari sebuah filter aktif shunt dimana
terdapat sumber 3 fasa, sebuah beban non linier dan sebuah filter aktif shunt
yang dihubungkan dengan beban non linier.

Rangkaian pada Gambar 2.10 didapat persamaan sebagai berikut

is=iL – iC (2.17)

Dengan:
Is = Arus Harmonisa
IC = Arus injeksi harmonisa
IL = Arus yang mengalir ke Beban

2.13.2 Filter Aktif Series


Filter aktif series mampu mengkompensasi maupun menyaring harmonisa
dalam kondisi tegangan seimbang maupun tidak seimbang pada sistem yang
memiliki tegangan tinggi maupun rendah. Bagian dari filter aktif series yaitu
output inverter dihubungkan ke filter L- atau LC lalu dihubungkan ke
transformator. Filter aktif seri dirancang secara seri antara catu daya dan beban,
terlihat pada gambar

27
Gambar 2.11. Topologi Series Active Filter

Gambar 2.11 diatas merupakan topologi dari rangkaian filter aktif


series dimana filter tersebut dirangkai secara seri antara sumber dengan beban
non linier

2.13.3 Voltage Source Inverter


Menurut Akagi, terdapat dua jenis rangkaian inverter yang digunakan
untuk filter aktif tiga fasa, yaitu Voltage Source PWM Converter yang
dilengkapi dengan kapasitor sebagai sumber DC, dan Current Source PWM
Converter yang dilengkapi dengan inductor dc. Voltage Source PWM
Converter atau disebut Voltage Source Inverter. Akagi menilai bahwa VSI
lebih sesuai sebagai inverter untuk filter aktif jika dibandingan dengan Current
Source Inverter karena VSI lebih tinggi dalam efisiensi, lebih rendah dalam
biaya, dan lebih kecil dalam ukuran fisik, terutama dalam hal perbandingan
antara kapasitor dc dan inductor dc gambar 2.12 memperlihatkan topologi
jenis-jenis inverter yang digunakan sebebagai filter aktif.
Penggunaan VSI untuk memungkinkan pengaturan arus harmonisa pada
filter aktif. Inverter ini menggunakan kapasitor dc sebagai suplai dan dapat
melakukan proses switching pada frekuensi yang tinggi untuk menghasilkan
sinyal yang mampu mengatasi arus harmonisa yang dihasilkan beban nonlinear.
Inverter yang digunakan merupakan inverter jenis bipolar. Mode operasi dari
penggunaan PWM-VSI sering disebut dengan Current Injection Type APF.

28
Gambar 2.12. Jenis Inverter untuk filter aktif a) VSI b) CSI

Penggunaan VSI (Voltage Source Inverter) untuk memungkinkan


pengaturan arus harmonisa pada filter aktif. Inverter ini menggunakan kapasitor
dc sebagai supply dan dapat melakukan proses switching pada frekwensi yang
tinggi untuk menghasilkan sinyal yang mampu mengatasi arus harmonisa yang
dihasilkan beban nonlinear. Inverter yang digunakan merupakan inverter jenis
bipolar. Mode operasi dari penggunaan PWM-VSI sering disebut dengan
Current Injection Type APF.
Tegangan Kapasitor dan kapasitas kapasitor diperoleh adalah sebagai
berikut:

Vn
Vdc= (2.18)
1,83

0,0345 X S
Cdc= 2 (2.19)
V dc

2.13.4 Kendali Filter Aktif


Kendali filter aktif ini menggunakan metode kendali arus sinusoidal untuk
menghasilkan sinyal kompensasi referensi. Harmonisa dalam sistem dideteksi
berdasarkann arus sesaat beban. Arus beban ini bersama dengan tegangan
referensi sistem tiga fasa ABC ditransformasikan ke sistem 0 menggunakan
Transformasi Clrake. Dengan input arus dan tegangan sistem 0 kemudian
dihitung untuk memperoleh daya sesaat dan arus kompensasi. Selanjutnya arus
kompensasi dalam bentuk sistem 0 dikonversi kembali ke sistem tiga fasa ABC.
Blok diagram dari kendali filter aktif ditunjukkan pada gambar 2.13

29
Gambar 2.13. Blok Diagram Kendali Filter Aktif

Transformasi tegangan dan arus dari sistem tiga fasa ABC ke sistem 0
menggunakan Transformasi Clarke dengan mengabaikan urutan nol adalah
sebagai berikut:

[ ][ ]
−1 −1
1 Va
[ ]√
Vα = 3
Vβ 2
0 √
2
3
2
− √3
Vb
Vc
(2.20)

2 2

[ ][ ]
−1 −1
1 ia
[ ]√


=
3
2
0
2
√3
2
−√ 3
ib
ic
(2.21)

2 2

Daya nyata sesaat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

P=V α i α + V β i β (2.22)

30
Daya Imaginer dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

q=V β i α −V α i β (2.23)

Daya nyata p terdiri dari dua komponen, yaitu daya nyata rata-rata p dan
daya osilasi p~. Pemisahan daya ratarata p dari daya nyata p dilakukan dengan
menggunakan Second Low Pasif Filter Butterworth untuk memotong frekuensi
150Hz.Frekuensi yang dihilangkan dapat dipilih tergantung pada frekuensi
yang harus dihapus dari arus beban untuk memastikan bahwa waktu yang
keterlambatan pada filter ini tidak akan mengurangi kinerja Filter Aktif
Shunt.Jadi, Filter Aktif Shunt ini benar-benar mengkompensasi harmonisa arus
frekuensi tinggi yang menghasilkan frekuensi daya pada harmonisa lebih besar
dari 150 Hz. Dengan mengurangkan daya rata-rata p terhadap daya nyata p,
akan dihasilkan daya osilasi p~

Arus kompensasi dihitung berdasarkan persamaan berikut:

[] [
Vα V β ~
][ ]
¿
i cα 1 p+ Ploss
¿ = 2 2 (2.24)
i cβ v α + v β V β −V α q

Dengan menganggap sistem ideal, rugi – rugi daya Ploss dapat diabaikan
sehingga arus kompensasi dihitung berdasarkan persamaan:

[] [ Vα V β ~
][ ]
¿
i cα 1 p
¿ = (2.25)
i cβ v α + v β V β −V α q
2 2

Arus kompensasi dalam sistem tiga fasa ABC dihitung berdasarkan invers
Transformasi Clarke, sebagai berikut:

31
[]√[ ]
1 0
2
i ca −1 √3 ¿ ¿
2
i cb = 2 [ i cα i cβ ]
2
2 (2.26)
3
2
i cc −1 −√ 3
2 2

2.13.5 Kendali Modulasi Arus


Kendali modulasi arus ini juga disebut sebagai kendali PWM yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan sinyal pensaklaran (switching) pada
VSI. Kendali ini membandingkan arus kompensasi actual pada sistem dengan
sinyal referensi arus yang dihasilkan oleh kendali Filter Aktif Shunt untuk
menghasilkan sinyal pensaklaran pada VSI. Untuk memperoleh sinyal
pensaklaran yang digunakanakan pada VSI ini digunakan Teknik Kendali
Histeresis (Hysteresis Control Technique). Dalam teknik kendali hysteresis ini,
sinyal arus kompensasi yang sebenarnya (I ca) dibandingkan dengan sinyal
kompensasi referensi disekitar pita hysteresis yang telah ditetapkan (I*ca)

2.13.6 Filter Ripple


Filter Rippel dihubungkan pada Filter Aktif Shunt dimaksudkan untuk
menala frekuensi sampai 1000 Hz. Filter ini akan meniadakan semua harmonisa
frekuensi tinggi yang dihasilkan pensaklaran IGBT (komponen elektronika
daya) pada VSI. Filter ini terdiri dari sebuah R, L dan C yang diperlihatkan
pada gambar 2.14 Berikut ini:

Gambar 2.14. Filter Ripple

32
Nilai kapasitor (farad) dari Filter Ripple ditentukan pada persamaan
berikut:

P RF
C RF = 2 (2.27)
ωf . V Rf

Nilai inductor (henry) dari filter ripple ditentukan pada persamaan berikut:

1
LRF = 2 (2.28)
( n . ω f ) C RF

Nilai Resisitor (ohm) dari filter ripple ditentukan pada persamaan berikut:

R RF=ωf . LRF . Q (2.29)

Dengan:
PRF = Daya Filter
ωf = Frekuensi Dasar
VRF = Tegangan Filter
Q = Faktor Kualitas.

33
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tentang analisa harmonisa pada sistem tenaga listrik ini
dilakukan di PT. Salim Ivomas Pratama Surabaya, salah satu perusahaan
manufaktur minyak goreng dan margarin yang berlokasi di Jl Tanjung Tembaga
No 2-6, Perak Barat, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, penelitian tugas
akhir ini dilakukan di Plant Boiler Batu Bara yang merupakan tempat
pengolahan air menjadi steam yang digunakan untuk pemanasan ke plant-plant
lainnya. Waktu penelitian berlangsung pada bulan Maret 2023 – Mei 2023.

3.2. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
terjun langsung ke lapangan, pengambilan data berupa pengukuran harmonisa
yang nantinya hasil pengukuran akan dilakukan analisa serta dibandingkan
dengan standar harmonisa SPLN 2012. Dalam penelitian ini, pengumpulan data
dilakukan panel SDP yang mengarah ke Plant Boiler Batu Bara yang nantinya
timbul, serta membandingkan dengan standar harmonisa yang berlaku.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian


Untuk menunjang Penelitian ini, maka diperlukan alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian yaitu Power Quality Analizer Fluke 43b dan baterai
yang sesuai

Gambar 3.1. Power Quality Analyzer Fluke 43b

Gambar diatas merupaka Power Quality Analyzer Fluke 43b yang


digunakan untuk mengukur harmonisa di plant boiler batu bara

34
3.4. Diagram Alir Penelitian
Proses Penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir ini menggunakan
diagram alir atau flowchart, berikut adalah gambar diagram alir tersebut.

Mulai

Pengumpulan
Data

Pengukuran THD
Pada SDP plant boiler
Batu Bara

Simulasi dengan
Program PSIM
Desain Filter pada
program PSIM

Analisa Kandungan Tidak


Harmonisa Sesuai
SPLN ?

Ya

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian

35
Tahapan penelitian ditampilkan dalam bentuk diagram alir (flowchart).
Diagram alir merupakan diagram yang menggambarkan tahapan kerja,
algoritma, atau proses yang ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol grafis
berisi langkah-langkah dan urutannya dihubungkan dengan panah. Diagram ini
menggambarkan cara peneliti dalam menjalankan permasalahan dan mencapai
tujuan yang ditentukan sejak awal. Diagram alir digunakan untuk menganalisa,
mendesain, mendokumentasikan, atau memanajemen sebuah proses di sebuah
bidang.

Pada penelitian ini, diagram alir digunakan untuk menunjukan tahapan


analisa harmonisa pada water treatment plant mulai dari awal hingga mencapai
hasil yang diinginkan yaitu apakah harmonisa yang timbul akibat penggunaan
peralatan elektronik sudah sesuai standar yang berlaku. Tujuannya adalah
memudahkan peneliti dan pembaca dalam memahami tahapan penelitian
Gambar (3.2) adalah diagram alir yang digunakan dalam penelitian ini

3.4.1 Pengambilan Data


Pengambilan data aktual merupakan data-data hasil pengukuran atau data
aktual penggunaan energi dan harmonisa baik dari transformator, panel MDP,
dan SDP. Pengambilan data ini dilakukan untuk mengetahui berapa harmonisa
yang ada, pengukuran ini dilakukan selama dua minggu bahkan lebih. Data-data
yang akan diambil dari pengukuran secara langsung adalah sebagai berikut:

1. Data kandungan harmonisa arus dan tegangan ordo ganjil


2. Data pengukuran phasa – phasa dan phasa netral panel MDP dan SDP
3. Data pembebanan pada transformator

3.4.2 Pengukuran Harmonisa


Melakukan pengukuran harmonisa menggunakan alat ukur power quality
analyzer fluke 43b. Pengukuran yang dilakukan yaitu:

1. Pengukuran harmonisa arus dan tegangan orde ganjil pada SDP.


Pengukuran harmonisa baik arus dan tegangan dilakukan pada
setiap panel MDP dan SDP, pengukuran hanya dilakukan pada orde
atau urutan ganjil dimulai dari orde ke-3 sampai ke-19. Urutan orde
harmonisanya sebagai berikut orde ke-3, orde ke-5, orde ke-7, orde
ke-9, orde ke-11, orde ke-13, orde ke-15, orde ke-17, orde ke-19,
yang diukur dalam individual harmonic distortion hanya orde-orde
tersebut yang disebutkan dan tidak mengukur harmonisa orde genap,

36
karena pada harmonisa orde genap memiliki kandugan individual
harmonic distrotion yang kecil dan jika dijumlah akan menghasilkan
nilai kosong.

2. Pengukuran Phasa – Phasa pada MDP/SDP


Pengukuran phasa – phasa baik pada panel MDP dan SDP
dilakukan untuk mengumpulkan nilai dari Tegangan (V), Arus (A),
Daya aktif (KW), Daya nyata (KVA), Cos phi (ф), dan total harmonic
distrorion baik arus maupun tegangan, untuk pengukuran phasa –
phasa dilakukan pada phasa R-S, S-T, dan R-T pada panel SDP dan
MDP.

3. Pengukuran Phasa - Netral pada MDP/SDP


Pengukuran phasa – netral baik pada panel MDP dan SDP
dilakukan untuk mengumpulkan nilai dari Tegangan (V), Arus (A),
Daya aktif (KW), Daya nyata (KVA), Cos phi (ф), dan total harmonic
distrorion baik arus maupun tegangan, untuk pengukuran phasa –
phasa dilakukan pada phasa R, S, dan T pada panel SDP dan MDP.
Pengukuran phasa – netral ini digunakan untuk menganalisa arus
hubungan singkat, pembebanan, dan rekomedasi filter yang digunakan
dalam peredaman harmonisa.

3.4.3 Menganalisa Kandungan Harmonisa


Melakukan beberapa proses Analisa dari perolehan data pengukuran
dilapangan. Analisa yang dilakukan yaitu:

1. Analisa Arus hubung singkat


Untuk mengetahui arus hubung singkat dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:

s
I FL = (3.1)
√3 X V

KVA x 100
I SC = (3.2)
%z x √ 3 x KV

37
Untuk mengetahui Total Harmonik Distortion tegangan dan arus
maka dapat mengunakan rumus berikut ini:

THD Arus:

2 1 /2
THDi R=( IHD 2 + IHD 3+ IHD 4 + …+ IHD n )
2 2 2
(3.3)

2 1 /2
THDi S=( IHD 2 + IHD 3+ IHD 4 + …+ IHD n )
2 2 2
(3.4)

1/ 2
THDi T =( IHD22 + IHD 23 + IHD 24 +…+ IHD 2n ) (3.5)

THD Tegangan:
1 /2
THDv R=( IHD 22 + IHD 23+ IHD 24 +…+ IHD 2n ) (3.6)

1 /2
THDv S=( IHD 22 + IHD 23+ IHD 24 +…+ IHD 2n ) (3.7)

2 1/ 2
THDv T =( IHD 2+ IHD 3 + IHD 4 +…+ IHD n )
2 2 2
(3.8)

2. Analisa Pembebanan pada Transformator.


Analisa Analisa pembebanan pada transformator dilakukan dengan
mengetahui arus nominal yang diperoleh dari pengkuran arus pada
table phasa – netral, dan arus full load diperoleh dari perhitungan IFL
(Arus Full Load) dengan rumus sebagai berikut:

Arus nominal x 100 %


%Pembebanan= (3.9)
Arus Full Load

Maka diperoleh nilai pembebanan dalam presentase (%)

Menghitung nilai IL pada tiap Phasa, maka akan dapat menentukan


range untuk mengetahui apakah kandungan harmonisa melebihi
standar atau tidak menggunakan rumus sebagai berikut

I SC /I L

38
KW Pembebanan
I L= Atau I L= x IFL (3.10)
PF x √ 3 x KV 100

3. Analisa THD (Total Harmonik Distortion) pada SDP


Untuk menganalisa THD pada masing-masing panel baik arus
maupun tegangan memiliki metode tersediri, untuk menganalisa THD
arus dilakukan pada orde orde tertentu yang dianamakan TDD (total
Demond Distortion), sebelum menetukan TDD maka analisa
sebelumnya berupa IL (arus nominal), ISC/IL (arus short Circuit) /
(arus nominal), Range berupa hasil perhitungan yang digunakan untuk
menetukan standart yang digunakan pada SPLN 2012, dan standar
yang digunakan ditentukan dari perhitungan range. Untuk Analisa
TDD berdasarkan orde sebagai berikut:

a) Analisa TDD Arus Orde <11 (3,5,7,9)


b) Analisa TDD Arus Orde 11 s/d 16 (11,13,15)
c) Analisa TDD Arus Orde 17 s/d 22 (17,19)
d) Analisa TDD Arus total

Setelah mengetahui nilai dari THD (Total harmonic Distrotion) baik arus
dan tegangan, nilai IL (arus nominal), ISC/IL (arus short Circuit) / (arus
nominal), Range, dan standar SPLN 2012 yang digunakan, langkah selanjutnya
membandingkan apakah THD tersebut melebihi standart harmonisa yang telah
ditetepkan atau tidak, jika melebihi maka akan dicari darimana sumber
harmonisa tersebut timbul yang akan berguna pada analisa selanjutnya.

4. Analisa Sumber Harmonisa


Sumber harmonisa dapat dilihat dari hasil analisa THD (Total
Harmonic Distortion,) arus maupun tegangan. Setelah diketahu dari
mana sumber harmonisa berasal dan beban peralatan elektronik apa
yang digunakan pada panel-panel di Plant Boiler Batu Bara maka
langkah selanjutnya berupa rekomendasi perdemana jika terdapat
harmonisa yang melebihi batas. Analisa sumber harmonisa berguna
untuk mengetahui dari mana sumber harmonisa berasal dan setelah
mengetahui sumber apakah harmonisa tersebut masih dalam ambang
batas yang ditentukan atau melebihi ambang batas yang ditentukan,
yaitu SPLN 2012 dan IEEE 519. Jika terdapat harmonisa yang

39
melebihi langkah selanjutnya adalah melakukan rekomendasi
peredaman harmonisa.

3.5. Solusi dan Rekomendasi Peredaman Harmonisa


Setelah tahap pengukuran variabel, peneliti mengomparasi dengan
standart harmonisa sesuai SPLN ataupun IEEE, jika hasil pengukuran dan
analisa harmonisa melebihi dari standart yang ditentukan maka harus ada upaya
peredaman harmonisa dengan menggunakan filter pasif atau filter aktif.
Peredaman harmonisa menggunakan filter-filter tersebut sebaiknya ditinjau
dulu dari segi kegunaan agar tidak terjadi ketidakcocokan filter terhadap
peredaman harmonisa yang timbul di peralatan peralatan elektronik.
Dalam penelitian kalini peneliti mencoba meredam harmonisa
menggunakan filter aktif shunt karena filter aktif dinilai lebih baik dalam upaya
peredaman harmonisa yang ada, setelah mendesain filter aktif langkah
selanjutnya yaitu mensimulasikan filter aktif tersebut dangan program elektro
PSIM.

3.5.1 Desain Filter Aktif


Membuat sebuah desain filter aktif dengan bantuan software PSIM, yang
dibutuhkan dalam mendesain sebuah filter aktif yaitu:

1. Arus Harmonisa i(t) pada sistem termasuk arus fundamental


dideteksi menggunakan sensor arus
2. Dari sensor arus kemudian arus harmonisa tersebut diolah dengan
band pass filter untuk ditetapkan batas orde harmonisa yang akan
direduksi.

i ( band pass ) =i ( t )
( ,2
kBs
2
s + Bs+ω 0 ) ( Sumber; PSIM versi 9.0.3)

3. Karena arus keluaran dari band pass filter masih mengandung


komponen fundamental, maka tahap selanjutnya adalah
menghilangkan komponen fundamental tersebut dengan cara
dikurangkan dengan arus referensi. Sehingga hasil keluaran
merupakan komponen harmonisanya saja

40
i ref =i 1−i ( band pass )=i 1−i ( t )
( ,2
kBs
2
s + Bs+ω 0 )
4. Pengaturan nilai kontroler P dan I akan memperbaiki amplitudo dari
i ref
5. Sebelum masuk ke komparator sinyal i ref akan dibatasi dengan
menggunakan limiter.
6. Input bagi komparator adalah dengan diaktifkannya SPWM. Cara
kerjanya adalah dengan membandingkan arus i ref terhadap sinyal
carrier dan selanjutnya baru masuk kedalam komparator
iref
7. Perbandingan magnitude (indeks modulasi ) akan menentukan
ic
tegangan keluaran dari inverter. Sedangkan perbandingan frekuensi
i ref terhadap carrier menentukan harmonisa yang akan dihasilkan.
8. Sinyal keluaran dari komparator akan menjadi sinyal masukan bagi
gerbang IGBT. Dengan kombinasi pensaklaran IGBT maka akan
dihasilkan output pada inverter
9. Output dari inverter ini akan di feedback terlebih dahulu melalui
sensor arus yang kemudian dimasukkan sebelum kontroler P dan I
untuk kembali diatur sehingga dihasilkan sinyal referensi berbentuk
sinus.
10. Dengan dihasilkan sinyal yang lebih baik maka inverter VSI dengan
kontrol SPWM akan menginjeksikan arus kedalam sistem. Sebelum
diinjeksikan, pada keluaran inverter dipasang komponen R, L, dan C
yang berfungsi menyesuaikan nilai THD I.
11. Arus yang diinjeksikan kedalam sistem mengandung harmonisa
yang berlawanan dengan nilai THD I yang hampir sama
12. Jika nilai THD I pada sistem telah mengalami penurunan dan sesuai
dengan standart IEEE maka desain model filter Aktif berhasil.

41
Gambar 3.3. Pemodelan Filter Aktif tiga fasa dengan Software PSIM

Gambar diatas merupaka pemodelan atau sebuah desain filter aktif tiga
fasa dengan menggunakan bantuan software elektronika PSIM.

3.6. Jadwal Pelaksanaan


Jadwal Pelaksanaan penelitian digunakan untuk memudahkan peneliti
dalam melakukan analisa agar sesuai target yang ditentukan dan penelitian
lebih terstrukut dan terarah yang akan dilakukan pada analisa dalam bentuk
laporan tugas akhir, jadwal pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel 3.1. Standart Harmonisa Tegangan.


Bulan ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5

Studi Literatur

Pengambilan Data Industri

Pengolahan Data Industri


Pengolahan dan Analisa Data
Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Penelitian dilakukan selama 4 bulan dibulan pertama melakukan studi


literatur, pada bulan ke 2 melakukan proses pengambilan data industri dan
pengolahan data industry, pada bulan ke 3 melakukan proses lanjutan
pengolahan data industri dan analisis data, pada bulan ke 4 melakukan sebuah
proses pnyusu

42
Halaman ini sengaja dikosongkan.

43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Kelistrikan di PT.Salim Ivomas Pratama


Dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di plant boiler batu bara di
suplai oleh sumber dari PLN dengan transformator yang mempunyai kapasitas
daya 1600 KVA, digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi listrik yang ada
pada plant tersebut agar kegiatan produksi berjalan dengan lancar. Pada plant
boiler batu bara terdapat 3 inverter / VFD yang digunakan untuk motor.

4.2. Data dan Hasil pengukuran


Data Spesifikasi Transformator

Buatan Pabrik : ABB TRAFO BB

Tipe : Indor / Outdor

Daya : 1600 KVA

Tegangan Kerja : 400 v

Hubungan : Dyn 5

Impedansi : 6%

Trafo : 1 x 3 phase

Analisa Perhitungan Arus Hubung Singkat.

Z = 6%

S = 1600 Kva

V = 400 v = 0,4KV Phase – Phase

S 1.600.000
I FL = = =2309,401ampere
√ 3 x V √3 x 400
KVA x 100 1600 x 100
I SC = = =3849001,74 ampere
% Z x √ 3 x KV 6 % x √ 3 x 0,4

44
4.2.1 Data Hasil Pengukuran pada SDP Plant Boiler Batu-Bara
1. Pengukuran Harmonisa Arus dan Tegangan Orde Ganjil pada SDP

45
Halaman ini sengaja dikosongkan.

46
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setiap akan melakukan numbering pada sub bab tertentu, harus diberi
narasi seperti ini sebelum masuk ke dalam poin-poin. Kesimpulan yang dapat
diambil dari template ini adalah sebagai berikut.
1. Poin yang ada di kesimpulan harus menjawab rumusan masalah yang ada.
2. Sehingga, jumlah poin atau numbering yang ada harus sesuai dengan
jumlah rumusan masalah.

5.2. Saran
Saran harus konkrit, aktual, dan layak. Saran ditujukan kepada penelitian
berikutnya. Setiap akan melakukan numbering pada sub bab tertentu, harus
diberi narasi seperti ini sebelum masuk ke dalam poin-poin. Saran yang dapat
penulis berikan dari template ini adalah sebagai berikut.
1. Teliti saat mengerjakan dan atur jadwal dengan konsisten agar hasil
maksimal.
2. Bimbingan dilakukan dengan rajin dengan membawa progress yang
berarti.
3. Tetap berdoa dan semangat.

47
DAFTAR PUSTAKA

(harus di lembar baru, silahkan disesuaikan format nomor halaman dan


margin halaman ganjil)

[1] H. Himawanto, “Produktivitas Penulis Indonesia di Riset Energi


Internasional (Kajian Jurnal ScienceDirect),” Khizanah al-Hikmah J. Ilmu
Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, vol. 4, no. 1, pp. 1–23, 2016.

[2] P. Agreement, “Paris agreement,” in Report of the Conference of the


Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change
(21st Session, 2015: Paris). Retrived December, 2015, vol. 4, p. 2017.

[3] N. A. Basyarach and A. L. Wardani, “ANALISIS PEMAKAIAN DAN


UPAYA PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI GEDUNG
PERKANTORAN SURABAYA,” in SEMINAR NASIONAL
KONSORSIUM UNTAG SE INDONESIA, 2020, vol. 2, no. 1.

48
LAMPIRAN

(harus di lembar baru, silahkan disesuaikan format nomor halaman dan margin
halaman ganjil)

Lampiran A. Surat Balasan Tempat Penelitian.

49
Lampiran B. Dokumentasi Penelitian.

50
Lampiran C. Contoh lampiran.

Lampiran C.1 Contoh lampiran.

Lampiran C.2 Contoh lampiran.

51

Anda mungkin juga menyukai