Anda di halaman 1dari 39

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri adalah suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan

dengan pengolahan /pembuatan bahan baku atau dengan pembuatan barang

pabrik dengan mengunakan keterampilan dan tenaga kerja dan penggunaan

alat-alat di bidang pengolahan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan

utama. Dalam arti luas industri adalah suatu bidang yang bersifat komersial

yang menggunakan keterampilan kerja serta teknologi untuk menghasilkan

suatu produk dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Sedangkan produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa.

Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk menambah nilai guna atau manfaat

suatu barang dan jasa, yang nantinya akan diperjualbelikan untuk dikonsumsi

masyarakat. Tujuan produksi diharapkan dapat menghasilkan produk yang

nantinya dapat mendatangkan keuntungan (profit oriented) yang nantinya

kemakmuran masyarakat akan meningkat karena masyarakat akan memperoleh

keuntungan dengan membuat suatu barang dan jasa. Dengan menciptakan

barang atau jasa tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan

industri/perusahaan tersebut.

Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa adalah:

Berupaya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya untuk

memenuhi kebutuhan konsumen, meningkatkan pendapatan masyarakat atau

pendapatan Negara, dan lain-lain.

1
2

Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.

Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut dengan kegiatan

manufaktur (manufacturing).Suatu industri identik dengan tempat dimana

berlangsungnya suatu perindustrian yaitu pabrik, dalam arti luas pabrik adalah

tempat manusia, mesin atau teknologi, material, energi, modal dan sumber

daya dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi dengan tujuan

menghasilkan suatu produk dan jasa yang efektif, efisien dan aman yang siap

digunakan oleh masyarakat umum maupun dapat diolah lebih lanjut untuk

menghasilkan jenis produk yang lainnya. Pabrik identik dengan pengolahan

bahan baku dan menghasilkan produk jadi dalam bentuk barang.

Produksi merupakan dampak dari perubahan dari dua atau lebih input

(sumber daya) menjadi satu output (produk). Kegiatan tersebut dinyatakan

dalam fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat

dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi

tertentu. Kegiatan produksi membutuhkan faktor-faktor seperti sumber daya

alam, tenaga kerja, modal, dan teknologi.

Fungsi produksi sendiri adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

dan tingkat produksi yang diciptakannya dan suatu kurva yang menunjukkan

tingkat produksi yang dicapai dengan berbagai jenis tenaga kerja yang

digunakan.

Dalam penelitian ini, faktor produksi yang akan dikaji adalah

bagaimmana kinerja tenaga kerja dalam membantu proses produksi gula

rafinasi pada PT. Makassar Tene, dan modal yang mendukung dalam kegiatan
3

usaha karena merupakan kebutuhan utama bagi seorang pengusaha dalam

menjalankan usaha baik pada saat memulai, pengembangan, maupun pada saat

penurunan usaha. Modal mempunyai peranan penting yang akan menentukan

peningkatan pendapatan usaha dari pengusaha karena tesedianya modal yang

cukup akan mempengaruhi kelancaran dan pengembangan usaha yang akan

dijalankan.

Salah satu komoditas yang cukup strategis dan memegang peranan

penting di sektor industri dalam perekonomian adalah komoditas gula, yang

merupakan bahan pokok kebutuhan rakyat yang cukup penting, yaitu sebagai

bahan pangan sumber kalori yang menempati urutan keempat setelah padi-

padian, pangan hewani, serta minyak dan lemak. Sebagai salah satu bahan

pemanis utama, gula telah digunakan secara luas dan dominan baik untuk

keperluan konsumsi rumah tangga maupun bahan baku industri pangan.

Khususnya gula rafinasi, yang merupakan objek utama penelitian.

Gula rafinasi adalah nama lain dari gula kristal putih, yaitu gula mentah

yang telah mengalami proses pemurnian untuk menghilangkan molase (tetes

tebu) sehingga gula rafinasi berwarna lebih putih jika dibandingkan gula

mentah yang berwarna agak kecoklatan. Salah satu perusahaan yang

memproduksi gula rafinasi adalah PT. Makassar Tene. PT. Makassar Tene

adalah perusahaan yang memproduksi gula rafinasi dengan kualitas tinggi

melalui proses atau tahapan yang baik sehingga dapat menhasilkan gula yang

sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis mengajukan

masalah pokok yang menjadi acuan dalam mengkaji penelitian ini adalah:

1. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi gula rafinasi di PT.

Makassar Tene?

2. Apakah modal berpengaruh terhadap produksi gula rafinasi di PT.

Makassar Tene?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh

tenaga kerja terhadap produksi gula rafinasi di PT. Makassar Tene.

2. Memberikan informasi mengenai pengaruh modal terhadap produksi

gula rafinasi di PT. Makassar Tene.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memahami manfaat teoritis adalah selalu berhubungan dengan

pengembangan ilmu pengetahuan.

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini diharapkan dapat

menjawab pertanyaan yang timbul dari permasalahan yang ingin

diselesaikan, yaitu faktor-faktor produksi gula rafinasi di PT. Makassar

Tene.
5

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi yang rinci mengenai faktor-faktor produksi

gula rafinasi di PT. Makassar Tene, sehingga dapat menciptakan hal-hal

yang bersifat positif serta dapat dikembangkan oleh penulis.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Produksi

a. Definisi Produksi

Salah satu jenis dari kegiata ekonomi ialah produksi. Dalam pengertian

sederhana, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Biasanya

kegiatan ini dilakukan untuk menambah nilai guna atau manfaat suatu barang

dan jasa, yang nantinya akan diperjualbelikan untuk dikonsumsi masyarakat.

Tujuan produksi diharapkan dapat menghasilkan produk yang nantinya dapat

mendatangkan keuntungan (profit oriented) yang nantinya kemakmuran

masyarakat akan meningkat karena masyarakat akan memperoleh keuntungan

dengan membuat suatu barang dan jasa. Dengan menciptakan barang atau jasa

tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan industri/perusahaan

tersebut.

Apabila suatu perusahaan sudah memiliki skala produksi yang besar dan

diminati/laku di pasar, maka dapatlah dipastikan bahwa perusahaan tersebut

akan semakin besar sehingga dapat memperluas lapangan usaha. Dengan itu,

untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan, sehingga perusahaan

tersebut dapat bejalan dengan baik dalam memproduksi barang dan jasa, serta

menjualnya ke pasar untuk mendapatkan keuntugan.

b. Tujuan Produksi

Memenuhi kebutuhan konsumen. Masyarakat memiliki beragam

kebutuhan yang harus dipenuhi, mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hinga
7

tersier, dapat menjadikan kehidupan manusia tidak seimbang. Pakaian,

makanan dan minuman, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, informasi,

komunikasi, gaya hidup dan lain sebagainya merupakan contoh konkret dari

kebutuhan manusia. Oleh karena itu, produsen memproduksi produk-produk

yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut denga cara menciptakan nilai guna

atau menambahkan nilai guna.

Memperoleh keuntungan. Bagi produsen, produksi bertujuan agar

perusahaan mendapatkan keuntungan. Dengan menciptakan atau memberikan

nilai guna pada sebuah produk, produsen dapat mengambil selisih dari harga

jual dan biaya produksi. Produk yang dikonsumsi masyarakat dibeli dan

produsen mendapatkan pemasukan.Semakin baik perencanaan produksinya,

semakin besar keuntungan yang didapatkan.

Menghasilkan barang setengah jadi. Barang setengah jadi yang

diproduksi perlu diolah lebih lanjut sampai dapat dikonsumsi langsung oleh

masyarakat.

Mengurangi angka pengangguran. Proses produksi perusahaan mulai dari

skala kecil dan menengah tidak mungkin dilakukan seorang diri oleh owner-

nya. Bagaimanapun ingin menekan biaya produksi memerlukan bantuan orang

lain. Oleh karena itu, dibutuhkan karyawan dengan cara melakukan perekrutan.

Dari rekrutmen ini menambah angka pekerja di Indonesia dan mengurangi

anggka pengangguran. Semakin besar perusahaann, semakin besar menyerap

tenaga kerja.
8

Meningkatkan penghasilan masyarakat dan negara. Berkurangnya

pengangguran tentu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak

masyarakat yang sejahtera, semakin banyak masyarakat membelanjakan

keuangannya untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, berwisata, dan

membayar pajak. Dengan demikian, semakin lancar pergerakan ekonomi

negara dan pendapatan negara pun naik.

Menjadikan produksi Indonesia dikenal di dunia internasional. Kegiatan

produksi seringkali tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal atau domestik.

Tidak jarang pasar luar negeri juga membutuhkan produk-produk yang

dihasilkan oleh produsen Indonesia. Sebut saja sambal pecel, kerupuk, arang

batok kelapa, sabut kelapa, furniture, rempah-rempah, dan lain-lain.

c. Jenis-jenis Produksi

1) Produksi Ekstraktif

Produksi ini melakukan eksplorasi sumber daya alam tanpa

mengubah sifat dan bentuk apapun. Hasil ekstraksi kemudian

diserahkan kepada perusahaann lain untuk diolah lebih lanjut

menjadi barang baru yang memiliki nilai guna lebih tinggi. Contoh:

penambangan bahan tambang, penangkapan ikan di laut, dan

pengeboran minyak bumi.

2) Produk Araris

Produk jenis ini mengolah alam dan memanfaatkan tanah agar

dapat menghasilkan sumber daya alam yang berupa barang

setengah jadi atau barang jadi. Hal ini tidak hanya mencakup
9

pertanian saja, namun juga peternakan. Contoh: padi, sayur-

sayuran, buah-buahan, telur, susu, jagung, dan lain-lain.

3) Produksi Industri

Produksi jenis ini mengolah bahan mentah atau bahan baku

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Produksi jenis ini

menambah nilai guna agar dapat dimanfaatkan manusia dengan

pemanfaatan yang lebih baik lagi. Contoh: pakaian, sepeda motor,

mobil, pesawat terbang, pakan ternak, obat, alat kesehatan,

makanan dan minuman, jilbab, mesin, alat elektronik, dan lain-lain.

4) Produksi Perdagangan

Produksi jenis ini bergerak dengan menghubungkan antara

produsen dengan konsumen agar barang yang diproduksi dapat

beredar luas di pasaran. Penyaluran barang dari produsen ke

konsumen terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:

a) Langsung dari produsen ke konsumen. Perdagangan yang

langsung dilakukan oleh pengusaha-pengusaha skala kecil

atau perusahaan besar yang memiliki sistem marketing

retail.Contoh: pembuat pentol menjual langsung ke

konsumen bakso.

b) Semi langsung. Perdagangan ini melalui perantara.

Konsumen membeli barang tidak langsung ke produsen,

melainkan ke pedagang eceran. Jadi, produsen menjual


10

barang ke pedagang eceran. Contoh: reseller, warung, toko,

minimarket, dan supermarket.

c) Tidak langsung. Perdagangan ini dilakukan dengan urutan

produsen - pedagang grosir/ agen/ distributor - pedagang

eceran - konsumen.

5) Produksi Jasa

Produksi jasa merupakan produksi yang menghasilkan produk

bukan berupa barang, namun berupa jasa. Dalam melakukan

produksi ini dibutuhkan keahlian tertentu. Hasil dari produksi jasa

berwujud tidak konkret, tidak kasat mata, dan tidak bisa dipegang,

namun keberadaannya dapat dirasakan manfaatnya. Contoh: jasa

konseling, jasa keuangan, jasa pendidikan, transportasi, dan lain-

lain.

2. Faktor-faktor Produksi

a. Definisi Faktor Produksi

Faktor produksi adalah suatu istilah dalam serangkaian proses produksi

sebuah jasa. Faktor produksi juga sering dikaitkan dengan sumber daya. Secara

jelas, faktor produksi adalah semua input yang dibutuhkan untuk terciptanya

suatu barang dan jasa. Dengan kata lain, maka semua barang yang dapat

meningkatkan nilai manfaat (nilai tambah) dari produk tersebut.

Pengertian faktor produksi secara khusus adalah semua kebutuhan usaha

yang dibutuhkan oleh produsen supaya ia bisa bisa menjalankan produksi

dengan lancar dan mudah. Jika dilihat dari pengertia ini, tentu faktor produksi
11

adalah hal yang penting yang harus ada dalam perusahaan. Jika tidak tersedia

atau salah satunya saja tidak ada, maka bisa dipastikan produksi tidak akan

berjalan. Efeknya ialah tidak akan ada produk/jasa yang dihasilkan, proses

produksi macet yang membuat sebuah usaha mendapatkan kerugian. Bahkan

hinga membuat perusahaan gulung tikar.

b. Faktor-faktor produksi

1) Tenaga Kerja

Merupakan sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan

yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat pendapatn,

karena tenaga kerja adalah faktor penggerak. Proses produksi tidak

akan dihasilkan jika tidak ada tenaga manusia, apalagi jika bentuk

usahanya adalah skala besar. Beberapa tahun terakhir, tidak

dipungkiri banyak terobosan dan kecanggihan teknologi. Dimana

memproduksi barang dapat digantikan menggunakan mesin robot,

sehingga pihak perusahaan tidak perlu membutuhkan SDM.

Meskipun pihak perusahaan tidak merekrut banyak orang, tetap

saja Sumber Daya Manusia tetap dibutuhkan untuk menjadi

operator mesin robot itu sendiri. Bahkan menurut Kominfo (2020),

Indonesia membutuhkan sebanyak 129.456 pekerja yang ahli dalam

bidang digital. Artinya, banyak yang mulai tergantikan dengan

tenaga robot tetapi juga banyak pekerjaan baru yang muncul dan

menyerap tenaga kerja manusia.


12

2) Modal

Modal merupakan faktor produksi yang sangat mendominasi

dalam suatu proses usaha, dimana modal dapat menunjang

terlaksananya kegiatan industri mulai awal sampai akhir produksi.

Dengan pengalokasian dan pemanfaatan modal dengan baik dan

efisien akan memperlancar proses produksi. Modal juga adalah

komponen penting dalam menjalankan bisnis sehari-hari dan

membiayai pertumbuhannya di masa depan. Modal usaha dapat

berasal dari operasi bisnis atau diperoleh dari utang atau

pembiayaan ekuitas. Dalam arti lain modal adalah harta benda (bisa

berupa dana, barang, dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan

untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menambah kekayaan dan

keuntungan dalam menjalankan usaha.

3. Gula Rafinasi

a. Gula Rafinasi Secara Umum

Gula rafinasi adalah nama lain dari gula kristal putih, yaitu gula mentah

yang telah mengalami proses pemurnian untuk menghilangkan molase (tetes

tebu) sehingga gula rafinasi berwarna lebih putih jika dibandingkan gula

mentah yang berwarna agak kecoklatan. Gula mentah atau gula kristal sendiri

adalah sukrosa yang dibuat dari tebu atau bit melalui proses defikasi yag tidak

dapat langsung dikonsumsi sebelum melalui proses pemurnian untuk

menghasilkan gula rafinasi atau gula kristal putih.


13

Gula rafinasi banyak digunakan untuk kebutuhan industri karena mutu

gula rafinasi lebih tinggi (dengan ICUMSA dibawah 300) dibanding gula

mentah (dengan ICUMSA di atas 1.500). Tingkat kemurnian gula yang

berkaitan dengan warna gula, dinyatakan dengan standar bilangan ICUMSA

(International Commision for Uniform Methods of Sugar Analysis), bilangan

ICUMSA yang semakin kecil menunjukkan tingkat kemurnian gula yang

semakin tinggi.

b. Gula Rafinasi Bagi Kesehatan

Gula rafinasi adalah gula yang diekstraksi dan berasal dari tebu yang

biasa dikonsumsi untuk perasa berbagai jenis minuman. Yang merupakan

karbohidrat sederhana yang akan diolah oleh tubuh menjadi energi. Walaupun

demikian, mengonsumsi gula rafinasi akan memicu efek kesehatan seperti

obesitas, diabetes tipe dua, masalah kardiovaskular, dan penyakit jantung.

Gula rafinasi adalah jenis sukrosa, yaitu kombinasi dari glukosa dan

fruktosa. Dari segi vitamin, gula rafinasi tidak memiliki kandungan mineral,

protein, serat, atau kandungan nutrisi lainnya. Sementara gula alami kaya akan

nutrisi. Contohnya gula dalam buah juga mengandung serat, vitamin, dan

mineral yang bermanfaat untuk kesehatan.

Sebagian besar makanan dan minuman mengandung gula rafinasi.

Mengonsumsi gula dianjurkan 50 gram per hari atau setara dengan 5-9 sendok

teh dapat menurangi risiko masalah kesehatan terkait gula, seperti diabetes.
14

c. Pengaruh Gula Rafinasi bagi Proses Industri

Gula Rafinasi adalah jenis gula yang layak untuk diproduksi untuk

dikonsumsi masyarakat secara umum, dan telah dijelaskan oleh Satgas Mafia

Pangan terkait gula rafinasi yang dari proses produksi hingga pengangkutan

memenuhi standarisasi SNI.

Surya Alam, Ketua Umum Agri mengatakan saat ini ada delapan pabrik

gula rafinasi yang beroperasi dengan total kapsitas produksi 3,2 juta ton per

tahun. Adapun tingkat utilitasi pabrik tersebut baru mencapai 70% lantaran

adanya alokasi kuota gula mentah sebagai bahan baku gula rafinasi bagi

industri dalam negeri.

Selama 2012, pola pemenuhan kebutuhan gula rafinasi mengalami

perubahan. Misalnya untuk industri makanan yang biasanya memenuhi stok

gula rafinasi untuk satu sampai dua bulan produksi, kini ditingkatkan menjadi

empat bulan produksi.

Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman

Indonesia (GAPMMI), menyebut kebutuhan gula rafinasi bagi industri

makanan tahun ini mencapai 2,7 juta ton atau naik 8% dari kebutuhan tahun

lalu yang mencapai 2,5 juta ton. “Naiknya kebutuhan gula rafinasi ini karena

beberapa investor lokal dan asing ada yang mendirikan pabrik baru dan

ekspansi usaha,” papar Adhi.

Tahun depan, Adhi memprediksi pertumbuhan industri makanan bakal

naik 8%. Artinya, industri makanan bakal membutuhkan tambahan gula

rafinasi tahun depan.


15

Dengan berkembangnya produksi gula rafinasi di Indonesia, Direktur

Jendral Industri Agro Kementrian Perindustrian, Putu Juli Ardika dalam

sambutannya mewakili menteri Perindustrian pada acara Musyawarah Nasional

Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) ke-VII di Jakarta, Kamis (20/1)

mengatakan, “Karena itu. Industri gula nasional harus tetap menjaga tiga

aspek, yaitu terkait kualitas, kuantitas, dan juga konektivitas.”

Di samping itu, distribusi gula nasional juga harus dipastikan dapat

menjangkau pelosok nusantara dan memberikan jaminan harga yang stabil.

Dari aspek kuantitas, industri gula nasional pada saat ini masih menghadapi

tantangan. Rata-rata hasil produksi untuk lima tahun terakhir sekitar 2,2 juta

ton per tahun, sedangkan total kebutuhan gula nasional tahun 2021 mencapai 6

juta ton.

d. Perkembangan Industri Gula Rafinasi di Indonesia

Pemerintah memperhitungkan kebutuhan industri terhadap gula kristal

rafinasi atau GKR pada tahun ini mencapai 3,2 juta ton atau naik 5%

dibandingkan degan tahun lalu. Dirjen Industri Agro Kementrian Perindustrian,

Putu Juli Ardika mengatakan proyeksi tersebut didasari oleh taksiran

kebutuhan industri makanan dan minuman sepanjang tahun ini.

Pada tahun 2022, kuota importasi gula mentah sebagai bahan baku GKR

ditetapkan untuk satu tahun dari sebelumnya per semester. Ketua Umum

Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Bernardi Dharmawan mencatat

kebutuhan GKR per bulan berkisar 250.000-300.000 ton, dan diperkirakan

meningkat sekitar 10% jelang hari raya. Bernardi mengatakan izin impor untuk
16

kebutuhan tahun ini baru terbit pada bulan ini sehingga saat ini masih dalam

proses importasi. Dia menambahkan kebutuhan gula rafinasi industri

sebenarnya tidak pernah terkendala sebab setiap tahun sudah bisa diprediksi

volumenya.

Menurut Bernardi, jumlah perusahaan industri gula rafinasi belum

bergerak dari angka 11 lantaran kapasitas-kapasitas terpasangdari 11

perusahaan rafinasi tersebut masih berada di atas kebutuhan GKR nasional.

Dengan kapasitas produksi 5,5 juta ton per tahun, tingkat utilitas berkisar 60%

untuk memenuhi kebutuhan sekitar 3 juta ton per tahun.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh

Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menjelaskan angka alokasi GKR untuk

tahun ini sudah diajukan pada September-Oktober 2021. Akan tetapi, melihat

perkembangan penjualan ritel meningkat di akhir tahun 2021 dan perkiraan

lonjakan kebutuhan pada lebaran 2022, kuota tersebut diperkiraka akan

terlampaui. “Tenyata permintaan ritel cukup meningkat dan kami optimistis

kebutuhan Lebaran cukup banyak. Setelah diskusi dengan teman-teman

Asosiasi Gula Rafinasi di Indonesia, kelihatannya akan kurang,” kata Adhi saat

dihubungi bisnis. Dia memperkirakan kekurangan tersebut akan berkisar

200.000-300.000 ton. Adhi mengatakan industriawan mamin telah

menyampaikan hal ini ke Kementrian Perindustrian dan berharap pemerintah

memfasilitasi pengadaan GKR tambahan jika terjadi kekurangan. “Mungkin

pemerintah akan memfasilitasi kalau itu kurang, karena industri butuh bahan

baku,” lanjut Adhi.


17

Pada kesempatan yang sama, Adhi juga menjabarkan soal serapan gula

kristal rafinasi di industri kecil menengah (IKM) yang banyak mengalami

kendala. Kebutuhan IKM yang umumnya diwadahi koperasi usaha seringkali

mengalami kendala proses perizinan pengadaan penambahan kuota. Untuk itu,

Adhi mengusulkan permbentukan sentra-sentra distribusi bagi IKM mamin di

setiap daerah. Namun demikian, hal ini harus dibicarakan oleh lintas

kementrian dan lembaga. Mekanisme ini menurutnya dapat memudahkan

pemerintah untuk mengontrol serapan gula rafinasi ke industri kecil menengah.

Untuk diketahui, sejauh ini Agri memasok gula rafinasi ke 10 koperasi usaha

yang telah mendapatkan izin.

Pada perkembangan lain terkait dengan industri gula nasional,

Kementrian Perindustrian menyebut investasi untuk pembangunan pabrik gula

konsumsi yang terintergrasi terus bermunculan. Dirjen Industri Agro

Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan baru-baru ini telah terealisasi

investasi senilai hampir Rp4 tririun di Sumba Timur. Ke depan akan ada

tambahan investasi sebesar Rp5,4 triliun. Penambahan investasi diharapkan

dapat menambah produktivitas industri gula nasional yang stagnan di angka 2,2

juta ton per tahun. Putu mengatakan volume produksi tersebut cenderung tidak

berubah dalam lima tahun terakhir.

Sementara itu, kebutuhan gula nasional tercatat sebesar 6 juta ton,

sehingga dapat defisit sebesar 3,8 juta ton yang harus dipenuhi melalui

importasi. Menurut catatan Kementrian Perindustrian, angka kebutuhan 6 juta

ton per tahun itu terdiri ataas2,7 hingga 2,9 juta ton gula konsumsi, dan 3
18

hingga 3,2 juta ton gula industri. Tahun lalu, Asosiasi Gula Indonesia

memproyeksi proyeksi gula konsumsi dapat mencapai 2,4 juta ton. Pada 2020,

angka produksinya mengalami penurunan menjadi 2,1 juta ton dari 2019 2,2

juta ton.

Kebutuhan gula nasional diperkirakan tumbuh sekitar 5-7 persen per

tahun. Pada 2030 angka kebutuhan tersebut dapat mencapai 9,81 juta ton.

Artinya, jika kapsitas produksi nasional tak bertambah, akan ada potensi defisit

sebesar 7,13 juta ton. Sementara itu, belum lama ini, produsen gula tersebesar

di kawasan Timur Tengah Al Khaleej Sugar Co. (AKS) berencana beinvestasi

sebesar 2 miliar US dolar, atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan

fabrikasi etanol dari gula. Selain sebagai bahan bakar, etanol gula dapat

dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut impor gula

rafinasi berpeluang ditekan hingga 750.000 ton per tahun.

B. Penelitian Terdahulu

1. Sri Endang Rahayu (2017) dengan penelitian yang berjudul “Analisis

Perkembangan Impor Gula Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode kuantitatif. Masalah yang ada pada penelitian ini adalah

mengenai produksi, konsumsi, kurs, harga gula, dan pendapatan per kapita

secara bersama-sama berpengaruh besar terhadap pembentukan nilai impor

gula di Indonesia. Hasil penelitian ini secara individu variabel kurs

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap impor gula di Indonesia,

produksi dan harga gula berpengaruh signifikan, sedangkan konsumsi dan


19

pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor

gula di Indonesia.

2. Siska Amelia (2018) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Sistem

Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku Pada PT. Makassar Tene”.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil

Penelitian pada PT. Makassar Tene bahwa sistem pengendalian internal

sepenuhnya mengadopsi COSO belum sepenuhnya efektif, yang mana

manajemen perusahaan sudah menerapkan konsep dan prinsip-prinsip

pengendalian intern, dan terdapat beberapa prosedur yang sudah

mencerminkan konsep pengendalian intern yang mengadopsi COSO.

3. Septia Purfadilla, Dwi Retno Andriani (2018) dengan penelitian yang

berjudul “Analisis Peramalan Produksi dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Gula Kristal Putih pada Pabrik Modjopanggong

Tulungagung. Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah kuantitatif dengan penentuan responden. Hasil penelitian ini adalah

bahwa kegiatan produksi gula berlangsung selama 24 jam non stop dengan

pengecualian jika terjadi kerusakan di mesin, maka kegiatan produksi akan

terhenti. Pemberhentian mesin produksi gula pada pabrik gula

Modjopanggong ini dilakukan secara rutin untuk mengurangi biaya. Pada

pengolahan di pabrik ini dibagi menjadi 6 proses pada stasiun yang

berbeda, yaitu stasiun penggilingan, pemurnian, penguapan, masakan,

putaran, dan penyelesaian.


20

4. Alfyna Anggara Hanafi (2019) dengan judul penelitian “Analisis

Keuangan Terhadap Keberlanjutan Usaha Pada PT. Makassar Tene”.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian

berdasarkan kinerja keuangan pada PT. Makassar Tene selama periode

2016 sebesar 194% dan tahun 2017 meningkat yaitu 196%, dalam hal ini

perusahaan dalam keadaaan over likuid yang berarti bahwa terdapat

kelebihan aktiva lancar yang digunakan untuk menutupi utang jangka

pendeknya sehingga membuat sebagian aktiva lancar menganggur.

5. Sitti Ariska Dewi (2020) dengan judul penelitian “Pengaruh Modal dan

Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pengusaha Gula Rafinasi Kota

Makassar (Studi Kasus Pada PT. Makassar Tene)”. Merode penelitian

yang digunakan adalah kuantitatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan

menyatakan bahwa modal merupakan salah satu faktor produksi yang

digunakan dalam melakukan proses produksi. Dengan perkembangan

teknologi serta semakin ketatnya persaingan di sektor industri, modal

memiliki arti yang penting bagi perusahaan untuk mengembangkan

usahanya.

Tabel 1.
Penelitian Terdahulu

No Penulisan Judul Metode Hasil Penelitian


(Tahun) Penelitian Penelitian
1 Sri Endang Analisis Metode Hasil penelitian
Rahayu (2017) Perkembangan penelitian ini yang telah
Impor Gula di adalah dilakukan
Indonesia menggunakan menyatakan bahwa
metode penelitian produksi,
kuantitaif konsumsi, kurs,
21

harga gula, dan


pendapatan
perkapita secara
bersama-sama
berpengaruh besar
terhadap
pembentukan nilai
impor gula di
Indonesia. Secara
individu variabel
kurs berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
impor gula di
Indonesia,
produksi dan harga
gula berpengaruh
negatif dan
signifikan
sedangkan
konsumsi dan
pendapatan
perkapita
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap impor
gula di Indonesia.
2 Siska Amelia Analisis Sistem Dalam penelitian Hasil penelitian
(2018) Pengendalian ini, penulis pada PT. Makassar
Internal menggunakan Tene bahwa sistem
Persediaan metode Analisis pengendalian
Bahan Baku Deskriptif internal
Pada PT. Kualitatif. sepenuhnya
Makassar Tene. mengadopsi COSO
belum sepenuhnya
berjalan efektif,
yang mana
manajemen
perusahaan sudah
menerapkan
22

konsep dan
prinsip-prinsip
pengendalian
intern, dan terdapat
beberapa prosedur
yang sudah
mencerminkan
konsep
pengendalian
intern yang
mengadopsi
COSO.
3 Septia Analisis Metode Kegiatan produksi
Purfadilla, Peramalan Penelitian yang gula berlangsung
Dwi Retno Produksi dan digunakan pada selama 24 jam non
Andriani Faktor-faktor penelitian ini stop dengan
(2018) Yang adalah kuantitatif pengecualian jika
mempengaruhi dengan terjadi kerusakan
produksi Gula penentuan mesin, maka
Kristal Putih responden kegiatan produksi
pada Pabrik akan terhenti.
Gula Pemberhentian
Modjopanggong mesin produksi
Kabupaten gula pada pabrik
Tulungagung gula
Modjopanggong
ini dilakukan
secara rutin untuk
mengurangi tingkat
kerusakan dan
mengurangi biaya.
Pada pengolahan
di pabrik ini dibagi
menjadi 6 proses
pada stasiun yang
berbeda, yaitu
stasiun
penggilingan,
pemurnian,
penguapan,
23

masakan, putaran,
dan penyelesaian.
4 Alfyna Analisis Kinerja Metode yang Berdasarkan
Anggara Keuangan digunakan pada Kinerja Keuangan
Hanafi (2019) Terhadap penelitian ini pada PT. Makassar
Keberlanjutan adalah Analisis Tene selama
Usaha Pada PT. Kualitatif yang periode 2016
Makassar Tene mengubah data sampai dengan
mentah menjadi tahun 2018 dari
bentuk yang sisi Likuiditas
mudah dipahami. yaitu current ratio
pada tahun 2016
sebesar194% dan
tahun 2017
meningkat yaitu
196% dalam hal ini
perusahaan dalam
keadaan over
likuid yang berarti
bahwa terdapat
kelebihan aktiva
lancar yang
digunaka untuk
menutupi utang
jangka pendeknya
sehingga membuat
sebagian aktiva
lancar
menganggur.
5 Sitti Ariska Pengaruh Jenis penelitian Hasil penelitian
Sari Dewi Modal dan yang digunakan menyatakan bahwa
(2020) Jumlah Tenaga dalam penelitian modal merupakan
Kerja Terhadap ini adalah salah satu faktor
Pendapatan kuantitatif, yaitu produksi yang
Pengusaha Gula metode penelitian digunakan dalam
Rafinasi Kota yang merupakan melakukan proses
Makassar (Studi pendekatan produksi. Dengan
Kasus Pada PT. ilmiah terhadap perkembangan
Makassar Tene keputusan teknologi serta
ekonomi. semakin ketatnya
24

persaingan di
sektor industri,
modal memiliki
arti yang penting
bagi perusahaan
untuk
mengembankan
usahanya.

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi gula rafinasi di PT. Makassar Tene, Sul-Sel. Berikut

adalah gambaran dari kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Tenaga kerja

Produksi Gula
Rafinasi

Modal

Gambar 1. Skema Kerangka Konsep


25

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dirumuskan hipotesis, yakni:

1. Bahwa tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

gula rafinasi di PT. Makassar Tene.

2. Bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi gula

rafinasi di PT. Makassar Tene.


26

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan informasi, penelitian yang akan diamati atau dianalisis

adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula rafinasi di PT.

Makassar Tene, Sul-Sel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

memahami objek yang akan diteliti mulai dari produksi, hingga faktor yang

mempengaruhi produksi gula rafinasi pada PT. Makassar Tene. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan bentuk analisis dan kesimpulan yang

bergantung pada ketajaman analisis penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di PT. Makassar Tene yang berada di

Jl. Ir Sutami, No. 38, Bira, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

(90243), dan akan dilaksanakan selama dua bulan lamanya.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dari hasil dari penelitian yang menggunakan metode

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah data sekunder. Yang diperoleh peneliti dari hasil
27

dokumentasi, observasi, dan wawancara, yang memiliki relevansi dengan

penelitian yang akan dilakukan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan jenis

metodologi penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah berupa observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi

sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk

melakukan pengamatan terhadap objek penelitian untuk diamati menggunakan

pancaindra yang kemudian dikumpulkan dalam catatan atau alat rekam.

2. Wawancara (interview)

Interview dilakukan secara langsung, berbentuk tanya jawab atau

wawancara. Dalam teknik wawancara, interview narasumber berperan sebagai

informan yang berperan sebagai sumber informasi.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan digunakan untuk melengkapi sekaligus

menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari

bahan-bahan dokumentasi yang ada, serta dapat dijadikan bahan keabsahan

data.
28

E. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data dan dokumentasi dari

proses produksi gula rafinasi pada PT. Makassar Tene. Dan sampel adalah data

yang akan diteliti dari tahun 2007 hingga 2021.

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis statistik yang

bertujuan untuk membetikan deskripsi atau gambaran mengenai subjek

penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek

tertentu. Analisis deskriptif dapat ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, tabel histogram, nilai mean, nilai standar deviansi dan lain. Langkah-

langkah metode analisis deskriptif, sebagai berikut:

a. Melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi landasan penelitian dimana

jawabannya dicari di lapangan.

b. Menentukan informasi atau data yang efektif dan prosedur data yang

sesuai dengan data yang digunakan.

c. Pengambilan keputusan berdasarkan data yang sudah diolah untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah dirumuskan.

2. Analisis Inferensial

Secara umum ada dua bidang yang menjadi bidang utama dari statistika

inferensial, yaitu:
29

a. Estimasi Parameter. Pada proses estimasi parameter (karateristik

populasi), kita akan menggunakan statistik (karateristik sampel),

misalnya kita menggunakan mean atau rata-rata sampel (x) untuk bisa

mengestimasi nilai mean atau populasi.

b. Uji Hipotesis, karena kita akan menggunakan sampel untuk

mengestimasi populasi, maka pengujian hipotesis perlu dilakukan. Kita

akan menggunakan data sampel untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian, seperti melihat hubungan antar variabel.

Selain itu juga, digunakan metode Analisis Regresi Linear Berganda:

Analisis regresi linear berganda adalah refresi linear untuk menganalisis

besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih

dari dua. Model persamaan regresi linear berganda yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Y= a + b1x1 + b2x2 + e

Keterangan:

Y : Produksi Gula Rafinasi

a : Konstanta

b1b2 : Koefisien regresi

X1 : Tenaga Kerja

X2 : Modal

e : Error
30

3. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien regresi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi produksi gula rafinasi. Nilai koefisien

adalah antara nol dan satu. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted

R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara

matematis jika nila R2= 1, maka adjusted R2=R2= 1, sedangkan jika nilai

R2= 0, maka adjusted R2= (1 - k)/(n – k). Jika k > 1, maka adjusted R2

akan bernilai positif.

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama tenaga

kerja dan modal terhadap produksi gula rafinasi. Dalam hal ini dasar

pengambilan keputusan dengan melihat nilai signifikasi (Sig.)

Berdasarkan nilai signifikasi (Sig.):

1) Jika nilai Sig. < 0,05, maka hipotesis diterima. Maka artinya

tenaga dan modal secara simultan berpengaruh terhadap produksi

gula rafinasi.

2) Jika nilai Sig. > 0.05, maka hipotesis ditolak. Maka artinya tenaga

kerja dan modal secara simultan tidak berpengaruh terhadap

produksi gula rafinasi.

c. Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji sendiri-sendiri secara signifikan hubungan

antara tenaga kerja dan modal ddengan produksi gula rafinasi.


31

Berdasarkan nilai signifikasi (Sig.):

1) Jika nilai signifikasi (Sig.) < probabilitas 0,05 maka ada pengaruh

tenaga kerja dan modal terhadap produksi gula rafinasi atau

hipotesis diterima.

2) Jika nilai signifikasi (Sig.) > probabilitas 0,05 maka tidak ada

pengaruh tenaga kerja dan modal terhadap produksi gula rafinasi

atau hipotesis ditolak.

Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel:

a) Jika nilai t hitung > t tabel maka H0 diterima, artinya ada

pengaruh positif antara tenaga kerja dan modal terhadap

produksi gula rafinasi,

b) Jika nilai hitung t < t tabel maka H0 ditolak, artinya tidak ada

pengaruh antara tenaga kerja dan modal produksi gula

rafinasi.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dala metode regresi

dalam variabel dependen (tenaga kerja dan modal) dan variabel

independen (produksi gula rafinasi) mempunyai distribusi normal atau

tidak. Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

kolmogrov smimov. Uji normalitas data dilakukan dengan

memperhitungkan penyebaran data (titik) pada normal p plot og

regression residual variabel independen, dimana:


32

1) Jika data menyebar di garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi asumsi normalitas

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal

atau mendekati normal.

b. Uji Multikolinearitas

Model regresi berganda yang baik adalah model regresi yang variabel-

variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari

multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah pada suatu mldel regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen (produksi gula rafinasi). Untuk menemukan

terdapat atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi dapat

diketahui dari nilai variance inflaction factor (VIF). Nilai tolerance

mengukur variabilitas dari variabel bebas yang terplih tidak dapat

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama

dengan nilai VIF tinggi, dikarenakan VIF = 1/tolerance, dan menunjukan

terdapat kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang digunakan adalah

untuk nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF diatas angka 10.

Kriteria pengambilan keputusan terkait uji multikolinearitas adalah

sebagai berikut:
33

1) Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,01, maka dinyatakan

tidak terjadi multikolinearitas.

2) Jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,01 maka dinyatakan

terjadi multikolinearitas.

3) Jika koefisien korelasi masing-masing variabel bebas > 0,8 maka

terjadi multikolinearitas. Tetapi jika koefisien korelasi masing-

masing variabel bebas < maka tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linear ada korelasi antar kesalahan. Pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Suatu model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi perlu juga dikemukakan

hipotesis dengan bentuk sebagai berikut:

Ho: Tidak terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan.

Ha: Terjadi adanya autokorelasi di antara data pegamatan.

Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini di deteksi dengan

menggunakan uji Durbin-Watson. Deteksi adanya problem autokorelasi dengan

menggunakan Durbin-Watson dimana:

1) Angka Durbin-Watson di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2) Angka Durbin-Watson di atas -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi.
34

3) Angka Durbin-Waston di atas +2 berarti ada autokorelasi negative.

Model regresi yang baik adalah yang bebas dari problem autokorelasi.

G. Definisi Operasional dan Pengukurannya

Definisi operasional variabel adalah aspek penelitian yang memberikan

informasi tentang bagaimana cara mengukur variabel. Adapun variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian inI sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja (X1), merupakan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

oleh PT. Makassar Tene yang memproduksi gula rafinasi

2. Modal (X2), merupakan komponen penting dalam menjalankan bisnis

sehari-hari dan membiayai pertumbuhannya di masa depan. Modal usaha

dapat berasal dari operasi bisnis atau diperoleh dari utang atau

pembiayaan ekuitas.

3. Produksi Gula Rafinasi (Y) merupakan proses produksi kebutuhan

industri gula rafinasi di PT. Makassar Tene.


35

IV. PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Jadwal Penelitian

Tabel 2. Rencana Jadwal Penelitian

Bulan
NO Nama Kegiatan
September Oktober Januari Maret
1 Persiapan
Penelitian
2 Pengumpulan Data
3 Analisis Data
4 Pengolahan Data
5 Penulisan Hasil
Penelitian
6 Seminar Hasil

B. Perkiraan Biaya

Biaya penelitian dialokasikan pada pos-pos biaya berikut ini:

Persiapan Penelitian Rp. 200.000,-

Pembuatan Proposal Rp. 300.000,-

Seminar Proposal Rp. 700.000,-

Penelitian Lapangan Rp. 500.000.-

Biaya Transportasi Rp. 300.000,-

Pengolahan Data Rp. 250.000,-

Fotocopy, Jilid, dan Print Rp. 300.000,-

Seminar Hasil Rp. 900.000,-

Ujian Skripsi Rp. 1.450.000,-


36

Jumlah Rp. 4.900.000,-

C. Sistematika Penulisan

Agar penulisan mudah dipahami dan memenuhi persyaratan, maka

dalam penulisan dibagi kedalam beberapa bab. Antara bab satu dengan

bab yang lain merupakan suatu rangkaian yang saling melengkapi, adapun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian

dan Manfaat Penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi Landasan Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Konsep

Penelitian dan Hipotesis.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi Lokasi dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel, Jenis

dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data

serta Definisi Operasional dan Pengukurannya.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas Hasil Penelitian dan Pembahasan.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan berisi Simpulan dan Saran yang akan diperoleh dari hasil.
37

DAFTAR PUSTAKA

AGRI. (2022). AGRI Mendukung Indonesia Menuju Swasembada Gula

Nasional. Diakses pada 12 Juli 2022, dari https://agri.or.id/tentang-

kami.html

Alfyna Anggara, H. (2019). Analisis Kinerja Keuangan Terhadap

Keberlanjutan Usaha Pada PT. Makasar Tene. Makassar:

Universitas Bosowa.

Andrean, W. (2018). Cara Pembuatan Gula Rafinasi. Diakses pada 12 Juli

2022, dari https://indonesiabaik.id/infografis/cara-pembuatan-gula-

rafinasi

Brigitta, W. (2021). Pengertian, Jenis, dan Faktor-Faktor Produksi. Diakses

pada 14 Juli, 2022, dari https://www.modalrakyat.id/blog/faktor-faktor-

produksi

Devani Adinda, P. (2021). Gula Rafinasi: Jenis, Perbedaan, Contoh, dan

Bahayanya bagi Kesehatan. Diakses pada 2 Juli 2022, dari

https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/gula-rafinasi/

Devani Adinda, P. (2021). Gula Rafinasi: Jenis, Perbedaan, Contoh, dan

Bahayanya bagi Kesehatan. Diakses pada 12 Juli 2022, dari

https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/gula-rafinasi/ampx/

Gie. (2020). Pengertian Faktor Produksi, Tujuan, dan Jenisnya dalam

Pengembangan Bisnis. Diakses pada 15 Juli 2022, dari

https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-faktor-produksi-

lengkap/
38

Hasanah, N. (2014). Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian. Jawa Timur: UIN

Maulana Malik Ibrahim.

Heru, S. (2008). Analisis Faktor Produksi Gula Kebon Agung Malang.

Malang: Universitas Brawijaya.

Idris Rusadi, P. (2017). Gula rafinasi hanya untuk industri, tapi layak

konsumsi. Diakses pada 12 Juli 2022, dari

https://m.merdeka.com/uang/gula-rafinasi-hanya-untuk-industri-tapi-

layak-konsumsi.html

Kementrian Perindustrian RI. (2012). Industri Gula Rafinasi Siap Penuhi

Pasar. Diakses pada 12 Juli 2022, dari Kementrian Perindustrian RI.

Kementrian Perindustrian RI. (2021). Pasok Sektor Industri dan Penuhi Pasar

Ekspor, Kemenperin Monitor Produktivitas Pabrik Gula Rafinasi.

Diakses pada 12 Juli 2022, dari Kementrian Perindustrian.

Mengenal Gula Rafinasi dan Perbedaannya dengan Gula Alami. (2019).

Diakses pada 2 Juli 2022, dari https://www.alodokter.com/yuk-kenalan-

dengan-gula-rafinasi-dan-teman-temannya

Niko, R. (2021). Faktor Produksi: Definisi dan Contohnya!. Diakses pada 25

Juli 2022, dari https://www.akseleran.co.id/blog/faktor-produksi/

Reni, L. (2022). Menakar Keberimbangan Alokasi Gula Rafinasi 2022 untuk

Industri. Diakses pada 15 Juli 2022, dari

https://bisnisindonesia.id/article/menakar-keberimbangan-alokasi-gula-

rafinasi-2022-untuk-industri
39

Septia, P. (2018). Analisis Peramalan Produksi dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Gula Kristal Putih Pada Pabrik

Modjopanggong Kabupaten Tulungagung. Malang: Universitas

Brawijaya.

Siska, A. (2018). Analisis Sistem Pengendalian Internal Persediaan Bahan

Baku Pada PT. Makassar Tene. Makassar: Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Sitti Ariska, D. (2020). Pengaruh Modal dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap

Pendapatan Pengusaha Gula Rafinasi Kota Makassar (Studi Kasus

Pada PT. Makassar Tene). Makassar: Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Sri Endang, R. (2017). Analisis Perkembangan Impor Gula di Indonesia.

Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Wilda, K. (2021). Pengertian Produksi: Fungsi, Tujuan, Jenis, Tahapan dan

Faktornya. Diakses pada 21 Juli 2022, dari

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-produksi/amp/#1_Meme

nuhi_kebutuhan_konsumen

Yusuf, A. (2022). 5 Faktor Produksi & Penjelasan. Diakses pada 14 Juli 2022,

dari https://penerbitbukudeepublish.com/materi/faktor-produksi/amp/

Zulhaera. (2019). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Pada Proses

Packing Menggunakan Metode Six Sigma (Studi Kasus: PT.

Makassar Tene). Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.

Anda mungkin juga menyukai