Oleh :
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
i
SKRIPSI
Oleh :
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
ii
PERSETUJUAN
SKRIPSI
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Progam Studi Keperawatan
iii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir Skripsi dan dinatakan
telah memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar S.kep
Pada Tanggal.......................................
Dewan Penguji
1. Anastasi Eko. W., S.kep.,Ns., M.kes :
3. Edy Bachrun,SKM,.M.Kes :
Mengesahkan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
iv
HALAMAN PERNYATAAN
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR ISI
Sampul Depan…………………………………...…………………………… i
Sampul Dalam……………………….…………..…………………………… ii
Lembar Pengesahan........................................................................................ iii
Lembar Persembahan...................................................................................... iv
Lembar Pernyataan.……………………..………………………….………… V
Daftar Riwayat Hidup................................................................................... vi
Daftar Isi……………………..…………………………………………..…… vii
Daftar Tabel……………………..………………………………….………… ix
Daftar Gambar……………………..………………………………….……… x
Daftar Lampiran……………………..………………………………..……… xi
Kata Pengantar……………………..………………………………………… xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………..………………………….…… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………..……………………….……... 5
1.3 Tujuan Penelitian……………………...……………………………… 5
1.3.1 Tujuan Umum …………………..……………………………… 5
1.3.2 Tujuan Khusus……………………..…………………………… 5
1.4 Manfaat Penelitian…………………...……………………………….. 6
1.5 Keaslian Penelitian……………………..………………..…………… 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Senam Diabetes 10
2.1.1 Pengertian…………...………………………………….………. 10
2.1.2Fisiologi…………………………………………………………. 10
2.1.3 Manfaat Senam Diabetes…………………………………...…... 12
2.1.4 Resiko Senam Diabetes………………...………………...…….. 15
2.1.5 Prinsip Senam Diabetes……………………..………………….. 16
2.1.6 Tahap-tahap Senam Diabetes……………………..……….…… 18
2.1.7 Gerakan Senam Diabetes……………………..………………… 19
2.2 Diabetes mellitus 51
2.2.1 Pengertian Diabetes mellitus……………………..…………….. 51
2.2.2 Etiologi…………………………….…………………………… 52
2.2.3 Patofisiologi Klasifikasi Diabetes Militus……………………… 56
2.2.4 Minifestasi Klinis……………………..………………………… 60
2.2.5 Diagnosis……………………..………………………………… 60
2.2.6 Komplikasi Diabetes Militus……………………..…….………. 62
2.2.7 Penatalaksanaan Diaabetes Militus……………………………... 66
vii
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konseptual……………………..……………………...…… 69
3.2 Hipotesa Penelitian………………..……..…………………………… 70
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian…………………….…..…………………………… 71
4.2 Populasi danSampel………………….…..…………………………… 71
4.2.1 Populasi…………………………….…………………………… 71
4.2.2 Sampel……………………………..…………………………… 72
4.2.3 Kriteria Sampel……………………..……………………...…… 73
4.3 Teknik Sampling……………………………………………………… 73
4.4 Kerangka kerja Penelitian……………………..……………………… 73
4.5 Variabel Penelitian dan Devinisi Penelitian…………..……………… 75
4.5.1 Identifikasi Variabel……………………..………………...…… 75
4.4.5.2 Devinisi Oprasional Varibel………………..………………... 75
4.6 Instrumen Penelitian…………………….……..………………...…… 76
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………..………………...… 77
4.8 Prosedur Pengumpulan Data……………………..………………...… 77
4.9 Teknik Analisa Data…………………….……..………………...…… 78
4.10 Etika Penelitian…………………………….…..………………...…… 79
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian........…………………….……..………………...…… 82
5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun……… 82
5.1.2 Penyajian Karakteristik Data Umum……..………………..…… 83
5.1.3 Penyajian Data Khusus................................................................. 84
5.2 Pembahasan............................................................................................ 86
5.2.1 Kadar Gula Darah Sebelum Melakukan Senam Diabetes........... 86
5.2.2 Kadar Gula Darah Sesudah Melakukan Senam Diabetes........... 88
5.2.3 Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Gula Darah 89
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan............................................................................................. 93
6.2 Saran……………………..........................……..………………...…… 94
Daftar Pustaka .................................................................................................. 95
Lampiran......................................................................................................... 97
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Berdasarkan Panduan WHO………………. 61
Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes…………………………………… 61
Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik Diabetes berdasarkan Depkes RI 2008……. 62
Tabel 4.1 Definisi Operasional……………………………………………. 75
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Usia Responden 83
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Melaksanakan Aktifitas Fisik......... 84
Tabel 5.4 Distribusi Kadar Gula Darah Sebelum Melakukan Senam.......... 84
Tabel 5.5 Distribusi Kadar Gula Darah Setelah Melakukan Senam............ 85
Tabel 5.3 Analisa Pengaruh Senam Diabetes............................................... 86
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian................................................................. 97
Lampiran 2 Lembar Menjadi Responden......................................………… 98
Lampiran 3 Lembar Observasi Gula Darah……………...………...……… 99
Lampiran 4 Lembar Stadar Operasional Prosedur……................................ 100
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.... 106
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian BANGKESBANGPOL............................ 107
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian DINKES Kota Madiun............................. 108
Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas Data......................................................... 109
Lampiran 9 Hasil Uji Paired T test............................................................... 110
xi
KATA PENGANTAR
xii
ABSTRAK
xiii
ABSTRACT
INFLUENCE PRACTICE DIABETES GYMNASTIC TO DEGRADATION OF
BLOOD SUGAR RATE AT PATIENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN
REGION WORK OF PUSKESMAS TAWANGREJO MADIUN.
Nur Widya Anggraini
But in this research, researcher did not check other factor which cause
blood sugar rate go down like regularity take medicine and regularity of diet. One
of excecuting of diabetes mellitus type 2 that is physical activity which enough, in
this case practice diabetes gymnastic can be made one of the physical activity for
the patient of diabetes mellitus diabetes type 2 to have natural blood sugar rate of
degradation.
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
pergeseran dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi menjadi penyakit degeneratif
yang salah satunya adalah diabetes mellitus (Suyono, 2011). Diabetes mellitus
kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto dkk, 2012). Diabetes mellitus tipe II atau
yang di kenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes (NIDDM). Dalam DM tipe
II, jumlah insulin yang di produksi oleh prankeas cukup untuk mencegah
(Damayanti, 2015).
Diabetes mellitus (DM) tipe II merupakan salah satu penyakit kronik yang
II. Masalah yang sering terjadi pada penderita DM tipe II adalah ketidakstabilan
gula darah yang di sebabkan karena tidak seimbangnya antara diet, latihan fisik
dan obat-obatan. Pada jaman sekarang ini, banyak penderita DM yang lebih fokus
1
padahal penanganan diet yang teratur belum menjamin akan kestabilan kadar
glukosa dalam darah, akan tetapi hal ini harus diseimbangi dengan latihan fisik
yang sesuai. Sebab jika penderita diabetes mellitus tidak melakukan latihan fisik
maka metabolisme otot yang terjadi hanya sedikit, sehingga pemakaian glukosa
dalam darah berkurang, hal ini dapat menyebabkan penumpukan glukosa dalam
darah, sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi. Latihan fisik atau pergerakan
tubuh sering diabaikan oleh setiap penderita DM, hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti keterbatasan waktu untuk melakukan senam (latihan fisik)
oleh karena pekerjaan, usia yang tidak memungkinkan, dan minat yang kurang
baik pada negara maju atau negara sedang berkembang sehingga di katakan
bahwa DM tipe II sudah menjadi masalah kesehatan atau penyakit global pada
WHO pada tahun 2009 memprediksi kenaikan jumlah penderita DM dari 7 juta
menjadi 12 juta pada tahun 2030. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk
mengalami peningkatan penderita DM dari 2007 sampai 2013 yaitu 1,1% menjadi
2,1% . Jumlah penderita DM di Jawa Timur 2,5% (Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013). Jumlah penderita DM (NIDDM) di Kota Madiun pada tahun 2015
2
orang. Dan penderita DM (NIDDM) di Puskesmas Tawangrejo yang aktif
membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak sempurna sehingga tidak stabilnya
kadar gula darah. Penyakit diabetes mellitus dapat di cegah jika kita mengetahui
dasar-dasar penyakit dengan baik dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita
(Bagus, 2013). Gula darah bisa stabil jika ada keseimbangan antara diet, latihan
fisik, obat-obatan dan penyuluhan. Dalam hal perencanaan diet sebenarnya tidak
ada makanan yang dilarang untuk pasien DM tipe II tapi hanya dibatasi saja
sesuai kebutuhan kalori penderita tersebut (Sinaga, 2102). Menu makanan juga
sama dengan Menu keluarga dirumah. Maka yang menjadi kunci keberhasilan
kalori. Yang kedua adalah latihan fisik (olahraga) merupakan salah satu cara
untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah sebab dengan olahraga dapat
meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif. Cara ketiga adalah Obat-
mengendalikan kadar gula darah agar selalu terkontrol dengan baik. Dan cara
misalnya penyuluhan tentang apa itu penyakit DM, bagaimana upaya pencegahan
agar tidak sampai terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, serta bagaimana
3
mengatasi penyakit DM yang sudah berkomplikasi agar tidak semakin parah
(Bagus, 2013).
Pada penderita DM tipe II, latihan jasmani memiliki peran utama dalam
pengaturan kadar glukosa darah. Pada penderita diabetes mellitus tipe II, produksi
insulin tidak terganggu, tetapi karena respon reseptor pada sel terhadap insulin
(resistensi) masih kurang, maka insulin tidak dapat membantu transfer glukosa
berkurang (Sinaga, 2012). Latihan (aktifitas fisik) merupakan cara yang sangat
menangani peningkatan glukosa dalam darah. Salah satu latihan yang dianjurkan
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik
dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia, 2006). Senam
diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis dengan gerakan yang
diabetes dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan nilai aerobik yang optimal
(Damayanti 2015). Senam diabetes dibuat oleh para spesialis yang berkaitan
kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam (Sinaga, 2012). Senam diabetes
mellitus. Pada saat senam sel-sel diotot bekerja lebih keras sehingga lebih
4
membutuhkan gula untuk di bakar menjadi tenaga. Senam diabetes mengaktifasi
ikatan insulin dan reseptor insulin dimembran plasma sehingga dapat menurunkan
Kota Madiun ”
rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh senam diabetes
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam diabetes
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di
1.3.2Tujuan Khusus
5
2. Mengidentifikasi gula darah acak setelah dilakukan senam pada pasien diabetes
Kota Madiun.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Puskesmas khususnya mengenai
Hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi dan daftar pustaka
berkaitan dengan hubungan senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah
3. Bagi peneliti
diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe
II.
6
1.5 Keaslian penelitian
Judul Jenis
No Variabel Hasil Perbedaan
Penelitian Penelitian
1 Pengaruh 1) Senam Quasi Senam diabetes Desain pre
senam diabetes eksperimen melitus yang eksperimental
diabetes mellitus dengan dilakukan peneliti dengan teknik
terhadap 2) Penurun rancangan di wilayah kerja pengamilan
penurunan an kadar penelitian one puskesmas sample
kadar gula group pre test Darusalam Medan purposive
glukosa darah post test dan tahun 2011,
sampling.
darah pada menggunakan didapatkan 22
penderita teknik responden (70.9
diabetes pengambilan %) yang
mellitus sampling total mengalami
tipe 2 di sampling penurunan kadar
wilayah glukosa darah
kerja dengan mean Pre
Puskesmas Test dan Post Test
Darusalam adalah 18.03
Medan mg/dl. Dan ada 9
(Sinaga, orang responden
2012). yang mengalami
peningkatan kadar
glukosa darah.
Hasil analisa data
dengan uji t
dependent
menunjukkan ada
perbedaan yang
signifikan rata-
rata kadar gula
darah antara
sebelum dan
sesudah
penderita DM
melakukan senam
Diabetes Melitus
(p = 0,000).
2 Pengaruh 1) Senam Desain quasi Berdasarkan hasil Desain
senam diabetes experiment penelitian yang menggunakan
diabetes mellitus dengan dilakukan oleh one group pre-
terhadap 2) Kadar pendekatan peneliti post test dengan
penurunan gula desain pretest- menunjukkan menggunakan
kadar gula darah posttest with bahwa dari 10 sample
7
darah pada control group. responden pada purposive
lansia di Tehnik kelompok sampling.
Perwira pengambilan intervensi
Sari RW sampling didapatkan p
08 Bekasi dengan cara value = 0,000
Utara Total Sampling lebih kecil dari
(Nurhiday nilai α = 0,05
ah, 2013) yang berarti ada
pengaruh
terhadap kadar
gula darah,
sedangkan dari 10
responden pada
kelompok kontrol
didapatkan p
value = 0,004
lebih kecil dari
nilai α = 0,05
yang berarti ada
pengaruh juga,
dimana masuk
dalam kategori
tinggi. Hasil uji
statistik dengan
derajat
kemaknaan 95%
di peroleh p value
= 0,006 lebih
kecil dari nilai α =
0,05 maka hasil
analisanya
menunjukkan
bahwa ada
Pengaruh senam
diabetes terhadap
penurunan kadar
gula darah pada
lansia di perwira
sari RW 08
Bekasi Utara.
3 Pengaruh 1) Senam Desain dalam Dari hasil Teknik
senam diabetes penelitian pre- perhitungan pengambilan
diabetes mellitus eksperimenton menggunakan sampling
terhadap 2) Kadar e-grup pra- aplikasi SPSS dengan
penurunan gula post test didapatkan menggunakan
kadar gula darah design. Zhitung -3,021 > purposive
8
darah pada Pemilihan Ztabel -1,96. sampling.
penderita sampling Dengan demikian
diabetes dengan Cluster H0ditolakdan H1
mellitus di Random diterima dan nilai
wilayah Sampling. asymp sig.(2-
kerja tailed) atau nilai
Puskesmas probabilitas ρ=(
Peteronga 0,003) lebih
n Jombang rendah standart
(Sanjaya signifikan α=
dan Huda, 0,05 atau
2014) (0,003<0,05),
artinya ada
pengaruh senam
diabetes terhadap
penurunan kadar
guladarah pada
penderita
penderita diabetes
mellitus di
wilayah kerja
Puskesmas
Peterongan
Jombang.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis dengan
diabetes. Senam diabetes dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan nilai aerobik
yang optimal (Santoso, 2006 dalam Damayanti, 2015). Senam diabetes adalah
senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian
dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia, 2006). Senam diabetes dibuat oleh
medis, penyaki dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam
(Sinaga, 2012).
2.1.2 Fisiologi
meningkatkan ambilan oksigen sebesar 15-20 kali lipat karena peningkatan laju
metabolik pada otot yang aktif. Ventilasi pulmmuner dapat mencapai 100 L/menit
dan curah jantung meningkat hingga 20-30 L/menit untuk memenuhi kebutuhan
otot yang aktif. Terjadi dilatasi arteriol maupun kapiler yang menyebabkan lebih
banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga reseptor insulin lebih banyak dan lebih
aktif atau lebih peka (Sudoyo dalam Damayanti, 2015). Kepekaan reseptor insulin
10
berlangsung lama bahkan sampai latihan telah berakhir. Jaringan otot yang aktif
atau peka insulin disebut jaringan non insulin dependent dan jaringan otot pada
terus berlangsung lebih dari 30 mmenit maka sumber energi utama menjadi asam
lemak bebas yang berasal dari lipolisis jaringan adiposa. Tersedianya glukosa dan
asam lemak bebas diatur oleh berbagai macam hormon terutama insulin, juga
keton (ketosis) dapat terjadi selama latihan jasmani pada pasien DM tipe 2 dengan
glukosa darah yang tidak terkontrol. Pada penelitian didapatkan latihan jasmani
berbahaya pada keadaan glukosa darah sekitar 332 mg/dL, akibat peningkatan
Latihan jasmani sebaiknya dilakukan pada kadar glukosa darah tidak lebih dari
11
250mg/dL (Sudoyo dalam Damayanti, 2015). Sebaliknya hipoglikemia selama
latihan jasmani dapat terjadi pada penderita yang mendapatkan terapi insulin, obat
oral anti diabetik dan tidak adanya intake makanan sebelum latihan jasmani
DM yaitu
glukosa darah. Masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons terhadap
pada otot yang berkontraksi sehingga saat latihan jasmani resistensi insulin
dapat memperbaiki pengaturan kadar glukosa darah dan sel (Soegondo dalam
Damayanti, 2015). Pada saat seseorang melakukan latihan jasmani, pada tubuh
akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan
terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputu fungsi sirkulasi, metabolisme
dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan dalam otot dan hati
energi pada latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan
12
peningkatan glukosa 15 kali dalam kebutuhan biasa. Setelah 60 menit akan
2015).
intensitas yang baik selama intervensi senam dilakukan. Intensitas senam dapat
dinilai dari target nadi, tekanan darah dan kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah senam. Kondisi ini sesuai dengan konsep yang menyatakan latihan akan
bermanfaat jika mencapai kondisi optimal yaitu tekanan darah setelah latihan
tidak lebih dari 180 mmHg dan denyut nadi mencapai 60-79% MHR. Jika kurang
dari 60% latihan kurang bermanfaat dan jika lebih dari 79% akan membahayakan
glukosa darah puasa > 126 mg/dL (Soegondo dalam Damayanti, 2015). Sesudah
latihan jasmani pada pasien lanjut usia termasuk cukup baik jika kadar glukosa
Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi lebih baik dan
yang kurang optimal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek yang dihasilkan
dari latihan jasmani stelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena itu untuk memperoleh
efek tersebut latihan jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali.
kurang dari 250 mg%. Jika kadar glukosa diatas 250mg, pada waktu latihan
13
terganggu,hal ini membahayakan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya koma
seperti penyakit jantung korener, stroke, penyakit pembuluh darah perifer. Efek
aktifitas fisik terhadap penurunan tingkat tekanan darah telah ditunjukkan secara
Damayanti, 2015).
Latihan jasmani moderat yang teratur dapat menurunkan berat badan dan
memeliharanya dalam jangka waktu yang lama. Dengan menurunkan berat badan
dan meningkatkan masa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga membantu
4. Keuntungan psikologis
sehingga penderita merasa fit, rasa cemas berkurang terhadap penyakitnya, timbul
14
rasa senang dan rasa percaya diri yang pada akhirnya kualitas hidupnya meningkat
Latihan jasmmani sedang yang dilakukan secra teratur dapat mencegah dan
Damayanti, 2015).
meningkatkan penggunaan glukosa oleh otot. Hal ini dapat menurunkan jumlah
insulin atau obat hipoglikemik oral yang dibutuhkan (UW Healt dalam
Damayanti, 2015).
linu di ujung jari-jari tangan atau persendian lainnya. Dengan senam diabetes
adalah resiko yang mungkin timbul akibat latihan jasmani, yaitu berhubungan
15
1. Metabolisme
2. Mikrovaskuler
3. Kardiovaskuler
Ulkus pada kaki, trauma tulang dan otot akibat neuropati, osteoporosis dan
1. Frekuensi
Untuk mencapai hasil yang optimal, latihan jasmani dilakukan secara teratur
3-5 kali perminggu. Untuk pasien DM dengan kategori berat badan obesitas,
penurunan berat badan dan glukosa darah akan mencapai maksimal jika latihan
sedikitnya 3 kali perminggu dengan tidak lebih dari 2 hari berurutan tanpa latihan
16
2. Intensitas
jasmani berada pada VO2 max antara 50-85%. Dalam rentang tersebut tidak akan
(PERSADIA) menilai intensitas latihan dari beberapa hal yaitu target nadi atau
area latihan, kadar glukosa darah sebelum dan sesudah latihan , tekanan darah
Pada waktu latihan jasmani denyut nadi optimal adalah 60-79% dari
maximum heart rate (MHR). Maximum Heart Rate (MHR) didapatkan dari
perhitungan 220 – umur. Apabila nadi tidak mencapai target atau kurang dari 60%
maka latihan asmani kurang bermanfaat dan bila nadi lebih dari 79% akan
MHR. Sehingga area latihan penderita adalah interval nadi yang di targetkan
dicapai selama latihan atau segera setelah latihan maksimum yaitu 60-79% dari
Sesudah latihan jasmani pada penderita usia lanjut kadar glukosa darah 140-
180 mg/dL dianggap cukup baik, sedangkan pada penderita diabetes usia muda
3)Tekanan darah
Setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg (Damayanti, 2015).
17
3. Durasi
Pemanasan dan pendinginan dilakukan masing-masing 5-10 menit dan latihan inti
39-40 menit untuk mencapai metabolik yang optimal. Bila kurang maka efek
metabolik sangat rendah dan bila berlebihan akan menimbulkan efek buruk pada
2015).
4. Jenis
Latihan jasmani yang dipilih hendaknya yang melibatkan otot besar dan sebaiknya
yang di senangi. Latihan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah aerobic low
bersepeda dan senam disko sedangkan latihan resisten statis tidak di anjurkan
seperti angkat besi dan lain- lain (American Diabetes Asosiation dalam
Damayanti, 2015).
Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki kegiatan inti yang bertujuan untuk
denyut nadi hingga mendekati intensitas latihan. Pemanasan juga bertujuan untuk
18
2. Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini dilakukan 30-40 menit di usahakan denyuf nadi mencapai THR
agar latihan bermanfaat. Sebaliknya jika denyut nadi melebihi THR dapat
dapat menimbulkan nyeri otot setelah melakukan latihan atau pusing akibat masih
terkumpulnya darah pada otot yang aktif. Pendinginan dilakukan 5-10 menit
hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat. Bila latihan dilakukan berupa
beberapa menit . Bila latihan berupa bersepeda, tetap mengayuh sepeda tanpa
4. Peregangan (stretching)
Tahap ini bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot -otot yang masih
teregang dan menjadi lebih elastis. Tahap ini lebih bermanfaat bagi penderita DM
1. Latihan Pemanasan
Sebelum masuk dalam gerakan inti, sebaiknya lakukan pemanasan. Berikut ini
tujuan pemanasan :
19
2) Memperbaiki jaringan pembuluh darah dan otot yang telah berubah posisinya.
4) Memperbaiki system saraf dalam tubuh terutama bagian tulang punggung yang
Gambar 1
Gerakan pemanasan 1 dan 2
20
Gambar 2
Gerakan pemanasan 3 dan 4
sehingga dapat melakukan senam dengan baik dan benar. Gerakan dimulai dengan
Gerakan 4
Bermanfaat untuk mengatur nafas secara perlahan dan bertahap agar paru-paru
dan jantung bekerja dengan baik selama berlatih. Gerakan dilakukan dengan jalan
ditempat sementara tangan di rentangkan dari bagian samping tubuh ke atas lalu
21
2) Tundukan kepala.
Gambar 3
Gerakan pemanasan 5 dan 6
Gerakan 5
dada.
3) Jalan di tempat.
22
Gambar 4
Gerakan pemanasan 7 dan 8
Gerakan 8
23
Gambar 5
Gerakan pemanasan 9 dan 10
Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu dan punggung bagian atas.
Gerakan 10
24
Gambar 6
Gerakan pemanasan 11 dan 12
Gerakan 12
dan kaki.
25
Gambar 7
Gerakan pemanasan 13 dan 14
Gerakan 14
1) Posisi awal.
3) Dorong kaki kanan dan kedua lengan kebelakang kemudian dilanjutkan dengan
kaki kiri.
26
Gambar 8
Gerakan pemanasan 15 dan 16
tungkai.
Gerakan 16
2) Tangan kanan lurus disis bahu kanan sejajar deangan bahu dan tangan kiri
27
Gambar 9
Gerakan pemanasan 17 dan 18
3) Begitupun sebaliknya.
Gerakan 18
1) Kaki dibuka.
28
Gambar 10
Gerakan pemanasan 19 dan 20
Gerakan 20
29
Gambar 11
Gerakan pemanasan 21 dan 22
Gerakan 22
30
Gambar 12
Gerakan pemanasan 23 dan 24
2) Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan bahu dan ditarik statis.
Gerakan 24
31
Gambar 13
Gerakan pemanasan 25 dan 26
Gerakan 26
3) Lakukan bergantian.
32
Gambar 14
Gerakan pemanasan 27 dan 28
4) Lakukan bergantian.
33
Gambar 15
Gerakan pemanasan 29 dan 30
Gerakan 30
Sikap sempurna.
34
2. Latihan inti
Gambar 16
Gerakan 1 dan 2
Gambar 17
Gerakan 3, 4 dan 5
35
Gerakan 1, 2, 3, 4, 5 dilakukan untuk mempersiapkan gerakan selanjutnya dan
megatur pernapasan.
Gambar 18
Gerakan inti 1
selanjutnya.
1) Badan tegak.
36
3) Kepalkan tangan angkat ke atas.
Gambar 19
Gerakan inti 2 dan 3
3) Lakukan seterusnya.
Inti 3
37
Gambar 20
Gerakan inti 4 dan 5
3) Mundur 1 langkah..
38
Gambar 21
Gerakan inti 6 dan 7
Inti 7
Bermanfaat untuk melatih otot betis, paha, persendian lutut dan lengan.
39
Gambar 22
Gerakan inti 8
Inti 8
dan lengan.
40
Gambar 23
Gerakan inti 9 dan 10
1) Buka kaki.
3) Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan dan kanan simpan di dada.
Inti 10 :
1) Buka kaki.
Gerakan inti 9 dan 10 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, lengan, betis dan
paha.
41
Inti 11
Gambar 25
Gerakan inti 12 dan relaksasi 13
42
Relaksasi 13
1) Tangan di depan.
Gambar 26
Gerakan relaksasi 14, 15 dan 16
1) Kedua tangan direntangkan sejajar bahu dengan kedua tangan di kepal di dada.
Relaksasi 15
43
Relaksasi 16
Sikap sempurna
3. Pendinginan
Gambar 27
Gerakan pendinginan 1
4) Kepala di tundukan.
44
Gambar 28
Gerakan pendinginan 2
45
Gambar 29
Gerakan pendinginan 3
2) Tangan di bentangkan.
46
Gambar 30
Gerakan pendinginan 4 dan 5
2) Lutut di tekuk.
Pendinginan 5
47
Gambar 31
Gerakan pendinginan 6 dan 7
Pendinginan 7
48
Gambar 32
Gerakan pendinginan 8 dan 9
1) Menghadap ke kanan.
Pendinginan 9
1) Menghadap ke kanan.
49
Gambar 33
Gerakan pendinginan 10 dan 11
Pendinginan 11
1) Menghadap ke kanan.
50
Gambar 34
Gerakan pendinginan 12 dan 13
Pendinginan 13
Sikap sempurna.
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
51
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009). Menurut ADA
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus
protein awal terjadinya hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah) (Black
atau kerusakan pada reseptor insulin, produksi insulin yang tidak aktif dan
gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia (lebih dari 120 mg/dL
atau 120 mg%). Karena itu juga DM sering disebut juga dengan penyakit gula
(Maulana, 2012).
2.2.2 Etiologi
52
ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar 30%
(Lemone dan Burke dalam Damayanti, 2015). Faktor genetik dapat langsung
mengubah integritas dan fungsi sel beta pankreas. Secara genetik resiko DM tipe
neonatus yang beratnya lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, ras atau
etnis tertentu yang mempunyai insiden tinggi terhadap DM (Price dan Wilson
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan 20% dari berat
badan ideal atau BMI (Body Mass Index) 27 kg/m2. kegemukan menyebabkan
berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otot
skeletal dan jaringan lemak. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk
melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa drah (Smeltzer dalam Damaynti,
glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh
3. Usia
tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Setelah
53
seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2mg% tiap
tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan. Berdasarkan hal
4. Tekanan darah
darah tinggi yaitu tekanan darah 140/90 mmHg. Pada umumnya penderita DM
Pada DM faktor tersebut adalah resistensi insulin, kadar gula darah plasma,
5. Aktifitas fisik
(Soegondo dalam Damayanti, 2015). Individu yang aktif memiliki insulin dan
profil glukosa yang lebih baik daripada individu yang tidak aktif (Damayanti,
2015).
6. Kadar kolesterol
Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM tipe
2.salah satu mekanisme yang di duga menjadi predisposisi diabetes tipe 2 adalah
terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari suatu
tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga kemampuan hati
54
untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini
(Damayanti, 2015).
7. Stres
Stres memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur yaitu neural dan
neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi sistem saraf simpatis
jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna sumber energi
keluarga, obesitas dan glikosuria. DM tipe ini di jumpai pada 2-5% populasi ibu
hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah melahirkan, namun
55
resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe 2 di kemudian hari cukup besar (Smeltzer
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini menyerang melalui reaksi
2012).
Bahan beracun yang mampu langsung merusak sel beta adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida) dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan yang
1. DM Tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam dua sub tipe
diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya.
dengan diabetes juvenile, terjadi lebih sering pada orang muda tetapi dapat teradi
pada semua usia. DM tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh
56
kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak
dan protein tubuh (Damayanti, 2015). Dalam diabetes mellitus tipe 1 ini pankreas
benar-benar tidak menghasilkan insulin karena rusaknya sel-sel beta yang ada
didalam pankreas oleh autoimun. Jadi antibodi yang ada dalam tubuh manusia
membunuh siapa saja yang tdak dikenalinya termasuk zat-zat yang dihasilkan oleh
tubuh di anggap benda asing termasuk zat-zat penghasil insulin maka dari itu
diabetes mellitus tipe 1 disebut dengan IDDM atau insulin dependet diabetes
Saat ini penderita diabetes mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan
menggunakan insulin dan dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa
darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1,
insulin ketosis dan diabetis ketoasidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa
2. DM tipe 2
DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes (NIDDM).
Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas biasanya cukup
tubuh total (Damayanti, 2015). Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kecacatan
dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin (adanta defekasi trespon
diabetes dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih
57
sering pada individu obesitas (Damayati, 2015). Menurut Maulana (2012)
diabetes biasanya juga terjadi pada seseorang yang jarang aktivitas atau tidak
diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya kadar glukosa darah
2015).
oleh faktor lingkungan. Ketika glukosa intra sel meningkat, maka asam lemak
bebas (Free Fatty Acid – FFAs) di simpan, namun ketika glukosa menurun maka
2015). Pada kondisi normal, insulin memicu sintesa trigliserida dan menghambat
FFAs mempunyai efek yang berbahaya pada produksi glukosa dan sensitifitas
insulin, peningkatan glukosa darahpun ikut berperan. Pada tipe ini terjadi
kehilangan sel beta prankeas lebih dari 50%. Efek abnormalitas ini akan
menyebabkan meningkatnya kadar gula darah secara terus menerus, hal ini di
58
sebabkan karena gangguan pemanfaatan glukosa, menurunnya penyimpanan
peningkatan lingkar pinggang > 1.0 inchi pada pria dan > 0.7 inchi pada wanita),
terjadi pada usia > 40 tahun, keturunan, wanita dengan gestasional diabetes atau
bergizi seimbang dan olahraga secara teratur biasanya penderita berangsur pulih.
Penderita juga harus dapat mempertahankan berat badan yang normal. Namun
(Maulana, 2012).
5-10 tahun melahirkan (Damayanti, 2015). Jenis diabetes ini terjadi saat
sementara, namun diabetes tipe ini bisa merusak kesehatan janin dan ibu
(Maulana, 2015).
59
Merupakan gangguan endrokin yang menimbulkan hiperglikemia akibat
peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan glukosa oleh sel
jaringan prankeas dan penyakit endrokin seperti akromegali ata syndrom chusing,
karena zat kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati (Soegondo dalam
Damayanti, 2015).
oleh pasien. Manifestasi klinis khas yang dapat muncul pada seluruh tipe DM
meliputi trias poli yaitu poliuria, polidopsi dan poliphagi. Poliuri dan poli dipsi
diuresis osmotic. Pasien juga mengalami poliphagi akibat dari kondisi metabolik
yang diinduksi oleh adanya defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan protein.
mendadak, perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering,
adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang (Damayanti,
2015).
60
2.2.5 Diagnosis
Dalam menentukan adanya diabetes melitus tes urin tunggal tidak boleh di
lakukan namun perlu di tambah dengan tes gula darah, dapat di katakan diabetes
ketika adanya gejala dan peningkatan kadar gula darah. Kriteria diagnosis diabetes
berdasarkan panduan WHO dalam Damayanti ( 2015 ) dapat di lihat pada tabel
berikut ini:
Catatan : Pada tabel ini ditunjukkan glukosa darah vena. Glukosa darah kapiler
10-15% lebih tinggi daripada darah vena.
Keterangan
61
2. Oral glucosa tolerance test (OGTT) diukur setelah puasa semalaman, lalu
pasien diberikan cairan 75 gr glukosa untuk diminum . lalu gula darah diukur
2 jam kemudian.
4. Untuk mendiagnosa DM, perlu dilakukan uji ulang ketika mendapatkan hasil
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai penyaring dan
terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam dalam
waktu yang relatif singkat. Komplikasi kronis berupa kelainan pembuluh darah
yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, ginjal, saraf dan penyakit
62
1) Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
mendadak.
sistem saraf otonomi (bagian dari sistem saraf yang tidak terkendali dibawah
sadar) dan pelepasan hormon dari kelenjar adrenalin, yang menimbulkan gejala-
gejala rasa takut, terbang, bertarung. Pada dasarnya ini mencakup kegelisahan,
debar dan detak jantung yang sangat cepat serta rasa pening, mudah mengantuk
dan akhirnya kehilangan kesadaran atau pingsan. Jika tidak diberi pengobatan bisa
menimbulkan kejang dan akhirnya terjadi kerusakan otak permanen atau kondisi
kekurangan insulin dan sifatnya mendadak. Glukosa darah yang tinggi tidak dapat
Kebutuhan energi tubuh terpenuhi setelah sel lemak pecah dan membentuk
63
senyawa keton. Keton akan terbawa dalam urin dan dapat di cium baunya saat
bernapas. Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan tubuh rusak, tidak
shok. Komplikasi ini dapat diartikan sebagai keadaan tubuh tanpa penimbunan
lemak sehingga penderita tidak menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam
penderita sangat tinggi Ph darah normal, kadar natrium tinggi dan tidak ada
ketonemia.
komlikasi ini diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan asam laknat
tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya kadar asam laknat didalam
ini dapat terjadi karena infeksi, gangguan faal hepar, ginjal, DM yang mendapat
2) Komplikasi kronis
(Novitasari, 2012).
64
a. Komplikasi spesifik
b) Nefropati diabetika (ND), gejalanya ada protein dalam air kencing, terjadi
c) Neuro pati diabetika (Neu.D), gejala perasaan terhadap getaran berkurang, rasa
panas seperti terbakar dibagian ujung tubuh, rasa nyeri, rasa kesemutan, serta
rasa terhadap dingin dan panas berkurang. Selain itu otot lengan atas menjadi
d) Diabetik foot (DF) dan kelainan kulit, seperti tidak berfungsinya kulit
Kelainan ini sama dengan non diabetes mellitus, tetapi terjadinya lebih awal
atau lebih mudah. Penyakit yang termasuk komplikasi tak spesifik dalam DM
sebagai berikut
65
a) Kelainan pembuluh darah besar atau makroangipati diabetika (Ma.DM),
kelainan ini berupa timbunan zat lemak didalam dan dibawah pembuluh darah
(ateroskleroosis).
c) Adanya infeksi seperti infeksi saluran kencing dan tuburkolosis (TBC) paru.
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar
Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi
hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima kompenen
dalam penatalaksanaan diabetes tipe 2, yaitu terapi nutrisi (diet). Latihan fisik,
2015).
1. Manajemen diet
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipit mendekati normal, mencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas2 normal atau kurang lebih 10% dari
berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan
(2006) adalah karbohidrat 45-65%, protein 10-20%, lemak 20-25%, kolesterol <
66
Waynes dapat menimbulkan aterosklerosis oleh karena itu konsumsi makanan
buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan dapat di terima
gizi, umur, ada tidaknya setres akut, kegiatan jasmani (Damayanti, 2015).
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat latihan fisik
darah, dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar
HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (Sudoyo
Pemanatauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self monitoring blood
panjang. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit Dm yang
dan hipoglikemia tanpa gejala ringan. SMBG telah menjadi dasar dalam
4. Terapi farmakologi
67
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet,
latihan fisik dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat menjaga gula darah
5. Pendidikan kesehatan
hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi
kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Pasien
harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan,
68
BAB 3
Lima komponen
penatalaksanaan DM tipe 2
1. Nutrisi (Diet) Senam
2. Latihan fisik Diabetes
3. Pemantauan gula darah
4. Terapi farmakologi
5. Pendidikan kesehatan
Penurunan
kadar gula
darah
Keterangan :
: Di teliti : Berpengaruh
: Tidak di teliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh senam diabetes terhadap perubahan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Tawangrejo Kota
Madiun.
69
Gambar 3.1 menjelaskan faktor penyebab DM tipe 2 adalah faktor keturunan,
obesitas, usia di atas 30 tahun, tekanan darah tinggi, aktifitas fisik kurang, kadar
kolesterol tinggi, stress, virus dan bakteri, bahaya toksik atau beracun. Jika factor
penyebab tidak bisa di kendalikan maka akan terjadi DM tipe 2. Masalah yang
sering timbul pada penderita DM tipe 2 adalah kadar gula darah yang tinggi.
kadar gula darah tipe 2 salah satunya dipengaruhi oleh latihan fisik yaitu senam
diabetes.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan, maka hipotesa yang diajukan adalah :
Ha : Ada pengaruh senam diabetes mellitus terhadap perubahan kadar gula darah
70
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah pre experimental dalam bentuk one group pre-post
test design. Desain ini dilakukan untuk mengungkap hubungan sebab akibat
(Nursalam, 2016). Dalam rancangan penelitian ini hanya ada satu kelompok yang
akan diobservasi gula darahnya kemudian diberi intervensi yaitu senam diabetes
Kelompok subjek O1 X O2
Keterangan :
X : Perlakuan.
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
71
penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Menurut Gay jumlah sample
(t-1)(r-1) ≥ 15
(1-1)(r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 15
r = 15 + 1
r = 16 orang
r = jumlah sample
1. Kriteria inklusi
72
2. Kriteria Eksklusi
tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Sujarweni,
2014).
sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sujarweni, 2014). Teknik yang
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang diteliti (subyek penelitian),
73
Populasi
Semua pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Tawangrejo Kota Madiun berjumlah 59 orang
Sampel
Sebagian pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Tawangrejo Kota Madiun berjumlah 16 orang
Pengelolaan data
Editing, Entri data, Cleaning data, Processing data
Analisis
Dependent t-test (Paired t-test)
Pelaporan
Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh senam diabetes terhadap perubahan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Tawangrejo Kota
Madiun.
74
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel adalah yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang di iliki atau
diabetes.
Variebel dependent adalah variebel yang diamati dan di ukur untuk menentukan
ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari varieel bebas (Nursalam, 2015).
Variebel dependent dalam penelitian ini adalah penurunan kadar gula darah.
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
75
dan dapat
diikuti semua
kelompok
umur sehingga
menarik
antusiasme
kelompok
dalam klub-
klub diabetes
Penuruna Penurunan Penatalaksanaa Glukom Interval Hasil
n kadar kadar gula n DM tipe 2 eter pengukur
gula darah yang 1. Nutrisi (Diet) an gula
darah diukur dengan 2. Latihan fisik darah
glukometer 3.Pemantauan acak
dan dinyatakan gula darah sebelum
dalam satuan 4.Terapi dilakuka
g/dl farmakologi n senam
5. Pendidikan diabetes
kesehatan dan
sesudah
dilakuka
n senam
diabetes
diabetes
dalam
satuan
g/dl
dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian adalah segala alat yang dipakai untuk
yang dilakukan dengan pola pengkuran yang sama (Nasir dkk, 2011). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah senam diabetes. Instrumen yang digunakan
untuk variable bebas yaitu SOP (Standart operasional prosedur). Variabel terikat
untuk penelitian ini adalah perubahan kadar gula darah. Instrumen yang
76
pengukuran biofisiologis in-vitro. Pengukuran biofisiologis in-vitro adalah
Madiun.
2017.
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan proses
77
4. Memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, manfaat
5. Menjelaskan kontrak waktu penelitian pada responden yaitu sesuai waktu yang
selama 7 hari.
senam diabetes.
senam diabetes.
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan data
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing bisa dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
78
setelah data terkumpul (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini Editing dilakukan
2. Entri data
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
3. Cleaning data
dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi saat
4. Processing data
1. Analisa univariat
variabel yang diteliti. Untuk data numerik dengan menghitung mean, median,
simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Analisa pada penelitian ini
meliputi usia responden, frekuensi melakukan aktifitas fisik (olahraga) dalam satu
minggudan variabel perubahan kadar gula darah sebelum senam dan setelah
senam diabetes.
79
2. Analisa bivariat
Dependent t-test (Paired t-test) dengan kemaknaan = 0,05. Jika hasil penelitian
ini nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara gula darah pada data pre test dan post test. Yang artinya ada
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
1. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh
identitas responden.
80
Sebuah penelitian hendakna memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
81
BAB 5
Sukosari Kota Madiun, sebelah utara Kelurahan Patihan Kota Madiun dan
pelayanan ruang rawat jalan meliputi Poli Umum, Poli KIA & KB, Poli Gigi, Poli
Gizi, Ruang Rawat Inap, UGD, Ruang Bersalin dan Ruang penunjang lainya
kegiatan rutin yaitu Klinik VCT (Volontary Counseling AND Testing), Senam
Hamil, Posyandu Balita, Posyandu Lansia dan progam yang rutin dilakukan
Kronis).
dilaksanakan pada bulan Januari 2015. Progam PROLANIS ini bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan. Progam PROLANIS dilakukan satu bulan sekali setiap
82
hari jumat minggu kedua dan diikuti 118 peserta yang memiliki penyakit kronis
senam, penyuluhan kesehatan, pengukuran tekanan darah dan khusus untuk pasien
DM diadakan pengecekan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial.
Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa rentang usia paling banyak adalah
65 tahun sampai atas yaitu sebanyak 12 orang (75%) dari 16 responden yang
diteliti.
83
Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa lamanya responden menderita
DM 1-2 tahun yaitu 8 orang (50%) dan 3 tahun keatas sebanyak 8 orang (50%).
Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui responden yang melakukan aktifitas
Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun bulan Juni 2017 dapat dilihat
dibawah ini.
84
Tabel 5.4 Tendensi Sentral Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Sebelum
Melakukan Senam Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota
Madiun Bulan Juni 2017.
Kadar gula Mean Median Modus Min-Max
darah
sebelum 174,88 186,50 201 114-230
senam
Sumber : Lembar Observasi Gula Darah Responden di Puskesmas Tawamgrejo
Kota Madiun, 2017.
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum
melakukan senam diabetes adalah 174,88 mg/dL. Median kadar gula darah
sebelum melakukan senam diabetes 186,50 mg/dL, kadar gula darah sebelum
melakukan senam diabetes paling banyak adalah 201 mg/dL, kadar gula darah
sebelum melakukan senam diabetes terendah 114 mg/dL dan tertinggi 230
mg/dL.
Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun bulan Juni 2017 dapat dilihat
dibawah ini.
Tabel 5.5 Tendensi Sentral Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Setelah
Melakukan Senam Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota
Madiun Bulan Juni 2017.
Dari tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah
setelah melakukan senam diabetes adalah 141,06 mg/dL, median kadar gula darah
85
setelah melakukan senam diabetes 186,50 mg/dL, kadar gula darah setelah
melakukan senam diabetes paling banyak adalah 109 mg/dL, kadar gula darah
sebelum melakukan senam diabetes terendah 96 mg/dL dan tertinggi 182 mg/dL.
Berdasarkan tabel 5.3 penelitian ini dianalisis menggunakan uji paired t test
dengan bantuan SPSS diperoleh nilai p value = 0.000. Yang berarti p value < α
(0.000 < 0.05), artinya H0 di tolak dan H1 diterima. Maka dapat diartikan ada
pengaruh yang signifikan antara senam diabetes terhadap penurunan kadar gula
5.2 Pembahasan
5.2.1 Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Sebelum Melakukan Senam
Diabetes
Hasil penelitian terhadap 16 responden di Wilayah Kerja Puskesmas
melakukan senam adalah 174,88 mg/dL. Kadar gula darah sebelum melakukan
senam diabetes terendah 114 mg/dL dan tertinggi 230 mg/dL. Responden yang
86
memiliki kadar gula darah 230 mg/dL berjumlah satu responden dengan jenis
responden yang memiliki kadar gula darah sebelum senam 114 mg/dL berjumalah
responden (50%) hanya melakukan atifitas fisik 2 kali dalam satu minggu.
Menurut teori Damayanti (2015) pada saat melakukan latihan jasmani kerja isulin
menjadi lebih baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi
efek yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena
itu untuk memperoleh efek tersebut latihan jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali
atau seminggu 3 kali. Berdasarkan dengan teori, aktifitas fisik (senam) yang
(81,2%). Dimana hal ini dikarenakan semakin tua usia seseorang maka akan
terjadi penurunan fungsi vital tubuh, salah satunya adalah fungsi kelenjar
prankeas yang berperan langsung dalam produksi insulin dan berdampak pada
kadar gula dalam darah (Tandra, 2008). Sedangkan menurut Damayanti (2015)
87
usia di atas 30 tahun atau lebih terjadi perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia. Setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah
naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13 mg% pada 2 jam setelah
makan.
Dari uraian diatas peneliti berpendapat, bahwa tingginya kadar gula darah
dan usia responden. Namun tingkat kadar glukosa didalam darah seseorang
berbeda-beda, selain aktifitas fisik (olahraga) dan usia yang mempengaruhi tinggi
atau rendahnya kadar gula darah terdapat faktor lain yang tidak diteliti seperti
Tawangrejo Kota Madiun, didapat rata-rata kadar gula darah setelah melakukan
senam diabetes adalah 141,06 mg/dL. Kadar gula darah setelah melakukan senam
diabetes terendah 96 mg/dL dan tertinggi 182 mg/dL. Responden yang memiliki
nilai kadar gula darah tertinggi 182 mg/dL berjumlah satu responden dengan jenis
yang setelah melakukan senam diabetes memiliki kadar gula darah rendah 96
Penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskemas Tawangrejo Kota Madiun juga di pengaruhi ebberapa faktor yaitu
88
usia. Responden yang memiliki kadar gula darah setelah melakukan senam 96
mg/dL memiliki rentang usia 30-60. Sedangkan responden yang memiliki kadar
gula darah setelah melakukan senam tertinggi 182 mg/dL memiliki rentang usia
neuromuskuler dan tubuh secara proposional, postur, pergerakan dan reflek akan
Penurunan kadar gula darah selain dikarenakan faktor usia, juga dapat
hasil penelitian responden yang memiliki kadar gula darah tertinggi 182 mg/dL
melakukan aktifitas fisik 2 x dalam satu minggu. Sehingga efek kerja insulin yang
dihasilkan dari latihan jasmani hilang atau terjadi resistensi insulin. Sedangkan
responden yang setelah melakukan senam diabetes memiliki kadar gula darah
rendah 96 mg/dL melakukan aktifitas fisik setiap hari sehingga insulin bekerja
kadar gula darah usia dan frekuensi melakukan aktifitas fisik (olahraga) dalam
satu minggu. Selain itu penurunan kadar gula darah juga di pengaruhi beberapa
faktor yang tidak diteliti, seperti tercapainya intensitas senam diabetes yang baik.
89
Untuk melihat pengaruh dari senam diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, peneliti menggunakan uji stastitik
paired t test dengan syarat data berdistribusi normal. Pada tingkat kemaknaan α =
0.05dengan nilai (p) yang diperoleh sebesar 0.000. Karena nilai (p) lebih kecil
dari nilai (α) maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini menyatakan ada perbedaan
yang signifikan antara senam diabetes dengan penurunan kadar gula darah pada
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status
fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia, 2006).
pada otot yang berkontraksi sehingga saak aktifitas fisik (senam) resistensi insulin
melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan
bakar tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks
meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa
yang disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat diakses untuk
dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama pada beberapa
menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali dalam kebutuhan biasa. Setelah
90
Hasil penelitian dari 16 responden kadar gula darah mengalami penurunan.
Penurunan kadar gula darah bervariasi, hal ini disebabkan berbagai faktor saat
responden melakukan aktifitas fisik 3 kali dalam satu minggu dan 5 responden
melakukan aktifitas fisik setiap hari. Menurut teori Untuk mencapai hasil yang
optimal, latihan jasmani dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu. Untuk
pasien DM dengan kategori berat badan obesitas, penurunan berat badan dan
glukosa darah akan mencapai maksimal jika latihan jasmani dilakukan lebih dari 5
tidak lebih dari 2 hari berurutan tanpa latihan jasmani (American Diabetes
Penelitian ini sejalan dengan teori Damayanti (2015) yaitu salah satu
manfaat dari senam diabetes adalah glukosa darah terkontrol. Saat melakukan
sebesar 15-20 kali lipat karena peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif.
Ventilasi pulmmuner dapat mencapai 100 L/menit dan curah jantung meningkat
hingga 20-30 L/menit untuk memenuhi kebutuhan otot yang aktif. Terjadi dilatasi
arteriol maupun kapiler yang menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka
sehingga reseptor insulin lebih banyak dan lebih aktif atau lebih peka.
Pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia di
91
Perwira Sari RW 08 Bekasi Utara dengan hasil p value = 0,006 < α = 0,05 yang
berarti ada pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan konsep teoritis dan hasil
penelitian terkait yang ada dapat di generelesasikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan melakukan senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada
adalah
dalam penelitian ini frekuensinya hanya 1 kali senam dan tidak di teliti
2. Faktor obat dan diet yang merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 tidak
dapat dikendalikan
92
BAB 6
6.1 Kesimpulan
3. Dari hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara senam diabetes
terhadap penurunan kadar gula darah. pada pasien diabetes mellitus tipe 2
6.2 Saran
93
Diharapkan SKRIPSI ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi
yaitu dengan pra-test dan post-test dengan pemilihan. Dan besar sample dapat di
94
DAFTAR PUSTAKA
Anani, S., Udiyono, A., Ginanjar, P., 2012. Hubungan antara Perilaku
Pengendalian Diabetes dan Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes
Melitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 1:466-478
Black,J.M & Hawks, J.K. 2005. Medikal Surgical Nursing. St louis: Elsevier
Saunder.
Damayanti, Santi. 2015. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Dinkes Kota Madiun. 2016. Profil Kesehatan Kota Madiun Tahun 2015. Madiun:
Dinas Kesehatan Kota Madiun.
Dunning T. 2003. Care of People With Diabetes:A Manual of Nursing Practice.
USA: Blackwell Publishing. January 11, 2011.
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Lemone, P & Burke. 2008. Medical Surgical Nursing critical Thingking in Clien
Care. Pearson Prentice Hall: Ney Jersey.
Maulana, Mirza. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Katahati.
Nasir, Abd., Muhith, Abdul., Ideputri, M.E. 2011. Buku Ajar Metodologi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Novitasari, Retno. 2012. Diabetes mellitus dilengkap dengan senam
DM.Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurhidayah, Arsiah. 2013. Jurnal Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah pada Lansia di Perwira Sari RW 08 Bekasi Utara Tahun 2013.
http://ayurvedamedistra.files.wordpress.com (diakses 21 Januari 2017)
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
95
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Data Penyakit Tidak Menaluar.
Tersedia Dalam htpp://www.dekpkes.go.id (Diakses 21 januari 2017)
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle,J. L., Cheever,K. H. 2008. Brunner &
Suddarth: Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott
Wiliams & Wilkins.
Suyono. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Sudoyo, AW., Setiyohadi,B., Alwi, I. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi
3. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI.
96
Lampiran 1 : Penjelasan penelitian
Oleh :
Nur Widya Anggraini
Tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan melaksanakan senam diabetes dan
mengetahui pengaruh terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2. Peneliti mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai
keadaaan yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi orang lain. Peneliti menjamin
kerahasiaan identitas anda. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan
untuk pengembangan ilmu pendidikan dan tidak akan dipergunakan untuk
maksud-maksud lain.
Partisipasi anda bersifat bebas. Anda bebas untuk ikut atau tidak tanpa adanya
sanksi. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan anda
menandatangani kolom yang tersedia.
Peneliti
97
Lampiran 2 : Persetujuan menjadi responden
98
Lampiran 3 : Observasi gula darah
Nama :
Usia :
Lama menderita DM :
Frekuensi melakukan aktifitas fisik dalam satu minngu (bersepeda, berjalan kaki,
berenang, senam)
Tidak pernah
1 kali
2 kali
3 kali
Setiap hari
99
Lampiran 4 : Standar operasional prosedur
100
Gerakan pemanasan 9 1)Langkahkan kaki ke depan 1 langkah.
2)Kepalkan tangan dan simpan di dada.
3)Tarik ke atas dan ke bawah.
Gerakan pemanasan 10 1) Langkahkan kaki ke samping kanan dan ke kiri
sebanyak 2 langkah.
2) Tangan di rentangkan ke depan dan ke kanan atau
ke kiri.
3) Gerakan kepala ke kanan dan ke kirir secara
bergantian.
Gerakan pemanasan 11 1) Angkat tangan ke depan.
2) Satu kaki melangkah ke depan dan kaki yang lain
mundur.
3) Lakukan secara bergantian.
Gerakan pemanasan 12 1) Langkahkan kaki ke kanandan ke kiri secara
bergantian.
2) Kedua tangan membentuk sudut 90.
Gerakan pemanasan 13 1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri secara
bergantian.
2) Kedua tangan simpan di depan.
3) Lakukan gerakan membuka dan menutup
bergantian.
Gerakan pemanasan 14 1) Posisi awal.
2) Kedua siku di tekuk dan telapak tangan mengepal
di sisi pinggang.
3) Dorong kaki kanan dan kedua lengan kebelakang
kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.
Gerakan pemanasan 15 1) Kedua tangan di angkat ke atas.
2) Kaki kanan serong ke kanan depan secara
bergantian.
Gerakan pemanasan 16 1) Ayunkan kedua lengan bersamaan.
2) Tangan kanan lurus disis bahu kanan sejajar
deangan bahu dan tangan kiri lurus sejajar dengan
bahu.
3) Kaki kanan diangkat kemudian seterusnya.
Gerakan pemanasan 17 1) Tubuh kanan condong kearah kanan.
2) Tangan kanan seperti menyentuh tumit kaki kanan.
3) Begitupun sebaliknya.
Gerakan pemanasan 18 1) Kaki dibuka.
2) Lutut sedikit di tekuk.
3) Ayunkan tangan kanan serong kearah kiri.
Gerakan pemanasan 19 1) Kedua kaki terbuka.
101
2) Kedua tangan disamping kepala sejajar dengan
bahu.
3) Putar sisi tubuh kearah kanan dan kiri bergantian.
Gerakan pemanasan 20 1) Ayunkan lengan ke samping kiri dan samping
kanan bergantian.
2) Kaki kiri dan kana di tekuk ke belakang.
Gerakan pemanasan 21 1) Kaki dibuka lebar, satu kaki melangkah ke depan.
2) Tekuk lutut ke arah kanan.
3) Silangkan kedua tangan diatas kanan dan kiri.
Gerakan pemanasan 22 1) Kaki kanan terbuka.
2) Tangan kanan tertumpu di paha kanan.
3) Tangan kiri lurus ke atas.
Gerakan pemanasan 23 1) Tubuh menghadap ke kanan dan ke kiri.
2) Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan
bahu dan ditarik statis.
Gerakan pemanasan 24 1) Badan menghadap kanan atau kiri.
2) Tangan direntangkan ke atas.
3) Salah satu kaki ditarik kebelakang.
Gerakan pemanasan 25 1) Kaki kanan atau kiri menekuk ke depan.
2) Samping kanan atau kiri lurus ke belakang.
3) Kedua tangan bertumpu di paha.
Gerakan pemanasan 26 1) Kaki kanan diluruskan.
2) Tangan kanan menyentuh ujung kaki kanan.
3) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 27 1) Kaki kiri melangkah ke depan.
2) Kedua tangan dilurus ke depan.
3) Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada
disamping telinga.
4) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 28 1) Kaki kiri melangkah ke depan.
2) Kedua tangan dilurus ke depan.
3) Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada
disamping telinga.
4) Lakukan bergantian.
Gerakan pemanasan 29 4) Kaki kiri melangkah kedepan.
5) Kedua tangan tertumpu di kedua paha.
6) Lutut kanan di tekuk.
Gerakan pemanasan 30 Sikap sempurna.
Peregangan
Gerakan 1, 2, 3, 4, 5 1) Tangan kanan lurus kedepan.
102
dilakukan untuk 2) Tangan kiri lurus ke depan.
mempersiapkan gerakan 3) Tangan kanan lipat ke bahu kiri.
selanjutnya dan megatur 4) Tangan kiri lipat ke bahu kanan.
pernapasan. 5) Telapak kanan terbuka di samping telinga.
6) Telapak kiri terbuka disamping telinga kiri.
Gerakan inti
Inti 1 1) Badan tegak.
2) Langkah kaki kanan ke depan 1 langkah.
3) Kepalkan tangan angkat ke atas.
4) Dengan hitungan angkat dan Tarik tangan sejajar
dengan bahu.
Inti 2 1) Kaki melangkah kedepan.
2) Tangan mengepal dari perut diangkat ke atas
kepala.
3) Lakukan seterusnya.
Inti 3 1) Tangan kanan mengepal.
2) Badan serong ke kanan.
3) Kaki kiri membuka ke samping kiri.
Inti 4 dan 5 1) Melangkah maju 1 lngkah.
2) Tangan mendorong ke depan.
3) Mundur 1 langkah..
4) Tangan didorong ke depan kemudian rentangkan ke
atas.
Inti 6 1) Kedua tangan mengepal kemudian Tarik ke
belakang.
2) Kaki kanan melangkah ke depan.
Lakuakn secara bergantian
Inti 7 1) Langkahkan kedepan kaki kiri.
2) Tangan kiri direntangkan, tangan kanan simpan di
dada.
3) Kedua tangan mengayun ke kanan dan ke kiri.
Inti 8 1) Angkat kaki kiri ke belakang.
2) Kedua tangan bentangkan ke depan.
3) Lakukan bergantian denagnkaki kanan.
Inti 9 1) Buka kaki.
2) Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri
mundur ke belakang.
3) Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan dan
kanan simpan di dada.
4) Ayunkan kekanan ke kiri.
Inti 10 1) Buka kaki.
2) Langkahkan ke depan kaki kanandan kaki kiri
3) Mundurkan ke belakang.
4) Angkat kedua tangan ke atas.
Inti 11 1) Buka kaki kiri kesamping kiri.
2) Kedua tangan sejajar dengan dada.
103
3) Rentangkan tangan ke bawah.
4) Lakukan bergantiandengan kaki kanan.
Inti 12 1) Kaki kiri melangkah ke samping.
2) Kedua tangan direntangkan sejajar dengan dengan
perut
Gerakan relaksasi
Gerakan 13 1) Tangan di depan.
2) Rentangkan bersamaan melangkah ke samping
kanan dan kiri.
Gerakan 14 1) Kedua tangan direntangkan sejajar bahu dengan
kedua tangan di kepal di dada.
2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Gerakan 15 1) Kedua tangan mengayun ke atas.
2) Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Gerakan 16 Sikap sempurna
Pendinginan
Pendinginan 1 1) Langkahkan kaki kiri ke samping.
2) Lutut kiri di tekuk.
3) Kedua lengan direntangkan.
4) Kepala di tundukan.
Pendinginan 2 1) Kaki kanan di buka.
2) Lengan di depan dada.
3) Tubuh di tarik ke arah kanan dan beberapa detik.
Pendinginan 3 1) Kaki kanan melangkah ke depan.
2) Tangan di bentangkan.
Pendinginan 4 1) Kaki kiri maju ke depan.
2) Lutut di tekuk.
3) Kedua lengan direntangkan ke depan.
4) Telapak tangan menghadap ke dalam.
Pendinginan 5 1) Kaki kiri di depan.
2) Tangan kiri di bentangkan ke belakang tangan
kanan menjadi penyangga.
Pendinginan 6 1) Kaki kiri maju ke depan.
2) Kaki kanan ke belakang.
3) Kedua tangan bertumpu di paha.
Pendinginan 7 1) Kaki di buka ke samping.
2) Tangan kanan menarik sikut kiri ke arah belakang
Pendinginan 8 1) Menghadap ke kanan.
2) Kaki kanan tekuk dan kaki kiri lurus.
3) Kedua tangan lurus menghadap kanan.
Pendinginan 9 1) Menghadap ke kanan.
2) Kaki kiri jinjit.
3) Kaki kanan lurus dan kedua lengan ke atas.
Pendinginan 10 1. Kaki kiri Tarik ke belakang.
2. Kaki kanan di tekuk.
104
3. Kedua tangan bertumpuk di kaki kanan.
Pendinginan 11 1) Menghadap ke kanan.
2) Rentangkan tangan kanan seperti menyentuh ujung
kaki kiri.
3) Kaki kiri di tekuk, kaki kanan lurus sejajar dengan
tangan.
Pendinginan 12 1) Kaki kanan melangkah ke samping.
2) Kedua lengan direntangkan ke samping.
3) Kedua lutut di tekuk sedikit.
Pendinginan 13 Sikap sempurna
Sumber : Novitasari, 2012.
105
106
107
108