Anda di halaman 1dari 32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen.

Metode eksperimen, yaitu suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah

tindakan yang betul-betul terdefinisikan) sedemikian sehingga informasi

yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang

diteliti dapat di kumpulkan (Sugiyono, 2009).

3.1.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generaliasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya (Sugiyono, 2009). Populasi pada penelitian ini adalah

tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan Salam

(Syzygium polyanthum) dan bakteri gram negatif.

3.1.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel pada


penelitian ini adalah tanaman daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L) dengan daun Salam (Syzygium polyanthum) dan bakteri

Escherichia coli.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan

metode Purposive Sampling. Dikatakan Simple (Sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian bila

anggota populasi dianggap homogenya (Sugiyono, 2009).

3.1.3. Variabel dan Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek yang terdapat dalam penelitian yang

saling berkaitan dan memiliki sifat-sifat. Variabel terdiri dari

variable bebas dan variable terikat. Variable bebas yaitu variable

yang bersifat mempengaruhi, sedangkan variable terikat yaitu yang

saling dipengarui (Sugiyono, 2009).

a. Variabel Bebas (Independen)

Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variable

dependent (terikat) (Sugiyono, 2009).


Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari dua variabel

terikat, yaitu :

 suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

L).

 suspensi ekstrak daun Salam (Syzygium polyanthum).

Masing-masing variabel tersebut ditentukan dalam

konsentrasi 20% dan 25%. Sebagai berikut :

X1 = Suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh 20%

X2 = Suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh 25%

Z1 = Suspensi ekstrak daun Salam 20%

Z2 = Suspensi ekstrak daun Salam 25%

b. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2012). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu

daya hambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Y).

c. Variabel Kontrol

Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan

atau dibuat konstan sehingga variabel bebas dan variabel

terikat tiadak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Kontrol Positif : Kotrimoksazol suspensi

Kontrol Negatif : Suspensi tanpa zat aktif


2. Operasional Variabel

Operasional variabel dapat dilihat pada gambar 3.1. berikut ini :

X1

X2 K+
Y
Y1 K-

Y2

Gambar 3.1. Operasional Variabel


Keterangan :

X1 = Suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh 20%

X2 = Suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh 25%

Z1 = Suspensi ekstrak daun Salam 20%

Z2 = Suspensi ekstrak daun Salam 25%

Y = Diameter daya hambat bakteri Escherichia coli yang


ditunjukkan dengan daerah bening di sekitar cakram.
K(+) = Kontrol positif adalah kotrimoksazol suspensi
K(-) = Kontrol negatif adalah suspensi tanpa zat aktif.

3.2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Jenis penelitian ini

digunakan untuk melakukan suatu percobaan (exsperiment research) yang

bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul terhadap

variable eksperimen, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu dari suatu

percobaan. (Sugiyono, 2009).


3.3. Desain Penelitian

Determinasi Tanaman

Pengumpulan Bahan

Pembuatan Simplisia

Pembuatan ekstrak daun Belimbing


Wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan
daun Salam (Syzygium polyanthum)

Skrining fitokimia

Pembuatan suspensi ekstrak daun


Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L) dengan daun Salam (Syzygium
polyanthum). dengan masing- masing
konsentrasi 20% dan 25% Pengujian stabilitas
sediaan

Uji Daya Hambat Bakteri Escherichia coli

Analisa Data

Gambar 3.2. Desain Penelitian


X1 X2
1 1

K-
Y2
Y1

K+

Cawan petri 1 Cawan petri 2 Cawan petri 3 Cawan petri 4 Cawan petri 5
Gambar 3.3. Skema Desain Penelitian

Desain eksperimen penelitian ini terdiri dari 5 cawan petri yang di dalamnya
terdapat 6 buah cakram dengan keterangan sebagai berikut :

X1 = Suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh 20%

X2 = Suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh 25%

Z1 = Suspensi ekstrak daun Salam 20%

Z2 = Suspensi ekstrak daun Salam 25%

K(+) = Cakram ini menunjukkan kontrol positif yaitu suspensi kotrimoksazol.

K(-) = Cakram ini menunjukkan kontrol negatif yaitu suspensi tanpa zat aktif.
3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Alat Penelitian

Tabel 3.1. Daftar Alat Penelitian yang Digunakan

No Jenis Alat Nama Alat

1 Alat untuk ekstrak daun a. Timbangan analitik


Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L) dan b. Maserator
daun Salam (Syzygium
polyanthum). c. Blender

d. Batang pengaduk

e. Beaker glass

f. Gelas ukur

g. Kain flanel

h. Corong kaca

2 Alat untuk membuat a.     Timbangan analitik


konsentrasi suspensi
ekstrak daun Belimbing b.     Mortar dan stemper
Wuluh (Averrhoa bilimbi
L) dan daun Salam c.     Spatel atau sudip
(Syzygium polyanthum) d.    Botol

e.     Gelas ukur 10 ml

f.      Gelas ukur 100 ml

3 Alat untuk pembiakan dan


penanaman bakteri
Ercherichia coli a.     Tabung reaksi

b.     Cawan Petri

c.     Erlenmeyer

d.    Batang pengaduk

e.     Jarum Ose


f.      Spuit 2,5 cc

g.     Rak tabung reaksi

h.     Pembakar spiritus

i.       Korek api

j.       Kassa asbes

k.     Kaki tiga

l.       Masker

m.   Sarung tangan

4 Alat untuk pewarnaan a. Beaker glass


gram
b. Mikroskop

c. Object Glass

d. Botol semprot

e. Jarum inokulase

f. Kertas isap

5 Alat untuk meletakkan Pinset steril


cakram pada media agar

6 Alat untuk sterilisasi a. Autoklaf

b. Pembakar spiritus

7 Alat untuk mengukur zona Jangka sorong


hambat

8 Alat tambahan a. Gunting

b. Kain kasa

c. Bejana desinfektan

d. pH (Universal Indicator)

e. Pinset dan Pipet tetes

g. Kertas Perkamen
h. Korek api

i. Alumunium foil

3.4.2. Bahan Penelitian

Tabel 3.2. Daftar Bahan Penelitian yang Digunakan

No Jenis Bahan Nama Bahan

1 Bahan untuk membuat ekstrak a. Simplisia kering daun


daun Belimbing Wuluh Belimbing Wuluh (Averrhoa
(Averrhoa bilimbi L) dan daun bilimbi L) dan daun Salam
Salam (Syzygium polyanthum) (Syzygium polyanthum)

b. Aquadestilata

2 Bahan untuk pembuatan a. Ekstrak kental daun


suspensi Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L)

b. Ekstrak kental daun Salam


(Syzygium polyanthum)

c. Asam stearat

d. Paravin liquid

e. Nipagin

f. Triethanolamin (TEA)

g. Nipasol

h. Adeps lanae

i. Aqua destilata

3 Bahan untuk pembiakan a. NA (Nutrient agar)


bakteri (agar miring)
b. Sukrosa
c. Aqua destilata

4 Bahan untuk pembuatan agar a. NA (Nutrient agar)


cawan petri
b. Sukrosa

c. Aquadestilata

5 Bahan untuk pewarnaan gram a. Biakan bakteri umur 24-48


jam

b. Kristal violet

c. Larutan iodium

d. Safranin

e. Alkohol 96%

6 Bakteri Uji Escherichia coli

7 Kontrol positif Suspensi kotrimoksazol

8 Kontrol negatif Suspensi tanpa zat aktif

9 Bahan desinfektan Lysol, alkohol

3.5. Langkah Kerja Penelitian

3.5.1. Determinasi Tanaman daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

dengan daun Salam (Syzygium polyanthum).

1. Determinasi tanaman dilakukan dengan mempersamakan sifat

morfologi tumbuhan. Diantaranya bentuk, jumlah, ukuran, buah,

bagian-bagian bunga dan lain-lain.

2. Membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan yang

diteliti dengan tumbuhan lain yang sudah dikenal identitasnya.


3. Determinasi dilakukan di Laboratorium Sekolah Tinggi Farmasi

YPIB Cirebon dengan menggunakan buku Flora.

3.5.2 Pengumpulan Bahan

Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan daun Salam

(Syzygium polyanthum) yang digunakan diambil dari Kecamatan

Kesambi, Kota Cirebon, dan Escherichia coli yang diambil dari

Laboratorium STF YPIB Cirebon.

3.5.3 Pembuatan Simplisia Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

L) dan daun Salam (Syzygium polyanthum)

Pembuatan simplisia kering dilakukan dari bahan segar daun


Belimbing Wuluh dan daun Salam dengan tahapan sebagai berikut :

1. Timbang daun Belimbing Wuluh segar sebanyak 2000 gram


2. Timbang daun Salam segar sebanyak 2000 gram

3. Daun dicuci dengan air bersih yang mengalir

4. Setelah pencucian, daun ditiriskan atau diangin-anginkan

sampai tidak berair lagi (kering).

5. Daun yang sudah kering diblender sesuai derajat halus,

kemudian diayak.

6. Hitung rendemen serbuk simplisia.

Berat Simplisia Kering


7. % rendemen serbuk ¿ ×100 %
Berat Simplia Segar

3.5.4 Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

dan daun Salam (Syzygium polyanthum)


1. Serbuk simplisia daun Belimbing Wuluh ditimbang sebanyak 200

gram dimasukkan kedalam botol maserasi menggunakan pelarut

etanol 70% sebanyak 2000 ml.

2. Serbuk simplisia daun Salam ditimbang sebanyak 200 gram

dimasukkan kedalam botol maserasi menggunakan pelarut etanol

70% sebanyak 2000 ml.

3. Kemudian direndam selama 5 hari dengan pengadukan kurang lebih

3 kali sehari.

4. Saring maserat, sehingga diperoleh ampas dan filtrat. Ampas ini

dimaserasi kembali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

5. Kumpulkan semua maserat, uapkan dengan vacum rotary evaporator

pada suuhu 60 0C. Sehinggga didapatkan ekstrak kental.

6. Hitung rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara

rendemen dengan bobot serbuk simplisia yang digunakan.

Berat Ekstrak
7. % Rendemen ekstrak¿ ×100 %
Simplisia Kering

3.5.5 Pembuatan Suspensi

1) Formulasi

Pembuatan sediaan suspensi diawali dengan

penimbangan bahan-bahan yang diperlukan. Sediaan

suspensi yang dibuat sesuai formula dengan variasi

konsentrasi ekstrak daun Belimbing Wuluh dan daun

Salam, kontrol positif dan kontrol negatif. Konsentrasi


ekstrak daun Belimbing Wuluh dan daun Salam yang

dipakai yaitu 20% dan 25%.

Tabel 3.3. Formulasi Suspensi

Komposi

Bahan Kegunaan X1 X2 Z1 Z2 K- Persyarat

20% 25% 20% 25% an Bahan

Ekstrak Bahan 20g 25g 20g 25g

daun aktif

Belimbing

Wuluh

Ekstrak Bahan 20g 25g 20g 25g

daun Salam aktif

Nipagin Bahan 0,1g 0,1g 0,1g 0,1g 0,1g 0,1%

Pengawet

Cmc Na Suspendin 1g 1g 1g 1g 1g 1%

g agent

Aqua pro Pelarut 20 20 ml 20 20 20 20x berat

CMC suspendin ml ml ml ml cmc

g agent
Aquadest Pembawa Ad 100

ad ml

Keterangan :

20 g
X1 = ×100 ml=20 gram
100

25 g
X2 = ×100 ml=25 gram
100

20 g
X1 = ×100 ml=20 gram
100

25 g
X2 = ×100 ml=25 gram
100

0,1 g
Nipagin = ×100 ml=0,1 gram
100

1g
CMC = ×100=1 gram
100

Aqua pro CMC = 20 x 1g = 20 ml

Aqudest = ad 100 ml.

2) Pembuatan :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengkalibrasi botol 100 ml.

c. Menimbang ekstrak Daun Belimbing Wuluh dan Daun

Salam.

d. Menimbang CMC-Na masing-masing sebanyak 1 gram.


e. Mencampurkan CMC-Na dengan aqua pro CMC-Na (air

panas 20 ml) pada mortar biarkan sampai mengembang,

gerus sampai homogen.

f. Menambahkan ekstrak Daun Belimbing Wuluh dan Daun

Salam, gerus sampai homogen.

g. Menambahkan nipagin sebanyak 0,1 gram, gerus sampai

homogen.

h. Memasukkan semua campuran kedalam botol.

i. Menambahakan sebagian aquadest aduk sampai homogen,

tambahkan aquadest sampai tanda batas kalibrasi.

3.5.6 Skrining Fitokimia

1. Skrining Fitokimia Zat Aktif Ekstrak Kental Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan daun Salam

(Syzygium polyanthum) Pemeriksaan Flavonoid

Pengujian dilakukan dengan melarutkan ekstrak kental

dalam 5 ml etanol 95%, kemudian diambil 2 ml larutan ekstrak,

ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium. Kemudian

ditambahkan 10 tetes HCl pekat, lalu dikocok perlahan.

Terbentuk warna merah jingga sampai merah ungu

menunjukkan positif adanya flavonoid. Jika terjadi warna

kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, alkon dan auron.

2. Pemeriksaan Tanin
Pengujian dilakukan dengan memasukkan ekstrak etanol

daun kersen kedalam tabung reaksi ditambahkan 1-2 tetes

larutan FeCl3 1%. Bila terbentuk warna biru tua atau hijau

kehitaman memberikan indikasi adanya tanin.

3. Pemeriksaan Saponin

Pengujian dilakukan dengan memasukkan ekstrak kental

kedalam tabung reaksi dan menambahkan air suling panas,

didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik,

timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-

10 cm. Menambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih

tidak hilang menunjukkan adanya saponin.

3.5.7 Evaluasi Sediaan Suspensi Ekstrak Dun Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) dengan daun Salam (Syzygium polyanthum)

Pengujian ini dilakukan pada hari ke-1 (pertama).

1. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati

warna, bau dan bentuk selama penyimpanan.

2. Uji pH

Sebanyak 10 ml suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L) dengan daun Salam (Syzygium

polyanthum), kemudian celupkan pH stik universal kedalam


sampel selama 1 menit. Dilihat perubahan warna dan

dicocokkan. pH suspensi yang baik yaitu 5-7 (Tranggono

2007).

3. Uji Viskositas

Dimasukkan sediaan dalam gelas beker dicelupkan

spindle yang telah terpasang ke dalam cairan sampai ujung

bagian bawah tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker

ditekan tombol on pada bagian belakang, diatur nomor spindle

yang akan digunakan yang disesuaikan dengan kekentalan

cairan serta kecepatannya ditekan tombol on pada bagian

depan dan dibaca angka yang muncul.

4. Uji sedimentasi

Diteteskan suspensi pada gelas objek dikalibrasi skala

objektif dan skala okuler pada mikroskop dilakukan grouping

scale ukuran partikel diukur diameter partikel dan dicatat pada

grup yang sesuai.

3.5.8 Uji Daya Hambat

1. Sterilisasi Basah

a) Isi autoklaf dengan aquadest sesuai dengan volume autoklaf

b) Panaskan aquadest sampai mendidih

c) Masukkan alat dan bahan yang akan disterilkan kedalam

autoklaf
d) Tutup autoklaf, kencangkan kunci penutup

e) Klep pengaman yaitu tempat uap air keluar untuk menjaga

stabilitas tekanan tetap dibuka sampai terlihat ada uap air yang

keluar ditandai dengan adanya air yang menetes dari klep

f) Tutup klep dan biarkan pemanasan terus berlangsung

g) Perhatikan jarum petunjuk suhu dan tekanan perlahan-lahan

akan naik

h) Bila jarum petunjuk mencapai suhu 121o Celcius , maka klep

akan berbunyi. Biarkan selama 15 menit.

2. Prosedur Media Agar


Bahan yang terkandung dalam media agar adalah

nutrient agar, sukrosa dan aquadest. Setiap cawan

mengandung aquadest 17 mL, sukrosa 0,25 gram, dan NA 1

gram.

a. Perhitungan Pembuatan Media Agar Cawan Petri dan

Media Agar Miring

Tabel 3.4. Perhitungan Pembuatan Media Agar Cawan Petri

No Bahan 1 Cawan 10 Cawan

1 NA 1g 5g

2 Aquadest 17 mL 85 mL

Tabel 3.5. Perhitungan Pembuatan Media Agar Miring

No Bahan 3 Tabung
1 NA 1g

2 Aquades 17 mL
t

A. Cara pembuatan media agar cawan petri


1. Menimbang Nutrient Agar sebanyak 5 gram

2. Menimbang sukrosa sebanyak 1.25 gram.

3. Memasukkan kedalam elenmeyer

4. Mengukur aquadest sebanyak 85 ml

5. Panaskan hingga larutan Nutrient Agar menjadi jernih dan

homogen, sambil sekali-kali diaduk.

6. Setelah dipanaskan, memasukkan ke dalam erlenmeyer

kemudian menyumbat elenmeyer dengan kapas dan kassa steril

melakukan sterilisasi dengan memasukkan ke dalam autoklaf

pada suhu 121oC selama 15 menit.

7. Membuat untuk 5 cawan masing-masing 17 mL.

B. Cara pembuatan media biakan adalah sebagai berikut

1. Menimbang Nutrient Agar sebanyak 1 gram

2. Menimbang sukrosa sebanyak 0,25 gram.

3. Masukkan kedalam elenmeyer

4. Tambahkan aquadest sebanyak 17 ml

5. Panaskan hingga larutan Nutrient Agar menjadi jernih dan

homogen sambil sekali-kali diaduk


6. Menuangkan kedalam 3 tabung reaksi masing-masing 5 mL.

7. Menyumbat mulut tabung dengan kapas dan kassa steril

8. Melakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama

15 menit.

9. Mengangkat dari autoklaf, miringkan tabung reaksi dan

biarkan hingga memadat.

3. Prosedur Pembiakan Bakteri


A. Peremajaan Bakteri
1. Sterilkan alat dan bahan dengan autoklaf selama 15

menit pada suhu 121 0C

2. Membersihkan meja kerja dengan alkohol 70%

3. Masukkan 5 ml suspensi Nutrient Agar yang telah

steril kedalam tabung reaksi lalu tutup dengan kapas

4. Meletakkan tabung kedalam keadaan miring dan

biarkan hingga dingin

5. Bakteri yang telah diisolasi diambil dengan

menggunakan ose yang telah dibakar hingga warna

jingga kemerahan.

6. Membuka tutup tabung, memanaskan tutup tabung

diatas api, masukkan ose yang telah mengandung

bakteri kedalam tabung, kemudian oleskan diatas


permukaan agar miring secara zig-zag, tutup rapat

dengan kain kassa.

7. Menginkubasi selama 48 jam pada suhu 37 oC.

B. Pembuatan Suspensi Biakan

Ambil 1 ose hasil dari peremajaan biakan murni

Staphylococcus aureus yang telah diinkubasi,

kemudian dilarutkan dalam 10 mL NaCl 0.9% steril,

semua kegiatan dilakukan secara aseptis.

4. Prosedur Pembuatan Larutan Mc Farland

a) Buat larutan 1% (b/v) Barium klorida (BaCl2).

b) Buat larutan 1% (b/v) Asam sulfat (H2SO4).

c) Campurkan kedua larutan ini berdasarkan rasio sebagai

berikut : Pemberian H2SO4 terlebih dahulu :

Tabel 3.6. Pembuatan Larutan Mc Farland (Whitman dan MacNair, 2010)

Skala Mc Farland 1% BaCl2 1% H2SO4 Jumlah Bakteri (x106/mL)


(mL) (mL)

0,5 0,05 9,95 <300

1 0,1 9,9 300

2 0,2 9,8 600

3 0,3 9,7 900

4 0,4 9,6 1200

5 0,5 9,5 1500

6 0,6 9,4 1800

7 0,7 9,3 2100


8 0,8 9,2 2400

9 0,9 9,1 2700

10 1,0 9,0 3000

d) Tutup tabung dengan rapat dan simpan pada suhu ruang di

tempat gelap. Larutan ini akan stabil paling tidak untuk 6

bulan. Untuk menggunakannya, kocok tabung beberapa kali

(atau menggunakan vortex mixer) untuk mensuspensi ulang

endapan barium sulfat.

e) Perbandingan terbaik antara bakteri dan Mc Farland

dilakukan menggunakan latar belakang garis horizontal

hitam putih.

5. Pewarnaan Gram Escherichia coli

untuk uji pewarnaan gram bakteri Escherichia coli

dilakukan dengan cara :

a. Menaruh satu lup penuh suspensi bakteri pada kaca objek

yang sebelumnya telah diberi tanda lingkaran dibawahnya.

b. Menyebarkan bakteri hingga rata seluas daerah lingkaran

yang sudah ditandai, kemudian dibiarkan sampai

mengering.

c. Merekatkan sediaan tersebut dengan fiksasi panas, yaitu

dengan cara melewatkan bagian bawah kaca objek sebanyak

tiga kali diatas api.


d. Menuangkan kristal violet pada sediaan dan biarkan selama

tiga menit.

e. Menungangkan laruttan lugol dan biarkan selama 45-60

detik.

f. Mamasukkan kaca objek kedalam alkohol 96% dalam

beaker glass dan mengoyang-goyangkan selama satu menit.

g. Membilas kaca objek dengan air menggunakan botol

semprot, kemudian keringkan.

h. Menuangkan larutan safranin biarkan selama tiga menit.

i. Mencuci dengan air menggunakan botol semprot dan

keringkan di udara.

j. Tetesi sediaan dengan minyak imersi, kemudian amati

sediaan dibawah mikroskop dengan menggunakan lensa

objektif 100 x.

k. Hasil pewarnaan :

 Berwarna ungu : Gram Positif

 Berwarna Merah : Gram Negatif .

6. Uji Daya Hambat

Alat yang digunakan untuk mengukur diameter zona

bening atau zona hambat yang merupakan sumber data dalam

penelitian ini adalah jangka sorong atau alat ukur lainnya.


3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang di lakukan dalam penelitian ini yaitu

dengan mengolah data hasil penelitian uji stabilitas, uji test, dan tekhnik

pengolahan data secara ANAVA satu arah dengan menggunakan metode

SPSS.

3.6.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data berguna untuk menentukan data yang

telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi

normal. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak

begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar

statistik, data yang banyaknya 30 angka (n ˃ 30), maka sudah

dapat di asumsikan normal. Biasa di katakan sebagai sampel besar.

Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki

berdistribusi normal atau tidak, sebaiknya uji statistik normalitas.

Karena belum tentu data yang lebih dari 30 bisa dipastikan

berdistribusi normal, untuk itu perlu suatu pembuktian. Uji statistik

normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi square,

Kolmogoroy Smirnoy, Liliefors, Shapiro Wilk Jarkue Bera

(Sudjana, 2012).

3.6.2 Uji Homogenitas


Pengujian homogenitas adalah pengujian sama tidaknya

variasi-variasi dua buah distribusi atau lebih, uji homogenitas di

lakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y

bersifat homogen atau tidak (Sudjana, 2012).

Langkah-langkah menghitung uji homogenitas (Sudjana,

2012), adalah sebagai berikut :

1. Mencari varians/standar standar devisi variabel X dan Y,

dengan rumus :

2
Sx = √∑ x −¿ ¿ ¿
2

2
Sy = √∑ r −¿ ¿ ¿
2

2. Mencari F hitung dengan dari varians X dan Y, dengan rumus :

S Besar
F=
S Kecil

3. Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi

F, dengan :

a. Untuk varians dari kelompok varians terbesar adalah dk

penyebut n-1
b. Untuk varians dari kelompok varians terkecil adalah dk

penyebut n-1

c. Jika F hitung ˂ F tabel, berarti Homogen.

d. Jika F hitung ˃ F tabel, berarti tidak homogen.

3.6.3 Uji ANAVA

Kriteria pembacaan hasil yaitu sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikannya < 0,05 dan atau jika Fhitung > Ftabel maka Ho

ditolak dan H1 diterima.

b. Jika nilai signifikannya > 0,05 dan atau jika Fhitung < Ftabel maka

Ho diterima dan H1 ditolak.

Tabel 3.7. Anava Satu Arah (One Way Anova)

Derajat Jumlah
Sumber KuadratTengah
Kebebasan Kuadrat F hitung
Variasi (KT)
(DK) (JK)

Rata-rata 1 Ry R/1

Antar
K–1 Py KTP = Py/ (K-1)
Perlakuan
KTP/KTK
Kekeliruan
∑ ( n – 1) Ey KTK = Ey/∑(n-1)
Eksperimen

Jumlah Total ∑n ∑y2

Keterangan :

∑y2 = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) semua nilai penelitian


Ry = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk rata-rata = J2/∑n
Py = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) antar perlakuan = ∑ (J2/ni)-Ry
Ey = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) kekeliruan eksperimen
= ∑y2– Py – Ry
KTP = Kuadrat tengah perlakuan.

3.6.4 Uji t

Uji t adalah jenis pengujian statistika untuk mengetahui

apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan dengan nilai hasil

perhitungan statistika. Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh

pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan

variasi variabel-variabel terkait. Uji t menilai apakah mean dan

keseragaman dari dua kelompok ada perbedaan secara statistik satu

sama lain. Analisis ini dugunakan apabila kita ingin membandingkan

mean dan keseragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai

analisis dua kelompok rancangan percobaan acak.

Rumus Uji-t adalah sebagai berikut :

x 1−x 2
t=

√ (√ ) (√ )
2 2
S1 S2 s1 s2
+ −2 r −
n1 n2 n1 n2

dengan r = korelasi antar dua sampel

x 1−x 2
t=
Sgab
√ 1 1
+
n1 n2
dengan

S gab=√ ¿ ¿ ¿

3.7 Format Data Hasil Pengamatan

Format data hasil penelitian digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.8. Hasil Pengamatan Uji Evaluasi Sediaan suspensi ekstrak daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Uji Sediaan Sediaa Cycling test


suspensi ekstrak Awal
Daun
Belimbing
Wuluh Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus
1 2 3 4 5 6

Bentuk
Organoleptis

Warna

Bau

Rasa

pH

Homogenitas
Viskositas

Sedimentasi

Tabel 3.9. Hasil Pengamatan Uji Evaluasi Sediaan suspensi ekstrak daun
Salam (Syzygium polyanthum)

Uji Sediaan Sediaa Cycling test


suspensi ekstrak Awal
Daun Salam

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


1 2 3 4 5 6

Bentuk
Organoleptis

Warna

Bau

Rasa

pH

Homogenitas

Viskositas

Sedimentasi
Tabel 3.9. Hasil Pengamatan Uji Daya Hambat Sediaan Suspensi Ekstrak
daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) dengan daun Salam (Syzygium
polyanthum) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli

Cawan Zona Bening Suspensi Ekstrak daun Belimbing Wuluh (Averrhoa


Petri bilimbi L) dengan daun Salam (Syzygium polyanthum)

X1 X2 X1 X2 K+ K-

V D H V D H V D H V D H V D H V D H

1                              

Rata-
Rata          

2                              

Rata-
Rata          

3                              

Rata-
Rata          

4                            
Rata-
Rata          

5                              

Rata-
Rata          

Jumlah          

Rata-
Rata          

Keterangan :

V = Vertikal D = Diagonal H = Horizontal

X1 = Suspensi Ekstrak daun Belimbing Wuluh 20%

X2 = Suspensi Ekstrak daun Belimbing Wuluh 25%

Z1 = Suspensi Ekstrak daun Salam 20%

Z2 = Suspensi Ekstrak daun Salam 25%

K (+) = Kontrol positif adalah suspensi kotrimoksazol

K (-) = Kontrol negatif adalah suspensi tanpa zat aktif.

Tabel 3.10. Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Uji Perbandingan Daya


Hambat suspensi ekstrak daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
dengan daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli

Konsentrasi Zona Bening (mm) Rata-rata

Hari Pertama Hari Kedua

X1      
X2      

Z1      

Z2      

K+      

K-      

Anda mungkin juga menyukai