Anda di halaman 1dari 43

6.

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS ( CT )


DAN TRAFO TEGANGAN ( PT )

PT PLN (Persero) PUSDIKLAT


2009
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................i
DAFTAR TABEL.....................................................................................................ii
6. PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT)
DAN TRAFO TEGANGAN (PT)..............................................................................3
PEMELIHARAAN TRAFO ARUS......................................................................3
6.2 TRAFO TEGANGAN (POTENTIAL TRANSFORMER / PT)......................26
6.3 BATASAN – BATASAN OPERASI TRAFO PENGUKURAN...................40

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6-1. Rangkaian pada Trafo Arus..............................................................3


Gambar 6-2. Rangkaian Ekivalen...........................................................................4
Gambar 6-3. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus.......................5
Gambar 6-4. Kurva kejenuhan CT untuk Metering dan Proteksi............................6
Gambar 6-5. Luas Penampang Inti Trafo Arus.......................................................6
Gambar 6-6. Bar Primary........................................................................................7
Gambar 6-7. Wound Primary..................................................................................8
Gambar 6-8. Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan.........................................10
Gambar 6-9. Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan......................................10
Gambar 6-10. Trafo Arus Rasio Tunggal 150 – 300 / 5 – 5 A..............................11
Gambar 6-11. Trafo Arus Rasio Ganda 800-1600 / 5-5-5 A dan 1000-2000 /5 A 11
Gambar 6-12. Trafo Arus dengan 2 Inti................................................................12
Gambar 6-13. Trafo Arus dengan 4 Inti................................................................13
Gambar 6-14. Hubungan Paralel dan Seri pada Trafo Arus................................13
Gambar 6-15. Trafo Arus Multi Rasio/Sekunder Tap...........................................14
Gambar 6-16. Kesalahan Sudut Trafo Arus.........................................................16
Gambar 6-17. Kurva Faktor Batas Ketelitian........................................................18
Gambar 6-18. Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus........................................20
Gambar 6-19. Rangkaian pengujian beban trafo arus.........................................21
Gambar 6-20. Rangkaian Pengujian Beban Trafo Arus.......................................22
Gambar 6-21. Rangkaian Uji Saturasi Trafo Arus................................................22
Gambar 6-22. Kurva Kejenuhan Trafo Arus.........................................................23
Gambar 6-23. Rangkaian Uji Polaritas Trafo Arus...............................................23
Gambar 6-24. Rangkaian Pengukuran Tahanan DC Trafo Arus.........................24
Gambar 6-25. Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Arus....................25
Gambar 6-26. Rangkaian Pengganti Trafo Tegangan.........................................26
Gambar 6-27. Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan............................................27
Gambar 6-28. Konstruksi Trafo Tegangan Induktif..............................................29
Gambar 6-29. Konstruksi Trafo Tegangan Kapasitif............................................31
Gambar 6-30. Rangkaian Ekivalen CVT..............................................................33
Gambar 6-31. Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Tegangan...............................37
Gambar 6-32. Rangkaian Pengujian Tahanan Isolasi..........................................38
Gambar 6-33. Rangkaian Pengujian Tangen Delta pada CVT............................39

Berbagi dan menyebarkan ilmupengetahuan serta nilai-nilai i


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

DAFTAR TABEL

Tabel 6-1. Batas Kesalahan Trafo Arus Metering................................................17


Tabel 6-2. Batas Kesalahan Trafo Arus Metering................................................17
Tabel 6-3. Kesalahan Rasio dan Pergeseran Fasa Trafo Arus Proteksi...........18
Tabel 6-4. Batas Kesalahan Trafo Tegangan Pengukuran.................................35
Tabel 6-5. Batas Kesalahan Trafo Tegangan Proteksi........................................35
Tabel 6-6. Jadwal pengujian Minyak Isolasi CT/PT/CVT.....................................40
Tabel 6-7. Batasan Pemasangan Spark Gap pada Bushing (Standar VDE
0111/12.66)...........................................................................................................40
Tabel 6-8. Batasan hasil uji tahanan isolasi Minyak CT/PT/CVT (Standar IEC-156)41
Tabel 6-9. Batasan Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Rangkaian Sekunder
CT/PT/CVT (Standar IEEE 43-2000)....................................................................41
Tabel 6-10. Batasan Jarak Rayap Bushing Isolator (Standar IEC-44.1)..............42

Berbagi dan menyebarkan ilmupengetahuan serta nilai-nilai ii


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

6. PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT)


DAN TRAFO TEGANGAN (PT)

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS

6.1.1 Definisi dan Fungsi

Sistem pengukuran besaran listrik pada jaringan tenaga listrik yang


berkapasitas besar, harus menggunakan trafo pengukuran, yaitu trafo arus
(current transformer) untuk besaran arus dan trafo tegangan (potential
transformer) untuk besaran tegangan dan merubahnya menjadi besaran
pengukuran (sekunder). Dengan besaran sekunder ini, maka peralatan ukur
(meter dan proteksi) dapat dirancang lebih fleksibel, sehingga hasil
pengukurannya lebih akurat dan presisi.
Trafo arus adalah trafo yang dirancang khusus untuk fungsi pengukuran arus
pada rangkaian primer dan mengkonversinya menjadi besaran sekunder.
Fungsi trafo arus (CT)
• Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering dan proteksi.
• Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer.
• Standarisasi besaran sekunder, yaitu 1 A, 2 A dan 5 A.

6.1.2 Prinsip Kerja Trafo Arus


Prinsip kerja trafo arus adalah sebagai berikut :

N1 N2
P2
P1
S1
I1 I2
S2

Gambar 6-1. Rangkaian pada Trafo Arus

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Untuk trafo yang dihubung singkat:


I1 ⋅ N1 = I 2 ⋅ N 2
Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:
E1 N 1
=
E2 N 2
Dimana:
N1
a= ,
N2

I 1 > I 2 sehingga N 1 < N 2 ,


N 1 = jumlah lilitan primer, dan
N 2 = jumlah lilitan sekunder.
Adapun rangkaian ekivalen trafo arus adalah sebagai berikut :

I1Z1 I2Z2

U1 I0 E2 I2 I2·Zb = U2

Gambar 6-2. Rangkaian Ekivalen

Tegangan induksi pada sisi sekunder adalah


E 2 = 4,44 ⋅ B ⋅ A ⋅ f ⋅ N 2 Volt
Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah
E 2 = I 2 ⋅ ( Z 2 + Z b ) Volt

Z b = Z kawat + Z inst Volt

Dalam aplikasinya harus dipenuhi U 1 > U 2


Dimana:
B = kerapatan fluksi (tesla),
A = luas penampang (m²),
f = frekuensi (Hz),
N2 = jumlah lilitan sekunder,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

U1 = tegangan sisi primer,


U2 = tegangan sisi sekunder,
Zb = impedansi/tahanan beban trafo arus,
Z kawat = impedansi/tahanan kawat dari terminasi CT ke instrumen, dan

Z inst = impedansi/tahanan internal instrumen, misalnya relai proteksi

atau peralatan meter.

Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus (CT)

I1 Z1
U1

I2 Z2
E
U2 I1
IO
I2

IO
Ø
Im

Gambar 6-3. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus

6.1.3 Aplikasi Trafo Arus


Berdasarkan penggunaan, trafo arus dikelompokkan menjadi dua kelompok
dasar, yaitu; trafo arus metering dan trafo arus proteksi.
a. Trafo arus metering
Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada
daerah kerja (daerah pengenalnya) antara 5% - 120% arus nominalnya,
tergantung dari kelas dan tingkat kejenuhan. Tingkat kejenuhan trafo arus
metering relatif lebih rendah dibandingkan trafo arus proteksi.
Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter,
VARh-meter, Energi meter dan cos ϕ meter.
b. Trafo Arus Proteksi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu
pada saat terjadi gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai
beberapa kali dari arus pengenalnya dan trafo arus proteksi mempunyai
tingkat kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai
beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.

Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik
saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar 6-4).

V
proteksi

metering

Gambar 6-4. Kurva kejenuhan CT untuk Metering dan Proteksi

Trafo arus untuk metering dirancang supaya lebih cepat jenuh


dibandingkan trafo arus proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas
penampang inti yang lebih kecil (Gambar 6-5).

CT Metering CT Proteksi
A2
A1

Gambar 6-5. Luas Penampang Inti Trafo Arus

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

6.1.4 Klasifikasi Arus Lebih

6.1.4.1 Trafo Arus Berdasarkan Konstruksi Belitan Primer


Berdasarkan konstruksi belitan primer trafo arus terbagi menjadi dua seperti
pada Gambar 6-6 dan Gambar 6-7 berikut.
a. Sisi primer batang (bar primary) dan

Gambar 6-6. Bar Primary

b. Sisi primer lilitan (wound primary).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Gambar 6-7. Wound Primary

6.1.4.2 Trafo Arus Berdasarkan Kontruksi Jenis Inti


Berdasarkan konstruksi jenis inti, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok:
a. Trafo arus dengan inti besi
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan,
pada arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat
kecenderungan kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai
nominal) trafo arus akan mengalami saturasi.
b. Trafo arus dengan inti bukan besi
Trafo arus dengan inti bukan besi tidak memiliki saturasi dan rugi
histerisis, transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah
linier di seluruh jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski
(rogowski coil ).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

6.1.4.3 Trafo Arus Berdasarkan Jenis Isolasi


Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok:
a. Trafo arus isolasi minyak
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus
tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan
(outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada
pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV dan 150 kV.
b. Trafo arus kering
Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan menengah,
umumnya digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor) misalnya
trafo arus cast resin, trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel
penyulang 20 kV.

6.1.4.4 Trafo Arus Berdasarkan Pemasangan


Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang
kokoh, isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk
rangkaian elektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator
eksternal.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Gambar 6-8. Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan

b. Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)


Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang
lebih kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan
isolator dari bahan resin.

Gambar 6-9. Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

6.1.4.5 Trafo Arus Berdasarkan Rasio Transformasi


a. Rasio tunggal (single ratio)
Contoh rasio trafo arus:
– 150 – 300 / 5 A, 150 – 300 / 5 – 5 A

– 400 – 800 – 1600 / 5 A, 400 – 800 – 1600 / 5 – 5 –


5 A.

P1 P2

300/5 A

300/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2

Gambar 6-10. Trafo Arus Rasio Tunggal 150 – 300 / 5 – 5 A


b. Rasio ganda (double ratio)
Contoh rasio trafo arus:
– 150 – 300 / 5 A dan 1000 – 2000 / 5 A,

– 800 – 1600 / 5 A dan 1000 – 2000 / 5 A.

P1 P2
1600/5
A
1600/5
1600/5
A
A
2000/5
A
1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S 4S 4S2
2 1

Gambar 6-11. Trafo Arus Rasio Ganda 800-1600 / 5-5-5 A dan 1000-2000 /5 A

6.1.4.1 Trafo arus berdasarkan jumlah inti pada sekunder


a. Trafo arus dengan inti tunggal (single core)
Contoh: 150 – 300 / 5 A, 200 – 400 / 5 A, atau 300 – 600 / 1 A.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

b. Trafo arus dengan inti banyak (multi core)


Trafo arus dengan inti banyak dirancang untuk berbagai keperluan yang
mempunyai sifat pengunaan yang berbeda dan untuk menghemat
tempat.

Contoh:
Trafo arus 2 (dua) inti 150 – 300 / 5 – 5 A (Gambar 10).
Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk metering)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk proteksi)

P1 P2

300/5 A

300/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2

Gambar 6-12. Trafo Arus dengan 2 Inti

Trafo arus 4 (empat) inti 800 – 1600 / 5 – 5 – 5 – 5 A (Gambar 6-13).


Penandaan primer: P1-P2
Penandaan sekunder inti ke-1: 1S1-1S2 (untuk metering)
Penandaan sekunder inti ke-2: 2S1-2S2 (untuk relai arus lebih)
Penandaan sekunder inti ke-3: 3S1-3S2 (untuk relai jarak)
Penandaan sekunder inti ke-4: 4S1-4S2 (untuk proteksi rel)
Trafo arus 4 (empat) inti 800 – 1600 / 5 – 5 – 5 – 5 A

P1 P2
1600/5
A
1600/5 A
1600/5
A
1600/5 A

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Gambar 6-13. Trafo Arus dengan 4 Inti

6.1.4.2 Trafo arus berdasarkan pengenal


Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder.
Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600,
800, 900, 1000, 1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.
Pengenal sekunder yang biasa dipakai adalah 1 A, 2 A dan 5 A.
Berdasarkan pengenalnya, trafo arus dapat dibagi menjadi:
a. Trafo arus dengan dua pengenal primer
- Primer paralel
Contoh: CT dengan rasio 800 – 1600 / 1 A. Untuk hubungan primer
paralel, maka didapat rasio CT 600 / 5 A, (Gambar 6-14).

P1 P2 P2
P1

S1 S2 S1 S2

Hubung Paralel Hubung Seri

Gambar 6-14. Hubungan Paralel dan Seri pada Trafo Arus

– Primer seri
Contoh: CT 800 – 1600 / 1 A
Untuk hubungan primer seri, maka didapat rasio CT
800 / 1 A, (lihat Gambar 6-14).

b. Trafo arus multi rasio/sekunder tap


Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari
tap yang terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun ada
juga yang memiliki lebih dari dua tap (lihat Gambar 6-15).
Contoh:
– Trafo arus dengan dua tap: 300 – 600 / 5 A
Pada Gambar 13.a., S1-S2 = 300 / 5 A, S1-S3 = 600 / 5 A.
– Trafo arus dengan tiga tap: 150 – 300 – 600 / 5 A

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Pada Gambar 13.b., S1-S2 = 150 / 5 A, S1-S3 = 300 / 5 A, S1-S4 = 600 / 5


A.

P1 P2 P1 P2

S1 S2 S3 S4
S1 S2 S3
CT Sekunder 2 Tap CT Sekunder 3 Tap

Gambar 6-15. Trafo Arus Multi Rasio/Sekunder Tap

6.1.5 Pengenal (Rating) Trafo Arus

6.1.5.1 Pengenal Beban (Rated Burden)


Pengenal beban adalah pengenal dari beban trafo arus dimana akurasi trafo
arus masih bisa dicapai dan dinyatakan dalam satuan VA. Umumnya bernilai
2.5, 5, 7.5, 10, 15, 20, 30 dan 40 VA.

6.1.5.2 Pengenal Arus Kontinyu (Continuous Rated Current)


Pengenal arus kontinu adalah arus primer maksimum yang diperbolehkan
mengalir secara terus-menerus (arus nominal). Umumnya dinyatakan pada
pengenal trafo arus, contoh: 300 / 5 A.

6.1.5.3 Pengenal Arus Sesaat (Instantaneous Rated Current)


Pengenal arus sesaat atau sering disebut short time rated current adalah
arus primer maksimum (dinyatakan dalam nilai rms) yang diperbolehkan
mengalir dalam waktu tertentu dengan sekunder trafo arus terhubung
singkat sesuai dengan tanda pengenal trafo arus (nameplate), contoh: Ith =
31.5 kA / 1 s.

6.1.5.4 Pengenal Arus Dinamik (Dynamic Rated Current)

I peak
Pengenal arus dinamik adalah perbandingan , dimana Ipeak adalah arus
I rated
puncak primer maksimum trafo arus yang diijinkan tanpa menimbulkan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

kerusakan dan Irated adalah arus nominal primer trafo arus, contoh: Idyn = 40
kA.

6.1.6 Kesalahan Trafo Arus


Pada trafo arus dikenal 2 jenis kesalahan, yaitu:
Kesalahan perbandingan/rasio
Kesalahan perbandingan/rasio trafo arus berdasarkan IEC–185/1987 adalah
kesalahan besaran arus karena perbedaan rasio pengenal trafo arus dengan
rasio sebenarnya dinyatakan dalam:
KT ⋅ I S − I P
ε= ⋅ 100% ,
IP

dimana ε = kesalahan rasio trafo arus (%),


KT = pengenal rasio trafo arus,
IP = arus primer aktual trafo arus (A), dan
IS = arus sekunder aktual trafo arus (A)

6.1.6.1 Kesalahan Sudut Fasa


Kesalahan sudut fasa adalah kesalahan akibat pergeseran fasa antara arus
sisii primer dengan arus sisi sekunder. Kesalahan sudut fasa akan
memberikan pengaruh pada pengukuran berhubungan dengan besaran arus
dan tegangan, misalnya pada pengukuran daya aktif maupun daya reaktif,
pengukuran energi dan relai arah. Kesalahan sudut fasa dibagi menjadi dua
nilai, yaitu:
 Bernilai positif (+) jika sudut fasa IS mendahului IP
 Bernilai negatif (–) jika sudut fasa IS tertinggal IP

IS
Sudut fasa (δ1) negatif
IP

Sudut fasa (δ1) positif

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Gambar 6-16. Kesalahan Sudut Trafo Arus

6.1.7 Kesalahan Komposit (Composite Error)


Kesalahan komposit (%) berdasarkan IEC – 185 merupakan nilai rms dari
kesalahan trafo arus yang ditunjukkan oleh persamaan berikut:
T
1 1
⋅ ∫ ( K T ⋅ i S − i P ) dt ⋅ 100% ,
2
EC = ⋅
IP T 0

dimana :
EC = kesalahan komposit (%),
IP = arus primer (A),
T = periode (detik),
KT = pengenal rasio trafo arus,
iS = arus sesaat sekunder (A), dan
iP = arus sesaat primer (A).

6.1.8 Ketelitian/Akurasi Trafo Arus


Ketelitian trafo arus dinyatakan dalam tingkat kesalahannya. Semakin kecil
kesalahan sebuah trafo arus, semakin tinggi tingkat ketelitian/akurasinya.

6.1.8.1 Batas Ketelitian Arus Primer (Accuracy Limit Primary Current)


Batas ketelitian arus primer adalah batasan kesalahan arus primer minimum
dimana kesalahan komposit dari trafo arus sama atau lebih kecil dari 5%
atau 10% pada saat sekunder dibebani arus pengenalnya.

6.1.8.2 Faktor Batas Ketelitian (Accuracy Limit Factor / ALF)


Faktor batas ketelitian disebut juga faktor kejenuhan inti adalah batasan
perbandingan nilai arus primer minimum terhadap arus primer pengenal
dimana kesalahan komposit dari trafo arus sama atau lebih kecil dari 5%
atau 10% pada sekunder yang dibebani arus pengenalnya. ALF merupakan

I primer
perbandingan dari
I rated
Contoh:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

CT 5P20 dengan rasio 300 / 1 A, artinya accuracy limit factor (ALF) = 20,
maka batas ketelitian trafo arus tersebut adalah :
≤ 5% pada nilai 20 x Arus pengenal primer atau
≤ 5% * 300 A pada pengukuran arus primer 20 * 300 A, atau
≤15 A pada pengukuran arus primer 6000 A.

6.1.8.3 Kelas Ketelitian Trafo Arus Metering


Trafo arus metering memiliki ketelitian tinggi untuk daerah pengukuran
sampai 1,2 kali nominalnya. Daerah kerja trafo arus metering antara : 0.1 –
1.2 x IN trafo arus.

Kelas ketelitian trafo arus metering dinyatakan dalam prosentase kesalahan


rasio pengukuran baik untuk arus maupun pergeseran sudut fasa, seperti
pada Tabel 6-1 dan Tabel 6-2 di bawah ini.
Tabel 6-1. Batas Kesalahan Trafo Arus Metering

+/ - % Kes al ahan R as i o +/ - P er ges er an F as e pada


K el as Ar us pada % dar i % dar i Ar us P engenal
Ketel i ti an Ar us P engenal M eni t ( 1 / 6 0 der ajat)
5 20 100 120 5 20 100 120
0 ,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5
0 ,2 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10
0 ,5 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30
1 ,0 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60

Tabel 6-2. Batas Kesalahan Trafo Arus Metering

+/ - % Kesalahan Rasio +/ - Pergeseran Fase pada


Kelas Arus pada % dari % dari Arus Pengenal
Ketelitian Arus Pengenal Menit (1/ 60 derajat)

1 5 20 100 120 1 5 20 100 120


0,2S 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10
0,5S 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

x IS

10
8

4 ε ≤5
2
x IP
2 4 6 8 10 12

Gambar 6-17. Kurva Faktor Batas Ketelitian

6.1.8.4 Kelas Ketelitian Trafo Arus Proteksi


a. Kelas P
Kelas ketelitian trafo arus proteksi dinyatakan dalam pengenal sebagai
berikut: 15 VA, 10P20.
15 VA = Pengenal beban (burden) trafo arus, sebesar 15 VA.
10 P = Kelas proteksi, kesalahan 10 % pada pengenal batas akurasi.
20 = Accuracy Limit Factor, batas ketelitian trafo arus s.d. 20 kali
arus pengenal.
Tabel 6-3. Kesalahan Rasio dan Pergeseran Fasa Trafo Arus Proteksi

Pada Arus Pengenal Kesalahan Komposi t


Kelas pada batas keteliti an
Keteli tian Kesalahan Rasio Kesalahan Sudut Arus Primer Pengenal
(% ) (menit) (% )

5P ±1 ± 60 5
10P ±3 - 10

b. Kelas TPX, TPY dan TPZ


Trafo arus yang mempunyai sirkit tanpa ataupun dengan celah udara serta
mempunyai tipikal konstanta waktu sekunder, dikelompokkan sebagai
berikut:

Kelas TPX (non gapped core)

Trafo arus TPX adalah trafo arus tanpa celah udara dengan konstanta
waktu lebih lama dari 5 detik, umumnya 5 s.d. 20 detik. Trafo arus jenis ini

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

mempunyai ketelitian tinggi, arus magnetisasi yang sangat rendah, presisi


pada transformasi komponen AC dan DC.
– Cocok untuk semua jenis proteksi.

– Faktor remenensi KR ≈ 0.8

– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal.

– Dapat dikombinasikan dengan trafo arus jenis TPY.

– Pengguna (user) harus menyertakan nilai minimum dari Vknee dan nilai
rms maksimum dari arus eksitasi.
– Trafo arus jenis TPX ini pada umumnya digunakan pada sistem
tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi untuk proteksi: Busbar, CCP, dan
REF.

Kelas TPY (anti remanence gapped core)

Trafo arus TPY adalah trafo arus yang memiliki celah udara kecil (pada inti)
dengan konstanta waktu 0.2 s.d. 5 detik. Trafo arus jenis ini hampir sama
dengan trafo arus jenis TPX namun transformasi komponen DC tidak seteliti
trafo arus TPX.
– Kesalahan transien lebih besar pada konstanta waktu yang kecil.

– Faktor remenensi KR < 0.1

– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan mahal.

– Cocok untuk semua jenis proteksi.

– Toleransi konstanta waktu sekunder ± 20 % jika Ts < 2 detik dan CT


digunakan untuk proteksi penghantar (LP).

Kelas TPZ (linear core)

Trafo arus TPZ adalah trafo arus yang memiliki celah udara besar (pada inti)
dengan konstanta waktu 60 milidetik ±10%.
Arus magnetisasi 53% dari arus sekunder pada keadaan tunak (steady
state).
– Faktor remenensi KR ≈ 0

– Ukuran core 1/3 dari tipe TPX dan TPY untuk keperluan yang sama,

– Hanya dapat dikombinasikan dengan trafo arus jenis TPZ saja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

6.1.9 Pemeliharaan Trafo Arus


Lingkup pengujian trafo arus adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Rasio,
2. Pengujian Beban,
3. Pengujian Kejenuhan (Saturasi),
4. Pengujian Polaritas,
5. Pengukuran Tahanan DC (R dc), dan
6. Pengukuran Tahanan Isolasi (Megger).

6.1.9.1 Pengujian Rasio Trafo Arus


Pengujian rasio CT dilakukan untuk membandingkan rasio transformasi arus
primer dan sekunder, apakah sesuai dengan tanda pengenal (nameplate)
trafo arus.
Pengujian rasio sesuai dengan IK-OPH/CT-03/P3BS/2007.

P1 P2

S1 S2
Alat Uji Arus

A A
220 V

Gambar 6-18. Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus

6.1.9.2 Pengujian Beban (Burden) Trafo Arus


Pengujian beban trafo arus dilakukan untuk mengetahui besar kemampuan
trafo arus apakah masih sesuai dengan spesifikasi teknis yang tertulis pada
tanda pengenal trafo arus.
Pengujian beban trafo sesuai dengan IK-OPH/CT-06/P3BS/2007.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

S1

S2
Alat Uji
Arus A A
V A
22
0V

Gambar 6-19. Rangkaian pengujian beban trafo arus

6.1.9.3 Pengujian Beban pada Rangkaian Sekunder Trafo Arus


Pengujian beban rangkaian sekunder dilakukan untuk mengetahui besar
beban yang tersambung pada sekunder trafo arus dibandingkan dengan
kemampuan beban trafo arus. Pengujian beban rangkaian sekunder dengan
IK-OPH/CT-07/P3BS/2007.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Relai A
S1

S2

Alat Uji
A AV A
Arus 220
V

Gambar 6-20. Rangkaian Pengujian Beban Trafo Arus

6.1.9.4 Pengujian Kejenuhan Trafo Arus (Saturasi)


Pengujian kejenuhan trafo arus dilakukan untuk mengetahui tegangan knee
(Knee point) terhadap referensi dari tanda pengenal trafo arus dan kurva
magnetisasi pada masing-masing inti (core), kemudian dibandingkan
dengan kebutuhan persyaratan tegangan pada rangkaian sekunder (Vs)
yang ditinjau saat terjadi gangguan hubung singkat maksimum.
Pengujian kejenuhan CT sesuai dengan IK-OPH/CT-04/P3BS/2007.

Pengatur tegangan uji

220 V
S1

S2
A
A V
A

Gambar 6-21. Rangkaian Uji Saturasi Trafo Arus

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

V Trafo arus proteksi


dV = 10%

Trafo arus metering

dI = 50%
I

Gambar 6-22. Kurva Kejenuhan Trafo Arus

6.1.9.5 Pengujian Polaritas


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah arah arus (polaritas) dari
trafo arus yang terpasang sudah benar.
Pengujian polaritas CT sesuai dengan IK-OPH/CT-09/P3BS/2007.

Batere
S
i
+ -
P1 P2 A
+ -m
A dc

S1

S2

Gambar 6-23. Rangkaian Uji Polaritas Trafo Arus

6.1.9.6 Pengukuran Tahanan DC (R dc)


Pengukuran tahanan DC trafo arus bertujuan untuk mengetahui nilai
tahanan DC internal trafo arus. Nilai tahanan DC pada trafo arus biasanya
dipakai untuk menghitung setelan pada relai gangguan tanah terbatas
(restricted earth fault). Pengukuran tahanan DC sesuai dengan IK-OPH/CT-
08/P3BS/2007.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada


semua terminal sekunder pada masing-masing inti
seperti Gambar 19.
- Terminal 1S1 – 1S2,

mΩ A- Terminal 1S1 – 1S3,

- Terminal 2S1 – 2S2, dan


S1 S2
- Terminal 2S1 – 2S3.

Gambar 6-24. Rangkaian Pengukuran Tahanan DC Trafo Arus

6.1.9.7 Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Arus (Megger)

Tahanan isolasi yang akan diukur adalah antara:


– terminal primer (P1/P2) - ground,

– terminal primer (P1/P2) – sekunder (S1/S2), dan

– terminal sekunder (S1/S2) - ground, secara bergantian.

Tegangan uji peralatan (Megger) yang digunakan adalah


– skala 5000 V untuk sisi primer ( P1 atau P2 - Ground), dan

– skala 1000-2500 V untuk sisi sekunder ( 1S1 – 2S1).

Pengujian tahanan isolasi sesuai dengan IK-OPH/CT-02/P3BS/2007

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

MΩ

S1 S2

Gambar 6-25. Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Arus

Contoh Perhitungan Kejenuhan Inti

Diketahui arus hubung singkat maksimum IF max = 7266 A, rasio CT 1000 /5 A


dan kelas 10P20, burden 7.5 VA.
CT tersebut dihubungkan pada rangkaian relai proteksi dengan nilai tahanan
internal RCT = 0.26 Ω, Rrelai = 0.02 Ω, Rkawat = 0.15 Ω
Perhitungan untuk relai arus lebih:
 tegangan pada sisi sekunder CT adalah:
VS = I F ⋅ ( RCT + Rrelai + Rkawat ) Volt

5
VS = 7226 × ⋅ ( 0.26 + 0.02 + 0.15) Volt
1000
VS = 15.54 Volt

 tegangan knee (V knee) CT adalah:


 VA 
Vk =  + RCT ⋅ I n  × ALF Volt
 In 
 7.5 
Vk =  + 0.26 ⋅ 5  × 20 Volt
 5 
Vk = 56 Volt

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Vk >VS –– dengan demikian CT masih memenuhi kebutuhan

6.2 TRAFO TEGANGAN (POTENTIAL TRANSFORMER / PT)

6.2.1 Definisi dan Fungsi Trafo CVT / PT

Trafo tegangan adalah trafo yang dirancang khusus untuk fungsi pengukuran
tegangan pada rangkaian primer dan mengkonversinya menjadi besaran
sekunder.
Fungsi trafo tegangan (PT) :
• Mengkonversi besaran tegangan pada sistem tenaga listrik dari
besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem
metering dan proteksi.
• Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer.
• Standarisasi besaran sekunder, yaitu tegangan 100, 100/√3,
110/√3 dan 110 volt.
Trafo tegangan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, trafo tegangan magnetik
(magnetic voltage transformer/VT) atau yang sering disebut trafo tegangan
induktif, dan trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer/CVT).
Jenis trafo tegangan induktif umumnya dipakai pada tegangan s.d. 145 kV
sedangkan jenis trafo tegangan kapasitif dipakai pada tegangan diatas 145
kV. Trafo tegangan kapasitif juga dapat dipakai dengan peralatan PLC untuk
komunikasi melalui saluran transmisi tegangan tinggi.
Trafo tegangan umumnya dihubungkan pada tegangan fasa – tanah.

6.2.2 Prinsip Kerja


Berikut ini adalah gambar rangkaian pengganti trafo tegangan.

E1 E2

N1 N2

Gambar 6-26. Rangkaian Pengganti Trafo Tegangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Prinsip kerja trafo tegangan adalah berdasarkan persamaan berikut:


E1 N 1
= =a,
E2 N 2
dimana:
a = perbandingan transformasi dimana N 1 > N 2 ,
N1 = jumlah lilitan primer,
N2 = jumlah lilitan sekunder,
E1 = tegangan primer (Volt), dan
E2 = tegangan Sekunder (Volt).
Pada dasarnya, prinsip kerja trafo tegangan sama dengan prinsip kerja pada
trafo arus. Pada trafo tegangan perbandingan transformasi tegangan dari
besaran primer menjadi besaran sekunder ditentukan oleh jumlah lilitan primer
dan sekunder.

Diagram fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk trafo
tegangan, lihat Gambar 6-3. Diagram Fasor Arus dan Tegangan pada Trafo
Arus.

Rangkaian ekivalen trafo tegangan adalah :

Vi Vo ZB

Gambar 6-27. Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan

6.2.3 Klasifikasi Trafo Tegangan Menurut Prinsip Kerjanya


Menurut prinsip kerjanya, trafo tegangan diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu:
• Trafo Tegangan Induktif (inductive voltage transformer atau
electromagnetic voltage transformer)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Trafo tegangan induktif adalah trafo tegangan yang terdiri dari belitan
primer dan belitan sekunder dengan prinsip kerja tegangan masukan
(input) pada belitan primer akan menginduksikan tegangan ke belitan
sekunder melalui inti.
• Trafo Tegangan Kapasitor (capasitor voltage transformer)
Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kapasitor yang berfungsi
sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah
pada primer, selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder.

6.2.3.1 Kontruksi Trafo Tegangan Induktif (Voltage Transformer / VT)


Trafo tegangan jenis ini banyak dipakai pada tegangan 12 kV sampai 170
kV. Konstruksi trafo tegangan induktif adalah sebagai berikut:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

7
Keterangan gambar:
6 1. Kertas/Isolasi Minyak
Mineral/Quartz filling.
2. Belitan Primer: vernis
5 ganda-isolasi kawat tembaga,
tahan pada suhu tinggi.
3. Inti: bukan orientasi
1 listrik baja memperkecil
resiko resonansi besi
4. Belitan Sekunder
5. Isolator Keramik
4 2 6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
3 8. Terminal Sekunder
8

Gambar 6-28. Konstruksi Trafo Tegangan Induktif

6.2.3.2 Kontruksi Trafo Tegangan Kapasitor (Capacitor Voltage Transformer)


Bagian –bagian utama CVT :

1). HV.T adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal) yaitu bagian
yang dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan bus
maupun tegangan penghantar terminal tegangan tinggi/primer.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 29


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

2). C1, C2 adalah kapasitor pembagi tegangan (capacitive voltage divider)


yang berfungsi sebagai pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo
tegangan menjadi tegangan pengukuran yang lebih rendah. Kapasitansi
C2 lebih besar dari C1. Sebagai contoh untuk CCVT 110/√3 kV / 100/√3 V
dengan maksimum tegangan fasa – tanah 71 kV, kapasitansi masukan
(input capacity) 8.800 pF yang terdiri dari C1 = 20.661 pF, dan C2 =
182.504 pF (C1 dan C2 terhubung seri).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 30


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

5
C
6
1

C
2
2

3 7

Gambar 6-29. Konstruksi Trafo Tegangan Kapasitif

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 31


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

3). L0 adalah induktor penyesuai tegangan (medium voltage choke) yang


berfungsi untuk mengatur/menyesuaikan supaya tidak terjadi pergeseran
fasa antara tegangan masukan (vi) dengan tegangan keluaran (vo) pada
frekuensi dasar.
4). PT adalah trafo tegangan yang memberikan tegangan sekunder vo untuk
masukan pada instrumen meter dan peralatan/relai proteksi dengan
mengubah tegangan menengah dari kapasitor pembagi tegangan ke
tegangan rendah.

5). Rubber bilow adalah sebagai katup pernapasan (dehydrating breather)


untuk menyerap udara lembab pada kompartemen yang timbul akibat
perubahan temperatur, sehingga akan mencegah penurunan isolasi
minyak.

6). Isolator adalah Isolator porselen penyangga, tempat kedudukan


kapasitor dan berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan
tinggi.

7). 1a, 2a adalah terminal keluaran untuk tegangan sekunder, sebagai


contoh untuk rasio CVT 50 Hz adalah 150/√3kV / 100/√3 volt atau rasio
sama dengan 1500.
Bagian-bagian lainnya:
- PG (protective gap) adalah gap pengaman,
- H.F (high frequency) adalah teminal frekuensi tinggi yang berkisar
sampai puluhan kilohertz, sebagai pelengkap pada salah satu
konduktor penghantar dalam memberikan sinyal komunikasi melalui
PLC,
- L3 adalah reaktor pentanahan yang berfungsi untuk meneruskan
frekuensi 50 Hz,
- SA (surge arrester) atau arester surja adalah pelindung terhadap
gelombang surja petir, dan
- S adalah sakelar pentanahan (earthing switch), yang biasanya
dipergunakan pada kegiatan pemeliharaan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 32


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

6.2.3.3 Prinsip kerja CCVT


Coupling Capacitive Voltage Transformer (CCVT) digunakan untuk
instrumentasi, khususnya pada peralatan-peralatan meter dan proteksi. Pada
umumnya kinerja CCVT sangat baik pada kondisi steady state.
Prinsip kerja CCVT adalah menurunkan besaran tegangan primer (150 kV)
menjadi besaran tegangan sekunder (100 volt) melalui kapasitor (C1 & C2)
yang berfungsi sebagai pembagi tegangan (voltage divider) dan trafo
tegangan sebagai penurun tegangan. Keluaran tegangan sekunder
dirancang seakurat mungkin sama dengan perbandingan rasio tegangan
masukan disisi primer dalam segala kondisi operasi.

C1+C2 Lc

Zb
Vo

C1
V i= ⋅V p
C1 + C 2
Gambar 6-30. Rangkaian Ekivalen CVT
dimana :
Vi = tegangan tinggi ekivalen (input),
Vp = tegangan tinggi sisi primer CVT,
Vo = tegangan keluaran (output),
C1 = adalah kapasitor tegangan tinggi,
C2 = adalah kapasitor tegangan menengah,
Lc = induktansi choke, dan
Zb = impedansi beban.
Tegangan keluaran CVT:
N2
Vo = ⋅ Vi Volt,
N1

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 33


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Pada keadaan tunak (steady state) kondisi ini dapat dipenuhi sesuai dengan
desain dan penyetelan CCVT, namun akurasi CCVT akan menurun pada
keadaan peralihan (transient) mengikuti komponen induktif, kapasitif dan
nonliniernya, seperti:
- pada gejala peralihan switching operations pemutus tenaga (PMT) atau
pemisah (PMS).
- terjadinya sambaran petir langsung atau tidak langsung pada saluran
transmisi tegangan tinggi (SUTT/SUTET) yang terhubung ke busbar gardu
induk, yang diikuti ataupun tidak diikuti kerusakan isolasi; atau kerjanya
arrester.

Oleh karena itu, dalam menentukan rancangan instalasi meter dan proteksi,
harus mempertimbangan beberapa karakteristik kerja CCVT dan kesalahan
(error) akibat arus eksitasi dan pembebanan (burden) CCVT tersebut.
Kesalahan (error) pembacaan pada meter dan proteksi dapat juga
disebabkan terjadinya osilasi feroresonansi (ferroresonance) yang
diakibatkan :
– apabila sirkit kapasitansi beresonansi dengan induktasi nonlinier inti besi
(iron core). Gejala-gejala ini juga terjadi pada kondisi operasi pemberian
tegangan (energize) pada saluran tanpa beban yang diikuti fenomena
tegangan lebih (overvoltage), sehingga dapat menyebabkan kerusakan
peralatan atau penurunan tahanan.
– Pelepasan beban (rejection of load) sebelum hilangnya gangguan hubung
singkat temporer juga menyebabkan kondisi kritis terjadinya osilasi
feroresonansi.
Bahaya tegangan lebih tidak terjadi selama periode gangguan hubung
singkat, karena terjadi penurunan tegangan pada saat hubung singkat,
namun sebaliknya pada saat hilangnya gangguan, tegangan sistem dapat
naik dan menimbulkan gejala feroresonansi.

6.2.4 Kesalahan Trafo Tegangan

Trafo tegangan biasanya dibebani oleh rangkaian impedansi yang terdiri dari
relai-relai proteksi, peralatan meter dan kawat (penghubung dari terminasi
PT ke instrumen proteksi maupun meter).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 34


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

Kesalahan pengukuran PT (ε) berdasarkan IEC-186 adalah sebagai berikut:


Kesalahan PT didefinisikan sebagai:
K T ⋅ VS − V P
ε= × 100% ,
VP
dimana:
K T = perbandingan rasio pengenal,
V P = tegangan primer aktual (Volt), dan
VS = tegangan sekunder aktual (Volt).

Jika kesalahan trafo tegangan (ε) positif maka tegangan sekunder lebih
besar dari nilai tegangan nominal pengenalnya.

Jumlah lilitan yang lebih kecil pada pembebanan rendah dan negatip pada
pembebanan besar.

Selain kesalahan rasio juga terdapat kesalahan akibat pergeseran fasa.


Kesalahan ini bernilai positif jika tegangan sekunder mendahului tegangan
primer.

Untuk pemakaian proteksi akurasi pengukuran tegangan menjadi penting


selama kondisi gangguan.

Batasan akurasi Trafo Tegangan seperti tabel berikut: dengan pengenal


tegangan 0.8 s.d. 1.2 kali dan pengenal beban 0.25 s.d. 1 kali pada faktor
daya 0.8.

Tabel 6-4. Batas Kesalahan Trafo Tegangan Pengukuran

+/ - % Kesalahan Rasio +/ - Pergeseran Fase pada


Kelas
Tegangan pada % dari Tegangan Pengenal
Ketelitian
Tegangan Pengenal Menit (1/ 60 derajat)

0,1 0.1 5
0,2 0.2 10
0,5 0.5 20
1,0 1.0 40
3,0 3.0 tidak ditentukan

Tabel 6-5. Batas Kesalahan Trafo Tegangan Proteksi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 35


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

+ / - % Ke s al a han R asi o +/ - P er ges e r a n F as e pada


K el as
Tega nga n pada % dar i Te ganga n P engenal
K etel i ti an
Tegangan P e ngena l M e ni t (1 / 6 0 der ajat)

3P 3.0 120
6P 6.0 240

6.2.5 Pengujian Trafo Tegangan (PT/CCVT)


Lingkup Pengujian pemeliharaan trafo tegangan (PT/CCVT) adalah:
1. Pengujian Rasio
2. Pengujian Tahanan Isolasi
3. Pengujian Tangen Delta (Dielectric Loss Factor and Capacitance) khusus
untuk CVT
4. Pengujian Beban pada Rangkaian Sekunder

6.2.5.1 Pengujian Rasio Tegangan

Pengujian ini dilakukan dengan cara menginjeksikan tegangan secara


bertahap sampai dengan tegangan yang diinginkan, misalnya 500 Volt.
Perhatikan pembacaan tegangan pada alat uji, dan parameter VA Meter
secara bersamaan.
Kemudian data hasil pengukuran sisi primer dan sekunder dibandingkan,
sehingga prosentase kesalahan (error) rasio primer-sekunder dapat dihitung.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 36


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

a n

Alat Uji Tegangan

VA Meter

220 V

Gambar 6-31. Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Tegangan

Khusus untuk pengujian rasio pada CVT menggunakan peralatan HV-Test.


Pengujian rasio PT/CVT sesuai dengan IK-OPH/PT-03/P3BS/2007.

6.2.5.2 Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo Tegangan (Megger)


(sesuai dengan SE-032)

Tahanan isolasi yang akan diukur adalah antara:


– terminal primer (P) - ground,

– terminal sekunder (a1) - ground, secara bergantian.

Tegangan uji peralatan (Megger) yang digunakan adalah


– skala 5000 V untuk sisi primer ( P1 atau P2 - Ground), dan

– skala 1000-2500 V untuk sisi sekunder ( a1).

Pengukuran tahanan isolasi PT/CVT sesuai dengan IK-OPH/PT-


02/P3BS/2007.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 37


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

MΩ

N
a n

Gambar 6-32. Rangkaian Pengujian Tahanan Isolasi

6.2.5.3 Pengujian Tangen Delta (Dielectric Loss Factor and Capacitance)


Pengujian Tangen Delta (Dielectric Loss Factor and Capacitance) Khusus
pada CVT adalah sebagai berikut. Kapasitor kopling (coupling capacitor)
pada CVT merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan
performa CVT tersebut. Material isolasi (insulation) yang digunakan
kapasitor adalah material plastik film sebagai lapisan bersama-sama dengan
material kertas, (paper-polypropylene film) dan diimpregnasikan dengan
minyak sintetis (synthetik). Sehingga nilai kapasitansinya dipengaruhi oleh
kondisi minyak sintetis tersebut. Untuk itu perlu perhatian khusus dengan
melakukan pemeriksaan dan mengujian untuk mengetahui kondisi minyak
sintetisnya. Apabila hasil ukur faktor daya (power factor) menurun, maka
direkomendasikan dilakukan penggantian minyak. Dalam kondisi baru nilai
faktor dayanya adalah 0,2 – 0,3%. Perubahan-perubahan nilai faktor daya
yang terjadi dengan cara membandingkan hasil pada saat komisioning
(commisioning).

Selain itu, pengukuran coupling capacitor perlu dilakukan untuk mengetahui


adanya terjadi perubahan nilai kapasitansinya terhadap nilai yang standar
(yang tertera pada name plate) karena akan mempengaruhi performance
karateristik kerjanya. Beberapa pabrikan menyatakan apabila kenaikan nilai
capacitansi hingga hasil pengukuran yang lebih besar 1 % terhadap nilai
pada name plate, memberikan indikasi telah terjadi beberapa elemen

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 38


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

hubung singkat, dan direkomendasikan untuk melepas dan diganti dengan


yang baru. Pengukuran tangen delta untuk CVT sesuai dengan IK-OPH/PT-
06/P3BS/2007.

Tan delta

C1

C2

Gambar 6-33. Rangkaian Pengujian Tangen Delta pada CVT

Dari rangkaian diatas :


- Pengukuran kapasitansi C1 : terminal A – B,
- Pengukuran kapasitansi C2 : terminal B – C, dan
- Pengukuran kapasitansi total (C1 - C2) : terminal A – C.

Hal-hal harus diperhatikan dalam pengujian ini adalah


1. Jenis dan tipe serta spesifikasi teknis CVT yang akan diuji,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 39


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

2. Nilai kapasitansi nominalnya sesuai tanda pengenal,


3. Gambar skematik dan kontruksi CVT, dan
4. Peralatan uji yang digunakan.

6.2.5.4 Pengujian Beban pada Rangkaian Sekunder CVT


Pengujian beban rangkaian sekunder dilakukan untuk mengetahui besar
beban yang tersambung pada rangkaian sekunder CVT dibandingkan
dengan kemampuan beban pada tanda pengenal CVT. Pengujian beban
rangkaian sekunder trafo tegangan sesuai dengan IK-OPH/PT-
05/P3BS/2007.

6.3 BATASAN – BATASAN OPERASI TRAFO PENGUKURAN

6.3.5 Jadwal Pengukuran Minyak Isolasi Trafo Pengukuran

Tabel 6-6. Jadwal pengujian Minyak Isolasi CT/PT/CVT

Periode (tahun)
Tegangan
Pengukuran
Nominal
Non Sealed Sealed

Batas operasi minyak


37 s.d. 72.5 kV 6 10
isolasi
Batas operasi minyak
73 s.d. 275 kV 5 8
isolasi

6.3.6 Pemasangan Spark Gap Pada Isolator Bushing

Tabel 6-7. Batasan Pemasangan Spark Gap pada Bushing (Standar VDE
0111/12.66)

BIL Jarak antara Gap


Tegangan Nominal
( kV ) ( mm )

125 155
20 kV
95 115

235 400
70 kV
250 340

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 40


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

550 700
150 kV 650 830
750 1000

6.3.7 Pengukuran Dielektric Minyak CT/PT/CVT

Tabel 6-8. Batasan hasil uji tahanan isolasi Minyak CT/PT/CVT (Standar IEC-
156)

Kekuatan Dielektrik (kV/cm) Tan δ Kandungan


Tegangan
Nominal
Minyak baru Minyak lama (%) mgKOH/g

< 70 kV ≥ 200 ≥ 120 ≥ 10 ≤ 0.5

70 - 170 kV ≥ 200 ≥ 160 ≥ 10 ≤ 0.3

> 170 kV ≥ 200 ≥ 200 ≥ 10 ≤ 0.3

6.3.8 Pengukuran Tahanan Isolasi (Megger)

Tabel 6-9. Batasan Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Rangkaian Sekunder


CT/PT/CVT (Standar IEEE 43-2000)

Terminal yang Tegangan Uji Tahanan Isolasi


Peralatan
diuji
( Volt ) (MΩ)

Primer-ground 2500 ≥ 5.000

Antar Primer
2500 ≥ 5.000
Trafo Arus (double/triple)

(CT) Primer-Sekunder 2500 ≥ 25.000

Sekunder-ground 1000-2500 ≥ 5.000

Primer-ground 2500 ≥ 5.000


Trafo Tegangan Primer-Sekunder 2500 ≥ 5.000
Induktif (PT)
Sekunder-ground 1000 - 2500 ≥ 5.000

Primer-Sekunder 2500 ≥ 5.000 *)


Trafo Tegangan
Kapasitif (CVT)
Sekunder-ground 1000 - 2500 ≥ 5.000 *)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 41


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 6. Pemeliharaan Trafo Arus & Trafo Tegangan

*) Catatan : pada temperatur ± 20º C (68ºF)

6.3.9 Pengukuran Jarak Rayap (Creepage Distance)


Tabel 6-10. Batasan Jarak Rayap Bushing Isolator (Standar IEC-44.1)

Jarak Rayap Perbandingan


Tingkat
minimum Jarak Rayap
Polusi
(mm) Jarak Busur

I. Light 16 ≤ 3.5
II. Medium 20 ≤ 3.5

III. Heavy 25 ≤ 4.0


IV. Very Heavy 31 ≤ 4.0

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 42

Anda mungkin juga menyukai