Anda di halaman 1dari 2

KENAKALAN REMAJA

JUDUL : 
FENOMENA MARAKNYA TAWURAN PELAJAR

TUGAS I
Jawablah dengan memilih B (Benar) atau S (Salah) untuk
pernyataan berikut ini.
1. Salah satu dampak terjadinya kompetisi adalah tumbuhnya solidaritas
antaranggota kelompok atau kelompok. 
2. Dampak positif dari terjadinya konflik adalah dapat membantu
menghidupkan kembali norma-norma dan nilai-nilai sosial yang baru. 
3. Adanya tindak kekerasan dalam suatu keluarga bukan menjadi salah satu
penyebab terjadinya tawuran pelajar. 
4. Sekolah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengatasi
permasalahan tawuran pelajar. 

TUGAS II
Setelah mendengarkan potongan cerita audio,
1. Berikan pendatpatmu tentang tawuran pelajar yang sedang marak di kota-
kota besar.
2. Bagaimana solusi (penyelesaian) kasus tawuran pelajar yang turun-
temurun antar generasi dalam suatu sekolah?
Tugas bisa disesuaikan sesuai dengan kesepakatan dengan guru. 

TUGAS III
Buatlah proyek untuk wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa
terkait dengan tawuran pelajar. Hasilnya dibuat dalam bentuk laporan yang
berupa opini. Waktu pengerjaan tugas menyesuaikan waktu yang telah
ditentukan.

Tugas bisa disesuaikan sesuai dengan kesepakatan dengan guru. 

SILAKAN DIJAWAB DI BAWAH INI

Tugas 1

No Jawab
1 Salah
2 Salah
3 Benar
4 Benar

Tugas 2
1. Tawuran antar pelajar sepertinya sudah menjadi kegiatan rutin para pelajar di Indonesia.
Tawuran layaknya penyaluran identitas diri akan kemampuan dan kebanggannya terhadap
diri sendiri, kelompok, almamater, mereka tidak memikirkan buruknya berkelahi atau
tawuran.
2. Menambah kegiatan disekolah, mengisi waktu luang dengan melakukan hal yang
bermanfaat, patrol dan satpol pp diintensifkan saat jam pulang.

Tugas 3

Tanggal wawancara: Senin, 2 November 2020


Nama narasumber: Bu Hastin; guru Bahasa Indonesia SMP N 9 Yogyakarta

Selama Bu Hastin mengajar, beliau tidak pernah mendapati kasus murid yang
mengikuti kegiatan tawuran. Namun, menurut perspektif beliau, para pelajar melakukan
tawuran karena beberapa faktor. Pertama, dari prinsip intenal pelajar itu sendiri. Misal, si
Anak membutuhkan pengakuan, jadi dia mengikuti kegiatan dari gengnya yang
mengharuskan dirinya untuk bisa melakukan pertarungan fisik. Kemudian, faktor lingkungan
keluarga yang tidak harmonis yang melakukan tindak kekerasan terhadap si Anak. Perlakuan
tersebut dapat memotivasi untuk berlaku serupa melalui tawuran. Terakhir, lingkungan yang
sudah tidak sehat tentu akan memengaruhi pola pikir dan perilaku anak terhadap perilaku
menyimpang.

Sanksi yang biasa diberikan kepada para pelaku tawuran pelajar adalah pemanggilan
orang tua ke sekolah. Namun kalau kasus sudah dilakukan berkali-kali, otomatis bisa
dikeluarkan dari sekolah. Sedangkan yang bertanggung jawab atas kejadian tawuran ialah diri
mereka sendiri yang menanggung akibatnya. Pertanggung jawaban tersebut dapat berupa
memperbaiki diri mereka sendiri. Tak hanya itu, guru dan orang tua juga turut serta
bertanggungjawab dengan memberikan nasihat dan tidak mengatakan kalimat yang membuat
mental si Anak jatuh. Orang tua dan guru juga dapat mendampingi anak.

Kita tidak bisa menelan stigma mentah mentah karena belum tentu anak tersebut
melakukan hal yang kita pikirkan. Yang kita perlukan adalah mencari tau keseharian si
murid.
Jangan sampai kita berprasangka buruk dan memebuat si Anak tetap melanjutkan aktivitas
negatifnya karena selalu dianggap salah. Pastinya, kita harus mendukung anak untuk
mengembangkan bakatnya, bukan malah membiarkan atau justru membuangnya.

Anda mungkin juga menyukai