Anda di halaman 1dari 48

Askep pada Anak dengan

Gangguan Psikososial

Kelompok 3 - Keperawatan Anak


Pokok Pembahasan

Autisme Down Syndrome Retardasi Mental


Gangguan intelektual yang
Kelainan fungsi otak dan saraf Kondisi yang menyebabkan
umumnya ditandai dengan
yang cukup kompleks sehingga anak dilahirkan dengan
kemampuan mental atau
mempengaruhi perilaku serta kromosom yang berlebih atau
intelegensi yang berada di
proses berpikir kromosom ke-21
bawah rata-rata.

Child Abuse Hiperaktif


Perlakuan salah terhadap fisik
Kondisi dimana anak tidak bisa
dan emosi anak,
diam atau bahkan sulit untuk
menelantarkan pendidikan dan
fokus.
kesehatannya
01

Autisme
Autism Spectrum Disorder (ADS)
“Autisme adalah gejala menutup diri
secara total,dan tidak mau berhubungan
lagi dengan dunia luar/ asik dengan
pikiran dan fantasinya sendiri”

— Kartono (2016)
Penyebab Autisme

Genetik Keracunan Logam


01 Abnormalitas genetic dapat
menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel-sel saraf dan sel
otak
02 Seperti mercury yang banyak
terdapat dalam vaksin imunisasi
atau pada makanan yang dikonsumsi
yang sedang ibu hamil

Kegagalan Otak Autoimun


03 Karena nutrisi yang diperlukan
dalam pertumbuhan otak tidak
diserap oleh tubuh, ini terjadi karena
04 Terjadi autoimun pada tubuh
penderita yang merugikan
perkembangan tubuhnya sendiri
adanya jamur dalam lambung dan
juga nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi.
Manifestasi Klinis

1. Gangguan komunikasi verbal atau non verbal


2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
3. Gangguan dalam bermain
4. Gangguan perilaku
5. Gangguan perasaan dan emosi
6. Gangguan dalam persepsi sensori
7. Intelegensi
Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik
(akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar
otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di
bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf
terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.
Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan mulai pembentukan akson, dendrit,
dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi
proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,
dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang
dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps
sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar
menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan
genetik, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada proses — proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel saraf.
Pemeriksaan Penunjang

Childhood Autism The Checklist ƒor Autism


Rating Scale (CARS) in Toddlers (CHAT)

dibuat oleh Eric Schopler di awal Pemeriksaan pada masa balita yang
tahun 1970 yang didasarkan pada digunakan untuk mendeteksi anak
pengamatan perilaku berumur 18 bulan, dikembangkan
oleh Simon Baron Cohen di awal
tahun 1990-an.

The Autism Screening The Screening Test ƒor


Questionnaire (ASQ) Autism in Two-Years Old

terdiri dari 40 skala item yang Tes screening autisme bagi anak usia
digunakan pada anak diatas usia 4 2 tahun yang dikembangkan oleh
tahun Wendy Stone di Vanderbilt
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis

Terapi Kimia Otak Terapi Psikofarmakologi


Kimia otak yang kadarnya abnormal pada Tidak mengubah riwayat keadaan atau
penyandang autis adalah serotonin perjalanan autis tetapi efektif mengurangi
5-Hydroxytryptamine (5HT) yaitu neurotransmitter perilaku autistik seperti hiperaktivitas,
atau penghantar sinyal ke sel-sel saraf. penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri,
agresiffitas dan gangguan tidur.

Penatalaksanaan Keperawatan

Terapi Wicara Terapi Okupasi Terapi Perilaku


membantu anak melancarkan untuk melatih motorik halus anak
anak autis seringkali merasa
otot-otot mulut sehingga
frustasi, teman- temannya
membantu anak berbicara yang
seringkali tidak memahami mereka
lebih baik
sehingga mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya.
02
Down
Syndrome
Down Syndrome (DS)
“Down syndrome merupakan suatu kondisi
keterbelakangan fisik dan mental yang
diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom yang gagal
memisahkan diri saat terjadi pembelahan”

— Wiyani (2014)
Etiologi
Soetjiningsih (2016)

Faktor Genetik Usia Ibu Hamil Radiasi


Keluarga yang mempunyai anak Usia ibu hamil yang diatas 35 Ibu hamil yang terkena atau
dengan down syndrome memiliki tahun kemungkinan melahirkan pernah terkena paparan radiasi
kemungkinan lebih besar anak dengan down syndrome terutama di area sekitar perut
keturunan berikutnya mengalami semakin besar karena memiliki kemungkinan melahirkan
down syndrome dibandingkan berhubungan dengan perubahan anak dengan down syndrome
dengan keluarga yang tidak endokrin terutama hormone seks

Autoimun Umur Ayah


Autoimun tiroid pada ibu yang Kasus kelebihan kromosom 21
melahirkan anak down syndrome sekitar 20-30 % bersumber dari
berbeda dengan ibu yang ayahnya
melahirkan anak normal
Manifestasi Klinis
● Sutura sagitalis yang terpisah ● Bercak brushfield pada mata
● Fisura palpebral yang miring ● Mulut terbuka dan lidah terjulur
● Jarak yang lebar antara kaki ● Lekukan epikantus (lekukan kulit yang
● Fontanela palsu berbentuk bundar) pada sudut mata
sebelah dalam.
● “plantar crease” jari kaki I dan II
● Single palmar crease pada tangan kiri
● Hyperfleksibikit dan kanan
● Peningkatan jaringan sekitar ● Jarak pupil yang lebar
leher ● Oksiput yang datar
● Bentuk palatum yang abnormal ● Tangan dan kaki yg pendek serta lebar
● Hidung hipoplastik ● Bentuk/struktur telinga yang abnormal
● Kelemahan otot dan hipotonia ● Kelainan mata, tanga, kaki, mulut,
sindaktili
● Mata sipit
Patofisiologis
Menurut Soetjiningsih (2016) down syndrome disebabkan oleh
kelainan pada perkembangan kromosom. Kromosom merupakan
serat khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan
mengandung bahan genetic yang menentukan sifat seseorang.
Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana
kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang).
Bayi dengan down syndrome memiliki 47 kromosom karena
kromosom 21 berjumlah 3 buah. Akibat dari ekstrakromosom
muncul fenotip dengan kode (21q22.3) yang bertanggung jawab
atas gambaran wajah khas, kelainan pada tangan dan retardasi
mental. Anak dengan down syndrome lahir semua perbedaan
sudah terlihat dank arena memiliki sel otak yang lebih sedikit maka
anak dengan down syndrome lebih lambat dalam perkembangan
kognitifnya.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom kariotipe manusia biasa hadir sebagai 46 autosom + XX atau 46
autosom+XY, menunjukan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom
dengan aturan XY bagi jantan
3. Ultrasonography (didapatkan brachycephalic, suture a dan fontela terlambat menutup,
tulang ileum dan sayapnya melebar)
4. ECG (terdapat kelainan jantung)
5. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin
terdapat ASD atau VSD
6. Pemeriksaan darah (percutaneous umbilical blood sampling) salah satunya adalah
dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi,
sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi
yang adekuat.
7. Penentuan aspek keturunan
Penatalaksanaan
Penanganan lebih lanjut selama masa anak-anak, dan perlu
dibahas secara periodic sesuai tahap perkembangan:
1) Dukungan personal bagi keluarga
2) Dukungan finansial dan medis bagi anak dan keluarga
3) Antisipasi terhadap trauma pada setiap fase perkembangan
4) Pengaturan diet dan olahraga untuk mencegah obesitas
03
Retardasi
Mental
Retardasi Mental (RM)
“Retardasi mental adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi intelektual berada
dibawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan
adaptasi sosial”

— Budiman (2011)
Etiologi
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

● Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis


Non ● Faktor sosiokultural
Organik ● Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
● Penelantaran anak

● Abnormalitas single
Faktor Prakonsepsi
● Kelainan kromosom

● Gangguan pertumbuhan otak trimester I


Faktor Prenatal
● Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

● Sangat premature
● Asfiksia neonatorum
Faktor Perinatal ● Trauma lahir: perdarahan intracranial
Organik ● Meningitis
● Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia

● Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat


● Neuro toksin, misalnya logam berat
● Anoksia, misalnya tenggelam
● Metabolik atau gizi buruk
Faktor Postnatal ● Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohypoparathyroid
● Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenylketonuria)
● Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
● Infeksi
Klasifikasi Retardasi Mental
1 2
Mild Retardation Moderate Retardation
(IQ 50-69) (IQ 35-49)
Retardasi mental ringan dikategorikan Retardasi mental sedang dikategorikan
sebagai retardasi mental dapat dididik sebagai retardasi mental dapat dilatih
(educable). (trainable).

3 4
Severe Retardation Profound Retardation
(IQ 20-34) (IQ<20)
Kelompok retardasi mental berat ini hampir Retardasi mental sangat berat berarti
sama dengan retardasi mental sedang secara praktis anak sangat terbatas
dalam hal gambaran klinis, penyebab kemampuannya dalam mengerti dan
organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. menuruti permintaan atau instruksi
Manifestasi Klinis
Kelainan pada mata (katarak, bintik Ukuran kepala: makrosefali atau
cherry-merah pada daerah makula, mikrosefali
atau kornea keruh)
Perawakan pendek (Kretin dan
Kejang (kejang umum tonik klonik dan sindrom prader-willi)
kejang pada masa neonatal)
Dystonia: Syndrom hallervorden
Kelainan pada kulit:
Bintik-café-au-lait

Kelainan rambut (rontok, cepat


memutih, rambut halus)
Pemeriksaan Penunjang
● Kromosom kariotipe ● Serum seng (Zn)
● EEG (Elektroencefalogram) ● Logam berat dalam darah
● CT (Cranial Computed Tomography) ● Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
● MRI (Magnetic Resonance Imaging) ● Serum asam amino atau asam organic
● Titer virus untuk infeksi kongenital ● Plasma ammonia
● Serum asam urat (Uric acid serum) ● Analisa enzim lisosom pada leukosit atau
● Laktat dan piruvat biopsi kulit: Urin mukopolisakarida,
● Plasma asam lemak rantai sangat reducing substance, dan keto acid, asam
panjang vanilmandelic
Penatalaksanaan
Farmakologi
Terapi Meningkatkan
Terapi Hiperkinetik Terapi Konvulsan
Kemampuan
Amphetamin, imipramine, valium, Dilantin, phenobarbital atau Pyrithioxine (Encephabol,
nobrium, haloperidol, dsb caffeine Cerebron), Glutamic acid, Gamma
aminobutyric acid (Gammalon),
Phenol, Nootropil, Amphetamin
dsb.

Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak yang
terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi
lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak
akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat
diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah
adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).
4

Child Abuse
Penganiayaan, penelantaran dan
eksploitasi terhadap anak
Definisi
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau
perbuatan orangtua atau orang yang merawat anak
yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental
maupun fisik, perkembangan emosional, dan
perkembangan anak secara umum.
Stress yang Berasal dari Anak
1. Fisik berbeda
2. Mental berbeda
3. Temperamen berbeda
4. Tingkah laku berbeda
5. Anak angkat

Etiologi Stress Keluarga


1. Kemiskinan & pengangguran
2. Mobilitas, isolasi dan perumahan tak
memadai
3. Perceraian
4. Anak yang tidak diharapkan

Stress yang Berasal dari Orangtua


1. Rendah diri pada anak
2. Waktu kecil mendapat perlakuan salah
3. Harapan anak yang tidak realistis
Manifestasi Klinis

● Cedera kulit
● Kerontokan rambut traumatik
● Jatuh
● Cedera eksternal pada kepala, muka dan
mulut
● Cedera termal disengaja atau diketahui
sebabnya
● Sindrom bayi terguncang
● Fraktur dan dislokasi yang dapat
dijelaskan
Pemeriksaan Penunjang
● Studi radiografik survei skeletal (tulang), dalam dua tahap, untuk semua anak yang
diduga cedera akibat penganiayaan. Ulangi dalam waktu dua minggu untuk anak yang
mempunyai kemungkinan besar mengalami penganiayaan.
● CT scan atau MRI pada daerah yang sakit
● Pemeriksaan oftalmologi – untuk mendeteksi hemoragi retina (akibat goncangan atau
benturan hebat di kepala).
● Foto berwarna dari cedera
● Lingkar kepala, lingkar abdomen
● Pemeriksaan cairan serebrospinal
● Tes kehamilan
● Skrining penyakit menular seksual, human immunodeficiency virus (HIV)
● Pemeriksaan penjelas (pengumpulan dan pemeriksaan spesimen hendaknya dilakukan
dengan rekomendasi dari lembaga perlindungan anak penyidik setempat atau
pemeriksa medis
Penatalaksanaan Medis
Prioritas utama dalam perawatan anak yang teraniaya adalah
resusitasi dan stabilisasi seperlunya sesuai dengan cedera yang
dialami. Konfirmasi penganiayaan diperoleh melalui pengambilan
data riwayat yang saksama , pemeriksaan fisik yang lengkap
dengan inspeksi yang mendetail pada seluruh tubuh anak dan
pengambilan spesimen laboratorium. Semua cedera harus
didokumentasikan dengan foto berwarna dan dicatat dengan
cermat dalam rekam medis tertulis.
05

Hiperaktif
Attention Deficit and
hyperactivity Disorder
(ADHD)
“Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan
kekurangan perhatian menandakan
gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai
menderita hiperaktivitas, hyperkinesis, kerusakan
otak minimal atau disfungsi serebral minimal”

— Nelson (2004)
Etiologi
1. Kondisi saat hamil & persalinan, misalnya keracunan pada akhir
kehamilan
2. Cedera otak sesudah lahir yang disebabkan oleh benturan kuat
pada kepala anak.
3. Faktor lingkungan, kondisi lingkungan yang buruk, seperti adanya
timah atau nitrat dalam air keran, buangan uap atau gas, pestisida,
dan zat kimia lain juga dapat menyebabkan anak menjadi
hiperaktif.
4. Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga
anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya.
5. Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak
dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota
keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas.
6. Kekurangan asam lemak esensial, dari hasil penelitian di Inggris
dan Amerika Serikat ditemukan beberapa anak hiperaktif juga
menderita kekurangan asam lemak esensial
7. Kekurangan zat gizi, beberapa anak hiperaktif menderita
kekurangan zinc, magnesium, atau vitamin B12.
8. Makanan, zat penambah makanan, pewarna, pengawet makanan,
coklat, gula, makanan dari susu, gandum, tomat, nitrat,jeruk, telur,
dan makanan lain diduga sebagai penyebab hiperaktif.
Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat
impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu
mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang
berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
rangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan saraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan
mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditori
serta sifat penghantaran kulit.

Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka
dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu
pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati
normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku
yang lebih baik.
Manifestasi Klinis

Gejala Mayor
Tidak ada perhatian atau tidak mampu
berkonsentrasi, hiperaktif (memiliki terlalu Ma
banyak energi), impulsif (sulit diatur),
menentang (sikap penentang/pembangkang
atau tidak mau dinasehati).

Gejala Minor
Bersifat destruktif (merusak), tanpa

Mi tujuan/tidak jelas, tanpa tujuan, tidak sabar


dan usil dan intelektualitas rendah
Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan


menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian.
Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.
Penatalaksanaan
Keperawatan

Terapi Bermain Terapi Perilaku Terapi Perkembangan


Terapi bermain sangat penting Seorang terapis perilaku terlatih Floortime, Son-rise dan RDI
untuk mengembangkan untuk mencari latar belakang dari (Relationship Developmental
keterampilan, kemampuan gerak, perilaku negatif yang sering Intervention) dianggap sebagai
minat dan terbiasa dalam suasana muncul pada anak hiperaktif dan terapi perkembangan.
kompetitif dan kooperatif dalam mencari solusinya
melakukan kegiatan kelompok

Medis
Rating scale Conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau
efektifitas dari pengobatan. Psycho Stimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat
(Benzedrine), dan dekstral amfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang
perhatian dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan
anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.
Konsep
Askep pada Anak
dengan gangguan
Psikososial
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik

Anamnesa Psikologis
Anamnesa

Riw Kes Sekarang Riw Kes Keluarga Perkembangan


Biasanya anak autis dikenal dengan Data yang dapat diperoleh apakah anak ● Anak kurang merespon orang lain.
kemampuan berbahasa, keterlambatan tersebut lahir prematur, berat badan ● Anak sulit fokus pada objek dan sulit
atau sama sekali tidak dapat bicara. lahir rendah, anoksia, penyulit mengenali bagian tubuh.
Berkomunikasi dengan menggunakan kehamilan lainnya atau ada faktor ● Anak mengalami kesulitan dalam
bahasa tubuh dan hanya dapat genetik yang diduga sebagai penyebab belajar.
berkomunikasi dalam waktu singkat, dari gangguan hiperaktivitas pada anak. ● Anak sulit menggunakan ekspresi
tidak senang atau menolak dipeluk. Saat non verbal.
bermain bila didekati akan menjauh. Ada ● Keterbatasan kognitif
kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan
tidak mau mainan lainnya. Sebagai
anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada
tempatnya.
Pemfis & Psikologis

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Psikologis


1. Anak tertarik pada sentuhan 1. Menarik diri dan tidak responsif terhadap
(menyentuh/sentuhan). orang tua
2. Sulit berinteraksi, sulit konsentrasi. 2. Memiliki sikap menolak perubahan secara
3. Biasanya terdapat ekolalia. ekstrem
4. Sulit fokus pada objek semula bila anak 3. Keterikatan yang tidak pada tempatnya
berpaling ke objek lain. dengan objek
5. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada 4. Perilaku menstimulasi diri
makna benda tersebut. 5. Pola tidur tidak teratur
6. Pemeriksaan neurologis respons yang tidak 6. Permainan stereotip
sesuai terhadap stimulus, refleks menghisap 7. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan
buruk, tidak mampu menangis ketika lapar orang lain
7. Fraktur, trauma, rambut rontok sebagai data 8. Tantrum yang sering
pendukung penegakan diagnosa 9. Peka terhadap suara-suara yang lembut
bukan pada suatu pembicaraan
10. Kemampuan bertutur kata menurun
11. Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak
halus
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskular (D.0119)
2. Gangguan interaksi sosial b.d hambatan perkembangan (D.0118)
3. Gangguan identitas diri b.d gangguan neurologis (D.0084)
4. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulasi (D.0106)
5. Isolasi sosial b.d keterlambatan perkembangan (D.0121)
6. Defisit perawatan diri b.d ketidakmampuan dalam merawat diri (D.0109)
7. Ketidakberdayaan b.d interaksi interpersonal yang kurang (D.0092)
8. Resiko mutilasi diri b.d individu autistic (D.0145)
Intervensi Keperawatan
Gangguan komunikasi verbal

Dx Kriteria & Tujuan Intervensi

D.0119 L.13118 I.13492


Komunikasi verbal Promosi Komunikasi: Defisit Bicara

Ekspektasi Observasi
Meningkat · Monitor kecepatan, tekanan, kuantitias, volume, dan diksi bicara
· Monitor progress kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa komunikasi (mis: memori, pendengaran, dan Bahasa)
verbal meningkat adalah: · Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara
· Kemampuan berbicara meningkat · Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
· Kemampuan mendengar meningkat Terapeutik
· Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat · Gunakan metode komunikasi alternatif (mis: menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan komputer)
· Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis: berdiri di depan pasien,
dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambal menghindari teriakan, gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien)
· Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
· Ulangi apa yang disampaikan pasien
· Berikan dukungan psikologis
· Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
· Anjurkan berbicara perlahan
· Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan bicara
Kolaborasi
· Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
Intervensi Keperawatan
Gangguan Interaksi Sosial

Dx Kriteria & Tujuan Intervensi

D.0118 L.13115 I.13484


Interaksi Sosial Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial

Ekspektasi Observasi
Meingkat · Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
· Identifikasi focus pelatihan keterampilan sosial
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa interaksi
sosial meningkat adalah: Terapeutik
· Perasaan nyaman dengan situasi sosial meningkat · Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
· Perasaan mudah menerima atau · Beri umpan balik positif (mis: pujian atau penghargaan) terhadap kemampuan
mengkomunikasikan perasaan meningkat sosialisasi
· Responsif pada orang lain meningkat · Libatkan keluarga selama Latihan keterampilan sosial, jika perlu
· Minat melakukan kontak emosi meningkat
· Minat melakukan kontak fisik meningkat Edukasi
· Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
· Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial
· Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
· Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
· Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
· Latih keterampilan sosial secara bertahap
Intervensi Keperawatan
Gangguan Interaksi Sosial

Dx Kriteria & Tujuan Intervensi

D.0084 L.09070 I.09297


Identitas Diri Orientasi Realita

Ekspektasi Observasi
Membaik · Monitor perubahan orientasi
· Monitor perubahan kognitif dan perilaku
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa identitas Terapeutik
diri membaik adalah: · Perkenalkan nama saat memulai interaksi
· Persepsi terhadap diri membaik · Orientasikan orang, tempat, dan waktu
· Kebingungan dengan nilai-nilai budaya menurun · Hadirkan realita (mis: beri penjelasan alternatif, hindari perdebatan)
· Kebingungan dengan tujuan hidup menurun · Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
· Kebingungan dengan jenis kelamin menurun · Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis: kunjungan, pemandangan, suara,
· Kebingungan dengan nilai-nilai ideal menurun pencahayaan, bau, dan sentuhan)
· Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun · Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis: tanda, gambar,
· Perilaku konsisten meningkat warna)
· Hubungan yang efektif meningkat · Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
· Strategi koping efektif meningkat · Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
· Penampilan peran efektif meningkat · Fasilitasi akses informasi (mis: televisi, surat kabad, radio), jika perlu
Edukasi
· Anjurkan perawatan diri secara mandiri
· Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu)
· Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi lansia
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari
rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditunjukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari
diagnosis keperawatan, rencana
intervensi, dan implementasi.
“I view 'autistic' as a word for a part of
how my brain works, not for a narrow
set of behaviors and certainly not for a
set of boundaries of a stereotype that I
have to stay inside.”

— Amanda Baggs
Thank you!
Does anyone have any questions?
Kelompok 3 - Keperawatan Anak

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai