Anda di halaman 1dari 10

Isian Substansi Proposal

SKEMA PENELITIAN DASAR


Petunjuk: Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan
sesuai dengan petunjuk pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi
template atau penghapusan di setiap bagian.

JUDUL
Tuliskan Judul Usulan

Pengaruh Pemberian Putih Telur terhadap Adekuasi Hemodialisis dan Status Gizi pada Pasien
dengan Hemodialisis

RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, dan luaran yang
ditargetkan.

Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan penting karena prevalensinya terus
meningkat. Menurut United State Renal Data System (USRDS) di Amerika Serikat, prevalensi PGK
meningkat 20-25% setiap tahunnya 1,2. Berdasarkan data riskesdas, proporsi pasien PGK yang
sedang menjalani terapi hemodialisis pada penduduk yang berumur > 15 tahun adalah sebesar 19,3%
3
. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien hemodialisis adalah tingginya kadar fosfor darah
(hiperfosfatemia) dan malnutrisi energi protein (MEP) yang disebabkan karena hilangnya asam amino
selama proses hemodialisis. Kedua masalah ini dapat mempengaruhi adekuasi hemodialisis (Kt/V)
yang merupakan prediktor morbiditas dan mortalitas pasien HD 4. Sebuah studi menunjukkan bahwa
terdapat korelasi antara adekuasi hemodialisis dengan mortalitas pada pasien hemodialisis nilai
hazard ratio (HR) 0,95; CI 95%, 0,91–1,00; P = 0.031 5. Pengaturan diet pada pasien hemodialisis
merupakan tantangan tersendiri bagi ahli gizi di rumah sakit. Pemberian intervensi putih telur pada
pasien hemodialisis diharapkan dapat menurunkan asupan fosfor tanpa menyebabkan MEP. Alasan
pemberian putih telur karena memiliki kandungan protein tinggi dan fosfor rendah, albumin pada putih
telur (ovalbumin) per 100 gramnya mengandung rata-rata 10,5 g protein yang 95% nya adalah
albumin (9,83 g) 7,8. Sehingga, dengan pemberian putih telur dapat menurunkan asupan fosfor dan
dapat meningkatkan kadar albumin tanpa mengurangi kandungan protein dari makanan lain serta
mempengaruhi adekuasi dan status gizi pasien. Selain itu, di tinjau dari segi faktor ekonomi, harga
putih telur cenderung lebih terjangkau dan mudah didapatkan dibanding dengan protein hewani lain.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian putih telur terhadap
adekuasi hemodialisis dan status gizi pasien PGK tahap V dengan hemodialisis.
Urgensi : Perbaikan status gizi pasien PGK tahap V dengan hemodialisis supaya tidak terjadi MEP
dan hiperfosfatemia yang dapat mempengaruhi adekuasi hemodialisis yang merupakan prediktor
morbiditas dan mortalitas pasien hemodialisis.
Luaran : Artikel di Jurnal Internasional Terindeks di Pengindeks Bereputasi dengan status
accepted

KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
Putih telur, Adekuasi hemodialisis, Fosfor, Albumin, masa otot

PENDAHULUAN
Penelitian Dasar merupakan riset yang memuat temuan baru atau pengembangan ilmu
pengetahuan dari kegiatan riset yang terdiri dari tahapan penentuan asumsi dan dasar hukum
yang akan digunakan, formulasi konsep dan/ 1 atau aplikasi formulasi dan pembuktian konsep
fungsi dan/ atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental.

Pendahuluan penelitian tidak lebih dari 1.000 kata yang terdiri dari:
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu sindrom hilangnya fungsi ekskresi, endokrin, dan
metabolisme secara progresif dan bersifat ireversibel. PGK stadium akhir memerlukan terapi
pengganti ginjal berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal 8,9. PGK merupakan masalah kesehatan
penting karena prevalensinya terus meningkat. Berdasarkan data Riskesdas proporasi pasien PGK
yang sedang dan menjalani terapi hemodialisis pada penduduk yang berumur > 15 tahun adalah
sebesar 19,3% 3.
Hemodialisis yang tidak adekuat akan mempercepat progresivitas penyakit dan menurunkan
kualitas hidup pasien. Dosis hemodialisis yang tidak mencukupi juga memperburuk anoreksia dan
kelebihan cairan yang berakhir dengan kondisi malnutrisi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien
hemodialisis adalah hiperfosfatemia dan MEP, kedua masalah ini dapat mempengaruhi adekuasi
hemodialisis yang merupakan prediktor morbiditas dan mortalitas pasien HD 10. Oleh karena itu,
penting mengetahui cakupan dosis hemodialisis yang diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis.
Malnutrisi Energi Protein, keadaan malnutrisi yang berat, diamati pada 20-50% pasien
hemodialisis kronis 11. Salah satu faktor penyebab nya karena, hilangnya albumin dan 30% asam
amino selama 1 jam sesi hemodialisis 12. Studi di Netherland menunjukkan bahwa 12 gram asam
amino hilang dalam satu sesi hemodialisis yang menyebabkan penurunan konsentrasi asam amino
plasma 13. Kehilangan asam amino selama hemodialisis berkontribusi besar terhadap hilangnya massa
otot dan berkaitan dengan perburukan klinis, gangguan kapasitas fungsional yang berdampak pada
kualitas hidup, meningkatnya rerata infeksi dan komplikasi 14. Konsentrasi albumin dan prealbumin
serum yang rendah juga merupakan indikator biokimia penting MEP, untuk menilai status gizi, dan
merupakan prediktor kuat risiko kematian pada pasien hemodialisis 3,15. Sebuah studi di Jepang
mengkonfirmasi bahwa kadar albumin serum rendah, masa otot menurun secara signifikan pada
ekstremitas bawah serta mengalami gangguan kekuatan otot pada pasien hemodialisis usia lanjut 16.
Tanda dan gejala fungsi ginjal yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
untuk melakukan kontrol homeostatis seperti pemeliharaan keseimbangan cairan,elektrolit dan
mineral. Ketidakseimbangan multi mineral yang ditandai dengan penurunan vitamin D aktif dan
pengurangan penyaringan fosfat. Hal ini menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia, yang dapat
meningkatkan kadar hormone paratiroid (PTH). Hiperparatiroidisme sekunder menyebabkan
osteodistrofi ginjal, dan peningkatan Calcium-Phospate Product (CaXP) 1,7.
Malnutrisi Energi Protein dan hiperfosfatemia pada pasien hemodialisis juga di pengaruhi oleh
asupan makan dan pengaturan diet. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan adanya hubungan
antara asupan protein dengan kadar fosfor darah. Diet tinggi protein pada pasien hemodialisis dapat
mengakibatkan hiperfosfatemia karena adanya gangguan metabolisme mineral yang berhubungan
dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulus (LFG) ginjal 17.
Rumusan Masalah : Apakah terdapat pengaruh pemberian putih telur terhadap adekuasi hemodialisis
dan status gizi pasien PGK tahap V hemodialisis di RSUD dr. H. Soewondo Kendal?

B. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH


Pemberian putih telur sebagai lauk hewani pada pasien hemodialisis, dikarenakan putih telur
memiliki kandungan protein tinggi dan fosfor rendah, albumin pada putih telur (ovalbumin) per 100
gramnya mengandung rata-rata 10,5 g protein yang 95% nya adalah albumin (9,83 g) 3. Oleh karena
itu alasan pengujian putih telur pada pasien hemodialisis untuk membantu mengontrol kadar fosfor
dan dapat meningkatkan albumin tanpa mengurangi kandungan protein dari makanan lain serta
adakah pengaruh terhadap adekuasi (Kt/V) dan status gizi pasien hemodialisis berdasarkan masa otot

C. STATE OF THE ART


Beberapa penelitian telah meneliti pengaruh pemberian putih telur terhadap kadar albumin,
fosfor, status gizi, maupun tingkat inflamasi melalui kadar CRP pada pasien hemodialisis. Studi
2
Observasional Prospektif oleh Clotilde Muller, et.al (2016) selama 6 bulan pengamatan menunjukkan
bahwa penambahan protein dengan telur rebus selama sesi hemodialisis, sebagai tambahan menu
makan dapat meningkatkan status gizi yang di tunjukkan dengan menurunnya Skor Moreau dan
Gaudry (Skor prediksi terjadi nya malnutrisi energy dan protein), CRP pada pasien hemodialisis.
Tingkat katabolik Protein semakin membaik 0,01 g/kg/hari dan setengah dari subjek penelitian berhasil
menghentikan pemberian tambahan nutrisi parenteral intradialitik 4. Selain itu, ada juga efek positif dari
studi B. Guida, et.al di Italia (2018) yang melakukan studi eksperimen dengan menyarankan subjek
penelitian untuk mengkonsumsi putih telur sebanyak 6 butir putih telur 3x / minggu selama 3 bulan
menunjukkan konsentrasi serum fosfat secara signifikan lebih rendah pada kelompok intervensi
dibandingkan kontrol setelah tiga bulan, tetapi tidak signifikan pada pengamatan selama satu bulan
dan tidak ada perubahan berat badan atau komposisi tubuh yang dinilai dengan BIA serta konsentrasi
albumin serum yang diamati pada kedua kelompok 7. Sedangkan sebuah studi percobaan oleh Lynn
M. Taylor, et.al (2011) yang melakukan intervensi pemberian putih telur cair yang dipasteurisasi tanpa
zat aditif fosfor sebanyak 225 gr selama 6 minggu menunjukkan penurunan fosfor serum pada dua
belas subjek penelitian dan peningkatan albumin sebesar 0,19 g/dl.
Namun belum ditemukan penelitian yang membuktikan pengaruh pemberian putih telur terhadap
adekuasi hemodialisis dan status gizi (albumin,masa otot) pada pasien PGK tahap V hemodialisis di
Jawa Tengah, Indonesia dimana terdapat perbedaan bahan makanan yang di konsumsi dengan
penelitian sebelumnya 18.

D. ROADMAP

2019-2020 2021-2022 2023 2023 2024

Penelitian pemberian Artikel telah terbit,


Penelitian dan
Penelitian dan putih telur terhadap diseminasi hasil penelitian
publikasi studi Penyusunan laporan,
publikasi validasi dan adekuasi hemodialisis dan rekomendasi kebijakan
observasional manuskrip, dan
reproducibility Food dan status gizi berdasarkan hasil
tentang diet dan rekomendasi hasil
Frequency (albumin,masa otot) penelitian pemberian diet
Penyakit Ginjal penelitian
Questionnaire pada pasien PGK pada pasien PGK dengan
Kronis tahap V hemodialisis hemodialisis

METODE

Metoda atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 1.000
kata. Bagian ini dapat dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa
yang sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format
diagram alir dapat berupa file JPG/PNG. Metode penelitian harus dibuat secara utuh dengan
penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan
yang tercermin dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimen pre-post-test with control group design
atau eksperimen semu. Pada kuasi eksperimen, pengambilan sampel dilaksanakan dengan cara
dicocokkan (matching) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol bukan secara random
3
sampling. Hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan tertentu seperti memperkecil bias yang
mungkin terjadi saat penelitian19.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah pasien PGK tahap V hemodialisis di RSUD dr. H. Soewondo Kendal dan
masuk dalam kriteria inklusi, Berikut kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian :
1. Kriteria Inklusi :
a. Pasien HD rutin 2x / minggu, minimal 3 bulan dan dengan dosis dan modalitas hemodialisis
stabil
b. Asupan makan stabil
c. Terdapat data pemeriksaan berat badan dan biokimia 3 bulan yang lalu
d. Tidak alergi terhadap putih telur
2. Kriteria Eksklusi :
a. Pasien dengan komplikasi diabetes, penyakit hati, keganasan, paratiroidektomi
b. Pasien non-kolaboratif
c. Pasien drop out sebelum menyelesaikan penelitian

C. PERHITUNGAN SAMPEL

Dari hasil perhitungan sampel menggunakan rumus perhitungan sampel penelitian analitis dengan
skala pengukuran numerik antara 2 kelompok berpasangan, maka total subjek penelitian yang
diperlukan sebanyak 28 orang. Namun ditambahkan 20 % untuk menghindari terjadinya drop out
sehingga total menjadi 34 orang dengan minimal 17 orang pada kedua kelompok.

4
D. DIAGRAM ALIR

34 subjek penelitian di bagi menjadi 2 Kelompok ,


yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Kelompok perlakuan (17 Subjek) : Kelompok kontrol (17 Subjek) :


Pemberian putih telur dan Edukasi gizi Edukasi gizi sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan gizi setiap subjek gizi setiap subjek penelitian
penelitian

Pemeriksaan Awal : Pemeriksaan Awal :


Pemeriksaan antropometri (BB, Pemeriksaan antropometri (BB,
TB,masa otot) dan biokimia (ureum TB,masa otot) dan biokimia (ureum
pre post HD, fosfor dan albumin) pre post HD, fosfor dan albumin)
Skrining gizi SGA Skrining gizi SGA

Pengumpulan data sekunder biokimia Pengumpulan data sekunder biokimia


(serum iron, Hb), ultrafiltration HD (serum iron, Hb), ultrafiltration HD

Pengumpulan data asupan SQ-FFQ Pengumpulan data asupan SQ-FFQ

Pengukuran adekuasi HD Pengukuran adekuasi HD

Pemberian edukasi gizi (pengaturan diet


Pemberian putih telur dengan
berdasarkan kebutuhan gizi tiap subjek penelitian)
frekuensi 3x/minggu dan edukasi
edukasi ke pasien agar mengkonsumsi protein
gizi (pengaturan diet berdasarkan
hewani beragam selama 2 bulan
kebutuhan gizi) selama 2 bulan

Pemeriksaan akhir : Pemeriksaan akhir :


Pemeriksaan antropometri (BB, TB, Pemeriksaan antropometri (BB, TB,
fat free mass) dan biokimia (ureum fat free mass) dan biokimia (ureum
pre post HD, fosfor dan albumin) pre post HD, fosfor dan albumin)

Skrining Gizi SGA Skrining Gizi SGA

Pengumpulan data sekunder biokimia Pengumpulan data sekunder biokimia


(serum iron, Hb), ultrafiltration HD (serum iron, Hb), ultrafiltration HD

Pengumpulan data asupan SQ-FFQ Pengumpulan data asupan SQ-FFQ

Pengukuran adekuasi HD Pengukuran adekuasi

Pengolahan dan analisis data


data

5
E. TAHAP PENELITIAN

1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan proposal dan pengajuan Ethical Clearence di FK Universitas Diponegoro
b. Pengurusan surat izin penelitian kepada instansi yang berwenang di RSUD dr. H. Soewondo
Kendal
c. Mempersiapkan instrument penelitian meliputi kuesioner karakteristik subjek penelitian, form SQ-
FFQ, BIA, microtoise, form kepatuhan asupan putih telur, booklet edukasi, form pencatatan
biokimia dan adekuasi hemodialisis
d. Mempersiapkan stock putih telur.

2. Tahapan Pelaksanaan
a. Meminta kesediaan subjek untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent.
b. Mengumpulkan data karakteristik dan data sekunder responden
c. Mengukur antropometri pre intervensi berupa penimbangan berat badan dengan instrument
penelitian yaitu timbangan berat badan, tinggi badan dengan microtoise dan masa otot dengan
BIA pada kedua kelompok
d. Mengukur skrining gizi pada pasien hemodialisis dengan skor SGA sebelum dilakukan intervensi
e. Mengukur SQ FFQ pre intervensi pada kedua kelompok
f. Mengambil sampel biokimia (kadar albumin, Ureum pre post HD, fosfor darah) pre intervensi
pada kedua kelompok
g. Menghitung adekuasi hemodialisis pre intervensi pada kedua kelompok
h. Tiap sampel pada kelompok intervensi mendapat pemberian putih telur 3x/ seminggu selama 2
bulan. Rata – rata konsumsi putih telur 5,5 – 6 gr/ hari.
i. Kedua kelompok mendapat edukasi pengaturan diet yang sudah dianjurkan ahli gizi untuk pasien
PGK hemodialisis
j. Mengukur SQ-FFQ 1 bulan intervensi dan post intervensi pada kedua kelompok
k. Mengukur antropometri post intervensi berupa penimbangan berat badan dengan instrument
penelitian yaitu timbangan berat badan, tinggi badan dengan microtoise dan masa otot dengan
BIA pada kedua kelompok
l. Mengambil sampel biokimia (kadar albumin, ureum pre post HD, dan fosfor darah) post
intervensi
m. Menghitung adekuasi hemodialisis post intervensi pada kedua kelompok
n. Pengolahan data

F. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA

1. Jenis dan Cara Pengambilan


a. Data Primer
Data primer meliputi identitas dan latar belakang subjek, berat badan, tinggi badan, masa
otot, Skrining gizi, data biokimia (fosfor albumin dan ureum), data asupan makan (SQ-FFQ)
b. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah data biokimia (Hb, Serum iron)
2. Cara Pengambilan
a. Data karakteristik subjek pengambilan
Data karakteristik pasien didapat dengan melakukan pengisian kuesioner oleh pasien.
b. Data pelaksanaan skrining gizi
Data pelaksanaan skrining gizi didapatkan dengan cara melakukan wawancara dan
pengukuran dengan pasien hemodialisis yang menjadi subjek penelitian menggunakan skor
SGA.
c. Data status gizi
Data asesmen gizi meliputi berat badan, tinggi badan, IMT, Komposisi tubuh, masa otot
d. Data asupan

6
Data asupan zat gizi diperoleh melalui metode SQ-FFQ sebanyak 2 kali, yaitu pada awal,
dan akhir penelitian. Selanjutnya data jumlah konsumsi makanan dalam ukuran rumah
tangga (URT) dikonversi ke dalam berat gram makanan. Data hasil asupan zat gizi dihitung
menggunakan TKPI dan dibandingkan dengan kebutuhan gizi
e. Data biokimia
Data biokimia didapat dari hasil pemeriksaan laborat meliputi kadar ureum pre post HD,
serum albumin, fosfor, pre dan post intervensi. Sampel darah diambil menggunakan spuit
3cc melalui pembuluh darah vena mediana cubiti yang dilakukan oleh petugas laboratorium.
Sedangkan data sekunder; Hb, serum iron didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
ada dalam rekam medis responden.
f. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan timbangan berat
badan digital (body scales), microtoise sebagai alat ukur tinggi badan, BIA dan formulir SGA
skrining gizi untuk pasien hemodialisis.

G. ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat
Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji Shapiro Wilk,
dengan asumsi kelompok subjek penelitian termasuk ke dalam sampel kecil atau 30 kebawah
20
.
2. Analisis bivariat
Apabila data berdistribusi normal, maka uji statistik parametrik atau uji beda sebelum dan
setelah perlakuan menggunakan uji paired t-test. Untuk menganalisis beda antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol menggunakan uji Independent t-test. Apabila data
berdistribusi tidak normal, maka menggunakan uji statistik non parametrik atau uji beda
kelompok menggunakan uji Wilcoxon untuk kelompok berpasangan 20.

7
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun berdasarkan pelaksanaan penelitian.

Tahun ke-1
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengajuan Proposal
2 Penyusunan Protocol dan Pengajuan
Ethical Clearance
3 Penjelasan prosedur peneltian kepada
subjek penelitian/ inform consent
4 Pengukuran data antropometri awal
penelitian
5 Pengukuran data asupan awal penelitian
6 Pengambilan sampel darah biokimia
(Ureum , albumin, fosfor) awal penelitian
7 Perhitungan adekuasi hemodialisis awal
penelitian
8 Pemberian putih telur pada kelompok
intervensi
9 Pemberian edukasi pada kedua kelompok
10 Pengukuran data antropometri akhir
penelitian
11 Pengukuran data asupan akhir penelitian
12 Pengambilan sampel darah biokimia
(Ureum , albumin, fosfor) akhir penelitian
13 Perhitungan adekuasi hemodialisis
14 Membuat Laporan
15 Menulis artikel/ Manuskrip

Tahun ke-2
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 -
2 -
dst. -

Tahun ke-3
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 -
2 -
dst. -

DAFTAR PUSTAKA
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan,
mengikuti format Vancouver. Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

8
[1] Webster, A. C., Nagler, E. v., Morton, R. L., & Masson, P. Chronic Kidney Disease (Online).
Lancet. 2017; 389, (Issue 10075;1238–1252). https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)32064-5

[2] Panichi V., Rizza G. M., Paoletti S., Bigazzi S., Aloisi M., Barsotti G.,et.al. Chronic inflammation
and mortality in hemodialisis: effect of different renal replacement therapies. Results from the
Riscavid study (Online). Nephrol. Dial. Transpl. 2008;23(7); 2337- 2343.
https://doi.org/10.1093/ndt/gfm951

[3] Kementerian Kesehatan RI. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.2018

[4] Muller Clotilde, Knoerr Fabienne, Kolb Isabelle, Garstk Antoine, Fumaroli Jean-Vale` re, Richte
Sarah. Impact of the adjunction of boiled-egg during the chronic hemodialisis session on the
nutrition state (Online).2018. https://doi.org/10.1016/j.nephro.2018.02.022

[5] Tuyen Van Duong , Pei-Yu Wu , Te-Chih Wong , Hsi-Hsien Chen, Tso-Hsiao Chen, Yung-Ho
Hsu, et.al. Mid-arm circumference, body fat, nutritional and inflammatory biomarkers, blood
glucose, dialysis adequacy influence all-cause mortality in hemodialysis patients Online).
Medicine (Baltimore). 2019; 98(12). https://doi:10.1097/MD.0000000000014930
[6] PERSAGI. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Elex Media Komputindo. Jakarta. Edisi 1.2008;
42

[7] Guida B., Parolisi S., Coco M., Ruoppo T., Veccia R., di Maro M.,et.al. The impact of a
nutritional intervention based on egg white for phosphorus control in hemodialyis patients
(Online). Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases, 2019; 29(1), 45–50.
https://doi.org/10.1016/j.numecd.2018.09.010

[8] Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2007 ; 570-597

[9] Nelm Marcia, Sucher Kathryn P, Lacey Karen, Long Roth Sara. Nutrition Therapy and
pathophysiologi. Second Edition. Wadsworth; Cengage Learning. 2011

[10] Santos ACB, Machado MC, Pereira LR, Abreu JLP, Lyra MB. Association Between the Level of
Quality of Life and Nutritional Status in Patients Undergoing Chronic Renal Hemodialisis
(Online). J Bras Nefrol. 2013; 2013;35

[11] Weiner Daniel E, Tighiouart Hocine, Ladik Vladimir, Meyer Klemens B., Zager Philip
G.,Johnson, Douglas S. Oral Intradialytic Nutritional Supplement Use and Mortality in
Hemodialisis Patients (Online). Am J Kidney Dis. 2014;63(2):276-285.
http://dx.doi.org/10.1053/j.ajkd.2013.08.007

9
[12] Koppe Laetitia, Fouque Denis. Intradialytic oral nutrition—the ultimate conviction (Online).
Nature Reviews Nephrology. 10, 11–12 (2014); published online 19 November 2013
http://dx.doi:10.1038/nrneph.2013.253

[13] Hendriks Floris K, SJ Smeets Joey, JH Broers Natascha, Kranenburg Janneau MX van, van
der Sande Frank M, Kooman Jeroen P,et.al. End-Stage Renal Disease Patients Lose a
Substantial Amount of Amino Acids during Hemodialisis (Online). The Journal of Nutrition and
Disease. 2020. https://doi.org/10.1093/jn/nxaa010
[14] Hendriks Floris K, SJ Smeets Joey, JH Broers Natascha, Kranenburg Janneau MX van, van
der Sande Frank M, Kooman Jeroen P,et.al. Amino acid removal during hemodialisis can be
compensated for by protein ingestion and is not compromised by intradialytic exercise: a
randomized controlled crossover trial (Online) Am J Clin Nutr 2021;114:2074–2083.
https://doi.org/10.1093/ajcn/nqab274

[15] Lopes M B., Silva L. F., Lopes G. B., Penalva M.A., Matos C.M., Robinson, B.M.,et.al.
Additional Contribution of the Malnutrition–Inflammation Score to Predict Mortality and Patient-
Reported Outcomes as Compared With Its Components in a Cohort of African Descent
Hemodialisis Patients (Online).Journal of Renal Nutrition. 2017; 27(1), 45–52.
https://doi.org/10.1053/j.jrn.2016.08.006

[16] Hara Hiroaki, Nakamura Yumiko, Hatano Minoru, Iwashita Takatsugu, Shimizu Taisuke, Ogawa
Tomonari, et.al. Protein Energy Wasting and Sarcopenia in Dialysis Patients (Online). Contrib
Nephrol. Basel, Karger. 2018; (196); 243–249. http://dx.doi:10.1159/000485729

[17] Shinaberger CS, Greenland S, Kopple JD, Wyck DV, Mehrotra R, Kovesdy CP, Kalantar-Zadeh
K. Is controlling phosphorus by decreasing dietary protein intake benefi cial or harmful in
persons with chronic kidney disease (Online). Am J Clin Nutr. 2008;88(6):1511-8

[18] Taylor MS, Lynn M, Zadeh K, Kamyar, Markewich Theodore BA, et.al. Dietary Egg Whites for
Phosphorus Control in Maintenance Haemodialysis Patients: A Pilot Study. European Dialysis
and Transplant Nurses Association/European Renal Care Association (Online). 2011.
https://doi.org/10.1111/j.1755-6686.2011.00212.x
[19] M Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba; 2011

[20] M Sopiyudin Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. 3rd ed. Jakarta: Salemba
Medika; 2010.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

10

Anda mungkin juga menyukai