Anda di halaman 1dari 4

Tema : Menerapkan Strategi Mengajar Inspiratif di Kelas

Implementasi Pembelajaran STEM pada Pelajaran Sejarah


“Mengatasi Permasalahan Tentang Rasa Kejenuhan Siswa Saat Belajar Sejarah”

Penulis : Ucep Saifulloh, S.Pd


Asal : SMA Negeri 1 Palas, Lampung

Pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses pembelajaran mengenai


pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang mana nantinya akan diteruskan kepada generasi selanjutnya melalui proses
pengajaran, pelatihan ataupun penelitian. Pendidikan biasanya terjadi dengan bantuan
orang lain atau biasa disebut pembimbing. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat
terjadi tanpa direncanakan atau disebut dengan otodidak. Seperti yang kita ketahui
bahwa pendidikan secara umum telah terbagi pada beberapa tingkatan atau jenjang yaitu
Prasekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan
Perguruan Tinggi. Setiap jenjang telah menempati kedudukan masing-masing sesuai
tujuan yang dicapai. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan
pengajaran dan atau pelatihan adalah proses, cara, perbuatan mengajar atau melatih.

Pendidikan sangat penting peranannya bagi setiap orang. Dengan mengenyam


pendidikan, seseorang dapat mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui
sebelumnya. Kondisi pendidikan yang ada di Indonesia telah banyak mengalami
perubahan dari masa ke masa. Perubahan tersebut sengaja dilakukan agar tercapainya
mutu pendidikan yang berkualitas. Negara dikatakan berhasil apabila penyelenggaraan
pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik. Telah banyak upaya yang dilakukan agar
mutu pendidikan yang ada di Indonesia dapat meningkat. salah satunya adalah dengan
menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang dapat merangsang kemampuan
siswa untuk berkembang. Dengan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif maka
tujuan pembelajaran akan tercapai.

Untuk mencapai keberhasilan dari tujuan pembelajaran di dalam kelas sangat


ditentukan oleh kemampuan seorang guru dalam mengatur kondisi pembelajaran.
Seorang guru harus terlebih dahulu memahami keadaan siswa di kelas. Kemudian
menentukan strategi serta model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
mengembangkan kemampuannya karena dengan menerapkan strategi dan model yang
tepat dalam proses pembelajaran akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan siswa
baik kognitif, apektif, maupun psikomotor. Namun hampir di setiap sekolah kebanyakan
guru masih menggunakan cara yang tradisional dalam penyampaian materi di dalam
kelas. Sehingga akhirnya peran guru di kelas lebih mendominasi dan siswa tidak dapat
mngembangkan kemampuannya karena hanya mendengarkan dan mencatat. Seharusnya
peran guru di kelas hanya membimbing serta mengarahkan siswa, sedangkan siswalah
yang lebih aktif dalam proses pembelajaran agar kemampuan siswa dapat berkembang.
Pada kondisi seperti itulah hingga akhirnya muncul rasa bosan, jenuh, dan tidak
tertariknya siswa pada pelajaran. Banyak kasus yang ditemukan dilapangan, siswa lebih
jenuh ketika saat belajar siswa hanya mencatat dan mendengar ceramah gurunya. Kasus
seperti ini sangat identik pada pelajaran-pelajaran sosial terlebih lagi pelajaran sejarah.
Guru sejarah saat ini dituntut untuk kreatif dan mampu mengembangkan inovasi
pembelajaran agar siswa di dalam kelas tidak jenuh dan bosan saat belajar sejarah.

Sebenarnya banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan


oleh guru untuk menciptakan pembalajaran yang efektif di dalam kelas. Namun, tidak
semua model pembelajaran terbaru ini bisa diterapkan pada pelajarn-pelajaran sosial.

Penulis pun selama menjadi pendidik dalam kurun waktu 5 tahun sering kali
dihadapkan dengan kasus tersebut. Siswa yang terkadang jenuh dalam belajar, siswa
yang merasa tidak tertarik saat belajar sejarah. Penulis merasa tertantang dengan
keadaan tersebut. Penulis pernah beberapa kali mencoba model dan metode
pembelajaran terbaru untuk menunjang pembelajaran dikelas agar efektif. Yang pernah
penulis coba ialah mengembangkan teknik diorama saat pelajaran sejarah, dan penulis
pun pernah mencoba mengaitkan pelajaran sejarah dengan konsep IPA.

Alhamdulillahnya, Pada tahun 2019 penulis sempat diundang pelatihan yang


diadakan oleh lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan sosial (PPPPTK
IPS) tentang mendesain pembelajaran ilmu sosial dalam pembelajaran HOTS dan
STEM melalui pendidikan karakter. Penulis saat itu diperintahkan untuk
mengembangkan materi yang ada pada kompetensi dasar pelajaran sejarah dan
mengaitkan dengan model pembelajaran HOTS dan STEM. Untuk HOTS mungkin
masih bisa dikaitkan dengan semua materi yang ada pada pelajaran sejarah, tetapi untuk
STEM penulis menghadapi kesulitan karena STEM itu sendiri adalah Science,
Technologi, Enginering, dan Mathemathics dari keempat konsep itu sangat erat dengan
pelajaran sains atau pengetahuan alam.

Awalnya penulis masih kebingungan dengan konsep STEM. Setelah mendapat


penjelasan dari pemateri PPPPTK IPS, akhirnya penulis mengerti bagaimana cara
mengaitkan model pembelajaran STEM pada pelajaran sejarah. Ketika penulis mulai
mengonsep pembelajaran STEM dengan materi sejarah ternyata kegiatan yang pernah
penulis lakukan pada siswa di sekolah untuk mengatasi permasalahan kejenuhan siswa
dalam belajar sejarah sangat relevan. Saat itu penulis meminta kepada seluruh siswa
untuk menentukan topik yang akan diangkat dan mengaitkan dengan konsep STEM.
Saat itu siswa yang penulis jadikan objek adalah kelas XII dengan materi revolusi
industri. Penulis meminta seluruh siswa untuk membuat sebuah alat atau mesin
sederhana yang dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kaitannya dengan
materi revolusi industri adalah bahwasanya siswa dapat menemukan alat baru yang
efesien yang nantinya bisa diberdayakan. Selama waktu yang penulis berikan kepada
siswa, akhirnya merekapun berhasil meciptakan alat atau mesin yang dinamakan mesin
firolisis. Maksudnya adalah mesin ini mampu merubah sampah plastik menjadi bahan
bakar sekelas premium/solar. Mesin yang dibuat siswa ini memuat unsur STEM dan
bisa dimanfaatkan dalam kehidupan untuk mengatasi permsalahan limbah plastik.
Konsep-konsep dari STEM termuat di dalamnya dan konsep dari materi sejarah yakni
revolusi industri pun berkaitan. Ketika siswa berhasil menciptakan alat yang bermanfaat
berkat hasil kerja keras mereka, terlihat rasa kebanggaan dalam diri siswa karena telah
berhasil menerapkan ilmu yang di dapat.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dirancang dalam menerapkan


pembelajaran STEM dan berikut ini adalah contoh dari lang-langkah yang telah penulis
buat saat melaksanakan pembelajaran STEM bersama siswa di kelas:

- Factual: Fenomena sosial polusi udara, kerusakan struktur tanah, dan


permasalahan sosial yang ditimbulkan (sosiologi: konflik sosial, geografi: polusi
udara, struktur tanah)
- Konseptual: Upaya mengurangi dampak pencemaran lingkungan berdasarkan
kajian dari penerapan revolusi hijau di Indonesia
- Prosedural: Merancang teknologi sederhana ramah lingkungan
- Science : Perubahan unsur senyawa(kimia), pembuatan pupuk kompos,
pelestarian lingkungan (biologi)
- Technologi : Menggunakan alat pencacah daun dan komposter
- Enginerering : Merancang desai alat pencacah daun dan komposter
- Mathemathics : Menghitung ukuran dan membuat bangun ruang
- Metakognitif: Menganalisis dampak penggunaan alat desain rancangan terhadap
kehidupan masyarakat (ekonomi: nilai tambah kegunaan barang, peningkatan
hasil produksi, PPKn : Cinta tanah air, agama: Mensyukuri Nikmat Tuhan)

Dari penerapan model pembelajaran STEM ini pada pelajaran sejarah menurut
penulis sangat efektif meski memerlukan waktu beberapa hari pengerjaannya. Namun
bisa mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar sejarah karena tidak hanya mencatat
materi sejarah tetapi seluruh siswa dituntut untuk menerapkan ilmu yang didapat dan
merealisasikannya. Dan dari segi akademik pun terlihat peningkatannya dibanding
sebelum penulis menerapkan pembelajaran STEM ini, karena saat mempraktekkan
materi seluruh siswa diharapkan memahami materi yang akan diangkat dalam proyek
ini. Setelah pengerjaan proyek selesai dan seluruh siswa telah mempresentasikan di
dalam kelas maka kita sebagai guru melakukan kegiatan posttest untuk mengetahui
pencapaian materi siswa.
Dalam pengerjaan proyek ini, kita sebagai guru harus tetap mengawasi seluruh
siswa agar tidak terjadi kesalahan atau kecelakaan kerja. Ketika siswa tidak faham atau
bingung menerapkan konsep STEM ini kita sebagai pendamping diharapkan bisa
membantu siswa mengatasi kebingungannya. Kita sebagai guru sejarah ketika
menerapkan model ini harus faham dulu tentang STEM, maksudnya kita harus
menguasasi tentang ilmu sains, teknologi, mesin, hingga perhitungan atau matematika.
Penulis yakin, kita sebagai guru sejarah pasti bisa atau jika memungkinkan bisa kita
ajak kolaborasi guru atau rekan dari mata pelajaran lain untuk membantu proyek siswa.

Kendala yang dihadapi penulis dalam mempraktekkan model ini adalah ada
beberapa materi sejarah yang tidak memuat beberapa konsep dari STEM itu sendiri.
Tapi meski demikian, kita sebagai guru harus bisa lebih kreatif lagi dan mampu
mengembangkan model pembelajaran yang ada agar masalah yang dihadapai bisa
teratasi.

Penulis sangat mengharapkan sekali kepada seluruh guru sejarah yang ada di
sekolah manapun agar bisa menciptakan pelajaran yang menyenangkan dan menantang
agar siswa tidak jenuh dan semakin tertarik pada pelajaran sejarah. Pola fikir siswa
harus kita ubah dari rasa jenuh, bosan, dan tidak tertarik menjadi asyik, menyenangkan,
dan menarik saat belajar sejarah. Salah satunya yang dapat dipraktekkan ialah model
pembelajaran STEM ini di dalam kelas. Karena sudah penulis rasakan hasilnya, sangat
membantu sekali bagi penulis ketika dihadapkan kasus di atas saat penulis mengajar di
sekolah. Semangat untuk seluruh guru terkhusus guru sejarah di seluruh Indonesia.
Dirgahayu RI ke-76.

Profil singkat penulis :

Penulis adalah seorang guru sejarah yang mengajar di sekolah negeri yang ada di
provinsi Lampung. SMA Negeri 1 Palas adalah tempat penulis mengabdi, meski masih
honor tapi semangat mengajar penulis tetap membara. Penulis lahir di Bandarlampung
02 Februaru 1991, terlahir dari seorang ibu petani dan seorang ayah pedagang siomay.
Penulis telah mengabdi di SMA Negeri 1 Palas selama 5 tahun dan selamanya karena
sekolah ini adalah tempat penulis sekolah dahulu dan ada rasa ingin mengabdi pada
sekolah ini. Penulis menyelesaikan kuliah di Universitas Lampung prodi Pendidikan
Sejarah pada tahun 2015. Dan besar harapan penulis saat ini ialah agar seluruh guru
yang ada di Indonesia bisa bahagia dalam menjalankan profesi sebagai guru.

Anda mungkin juga menyukai