Ba. Hama Dan Penyakit Rumput Laut
Ba. Hama Dan Penyakit Rumput Laut
MATERI
HAMA DAN PENYAKIT RUMPUT LAUT
I. PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia
segala permasalahan dan hanbatan yang mungkin terjadi terutama terhadap
kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut perlu
mendapatkan perhatian khusus. Serangan hama dan penyakit bila dibiarkan dapat
berakibat menurunnya produksi. Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan
penyakit yang menyerang rumput laut sehingga dapat diambil langkah langkah
penanggulangannya atau paling tidak memperkecil kerugian. Data mengenai
dampak penyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas.
Kendala yang cukup berarti dalam budidaya rumput laut yang dapat
menyebabkan kerusakan cukup tinggi yaitu serangan hama dan penyakit. Hama
dapat berupa serangan ikan, penyu dan predator lainnya. Sementara penyakit yang
sering menyerang yaitu ice-ice yang diakibatkan oleh tekanan iklim atau kondisi
ekstrim yang dialami tanaman, seperti salinitas atau kandungan nutrisi dalam air
yang turun dengan tiba-tiba. Penyakit lainnya yaitu semacam lendir (mucus) yang
melekat pada rumput laut yang biasanya diproduksi oleh karang hidup (solf coral)
ataupun hard coral). Pertumbuhan tanaman juga akan terhambat dengan adanya
biota lain yang menjadi kompotitor dalam mendapatkan nutrisi maupun cahaya
matahari yang diperlukan dalam pertumbuhannya.
b. Larva Teripang.
Selain hama diatas, beberapa hama mikro lainnya juga menyerang tanaman
yang sakit akibat ice-ice seperti :nematoda mikroskopis, Alaimus primitimus,
Mylonchulus parabrachyurus dan Diploscapter coronata.
2.2. Hama Makro (Makro Grazer).
Hama makro adalah hama yang berukuran lebih besar dari ukuran 2 cm.
Beberapa hama makro yang sering ditemui menyerang dan menghancurkan
tanaman budidaya rumput laut antara lain : Ikan beronang (Siganus spp), Penyu
hijau (Chelinia midas), bulu babi (Diadema spp), teripang (Holothuria sp) dan bintang
laut (Protoneuster nodosus).
a. . Ikan Beronang.
Serangan beronang
c. Bulu Babi.
Bulu babi (Deadema) dan bulu babi duri pendek (Tripneustes) merupakan
hama yang merusak bagian tengah thallus. Serangan bulu babi dapat
mengakibatkan bagian cabang-cabang utama thallus terlepas dari tanaman induk.
Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil dan tidak terasa terutama pada areal
budidaya yang cukup luas. Hama bulu babi tidak dapat menyerang rumput laut
yang jauh dari dasar perairan.
Penyakit rumput laut dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau
terjadinya perubahan anatomi atau struktur yang abnormal. Misalnya adanya
perubahan dalam laju pertumbuhan dan penampakan seperti warna dan bentuk.
Perubahan ini pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat produktifitas hasil.
a. Penyakit “ Ice-ice “.
Ice-ice adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis
Eucheuma spp. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina.
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus
yang yang lama kelamaan menjadi pucat dan berangsur-angsur menjadi putih dan
akhirnya thallus tersebut putus. Penyakit ini timbul karena adanya mikrobayang
menyerang tanaman rumput laut yang lemah. Gejala yang diperlihatkan adalah
pertumbuhan yang lambat, terjadi perubahan warna menjadi pucat dan pada
beberapa cabang thallus menjadi putih dan membusuk.
Adanya perubahan lingkungan seperti; arus, suhu dan kecerahan di lokasi
budidaya dapat memicu terjadinya penyakit ice-ice. Tingkat penyerangannya dalam
waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Trono (1974), bahwa
penyebab penyakit ice-ice ini adalah terutama perubahan lingkungan yang tidak
sesuai untuk pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan rumput laut
tersebut. Sedangkan Uyenco (1981) mengatakan bahwa: kemungkinan penyebab
terjadinya penyakit ini karena adanya bakteri patogen tertentu. Hal ini menjadikan
bahwa sebenarnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan sekunder.
Kemungkinan efektifitas serangan bakteri hanya terjadi pada saat
pertumbuhan tanaman tidak efektif. Kerusakan tanaman akibat ice-ice dapat
mencapai 90 %, bahkan 100 % bila kondisi serangan berlangsung lama. Kondisi
ini akan diperparah karena adanya serangan sekunder dari Peryphyton yang
merupakan mikroorganisme kuatik yang umumnya berukuran planktonik,
phytoplnkton maupun zooplankton. Serangan sekunder sebagai lanjutan dari kondisi
serangan ice-ice dapat pula dilakukan oleh bakteri patogen seperti Pseudomonas
dan Staphylococus.
IV. KOMPETITOR
Kompetitor dari rumput laut yang dibudidayakan pada umumnya yaitu jenis-
jenis rumput laut lain yang melekat pada tanaman atau yang tumbuh disekitar
tanaman budidaya, seperti melekat pada bambu rakit apung, tali ris dan tali
utama.Jenis rumput laut yang melekat dan atau tumbuh disekitar tanaman budidaya
yang menjadi kompetitor bagi rumput laut Eucheuma sp. antara lain Hypnea,
Dictyota, Acanthopora, Laurencia, Padina, Amphyroria, Sargasum dan alga filamen
seperti Cheotomorpha, Lyngbya dan Symploca (Atmadja & Sulistijo, 1977).
Atmadja, W.S, Kadi A., Sulistijo dan Rachmaniar, 1996. Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oceanologi - LIPI, Jakarta.
Efrianto, E. dan Liviawati, E., 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara
Pengolahannya. Penerbit Bhratara, Jakarta.
Janna T. A., Zatnika, A. Heri P., Sri Istini, 2006. Rumput Laut (Pembudidayaan,
Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G., 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.