Anda di halaman 1dari 35

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS

X SMA LABORATORIUM UM TAHUN AJARAN 2012/2013


Proposal Skripsi

Oleh: Septia Kusumaningrum 209821420925

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari masa ke masa semakin pesat. Perkembangan ini memicu adanya arus globalisasi yang semakin hebat dan bersaing. Untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada dibutuhkan keahlian sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam salah satu faktor pembentuk sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan baik lembaga formal maupun norformal sangat dibutuhkan untuk pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan arus globalisasi. Asri Budiningsih (2005:126) menyebutkan bahwa bidang pendidikan akan dapat menguatkan kembali sumber-sumber daya manusia/sumber daya sosial dalam rangka menghadapi perubahan-perubahan global. Dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui lembaga formal, peran guru sebagai faktor eksternal sangat menentukan. Guru sebagai komunikator pembelajaran yang menyampaikan materi ajar, pembentuk karakter, serta memilih media dan model yang tepat bagi materi yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Guru sangat diharapkan perannya untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam Natsution (dalam Subroto 2002:18) Pembelajaran merupakan aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi belajar mengajar Tujuan dari pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik/siswa. berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan pembaharuan di bidang pembelajaran secara terencana, terarah, dan berkesinambungan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran di lembaga pendidikan formal tingkat menengah ke atas memiliki banyak pembagian jenis bidang studi seperti IPA, IPS, dan Bahasa. Proses pembelajaran yang terjadi pun tak lepas dari kesulitan dan hambatannya. Tidak semua proses pembelajaran dapat berjalan lancar, dalam hal ini terdapat berbagai permasalahan belajar antara lain oleh Koestoer (1984:21) disebutkan bahwa permasalahan pembelajaran itu antara lain Masalah Intellegensi, masalah penglihatan/pendengaran, perseptual, gizi, minuman keras dan narkotik, kelelahan, harapan orang tua, disharmoni keluarga, masalah penguasaan materi pelajaran dan masalah minat. Permasalahan itu berbeda untuk tiap-tiap bidang studi. Dalam pembelajaran IPS (Geografi, sejarah, ekonomi,sosiologi, kewarganegaraan, dan antropologi) permasalahan yang paling sering terjadi adalah karena faktor minat, perspektual, dan masalah penguasaan materi. Hal ini karena IPS sering diidentikkan dengan pelajaran hafalan Menurut kisworo (2008:1) bahwa Perasaan malas siswa terhadap pelajaran IPS karena peajaran IPS sering diidentikkan dengan pelajaran hafalan. Oleh karena pembelajaran IPS geografi selama ini lebih banyak membuat siswa menghafal sebagian besar konsep tanpa dihubungkan dengan kehidupan di lingkungan sekitar peserta didik sehingga menimbulkan emosi negatif pada siswa. Peserta didik menjadi kurang berminat terhadap pembelajaran yang ada karena menganggap ini hanya hafalan yang tidak memiliki nilai kegunaan kaitannya langsung dengan kehidupan mereka. Persepsi mereka terhadap pembelajaran geografi menjadi rendah sehingga penguasaan materi mereka kurang matang. Apalagi dalam pembelajaran yang dilakukan susunan materi yang disampaikan tidak berurutan dan sistematis antara materi yang disampaikan di tingkat kelas yang sebelumnya sehingga kemantapan dalam penguasaan materi geografi menjadi berkurang. Hal ini dapat diatasi dengan perbaikan susunan materi ajar yang sistematis dan cara belajar mengajar yang aktif, kreatif dan harmonis antara guru dan peserta didik untuk meningkatkan minat dan penguasaan materi ajar yaitu dengan penggunaan metode dan model pembelajaran yang sesuai. Karena pembelajaran dengan metode dan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang mengikusertakan peserta didik dalam partisipasinya terhadap pembelajaran

(teaching center) akan membuat pemahaman mengenai geografi cenderung rendah. Kemudian Marrison dan Colin (dalam Dasna dan Sutrisno, 2006:70) menyatakan bahwa Seorang pengajar hendaknya menyediakan prosedur pembelajaran yang dapat membantu para siswa untuk memformulasikan kembali informasi baru atau mengkontruk pengetahuan awal mereka melalui penyediaan informasi baru dan membangkitkan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan awal Jadi belajar IPS Geografi akan bermakna apabila siswa mampu mengaitkan pengetahuan yang baru diterimanya dengan informasi sebelumnya. Penggunaan metode pembelajaran yang lebih memancing siswa untuk aktif dan ikut berpartisipasi dalam pembelajaran serta mengaitkan dengan pengetahuan terdahulu yang diterimanya akan lebih memotivasi siswa untuk mampu tertarik dalam pembelajaran geografi sehingga diharapkan dapat mencapai ketuntasan belajar yang dianjurkan dan menjadikannya pembelajaran yang bermakna terutama dalam materi bab atmosfer. Salah satu penggunaan metode pengajaran yang dianggap sesuai yaitu kooperatif learning (pembelajaran berkelompok). Pengajaran kooperatif learning diperkirakan mampu menstimulasi siswa untuk dapat aktif dalam menyerap materi, kritis dan mempunyai pemahaman yang cukup dengan saling bertukar informasi dan pendapat dalam kelompok. Schroeder (Dalam Melvin, 2006:29) menyebutkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif daripada kegiatan yang reflektif abstrak. Cara belajar mengajar kooperatif aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Akan lebih efektif dan efisien apabila dalam pembelajaran mata pelajaran geografi diberikan penugasan dalam bentuk kerja sama grup.untuk pengkajian atmosfer dan manfaatnya bagi kehidupan. Metode pembelajaran kooperatif learning sekarang juga sudah mulai digunakan di sekolah-sekolah terutama sekolah di perkotaan. Sekolah sudah mulai menyadari peran dan manfaat pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan pemahaman, minat dan hasil belajar siswa. Banyak macam modek dari metode

pembelajaran kooperatif learning yang telah diterapkan seperti Jig Saw, Cooperatif Scrip, TGT, TAI, NHT, Co-op Co-op dan STAD. Salah satu motode kooperatif model STAD dalam pembelajaran geografi sudah diterapkan di SMA Laboratorium UM oleh guru sekolah tersebut, peneliti bermaksud menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op yang belum pernah digunakan di sekolah tersebut namun dianggap mampu membangkitkan minat dan hasil belajar untuk membandingkan hasil pembelajaran dengan model yang digunakan sebelumnya. Apakah model pembelajaran Co-op Co-op lebih bisa meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi materi atmosfer daripada model pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya. Peneliti mengambil sampel di sekolah SMA Lab dengan pertimbangan homogenitas antar kelas lumayan tinggi, sehingga perbedaan kemampuan siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperiment siswa tidak terlalu banyak berbeda sehingga hasil yang akan diperoleh dalam membandingkan hasil belajar dapat lebih valid. Co-op Co-op adalah pembelajaran dengan menggunakan diskusi kelas, tim belajar kelompok campur dan pemberian tanggung jawab tugas individu. Coop Co-op menggabungkan pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya flexible, kreatif, merangsang munculnya pemikiran dari berbagai sudut pandang yang baru sehingga materi dapat berkembang, memperdalam pemahaman siswa, menekankan tanggung jawab individu masing-masing untuk keberhasilan kelompok dan lebih menyenangkan baik bagi guru maupun bagi siswa.
Co-op Co-op merupakan salah satu metode spesialisasi tugas yang dikembangkan oleh Kagan yang termasuk ke dalam pembelajaran kooperatif. Setiap siswa bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas, sehingga masingmasing siswa akan merasa bangga atas kontribusinya kepada tim. Oleh karena itu, minat belajar akan muncul dari adanya keinginan untuk ikut berkontribusi dalam tim Co-op Co-op mengelompokkan siswa menjadi beberapa tim dengan pembagian topik yang berbeda untuk setiap timnya. Pada awal memulai pelajaran di mana Co-op Co-op digunakan, siswa diupayakan untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan terhadap topik yang akan dipelajari sehingga dari awalnya minat belajar geografi sudah ditumbuhkan. Seleksi topik tim juga akan

membuat setiap tim lebih memilih topik yang mudah dan menarik bagi semua anggota tim. Topik tim dipilih oleh setiap tim sesuai urutannya. Topik tim yang telah dipilih oleh salah satu tim, tidak boleh dipilih oleh tim yang lain. Masing-masing anggota dalam tim tersebut membahas topik-topik kecil yang masih merupakan bagian dari topik tim. Pada awalnya, pembagian topik-topik kecil untuk masing-masing anggota tim tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa secara individu dan selanjutnya memberi siswa kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru dengan teman satu timnya dan kemudian berbagi pemahaman baru dengan teman sekelasnya. Setelah ada pengelompokkan tim, pemilihan topik tim, dan pembagian topik kecil maka dilanjutkan dengan presentasi topik kecil dan presentasi tim. Presentasi topik kecil maupun presentasi tim akan membuat setiap siswa dapat mengkreasikan cara presentasi, bagaimana mengelola presentasi tersebut agar semua siswa dapat tertarik dengan presentasi tersebut sehingga materi yang disampaikan dalam presentasi dapat dimengerti oleh seluruh siswa dengan mudah. Dengan adanya presentasi, siswa akan lebih tertarik dan lebih berminat dalam proses pembelajaran karena siswa menjadi lebih aktif dan berperan dalam proses belajar mengajar. Di akhir pembelajaran akan ada evaluasi. Hal itulah yang akan membuat siswa lebih tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif yang belum pernah digunakan dengan pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan di SMA Laboratorium UM yaitu model pembelajaran tipe Co-op Co-op dan STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran Geografi di SMA Labroratorium UM dan untuk mendeskripsikan perbedaan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dan STAD mata pelajaran Geografi di SMA Laboratorium UM.

B. Rumusan Masalah: Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Co-op Co-op dengan STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester 2 di SMA Laboratorium UM dalam sub bahasan Atmosfer?

2.

Bagaimanakah perbedaan hasil belajar model pembelajaran Co-op Co-op dengan STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester 2 di SMA Laboratorium UM dalam sub bahasan Atmosfer?

C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ada perbedaan penerapan model pembelajaran Co-op Co-op dengan STAD terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester 2 di SMA Laboratorium UM dalam sub bahasan Atmosfer.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak: 1. Bagi Sekolah Sebagai tambahan informasi tentang pembelajaran kooperatif model Co-op Co-op yang dapat dimanfaatkansebagai masukan umtuk kemajuan sekolah. 2. Bagi Guru Sebagai masukan agar guru dapat menentukan pembelajaran apa yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khusunya dalam pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op serta diharapkan dapat menyempurnakan, memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk penelitian yang lebih baik dan mendalam pada permasalahan yang sama sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

E. Definisi Operasional: Definisi Operasional digunakan agar tidak terjadi pemaknaan ganda dalam memahami penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Komparasi : Kegiatan membandingkan dua kejadian, dalam hal ini adalah membandingkan hasil belajar Co-op Co-op dengan STAD 2. Hasil belajar Geografi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep dan materi Atmosfer yang diukur dengan menggunakan tes. Nilai diperoleh dari selisih antara pratest dan pascatest 3. Pembelajaran Kooperatif model Co-op Co-op merupakan model pembelajaran secara berkelompok dan pemberian tanggung jawab tugas individu. Langkah-langkahnya terdiri dari diskusi kelas, penugasan dalam kelompok, seleksi topik kelompok, pembagian sub topik per individu, presentasi sub topik dalam kelompok, presentasi kelompok, dan evaluasi 4. STAD (Student Teams-Achievement Divisons) merupakan model pembelajaran yang langkah-langkahnya terdiri dari ceramah oleh guru, lalu penugasan dalam kelompok,diskusi kelompok dilanjutkan kuis oleh masing-masing siswa dan diakhiri dengan pemberian sertifikat/penghargaan tim.

E. Ruang Lingkup Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah : 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas model pembelajaran kontekstual model Co-op Co-op dan STAD dan variabel terikat hasil belajar Geografi 2. Penelitian ini dilakukan di kelas X Semester 2 SMA Laboratorium dalam Mata Pelajaran Geografi. Hasil belajar yang diukur terbatas dari segi kognitifnya yaitu dari perhitungan selisih antara pra tes dan pasca test. 3. Materi yang dipilih yaitu Atmosfer, sedangkan acuan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator kompetensi yang digunakan mengacu pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur (Watson dalam Budiningsih, 2005:22). Menurut pandangan Skinner (dalam Sagala.2009:14) belajar adalah suatu proses penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Slameto (2003:2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Dimyati (2006:18) merupakan proses internal yang kompleks. Segala aspek terlibat di dalamnya seperti aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Dalam pemahaman yang dilakukan berbagai proses dan aspek saling menunjang satu sama lain. Belajar berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri khas belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahanperubahan yang diharapkan akan terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan yang bersifat positif, yaitu perubahan yang senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Slameto (2003:3) menjelaskan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar tersebut adalah (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Gagne (dalam Sagala, 2009:17) mengemukakan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, antara lain (1) kondisi eksternal, yaitu stimulus dari lingkungan dalam kegiatan belajar, (2) kondisi internal, yaitu menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa; serta (3) hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik,

sikap, dan siasat kognitif. Interaksi antara kondisi eksternal dan internal tersebut selanjutnya akan menciptakan hasil belajar. Menurut Hamalik (2004:44) Pembelajaran adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah. Pembelajaran merupakan aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar mengajar(Nasution dalam Suryosubroto, 2002:18). Dapat disimpukan bahwa Pembelajaran adalah proses penyampaian pengetahuan dengan cara mengorganisasi dan menghubungkan lingkungan kepada siswa didik dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi kegiatan belajar mengajar. Belajar dan pembelajaran adalah proses yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai faktor menurut Gintings (2008:2). Untuk memahami dan meningkatkan cara pembeajaran guru harus memahami faktor-faktor tersebut yang dantaranya adalah (1) budaya.(2) sejarah, (3) hambatan praktis, (4) karakteristik guru sebagai guru, (5) karakteristik siswa dan (6) sifat alamiah proses belajar dan pembelajaran.

B. Hasil belajar Hasil belajar menurut Asmani (2011:75) adalah proses menemukan dan membangun makna/pengertian oleh si pembelajar terhadap informasi dan pengalaman, yang disaring melalui persepsi, pikiran, dan perasaan si pembelajar. Belajar bukanlah menyerap pengetahuan yang sudah menjadi bentukan guru, pengetahuan dibangun sendiri oleh si pembelajar. Hasil belajar menurut Sudjana (2009:3) adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai jasil dari aktifitas dalam belajar. Perkembangan pengetahuan tersebut merupakan indicator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperoleh sebagai berikut Menurut Winkel (dalam Dimyati 2006:201) konsep hasil belajar dan tiga ranah hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut:
Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tiingkat keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil belajar memiliki tiga ranah antara lain:

10

(1) ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) ranah afektif: tampak pada siswa bertingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, menghargai guru dan teman; (3) Ranah psikomotor: hasl belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak setelah siswa mengalami pengalaman tertentu. ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasi lbelajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana, 2009:23).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai hasil belajar, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki individu setelah dia melakukan kegiatan atau aktifitas pembelajaran yang meliputi pengetahuan, kecakapan, ketrampilan sikap, minat. Hasil belajar juga merupakan keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah ditemukan siswa dan dinyatakan dalam bentuk angka yang telah diperoleh dari skor test. Akan tetapi penilaian hasil belajar dalam penelitian ini, untuk siswa Laboratorium UM tidak sampai pada tahap tingkat tinggi ranah kognitif, tetapi disesuaikan dengan kompetensi Dasar dan Indikator yang ingin dicapai. Pada penelitian ini hasil belajar IPS geografi yang akan diukur adalah terbatas pada materi Atmosfer dengan kompetensi menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan muka bumi,

C. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lesan, mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang disampaikan. Menurut Nurhadi,dkk (2004:61) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghingari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Menurut Ibrahim, dkk (2000:6) pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 11

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda 4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana para siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil, anggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. 2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Abdurrahmah & Bintaro dalam Nurhadi (2004:61) Elemen penting dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan menjalani hubungan erat pribadi. a) Saling ketergantungan Positif (Positive Interdependence) Pada pembelajaran kooperatif , guru menciptakan suasana yang mendorong siswa saling membutuhkan. Misalnya dalam setiap kelompok setiap anggota diberi tanggung jawab masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang pada akhirnya keberhasilan diukur secara kelompok . dengan demikian kerja anggota sangat menentukan tingkat keberhasilan kelompok. Hal inilah yang dimaksud dengan ketergantungan positif. Nilai ketergantungan positif akan bertambah jika anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih dapat membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b) Interaksi Tatap Muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling berhadapan langsung sehingga mereka dapat saling melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tatapi juga sesama siswa. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelbihan masing-masing dan mengisi kekurangan masing-masing. c) Akuntabilitas Individual Penilaian dalam pembelajaran kooperatif ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok 12

agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang membutuhkan bantuan. d) Keterampilan Menjalani Hubungan Erat Pribadi Pada pembelajaran kooperatif, ketrampilan social seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman. Mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antara pribadi akan mendapat teguran dari guru dan juga dari teman.Pembelajaran kooperatif bagi golongan berbakat telah membawa kesan manfaat antara lain adalah memperbaiki hubungan social, meningkatkan pencapaian, meningkatkan kemahiran kepemimipinan, meningkatkan kemahiran social,meningkatkan kemahiran teknologi dan meningkatkan keyakinan diri.

D. Pembelajaran Kooperatif Model Co-op Co-op 1. Pengertian Metode Pembelajaran Co-op Co-op Model pembelajaran Co-op Co-op termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran Co-op Co-op, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama dan tingkat kemampuan (tinggi, rendah, sedang) 2. Perlunya Model Pembelajaran Co-op Co-op Menurut Slavin (2006: 19) model pembelajaran Co-op Co-op perlu untuk dibuat dan disusun, karena: a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. b. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar koperatif. c. Co-op Co-op disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam kesulitan belajar siswa secara individual. 3. Tahap-tahap Model Pembelajaran Co-Op Co-Op

13

Co-op Co-op berorientasi pada pemberian tugas. Siswa dalam suatu tim menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik kecil yang harus diselesaikan, dan setiap tim memberikan kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas. Menurut Slavin (2009: 229) ada sembilan langkah dan karakteristik spesifik dari metode spesialisasi tugas tipe Co-op Co-op yang dapat meningkatkan kemungkinan sukses dari metode ini, yaitu: (1) Diskusi kelas terpusat pada siswa, (2) Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim, (3) Seleksi topik tim, (4) Pemilihan topik kecil, (5) Persiapan topik kecil, (6) Presentasi topik kecil, (7) Persiapan presentasi tim, (8) Presentasi tim, dan (9) Evaluasi. Sembilan langkah dan karakteristik dari Co-op Co-op ini merupakan penjababaran dari enam tahap pada Group Investigation. Berikut ini deskripsi penjabaran dari langkah dan karakteristik dari Co-op Co-op sebagai berikut (Slavin, 2009: 213-236) :
a. Diskusi kelas terpusat pada siswa

Secara umum Co-op Co-op memerlukan keterlibatan maksimal dari siswa. Diskusi kelas yang terpusat pada siswa juga dapat diartikan sebagai diskusi kelas untuk seluruh siswa. Diskusi kelas yang terpusat pada siswa bertujuan untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Diskusi harus mengarah pada sebuah pemahaman di antara guru dan siswa mengenai apa yang ingin dipelajari dan dialami oleh siswa sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pentingnya diskusi terpusat pada siswa ini tidak bisa dipandang rendah, Co-op Co-op berpotensi menjadi tidak sukses bagi tiap siswa yang tidak memiliki ketertarikan aktif terhadap topik yang berhubungan dengan materi pelajaran dan yang tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang topik tersebut. Ketika guru memberikan sebuah topik untuk dipelajari pada pembelajaran saat itu, tiap siswa memikirkan mengenai aspek-aspek dari masalah yang ingin siswa investigasi. Siswa berdiskusi untuk menuliskan seluruh gagasan dan

melaporkannya keseluruh kelas. Diskusi singkat seluruh kelas akan menghasilkan daftar usulan bersama mengenai topik tim yang akan menjadi bahan investigasi. Daftar ini mewakili ketertarikan dari seluruh siswa. Guru memperbolehkan siswa menentukan parameter investigasi dengan tidak mengganggu usulan siswa, akan tetapi guru

14

tetap memberikan arahan. Jadi, dalam pembelajaran menggunakan metode spesialisasi tugas tipe Co-op Co-op, seluruh proses pembelajaran dilaksanakan oleh siswa sendiri untuk dapat mempelajari dan memahami materi. Dengan adanya diskusi kelas yang terpusat pada siswa dapat menimbulkan perhatian bagi siswa. Selain itu, diskusi kelas yang terpusat pada siswa juga dapat menimbulkan keingintahuan karena siswa akan berusaha untuk ikut berdiskusi sehingga dapat berkontribusi dan menimbulkan semangat dan rasa senang karena siswa dapat mengeluarkan ide-idenya saat berdiskusi yang berdampak terhadap minat siswa. b. Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim Co-op Co-op akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil. Para siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan kepercayaan yang terbangun sebelum memulai Co-op Co-op. Penyeleksian dan pembentukan tim dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran tim didasarkan pada ketertarikan, kebutuhan, dan pengalaman individual siswa. Jadi, tim dibentuk berdasarkan pada ketertarikan pada gagasan yang sama untuk mempelajari gagasan yang dipilih. Guru dapat membatasi jumlah anggota dalam satu tim, sehingga mungkin saja jumlah anggota dalam satu tim berbeda-beda tergantung pada banyaknya siswa yang memiliki ketertarikan pada gagasan yang sama. Tim pembelajaran merupakan sekumpulan siswa yang akan bekerja secara bersama-sama dalam mempelajari sebuah topik tim. Penyeleksian dan pembentukan tim membuat siswa merasa ingin tahu akan satu tim dengan siapa, selain itu merupakan sesuatu yang menyenangkan karena siswa dapat saling membantu dan bertukar ide satu sama lain sehingga semangat siswa juga ditimbulkan pada tahap ini. Perhatian siswa juga akan terpusat pada siswa yang menjadi anggota timnya. Sering kali saat pembelajaran di kelas siswa belajar secara individu, dengan adanya pembentukan tim ini maka siswa menjadi tertarik dan bersemangat karena akan belajar secara berkelompok. Oleh karena itu, saat penyeleksian dan pembentukan tim dapat menimbulkan minat. c. Seleksi topik tim Para siswa sendiri yang menentukan topik dari guru yang cakupannya luas menjadi sub topik. Dalam Co-op Co-op, sub topik ini yang disebut dengan topik

15

tim. Topik tim ini merupakan hasil dari ketertarikan para siswa. Banyaknya topik tim tergantung pada banyaknya gagasan ataupun usulan yang telah ditetapkan oleh kelas sebagai hasil dari gagasan seluruh siswa. Tim dapat memilih topik sendiri. Tim dapat bekerja sama dengan baik jika memilih topik yang berhubungan dengan topik yang paling menarik bagi tim. Tiap anggota tim perlu mendiskusikan berbagai macam topik supaya dapat memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim. Apabila dua tim mulai menentukan pilihan pada topik yang sama, guru sebagai mediator dan fasilitator bisa menunjukkan dan mendorong tim tersebut untuk mencapai kesepakatan, baik dengan membagi topik tersebut ataupun dengan membuat salah satu anggota tim memilih topik lain yang menarik bagi tim tersebut. Jika semua tim sudah memilih topik, maka tiap tim akan mempunyai topiknya masing-masing dan merasa cocok dengan topik tersebut. Topik tim tersebut akan menjadi bahan yang akan dipelajari oleh masingmasing tim sesuai yang dipilihnya. Tim perlu menentukan apa yang akan tim investigasi sehubungan dengan topik tim yang dipilih, antara lain: mengenai bagaimana menyelesaian masalah, sumber apa saja yang diperlukan, siapa akan melakukan apa, dan bagaimana menampilkannya di depan kelas. Dalam penelitian ini, satu kelas terbagi menjadi enam tim. Masing-masing tim bertanggung jawab terhadap satu topik, sehingga dalam satu kali pembelajaran terdapat enam topik tim yang mengacu pada enam indikator. Perlu adanya ketertarikan untuk memilih satu topik tim dari beberapa topik tim. Untuk itu, perhatian dari setiap anggota tim sangat diperlukan agar tim dapat memilih topik tim yang tepat bagi timnya. Saat pemilihan topik tim, juga menimbulkan keingintahuan dari setiap tim terhadap topik tim mana yang menarik
dan mudah bagi tim dibandingkan dengan topik-topik tim yang lain. Pemilihan topik tim sendiri membuat setiap tim senang dan bersemangat karena topik tim yang akan dipelajari ditentukan sendiri oleh tim masing-masing. Jadi, minat siswa juga dimunculkan ketika seleksi topik tim. d. Pemilihan topik kecil

Pada Co-op Co-op setiap anggota tim juga membagi topik timnya menjadi beberapa topik kecil. Tiap anggota tim memilih topik kecil yang mencakup satu

16

aspek dari topik tim. Tim harus merumuskan sebuah masalah yang diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut. Banyaknya topik kecil disesuaikan dengan banyaknya anggota tim. Topik kecil ini mungkin saja tumpang tindih, dan anggota tim didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran, tetapi tiap topik kecil harus memberikan kontribusi bagi usaha tim. Semua anggota tim perlu memberikan kontribusi penting. Tiap siswa berkontribusi terhadap tim dan tiap tim berkontribusi terhadap pembelajaran seluruh kelas atas unit yang lebih besar. Akan tetapi besarnya kontribusi tiap-tiap anggota tim mungkin saja berbeda. Guru dapat menyelesaikan masalah ini dengan: (1) membiarkan siswa mengevaluasi kontribusi dari teman satu timnya, (2) memberikan tugas atau proyek individual kepada siswa yang berkaitan dengan topik kecil tersebut, dan (3) memonitor kontribusi individual. Apabila topik kecil telah dipilih dengan benar, tiap siswa akan dapat memberikan kontribusi kepada usaha tim. Dalam penelitian ini, setiap tim akan menentukan topik kecil disesuaikan dengan banyaknya anggota untuk masing-masing tim, sehingga dalam satu kelas ada 35 topik kecil. Topik-topik kecil secara tidak langsung telah ada dalam LKS masing-masing tim sesuai dengan topik tim yang dipilih. Jadi, topik kecil merupakan bagian kecil dari topik tim yang merupakan indikator pembelajarannya. Setiap anggota tim perlu adanya perhatian, ketertarikan, dan keingintahuan terhadap topik kecil yang akan dipilihnya. Pemilihan sendiri setiap topik kecil yang akan dipelajari masing-masing siswa akan membuat siswa bersemangat dan senang karena masing-masing siswa akan mempelajari materi yang sedikit sehingga perhatian masing-masing siswa lebih optimal. Oleh karena itu, pada tahap pemilihan topik kecil juga akan menimbulkan minat. e. Persiapan topik kecil Setelah siswa membagi topik tim menjadi topik-topik kecil, maka tiap anggota tim akan bekerja secara individu. Tiap anggota tim menginvestigasi topik kecil dengan cara mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan-kesimpulan. Masing-masing anggota tim tahu akan tanggung jawabnya terhadap topik kecil dan bahwa tim tersebut tergantung pada

17

usaha tiap anggota tim. Guru dalam kelas Co-op Co-op juga bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru berkeliling ke setiap tim untuk melihat tim dalam mengelola tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang dihadapi tim termasuk juga kesulitan terhadap tugas-tugas individu. Tahap persiapan topik kecil merupakan tahap dimana setiap siswa berusaha mempelajari dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan topik kecil. Dalam tahap ini, minat siswa juga dimunculkan. Saat mempelajari topik kecil, siswa perlu memusatkan perhatiannya dengan berkonsentrasi. Selain itu, siswa juga memiliki rasa ketertarikan untuk dapat memahami topik kecil. Apalagi jika ada hal yang tidak dimengerti, keingintahuan siswa muncul sehingga siswa berusaha untuk dapat memahaminya baik dengan cara bertanya maupun membuka referensi buku. Siswa akan bersemangat dan merasa senang jika siswa tersebut dapat mempelajari dan memahami topik kecil dengan baik sehingga dapat berkontribusi terhadap tim. f. Presentasi topik kecil Setelah anggota tim menyelesaikan kerja secara individu kemudian dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil investigasi topik kecil kepada teman satu tim. Presentasi topik kecil di dalam tim haruslah bersifat formal, yaitu tiap anggota tim diberikan waktu khusus ketika mempresentasikan topik kecilnya. Presentasi topik kecil di dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat membuat semua teman satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh masing-masing anggota tim. Mengikuti presentasi tersebut, anggota tim mendiskusikan topik tim seperti sebuah panel para ahli. Interaksi dengan sesama teman dalam mengerjakan topik yang sama menciptakan sebuah kesempatan munculnya sebagian inti pembelajaran yang paling penting. Selama presentasi topik kecil, pembagian tugas di dalam tim bisa didorong supaya ada satu anggota tim yang mencatat, yang lainnya mengkritik, yang lain memberi dukungan, dan yang lain lagi memeriksa poin-poin yang mencapai titik temu dan yang tidak dari informasi yang dipresentasikan. Presentasi topik kecil merupakan kegiatan membagikan pengetahuan maupun pemahaman mengenai topik kecil yang telah dipelajari. Untuk itu, perlu adanya perhatian bagi siswa yang sedang presentasi agar apa yang disampaikan dapat

18

dengan mudah dipahami oleh anggota lain. Selain itu, anggota lain dalam satu tim juga perlu memperhatikan presentasi topik kecil karena dengan memperhatikan dan mendengarkan presentasi tim dapat membuat siswa paham. Pada tahap ini, juga muncul rasa ketertarikan bagi anggota lain untuk dapat mengetahui penampilan siswa lain dalam mempresentasikan topik kecil. Rasa keingintahuan juga timbul ketika ada anggota lain yang tidak paham mengenai topik kecil yang disampaikan kemudian siswa tersebut bertanya. Siswa merasa senang dan bersemangat ketika mempresentasikan topik kecil karena membagikan

pemahamannya kepada anggota lain agar anggota lain juga memahami mengenai topik kecilnya. Jadi, minat juga ditimbulkan saat presentasi topik kecil. g. Persiapan presentasi tim Tim berusaha untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim. Akan tetapi, seluruh informasi yang disumbangkan oleh anggota tim perlu adanya evaluasi dan penyaringan. Tim juga perlu memadukan seluruh bagian-bagian dari topik kecil menjadi satu keseluruhan serta merencanakan sebuah presentasi yang menarik. Setiap anggota tim setelah mempresentasikan kepada teman satu timnya mengenai apa yang telah dipelajari, dan sekarang mulai merencanakan bagaimana mengajari teman sekelasnya dengan cara yang lebih teratur mengenai inti dari apa yang telah dipelajari. Diskusi mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti materi topik kecil. Presentasi panel di mana tiap anggota melaporkan topik kecilnya sangat dianjurkan. Bentuk presentasi tersebut harus ditentukan berdasarkan materinya. Misalnya, bila sebuah tim tidak dapat mencapai kesepakatan, maka bentuk ideal presentasinya adalah mempresentasikan debat kehadapan kelas. Format-format yang sifatnya bukan pengajaran langsung seperti: memamerkan,

mendemonstrasikan, pusat pembelajaran, lakon singkat, dan diskusi kelas yang dipimpin tim adalah contohcontoh bentuk presentasinya yang dianjurkan. Penggunaan papan tulis, OHP, media-media audio visual, dan selebaran juga dianjurkan. Pada tahap persiapan presentasi tim juga menumbuhkan minat. Beberapa hal yang mengindikasikan adanya minat antara lain dibutuhkannya perhatian yang lebih bagi seluruh anggota tim untuk memadukan hasil pembahasan topik kecil. Ketertarikan setiap tim juga muncul ketika tim

19

mendiskusikan bentuk presentasi tim, selain itu timbul juga semangat anggota tim. Jika ada beberapa pembahasan topik kecil yang masih membingungkan atau bahkan belum tahu jawabannya, maka seluruh anggota tim berdiskusi untuk dapat menyelesaikannnya. Hal tersebut yang menimbulkan rasa keingintahuan. h. Presentasi tim Selama waktu presentasi, tim memegang kendali kelas. Semua anggota tim bertanggung jawab pada waktu, ruang, dan bahan-bahan yang ada di kelas digunakan selama presentasi tim. Tim sangat dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya fasilitas-fasilitas yang ada di kelas. Karena tim mempunyai kesulitan dalam mengelola waktu, guru biasanya menunjuk seorang pengatur waktu yang bukan berasal dari anggota tim yang sedang presentasi. Pengatur waktu tersebut memegang waktu peringatan apabila waktu yang tersisa hanya tinggal lima menit, satu menit, atau sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa. Pada saat presentasi tim, tim harus menekankan gagasan utama dan kesimpulan dari investigasi, menginformasikan ke kelas mengenai sumber-sumber dan bagaimana tim mengumpulkan informasi, seluruh anggota tim memerankan peranan penting dalam presentasi. Dalam presentasi tim boleh memasukkan sebuah periode tanya jawab atau memberikan waktu untuk komentar dan umpan balik. Biasanya tim yang sukses akan dipandang sebagai model. Setelah presentasi ini, guru memberikan strategi yang mungkin berguna bagi tim lainnya dalam unitunit Co-op Co-op berikutnya. Presentasi tim merupakan suatu kegiatan untuk membagikan pemahaman dari apa yang telah didiskusikan dan dipelajari oleh tim mengenai topik tim. Presentasi tim dilaksanakan oleh seluruh tim secara bergantian. Saat presentasi tim baik tim yang presentasi maupun tim-tim lain yang mendengarkan presentasi perlu sama-sama memiliki pemusatan perhatian. Tim yang sedang presentasi, memusatkan perhatian agar dalam menyampaikan hasil pembahasan diskusi mengenai topik tim dapat dengan mudah dipahami oleh tim lain. Untuk tim lain yang mendengarkan presentasi tim, perlu berkonsentrasi, memberikan perhatian yang lebih supaya tim lain dapat paham dan mengerti dari apa yang disampaikan oleh tim yang sedang presentasi. Saat sesi tanya jawab, baik siswa dari tim lain yang bertanya maupun tim yang sedang presentasi menjawab, sama-sama

20

memiliki rasa keingintahuan. Tim yang sedang presentasi juga memiliki semangat ketika akan presentasi dan membagikan pemahamannya mengenai topik tim kepada tim yan lain. Hal tersebut membuat tim merasa senang karena dengan mempresentasikan topik tim maka tim telah berkontribusi dalam kelas. Ketertarikan siswa juga muncul ketika adanya bentuk-bentuk presentasiyang ditampilkan oleh tim-tim. Jadi, ketika presentasi tim, minat belajar juga ditumbuhkan. i. Evaluasi Guru harus mengevaluasi pemikiran siswa mengenai topik kecil yang dipelajari, bagaimana menginvestigasi topik kecil, bagaimana siswa membuat kesimpulan dari apa yang dipelajari. Evaluasi dilakukan secara konstan terhadap siswa, baik oleh teman ataupun guru. Pengalaman siswa saat belajar juga harus dievaluasi termasuk tingkat semangat dan keterlibatan siswa. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu: (1) pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas, (2) kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh teman satu tim, dan (3) pengulangan kembali materi atau presentasi topik kecil oleh tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa. Guru dan siswa dapat berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Mengikuti tiap presentasi, guru boleh saja memandu diskusi kelas mengenai unsur-unsur yang paling kuat dan lemah dalam konten dan format presentasi tersebut. Bentuk-bentuk evaluasi formal kadang kala juga digunakan bagi anggota tim dan kontribusi tim. Sebagian guru dan kelas Co-op Co-op lebih memilih untuk melakukan pembelajaran dan berbagi penghargaan, sementara yang lain lebih memilih melakukan evaluasi formal. Kelas harus memiliki suara yang bulat dalam menentukan bentuk evaluasi. Evaluasi dapat merupakan kegiatan menilai maupun merefleksi dari apa yang telah dilakukan. Salah satu bentuk evaluasi yang dapat menarik minat belajar siswa yaitu dengan pemberian penghargaan. Dengan adanya evaluasi, setiap siswa akan lebih menaruh perhatiannya karena siswa akan berusaha lebih maksimal dalam setiap langkah-langkah pembelajaran Co-op Coop. Selain itu, keingintahuan juga dimunculkan karena siswa ingin mengetahui masukan baik saran maupun kritik yang diterima mengenai apa yang telah siswa kerjakan.

21

Evaluasi dalam bentuk penghargaan juga dapat memberi ketertarikan, semangat, dan rasa senang siswa karena siswa dipacu untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Bagi tim yang mendapat penghargaan memberikan rasa kepuasan dan kebahagiaan dari apa yang telah dikerjakannya, sedangkan bagi tim yang tidak memperoleh penghargaan dapat memicu semangat untuk melakukan segala sesuatu yang maksimal dan terbaik agar dalam pembelajaran selanjutnya dapat memperoleh penghargaan. Jadi, minat belajar siswa juga dapat muncul pada tahap evaluasi ini. Dari rincian mengenai Co-op Co-op di atas dapat disimpulkan bahwa Co-op Coop yang merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki sembilan langkah dan karakteristik yang memungkinkan untuk mencapai keberhasilan di dalam suatu pembelajaran sehingga pemahaman siswa mengenai materi akan lebih mudah. Keseluruhan diskusi baik diskusi untuk memilih topik tim, diskusi untuk memilih topik kecil, diskusi sewaktu membahas seluruh hasil pembahasan topik kecil, diskusi menentukan bentuk presentasi tim, diskusi ketika menjawab pertanyaan sewaktu presentasi tim membutuhkan adanya kerja sama dan keaktifan. Untuk presentasi baik presentasi tim maupun presentasi topik kecil membutuhkan kepercayaan diri dan kemampuan berbicara, sedangkan untuk evaluasi membutuhkan kemampuan menilai dan koreksi baik terhadap diri sendiri, tim, maupun kelas. Secara keseluruhan, seluruh langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode spesialisasi tugas tipe Co-op Co-op dapat menimbulkan minat belajar siswa yang diindikasikan dengan adanya perhatian, ketertarikan, keingintahuan, semangat, dan rasa senang. E. Pembelajaran Kooperatif Model STAD 1. Pengertian pembelajaran model STAD Suatu model pembelajaran yang penyampaian materinya dilakukan oleh guru kemudian seluruh siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok antara 4-5 siswa, setelah itu siswa diberikan tugas untuk kelompok, kemudian guru memberikan evaluasi untuk tiap individu dan terakhir pemberian penghargaan bagi kelompok dengan point kemajuan yang tinggi. 2. Kelebihan dan Kekurangan STAD

22

a. Kelebihan model STAD antara lain: 1) Siswa dapat mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan temannya 2) Melatih belajar siswa untuk menghormati siswa yang pintar dan lemah dan menerima perbedaan itu. 3) Membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya. 4) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan ketrampilan berdiskusi. 5) Memudahkan siswa dalam interaksi social. 6) Meningkatkan berfikir kreatif. b. Kekurangan model STAD antara lain: 1) Beberapa siswa mungkin awalnya akan ketakutan mengungkapkan idenya. 2) Memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengkoordinasi siswa. 3) Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama secara harmonis. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Model STAD Menurut Slavin (2009:143), langkah-langkah model STAD terdiri dari lima komponen utama presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim: a. Presentasi Kelas Presentasi kelas mencakup pembukaan, pengembangan, dan pedoman pelaksanaan diskusi. 1) Pembukaan Guru melakukan apresiasi dan memotivasi siswa untuk memulai pelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Keingintahuan siswa dapat dilakukan dengan cara penyampaian yang berulang dan penyampaian materi secara kontekstual. 2) Pengembangan Selalu memfokuskan pembelajaran pada pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran bisa menggunakan

23

media bantu dan melakukan umpan balik terhadap materi yang diterangkan. 3) Pedoman Pelaksanaan Dalam melaksanakan pembelajaran diusahakan agar siswa selalu siap menerima pelajaran dan mengerjakan tiap persoalan atau contoh yang diberikan oleh guru. Pertanyaan dilakukan secara acak dan pada saat pemberian tugas diusahakan tidak memakan waktu lama. b. Belajar Tim Selama belajar tim tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang disampaikan guru di dean kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Masing-masing tim mendapat dua lembar kegiatan. c. Kuis (Tes) Tes dapat dilakukan setelah satu atau dua periode guru memberikan presentasi , sekitar satu atau dua periode praktik tim (Slavin, 2005:144) dalam hal ini siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu. d. Skor Kemajuan Individu Setelah hasil kuis dikoreksi selanjutnya menghitung skor kemajuan individu. Pedoman perhitungan skor kemajuan individu dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes a. b. c. Lebih dari 10 Poin di bawah skor awal 10 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal e. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) Sumber Slavin (2008:159)

Skor Perkembangan Individu 5 10 20 30 30

Perhitungan skor individu bertujuan untuk emmungkinkan semua siswa memberikan poin maksimal pada tim mereka, berapa pun tingkat kinerja

24

mereka sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari nilai sebelumnya (rata-rata skor kuis siswa sebelumnya atau jika tidak ada, maka menggunakan hasi lnilai terakhir siswa dari tahun lalu). Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan skor awal. e. Regkognisi Tim Rekognisi merupakan bagian akhir dari Student Teams-Achievement Divisions di mana penghargaan diberikan kepada tim berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Dalam Slavin dikemukakan ada tiga macam tingkatan penghargaan berdasarkan pada rata-rata skor tim seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2. Merekognisi Prestasi Tim Kriteria (Rata-rata Tim) 15 16 17 Penghargaan Tim Baik Tim Sangat Baik Tim Super

25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif untuk melihat adakah perbedaan atau pengaruh yang ditimbulkan dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Co-Op Co-Op dengan pembelajaran STAD terhadap hasil belajar. Rancangan yang digunakan adalah eksperimen tetapi menggunakan eksperimen semu atau quasi eksperimental design dengan rancangan pretest-posttestnon equivalent control group design.

Subyek Kelas eksperimen Kelas kontrol Keterangan:

Pretest O1 O3

Perlakuan X1 X2

Postest O2 O4

O1: pengukuran awal pada kelas eksperimen O2: pengukuran akhir pada kelas eksperimen O3: pengukuran awal pada kelas kontrol O4: pengukuran akhir pada kelas kontrol X1: perlakuan dengan model pembelajaran Co-Op Co-Op X2: perlakuan dengan model pembelajaran STAD

B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X-1 SMA LAB UM dengan waktu penelitian pada semester genap tahun ajaran 2012-2013.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Arikunto (2006: 130) menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka populasi dalam

26

penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Laboratorium UM yang terdiri dari 7 Kelas. 2. Sampel Arikunto (2006:131) menyimpulkan sampel adalah sebagai wakil dari populasi yang akan di teliti. Dalam penelitian ini teknik yang dipakai untuk pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling ( sampel bertujuan) yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. teknik ini dilakukan untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan populasi di atas, peneliti mengambil populasi dua kelas yaitu kelas X1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X2 sebagai kelompok kontrol.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas yang memiliki rata-rata nilai setara hal itu dibuktikah dengan nilai Ujian Semester yang menunjukan kedua kelas ini memiliki nilai rata-rata yang hampir sama.

D. Instrumen Penelitian 1. Angket Wawancara Dalam pengambilan data untuk observasi awal, sebagai bahan untuk mengetahui kemampuan siswa awal diperlukan angket wawancara sebagai media pengumpulan data bagi murid. Angket berisi daftar pertanyaan tertulis yang disusun secara sistematis untuk keperluan pencarian informasi, pendalaman ojek kajian yang diteliti, acuan perencanaan dan tindakan yang akan diambil dalam pertimbangan pelaksanaan penelitian. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan seperangkat alat pembelajaran yang memuat rencana kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran Geografi Atmosfer ini mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

27

3.

Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja (LKS) yang sengaja disusun

sebagai media penyampaian soal atau bahan permasalahan untuk dipecahkan siswa. LKS di sini digunakan dalam grup sehingga dapat dikatakan fungsi LKS dalam penelitian ini adalah sebagai media bahan diskusi kelompok siswa untuk kemudian dibahas dalam presentasi kelompok serta diambil kesimpulan dalam garis besar perumusan jawaban LKS semua kelompok. 4. Tes Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda dan uraian. Tes Pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan masing-masing memiliki 5 opsi pilihan jawaban. 5. Lembar Observasi Lembar Observasi digunakan dalam pengambilan data penilaian aktivitas yang telah dilakukan di lapangan. lembar observasi diisikan saat itu juga sebagai bahan refleksi dan analisis pembelajaran yang telah dilakukan. lembar observaasi diisi oleh pengamat yang menyimak pengajaran dari awal pertama samapi akhir siklus. Langkah-langkah analisis butir soal adalah sebagi berikut (Edy Purwanto, 2005:25). a. Validitas Tes Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalitan masing-masing butir soal sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan diterima. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Tingkat kevalitan ini dapat digunakan rumus product moment pearson
{ }{ }

Keterangan rxy N Y X = Koefisien korelasi antara variabel x dan y = Jumlah sampel = Jumlah skor total = Jumlah skor butir soal

28

X2

= Jumlah kuadrat skor butir soal

XY = Jumlah hasil kali skor butir soal Soal dapat dikatakan valid jika harga r hitung r tabel b. Reliabilitas Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut: r11 = Keterangan: r11 r1/21/2 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan = Koefisien antara skor-skor setiap belahan tes

kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dan perhitungan lebih besar dari harga r pada table product moment maaka tes tersebut reliabel. c. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:

Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar Js= Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria untuk menentukanindeks kesukaran soal adalah sebagi berikut: d. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks deskriminiasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks deskriminasi adalah sebagai berikut: Soal dengan P = 0,000 sampa 0,300 adalah sukar Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

29

Keterangan: D = Indeks deskriminsi Ba dengan benar Bb dengan benar Ja Jb = Jumlah peserta kelompok atas = Jumlah peserta kelompok bawah = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut: Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik Soal dengan D = 0,701 sampai 1,0000 adalah sangat baik = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab

E. Teknik Pengumpulan data Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket Wawancara Dilakukan dengan cara memberikan angket yang berisi pertanyaan tentang data yang ingin dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan dengan landasan kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa. dengan demikian pembelajaran diharapkan dapat berjalan baik dan mencapai tujuan menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. 30

3.

Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar kerja siswa dibuat dengan memberikan masalah dari materi yang

ada untuk kemudian dibahas bersama dalam diskusi kelompok. LKS ini dibuat berdasarkan pada kompetensi yang ingin dicapai. Mencakup Indikator yang diharapkan dapat dicapai siswa dan tujuan pembelajaran. 4. Tes Tes dilakukan dengan membagikan soal yang telah dibuat berdasarkan inti materi yang disampaikan. terdiri dari soal subjektif dan soal objektif. dibagikan pada saat selesai tahap akhir siklus. untuk mengetahui sejauh mana materi dapat diserap oleh siswa. 5. Lembar Observasi Lembar observasi dibuat dengan cara mengobservasi secara langsung pembelajaran yang ada di kelas. menulis dan merekam kekurangan yang terjadi selama pengajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis data 1. Pengolahan Data: Pengolahan data meliputi data tentang kemampuan awal siswa, data tentang kemampuan akhir siswa, data tentang hasil belajar siswa. Analisis data digunakan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dari sampel. 2. Uji prasyarat Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data hasil belajar siswa menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. a. Uji normalitas Data yang digunakan untuk uji normalitas adalah data hasil belajar (gainscore) kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan program SPSS 16.0 For Windows. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Hipotesis dalam pengujian normalitas data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut. H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal

31

H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal Nilai signifikansi yang diperoleh > , maka H0 tidak dapat ditolak dan data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Jika signifikansi < maka H0 ditolak dan data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal b. Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari kelompok yang sama atau homogen. Hipotesis dalam pengujian homogenitas data hasil belajar adalah sebagai berikut. H0 : Varians dari setiap kelompok sama (homogen) H1 : Varians dari setiap kelompok tidak sama (tidak homogen) Nilai signifikansi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai , jika nilai signifikansi > , maka H0 tidak dapat ditolak dan data sampel homogen. Jika, signifikansi < maka H0 ditolak dan data sampel tidak homogen.

3.

Uji hipotesis Uji normalitas data hasil belajar menunjukkan bahwa data sampel

terdistribusi secara normal, sehingga pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik parametrik. Metode analisis data dari bentuk penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) adalah dengan menggunakan metode statistik parametric uji t. Penggunaan uji t ini untuk mengetahui perbedaan dua macam sampel penelitian yang hasilnya digunakan untuk menarik kesimpulan. Penganalisaan hasil dan pengujian hipotesis di dalam penelitian eksperimen yang menggunakan prates dan pascates control group design ini menggunakan rumus uji t dua sampel tidak berpasangan, karena dua sampel ini bersifat bebas dimana masing-masing subyek penelitian mendapat perlakuan masing-masing. Uji hipotesis ini menggunakan uji t dengan taraf signifikansi sebesar 5% dan perhitugannya dilakukan dengan bantuan SPSS 16 for Windows. Pengambilan keputusan dari hasil uji T tidak berpasangan berdasarkan kriteria berikut. Jika P-value < dan nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol , maka H0 ditolak, Jika P-value dan nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol, maka H0 tidak dapat ditolak,

32

hipotesis yang akan diuji adalah H1 : ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif Co-Op Co-Op terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Laboratorium UM H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif Co-Op Co-Op terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Laboratorium UM

33

DAFTAR PUSTAKA:

Arikunto, Prof.Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya. Budiningsih, Asri.2005. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati, Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.2006. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar.2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Ibrahim,M.,dkk.200.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.2010. Malang: Universitas Negeri Malang. Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstusal dan Penerapannya Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang : UM Press. Purwanto, Edy.2005.Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran: Aplikasi dalam Bidang Studi Geografi. Malang:FPIPS IKIP Malang. Purwanto, M.Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Probematika Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Alfabeta. Setyosari, Punaji.2001.Rancangan pembelajaran teori dan praktek Malang: Penerbit elang mas. Slavin, Robert E. 2008.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan.2010. Bandung:Alfabeta.

Suryobroto, B. 2002.Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: PT. Rineka.

Silberman, Melvin L. 2006.Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif Bandung: Penerbit Nusa Media. Partowisastro, Koestoer. H. 1984. Diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar jilid 2.Jakarta: Erlangga.

34

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Endah, P Apriyani. 2010. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Menggunakan Metode Spesialisasi Tugas Tipe Co-Op Co-Op Pada Siswa Kelas Viii C Smp Negeri 3 Berbah. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: UNY.

35

Anda mungkin juga menyukai