Anda di halaman 1dari 7

Nama : Vena Ayustina

Nim : K021191041
Prodi : Ilmu Gizi

Mengenal sasaran komunikasi dan desain pesan terkait isu gizi kesehatan masyarakat

Isi pesan dapat disesuaikan dengan isu atau masalah kesehtan yang tengah hangat diperbincangkan
oleh khalayak luas. Adapun unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu pesan
yaitu
1. Perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh sasaran
2. Keuntungannya kalau menerapkan perilaku tersebut
3. Alasannya; mengapa menguntungkan/bermanfaat
4. Nada pesan; bersifat gembira, lucu, serius, ilmiah, dan sebagainya sesuai dengan apa yang
diharapkan dari sasaran
5. Sumber informasi; siapa yang merupakan sumber informsi yang terpercaya untuk masalah
kesehatan yang diinformasikan di media yang dibuat.
Setelah mengetahui unsur-unsurnya kita juga perlu mengetahui cara menyusun pesan yang baik.
Dalam menyusun pesan yang baik yang pertama kita dapat mengunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh sasaran. Yang kedua isi pesan hendaknya jangan terlalu banyak, agar tidak membingungkan
sasaran. Yang ketiga usahakan mengemukakannya secara bertahap, dan berangsur-angsur dengan
urutan yang sistimatis dan mudah diingat. Yang keempat sesuaikan dengan pendidikan, tingkat
ekonomi, agama, dan adat-istiadat sasaran. Yang terakhir sebaiknya isi pesan komunikasi dipadukan
karena ada Kemungkinan bahwa sasaran memerlukan lebih dari satu masalah kesehatan.
Suatu pesan agar lebih mudah dimengerti perlu di sampaikan dengan cara yang efektif dan
kreatif. Suatu pesan dapat dikatakan efektif dan kreatif jika memenuhi kriteria 7 C yaitu
1. Command Attention yaitu mengembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan
strategi desain suatu pesan. Perlu di ingat jangan mengembangkan dua gagasan pokok yang
berbeda dalam satu pesan.
2. Clarify the message yaitu dengan membuat pesan menjadi mudah, sederhana, dan jelas.
Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak
sasaran. Dan perlu dingat, sebaiknya perlu untuk menggunakan kata-kata umum yang sering
di dengar di masyarakat (bukan kata-kata ilmiah).
3. Create trust yaitu Pesan yang disampaikan harus dapat dipercaya, mudah dalam
pelaksanaannya dan terjangkau oleh kalangan masyarakat target sasaran (mudah ditiru).
Contohnya mencuci tangan dengan sabun
4. Communicate a Benefit yaitu Tindakan yang dilakukan harus memberikan keuntungan.
Contonya dengan Cuci tangan menggunakan sabun efektif dalam menjaga kesehatan karena
mudah dilakukan dan murah.
5. Consistency yaitu pesan yang disampaikan harus konsisten, artinya sampaikan satu pesan
utama pada media apa saja secara berulang-ulang. Contohnya billboard dengan gambar,
grafis dan pesan yang sama di pinggir jalan, pasti orang-orang yang berkendara akan
melihat pesan yang sama berulang-ulang hingga tak sadar mereka mengingat pesan
tersebut.
6. Cater to the Heart and Head yaitu pesan harus bisa menyentuh akal dan rasa. Seperti
sesuatu yang mengandung kedekatan emosional, contohnya penggambaran ibu dan anak
yang sedang menyusui.
7. Call to Action yaitu Pesan harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak atau
berbuat sesuatu.
Struktur Pesan
Struktur Pesan Untuk menghasilkan pesan yang efektif perlu menggunakan elemen- elemen yang
dikenal sebagai AIDA yaitu Attention (perhatian) pesan harus menarik khalayak sasaran untuk itu pesan
memerlukan seperti media cetak. Interest ( tertarik) Setelah perhatian khalayak sasaran direbut,
selanjutnya bagaimana agar mereka berminat dan ingin tahu lebih jauh. Desire (keinginan) pesan harus
berhasil menggerakkan keinginan khalayak sasaran untuk bertindak, berperilaku sesuai dengan
keinginan kita. Action (tindakan)jika sampai saat ini anda telah berhasil, sasaran akan melakukan apa
yang kita harapkan.
Dalam menyampaikan pesan biasanya komunikan atau audiens terlibat dalam komunikasi.
Keterlibatan berarti cara menemukan dalam mana orang merasa bahwa mereka merupakan bagian
terpenting dari proses pembuatan keputusan, dan keterlibatan mereka membuat keputusan itu sangat
menentukan untuk diambil. Konsultasi berarti komunikator bertanya kepada komunikan untuk dibantu,
seperti bertanya kepada mereka apa yang mereka pikirkan. Bekerja pada level yang berbeda. Ada 5 level
di mana keterlibatan publik membutuhkan upaya agar menjadi efektif yang pertama grass roots level
(bekerja langsung dengan individu). Kedua community networks (bekerja untuk mendukungforum
komunitas yang berbeda). Ketiga Professional networks (bekerja untuk membangun aliansi dan
kemitraan), keempat organisation development (bekerja untuk mengubah cara organisasi bekerja).
Terakhir co-ordination (membuat semua yang berbeda level senang berinteraksi dan bekerja sama)
Adapun beberapa manfaat dari keterlibatan komunikan yang pertama bagi Individu salah
satunya orang akan menjadi sadar apa sebab keputusan itu dibuat, dan apa sebab prioritas itu
ditetapkan. Bagi Komunitas salah satunya Akan tercipta komunikasi yang lebih baik dengan dan antara
kelompok-kelompok dalam komunitas. Bagi Organisasi salah satunya organisasi akan lebih adil tentang
apa yang dapat dikerjakan dan tidak perlu dikerjakan.
Selain manfaat adapun dampak positif dan negative dalam keterlibatan, yang pertama dampak
positif yaitu, adanya peluang yang nyata atas perubahan, hasil dari proses itu dapat mencegah
perubahan yang tidak dikehendaki, melayani para pengguna untuk bersama-sama memfokuskan diri
dalam cara-cara yang bermakna, harus ada arah yang jelas keluaran yang diinginkan harus jelas dan
dapat membawa keuntungan, mendapatkan informasi ketika suatu program akan diterapkan, mencari
orang yang tepat dan terlibat dalam kerja keras untuk mencapainya, orang harus percaya bahwa proses
itu harus real dan hasilnya selalu siap dan tetap dinikmati, harus ada garis bantuan untuk membuat
klarifikasi dan pertanyaan. Orang harus merasa terlibat secara personal akan dipertemukan dalam
kelompok kecil. Proses itu harus membantu setiap orang yang mempunyai pilihan. Keterlibatan harus
praktis (perencanaan harus nyata).
Dampak Negatif dari Keterlibatan yaitu Isu-isu tidak jelas dan tidak dapat dipahami, apalagi
dialog mengalami jalan buntu. Terlalu mengandalkan pada kelompok tertentu. Tanggung jawab para
pemrakarsa tidak jelas. Tidak berhasil membawa rencana sampai akhir, cobalah selalu ada evaluasi, dan
itu harus dari bawah. Materi tertulis dipandang sebagai dokumen buangan. Keterwakilan tidak tampak
dalam organisasi. Konsultasi tidak berlangsung atau buntu. Orang terlalu berlebihan bertanya. Konflik
kepentingan tentang keluaran. Bahasa yang digunakan tidak menunjukkan kebersamaan. Tidak cukup
waktu mendapatkan informasi. Umpan balik tidak ada. Untuk mencapai tujuan positif dan manfaat dari
keterlibatan komunikan itulah maka perlu dilakukan studi ilmiah terhadap komunikan.
Analisis Audiens
Analisis audiens adalah proses untuk menjelaskan informasi tentang apa yang diharapkan oleh
mereka sebagai pemirsa, pendengar dari apa yang dikirimkan oleh komunikator. Pembicara yang baik
memang berpusat pada audiens dan bukan pada diri komunikator. Mengapa? Karena meskipun
dibicarakan baik-baik tapi kalau audiens tidak mau dengar, atau audiens tidak mau mengerti, maka kita
bukan seorang komunikator yang baik. Setiap audien memiliki tipenya masing-masing. Adapun tipe-tipe
audiens yaitu
1. Audiens yang bersahabat (friendly audience) merupakan tipe komunikan yang mempunyai
disposisi positif terhadap informasi kesehatan yang dikemukakan oleh komunikator. Kelompok
audiens yang bersahabat ini lebih mudah dipengaruhi. Artinya mereka sudah mempunyai suatu
pikiran, pendapat, pandangan, sikap yang sama dan relatif sudah konsisten dengan tujuan
persuasif Anda
2. Audiens yang bermusuhan (hostile audience) adalah tipe komunikan mempunyai disposisi
negatif terhadap informasi yang dikemukakan oleh komunikator. Karena disposisi mereka
negatif terhadap kredibilitas komunikator mereka akan sangat sulit menerima dan memahami
informasi kesehatan dari komunikator (biarpun komunikator tersebut cara penyampaiannya
bagus tetap tidak akan diterima oleh komunikan). Kelompok audiens yang bermusuhan ini
sangat sulit dipengaruhi. Artinya, mereka sudah mempunyai suatu pikiran, pendapat,
pandangan, sikap yang berbeda sehingga tidak relatif konsisten dengan tujuan persuasif anda.
3. Audiens yang netral (neutral audience) adalah audiens yang mempunyai sikap netral, tidak
memihak pada komunikator atau pada informasi yang disampaikan oleh komunikator. Sikap
komunikan seperti ini mau berdiri di antara sikap positif ataupun negatif
4. Audiens yang apatis (apathetic audience) adalah audiens yang bersikap masa bodoh terhadap
komunikator maupun informasi yang dia terima. Karena ia merasa tidak ada keuntungkan atau
kerugian apa pun yang mereka terima lantaran memberikan disposisi positif ataupun negatif.
5. Audiens dengan sikap campuran (mixed audience) adalah audiens yang mempunyai sikap:
a. Bersahabat namun bermusuhan yaitu dapat memberikan disposisi positif terhadap
komunikator dan informasi namun di saat yang sama (atau pada waktu yang lain)
memberikan disposisi yang negatif.
b. Bersahabat namun netral yaitu dapat memberikan disposisi positif namun dapat bersikap
masa bodoh.
c. Bermusuhan namun netral yaitu dapat memusuhi komunikator atau informasi namun ada
hal tertentu atau pada waktu tertentu dia bersikap netral.
d. Bermusuhan namun masa bodoh yaitu dapat memusuhi komunikator atau informasi
namun ada hal tertentu atau pada waktu tertentu dia bersikap masa bodoh.
e. Bersikap netral namun kadang-kadang masa bodoh.
Metode Pemetaan Audiens
1. Sosiologis
Pemetaan sosiologis ini dilakukan melalui pendekatan obyektif berdasarkan data statistik sosial dari
audiens. Ada beberapa faktor yang dapat dipetakan, yakni:
a. Umur
Audiens dapat “dipecahkan” ke dalam kelompok umur, misalnya kelompok umur anak-anak,
remaja, dewasa, dan orang tua. Kategori umur ini sebenarnya dapat menolong kita untuk tampil
sebagai komunikator yang dapat menyesuaikan diri termasuk menyesuaikan pesan dan memilih
media yang cocok dengan mereka.
b. Gender
Gender Audiens dapat “dipecahkan” ke dalam jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
Pembagian ini membantu kita untuk mempersiapkan pesan yang sesuai dengan kebiasaan
menerima informasi dari perempuan atau laki-laki. Pada umumnya, audiens laki-laki lebih suka
informasi yang rasional, sedangkan perempuan lebih suka informasi yang emosional. Dengan
demikian, tampilan komunikator lebih pada logos ketika berhadapan dengan audiens laki-laki, dan
lebih menekankan pada patos ketika berhadapan dengan perempuan.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Audiens dapat “dipecahkan” ke dalam tingkat atau jenjang pendidikan (SD,
SMP, SMA, Sarajana, dan Pasca Sarjana). Pada umumnya, diasumsi bahwa cakupan pengetahuan
atau keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Pemetaan seperti ini
membantu komunikator untuk lebih menggunakan logos pada kelompok orang yang berpendidikan
tinggi, sedangkan pada pendidikan yang rendah lebih menekankan pada ethos dan pathos.
d. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan diasumsikan turut menentukan disposisi mereka terhadap informasi yang
mereka terima. Orang-orang dengan jenis pekerjaan yang sibuk mungkin tidak tertarik menerima
informasi secara rinci, namun orang yang mempunyai jenis pekerjaan dengan waktu luang cukup
banyak akan lebih suka menerima informasi.
e. Tingkat Pendapatan
Besaran pendapatan audiens turut menentukan disposisi mereka terhadap informasi. Kalau
informasi yang dikemukakan telah tertera dalam buku, mungkin mereka akan bertanya berapa
harga buku itu, mereka lebih memilih beli daripada mendengar. Orang juga dapat menghubungkan
besaran pendapatan yang terima dengan berapa besaran biaya yang perlu mereka keluarkan untuk
membeli obat sebagaimana yang dianjurkan.
f. Agama
Agama ikut menentukan penerimaan audiens terhadap pesan. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan kepercayaan atau dogma agama sangat menentukan tingkat penerimaan informasi. Contoh,
Pemberian informasi tentang “antrax” pada babi lebih cocok pada audiens beragama Kristen
daripada yang beragama Islam.
2. Psikologis
Konsep Diri Audiens secara psikologis dapat dikategorikan secara psikologis dalam konsep diri. Bagi
mereka yang diasumsikan memiliki konsep diri yang selalu tinggi mungkin lebih cocok diberi informasi
yang kemudian dapat dikembangkan sendiri. Namun mereka yang konsep dirinya rendah maka kita
perlu membangkitkan sikap percaya diri. Makin tinggi rasa percaya diri, dia akan memberikan disposisi
yang makin positif kepada informasi. Kita pun harus pandai melihat kebutuhan adiens. Apakah audiens
membutuhkan pemenuhan kebutuhan inklusi, afeksi atau kontrol.
3. Antropologis
Salah satu metode yang paling mudah untuk melihat kategori nilai budaya adalah dengan
mempelajari kearifan lokal. Kearifan lokal adalah pengetahuan kultural yang dimiliki oleh komunitas,
pengetahuan yang mereka miliki itu unik, baik sebagai nilai ataupun sebagai norma dan kebiasaan
mereka. Karakteristik dari kearifan lokal, yaitu umumnya ada dalam setiap komunitas, ada dalam
kebudayaan tertentu, menjadi dasar dari pengambilan keputusan, menjadi dasar dan strategi berjuang
di masa depan , dokumentasi yang tersistematis, berkaitan dengan kehidupan atau kebiasaan untuk
hidup, misalnya atur kerjasama, pelihara air, atur kerja kebun, dan lain-lain, dapat diadaptasikan dalam
aktivitas yang lain, dituturkan secara lisan atau perilakunya non verbal.
Kearifan lokal juga dijadikan sebagai pengambilan keputusan dalam hal pertanian, pemeliharan
kesehatan, penyimpanan makanan, pendidikan, managemen sumber daya, pedoman aktivitas terhadap
relasi dengan orang lain. Selain digunakan dalam pengambilan keputusan kearifan local juga memiliki
manfaat yaitu
a. Membimbing strategi pemecahan masalah dalam komunitas
b. Lebih dimiliki orang komunitas daripada individual
c. Sebagai pengetahuan yang dipraktekan dalam relasi dan ritual
Kearifan lokal penting karena dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memecahkan masalah,
khususnya bagi orang miskin, mewakili kontribusi yang penting dalam perubahan global , dapat
mencegah risiko besar dari luar, Relevan dengan proses pembangunan.
4. Analisis Berdasarkan Konteks Percakapan
Analisis terhadap audiens dapat pula dilakukan dengan melihat apa yang atau tema yang kadang-
kadang dipercakapkan atau percakapan berdasarkan konteks tertentu.
a. Ukuran Audiens
Makin banyak orang, rupanya makin sulit dipengaruhi karena makin banyak faktor psikologis
sosial yang patut diperhitungkan.
b. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik di tempat yang suhunya panas membuat orang cepat letih sehingga hanya
bertemu dalam suatu pertemuan yang waktunya lebih singkat. Lingkungan gunung, pantai, darat,
dan lain-lain.
c. Kesempatan yang Sesuai
Kita pun dapat memengaruhi orang atau audiens berdasarkan waktu bercakap-cakap. Kita harus
memperhitungkan kalau bicara dengan audiens dalam kesempatan seperti peristiwa sosial, agama,
hubungan kerja.
d. Waktu Bicara yang Sesuai
Seperti di manakah anda harus bicara? Apakah di pagi hari di mana orang masih urus keluarga,
atau di sore hari ketika orang harus beristirahat, dan lain-lain.
5. Berdasarkan Terpaan Pesan Audiens
Dapat juga dibagi berdasakan tingkat dinamika mereka kalau berhadapan dengan pesan-pesan yang
dikirimkan. Sekurang-kurangnya ada 5 gambaran dinamika umum yang beroperasi di kalangan
penerima atau audiens, yakni selective exposure, magnitude of change, the inoculation effect,
audience participation, dan motivation.
a. Selective Exposure secara psikologi-sosial dikelompokkan berdasarkan relasi sosial yang sejenis
mempunyai persepsi yang sama atau memilih terpaan media yang sama. Dia keluar dalam
beberapa bentuk yakni:
 Selective Attention orang-orang dengan pengalaman sosial yang sama akan cenderung
memperhatikan isu dan topik yang sama. Di antara mereka akan saling membagi pesan
(karena ada relasi) kepada teman-teman atau anggota.
 Selective Perception diakui bahwa pasti ada variasi perbedaan minat, kepercayaan,
pengetahuan, sikap, kebutuhan dari individu, kategori sosial dan relasi sosial. Namun diduga
bahwa ada kesamaan antar individu, antar individu dalam kategori sosial dan relasi sosial
dalam mempersepsi isi pesan sebuah media.
 Selective Recall sama seperti dua prinsip di atas maka diasumsikan ada individu-individu
dalam kelompok atau kategori sosial dan relasi sosial tertentu akan mengingat sebuah pesan
dalam waktu yang lama atau melupakannya dengan cepat.
 Selective Action berdasarkan prinsip seleksi individu, kelompok sosial dan relasi sosial, maka
diasumsikan ada individu, individu dalam kelompok atau kategori sosial dan relasi sosial
tertentu akan membuat tindakan yang sama.
b. Magnitude of Change meskipun arah perubahan itu sukar dipastikan, seorang pembicara
seharusnya dapat menentukan arah perubahan dari audiens. Ada beberapa kasus yang cepat
yang patut kita perhatikan dalam percakapan cepat maka persuasi yang terjadi harus perlahan
terhadap kelompok kecil sepanjang waktu. Kalau Anda tidak ingin kena bumerang, maka anda
harus menjadi lawan dari posisi audiens.
 Hostile Audience Persuasi itu sukar, komunikator harus kredibel atas topik itu. Pakailah
alasan yang rasional, dan teoritis untuk mengubah mereka.
 Friendly Audience Omongan anda harus dapat memperkuat kesadaran yang sudah ada dan
pindahkan mereka ke dalam tindakan
 Neutral or Apathetic Audience Topik harus relevan dengan hidup mereka.
c. The Inoculation Effect Teori ini merupakan teori persuasi yang dimana seorang komunikator
dapat memengaruhi audiens dengan meningkatkan resistensi mereka atas informasi yang
mereka peroleh (disposisi positif) jika proses untuk mensuplai informasi itu dilakukan dengan
memanipulasi informasi sedemikian rupa sehingga mudah diterima oleh komunikan.
Menurut teori ini, jika kita ingin audiens bertahan dengan informasi yang kita berikan, kita harus ada
proses manipulasi informasi yang kita berikan, yakni dengan memberikan:
 Informasi yang penuh tantangan (challenge).
 Informasi yang penuh ketakutan (fear appeals).
 Informasi yang menarik (attractive) sehingga mudah memengaruhi audiens.
 Informasi yang dapat menimbulkan ketegangan (stress) sehingga mempersuasi audiens.
 Informasi yang menampilkan daya tarik emosional (emotional appeals).
d. Partisipasi Audiens, kita pun dapat membuat pemetaan audiens berdasarkan tingkat partisipasi
audiens. Ada tiga bentuk keterlibatan atau partisipasi audiens yang pertama berupa partisipasi
dalam bentuk pemberian uang atau barang demi melancarkan suatu kegiatan, partisipasi dalam
memberikan tenaga yang secara fisik hadir dalam suatu aktivitas, dan terakhir, partisipasi dalam
bentuk pikiran dan pendapat.
e. Motivasi adalah pemberian dorongan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka
memberikan partisipasinya dalam aktivitas tertent.
Teori Maslow berasumsi bahwa setiap orang akan merasa puas kalau kebutuhan dasarnya sudah dia
peroleh. Menurut Maslow, kita harus memahami pendekatan hirarki kebutuhan manusia. Melalui teori
‘piramida kebutuhan manusia’, Maslow berasumsi bahwa motivasi manusia itu tumbuh dari kebutuhan
manusia, dan kebutuhan itu mempunyai tingkatan mulai dari kebutuhan paling dasar sampai kebutuhan
yang paling tinggi. Maslow menyebutkan kebutuhankebutuhan manusia itu sebagai basic needs yang
tersusun sebagai berikut:
a. Tahap 1 kebutuhan fisiologis
Pada level pertama manusia berusaha agar kebutuhan fisiologis (makan, minum, pakaian dan
rumah, udara dan seks/reproduksi) harus dapat dipenuhi.
b. Tahap 2 kebutuhan rasa aman
kebutuhan rasa aman dan kehidupan yang stabil. Security need adalah kebutuhan rasa aman,
manusia merasa dan ingin bebas dari gangguan fisik maupun emosi orang lain.
c. Tingkat 3 kebutuhan sosial
Pada tingkat ketiga manusia membutuhkan kasih sayang.
d. Tingkat 4 kebutuhan harga diri
Pada tahap ke empat manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain terhadap dirinya,
kita sebut kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Memberikan penghargaan kepada orang
lain dapat dilakukan melalui pengakuan atas status yang dia miliki
e. Tingkat-5 kebutuhan aktualisasi diri
Pada puncak piramida ada kebutuhan aktualisasi diri di mana setiap orang ingin agar masyarakat
atau organisasi melibatkan dia secara penuh, termasuk memberikan kepercayaan kepada
mereka untuk melaksanakan tugas dan fungsi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai