Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

KULIAH KERJA PRAKTIK (KKP)

PENERAPAN OTOMASI PENANGANAN MATERIAL


MENGGUNAKAN AUTOMATIC GUIDE VEHICLE (AGV) PADA
INDUSTRI MANUFAKTUR

PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING WEST JAVA


(YIMM WJ)

Oleh :
HARI KURNAEDI
(352010289)

JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI


PROGRAM : SARJANA (S1)

FAKULTAS TEKNIK 
UNIVERSITAS PELITA BANGSA 
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan kuliah kerja praktek (KKP) ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-


dalamnya kepada:

1. Bapak Ir. Moh. Mardiana, selaku Ketua Universitas Pelita Bangsa.


2. Bapak Dr. Ir. Supriyanto, M. P Selaku Wakil Rektor Universitas Pelita Bangsa.
3. Bapak Dr. Ir. Tri Ngudi Wiyatno, M.T.,IPU selaku Kaprodi Teknik Industri
Universitas Pelita Bangsa.
4. Bapak Dr. Ir. Susan Kustiawan, STP, MM, IPU, ASEAN.Eng selaku Dosen
Pembimbing dan senantiasa ikhlas dijadikan tempat bertanya untuk berbagi
ilmu.
5. Semua pihak dosen, keluarga, teman, yang telah membantu penulis dalam
menyusun laporan kuliah kerja praktik ini hingga selesai yang tidak bisa saya
sebutkan satu per-satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kuliah kerja praktik ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan dukungan dari
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dimasa yang akan datang.

Bekasi, 10 Maret 2023


Penulis

Hari Kurnaedi
NIM : 352010289
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Maksud...............................................................................................................6

1.3. Tujuan.................................................................................................................6

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................7


BAB II......................................................................................................................................7
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL.......................................................................................7
2.1. Sejarah PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.......................................8

2.2. Kegiatan Umum PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing................................9

2.3. Struktur Organisasi PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.........................11


2.4. Visi dan Misi Perusahaan.................................................................................14

2.5. Sistem Kerja.....................................................................................................15


BAB III...................................................................................................................................16

3.1. Sistem Operasi Umum.............................................................................................16

3.2. Sumber Daya Manusia Perusahaan..........................................................................17

3.3 Pengendalian Kualitas...............................................................................................18


BAB IV...................................................................................................................................20
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN............................................................20

3.1. Bidang Kerja.....................................................................................................20

3.2. Automated Guided Vehicle (AGV)..................................................................21

3.3. Proses Small Part Supply.................................................................................23

3.4 Rute Operasi Mesin AGV Pos SPS – Main Line.............................................24


BAB V....................................................................................................................................25
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................25

4.1. Kesimpulan.......................................................................................................25

4.2. Saran.................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otomasi telah menjadi inti dari perusahaan manufaktur modern saat

ini, banyak perusahaan mengotomasi kegiatan mereka untuk suatu alasan

yaitu meningkatkan produktifitas, dan mengurangi bahaya akibat kelalaian

manusia (human errors) juga tingginya biaya tenaga kerja (high cost of

human labor) (Bijanrostami, 2011). Salah satu kunci pokok dalam otomasi

proses manufaktur adalah penanganan material (material handling)

(Bijanrostami, 2011). Penanganan material ini menghabiskan 30 -70 % dari

total biaya produk yang dihasilkan (Kulak, 2005). Hal ini membuat

penanganan material merupakan hal penting untuk diperhatikan, dengan

memperlancar sistem penangan materialnya dapat mengurangi biaya yang

ada (Davich, 2010).

PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) merupakan

perusahaan yang memproduksi sepeda motor perusahaan ini didirikan pada

6 Juli 1974 Pabrik sepeda motor Yamaha mulai beroperasi di Indonesia

sekitar tahun 1969, dan kini sebagai produsen masal sepeda motor Yamaha

di Indonesia dan di Asia Tenggara. Yamaha Indonesia secara terus

menerus melakukan inovasi terhadap produk, proses produksi maupun

pelayanan yang selalu berorientasi terhadap keinginan dan kepuasan

pelanggan serta komunitas sebagai prioritas utama perusahaan. Kebijakan

perusahaan dalam menggunakan penanganan material secara manual pada

proses transportasinya membuat biaya tenaga kerja yang dikeluarkan akan

lebih besar jika dibanding dengan tanpa operator khusus (helper). sehingga

salah satu solusi yang dapat diambil adalah dengan mengotomasi dalam
penanganan materialnya. Sistem penanganan material otomatis dengan

Automatic Guide Vehicle (AGV) yang dipilih untuk menggantikan

penanganan material secara manual memiliki kemampuan driverless,

sistem pemandu otomatis, komponen pengaman, dan fleksible (shivand

dkk,2006), hal ini Sesuai dengan jenis aliran proses perusahaan job shop,

dimana memiliki aliran material yang rumit dan memerlukan tingkat

fleksibilitas yang tinggi guna merespon perubahan desain dan volume

pesanan.

Dalam merancang sistem AGV dengan studi kasus di PT.YIMM

diperlukan perancangan perencanaan rute AGV, konfigurasi antara rute

dengan alat pengatur jalur AGV, dan alat transportasi AGV itu sendiri.

Perancangan rute AGV digunakan untuk mengetahui jalur terpendek yang

paling efektif dan efisien yang dapat dilalui AGV, perancangan rute sudah

dilakukan pada penelitian Pamuji(2010).

Automatic Guide Vehicle (AGV) yang umum digunakan adalah

yang mengikuti satu jalur tertentu berupa garis (Rogers, 2001). Kontruksi

Automatic Guide Vehicle (AGV) yang mengikuti satu jalur tertentu berupa

garis, dapat dikaitkan dengan suatu robot pengikut garis (line follower).

Menurut M. S. Islam & M. A. Rahman dikutip dari Department of

Information TechnologyK. J. Somaiya College of Engineering Mumbai,

India Robot Line follower adalah sebuah mesin yang dapat mengikuti

sebuah jalur (path) dimana jalur dapat berupa garis hitam dipermukaan

putih atau bisa juga berupa magnet.

Model Automatic Guide Vehicle (AGV) dapat diterapan dengan

robot Line follower. Robot Line follower memiliki karakteristik dapat

mendeteksi dan bergerak mengikuti garis dengan bantuan sensor. Sistem


kendali yang digunakan, dirancang untuk bisa membaca jalur garis yang

ada dan melakukan manuver gerakan agar tetap bisa mengikuti garis. Line

follower dirancang dengan rangkaian elektronika, sensor garis, sensor

ultrasonik, motor driver, dan baterai. Dimana rancangan line follower

berbentuk kendaraan yang dapat mengangkut barang, line follower juga

memiliki fungsi penting yang dimiliki AGV yaitu Driverless Vehicle,

mengikuti lintasan yang ditentukan, sehingga dapat dimodelkan menjadi

AG.Penelitian ini merancang model Automatic Guide Vehicle (AGV)

berbasis line follower untuk penerapan otomasi penanganan material pada

industri manufaktur dengan studi kasus di PT.YIMM. Dimana konfigurasi

atau bentuk rancangan terdiri atas kendaraan AGV dengan kontruksi line

follower dan model lintasan antarnya merupakan penyederhanaan dari

lintasan pada lantai produksi PT.YIMM.

1.2 Maksud

Kuliah Kerja Praktek merupakan transformasi dan kontribusi actual

dari pendidikan perguruan tinggi, dimana praktek kerja nyata itu

merupakan ajang percobaan penerapan antara ilmu yang didapat dibangku

perkuliahan dengan kenyataan dilapangan, karena pada dasarnya

mahasiswa akan kembali bermasyarakat dan akan mengikuti persaingan

yang sangat ketat.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk

mampu mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh melalui berbgaai pekerjaan di

dunia kerja.
1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan dalam Penelitian ini adalah dapat

merancang model alat penangan material Automatic Guide

Vehicle (AGV) yang mampu mengikuti jalur yang telah

ditentukan dan dapat berhenti jika ada halangan di depan AGV.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penulis melaksanakan Kerja Praktek di PT. Yamaha Indonesia Motor


Manufacturing (YIMM), dan sekaligus karyawan dibagian penata dengan
tujuan membantu dan mempermudah pekerjaan. Sedangkan waktu
peninjauan dan pengumpulan data sampai dengan pendokumentasian hasil
dan pelaporan pelaksanaan praktek kerja dimulai dari tanggal 13 Maret s/d
31 Mei 2023.
Berikut penulis uraikan dalam tabel kegiatan di PT Yamaha Indonesia
Motor manufacturing (YIMM) sebagai agenda rutinitas setiap harinya.

Tabel Kegiatan Pelaksaan Kerja Praktek


Jadwal Kegiatan
Minggu Minggu Minggu Mingg
NO Kegiatan
u
ke 1 ke 2 ke 3
ke 4
Mengoprasikan sistem dan

1 deskripsi kerja
2 Pengumpulan data
Pengimplementasian data
ke dalam sistem
3
4 Dokumentasi dan pelaporan

Tabel 1.1 Kegiatan Pelaksanaan Kerja Praktek


BAB II

TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1. Sejarah PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) berdiri secara resmi pada tanggal 6

Juli 1974. PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing memproduksi sepeda motor beserta

suku cadangnya. PT. YIMM memiliki kantor pusat di Pulogadung dan memiliki pabrik kedua

di Karawang. Sejak awal PT. YIMM menjalankan operasinya pada tahun 1969 di Indonesia

sebagai pabrik rakitan yang semua komponennya diimpor melalui Jepang. PT. YIMM

didukung oleh ribuan karyawan untuk memproduksi sepeda motor yang akan dijual di dalam

ataupun luar negeri.

Pada tahun 1990 dalam rangka memperkuat dan memperlancar kegitan usaha maka

PT. YIMM bergabung dengan beberapa perusahaan lain. Perusahaan yang bekerjasama

dengan PT. YIMM tersebut diantaranya adalah PT Yamaha Harapan, PT Sakti Cipta Logam

Sakti, PT Adiasa IIC, dan PT Harapan Motor Sakti (PT Karya Bakti). Pada dasarnya PT.

YIMM merupakan perusahaan modal asing (PMA) dengan modal sebesar US$ 61.800.00,

dana investasi ini 85% berasal dari Yamaha Co., Ltd dan 15% berasal dari Mitsui Co., Ltd.

Terdapat 60 pabrik motor Yamaha Corp di seluruh dunia yang tersebar di 35 negara dan

YIMM diharapkan mampu berperan sebagai profit center di kawasan asia.

Sebagai pabrik resmi produsen sepeda motor dari Jepang di Asia. PT. YIMM telah

merakit puluhan juta sepeda motor untuk didistribusikan di Negara Indonesia dan juga

diekspor ke luar negeri. Bukan hanya PT. YIMM yang memproduksi sepeda motor roda dua

di Indonesia tetapi ada beberapa competitor lain di bidang otomotif yang memproduksi

sepeda motor di Indonesia. Hal ini tidak mengendorkan semangat visi dan misi PT. YIMM
namun justru menambah semangat kompetisi perusahaan menjadi lebih baik dari competitor

lainnya.

Tingginya permintaan sepeda motor roda dua saat itu, menciptakan banyak teknologi baru

yang melekat pada setiap sepeda motor di Indonesia. Spesifikasi sepeda motor roda dua yang

dijual di pasaran juga bervariasi dari 100cc-200cc dan memiliki berbagai model sepeda motor

yang berbeda, dari model bebek, bebek matic, skuter matic injeksi dan motorsport.

Banyak penelitian tentang teknologi baru yang telah dikembangkan oleh PT. YIMM untuk

memberikan kemudahan bagi penggunaan sepeda motor yang hemat. bahan bakar dan

meminimalkan emisi gas buang sepeda motor sampai pada penggunaan praktis di motor

bebek matic dan skuter matic.

Harga yang disediakan untuk sepeda motor PT. YIMM pun bervariasi tergantung dari

tipe dan jenis dari motornya, namun masih terjangkau terhadap gaji dan pendapatan

masyarakat Indonesia. Tidak sulit bagi keluarga berpenghasilan rendah untuk mendapatkan

sepeda motor bermerk Yamaha karena harganya yang terjangkau. Untuk memudahkan hal

ini, PT. YIMM menyiasati dengan bekerja sama dengan bidang jasa keuangan sebagai

penyedia bantuan angsuran berjangka untuk memudahkan pembelian sepeda motor .

Di latar belakangi dengan adanaya banyak permintaan sepeda motor, maka lokasi

pabrik PT. YIMM yang awalnya berada di Pulo Gadung, Jakarta Timur kemudian ditambah

lagi untuk pabrik kedua yang bearada di Karawang, Jawa Barat yang bertujuan untuk

memperluas lokasi dan menunjang kegiatan operasional. Pada awal pendiriannya, YIMM

hanya mempekerjakan sedikit tenaga kerja dengan jumlah produksi rata-rata 10 unit motor

perhari

2.2. Kegiatan Umum PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

Dalam usahanya, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing membagi 3

kategori, yaitu:

a) Proses Produksi
PT. YIMM yang tergolong dalam perusahaan manufaktur memiliki

kegiatan untuk proses pengolahan dalam mengubah barang mentah menjadi

barang jadi melalui proses produksi yang kemudian dijual kepada

konsumen sehingga dalam hal ini kegiatan utama perusahaan adalah

memproduksi barang mentah menjadi barang yang siap digunakan oleh

konsumen. Dalam proses produksi ini terdapat beberapa proses yaitu:

a. Painting : Perawatan awal, pengecatan plastic dan metal

b. Plating: Pelapisan plating pada permukaan komponen

c. Pressing : Pembuatan komponen metal dengan cara pressing

d. Welding : Pengelasan titik, pengelasan TIG, pengelasan MIG

e. Plastic Injection : Mesin cetak injeksi komponen plastic

f. Die Casting : Pencetakan komponen alumunium

g. Workshop : Pembuatan & pemeliharaan perlengkapan produksi

h. Assembling : Perakitan engine dan unit sepeda motor

i. Packing : Fasilitas untuk pengemasan unit sepeda motor

j. Warehouse : Penyimpanan komponen unit sepeda motor


b) Proses Penjualan

Dalam pelaksanaan bisnisnya PT. YIMM memiliki kegiatan usaha dalam penjualan

kendaraan bermotor roda dua. Produk ini dihasilkan sendiri oleh PT. YIMM. Jenis produk

motor yang dijual oleh PT. YIMM diantaranya adalah motor bebek, motor skuter matic dan

motor sport. Beberapa merk yang dijual oleh PT. YIMM adalah vega r, jupiter mx, mio z,

mio soul, soul gt, nmax, scorpio, vixion, dan R25. Selain menjual beberapa jenis motor, PT.

YIMM juga menjual beberapa produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bergabung

dalam Yamaha Group, yaitu spare part, generator, CBU (big bike) dan ATV.

c) Proses Pemasaran
Selain proses produksi dan penjualan yang dilakukan PT. YIMM adalah melakukan

proses pemasaran produk yang telah dihasilkan. PT. YIMM memiliki beberapa produk yang

dijual dan dipasarkan kepada konsumen. Untuk menunjang proses penjualan produknya,

maka PT. YIMM memiliki beberapa kegiatan pemasaran. Hal ini merupakan aspek penting

dalam melayani masyarakat atau konsumen agar dapat menikmati produk yang telah

dihasilkan oleh PT. YIMM. Beberapa hal yang dilakukan dalam proses pemasaran adalah:

a. Mengadakan launching produk baru

b. Membuat promosi tentang produk yang dihasilkan

c. Memberikan alokasi unit motor terhadap beberapa titik pasar

distribusi motor Yamaha

d. Mengadakan acara yang dapat mendukung promosi produk Yamaha

e. Memberikan discount dan promo terhadap konsumen

f. Dapat mengevaluasi kebutuhan pasar

2.3. Struktur Organisasi PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing


Dalam perusahaan tempat saya PKL, terdapat struktur organisasi yang disebut juga

sebagai manajemen perusahaan yang memiliki fungsinya masing-masing untuk menjalankan

kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Berikut merupakan struktur

organisasi di PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.

Presiden
1 Direktur

Wakil Presiden
2 Direktur

Direktur HRD Direktur Direktur


3 4 5
& GA Keuangan Pemasara
n
General General General
3.1 Manajer HRD 4.1 Manajer 5.1 Manajer
& GA Keuangan Pemasaran
3.1.13.1.24.1.14.1.25.1.15.1.2

Manajer
Manajer HRA Manajer Manajer Manajer
Manajer Legal Marketing
& HRD Accounting Keuangan Network
Operation
Staf Staf Marketing
Staf Legal Staf HRD Staf Keuangan Staf Network Operation
Acng
Accounting

3.1.1.1 3.1.2.1 4.1.1.1 4.1.2.1 5.1.1.1 5.1.2.1

Sumber: Strukur Organisasi PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing


Dalam perusahaan, masing-masing jabatan memiliki fungsi dan kegunaannya sendiri.

Berikut merupakan uraian tugas pokok dari struktur organisasi di atas :

1. Presiden Direktur : memberikan arahan kepada seluruh manajemen agar dapat

menjalankan visi dan misi perusahaan serta membuat kebijakan-kebijakan terkait

kegiatan perusahaan demi tercapainya tujuan utama perusahaan.

2. Wakil Presiden Direktur : mewakili fungsi presiden direktur dan dapat menjadi

komunikator yang baik antara manajemen dengan presiden direktur.

3. Direktur HRD & GA : memberikan kebijakan kepada Departemen HRD & GA agar

dapat mendukung kegiatan perusahaan serta tercapainya tujuan perusahaan yang

berhubungan dengan SDM dan legalitas perusahaan.

3.1. General Manajer HRD & GA : bertugas membawahi Departemen HRD dan GA

serta membuat aturan – aturan mengenai departemen tersebut.

3.1.1. Manajer Legal : membuat arahan dan bertugas memberikan keputusan dan

solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh departemen terkait mengenai

legalitas perusahaan.

3.1.1.1. Staf Legal : menjalankan tugas dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

manajemen mengenai legalitas perusahaan.

3.1.2. Manajer HRA & HRD : memberikan arahan dan bertugas memberikan

keputusan dan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh departemen terkait

mengenai SDM perusahaan.

3.1.2.1. Staf HRD : menjalankan tugas dan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh manajemen serta memenuhi kebutuhan SDM yang diperlukan

perusahaan.

4. Direktur Keuangan : memberikan kebijakan kepada Departemen Keuangan agar dapat

mendukung kegiatan perusahaan serta tercapainya tujuan perusahaan yang berhubungan

dengan pembukuan dan masalah keuangan perusahaan.

4.1. General Manajer Keuangan : bertugas membawahi Departemen Keuangan serta

membuat aturan – aturan mengenai departemen tersebut.

4.1.1. Manajer Accounting : membuat arahan dan memberikan keputusan serta

solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh departemen terkait mengenai

pelaporan laporan keuangan.

4.1.1.1. Staf Accounting : bertugas membuat laporan keuangan sesuai dengan

kebijakan dari manajemen

4.1.2. Manajer Keuangan : membuat arahan dan bertugas memberikan keputusan

dan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh departemen terkait mengenai

pencatatan keuangan perusahaan

4.1.2.1. Staf Keuangan : bertugas membuat laporan cash flow perusahaan sesuai

dengan kebijakan manajemn

5. Direktur Pemasaran : memberikan kebijakan kepada Departemen Pemasaran agar dapat

mendukung kegiatan perusahaan serta tercapainya tujuan perusahaan yang berhubungan

dengan kegiatan pemasaran produk perusahaan.

5.1. General Manajer Pemasaran : bertugas membawahi Departemen Pemasaran serta

membuat aturan – aturan mengenai departemen tersebut.

5.1.1. Manajer Network : membuat arahan dan bertugas memberikan keputusan dan

solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh departemen terkait mengenai

strategi daerah pemasaran produk.

5.1.1.1. Staf Network : bertugas untuk membuat perencanaan pemasaran produk.


5.1.2. Manajer Marketing Operation : membuat arahan dan bertugas memberikan

keputusan dan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh departemen terkait

mengenai kegiatan operasional pemasaran produk

5.1.2.1. Staf Marketing Operation : bertugas untuk menjalankan perencanaan

promosi pemasaran perusahaan.

2.4. Visi dan Misi Perusahaan

Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi dalam menunjang dan

mengembangkan perusahaannya agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Begitu pula dengan

PT. YIMM yang sudah memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuannya, berikut merupakan

visi dan misi PT. YIMM:

A. Visi PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

PT. YIMM memiliki slogan “Semakin Di Depan” yang memiliki arti bahwa Yamaha

harus selalu unggul dalam kompetisi produk, kualitas serta pelayanan sebelum dan sesudah

penjualan terhadap konsumen agar konsumen dapat merasa nyaman dan bangga dapat

menggunakan produk Yamaha. Visi ini didukung dari inovasi yang selalu dilakukan oleh

Yamaha serta usaha dalam mengutamakan kualitas dan focus pada kesempurnaan produk atau

jasa kepada konsumen.

B. Misi PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

Melakukan terobosan dan analisa untuk pengembangan bisnis dengan membentuk

jaringan-jaringan (Penjualan, Perawatan, dan Suku Cadang) baru di seluruh Indonesia.

Memastikan terjadinya pertumbuhan penjualan dan pangsa pasar di setiap wilayah

operasional.

Melakukan strategi bisnis perusahaan yang didukung oleh strategi kebijakan yang optimal.

1. Mengembangkan dan menempatkan karyawan sesuai dengan tuntutan kompetensi


jabatan sehingga karyawan memiliki kapasitas serta dapat menjalankan tugas-tugas dan

tanggung jawabnya dengan baik.

2. Menerapkan Standar Operasional yang tepat guna, sebagai landasan kerja untuk

menghasilkan kinerja yang optimal.

3. Mengembangkan sistem infrastruktur, informasi teknologi serta sumber daya fisik yang

tepat guna dan terintegrasi dengan departemen terkait, sesuai standar yang berlaku.

4. Melakukan audit internal kontrol secara periodik dan objektif.

2.5. Sistem Kerja

PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing termasuk memiliki pembagian jam kerja

karyawan sebesar 40 jam perminggu. Jam kerja PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

dibagi jadi 4 bergantung keadaan perusahaan.

Berikut daftar jam kerja PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing:

 Shift 1 -> Jam 07.00 Sampai Jam 17.00

 Non Shift -> Jam 07.00 Sampai Jam 17.00

 Shift 2 -> Jam 19.00 Sampai jam 05.00


 Shift 3 -> Jam 23.00 Sampai Jam 07.00 (Disesuaikan jamnya jika produksi dengan 3

shif)

Setiap shift mendapat jatah istirahat selama 1 jam kecuali yang produksi dengan 3 shif.

Jam kerja ini bisa diterapkan dan dirubah kapanpun sesuai dengan kebijakan perusahaan.
BAB III

PROSES KERJA PERUSAHAAN


3.1. Sistem Operasi Umum
Proses perakitan di area assembling mencakup operasi untuk perakitan di line perakitan,

penyediaan komponen disetiap stasiun, identifikasi nomor frame dan mesin, prosedur pengiriman

kendaraan bermotor pada proses berikutnya. Dalam pengiriman ke proses berikutnya dibutuhkan

informasi dari line yang satu ke line yang lain. Informasi dapat diperoleh dengan membangun sistem

informasi yang meliputi informasi pengendalian produksi, informasi persediaan dan informasi untuk

kontrol di peralatan produksi.

Proses perakitan dilakukan berdasarkan aliran produksi yang dirancang. Siklus pergantian

model dilakukan berdasarkan pola kegiatan harian yang ditentukan bagian PPC. Komponen yang

dibutuhkan pada proses perakitan berasal dari area sub assy, unit produksi atau tempat

pendistribusian komponen (AS/RS). Dari lay out pabrik, pensupplay lantai I ke lantai 2 digunakan lift.

Untuk distribusi pada masingmasing stasiun pada bagian perakitan digunakan roller conveyor.

Keadaan produk dapat ditentukan saat frame body dinaikkan ke line produksi. Kondisi akhir

produk ditentukan setelah produk melewati inspeksi akhir dan dikatakan lolos dan produk masuk ke

area shipping. Produk yang tidak lolos akan ditempatkan pada area reparasi menunggu perbaikan

sampai lolos inspeksi akhir. Inspeksi ini dilakukan oleh bagian quality control. Dalam penanganan
produk yang rejek dapat dilakukan secara langsung dimana komponen yang rusak langsung diganti

dengan komponen yang baik atau secara tidak langsung dilakukan penggantian komponen rejek pada

final inspeksi.

Dari area shipping kendaraan bermotor roda dua diangkut dengan truk. Untuk menaikkan

produk ke truk digunakan pallet dengan sistem hidroulik. Pada dudukan pallet dipasang roller untuk

mendorong pallet masuk ke bak truk yang telah disiapkan.

Part SubAssy FinalAssy Shipping


supply

Distribusi Office
Level

Gambar 1 Alur Sistem Manufacturing

Dalam merancang suatu pabrik kendaraan bermotor roda dua, harus diperhatikan urutan aliran

proses dari line produksi. Dengan memperhatikan urutan line produksi, maka dapat dirancang waktu

yang dibutuhkan oleh masing-masing line produksi. Dari waktu line produksi setiap line dapat

dihitung waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit kendaraan bermotor roda dua. Waktu

setiap line produksi tergantung kepada jumlah unit kendaraan yang akan diproduksi. Semakin banyak

kendaraan bermotor yang dihasilkan waktu atau cycle time yang dibutuhkan juga akan semakin

tinggi. Untuk mengurangi cycle time ini dilakukan penambahan line produksi. Penambahan line

produksi mengakibatkan terjadinya penambahan luas area. Untuk daerah yang luas areanya kecil hal

ini tidak dapat dilakukan, tetapi untuk daerah yang masih memiliki area yang luas hal ini masih bisa

dilakukan untuk menghindari hal ini dilakukan pemanfaatan sistem otomatis atau robot sehingga

kebutuhan area dapat dikurangi. Ini dapat dilakukan dengan merancang alat bantu produksi pada line

produksi tersebut.
3.2. Sumber Daya Perusahaan
Sumber daya perusahaan adalah alat yang digunakan perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Sumber daya yang kompetitif bagi sebuah bisnis terdiri dari beberapa elemen
utama, meliputi sumber daya modal atau uang, sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan
sumber daya intelektual. Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang
yang harus disediakan untuk memperoleh faktor-faktor produksi seperti membeli bahan baku
dan alat-alat yang dibutuhkan, serta membiayai gaji tenaga kerja. Sumber daya manusia
berkerja sama melakukan proses kerja untuk mencapai tujuan perusahaan.

3.2.1 Data Karyawan

PT Yamaha Indonesia memperkerjakan karyawan baik itu kontrak (12 bulan) maupun

karyawan yang sudah tetap. Jumlah tenaga kerja PT Yamaha Indonesia hingga saat ini adalah

1522 orang. Pembagian adalah sebagai berikut :

Keterangan Jumlah Karyawan


 Dewan Komisaris : 3 orang
 Direktur Utama : 1 orang
 Gendral Manager : 4 orang
 Manajer Produksi : 4 orang
 Purchasing : 1 orang
 Quality Control : 1 orang
 Quality Managemen : 1 orang
 Accounting : 1 orang
 Human Resourch Development : 1 orang
 General Affairs : 1 orang
 Supply Change Management : 1 orang
 Bagian Keuangan : 15 orang
 Bagian Produksi : 1388 orang
 Security, Kurir, Supir. : 100 orang
TOTAL : 1522
Sumber : Data Umum HRD, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing

3.3 Pengendalian Kualitas


Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk

memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar

(Sailendra, 2015:11). Standar Operasional Prosedur atau biasa disingkat SOP merupakan

sebuah dokumen yang berisi tentang prosedur kerja secara sistematis yang harus dilakukan

dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu. Prosedur ini harus benar-benar ditaati agar

memperoleh hasil maksimal dengan kerja seefektif mungkin. SOP juga berguna supaya tidak

ada yang bekerja di luar sistem. Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut (Puji,

2014:35):

1. Memperlancar tugas petugas atau pegawai atau tim unit kerja.

2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.

4. Mengarahkan petugas atau pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.

5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang tetap

mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam suatu

organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus kerja yang lebih baik,

menjadi panduan untuk karyawan baru, penghematan biaya, memudahkan pengawasan, serta

mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang berlainan dalam perusahaan.

Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut (Puji, 2014:30):

1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan kemana

petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.

2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan supervisor.

3. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari dan

mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan

kegiatan.

4. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.


5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif.

6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait.

7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila terjadi

suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan administratif lainnya, sehingga

sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.

8. Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.

9. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.

BAB IV

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Bidang Kerja

Selama kegiatan PKL di PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing yang

berlangsung selama 3 (tiga) bulan. Praktikan ditempatkan pada departemen Engine Assy di

bagian supply material handling. Material handling adalah penanganan material dalam

jumlah yang tepat dari material yang sesuai dalam kondisi yang baik pada tempat yang

cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai dan biaya

yang murah menggunakan metode yang benar (Arif, 2017, hlm. 116). Material handling atau

desain aliran pemindahan bahan ini berperan penting dalam suatu perencanaan layout atau

tata letak fasilitas pabrik.

Sistem material handling berfokus pada pembahasan mengenai beberapa poin berikut

ini :

1. Motion (gerakan), sebuah material handling harus mampu memindahkan setiap

produk dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

2. Time (waktu), sebuah material handling harus mampu memenuhi kedatangan

sebuah produk dengan tepat, tidak terlambat ataupun terlalu awal.

3. Quantity (jumlah), material handling harus mampu membawa barang atau produk
yang diantar ke berbagai lokasi dengan jumlah yang benar.

4. Space (ruang), kebutuhan akan space sangat dipengaruhi oleh bentuk aliran dari

sistem material handling-nya (Arif, 2017, hlm. 116).

Seiring berkembangnya teknologi yang terjadi di berbagai bidang, peralatan yang

dahulu dioperasikan secara manual, sekarang dimungkinkan untuk dioperasikan secara

otomatis tanpa adanya operator. Dunia industri sendiri tak luput dari pengaruh otomasi. Salah

satu implementasi otomasi yang terdapat di dunia industri adalah dari sisi penanganan

material (material handling). Salah satu jenis dari material handling equipment adalah

transport equipment. Automated Guided Vehicle (AGV) termasuk ke dalam transport

equipment yang digunakan untuk memindahkan material di dalam pabrik secara otomasi

dengan panduan sebuah jalur dan menggunakan tenaga baterai.

3.2. Automated Guided Vehicle (AGV)

Automated Guided Vehicle (AGV) adalah kendaraan yang digunakan untuk

melakukan penanganan material dari lokasi satu ke lokasi yang lainnya secara otomatis

menggunakan komputer workstation yang akan dikomunikasikan menggunakan Local Area

Network (Aoki et al., 2013). Menurut Koster & Anh (2004), AGV seringkali digunakan pada

industri manufaktur, distribution centers, terminal, dan gudang karena penggunaan AGV

dapat mengurangi tenaga kerja sehingga juga memperkecil peluang human error yang

merupakan penyebab utama kecelakaan kerja. Terdapat beberapa masalah pada level

pengambilan keputusan yang berbeda yang kerap terjadi dalam penggunaan AGV, antara lain

guide-path design, routing kendaraan, manajemen baterai, dan jumlah kendaraan yang

dibutuhkan. Pada level strategi terdapat permasalahan guidepath design dimana hasil

keputusannya memberikan dampak bagi keputusan level lainnya. Sedangkan permasalahan

manajemen baterai dan perkiraan jumlah kendaraan termasuk pada level tactical. Kemudian

untuk routing kendaraan termasuk pada level operasional (Koster & Anh, 2004).

Terdapat dua tipe dalam sistem penugasan AGV, yaitu centralized control system dan
decentralized control system. Centralized control system merupakan sistem penugasan

dimana seluruh informasi disimpan dalam sebuah controller database. Sedangkan pada

decentralized control system tidak terdapat sistem yang mengkoordinasi AGV sehingga

asumsinya setiap kendaraan hanya mampu mengunjungi lokasi pick up dan delivery dengan

jalur searah dan kecepatan yang sama.

Gambar 2. 3 Mesin One-Way Tunnel Automated Guided Vehicle (AGV)

Pada mesin AGV terdapat beberapa komponen, antara lain (Samsul, 2017):
1. Operator Interface, merupakan layar interface dari AGV untuk menjelaskan status

AGV seperti baterai AGV dan kecepatan AGV agar mudah dibaca oleh operator.

2. Guide Sensor, merupakan sensor yang dipasang di bagian bawah AGV untuk dapat

membaca path guidance yang dipasang sebagai rute AGV.

3. Obstruction Sensor, merupakan komponen safety bagi AGV yang membaca sensor

halangan agar dapat berhenti secara otomatis ketika ada benda pada jarak tertentu dari

AGV.

4. Address Sensor, merupakan sensor yang dipasang disamping AGV dan berada di

sisi yang sama dengan address mark untuk dapat membaca titik berhenti AGV.

5. Address Mark, yang memberikan informasi posisi AGV untuk dapat menentukan
lokasi berhenti pada pick up point.

6. Battery Compartment, merupakan tempat baterai AGV terpasang.

7. Safety Bumper, komponen ini berguna ketika obstruction sensor gagal maka badan

AGV akan terlindung.

8. Path Guidance, merupakan garis dengan warna berbeda dari lantai atau magnetic

tape yang akan memberi sensor optik atau sensor magnetik.

9. Patlite, yaitu lampu atau penanda yang dipasang untuk menarik perhatian orang

yang sedang melintas di sekitar AGV.

10. Wheel Servo, merupakan roda penggerak AGV yang digerakan menggunakan

motor servo.

3.3. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penerapan AGV

AGV digunakan untuk menggantikan transfer material yang pada awalnya

menggunakan towing yang dikendarai operator. Berikut analisa proses material handling

menggunakan AGV sebagai penanganan otomasi transfer material dengan aspek 4M dan

1E.

3.3.1. Aspek Lingkungan (Environment)

Gambar berikut ini menunjukkan layout proses penanganan manual transfer

material sebelum dan sesudah penerapan AGV.

Sebelum Sesudah Menerapkan AGV


Gambar 6. Layout Sebelum dan Sesudah Penanganan Manual Transfer Material

Keliling area yang dilewati oleh mizusumashi machining F/G sebelum menerapkan

AGV yaitu 320 meter (2 x (110 m + 50 m)) sedangkan setelah menerapkan AGV sebesar

200 meter (50 m x 4)


3.3.2. Aspek Material

Output per hari yang disuplai oleh mizusumashi machining F/G sebelum

menerapkan AGV adalah 1800 pcs yang terdiri dari part Front housing, Rear housing dan

Cylinder dengan rata-rata volume per progress line adalah 120 set.

Selanjutnya Data unit/manpower/hour diperoleh berdasarkan output rata-rata

perhari dibagi jumlah mizusumashi. Kemudian dikonversi menjadi jumlah unit/jam kerja

efektif oleh setiap manpower. Jumlah material yang disuplai setiap jamnya oleh satu

mizusumashi adalah 56 unit. Berikut perhitungannya:

1800 unit : 4 MP = 450 unit / MP / Day.

(450 unit/MP) / 8 jam = 56,25 unit atau sekitar 56 unit / MP / Hour.

Selanjutnya karena jarak tempuh ketika penerapan AGV sebagai penanganan

otomasi transfer material berkurang, maka output per hari yang disuplai bertambah menjadi

3600 pcs, mengalami peningkatan sebanyak 1800 pcs.

3.3.3. Aspek Mesin (Machine)

Alat yang digunakan mizusumashi dalam proses penanganan manual transfer

material adalah towing cart dan trolley. Kapasitas yang mampu diangkut trolley yang

dikaitkan ke towing sebanyak 250 kg. Towing tersebut digantikan oleh AGV dengan

kapasitas yang tetap.

3.3.4. Aspek Metode (Method)

Jumlah Pengiriman mizusumashi per hari sebelum menggunakan AGV dapat

melakukan pengiriman sebanyak 15 kali, namun bisa 16 kali berdasarkan wawancara.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Banyaknya pengiriman part = (Output per hari)/(Volume per progress)

= (1800 pcs)/(120 set) = 15 kali hari

Selanjutnya pengiriman mizusumashi setelah menggunakan AGV meningkat 2 kali

karena output yang meningkat berpengaruh besar terhadap jumlah pengiriman. Berikut

perhitungan pengiriman setelah menerapkan AGV

Banyaknya pengiriman part = 3600 pcs/ 120 set = 30 kali/hari


3.3.5. Aspek Manusia (Man)

Diketahui jumlah mizusumashi sebelum penerapan AGV yaitu empat untuk

machining F/G dan dua untuk shaft/assy F/G. Namun yang dibahas dalam penelitian ini

adalah mizusumashi machining F/G yang akan dihitung produktivitasnya. Berdasarkan

hasil wawancara serta observasi pada proses penanganan manual transfer material.

Didapat kendala dari empat mizusumashi yang bertugas sebagai man material handling,

bahwa masing-masing tidak mencapai total waktu jam kerja yakni 8 jam dengan kata lain

belum optimal. Banyak waktu menunggu dan menganggur yang cukup lama.

Loading chart atau yamazumi digunakan untuk menganalisis pekerjaan satu orang

manpower, dimana pekerjaanya tidak berulang dan beragam jenis. Dengan loading chart

dapat diketahui produktivitas manpower selama bekerja pada proses penanganan manual

transfer material, sehingga dapat diketahui waktu dan aktivitas yang dilakukan selama satu

shift. Berikut tabel loading time hasil perhitungan yang diamati selama satu shift.

Tabel Loading Time Mizusumashi Line 1,2,3 dan 4

Setelah dibuat tabel, buatlah diagram yamazumi untuk membantu secara visual

memudahkan dalam penggambarannya, serta mengetahui produktivitas mizusumashi

bekerja selama satu shift, karena hasilnya bisa dilihat dengan lebih mudah. Pekerjaan yang

dilakukan Mizusumashi ini termasuk tipe pekerjaan yang tidak berulang, sehingga tools

yang digunakan untuk menyeimbangkan beban kerjanya yaitu dengan yamazumi. Terlihat

pada gambar 2 bahwa masih terdapat waktu yang tersedia yaitu 9840.75 detik atau sekitar

2.73 jam.
Setelah dibuat tabel, buatlah diagram yamazumi untuk membantu secara visual

memudahkan dalam penggambarannya, serta mengetahui produktivitas mizusumashi

bekerja selama satu shift, karena hasilnya bisa dilihat dengan lebih mudah. Berikut gambar

7 Diagram Yamazumi Mizusumashi Penanganan Manual Transfer Material dan

Menggunakan AGV.

BEFORE \AFTER

Gambar 7. Yamazumi Mizusumashi Penanganan Manual Transfer Material dan


Menggunakan AGV

Berdasarkan observasi dan wawancara kepada pihak perusahaan bahwa salah

satu elemen kerja mengalami perubahan ketika penerapan AGV sebagai penanganan

otomasi transfer material, yaitu suplai part machining F/G ke shutter sebagai proses

unloading, diganti dengan trolley supply sebagai improvement. Waktu untuk proses

unloading trolley supply yaitu 1842 detik.

Setelah dibuat yamazumi maka bisa dihitung beban kerjanya selama satu shift

dengan workload analysis. Workload analysis atau analisa beban kerja merupakan suatu

cara untuk menentukan besarnya beban kerja yang diberikan kepada seseorang atau

sekelompok pekerja dibandingkan dengan beban kerja standar (waktu baku) dalam situasi

dan kondisi normal (Kurnia, 2015). Adapun rumus beban kerja sebagai berikut:
Beban kerja (loading) merupakan perbandingan total waktu aktual dan total waktu

kerja, dimana total waktu kerja merupakan waktu keseluruhan yang disediakan oleh

perusahaan pada jam kerja efektif, yaitu 8 jam = 28800 detik. Berikut tabel perhitungan

beban kerja untuk mizusumashi machining F/G.

Tabel 2. Loading per shift mizusumashi Sebelum & Sesudah Penerapan AGV
Sebelum Sesudah
Total Total Beban Total Total Beban
No Manpower Waktu Waktu Kerja Beban Waktu Waktu Kerja Beban
Aktual Kerja per shift kerja Aktual Kerja per shift kerja
(detik) (detik) (%) (detik) (detik) (%)
1 Mizusumashi Line 18954 28800 66% 0,7 17112 28800 59% 0,6
1
2 Mizusumashi Line 19146 28800 66,5% 0,7 17304 28800 0.601 0,6
2
3 Mizusumashi Line 18325 28800 63,3% 0,6 16389 28800 0.569 0,6
3
4 Mizusumashi Line 19502 28800 67.70% 0,7 17660 28800 61.30% 0,6
4
5 Mizusumashi SA 11288.7 28800 39% 0.4 11288.7 28800 39% 0.4
6 Mizusumashi SA 11288.7 28800 39% 0.4 11288.7 28800 39% 0.4
Total 82003.4 172800 91042,4 172800

Berdasarkan tabel diatas, maka perbandingan jumlah mizusumahi aktual dan

idealnya sebagai berikut:

Jumlah tenaga kerja sebelum adalah:

Jumlah tenaga kerja ideal

Pada proses Loading, pindahkan beban MP 1 ke MP 4 dan MP 2 ke MP 3. Alasan


pemilihan MP 1 ke MP 4 karena jarak line satu berdekatan dengan line empat, dan line dua
berdekatan dengan line tiga. Kemudian hasil proses loading meningkat MP 3 naik menjadi
30% dan MP 4 naik menjadi 33%. Selanjutnya pada proses unloading, pindahkan beban
masing-masing MP ke MP 2. Kenapa dipindahkan ke MP 2, pilihannya dipindahkan ke MP
1 dan MP 2. MP 2 dipilih karena proses unloadingnya lebih besar dari MP 1, maka proses
unloading MP2 meningkat menjadi 32%.
Terakhir pada proses transfer, masing-masing MP masih mempunyai pekerjaan
transfer. Karena proses transfer adalah mengendarai towing, maka MP 1 dapat digantikan
dengan AGV, maka pindahkan beban transfer masing-masing MP ke MP 1, akhirnya
proses transfer meningkat menjadi 43%. Hasil akhir didapat bahwa proses penyeimbangan
beban kerja (line balancing) ini bisa mengurangi satu mizusumashi machining F/G.
Tabel 5 Jumlah Mizusumashi Setelah Penerapan AGV sebagai Penanganan
Otomasi Transfer Material
Proses pemindahan beban kerja masih bisa dilakukan sehingga hasilnya bisa lebih
optimal. Dengan memindahkan semua beban kerja MP 2 yaitu proses unloading pada
AGV. Jadi AGV sudah 100% optimal dalam produktivitasnya. Oleh karena itu, hasilnya bisa
mengurangi satu mizusumashi lagi. Sehingga hasil akhir yang didapat pada proses
balancing ini bisa mengurangi dua mizusumashi machining F/G.

4.6. Hasil Rekapitulasi Perbandingan Perubahan Sebelum dan Sesudah


Penerapan AGV
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat diketahui bahwa setelah
penerapan transfer material otomasi dengan AGV. Maka terjadi perubahan sebagaimana
terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 6. Perbandingan Transfer Material Manual dengan Otomasi AGV


Transfer
Transfer Material
No Uraian Material Keterangan
Manual
Otomasi AGV
1 Jarak Tempuh 320 m 200 m Menurun 37,5%
2 Output per hari 1800 pcs 3600 pcs Meningkat 50%
3 Jumlah Putaran selama 1 shift 16 kali 32 kali Meningkat 50%
4 Jumlah Manpower 6 MP 3 MP Menurun 50%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa perubahan yang dialami dalam


penerapan AGV sebagai penanganan otomasi transfer material mengalami perubahan
yang baik daripada sebelumnya. Hal ini berarti produktivitas dan efisiensi perusahaan
menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kegiatan PKL merupakan suatu media bagi praktikan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat di bangku perkuliahan ke dalam lingkungan kerja nyata. Pada pelaksanaan PKL di PT. Yamaha

Indonesia Motor Manufacturing, praktikan memperoleh banyak pengalaman dan pengetahuan baru

dalam penyesuaian diri dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. Selama kegiatan PKL di PT. Yamaha

Indonesia Motor Manufacturing yang berlangsung selama beberapa bulan. Praktikan memiliki

berbagai ilmu baru. Praktikan dituntut untuk lebih disiplin waktu, lebih cepat tanggap, lebih bersikap

mandiri dan lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembimbing.

Selama melaksanakan PKL, praktikan dapat mengambil beberapa kesimpulan dari berbagai tugas

yang praktikan kerjakan, adapun beberapa kesimpulan yang dapat praktikan ambil anatara lain:

1) Praktikan dapat mengaplikasikan ilmu akuntansi yang didapat selama perkuliahan dalam

pembuatan jurnal.

2) Sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan ini juga memiliki kinerja yang baik serta

loyalitas dan kredibilitas yang sangat baik.

3) Dalam pelaksanaan alur kerja, perusahaan ini juga sudah cukup baik dalam memberikan

jobdesk terhadap karyawannya sehingga tugas-tugasnya dapat diselesaikan dengan baik.

4) Perusahaan ini juga sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan sehingga praktikan dapat

belajar untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap waktu serta pekerjaan yang diberikan.

5) Dalam praktiknya perusahaan sudah menerapkan pengembangan sumber daya manusia dan

IPTEK sehingga mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif, efektif dan efisien

4.2. Saran
Adapun beberapa saran yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program PKL adalah sebagai

berikut:

1) Saran bagi praktikan:

a. Praktikan harus lebih giat dan aktif dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan, khususnya dalam bidang keuangan karena hal tersebut berhubungan dengan pekerjaan

yang diberikan dalam kegiatan praktik kerja lapangan 40.

b. Praktikan harus lebih mempersiapkan diri baik dari segi akademik maupun segi ketrampilan

yang akan mendukung pelaksanaan kegiatan selama PKL berlangsung.

c. Praktikan diharapkan mampu bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah diberikan dan

mampu menyelesaikannya dengan baik .

2) Saran bagi universitas:

a. Universitas Pelita Bangsa diharapkan agar dapat memberi pengetahuan, pelatihan serta

pengarahan sebagai gambaran awal mahasiswa sebelum pelaksanaan kegiatan PKL.

b. Universitas Pelita Bangsa diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan akademik dan

membantu mahasiswa dalam proses administrasi serta izin dalam mendapatkan tempat PKL.

c. Universitas Pelita Bangsa diharapkan agar dapat menjalin hubungan yang baik dengan

perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan agar proses pelaksanaan PKL dapat berjalan

dengan baik dan menjadi referensi kepada mahasiswa yang akan melaksanakan PKL di kemudian hari.

3) Saran bagi PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing:

a. PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama

yang baik dengan instansi pendidikan sehingga dapat membantu berlangsungnya kegiatan PKL serta

dapat membimbing praktikan dalam pelaksanaan PKL.

b. PT. Yamaha Indonesia Manufacturing diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki

kualitas sistem yang dimiliki agar operasional pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

c. PT. Yamaha Indonesia Manufacturing diharapkan dapat lebih terbuka dalam memberikan

informasi pekerjaan agar pelaksanaan PKL dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

FE-UNJ. Pedoman Praktik Kerja Lapangan. 2012. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Modul PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing. Pedoman Penggunaan Sistem
Navision 2015
November 2016: Ekonomi Indonesia 2016
http://www.indonesiainvestments.com/id/budaya/ekonomi/item177
Universitas Negeri Jakarta.
WAHYUNINGSIH, K. D. (2016). LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PADA PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING.
YNSPIRE 2015
Groover, M. P, 2008, Automation, Production Systems, and Computer Integrated
Manufacturing, England: Pearson.
Herwanto, D A. E, 2016, Perancangan Alat Bantu Untuk Mengatur Cycle Supply
Part Ke Lini Produksi, Jurnal Ilmu Dan Aplikasi Teknik.
J.A. Tomkins, J. W, 1996, Facilities Planning, 2nd Edition, New York: John Wiley
&Son Inc.
Liker, J. K, 2006, The Toyota Way 14 Prinsip Manajemen Dari Perusahaan
Manufaktur Terhebat Di Dunia, Penerbit Erlangga.
Muhammad, A. H, 2018, Peningkatan Produktivitas Dengan Menggunakan Metode
Line Balancing Dan Pendekatan Sistem Produksi Toyota Pada Proses Produksi Flywheel 3
PT. Inti Ganda Perdana, Yogyakarta.
Nandiroh, S, 2014, Analisis Produktivitas Kerja Menggunakan Tabel Standar Kerja
(TSK) dan Loading Chart Pada Proses Produksi, Seminar Nasional IDEC.
Rifai, M. (2018). Analisis Rotor Cutting Miring Type LE 40 Diameter 120 Di PT. TD
Automotive Compressor Indonesia, Semarang.
Susinto, A. C, 2017, Perhitungan Kelayakan Investasi Special Purpose Machine
Pada Pengerjaan Produk Pipe Di PT DPM, Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

a. Lampiran Kerja Waktu Tertentu


b. Lampiran Berakhirnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Anda mungkin juga menyukai