Anda di halaman 1dari 18

lOMoARcPSD|27650023

Makalah Upaya Hukum Banding DI Pengadilan Tinggi (kel

Fakultas hukum (Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari


Banjarmasin)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)
lOMoARcPSD|27650023

MAKALAH UPAYA HUKUM BANDING DI PENGADILAN TINGGI

Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata

Dibuat oleh :

Ahmad (18810683)
Dimas Prayoga (2008010473)
Helda wardhani (2008010189)
Ratna Yuningtias Ritonga (2008010405)
Regina Thania Hamim (2008010066)
Rizqy Karyandi Amalia (2008010037)
Shofia Elma Maulidina (2008010294)
Yogi Pramudita (2008010499)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY
BANJARMASIN
2021

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hukum Acara Perdata pada
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Kalimantan dengan ini penulis mengangkat
judul <Proses Upaya Hukum Banding Di Pengadilan Tinggi=.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalam
Penulis,

Kelompok 3

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 5

C. Tujuan penulisan.......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Upaya Hukum Banding............................................................................ 6

B. Dasar Hukum Banding................................................................................................ 6

C. Syarat dan Tata Cara Banding..................................................................................... 8

D. Putusan yang dapat dan tidak dapat dibanding............................................................ 9

E. Hak Mengajukan Banding......................................................................................... 10

F. Waktu Tenggat Mengajukan Banding........................................................................ 11

G. Alasan Mengajukan Banding...................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................. 14

B. Saran…....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang dikalahkan untuk tidak menerima

putusan pengadilan, yang berupa perlawanan atau banding dalam hal menuntut cara yang

diatur dalam Undang-Undang. Upaya hukum terhadap putusan pengadilan ialah usaha

untuk mencari keadilan pada tingkat pengadilan yang lebih tinggi dari pengadilan yang

menjatukan putusan tersebut.

Dalam upaya hukum itu terdapat upaya hukum biasa dan luar biasa. Salah satu

upaya hukum yang biasa adalah banding. Oleh karena itu, dibuka kemungkinan bagi

orang yang dikalahkan untuk mengajukan permohonan banding kepada pengadilan tinggi.

Dengan diajukan permohonan banding perkara menjadi mentah lagi. Putusan pengadilan

negeri, kecuali apabila dijatuhkan dengan ketentuan dapat dilaksanakan terlebih dahulu

atau putusan provisionil, tidak dapat dilaksanakan. Berkas perkara yang bersangkutan,

beserta salinan resmi putusan tersebut serta surat-surat yang lainya, akan dikirim kepada

Pengadilan Tinggi untuk diperiksa dan diputus lagi.

Banding merupakan salah satu upaya hukum yang dapat diajukan jika putusan

pengadilan dirasa kurang memuaskan, sebagai seorang mahasiswa ilmu hukum tentulah

kata <Banding= sudah tak asing lagi di telinga kita. Akan tetapi belum tentu semua

mahasiswa mengetahui lebih jelas dan rinci seperi apa itu Banding, maka selain untuk

memenuhi tugas dari dosen pembuatan makalah ini juga memang ditujukan untuk

memahami <Banding= secara lebih jelas. Selain untuk keperluan tambahan wawasan bagi

mahasiswa ilmu hukum yang memang sedang mempelajari hukum positif Indonesia,

pembuatan makalah ini juga diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat umum. Kita

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

ketahui bersama bahwa mayoritas masyarakat kita belum begitu memahami dengan

hukum yang berlaku di negeri kita ini, mengingat banding sendiri memang sangat perlu

untuk diketahui oleh masyarakat banyak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum Banding?

2. Apa saja yang menjadi dasar hukum banding?

3. Bagaimana mekanisme upaya hukum banding pada pengadilan negeri di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan agar lebih memahami secara mendalam

mengenai hukum banding serta bagaimana mekanisme upaya hukum banding pada

Pengadilan Tinggi di Indonesia.

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Upaya Hukum Banding

Banding atau dalam Bahasa Belanda disebut appel merupakan salah satu jenis

upaya hukum bagi terpidana atau jaksa penuntut umum untuk meminta pada pengadilan

yang lebih tinggi agar melakukan pemeriksaan ulang atas putusan pengadilan negeri karena

dianggap putusan tersebut jauh dari keadilan atau karena adanya kesalahan-kesalahan di

dalam pengambilan keputusan.1 Upaya banding diberikan dengan tujuan untuk menjaga-

jaga apabila hakim membuat kekeliruan atau kesalahan dalam mengambil keputusan.2

Upaya Banding adalah upaya hukum biasa yang pertama terhadap penetapan atau putusan

pengadilan tingkat pertama untuk di ajukan atau dimohonkan pemeriksaan ulangan

dipengadilan tingkat banding.

B. Dasar Hukum Banding

Upaya hukum banding diadakan oleh pembuat undang-undang karena

dikhawatirkan bahwa hakim yang adalah manusia biasa membuat kesalahan dalam

menjatuhkan keputusan. Karena itu dibuka kemungkinan bagi orang yang dikalahkan untuk

mengajukan permohonan banding kepada pengadilan tinggi.

Banding diatur dalam pasal 188 s.d. 194 HIR (untuk daerah Jawa dan Madura) dan

dalam pasal 199 s.d. 205 RBg (untuk daerah di luar Jawa dan Madura). Kemudian

1
Rendi Renaldi Mumbunan, "Upaya Hukum Biasa dan Luar Biasa Terhadap Putusan Hakim
Dalam Perkara Pidana", Lex Crimen. vol 7 (10): 42. ISSN 2301-8569, 2018
2
Iskandar Oeripkartawinata, "Upaya-Upaya Hukum Yang Dapat Digunakan Oleh Pencari
Keadilan Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia", Jurnal Hukum dan
Pembangunan. Volume 11 (5): 445 ISSN 0125-9687, 1981

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

berdasarkan pasal 3 Jo pasal 5 UU No. 1/1951 (Undang-undang Darurat No. 1/1951),

pasal188 s.d. 194 HIR dinyatakan tidak berlaku lagi dan diganti dengan UU Bo. 20/1947

tentang Peraturan Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura.3

Keputusan pengadilan yang dapat dimintakan banding yaitu hanya keputusan

pengadilan yang berbentuk Putusan bukan penetapan, karena terhadap penetapan upaya

hukum biasa yang dapat diajukan hanya kasasi. Menurut ketentuan pasal 3 UU darurat No.

1 tahun 1951 peraturan hukum acara perdata untuk pemeriksaan ulangan atau banding pada

pengadilan tinggi adalah peraturan-peraturan tinggi dalam daerah Republik Indonesia

dahulu itu.

Syarat untuk dapat dimintakan banding bagi perkara yang telah diputus oleh

pengadilan dapat dilihat dalam pasal 6 UU No.20/1947 yang menerangkan, apabila besarnya

nilai gugat dari perkaara yang telah diputus itu lebih dari Rp.100,- atau kurang. Oleh salah

satu pihak dari pihak-pihak yang berkepentingan dapat diminta supaya pemeriksaan itu

diulangi oleh pengadilan tinggi yang berkuasa dalam daerah hukum masing-masing.

Dasar hukumnya adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas Undang- undang

Pokok Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan. Permohonan banding

harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan (pasal 7 UU

No 20/1947). Urutan banding menurut pasal 21 UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No 20/1947

mencabut ketentuan pasal 188-194 HIR, yaitu:

a. Ada pernyataan ingin banding.

3
JDIH Kabupaten Karimun, <Upaya Hukum Biasa (Banding, Kasasi Dan Verzet)=,

(http://www.jdih.karimunkab.go.id/index.php/artikel/tukum/170-upaya-hukum-biasa-

banding-kasasi-dan-verzet, 20 Juli, 2018

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

b. Panitera membuat akta banding.

c. Dicatat dalam register induk perkara.

d. Pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling lama 14 hari sesudah

pernyataan banding tersebut dibuat.

e. Pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat mengajukan kontra

memori banding.

C. Syarat-syarat dan Tata Cara Banding

Upaya hukum banding diajukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai brikut

sebagaimana diatur dalam pasal 188 sampai dengan 194 HIR dan UU No 20 Tahun 1947

tentang Pegadilan Peradilan Ulangan.

1. Diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah dijatuhkan putusan atau

menerima pemberitahuan putusan atau menerima pemberitahuan putusan perkara

diperiksa dengan tanpa biaya atau prodeo.

2. Permohonan banding dapat diajukan dengan cara lisan maupun tertulis.

3. Permohonan banding dapat diajukan oleh yang bersangkutan atau diwakilkan dengan

kuasa khusus untuk mengajukan banding.

4. Banding diajukan kepada Panitera pengadilan yang menjatuhkan putusan.

5. Permohonan banding harus disertai dengan membayar ongkos biaya perkara,

permohonan banding yang tidak disertai membayar ongkos perkara tidak dapat

diterima.

6. Terhadap putusan verstek tidak dapat diajukan upaya hukum banding.

7. Terhadap putusan dimintakan banding bersama-sama putusan akhir.

Adapun dalam mengajukan banding terdapat tata cara yang harus dilakukan antara

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

lain sebagai berikut:

4. Setelah permohonan diajukan dan membayar biaya perkara, panitera meregister perkara

dan membuat akta banding (pasal 10 ayat (1) );

5. Permohonan banding diberitahukan kepada pihak lawan (pasal 10 ayat(2) );

6. Panitera menyampaikan inzage kepada para pihak dengan tujuan agar mempelajari

berkas perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima

pemberitahuan inzage (pasal 11). Inzage merupakan hak para pihak boleh digunakan;

7. Permohonan banding mengajukan memori banding kepada Ketua Pengadilan Tinggi

Agama melalui Ketua Pengadilan Agama yang mejatuhkan putusan. Menyampaikan

memori banding bukan merupakan kewajiban;

8. Memori banding diberitahukan kepada pihak lawan untuk dipelajari dan membuat

kontra memori banding untuk diserahkan kepada panitera pengadilan;

9. Pengadilan menerima kontra memori banding dan memberitahukan kepada

permohonan banding;

10. Dalam 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan banding seluruh berkas perkara di

bendel dan dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama (pasal 11 ayat 2). dalam praktik

pengiriman berkas ke Pengadilan Tinggi Agama lebih dari 30 (tiga puluh) hari;

11. Permohonan banding dapat dicabut sewaktu-waktu sebelum putusan banding

dijatuhkan.

D. Putusan yang dapat dan tidak dapat dibanding

Secara formal ada dua jenis upaya hukum yang dapat diajukan atau diperiksa

oleh pengadilan tinggi sebagai instansi pengadilan tingkat banding. Hal ini perlu

dijelaskan untuk mengetahui garis yang tegas antara dua upaya hukum tersebut. Dengan

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

uraian singkat yang menginventarisin upaya perlawanan kiranya dapat memahami dan

membedakan antara perlawanan dengan upaya banding.

1) Putusan pengadilan tingkat pertama yang dapat dibanding

Prinsip semua putusan akhir pengadilan dapat diajukan permintaan banding, akan

tetapi pada prinsip ini ada pengecualian dan pengecualian itu di tegaskan dalam pasal

67.

2) Putusan pengadilan tingkat pertama yang tak dapat dibanding

a. Putusan bebas atau vrijspraak

b. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau putusan Onslag van rechts

vervolging

c. Putusan acara cepat

E. Hak Mengajukan Banding

Pasal 67 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(<KUHAP=) mengatur bahwa mengatur bahwa pihak yang berhak mengajukan banding

adalah terdakwa atau penuntut umum, "Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk

minta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan

bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya

penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat".4

Permintaan banding dapat diajukan ke pengadilan tinggi oleh terdakwa atau

yang khusus dikuasakan untuk itu atau penuntut umum. Hanya pemintaan banding

4 Dimas Hutomo, <Status Putusan Jika Hanya Salah Satu Terdakwa yang Mengajukan
Banding<,
(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5bb688a3356aa/status-putusan-
jika-hanya-salah-satu-terdakwa-yang-mengajukan-banding/, 8 November, 2018)

10

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

tersebut yang boleh diterima oleh panitera pengadilan negeri dalam waktu tujuh hari

sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang

tidak hadir.5 Apabila tenggang waktu itu telah lewat tanpa diajukan permintaan banding

oleh yang bersangkutan, maka yang bersangkutan dianggap menerima putusan.6

Menurut Yahya Harahap, yang berhak mengajukan permintaan banding diatur

dalam Pasal 67, Pasal 233 ayat (1) dan ayat (5) KUHAP yaitu:

* Terdakwa, atau;

* Orang yang khusus dikuasakan terdakwa, atau;

* Penuntut umum; atau

* Terdakwa dengan penuntut umum sekaligus sama-sama mengajukan banding.7

F. Waktu Tenggat Mengajukan Banding

Tenggang waktu pernyataan mengajukan banding adalah 14 hari sejak putusan

dibacakan bila para pihak hadir atau 14 hari pemberitahuan putusan apabila salah satu pihak

tidak hadir. Ketentuan ini diatur dalam pasal 7 ayat (1) dan (2) UU No. 20/1947 jo pasal 46

UU No. 14/1985. Dalam praktek dasar hukum yang biasa digunakan adalah pasal 46 UU

No. 14 tahun 1985.8

Apabila jangka waktu pernyatan permohonan banding telah lewat maka terhadap

permohonan banding yang diajukan akan ditolak oleh Pengadilan Tinggi karena terhadap

putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan dianggap telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dan dapat dieksekusi.

5
Pasal 233 ayat (1) dan (2) KUHAP
6
Pasal 234 ayat (1) KUHAP
7
M.Yahya Harahap,<Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP=, Sinar Grafika,
2010 hal. 471
8
Op.cit. (http://www.jdih.karimunkab.go.id/index.php/artikel/tukum/170-upaya-hukum-
biasa-banding-kasasi-dan-verzet)

11

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

Pendapat diatas dikuatkan oleh Putusan MARI No. 391 k/Sip/1969, tanggal 25

Oktober 1969, yaitu bahwa Permohonan banding yang diajukan melalmpaui tenggang

waktu menurut undang-undang tidak dapat diterima dan surat-surat yang diajukan untuk

pembuktian dalam pemeriksaan banding tidak dapat dipertimbangkan. Akan tetapi bila

dalam hal perkara perdata permohonan banding diajukan oleh lebih dari seorang sedang

permohonan banding hanya dapat dinyatakan diterima untuk seorang pembanding, perkara

tetap perlu diperiksa seluruhnya, termasuk kepentingan-kepentingan mereka yang

permohonan bandingnya tidak dapat diterima (Putusan MARI No. 46 k/Sip/1969, tanggal 5

Juni 197

G. Alasan Mengajukan Banding

Upaya hukum banding merupakan hak dari pihak-pihak yang berperkara sebagaimana

diatur dalam Pasal 67 KUHAP. Dalam kaitan ini M Yahya Harahap mengemukakan, bahwa

secara singkat maksud dan tujuan pemeriksaan tingkat banding adalah:

a. Memperbaiki kekeliruan putusan tingkat pertama.

b. Mencegah kesewenangan dan penyalahgunaan jabatan

c. Pengawasan Terciptanya keseragaman penerapan hukum.9

Memahami tujuan dan maksud pemeriksaan perkara pada tingkat banding itu,

maka dalam menggunakan hak-nya melakukan upaya hukum banding disertai dengan

alasan-alasan permintaan banding. Dalam kaitan ini KUHAP tidak menyebutkan apa saja

alasan-alasan yang dapat diajukan sebagai alasan untuk membanding putusan pengadilan

tingkat pertama. Hal ini berbeda dengan upaya hukum kasasi, dimana Pasal 253 ayat (1)

9
Boy Yendra Tamin, <Upaya Hukum Banding dan Alasan Banding",
(https://www.boyyendratamin.com/2015/02/upaya-hukum-banding-dan-alasan-banding.html,
2019)

12

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

KUHAP menyebutkan dengan tegas apa saja alasan-alasan yang dapat diajukan oleh

pemohon kasasi. Karena itu pemeriksaan perkara pada tingkat banding tentulah bertumpu di

dasarkan pada ketidak-setujuan atau keberatan dari pihak-pihak yang berperkara atas

putusan pengadilan tingkat pertama. Meskipun demikian, biasanya pihak-pihak yang

melakukan upaya banding membuat memori banding dan dalam memori banding tersebut

pembanding menguraikan hal-hal yang menjadi keberatannya atas pertimbangan dan

putusan pengadilan tingkat pertama. Satu hal yang perlu dicatat bahwa memori banding dari

pemohon banding tidak bersifat wajib sebagaimana adanya memori kasasi dalam upaya

hukum kasasi.

Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa biasanya Penuntut Umum atau terdakwa

mealui penasehat hukumnya mengajukan sejumlah keberatan atas putusan pengadilan

tingkat pertama dengan menuangkannya dalam memori banding dan materi dari memori

banding tersebut tidak ada suatu ketentuan yang menentukan format dan sistimatikanya

seperti apa. Namun kecenderungannnya, sebuah memori banding berisikan (1) alasan-alasan

keberatan secara umum; (2) alasan-alasan yang diuraikan sedemikian rupa dan terperinci

dengan merujuk pertimbangan-pertimbangan hukum putusan hakim tingkat pertama yang

tidak disetujui; (3) mengajukan alasan-alasan atas putusan pengadilan tingkat pertama

terhadap hal tertentu saja, misalnya adanya alat bukti yang tidak dipertimbangkan oleh

hakim tingkat pertama yang mengadili perkara dimaksud atau bisa juga alasan-alasan

tertentu lainnya seperti penolakan atas alat bukti yang diajukan terdakwa dan lain

sebagainya yang dirasa sebagai hal yang tidak puas oleh pihak yang berperkara.

Dengan adanya upaya banding yang diajukan oleh satu pihak atau kedua belah

pihak yang berperkara, maka suatu perkara bersangkutan belum berkekuatan hukum tetap.

Disisi lain putusan pengadilan tingkat pertama menjadi mentah dan bisa ditetapkan lain oleh

pengadilan tingkat banding. Wewenang pengadilan tingkat banding sama luasnya dengan

13

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

wewenang pemeriksaan perkara pada pengadilan tingkat pertama, hal ini terutama

dikarenakan KUHAP tidak memberikan batasan atas hal apa saja upaya hukum banding

dapat dilakukan. Terhadap kondisi serupa itu, sebagian kalangan hukum menyebut

pemeriksaan perkara pada tingkat banding sebagai pemeriksaan ulang atas suatu perkara

yang telah diperiksa dan diputus pengadilan tingkat pertama, meskipun ada kalanya alasan

banding yang diajukan pihak yang berperkara hanya berupa alasan tertentu saja. Upaya

hukum banding dapat dilakukan terhadap semua putusan tingkat pertama dengan beberapa

pengecualian sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 67 KUHAP

14

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Banding

merupakan suatu upaya hukum biasa yang pertama terhadap penetapan atau putusan

pengadilan tingkat pertama untuk di ajukan atau dimohonkan pemeriksaan ulangan

dipengadilan tingkat banding. Pemeriksaan perkara dalam pengadilan tingkat banding

adalah pemeriksaan ulang secara keseluruhan.

Adapun dasar hukum tentang banding adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan

Atas Undang-undang Pokok Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan.

Permohonan banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan

putusan (pasal 7 UU No 20/1947).

Upaya hukum banding diajukan dengan beberapa ketentuan sebagaimana diatur

dalam pasal 188 sampai dengan 194 HIR dan UU No 20 Tahun 1947 tentang Pegadilan

Peradilan Ulangan. Dan hak mengajukan banding diatur dalam Pasal 67 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (<KUHAP=) dengan waktu tenggat

yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) dan (2) UU No. 20/1947 jo pasal 46 UU No. 14/1985.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka

berikut saran yang dapat diberikan oleh penulis:

1. Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran yang saling bertentangan mengenai

aturan hukum dalam upaya hukum banding, hal yang paling baik ditempuh adalah

15

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

dengan memahami secara mendalam mengenai upaya upaya hukum yang sudah diatur

dalam suatu undang-undang.

2. Para penegak hukum di Indonesia agar lebih mensosialisasikan kembali mengenai

upaya hukum banding kepada masyarakat.

16

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)


lOMoARcPSD|27650023

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, M.Yahya. 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta, Sinar
Grafika

Hutomo, Dimas. 2018. Status Putusan Jika Hanya Salah Satu Terdakwa yang Mengajukan
Banding. Website : www.hukumonline.com

JDIH Kabupaten Karimun. 2018. Upaya Hukum Biasa : Banding, Kasasi Dan Verzet.
Website : www.jdih.karimunkab.go.id

Mumbunan, Rendi Renaldi. 2018. Upaya Hukum Biasa Dan Luar Biasa Terhadap Putusan
Hakim Dalam Perkara Pidana : Jurnal Lex Crimen Volume 7 Nomor 10

Oeripkartawinata, Iskandar. 1981. Upaya-Upaya Hukum Yang Dapat Digunakan Oleh


Pencari Keadilan Menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia : Jurnal Hukum dan
Pembangunan Volume 11 nomor 5

Pasal 233 ayat (1) dan (2) KUHAP

Pasal 234 ayat (1) KUHAP

Tamin, Boy Yendra. 2019. Upaya Hukum Banding dan Alasan Banding. Website :
www.boyyendratamin.com

17

Downloaded by Dea Ananda Hakim (dynandaa21@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai