Anda di halaman 1dari 3

8.

Hikmah larangan bai' gharar  (jual beli gharar)

Syariat islam melarang bai gharar karena dalam jenis jual beli ini terdapat beberapa hal yang
merugikan, diantaranya:

a. Bai gharar termasuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil, jika yang terjadi
adalah barang objek jual beli yg di inginkannya ternyata jauh dibawah harga pasar, maka
pembeli rugi sebanyak selisih harga yang diberikan harga pasar.

Dan dipihak lain penjual mengambil keuntungan lebih dari keuntungan yang sepantasnya,
dalam contoh jual beli barang dalam kotak tanpa diketahui isinya mengandung gharar, karena
bila ternyata pembeli mendapatkan barang yang harga pasarnya cuma 90.000 padahal ia telah
membayar uang 100.000, maka sesunggyhnya penjual telah memakan harta pembeli
sebanyak 10.000 rupiah secara batil. Tidak ada imbalan dari barang yang dibeli, sebagaimana
yang di riwayatkan dari Jabir bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٍّ ‫ك َأ ْن تَْأ ُخ َذ ِم ْنهُ َش ْيًئا لِ َم تَْأ ُخ ُذ َما َل َأ ِخ ْيكَ بِ َغي ِْر َح‬


‫ق‬ َ ‫بِعْتَ َِأل ِخ ْيكَ تَ ْمرًا فََأ‬.
َ َ‫صابَ ْتهُ َجاِئ َحةٌ فَالَ تَ ِح َّل ل‬

“Seandainya engkau jual buah kurma dipohon sebelum cukup tua, lalu terserang hama, tidak
halal bagimu mengambil uang pembeliannya, karena engkau mengambil harta saudara mu
dengan cara tidak hak atau tanpa imbalan.” (HR. Muslim)

Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menjual buah di pohon


sebelum cukup tua, karena dalam kondisi muda buah sangan rentan terserang hama, hal ini
dilarang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  karena mengandung unsur gharar spekulasi.

Dimana pembeli mendapat harga lebih murah di bawah harga matang di pasar dan penjual
lebih cepat mendapat uang tunai dan terbebas dari resiko gagal panen, jika terkena hama,
gagal panen maka pembeli tidak mendapatkan barang yang diinginkannya serta uangnya
hilang begitu saja, dan jika panen berhasil maka ia meraup keuntungan yang besar oleh sebab
itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa melarang jual beli buah di pohon sebelum cukup tua serta
beliau menjelaskan hikmahnya yaitu, jika yang terjadi gagal panen sesungguhnya penjual
mengambil uang pembeli tanpa ada imbalan, karena barang yang dibelinya tidak berguna
sama sekali (Dr. Fad, Al Muamalat halaman 116)

b. Bai gharar dapat menimbulkan permusuhan sesama muslim

Diantara prinsip dasar islam menciptakan suasana saling menyayangi, mengasihi, dan
mencintai sesama pemeluknya sehingga mereka bagaikan saudara seketurunan dan bagaikan
satu tubuh. Maka apapun hal yang dapat merusak sendi-sendi prinsip ini dilarang dalam islam
termasuk dalam jual beli gharar, karena dalam jual beli gharar jika 1 pihak di rugikan dan 1
pihak meraup keuntungan besar atas jerih payah orang lain pastilah pihak yang di rugikan
memendap kebencian terhadap pihak ke 2, oleh karena itu Allah berfirman menjelaskan
hikmah diharamkannya maysir dan gharar bagian dari maysir.

Surat Al Maidah ayat 91

Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi, melakukan transaksi jual beli buah
kurma di pohon, sebelum layak dipanen, saat buah akan di panen dan pembeli akan
menyerahkan uang sering terjadi panen gagal terkena hama, sehingga buahnya tidak layak
dijual. Tidak jarang terjadi sengketa, pembeli tidak mau membayar uang dan penjual
mendesak pembeli menyerahkan uangnya berdasarkan transaksi yang dilakukan sebelumnya
karena banyaknya sengketa. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kalian tidak meninggalkan jual beli buah di pohonnya maka janganlah menjualnya
sebelum buah cukup tua”. (HR. Bukhari).

Sa’ad bin Abi Waqas meriwayatkan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang memiliki tanah pertanian, menyewakan tanahnya kepada para penggarap dengan
imbalan hasil panen tanaman yang berada dekat aliran air. Hal ini sering menimbulkan
sengketa karena hasil panen yang di dekat aliran air tentu lebih bagus, lalu mereka menemui
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta keputusan tentang persengketaan tersebut, maka
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyewakan tanah tersebut, seraya bersabda.

“Sewakanlah tanah dengan imbalan uang emas atau uang perak” (HR. Ahmad dan Nasai
derajat ini dinyatakan hasan oleh Albani)

Dua hadits diatas sangat jelas bahwa kronologi yang mengandung gharar diharamkan karena
menimbulkan sengketa yang berakhir dengan saling bermusuhan dan saling benci. Bentuk
gharar dalam  jual beli buah sebelum cukup tua telah dijelaskan, adapun bentuk gharar dalam
penyewaan tanah yaitu pemilik tanah mensyaratkan jatah untuknya yang merupakan imbalan
sewa tannah berupa tanaman yang tumbuh disekitar saluran air, ini jelas beresiko tinggi bagi
para penggarap karen aterkadang debut air yang melewati saluran sedikit, sehingga tidak
cukup mengairi tanaman, hanya cukup untuk mengairi tanaman di sekitar saluran, maka tentu
hasil panen jatah pemilik tanah lebih besar dibanding penggarap dan terkadang debit air
banyak dan cukup unruk megairi seluruh tanaman, dan hasil panen jatah pemilik tanah daa
penggarap berimbang, Spekulasi ini yang dilarang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
beliau memberikan solusi bahwa tanah di sewakan dengan uang karena nilai uang emas atau
perak relatif stabil, maka unsur spekulasi dapat ditekan seminimal mungkin.

Dan tentu solusi yang ditawarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat adil bagi kedua
belah pihak.

c. Mengumpulkan harta dengan cara untung-untungan dan judi., menyebabkan seseorang


lupa mendirikan shalat dan dzikrullah, serta menghancurkan dan menghilangkan keberkahan
harta, hikmah ini sangat jelas tertuang dalam ayat 91 surat Al-Maidah,

Ibnul Qayim berkata:'"Bila engkau renungi perihal perjudian tak upahnya seperti khamr
(arak) bila dilakukan sedikit akan tertarik untu melakukannya lebih banyak lagi hingga
seseorang akan lalai dari melakukan hal-hal yang disukai Allah". (Halaman, 169).

d, Mengalihkan konsentrasi berpikir dari hal yang berguna kepada memikirkan keuntungan
yang bersifat semu, sehingga pelakunya terbiasa malas bekerja, tidak perlu bersusah payah,

e. hikmah diharamkan baik gharar yang tidak kalah pentingnya yaitu dapat menghancurkan
ekonomi sebuah negara bahkan ekonomi dunia. krisis ekonomi global yang melanda dunia
pada tahun 2008, yang bermula dari Amerika, diantara faktor penyebabnya adalah gharar dan
perjudian di bursa, para kreditur menyerahkan sertifikat properti mereka kepada pihak bank
sebagai agunan, kemudian pihak bank, melalui bank-bank investasi menjadikan sertifikat-
sertifikat tersebut sebagai underlying untuk dijadikan surat berharga securitization, setelah di
asuransikan  surat berharga tersebut masuk bursa internasional, dan diperjual belikan dengan
cara-cara yang diharamkan islam yang mengandung gharar dan judi. Seperti, short selling,
option, by on margin dan lain-lain.

Surat hutang yang disebut sebagai  securitization berbasis mortgages dibeli oleh lembaga-
lmbaga keuangan di dunia, kecuali lembaga keuangan syariah.

Anda mungkin juga menyukai