Makalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi KLMPK 5
Makalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi KLMPK 5
OLEH
KELOMPOK 5:
RISKA (042022056)
RUSMIATI (042022057)
SRI SARASWATI NASIR (042022062)
SRI YUNIATI DARWIS (042022063)
WANTI (042022070)
ZUARNITA (042022074)
Bencana dapat terjadi dimana dan kapan saja baik bencana karena ulah
manusia ataupun karena lingkungan alam. Setelah bencana terjadi,
penanggulangan bencana menjadi perhatian utama sebagi tindakan penyelamatan
dan solusi awal permasalahan yang ada. Salah satu penanggulangan bencana yang
diperlukan adalah mengunsi dari tempat bencana ketempat yang lebih aman.
Namun ada manajemen pnganggulangan bencana, para korban selalu dianggap
dlaam entenitas yang sama, sebagai manusia, dengan kurang memperhatikan
kepekaan terhadap gender.
Kepekaan terhadap jender dalam mendistribusikan bantuan merupakan slah
satu fokus penting karena Sebagian besar korban adlah perempuan, anak-anak, dan
orang tua. Dalam sebuah bencana lam, biasanya lebih banyak anak-anak,
perempuan, dan orang tua yang emnjadai korban karena tinggal di rumah. Saat
ebncana terjadi, perempuan lebih cenderung tidak memperhatikan keselamatan
dirinya dan lebih menyelamytkan anak-anak mereka terlebih dahulu.
Menurut berbagai pengalaman bencana alam di Indonesia seperti Aceh, dan
jogja bahwa kematian perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan perempuan
membutuhkan lebih banyak ruang untuk menjalani perannya sebagai perempuan
selama dalam pengunsian. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
menjadi masalah umum perempuan selama dalam pengunsian, yaitu;
1. Saat dalam pengunsian, perempuan yang sedang menyusui berkemungkinan
anaknya menghadapi masalah dengan makanan yang bergizi.
Perempuan menyusui membutuhkan asupan energi dan gizi seimbang untuk
tumbuh krmbang bayi. Pemenuhan gizi seimbang dimaksud berupa
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Namun saat pengunsian,
kebutuhan tersebutsangat sulit didapat. Selama situasi tanaggap darurat,
bantuan yng dpat diberikan kepada korban pada umunya berupa beras, mie
instan, dan makanan kaleng. Tentu keadaan ini tidak mampu memenuh
kebutuhan gizi seimbang dimaksud sebelumnya dan menimbulkan dampak
buruk bagi ibu menyusui dan bayi. Dampak kekurangan gizi pada ibu
menyusui akan menimbulkan gangguan mata, kerusakan pada gigi dan
tulang, mengalami kekurangan gizi dam dara, serta kulaitasdan kuantitas ASI
yang kurang baik. Sedangkan dampak pada byi yaitu proses tumbuh
kembang yang terganggu, bayi mudah sakit, bayi mudah terinfeksi, dan
menimbulkan gangguan pada mata dan tulang. Untuk pemenuhan gizi bayi
dapat juga diberika susu formulan yang diberikan melalui bantuan. Namun
terkadang ditemukan susu formula yang sudah kadaluarsa dan tidak layak
untuk dikonsumsi.
2. Perempuan yang sedang hamil
Kehamilan merupakan sebuah proses bagi perempuan yang menimbulkan
banyak perubahan, baik perubahan fisik, mental, dan sosial. Kebutuhan
perempuan hamil pun meliputi kebutuhan psikologis dan fisik. Kebutuhan fisik
perempuan hamil perlu diketahui untuk tumbuh kembang janin. Untuk itu,
yang dimaksud dengan kebutuhan fisik perempuan hamil yitu;
Oksigen.
Perempuan hamil mebutuhkan oksigen dengan jumlah yang lebih
banyak. Selain karena bernafas untuk dua orang, juga keluhan sesak
napas akan terjadi jika kekuranga oksigen. Dalam sebuah pengunsian
atau situasi tanggap darurat perlu diperhatikan juga kondisi udara dab
oksigen yang ada.
Nutrisi
Makanan untuk ibu hamil harus diperhatikan untuk perkembangan,
pertumbuhan janin, dan Kesehatan ibu. Bahkan nutrisi juga diperlukan
dslam penyembuhan luka setelaah melahirkan dan semasa laktasi.
Kebersihan diri
Perempuan hamil juga memerluka pakaia ganti, perawatan diri
untukpersiapan sebgai ibu dan kebersiahan gigi. Pakaian digunaka
berbeda dengan perempuan yang tidak hamil. Peremouan hamil
membutuhkan lebih banyak air untuk digunakan karena perempuana
hamil sering mengalami buang air dan kebersihan kamar maandi
mempengaruhi kesehatan untuk terhindar dari infeksi.
Istirahat
Perempuankk hamil membutuhkan ruang dan waktu untuk istirahat.
Tidak smeua perempuan hamil merasa nyaman untuk tidur dalam
situasi keramaian seperti pengunsian sehingga perlu diperhatikan
ruang pengunsian yang disesuaikan dengan budaya perempuan
setempat.
3. Perempuan yang sedang mengalami haid
Dalam pemgunsian, perempuan yangs edang mengalami haid atau
menstruasi menghadapi permasalahan dengan kebersihan diri, baik karena
membutuhkan pembalut, pakaian dalam, pakaian layak, air bersih, bahkan
ruang ganti, dalam hal ini adalah kamar mandi. Selama masa menstruasi atau
hai ini, kelangkaan pakian dalam dan pembalut akan menimbulkan ancaman
penyakit yang berkaitan dengan perempuan.
4. Perempuan membutuhkan ruang privasi untuk mengganti pakaian,menyusui,
ataupun untuk istirahat.
Ruang dan pendampingan menjadi salah satu fokus utama dalam
pengunsian. Kebutuhan dasar perempuan untuk mengganti pakaian dan
istirahat dpat memicu pelecehan, kejahatan, dan kekerasan seksual.
Beberapa kejadian yang pernah dituliskan mengemukakan bahwa pengunsi
perempuan yang tidak didampingi oleh orang tua maupun keluarga rentan
terhadap kejahatan dan kekerasan termasuk didalamnya kejahatan dan
kekerasan seksual.
Perempuan lebih rentan dibanding laki-laki saat terjadi bencana dan setelah
bencana ada 4 faktor yaitu:
1) Ketimpangan Akses
Salah satu aspek yang sedikit dikaji adalah dampak bencana terhadap
perempuan dan anak. Perempuan rentan terhadap masala Kesehatan seksial
dan reproduksi serta meningkatnya ajumlah kekerasan domestic maupun
seksual. Perempuan banyak menjadi korban dlam situasi bencana karena
memiliki akses yang lebih rendah terhadap sumber daya sperti toilet dan air
bersih selama dalam shelter pengunsian disbanding laki-laki. Selain
kurangnya sarana dan prasarana mempersulit untuk emenuhi kebutuhan
perempuan seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui anak.
Contohnya sarana toilet dan kamar mandi darurat yang jauh dari pengunsian
serta penerangan seadanya juga membahayakan keselamatan kaum
perempuan. Dipengunsian, perempaun juga cenderung mengalami defisiensi
nutris (gizi) karena memiliki kebutuhan nutrisi yang unik (khususbya saat
mereka hamil atau menyusui bayi). Langkahnya tempat yang memeadai
menyusui bayinya, minimnya makanan yang bergizi sesuai kebutuhan nutrisi,
serta kualitas bahan pakaian yang tidak memaadai merupakan banyak hal
yang menjadi alasan rentannya perempuan di shelter pengunsian. Belum lagi
adat, budaya dan keyakinan agama yang dianut perempuan yang tidak
mudahnya perempuan untuk segera mengakses fasilitas yang tersedia di
lingkunan pengunsian. Hal tersebut memeiliki konsekuensi dalam upaya
bertahan selama situasi bencana.
2) Kekerasan pasca bencana
Di tempat pengunsian, keterbatasan ruang privasi membuat banyak
perempuan merasa tidak nyaman. Tempat penampungan yang kurang privasi
bisa memicu timbulnya kekerasan seksual pada perempuan. Kekerasan
seksual pada perempuan bahkan menjadi momok yang harus diwaspadai
dilingkungan sementar pasca bencana. Perempuan atau anak perempuan
yang mungkin telah terpisah dari keluarga yang bisa melindunginya, akan
merasa semakin tidak berdaya di pengunsian.
3) Kebutuhan air bersih.
Perempuan menghadapi situasi sulit di pengunsian, sulit untuk perempuan
yang sedang menstruasi atau ibu nifas merasa aman dan nyaman dengan
kondisi tidak ada air dalam situasi bencana. Demikian pula Ketika seorang
perempuan memiliki anak kecil, ketiadaan air bisa lebih merepotkan bagi
perempuan daripada laki-laki pada situasi bencana.
Masalah air, tidak hanya berhenti pada ketersediaan air untuk membersihkan
diri. Kecukupan air minum akan berpengaruh pad akuantitas air susu pada
ibu yang menyusui bayinya. Kualitas air susu ibu sebagia pemasok utama
bayi di pengunsian tidak bisa diabaikan. Zat gizi yang baik dan cukup
jumlahnya harus bisa diperoleh pada kondisi pasca bencana.
Ibu hamil, yang pada kondisi normal merupakan kelompok populasi yang
rentan, akan semakin rentan jika berada pada kondisi pasca bencana dengan
lingkungan yang tidak mendukung segala kebutuhan minimalnya. Tenda yang
penuh sesak, terpisah dengan keluarga, dan berbagia pemicu stress bisa
mengancam kebutuhan nutrisi ibu hamil yang tidak cukup.
4) Trauma dan suara perempuan
Tidak semua kebutuhan perempuan bertumpu pada kebutuhan fisik saja.
Perempuan kehilangan suami, anak atau aak perempuaan yang kehilangan
orang tua atau keluaraga akan mengalami trauma psikologis yang relative
panjang. Pemulihan trauma psikologis amat sangat diperlukan, dengan
pendekatan spesifik pada setiap jenis kasus yang terjadi.
Minimnya kesempatan perempuan menjadi pemimpin seringkali menghambat
terdenganya suara perempuan, sehingga kebutuhan perempuan tidak selalu
menjadi pemenuhan utama. Kesempatan untuk hadir dan tampil berbicara
dalam pertemuan internal di dalam komunitas pengungsian, maupun
pertemuan dengan stakeholder lain di tempat pengunsian banyak diwakili
oleh laki-laki.
BAB III
PENUTUP