Makalah Upaya Hukum Banding Di Pengadilan Tinggi Kel
Makalah Upaya Hukum Banding Di Pengadilan Tinggi Kel
Dibuat oleh :
Ahmad (18810683)
Dimas Prayoga (2008010473)
Helda wardhani (2008010189)
Ratna Yuningtias Ritonga (2008010405)
Regina Thania Hamim (2008010066)
Rizqy Karyandi Amalia (2008010037)
Shofia Elma Maulidina (2008010294)
Yogi Pramudita (2008010499)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hukum Acara Perdata pada
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Kalimantan dengan ini penulis mengangkat
judul <Proses Upaya Hukum Banding Di Pengadilan Tinggi=.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis,
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
C. Tujuan penulisan.......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................................. 14
B. Saran…....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang dikalahkan untuk tidak menerima
putusan pengadilan, yang berupa perlawanan atau banding dalam hal menuntut cara yang
diatur dalam Undang-Undang. Upaya hukum terhadap putusan pengadilan ialah usaha
untuk mencari keadilan pada tingkat pengadilan yang lebih tinggi dari pengadilan yang
Dalam upaya hukum itu terdapat upaya hukum biasa dan luar biasa. Salah satu
upaya hukum yang biasa adalah banding. Oleh karena itu, dibuka kemungkinan bagi
orang yang dikalahkan untuk mengajukan permohonan banding kepada pengadilan tinggi.
Dengan diajukan permohonan banding perkara menjadi mentah lagi. Putusan pengadilan
negeri, kecuali apabila dijatuhkan dengan ketentuan dapat dilaksanakan terlebih dahulu
atau putusan provisionil, tidak dapat dilaksanakan. Berkas perkara yang bersangkutan,
beserta salinan resmi putusan tersebut serta surat-surat yang lainya, akan dikirim kepada
Banding merupakan salah satu upaya hukum yang dapat diajukan jika putusan
pengadilan dirasa kurang memuaskan, sebagai seorang mahasiswa ilmu hukum tentulah
kata <Banding= sudah tak asing lagi di telinga kita. Akan tetapi belum tentu semua
mahasiswa mengetahui lebih jelas dan rinci seperi apa itu Banding, maka selain untuk
memenuhi tugas dari dosen pembuatan makalah ini juga memang ditujukan untuk
memahami <Banding= secara lebih jelas. Selain untuk keperluan tambahan wawasan bagi
mahasiswa ilmu hukum yang memang sedang mempelajari hukum positif Indonesia,
pembuatan makalah ini juga diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat umum. Kita
ketahui bersama bahwa mayoritas masyarakat kita belum begitu memahami dengan
hukum yang berlaku di negeri kita ini, mengingat banding sendiri memang sangat perlu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan agar lebih memahami secara mendalam
mengenai hukum banding serta bagaimana mekanisme upaya hukum banding pada
BAB II
PEMBAHASAN
Banding atau dalam Bahasa Belanda disebut appel merupakan salah satu jenis
upaya hukum bagi terpidana atau jaksa penuntut umum untuk meminta pada pengadilan
yang lebih tinggi agar melakukan pemeriksaan ulang atas putusan pengadilan negeri karena
dianggap putusan tersebut jauh dari keadilan atau karena adanya kesalahan-kesalahan di
dalam pengambilan keputusan.1 Upaya banding diberikan dengan tujuan untuk menjaga-
jaga apabila hakim membuat kekeliruan atau kesalahan dalam mengambil keputusan.2
Upaya Banding adalah upaya hukum biasa yang pertama terhadap penetapan atau putusan
dikhawatirkan bahwa hakim yang adalah manusia biasa membuat kesalahan dalam
menjatuhkan keputusan. Karena itu dibuka kemungkinan bagi orang yang dikalahkan untuk
Banding diatur dalam pasal 188 s.d. 194 HIR (untuk daerah Jawa dan Madura) dan
dalam pasal 199 s.d. 205 RBg (untuk daerah di luar Jawa dan Madura). Kemudian
1
Rendi Renaldi Mumbunan, "Upaya Hukum Biasa dan Luar Biasa Terhadap Putusan Hakim
Dalam Perkara Pidana", Lex Crimen. vol 7 (10): 42. ISSN 2301-8569, 2018
2
Iskandar Oeripkartawinata, "Upaya-Upaya Hukum Yang Dapat Digunakan Oleh Pencari
Keadilan Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia", Jurnal Hukum dan
Pembangunan. Volume 11 (5): 445 ISSN 0125-9687, 1981
pasal188 s.d. 194 HIR dinyatakan tidak berlaku lagi dan diganti dengan UU Bo. 20/1947
pengadilan yang berbentuk Putusan bukan penetapan, karena terhadap penetapan upaya
hukum biasa yang dapat diajukan hanya kasasi. Menurut ketentuan pasal 3 UU darurat No.
1 tahun 1951 peraturan hukum acara perdata untuk pemeriksaan ulangan atau banding pada
dahulu itu.
Syarat untuk dapat dimintakan banding bagi perkara yang telah diputus oleh
pengadilan dapat dilihat dalam pasal 6 UU No.20/1947 yang menerangkan, apabila besarnya
nilai gugat dari perkaara yang telah diputus itu lebih dari Rp.100,- atau kurang. Oleh salah
satu pihak dari pihak-pihak yang berkepentingan dapat diminta supaya pemeriksaan itu
diulangi oleh pengadilan tinggi yang berkuasa dalam daerah hukum masing-masing.
harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan (pasal 7 UU
3
JDIH Kabupaten Karimun, <Upaya Hukum Biasa (Banding, Kasasi Dan Verzet)=,
(http://www.jdih.karimunkab.go.id/index.php/artikel/tukum/170-upaya-hukum-biasa-
d. Pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling lama 14 hari sesudah
memori banding.
sebagaimana diatur dalam pasal 188 sampai dengan 194 HIR dan UU No 20 Tahun 1947
1. Diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah dijatuhkan putusan atau
3. Permohonan banding dapat diajukan oleh yang bersangkutan atau diwakilkan dengan
permohonan banding yang tidak disertai membayar ongkos perkara tidak dapat
diterima.
Adapun dalam mengajukan banding terdapat tata cara yang harus dilakukan antara
4. Setelah permohonan diajukan dan membayar biaya perkara, panitera meregister perkara
6. Panitera menyampaikan inzage kepada para pihak dengan tujuan agar mempelajari
berkas perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima
pemberitahuan inzage (pasal 11). Inzage merupakan hak para pihak boleh digunakan;
8. Memori banding diberitahukan kepada pihak lawan untuk dipelajari dan membuat
permohonan banding;
10. Dalam 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan banding seluruh berkas perkara di
bendel dan dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama (pasal 11 ayat 2). dalam praktik
pengiriman berkas ke Pengadilan Tinggi Agama lebih dari 30 (tiga puluh) hari;
dijatuhkan.
Secara formal ada dua jenis upaya hukum yang dapat diajukan atau diperiksa
oleh pengadilan tinggi sebagai instansi pengadilan tingkat banding. Hal ini perlu
dijelaskan untuk mengetahui garis yang tegas antara dua upaya hukum tersebut. Dengan
uraian singkat yang menginventarisin upaya perlawanan kiranya dapat memahami dan
Prinsip semua putusan akhir pengadilan dapat diajukan permintaan banding, akan
tetapi pada prinsip ini ada pengecualian dan pengecualian itu di tegaskan dalam pasal
67.
b. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau putusan Onslag van rechts
vervolging
(<KUHAP=) mengatur bahwa mengatur bahwa pihak yang berhak mengajukan banding
adalah terdakwa atau penuntut umum, "Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk
minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan
bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya
yang khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum. Hanya pemintaan banding
4 Dimas Hutomo, <Status Putusan Jika Hanya Salah Satu Terdakwa yang Mengajukan
Banding<,
(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5bb688a3356aa/status-putusan-
jika-hanya-salah-satu-terdakwa-yang-mengajukan-banding/, 8 November, 2018)
10
tersebut yang boleh diterima oleh panitera pengadilan negeri dalam waktu tujuh hari
sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang
tidak hadir.5 Apabila tenggang waktu itu telah lewat tanpa diajukan permintaan banding
dalam Pasal 67, Pasal 233 ayat (1) dan ayat (5) KUHAP yaitu:
* Terdakwa, atau;
dibacakan bila para pihak hadir atau 14 hari pemberitahuan putusan apabila salah satu pihak
tidak hadir. Ketentuan ini diatur dalam pasal 7 ayat (1) dan (2) UU No. 20/1947 jo pasal 46
UU No. 14/1985. Dalam praktek dasar hukum yang biasa digunakan adalah pasal 46 UU
Apabila jangka waktu pernyatan permohonan banding telah lewat maka terhadap
permohonan banding yang diajukan akan ditolak oleh Pengadilan Tinggi karena terhadap
putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan dianggap telah mempunyai kekuatan hukum
5
Pasal 233 ayat (1) dan (2) KUHAP
6
Pasal 234 ayat (1) KUHAP
7
M.Yahya Harahap,<Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP=, Sinar Grafika,
2010 hal. 471
8
Op.cit. (http://www.jdih.karimunkab.go.id/index.php/artikel/tukum/170-upaya-hukum-
biasa-banding-kasasi-dan-verzet)
11
Pendapat diatas dikuatkan oleh Putusan MARI No. 391 k/Sip/1969, tanggal 25
Oktober 1969, yaitu bahwa Permohonan banding yang diajukan melalmpaui tenggang
waktu menurut undang-undang tidak dapat diterima dan surat-surat yang diajukan untuk
pembuktian dalam pemeriksaan banding tidak dapat dipertimbangkan. Akan tetapi bila
dalam hal perkara perdata permohonan banding diajukan oleh lebih dari seorang sedang
permohonan banding hanya dapat dinyatakan diterima untuk seorang pembanding, perkara
permohonan bandingnya tidak dapat diterima (Putusan MARI No. 46 k/Sip/1969, tanggal 5
Juni 197
Upaya hukum banding merupakan hak dari pihak-pihak yang berperkara sebagaimana
diatur dalam Pasal 67 KUHAP. Dalam kaitan ini M Yahya Harahap mengemukakan, bahwa
Memahami tujuan dan maksud pemeriksaan perkara pada tingkat banding itu,
maka dalam menggunakan hak-nya melakukan upaya hukum banding disertai dengan
alasan-alasan permintaan banding. Dalam kaitan ini KUHAP tidak menyebutkan apa saja
alasan-alasan yang dapat diajukan sebagai alasan untuk membanding putusan pengadilan
tingkat pertama. Hal ini berbeda dengan upaya hukum kasasi, dimana Pasal 253 ayat (1)
9
Boy Yendra Tamin, <Upaya Hukum Banding dan Alasan Banding",
(https://www.boyyendratamin.com/2015/02/upaya-hukum-banding-dan-alasan-banding.html,
2019)
12
KUHAP menyebutkan dengan tegas apa saja alasan-alasan yang dapat diajukan oleh
pemohon kasasi. Karena itu pemeriksaan perkara pada tingkat banding tentulah bertumpu di
dasarkan pada ketidak-setujuan atau keberatan dari pihak-pihak yang berperkara atas
melakukan upaya banding membuat memori banding dan dalam memori banding tersebut
putusan pengadilan tingkat pertama. Satu hal yang perlu dicatat bahwa memori banding dari
pemohon banding tidak bersifat wajib sebagaimana adanya memori kasasi dalam upaya
hukum kasasi.
tingkat pertama dengan menuangkannya dalam memori banding dan materi dari memori
banding tersebut tidak ada suatu ketentuan yang menentukan format dan sistimatikanya
seperti apa. Namun kecenderungannnya, sebuah memori banding berisikan (1) alasan-alasan
keberatan secara umum; (2) alasan-alasan yang diuraikan sedemikian rupa dan terperinci
tidak disetujui; (3) mengajukan alasan-alasan atas putusan pengadilan tingkat pertama
terhadap hal tertentu saja, misalnya adanya alat bukti yang tidak dipertimbangkan oleh
hakim tingkat pertama yang mengadili perkara dimaksud atau bisa juga alasan-alasan
tertentu lainnya seperti penolakan atas alat bukti yang diajukan terdakwa dan lain
sebagainya yang dirasa sebagai hal yang tidak puas oleh pihak yang berperkara.
Dengan adanya upaya banding yang diajukan oleh satu pihak atau kedua belah
pihak yang berperkara, maka suatu perkara bersangkutan belum berkekuatan hukum tetap.
Disisi lain putusan pengadilan tingkat pertama menjadi mentah dan bisa ditetapkan lain oleh
pengadilan tingkat banding. Wewenang pengadilan tingkat banding sama luasnya dengan
13
wewenang pemeriksaan perkara pada pengadilan tingkat pertama, hal ini terutama
dikarenakan KUHAP tidak memberikan batasan atas hal apa saja upaya hukum banding
dapat dilakukan. Terhadap kondisi serupa itu, sebagian kalangan hukum menyebut
pemeriksaan perkara pada tingkat banding sebagai pemeriksaan ulang atas suatu perkara
yang telah diperiksa dan diputus pengadilan tingkat pertama, meskipun ada kalanya alasan
banding yang diajukan pihak yang berperkara hanya berupa alasan tertentu saja. Upaya
hukum banding dapat dilakukan terhadap semua putusan tingkat pertama dengan beberapa
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Banding
merupakan suatu upaya hukum biasa yang pertama terhadap penetapan atau putusan
Permohonan banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan
dalam pasal 188 sampai dengan 194 HIR dan UU No 20 Tahun 1947 tentang Pegadilan
Peradilan Ulangan. Dan hak mengajukan banding diatur dalam Pasal 67 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (<KUHAP=) dengan waktu tenggat
yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) dan (2) UU No. 20/1947 jo pasal 46 UU No. 14/1985.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka
aturan hukum dalam upaya hukum banding, hal yang paling baik ditempuh adalah
15
dengan memahami secara mendalam mengenai upaya upaya hukum yang sudah diatur
16
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, M.Yahya. 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta, Sinar
Grafika
Hutomo, Dimas. 2018. Status Putusan Jika Hanya Salah Satu Terdakwa yang Mengajukan
Banding. Website : www.hukumonline.com
JDIH Kabupaten Karimun. 2018. Upaya Hukum Biasa : Banding, Kasasi Dan Verzet.
Website : www.jdih.karimunkab.go.id
Mumbunan, Rendi Renaldi. 2018. Upaya Hukum Biasa Dan Luar Biasa Terhadap Putusan
Hakim Dalam Perkara Pidana : Jurnal Lex Crimen Volume 7 Nomor 10
Tamin, Boy Yendra. 2019. Upaya Hukum Banding dan Alasan Banding. Website :
www.boyyendratamin.com
17