DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................i
DAFTAR TABEL.....................................................................................................ii
6. PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT)
DAN TRAFO TEGANGAN (PT)..............................................................................3
PEMELIHARAAN TRAFO ARUS......................................................................3
6.2 TRAFO TEGANGAN (POTENTIAL TRANSFORMER / PT)......................26
6.3 BATASAN – BATASAN OPERASI TRAFO PENGUKURAN...................40
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
N1 N2
P2
P1
S1
I1 I2
S2
I1Z1 I2Z2
U1 I0 E2 I2 I2·Zb = U2
I1 Z1
U1
I2 Z2
E
U2 I1
IO
I2
IO
Ø
Im
Gambar 6-3. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus
Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu
pada saat terjadi gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai
beberapa kali dari arus pengenalnya dan trafo arus proteksi mempunyai
tingkat kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai
beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik
saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 6-4).
V
proteksi
metering
CT Metering CT Proteksi
A2
A1
P1 P2
300/5 A
300/5 A
P1 P2
1600/5
A
1600/5
1600/5
A
A
2000/5
A
1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S 4S 4S2
2 1
Gambar 6-11. Trafo Arus Rasio Ganda 800-1600 / 5-5-5 A dan 1000-2000 /5 A
Contoh:
Trafo arus 2 (dua) inti 150 – 300 / 5 – 5 A (Gambar 10).
Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk metering)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk proteksi)
P1 P2
300/5 A
300/5 A
P1 P2
1600/5
A
1600/5 A
1600/5
A
1600/5 A
P1 P2 P2
P1
S1 S2 S1 S2
– Primer seri
Contoh: CT 800 – 1600 / 1 A
Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT
800 / 1 A, (lihat Gambar 6-14).
P1 P2 P1 P2
S1 S2 S3 S4
S1 S2 S3
CT Sekunder 2 Tap CT Sekunder 3 Tap
I peak
Pengenal arus dinamik adalah perbandingan , dimana Ipeak adalah arus
I rated
puncak primer maksimum trafo arus yang diijinkan tanpa menimbulkan
kerusakan dan Irated adalah arus nominal primer trafo arus, contoh: Idyn = 40
kA.
IS
Sudut fasa (δ1) negatif
IP
dimana :
EC = kesalahan komposit (%),
IP = arus primer (A),
T = periode (detik),
KT = pengenal rasio trafo arus,
iS = arus sesaat sekunder (A), dan
iP = arus sesaat primer (A).
I primer
perbandingan dari
I rated
Contoh:
CT 5P20 dengan rasio 300 / 1 A, artinya accuracy limit factor (ALF) = 20,
maka batas ketelitian trafo arus tersebut adalah :
≤ 5% pada nilai 20 x Arus pengenal primer atau
≤ 5% * 300 A pada pengukuran arus primer 20 * 300 A, atau
≤15 A pada pengukuran arus primer 6000 A.
x IS
10
8
4 ε ≤5
2
x IP
2 4 6 8 10 12
5P ±1 ± 60 5
10P ±3 - 10
Trafo arus TPX adalah trafo arus tanpa celah udara dengan konstanta
waktu lebih lama dari 5 detik, umumnya 5 s.d. 20 detik. Trafo arus jenis ini
– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal.
– Pengguna (user) harus menyertakan nilai minimum dari Vknee dan nilai
rms maksimum dari arus eksitasi.
– Trafo arus jenis TPX ini pada umumnya digunakan pada sistem
tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi untuk proteksi: Busbar, CCP, dan
REF.
Trafo arus TPY adalah trafo arus yang memiliki celah udara kecil (pada inti)
dengan konstanta waktu 0.2 s.d. 5 detik. Trafo arus jenis ini hampir sama
dengan trafo arus jenis TPX namun transformasi komponen DC tidak seteliti
trafo arus TPX.
– Kesalahan transien lebih besar pada konstanta waktu yang kecil.
– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal.
Trafo arus TPZ adalah trafo arus yang memiliki celah udara besar (pada inti)
dengan konstanta waktu 60 milidetik ±10%.
Arus magnetisasi 53% dari arus sekunder pada keadaan tunak (steady
state).
– Faktor remenensi KR ≈ 0
– Ukuran core 1/3 dari tipe TPX dan TPY untuk keperluan yang sama,
P1 P2
S1 S2
Alat Uji Arus
A A
220 V
S1
S2
Alat Uji
Arus A A
V A
22
0V
Relai A
S1
S2
Alat Uji
A AV A
Arus 220
V
220 V
S1
S2
A
A V
A
dI = 50%
I
Batere
S
i
+ -
P1 P2 A
+ -m
A dc
S1
S2
MΩ
S1 S2
5
VS = 7226 × ⋅ ( 0.26 + 0.02 + 0.15) Volt
1000
VS = 15.54 Volt
Trafo tegangan adalah trafo yang dirancang khusus untuk fungsi pengukuran
tegangan pada rangkaian primer dan mengkonversinya menjadi besaran
sekunder.
Fungsi trafo tegangan (PT) :
• Mengkonversi besaran tegangan pada sistem tenaga listrik dari
besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem
metering dan proteksi.
• Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer.
• Standarisasi besaran sekunder, yaitu tegangan 100, 100/√3,
110/√3 dan 110 volt.
Trafo tegangan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, trafo tegangan magnetik
(magnetic voltage transformer/VT) atau yang sering disebut trafo tegangan
induktif, dan trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer/CVT).
Jenis trafo tegangan induktif umumnya dipakai pada tegangan s.d. 145 kV
sedangkan jenis trafo tegangan kapasitif dipakai pada tegangan diatas 145
kV. Trafo tegangan kapasitif juga dapat dipakai dengan peralatan PLC untuk
komunikasi melalui saluran transmisi tegangan tinggi.
Trafo tegangan umumnya dihubungkan pada tegangan fasa – tanah.
E1 E2
N1 N2
Diagram fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk trafo
tegangan, lihat Gambar 6-3. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo
Arus.
Vi Vo ZB
Trafo tegangan induktif adalah trafo tegangan yang terdiri dari belitan
primer dan belitan sekunder dengan prinsip kerja tegangan masukan
(input) pada belitan primer akan menginduksikan tegangan ke belitan
sekunder melalui inti.
• Trafo Tegangan Kapasitor (capasitor voltage transformer)
Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kapasitor yang berfungsi
sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah
pada primer, selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder.
7
Keterangan gambar:
6 1. Kertas/Isolasi Minyak
Mineral/Quartz filling.
2. Belitan Primer: vernis
5 ganda-isolasi kawat tembaga,
tahan pada suhu tinggi.
3. Inti: bukan orientasi
1 listrik baja memperkecil
resiko resonansi besi
4. Belitan Sekunder
5. Isolator Keramik
4 2 6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
3 8. Terminal Sekunder
8
1). HV.T adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal) yaitu bagian
yang dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan bus
maupun tegangan penghantar terminal tegangan tinggi/primer.
5
C
6
1
C
2
2
3 7
C1+C2 Lc
Zb
Vo
C1
V i= ⋅V p
C1 + C 2
Gambar 6-30. Rangkaian Ekivalen CVT
dimana :
Vi = tegangan tinggi ekivalen (input),
Vp = tegangan tinggi sisi primer CVT,
Vo = tegangan keluaran (output),
C1 = adalah kapasitor tegangan tinggi,
C2 = adalah kapasitor tegangan menengah,
Lc = induktansi choke, dan
Zb = impedansi beban.
Tegangan keluaran CVT:
N2
Vo = ⋅ Vi Volt,
N1
Pada keadaan tunak (steady state) kondisi ini dapat dipenuhi sesuai dengan
desain dan penyetelan CCVT, namun akurasi CCVT akan menurun pada
keadaan peralihan (transient) mengikuti komponen induktif, kapasitif dan
nonliniernya, seperti:
- pada gejala peralihan switching operations pemutus tenaga (PMT) atau
pemisah (PMS).
- terjadinya sambaran petir langsung atau tidak langsung pada saluran
transmisi tegangan tinggi (SUTT/SUTET) yang terhubung ke busbar gardu
induk, yang diikuti ataupun tidak diikuti kerusakan isolasi; atau kerjanya
arrester.
Oleh karena itu, dalam menentukan rancangan instalasi meter dan proteksi,
harus mempertimbangan beberapa karakteristik kerja CCVT dan kesalahan
(error) akibat arus eksitasi dan pembebanan (burden) CCVT tersebut.
Kesalahan (error) pembacaan pada meter dan proteksi dapat juga
disebabkan terjadinya osilasi feroresonansi (ferroresonance) yang
diakibatkan :
– apabila sirkit kapasitansi beresonansi dengan induktasi nonlinier inti besi
(iron core). Gejala-gejala ini juga terjadi pada kondisi operasi pemberian
tegangan (energize) pada saluran tanpa beban yang diikuti fenomena
tegangan lebih (overvoltage), sehingga dapat menyebabkan kerusakan
peralatan atau penurunan tahanan.
– Pelepasan beban (rejection of load) sebelum hilangnya gangguan hubung
singkat temporer juga menyebabkan kondisi kritis terjadinya osilasi
feroresonansi.
Bahaya tegangan lebih tidak terjadi selama periode gangguan hubung
singkat, karena terjadi penurunan tegangan pada saat hubung singkat,
namun sebaliknya pada saat hilangnya gangguan, tegangan sistem dapat
naik dan menimbulkan gejala feroresonansi.
Trafo tegangan biasanya dibebani oleh rangkaian impedansi yang terdiri dari
relai-relai proteksi, peralatan meter dan kawat (penghubung dari terminasi
PT ke instrumen proteksi maupun meter).
Jika kesalahan trafo tegangan (ε) positif maka tegangan sekunder lebih
besar dari nilai tegangan nominal pengenalnya.
Jumlah lilitan yang lebih kecil pada pembebanan rendah dan negatip pada
pembebanan besar.
0,1 0.1 5
0,2 0.2 10
0,5 0.5 20
1,0 1.0 40
3,0 3.0 tidak ditentukan
3P 3.0 120
6P 6.0 240
a n
VA Meter
220 V
MΩ
N
a n
Tan delta
C1
C2
Periode (tahun)
Tegangan
Pengukuran
Nominal
Non Sealed Sealed
Tabel 6-7. Batasan Pemasangan Spark Gap pada Bushing (Standar VDE
0111/12.66)
125 155
20 kV
95 115
235 400
70 kV
250 340
550 700
150 kV 650 830
750 1000
Tabel 6-8. Batasan hasil uji tahanan isolasi Minyak CT/PT/CVT (Standar IEC-
156)
Antar Primer
2500 ≥ 5.000
Trafo Arus (double/triple)
I. Light 16 ≤ 3.5
II. Medium 20 ≤ 3.5