Anda di halaman 1dari 10

Nama : Salma Azzahra Liswandani

NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

TUGAS 1 TEROWONGAN DAN GALIAN DALAM

1. Mempelajari batuan dalam konstruksi terowongan berkaitan erat dengan perencanaan yang
harus dilakukan. Memahami sifat dan karakteristik batuan yang akan dilewati oleh
terowongan sangat penting untuk mengevaluasi kestabilan konstruksi. Hal ini membantu
dalam menentukan metode konstruksi yang tepat dan mengidentifikasi resiko yang mungkin
terjadi, seperti longsoran atau keruntuhan batuan. Dengan mempelajari batuan, selanjutnya
dapat dipertimbangkan dalam perancangan struktur penyangga yang tepat sehingga desain
struktural dapat disesuaikan untuk memastikan terowongan memiliki stabilitas yang memadai.
Sifat batuan juga mempengaruhi metode konstruksi yang paling efisien untuk digunakan.
Beberapa metode konstruksi terowongan yang umum melibatkan penggalian dengan mesin
bor, peledakan, atau penggalian mekanis.
Pengetahuan tentang batuan dalam konstruksi terowongan juga menjadi bahan pertimbangan
dalam mengidentifikasi potensi masalah geoteknik yang mungkin muncul selama konstruksi.
Hal tersebut menjadi dasar perencanaan mitigasi risiko yang tepat.
Selain itu, pemahaman geoteknik dalam konstruksi terowongan membantu dalam menentukan
perkiraan biaya proyek. Karakteristik batuan dapat mempengaruhi tingkat kesulitan dan waktu
yang diperlukan selama masa konstruksi, yang pada akhirnya berdampak pada biaya proyek
secara keseluruhan.

2. Dalam pengelompokannya, batuan dibedakan berdasarkan komposisi mineral dan kimia


dengan partikel dan proses pembentukannya. Secara umum, batuan diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
• Batuan Beku / Igneous rock : batuan yang terbentuk dari proses magma yang membeku
dan mengalami pendinginan
• Batuan sedimen : enis batuan yang terbentuk setelah ada di atas permukaan bumi. Batuan
yang terbentuk terjadi karena pembekuan dan dipengaruhi juga oleh suhu tekanan yang
rendah dan kemudian mengalami proses pelapukan sehingga batu tersebut hancur.
• Batuan Metamorf : Batuan metamorf terbentuk melalui perubahan kimia dan perubahan
fisik batuan yang sudah ada sebelumnya disebabkan oleh tekanan, panas, atau pengaruh
cairan
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

3. Contoh dari masing-masing jenis batuan :


a) Batuan Beku:
• Granit: Batuan beku yang terbentuk pada proses crystallization dibawah permukaan
dengan lambat sehingga ukuran crystal terlihat. Granit memiliki tekstur yang kasar
dan butirannya terdiri dari mineral-mineral seperti kuarsa, feldspar, dan mika.
• Basalt: Batuan beku yang terbentuk dari pendinginan lava di permukaan bumi.
Berwarna gelap, fine-grained (aphanitic). Basalt memiliki tekstur yang padat dan
butirannya terdiri dari mineral-mineral seperti piroksen dan plagioklas.
b) Batuan Sedimen:
• Batu Pasir: Batuan sedimen yang terbentuk dari endapan butiran-butiran pasir yang
dikompaksi. Biasanya terdiri dari butiran pasir kuarsa.
• Batu Kapur: Batuan sedimen yang terbentuk dari endapan kerangka organisme laut
yang dikalsinasi. Biasanya mengandung mineral kalsit dan memiliki tekstur yang
berpori.
c) Batuan Metamorf:
• Marmer: Batuan metamorf yang terbentuk dari metamorfosis batuan sedimen
kapur. Marmer memiliki tekstur yang halus, terutama terdiri dari mineral kalsit.
• Gneiss: Batuan metamorf dengan tekstur foliasi yang terbentuk dari metamorfosis
batuan sedimen atau batuan beku. Gneiss memiliki komposisi mineral yang mirip
dengan granit, tetapi dengan struktur yang terkristalisasi dan lapisan yang jelas.
4. Ultrabasic rock, juga dikenal sebagai ultramafic rock, adalah jenis batuan yang memiliki
kandungan mineral silika yang rendah. Kandungan silika dalam ultrabasic rock biasanya
kurang dari 45%.
5. Bentuk batuan yang cenderung angular atau rounded dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
kondisi dan proses geologis, yang dapat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam
pembentukan bentuk batuan yang akhirnya terlihat.:
• Erosi. Air atau aliran sungai, serta angin yang mengalir terus-menerus dapat mengikis dan
menggerus batuan, menghasilkan batuan dengan bentuk yang lebih bulat atau smooth.
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

• Transportasi. Selama perjalanan contohnya oleh aliran sungai, batuan dapat bertabrakan
dengan batuan lain atau tergesek di permukaan bawah, menghasilkan keausan dan bentuk
yang lebih rounded
• Proses pembentukan batuan. Bentuk batuan yang angular atau rounded juga dapat
dipengaruhi oleh proses pembentukan batuan itu sendiri. Misalnya, batuan yang terbentuk
melalui pembekuan magma, seperti batuan beku vulkanik, cenderung memiliki bentuk
yang lebih angular karena proses pendinginan yang cepat. Di sisi lain, batuan yang
terbentuk melalui deposisi sedimen, seperti batuan sedimen klastik (misalnya, batu pasir
atau kerikil), dapat memiliki bentuk yang lebih rounded karena pergerakan dan
penggerusan partikel selama proses pengendapan.
6. Foliation merupakan pola penetrasi yang disebabkan oleh penataan kembali mineral. Juga
digunakan untuk menyatakan struktur berlapis yang terbentuk dalam batuan. Foliasi biasanya
terjadi pada batuan metamorf. Batuan metamorf biasanya terbentuk dari batuan asal yang
mengalami perubahan struktur dan komposisi mineral. Ketika batuan asal mengalami
perubahan struktur, mineral-mineral dalam batuan dapat mengalami deformasi, rotasi, atau
pengaturan ulang yang mengarah pada pembentukan foliasi.
7. Dalam konteks konstruksi terowongan, ketiga jenis batuan dapat menimbulkan masalah
tertentu. Berikut adalah contoh masalah yang mungkin timbul dengan masing-masing jenis
batuan:
a) Igneous Rock / Batuan Beku:
Batuan beku yang sangat keras seperti granit atau diorit dapat menyulitkan proses
penggalian terowongan karena kekerasannya yang tinggi. Dibutuhkan tenaga dan
peralatan yang kuat untuk menghancurkan atau menggali batuan tersebut. Namun secara
umum material igneous rock memiliki kekuatan dan daya tahan pelapukan yang lebih
baik dibandingkan material batuan yang lain.
b) Batuan Sedimen:
Batuan sedimen yang lunak atau lempung cenderung memiliki stabilitas yang rendah
dan mudah longsor atau runtuh. Lapisan rekahan atau zona lemah dalam batuan sedimen
dapat menyebabkan masalah dalam hal stabilitas dan risiko pergerakan tanah atau
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

deformasi. Langkah-langkah ekstra diperlukan untuk menjaga stabilitas terowongan,


seperti penggunaan dukungan tambahan atau penggunaan teknik stabilisasi tanah.
c) Batuan Metamorf:
Batuan metamorf yang sangat keras, seperti gneiss atau marmer, dapat menyulitkan
proses penggalian terowongan karena kekerasannya yang tinggi dan resistensinya
terhadap pemotongan atau penghancuran.
Di antara resiko tersebut, Batuan Sedimen khususnya pada lempung dan shale memiliki
tingkat resiko yang paling signifikan karena berkaitan dengan stabilitas tanah yang
memerlukan perhatian khusus. Namun, penting untuk melakukan studi geoteknik yang cermat
untuk mengidentifikasi dan memahami masalah potensial yang terkait dengan jenis batuan
yang ada dan untuk merencanakan langkah-langkah konstruksi yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
8. Fitur pada structural geology mencakup fenomena yang tebentuk akibat deformasi atau
pergerakan tanah :
• Retakan dan Patahan (Fractures and Faults) adalah pecahan atau celah dalam batuan
yang terbentuk ketika batuan mengalami tekanan dan pergerakan yang ekstensif.
• Lipatan (Folds): Lipatan adalah lengkungan dalam batuan yang terbentuk akibat tekanan
dan deformasi.
9. Structural geology memiliki pengaruh signifikan dalam pengerjaan terowongan, salah satu
pengaruh pentingnya adalah pada penentuan rute terowongan. Structural geology membantu
dalam menentukan rute terowongan yang optimal. Pemahaman tentang struktur geologi,
seperti retakan, lipatan, atau patahan, membantu identifikasi jalur yang meminimalkan potensi
kesulitan konstruksi dan risiko geoteknik.

10. Tunnel face, atau muka galian, merupakan bagian depan atau ujung terowongan yang sedang
dalam proses penggalian. Tunnel face merupakan area yang paling dekat dengan aktivitas
konstruksi dan sering kali menjadi titik fokus utama selama proses pembangunan terowongan.
Saat proses penggalian terowongan dimulai, tunnel face adalah bagian yang pertama kali
diakses oleh alat-alat konstruksi, seperti mesin bor, alat peledak, atau alat penggali mekanis.
Pada saat yang sama, dukungan atau perlindungan yang diperlukan akan ditempatkan untuk
menjaga stabilitas terowongan saat penggalian berlangsung.
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

11. Tunnel Shield adala struktur sementara yang dipasang untuk menjaga stabilitas pada muka
terowongan dan sekeliling galian tunnel. Shield juga berfungsi menghindari penurunan
berlebihan pada permukaan tanah di atas tunneling.
12. Partial drilling merupakan metode dimana tidak secara langsung menggali seluruh muka
terowongan atau tunnel face. Pada saat menggunakan metode partial drilling, penggalian
terowongan dilakukan secara sebagian, yaitu hanya sekitar tunnel face. Mesin memotong dan
menghancurkan batuan di depannya, sedangkan bagian belakang terowongan tetap utuh dan
dilindungi menggunakan metode penyangga yang sesuai..
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

TUGAS 2 TEROWONGAN DAN GALIAN DALAM

1. Full face drilling merupakan penggalian terowongan di mana seluruh bagian muka terowongan
digali secara bersamaan. Pada metode full face, seluruh bagian cutter head menggali tanah.
Bagian depan TBM, termasuk gigi pemotong atau alat potong lainnya, berada di muka
terowongan dan menembus batuan atau tanah di depannya. Material yang dihancurkan
kemudian diangkut ke bagian belakang TBM menggunakan sistem konveyor yang ada di
dalam mesin.
2. Konstruksi terowongan dengan menggunakan road header dapat termasuk dalam kategori "partial
drilling" karena metode ini tidak menggali seluruh muka terowongan atau tunnel face. Pada saat
menggunakan road header, penggalian terowongan dilakukan secara sebagian, yaitu hanya sekitar
tunnel face. Mesin road header memotong dan menghancurkan batuan di depannya, sedangkan bagian
belakang terowongan tetap utuh dan dilindungi menggunakan metode penyangga yang sesuai.. Ini
berbeda dengan metode full-face drilling, di mana seluruh permukaan terowongan digali secara
menyeluruh menggunakan mesin bor atau alat penggali lainnya.
3. Tunnel Shield adala struktur sementara yang dipasang untuk menjaga stabilitas pada muka terowongan
dan sekeliling galian tunnel. Shield juga berfungsi menghindari penurunan berlebihan pada permukaan
tanah di atas tunneling. Meskipun tunnel shield umumnya digunakan dalam konstruksi terowongan,
ada batasan pada penggunaannya terutama pada batuan yang sangat kuat. Tunnel shield tidak
digunakan pada batuan yang sangat kuat karena batuan yang sangat kuat memiliki kekerasan dan
kekuatan tinggi, membuatnya sulit untuk ditembus menggunakan mesin. Selain itu, pada batuan yang
sangat kuat, risiko keruntuhan akan lebih tinggi. Meskipun tunnel shield melindungi pekerja dari
runtuhan, penggunaannya pada batuan yang sangat kuat dapat meningkatkan risiko keruntuhan batuan
di sekitar terowongan sehingga diperlukan dukungan struktural yang lebih kuat untuk menjaga
stabilitas terowongan. Tunnel shield mungkin tidak cukup kuat atau efektif dalam memberikan
dukungan yang memadai pada batuan yang sangat keras. Oleh karena itu, metode konstruksi alternatif
yang lebih sesuai dengan kekuatan batuan tersebut mungkin harus dipertimbangkan.
4. (TBM) adalah mesin bor besar yang digunakan untuk menggali pada muka terowongan sekaligus (full
face). Metode full face pada TBM adalah pendekatan dalam penggalian terowongan di mana TBM
menembus seluruh bagian muka terowongan secara bersamaan. Dalam metode ini, TBM memotong
atau menghancurkan batuan atau tanah di seluruh diameter terowongan secara kontinu saat maju
5. TBM umumnya digunakan dalam konstruksi terowongan ketika terjadi kondisi sebagai berikut :
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

• Lokasi dekat dengan pusat aktivitas. Penggunaan TBM tidak menimbulan banyak gangguan ke
tanah di sekitarnya sehingga sangat cocok untuk mengerjakan proyek tunneling di bawah lokasi
dengan padat penduduk atau pusat aktivitas masyarakat.
• Terowongan dengan panjang signifikan. Pada pekerjaan tunneling yang memiliki panjang
signifikan, umumnya dapat direncanakan anggaran dengan biaya investasi awal untuk pengadaan
alat TBM. Pada proyek yang signifikan, TBM dapat mempercepat kecepatan konstruksi dan
mengurangi waktu proyek karena kemampuannya untuk melakukan pengeboran secara kontinu.
• Desain tunnel dengan penampang lingkaran. TBM efektif digunakan pada terowongan dengan
penampang lingkaran. TBM dapat dirancang dan disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan, dan
mampu melakukan pengeboran dengan akurasi yang tinggi untuk menciptakan terowongan dengan
diameter yang diinginkan.
6. TBM tidak dapat digunakan pada kondisi geologi yang berubah-ubah karena TBM dirancang untuk
bekerja dalam kondisi geologi yang relatif stabil dan dapat diprediksi. Ketika kondisi geologi berubah
secara tiba-tiba atau tidak terduga, TBM dapat mengalami kesulitan dalam menangani perubahan
tersebut. Desain TBM mungkin tidak memadai untuk menghadapi kondisi geologi yang berubah-ubah,
dan ini dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin, kesulitan dalam pengoperasian, atau bahkan
kegagalan.
7. Gripper pada TBM berfungsi untuk mendorong/menggerakkan cutterhead dengan dongkrak hydraulic
sehingga tanah dapat tergali kedepan. Selanjutnya gripper mengunci dirinya ketanah dengan gripper
shoes dan gripper hydraulic bergerak kedepan mendorong cutterhead dan cutter head maju. Sepatu
gripper dapat dipindahkan secara hidrolik dan dapat disesuaikan dengan bentuk permukaan batu yang
digali. Gaya gripper maksimum yang diijinkan ditentukan oleh kekuatan tekan batuan dan berada
dalam kisaran dua hingga tiga kali gaya dorong maju mesin
8. Double Shield TBM cocok untuk digunakan dalam terowongan dengan lingkungan yang tidak stabil,
seperti tanah yang cenderung longsor atau air yang tinggi. Desain Double Shield TBM yang kuat dan
tahan lama dapat memberikan stabilitas yang diperlukan saat melakukan pengeboran dalam kondisi
9. Metode Drill and Blast umumnya digunakan dalam konstruksi terowongan ketika terjadi kondisi
sebagai berikut :
• Pada kondisi geologi yang berubah. Pada umumnya drill dan blast tunneling digunakan pada
kondisi batuan yang memiliki kuat tekan rendah (gypsum, chalk, marl) dan sangat keras (granite,
gneiss, basalt). Dalam situasi ini, bahan peledak mampu menembus batuan yang sangat keras
sehingga memungkinkan penggalian lebih lanjut, namun juga mampu menembus batuan yang stabil
dengan mengontrol ledakan yang diberikan.
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

• Cakupan dan anggaran proyek terbatas. Pada pekerjaan tunneling jarak pendek, umumnya tidak
direncanakan anggaran dengan biaya investasi awal yang tinggi. Penggunaan metode drill and blast
tidak memerlukan biasa investasi awal alat seperti pekerjaan dengan menggunakan TBM atau road
header.
• Keterbatasan akses dan ruang. Jika akses terbatas atau ruang yang terbatas untuk mengoperasikan
alat berat seperti TBM, metode Drill and Blast dapat menjadi alternatif yang lebih praktis dan
efisien
• Desain penampang tunnel selain lingkaran.
10. Siklus kerja Drill and Blast dalam konstruksi terowongan melibatkan serangkaian tahapan, di
antaranya:
1) Drilling (Pengeboran): Tahap ini melibatkan penggunaan mesin bor untuk membuat lubang-
lubang pada batuan di sepanjang jalur terowongan. Lubang-lubang ini akan digunakan untuk
memasukkan bahan peledak.
2) Charging (Termasuk Pemasangan Detonator): Setelah lubang-lubang pengeboran selesai, langkah
selanjutnya adalah mengisi lubang-lubang tersebut dengan bahan peledak seperti dinamit. Bahan
peledak ini ditempatkan dengan hati-hati di dalam lubang dan seringkali disertai dengan
pemasangan detonator atau inisiator peledak untuk mengatur waktu ledakan.
3) Stemming: Setelah bahan peledak dimasukkan ke dalam lubang, lapisan bahan tambahan yang
disebut "stemming" ditempatkan di atasnya. Stemming bertujuan untuk menahan tekanan ledakan
dan mengarahkan energi peledakan ke arah yang diinginkan, yaitu ke depan terowongan.
Biasanya, stemming terbuat dari bahan granular seperti kerikil atau pasir.
4) Blasting (Pemboran): Tahap ini melibatkan inisiasi peledakan dengan penggunaan detonator atau
inisiator peledak yang telah dipasang pada bahan peledak di dalam lubang. Detonator akan
menghasilkan ledakan yang menghancurkan batuan di sekitarnya dan membentuk ruang kosong
(cavity) yang diinginkan untuk terowongan.
5) Ventilation (Ventilasi): Setelah ledakan, tahap ventilasi penting untuk mengeluarkan asap, gas,
dan debu yang dihasilkan selama ledakan. Sistem ventilasi yang efektif harus dipasang untuk
menjaga kebersihan udara di dalam terowongan dan menyediakan udara segar untuk para pekerja.
6) Mucking (Spoiling): Tahap mucking melibatkan pengangkutan batuan hancur atau tanah dari area
ledakan menggunakan alat berat seperti dump truck atau alat pengangkut lainnya. Batuan atau
tanah ini dibuang atau ditempatkan di tempat yang ditentukan.
7) Pemasangan Support: Setelah mucking selesai, tahap terakhir adalah pemasangan support atau
dukungan untuk menjaga stabilitas terowongan. Support dapat berupa segmen beton, baut
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

penyangga, atau sistem penyangga lainnya, tergantung pada kondisi geologi dan desain
terowongan.
11. Drilling carriage atau jumbo adalah mesin pengeboran yang digunakan dalam metode Drill and Blast.
Jumbo dirancang khusus untuk memudahkan proses pengeboran lubang peledak pada wajah
terowongan atau dinding terowongan. Lubang-lubang peledak yang dibor oleh jumbo kemudian akan
diisi dengan bahan peledak dan dilakukan tahap peledakan dalam metode Drill and Blast.
12. ANFO adalah singkatan dari Ammonium Nitrate Fuel Oil, yang merupakan bahan peledak yang umum
digunakan dalam metode Drill and Blast. ANFO terdiri dari campuran amonium nitrat (NH4NO3) dan
minyak bahan bakar, biasanya minyak diesel. ANFO dapat digunakan secara efektif dalam lubang
pengeboran karena memiliki sifat yang memungkinkan bahan ini mengisi lubang dengan baik dan
menyebar secara merata. ANFO dapat diinisiasi dengan detonator atau inisiator peledak yang tepat
dan menghasilkan detonasi yang terkendali. Ini memungkinkan kontrol yang baik terhadap ledakan
dan hasil yang diinginkan dalam penggalian terowongan. Dengan tingkat sensitivitas yang rendah
terhadap energi mekanis atau panas dari sumber eksternal, membuatnya lebih tahan terhadap stimulasi
yang tidak diinginkan selama proses penanganan, transportasi, dan pemasangan.
13. Di Indonesia, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menangani bahan peledak adalah
PT Dahana (Persero). Dahana adalah perusahaan yang bergerak dalam industri bahan peledak dan
bahan kimia strategis. Perusahaan ini berperan penting dalam mendukung sektor pertambangan,
konstruksi, serta sektor lain yang memerlukan penggunaan bahan peledak secara aman dan efisien. PT
Dahana memiliki berbagai layanan dan produk terkait bahan peledak, termasuk penelitian dan
pengembangan, produksi, pengangkutan, serta pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas peledakan.
14. Detonasi memerlukan unloaded hole atau lubang yang kosong untuk memastikan efisiensi dan
keberhasilan ledakan. Berikut adalah alasan mengapa detonasi memerlukan unloaded hole:
• Distribusi Energi
Unloaded hole memungkinkan energi ledakan untuk didistribusikan dengan lebih baik. Ketika
ledakan terjadi dalam lubang yang terisi penuh, tekanan yang dihasilkan akan terfokus secara lokal
di sekitar bahan peledak. Hal ini dapat menghasilkan zona keruntuhan yang lebih kecil dan tidak
efisien. Dalam unloaded hole, tekanan ledakan akan merambat lebih merata ke sekitar batuan,
menciptakan zona keruntuhan yang lebih luas dan memperbesar efek ledakan.
• Tekanan Gelombang
Unloaded hole membantu penyebaran tekanan gelombang dengan lebih baik. Tekanan gelombang
ledakan merambat melalui batuan dari sumber ledakan ke area sekitarnya. Dalam unloaded hole,
Nama : Salma Azzahra Liswandani
NIM : 21010119130138
Dosen Wali : Dr. Ir. Hari Nugroho, M.T. (2269)
Tanda Tangan :

tekanan gelombang memiliki jalur yang lebih jelas untuk merambat, memperbesar area yang
terpengaruh oleh tekanan gelombang dan meningkatkan efisiensi ledakan.
• Mengurangi Efek Kontaminasi
Unloaded hole juga membantu mengurangi efek kontaminasi antara bahan peledak dan batuan. Jika
lubang terisi penuh dengan bahan peledak, interaksi langsung antara bahan peledak dan batuan
dapat mengurangi efektivitas peledakan. Dalam unloaded hole, ruang hampa memisahkan bahan
peledak dan batuan, mengurangi kemungkinan kontaminasi dan meningkatkan kinerja ledakan.
15. Ledakan dalam metode Drill and Blast tidak dilakukan secara bersamaan pada semua lubang peledak
karena ledakan yang dilakukan secara serentak pada semua lubang peledak dapat menyebabkan getaran
yang tidak diinginkan. Kontrol getaran sangat penting untuk melindungi struktur, infrastruktur, dan
lingkungan sekitarnya. Dengan menjadwalkan ledakan secara berurutan, efek getaran dapat diawasi
dan dikontrol dengan lebih baik. Selain itu, ledakan yang dilakukan secara bersamaan pada semua
lubang peledak dapat menghasilkan tekanan dan getaran yang sangat tinggi secara bersamaan. Ini dapat
menyebabkan risiko keamanan yang signifikan, termasuk kerusakan struktur, penyebaran debris, atau
bahkan ancaman terhadap keselamatan pekerja dan lingkungan sekitarnya. Dengan menjadwalkan
ledakan secara berurutan, risiko keamanan dapat dikendalikan dengan lebih baik.
16. Immersed tunnel adalah jenis terowongan yang dibangun di bawah permukaan air, terutama di bawah
sungai, selat, atau perairan lainnya. Dalam metode pembangunan immersed tunnel, terowongan dibuat
terlebih dahulu di darat dalam segmen-segmen, dan kemudian dipindahkan atau "dimasukkan" ke
dalam posisi akhirnya di bawah air. Berikut merupakan urutas pelaksanaan immersed tunnel
1) Segmen immersed tunnel dibuat di darat dengan sistem precast. Pada saat yang sama juga dilakukan
pengerukan alur tempat diletakkannya segmen immersed tunnel
2) Setelah itu, sisi terbuka tiap segmen ditutup. Kemudian, lokasi pembuatan segmen immersed tunnel
digenangi sehingga segmen dapat mengapung di permukaan
3) Selanjutnyam segmen dibawa ke tengah laut dan diarahkan pada lokasi dengan bantuan tower.
4) Segmen kemudian ditenggelamkan dengan mengisi ballast tank. Sedemikian rupa tersambung
dengan segmen yang lain dengan bantuan tower dan jack untuk menyambung antar segmen.
5) Sebelum tunnel diletakkan, jika diperlukan dilakukan perbaikan tanah pada lokasi sebelum
diturunkan segmen immersed tunnel.
6) Setelah dletakkan pada lokasinya, maka dilakukan penimbunan tanah diatas tunnel. Fungsinya
untuk melindungi tunnel dari bahaya uplift.

Anda mungkin juga menyukai