Anda di halaman 1dari 22

KASUS TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Etika Keperawatan

Dosen Pengampu :

Siti Aizah, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Oleh:
Kelompok 11
Dyah Arifta 2225050024
Vriscilla N I Boari 2225050075

KELAS 1 A
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih

2
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan

3
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten,
dan berbudaya untuk kepentinganbangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa
Indonesia perludikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus. Yang dimaksud tujuan khusus ini
adalah mampu mengarahkan padamahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara
yang tinggi. Haltersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa
nasionalismemahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.Penyusun
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuandan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masihbanyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasanpengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritikdan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Tujuan dari pendidikan
tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan

4
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu

5
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Siti Aizah, S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai dosen
pengampu mata kuliah keperawatan dasar yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.

Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia ,sehat, berilmu ,cakap ,kreatif ,mandiri ,terampil ,kompeten
dalam dunia kesehatan sesuai dengan mata kuliah yang diampu. Terkait dengan tujuan tersebut ,mata
kuliah tentang keperawatan dasar perlu dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Berbekal pertanyaan ‘Kasus tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktek keperawatan
profesional’ kami mencoba menyajikan karya tulis ini. semoga tulisan ini bermanfaat.

Kediri, 20 Mei 2023

6
Kelompok 11

7
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………
……………………………………..1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Tanggung Jawab Perawat Dalam Praktek Keperawatan Profesional............................................6
2.2 Tanggung Gugat Perawat Dalam Praktek Keperawatan Profesional.............................................9
2.2 Dampak Tanggung Gugat Perawat Dalam Praktek Keperawatan Profesional.............................10
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................................12
3.1 Hubungan Hukum Dengan Profesi Keperawatan.......................................................................12
3.2 Contoh Kasus dan Penyelesaiannya...........................................................................................13
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................15
4.2 Saran..........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................16

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat sebagai salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat umum yang tugas utamanya adalah memberikan asuhan atau pelayanan keperawatan sesuai
dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya. Pelayanan keperawatan tersebut diberikan secara
langsung maupun tidak langsung, melalui kegiatan penyuluhan dan pendidikan oleh perawat dalam
institusi sarana kesehatan.

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak di Indonesia. Dalam Kepmenkes RI No.
1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat, disebutkan bahwa perawat adalah “Seseorang
yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Tenaga keperawatan yang
melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan kompetensi perawat yang sudah ditetapkan dan
didapatkan selama proses pendidikan. Oleh karena itu, tanggung jawab hukum seorang perawat dalam
menjalankan praktik mandiri keperawatan harus sesuai dengan standar pelayanan perawat, standar
profesi, standar operasional dan kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan.

Perawat dalam melakukan praktik keperawatan diharuskan menjunjung asas etik dan
profesionalisme. Aspek etik merupakan salah satu pondasi yang sangat penting bagi perawat dalam
membangun hubungan baik dengan semua pihak selama melakukan pelayanan keperawatan. Hubungan
baik dengan semua pihak yang berperan dalam pelayanan kesehatan dapat mempermudah dalam
mencapai tujuan bersama, yaitu kesembuhan dan kepuasan pasien. Interaksi perawat dengan pasien
sangat dibutuhkan dalam proses pelayanan keperawatan demi tercapainya kerekatan dan kekeluargaan.

Hubungan hukum antara perawat dan pasien dimulai secara keperdataan. Untuk melihat atau
mendudukkan hubungan perawat dengan pasien yang mempunyai landasan hukum, dapat dimulai
dengan Pasal 1367 KUH Perdata dinyatakan :”Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian
yang disebabkan atas perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan orang-orang yang berada dibawah
pengawasannya”. Ketika kerugian yang diderita pasien akibat tindakan tersebut berakibat fatal, maka
disinilah muncul permasalahan hukum, khususnya di bagian hukum perdata dalam rumusan Pasal 1365
KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum yang berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum
dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan tersebut”.

9
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana tanggung jawab perawat dalam praktek keperawatan profesional ?
2) Mengapa perawat harus memiliki tanggung gugat ?
3) Apa dampak tanggung gugat praktek keperawatan terhadap kepercayaan masyarakat
kepada profesi perawat ?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk menjelaskan bagaimana tanggung jawab perawat dalam praktek keperawatan
profesional.
2) Untuk menjelaskan alasan perawat harus memiliki tanggung gugat.
3) Untuk menjelaskan dampak dari tanggung gugat keperawatan terhadap kepercayaan
masyarakat.

10
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Perawat Dalam Praktek Keperawatan Profesional


Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati – hati, teliti dan kegiatan
perawat dilaporkan secara jujur.(Koziers 1983:25) Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab
dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan
tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat
yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak
yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan
kompetensi. Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :

a. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset). Contoh :
“Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan
atau mengganti spreinya”.
b. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan
penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya ;
“Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga
harus meninggalkan bapak sejenak”.
c. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

1) Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap
tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam
Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian tersebut, agar
memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan
perawatannya tetap sesuai standar.Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan
kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan
dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau
melanggar hukum.

2) Pengertian tanggung jawab (Responsibility) menurut Berten , (1993:133). Keharusan seseorang


sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak.mengelak serta memberikan penjelasan mengenai
perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif (Bertens, 1993:133). Berdasarkan pengertain di atas
tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah
dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang.
Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan
berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan
adalah hak semua manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan
meskipun tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

11
 Jenis tanggung jawab perawat Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
o Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)
Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalah
tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan
hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang
Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-
hal berikut ini :
1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?
2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk
kesembuhannya ?
3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?
4. Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?
5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?
6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?
7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul
khotimah?

o Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)
Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung
jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko
terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang
sudah dilakukannya dalam melaksanakan tugas.
Tanggung jawab seringkali bersifat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada
perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab
perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap
kliennya.
Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama
melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun
tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat dituntut
untuk bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat
memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan
sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.
Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas, mengenal kondisi
kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan selama jam dinas, tanggung jawab
dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan klien,
jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan pengawasannya, kadang-kadang ada klien
pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-
tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat.
Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting
perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan
(caring). Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di
lapangan adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi,
ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perwat seperti pemberian

12
obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan
tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan pemberian
obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun tanggung jawab utama
ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan
Respondeath Superior. Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap
perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam
pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang pimpinan atau ketua tim
yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan
kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila
salah melaksanakan pendelegasian.
o Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan
atasan)
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan
sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan
tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis, dan
pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007
jam 21.00. keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m
S=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.
2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau
belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh
perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru
dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah
dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut
adaptasi khusus.
3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut
uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya
memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.
4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila
terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial,
kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan
obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan
bukti-bukti yang memadai.

13
2.2 Tanggung Gugat Perawat Dalam Praktek Keperawatan Profesional
Barbara kozier (dalam Fundamental of nursing 1983:7, 25), Acountability : dapat diartikan
sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi-konsekunsinya. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat
hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan
berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus
mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan
mengajukan tiga pertanyaan berikut :

1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan?

Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan
sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional
perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat
memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh: perawat memberikan
injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter, perawat
membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak
rumah sakit.Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan
profesinya.

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari
mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang.Hal ini bisa diobservasi atau diukur
kinerjanya

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya ?

Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun standar
yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat
dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat
mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan,
pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.

 Jenis atau macam-macam tanggung gugat perawat


Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta pertanggung
jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Di bidang
pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya hubungan hukum
antara tenaga medis ( dokter, bidan, perawat) dengan pengguna jasa ( pasien) yang diatur dalam
perjanjian. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat
suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat
hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap
dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.

14
Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat :
a. Contractual Liability. Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak
dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu hak pihak lain
sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan terapetik,
kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh health care provider adalah berupa upaya
(effort), bukan hasil (result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain hanya
bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya
medik yang dapat dikatagorikan sebagai civil malpractice
b. Liability in Tort Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan
atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum . Pengertian melawan
hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum
diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang berlawanan dengan kesusilaan
yang baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap
orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).
c. Strict Liability Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability
whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak melakukan
kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence. Tanggung
gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce, dimana produsen
harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya, kecuali
produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
d. Vicarious Liability Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh
bawahannya (subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai
employer) dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang
bekerja dalam kedudukan sebagai sub-ordinate.

2.2 Dampak Tanggung Gugat Perawat Dalam Praktek Keperawatan Profesional


Perawat dalam mengerjakan tugasnya seharihari mereka berhubungan secara langsung dengan
tenaga medis lainnya dan pasien yang ditanganinya. Terdapat tuntutan untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara bertanggungjawab dengan menerapkan pengobatan yang sesuai prosedur &
pendidikan yang telah diterimanya. Terkait pengobatan yang dilakukan oleh perawat ini adalah sebagai
bentuk pengimplementasian praktek keperawatan yang diberikan kepada pasien baik kepada pasien
tersebut, keluarga pasien dan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
memelihara kesehatan sampai pasien tersebut dinyatakan sembuh.

Perawat dalam menjalankan profesinya harus menjujung tinggi asas professional dan etik yang
dimilikinya. Asas etik ini penting dikarenakan sebagai dasar dalam membangun hubungan yang baik
dengan seluruh pihak dalam memberikan pelayanan. Apabila sudah terjalin hubungan baik maka ini
menimbulkan kemudahan bagi perawat untuk menjagai tujuannya yaitu pada kesembuhan seorang
pasien. Hubungan antara perawat dengan pasien ini sangat dibutuhkan dalam kaitannya pemberian
asuhan keperawatan demi tercapainya rasa kekeluargaan. Terkadang muncul juga masalah dalam etik
seperti adanya ketidak puasan dari pasien atas pelayanan dari perawat dikarenakan pasien merasa
bahwa kebutuhannya tidak dipenuhi oleh perawat dalam melakukan pelayanan. Atas masalah etik ini
muncul konflik antara perawat dengan pasien sehingga penyelesaian masalah tersebut hanya bisa

15
diselesaikan dalam ranah hukum. Kode etik yang ada dalam perawat ini adalah sebagai pedoman untuk
menghindari munculnya masalah dalam menjalankan tugasnya.

perawat memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan medis bahwa “Seorang perawat
memiliki kompetensi dalam melakukan asuhan keperawatan profesional kepada pasien, bukan
melakukan tindakan medis tertentu. Tindakan medis tertentu tersebut merupakan kegiatan kolaborasi
antara Perbuatan Perawat yang Melakukan Kesalahan dalam Tindakan Medis dokter dan tenaga
kesehatan lainnya. Hal ini jelas bahwa tindakan medis hanya legal dilakukan oleh dokter, bukan perawat.
Apabila dokter tidak dapat melakukan tindakan medis maka dokter boleh meminta bantuan perawat
untuk melakukan tindakan tersebut, dengan syarat dokter wajib memberikan pelimpahan kewenangan
yang jelas kepada perawat secara tertulis untuk melakukan tindakan medis tersebut (Yulianita, 2011).

Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh dokter kepadanya maka perawat diwajibkan berada di
samping pasien untuk dapat memantau setiap perkembangan dari pasien. Tetapi terkadang muncul
permasalahan, apabila suatu ketika pasien dalam keadaan darurat namun dokter belum memberikan
instruksi apa-apa maka saat itulah menyebabkan perawat melakukan tindakan medis yang bukan
merupakan kewenangan untuk menyelamatkan nyawa dari pasien tersebut. Tindakan yang dilakukan
oleh perawat tersebut tanpa adanya pendelegasian dari pihak dokter dan perawat melakukan tindakan
tersebut berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Atas tindakan dari perawat tersebut dan ternyata
mengakibatkan hilangnya nyawa dari pasien maka tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
malpraktek medis/kelalaian medis.

Praktik keperawatan terkadang ditemui bahwa terjadinya kesalahan dalam tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter dan perawat sehingga ini menimbulkan kekuatiran kepada masyarakat untuk
berobat. Karena adanya kesalahan ataupun kelalaian yang terjadi didalam tiap-tiap tindakan dokter dan
perawat maka ini menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat kepada mereka. Karena
adanya kesalahan ataupun kelalaian yang ditimbulkan oleh dokter dan perawat maka didalam
prakteknya ini merupakan hal yang berbahaya bagi keamanan seorang pasien. Beberapa
kesalahan/kelalaian yang sering dilakukan perawat dalam tindakan medik menurut Priharjo adalah
“Keliru atau salah dalam memberikan obat atau salah dosis, salah membaca label, salah menangani
pasien, dan yang lebih berat lagi adalah salah memberikan transfusi darah sehingga mengakibatkan hal
yang fatal. Mayoritas kesalahan yang dilakukan perawat merupakan hasil dari ketidaksempurnaan dari
proses berpikir yang mempengaruhi pengambilan keputusan” (Priharjo, 2005).

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Hubungan Hukum Dengan Profesi Keperawatan


Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukkan adanya hubungan hukum
dengan perawat adalah UUNo. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 2 menyebutkan
bahwa “ Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.
Profesi perawat dikatakan akuntabel secara hukum bila benar-benar kompeten dan
melaksanakan profesinya sesuai dengan etika dan standar profesinya Standar profesi memiliki tiga
komponen utama yaitu standar kompetens, standar perilaku dan standar pelayaran. Tugas tenaga
kesehatan yang didalamnya termasuk tugas perawat berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU No 23 Tahun
1992 adalah menyelenggakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan hidang keahlian dan
atau kewenangannya masing-masing Agar tugas terlaksanakan dengan baik. Pasal 3 PP No. 32 Tahun
1996 menentukan setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis
dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah Dengan demikian, nagus dan kewangan
Tonaga kesehatan perawat akan ditentukan berdasarkan ijazah yang dimilikinya.

Menurut Priharjo ( 1995 ), beberapa masalah hukum yang sering terjadi di keperawatan adalah :
kecerobohan, tort dapat disengaja atau tidak disengaja.

a. Tort yang disengaja menipu, melanggar privacy pasien, membuat dokumentasi yang salah, tidak
menerapkan informed consent, menyentuh pasien tanpa ijin

b .Tort tidak disengaja

1) Kelalaian Negligence adalah melakukan sesuatu yang oleh orang dengan klasifikasi yang sama dapat
dilakukan dalam situasi yang sama. Kelalaian sering terjadi karena kegagalan dalam menerapkan
pengetahuan dalam praktik yang lain disebabkan karena kurang pengetahuan.

2) Mal praktik yaitu kelalaian yang dilakukan oleh tenaga profesional yang menyebabkan kerusakan
cidera atau kematian Kegagalan ini dalam melaksanakan suatu fungu tertentu yang berkaitan dengan
peran dalamy minuberikan asahan keperawatan.

Salah satu upaya untuk menjaga mutu kualitas pelayanan keperawatan adalah dipergunakannya
Standar Asuhan Keperawatan dalam setiap pelayanan keperawatan. Standar ini dipergunakan sebagai
pedoman dan tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Didalamnya berisi tentang tahapan yang harus
dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

17
3.2 Contoh Kasus dan Penyelesaiannya
a. Kasus tanggung jawab perawat dengan pasien
Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit AA, tn.T dirawat
memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke
iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24
x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis,
TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo,
mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 WIB
terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat
tidur, diruang 206 dimana tempat Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara
tersebut mendatangi dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada
dilantai dibawah tempat tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.
Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya peristiwa
itu keluarga juga langsung mendatangi Tn.T, keluarga juga terkejut dengan peristiwa itu, keluarga
menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian itu.
Perawat dan keluarga menanyakan kepada Tn.T kenapa bapak jatuh, Tn.T mengatakan ”saya akan
mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pada tempat tidurnya”,
perawat bertanya lagi, “kenapa bapak tidak minta tolong kami” kata Tn.T “saya pikir kan hanya
mengambil air minum aja”.
Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur Tn.T dan perawat memberikan obat
injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill tempat
tidur Tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila
butuh sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.

ANALISA KASUS
Contoh kasus di atas merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin bahwa Tn.T tidak
akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak
kanan, sehingga mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini lupa atau tidak
memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan obat injeksi captopril,
sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur membuat Tn.T merasa leluasa bergerak
dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah yang menyebabkan Tn.T terjatuh.

Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan kelalaian dengan alasan,
sebagai berikut:
 Kasus kelalaian Tn.T terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan tindakan
keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini termasuk
dalam bentuk Nonfeasance.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan keperawatan
dengan benar, diantaranya sebagai berikut:

18
a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)
b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP
c. Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan
d. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap
e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak dijalankan dengan baik
f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan
g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien dan keluarga merupakan hal yang
penting.
h. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan keperawatan.

b.) Kasus tanggung gugat perawat

Klien meminta untuk diaborsi demi keselamatan ibunya, suaminya setuju tetap ia mengatakan pada
perawat bahwa ia kan selalu tersiksa dengan pikiran-pikiran bahwa ia setuju membinasakan makhluk
yang ia bantu pembentukannya. Si istri juga mengatakan kepada perawat itu bahwa ia juga setuju
untuk melakukan aborsi tersebut demi keselamatanya.

Solusi dan pembahasan: sebagai tenaga perawat kesehatan, seorang perawat harus mempunyai
tunggung gugat terhadap kliennya. Perawat melakukan perannya sebagai advokasi, edukasi, dan
kolaborasi, jadi seorang perawat juga harus melindungi hak-hak pasien tentang masalah aborsi ini
sehingga perawat tidak bertindak sendiri melainkan membutukan kerjasama dari tim lain. Dan
masalah tentang edukasinya perawat memberikan informasi tentang bahayanya aborsi bagi
kesehatan klien dan tidak hanya kepentingan kesehatannya saja tetapi seorang perawat juga har us
mampu membangkitkan spiritual si klien tentang aborsi ini.

c.) Peraturan yang mengatur tanggung jawab perawat dalam upaya kesehatan

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bertujuan untuk meningkatkan kondisi
kesehatan, tetapi adakalanya perawat dalam melaksanakan tugas justru memperburuk kondisi
pasien. Hal tersebut dapat menjadi perbuatan pidana yang menjadi tanggung jawab perawat.
Pebuatan pidana adalah perbuatan manusia yang termasuk dalam tiga unsur yaitu delik, bersifat
melawan hukum, dan dapat dicela (Schaffmeister, 1995).

Unsur pertama, perbuatan dibatasi hanya perbuatan manusia yang termasuk kedalam rumusan
delik. Hal tersebut sesuai dengan asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana / KUHP, bahwa “tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana
dalam undang-undang yang telah ada sebelumnya pebuatan dilakukan”. Oleh karena itu, setiap
perbuatan perawat yang menimbulkan kerugian dalam upaya pelayanan kesehatan baik dalam
menjankan order dokter, melaksanakan fungsi kolaborasi maupun mandiri, perawat hanya dapat
dipidana apabila sudah diatur dalam undang-undang. Apabila ketentuan yang dilanggar batu
ditentukan kode etik, standar profesi maupun lafal sumpah dan belum diatur dalam undang-undang
maka perbuatan tersebut tidak dikenai sanksi pidana.

Disamping unsur telah memenuhi asas legalitas yang mempunyai sifat melanggar hukum, untuk
dipidananya perawat dalam upaya pelayanan kesehatan adalah adanya unsur-unsur yang berupa
kesengajaan atau kelalaian. Pasal 6 ayat (2) UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan

19
Pokok Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa “tiada seorangpun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabila pegadilan karena alat pembuktian yang sah menurut Undang-undang mendapat keyakinan
bahwa seorang yang dianggap bertanggung jawab telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan
atas dirinya”. Ada tidaknya kesengajaan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan akibat
pelanggaran kode etik, standar profesi, standar praktik atau lafal sumpah oleh perawat sebagai
tenaga kesehatan diteliti dan ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTKI). Terkait
dengan tanggung jawab perawat, maka perawat tidak bertanggung jawab terhadap akibat yang
timbul dari perbuatannya apabila perbuatan dilakukan sesuai dengan perintah atasannya, baik
dokter maupun direksi rumah sakit.

d.) Peraturan yang mengatur tanggung gugat perawat dalam upaya kesehatan

Perawat merupakan tenaga profersional sehingga bertanggung gugat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Sementara itu dalam kenyataannya perawat merupakan pegawai rumah sakit,
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan pada prinsipnya merupakan bagian dari upaya
pelayanan kesehatan yang disediakan rumah sakit. Meskipun berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No.647/SK/Menkes/IV/2000 perawat diijinkan untuk berpraktik berdasarkan izin praktik
asuhan keperawatan.

Rumah sakit melalui tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya melakukan upaya kesehatan sesuai
dengan tugas dan fungsinya dalam rangka mencapai kesembuhan pasien. Akan tetapi, dalam
kenyataannya tidak senantiasa pasien mendapatkan kesembuhan setelah menjalani perawatan di
rumah sakit. Terhadap kegagalan upaya tersebut, maka pasien atau keluarganya yang merasa
dirugikan berhak atas ganti rugi berdasrkan ketentuan Pasal 55 ayat (1) UU 23/1992. Ganti rugi dapat
diminta apabila kegagalan upaya tersebut disebabkan oleh kelalaian tengaga kesehatan dalam
menjalankan tugasnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka perawat yang memberikan pelayanan
kesehatan juga memikul tanggung gugat apabila melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan tugasnya di rumah sakit. Padahal, perawat sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di
rumah sakit berstatus sebagai pegawai rumah sakit sehingga atas pekerjaan yang dilakukan berlaku
Pasal 1367 KUH Perdata sebagai berikut:

“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya
sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya, .. Majikan – majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili
urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang ditertibkan oleh pelayan-pelayan
atau bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini
dipakainya.” Berdasarkan ketentuan tersebut perawat yang bekerja di rumah sakit tidak memikul
tanggung gugat karena ia sebagai pegawai rumah sakit menjalan upaya pelayanan kesehatan yang
merupakan fungsi dan tugas yang dipikul oleh rumah sakit sebagai badan hukum.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam melakukan praktik
keperawatannya.Tangung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.Tanggung
jawab perawat diidentifikasi menjadi beberapa jenis, yaitu tanggung jawab terhadap klien baik individu,
keluarga maupun masyarakat, tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, tanggung jawab
terhadap sesame perawat dan tenaga kesehatan lain, serta tanggung jawab terhadap pemerintah.

Tanggung gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki
tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya.
Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.Tanggung gugat memicu evaluasi
efektifitas perawat dalam praktik.Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perawatan dalam
memberikan perawatan kesehatan.

4.2 Saran
1. Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat
dalam keperawatn.

2. Dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan, seorang perawat
harus mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma hukum yang berlaku.

21
DAFTAR PUSTAKA

1
1. Yosep I. Tanggung Jawab (responsibility) dan Tanggung Gugat (accountability) Perawat Dalam
Sudut Pandang Etik. J Stikes. Published online 2017:1-10.
2. Setiani B. Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Hal Pemenuhan Kewajiban dan Kode Etik
Dalam Praktik Keperawatan. J Ilm Ilmu Keperawatan Indones. 2018;8(04):497-507.
doi:10.33221/jiiki.v8i04.154
3. Hikmah, Juniar S. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Perawat. Published online 2016:1-23.
4. Abbas A, Dompak T. Dampak Demokrasi terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus di Indonesia).
Dialekt Publik J Adm Negara Univ Puter Batam. 2020;5(1):43-49.
doi:10.33884/dialektikapublik.v5i1.2417

22

Anda mungkin juga menyukai