Anda di halaman 1dari 16

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 43

PENANAMAN NILAI MODERASI ISLAM


DAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SANTRI
PONDOK PESANTREN SALAFI JAMI’ATUL IKHWAN
KABUPATEN SERANG BANTEN

Najmudin, Lc., M.A., M.E.


Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Email: najmudin@untirta.ac.id

Dr. Syihabudin Said, S.Ag., M.Si


Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Email: syihabudin@untirta.ac.id

Dr. Ma’zumi, S.Ag., M.Ag.


Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Email: zumi.mei1970@gmail.com.

ABSTRAK
Pondok pesantren salafi merupakan lembaga pendidikan non formal yang sudah ada
di Indonesia sebelum era kemerdekaan. Sebagai lembaga yang memiliki akar
kesejarahan dan tempat yang dianggap barokah, pesantren salafi banyak diminati para
pencari ilmu, khususnya ilmu agama. Namun dalam pengajarannya, pesantren salafi
hanya menggunakan kurikulum tunggal, yakni kurikulum keagamaan, sebagai
konsekwensi logisnya, di pesantren ini tidak diajarkan ilmu pendidikan dan
kewarganegaraan sebagai sumber dari wawasan kebangsaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menggali kurikulum pondok pesantren salafi, penanaman nilai-nilai kebangsaan
pada santri, pengembangan pemikiran moderasi Islam dan aktualisasi santri terhadap
moderasi Islam dan wawasan kebangsaan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi dan FGD. Model analisis data yang digunakan adalah model
analisis data Miles dan Huberman, dimana proses analisisnya dibagi ke dalam tiga
bagian, reduksi data, supply data dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa,
kurikulum pesantren salafi Jami’atul Ikhwan tersusun dari kitab-kitab kuning dan kegiatan
ekstrakurikuler seperti Muhadlarah, tilawatul Quran, Marhaban, Yalil, Tawassul dan
Barjanji. Penanaman nilai-nilai kebangsaan pada santri dilakukan melalui pembelajaran
kitab-kitab kuning, budaya pondok, rutinitas pondok dan ekstrakurikuler.
Pengembangangan pemikiran moderasi Islam dilakukan melalui kitab tauhid, kitab fikih
dan kitab akhlak serta melalui budaya dan rutinitas pondok. Adapun aktualisasi santri
terhadap moderasi Islam dilakukan dengan jalan mengamalkan kitab tauhid, fikih dan
akhlak yang sudah dipelajari dari kyai dan ustad. Adapun Nilai-nilai kebangsaan meliputi
menghormati dan menghargai segala perbedaan, menjaga persatuan, cinta tanah air,
membela tanah air dan sebagainya teraktualisasi dalam mindset dan sikap santri dalam
kehidupan keseharian mereka di pesantren.

Kata Kunci: Moderasi Islam, Wawasan Kebangsaan dan Pondok Pesantren Salafi

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


44 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

1. PENDAHULUAN dan dibuat oleh pesantren itu sendiri).


Pondok pesantren salafi merupakan Sedangkan pondok pesantren modern
tempat yang menjadi sarana untuk menggunakan dual kurikulum, yaitu
mengajarkan ilmu-ilmu Agama Islam kurikulum pesantren dan kurikulum
kepada peserta didik yang dikenal dengan kenegaraan baik dari kemenag ataupun
sebutan santri. Ilmu-ilmu Agama Islam diknas.
tersebut meliputi Ilmu Akidah, Hadits, Akibat dari penggunaan kurikulum
Fikih, Tafsir dan Akhlak. Selain ilmu-ilmu tunggal di pondok pesantren salafi,
tersebut, santri juga diajarkan Ilmu Nahwu pelajaran-pelajaran umum yang
dan Sharaf yang lebih familiar dikenal mengajarkan wawasan kebangsaan, seperti
dengan sebutan ilmu alat. Ilmu alat pelajaran pendidikan pancasila dan
biasanya dijadikan sebagai penunjang agar kewarganegaraan serta materi-materi lain
pada akhirnya santri mampu membaca yang terkait dengan penanaman nilai-nilai
kitab rujukan secara mandiri. kebangsaan tidak diajarkan di pondok
Pondok pesantren salafi berbeda pesantren salafi, sehingga rasa wawasan
dengan pondok pesantren modern. Pondok kebangsaan tidak mampu dimilki oleh
pesantren salafi murni menjadikan kitab- santri pesantren salafi. Secara otomatis,
kitab standar di bidang akidah, hadits jika wawasan kebangsaan minim, maka
fikih, tafsir dan akhlak sebagai rujukan rasa nasionalisme pun akan rendah.
pembelajaran. Kitab-kitab standar yang Sehingga munculah kesan bahwa santri
dijadikan rujukan pembelajaran di pesantren salafi itu apatis, artinya kurang
pesantren salafi ditulis oleh ulama munculnya kepedulian dengan kondisi
terkemuka nusantara dan timur tengah, bangsanya. Padahal tidak sedikit santri
misalnya syeikh Nawawi al-Bantani, lulusan Sekolah Dasar atau Sekolah
Imam Ghazali, Imam Nawawi, Jalaludin Ibtidaiyah yang langsung masuk dan
As-Suyuti dan Jalaludin Al-Mahalli dan belajar di pondok salafi tanpa sama sekali
lain sebagainya. Ilmu Akidah yang mengenyam pendidikan formal
diajarkan umumnya bercorak Asy‟ariyah, setelahnya. Setelah itu mereka menjadi
sedangkan Fikihnya bercorak syafi‟iyah. ustad dan guru yang mengajar ngaji dan
Dengan kata lain, kurikulum yang pengajian di majelis-majelis ta‟lim,
dijadikan sebagai acuan di pondok membuat pondok salafi lain mengikuti
pesantren salafi murni kurikulum kurikulum pesantrennya yang dahulu.
pesantren (kurikulum yang dirumuskan

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 45

Kekosongan materi yang mengajarkan Pondok Pesantren Salafi Jami‟atul Ikhwan


wawasan kebangsaan dan potensial Kabupaten Serang”
diresapi paham-paham radikalisme di A. Rumusan Masalah
tubuh pondok pesantren salafi berpotensi Berdasarkan latar belakang di atas,
menggiring para santri berpaham garis penulis merumuskan pertanyaan penelitian
keras dan anti NKRI. Kondisi seperti ini sebagai berikut.
bisa menjadi cikal bakal lahirnya a. Bagaimanakah kurikulum yang
radikalisme akut yang berujung pada digunakan di Pesantren Salafi
terorisme. Jami‟atul Ikhwan ?
Upaya penanaman moderasi Islam dan b. Bagaimanakah transformasi
wawasan kebangsaan pernah diteliti oleh penanaman nilai-nilai kebangsaan di
beberapa peneliti sebelumnya. Di antara pondok pesantren Salafi Jami‟atul
penelitian tersebut adalah penelitian Ikhwan ?
Nuryanti dari FPIPS Veteran Semarang c. Bagaimanakah pola pengembangan
yang berjudul Penanaman Wawasan pemikiran moderasi pada santri di
Kebangsaan Di Pondok Pesantren Melalui pondok pesantren salafi Jami‟atul
Pembelajaran Sejarah. melalui Ikhwan ?
penelitiannya, Nuryanti menemukan fakta d. Bagaimana aktualisasi santri Pondok
bahwa guru terutama guru sejarah dalam Pesantren Salafi Jami‟atul Ikhwan
menyampaikan materinya masih bersifat terhadap nilai-nilai kebangsaan dan
konvensional dan hanya menyampaikan moderasi islam?
fakta-fakta sejarah serta adanya hambatan- B. Tujuan Penelitian
hambatan lainnya, sehingga wawasan Mengacu pada pertanyaan penelitian
kebangsaan belum sepenuhnya tertanam di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
dalam diri santri. Dengan demikian nilai- berikut.
nilai kebangsaan dan moderasi Islam harus a. Untuk mengetahui kurikulum yang
ditanamkan dengan berbagai pendekatan, digunakan di Pesantren Salafi
salah satunya adalah pendekatan b. Untuk mengetahui transformasi
pembelajaran pesantren. Dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan di
demikian, penulis tertarik untuk meneliti pondok pesantren Salafi Jami‟atul
permasalahan ini dalam penelitian yang Ikhwan.
berjudul “Transformasi Moderasi Islam c. Untuk mengetahui pola pengembangan
dan Wawasan Kebangsaan Pada Santri pembentukan pemikiran moderat pada

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


46 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

santri di pondok pesantren salafi keterampilan atau bentuk kepedulian


Jami‟atul Ikhwan terhadap bangsa, dalam kehidupan
d. Untuk mengetahui aktualisasi santri berorganisasi maupun kegiatan
pondok pesantren salafi Jami‟atul kemsyarakatan.
Ikhwan terhadap nilai-nilai
2. METODOLOGI PENELITIAN
kebangsaan dan moderasi islam
Sesuai dengan batasan masalah,
C. Manfaat Penelitian
rumusan masalah dan tujuan penelitian di
Secara operasional, manfaat penelitian
atas, maka penulis menggunakan metode
yang diharapkan dari hasil penelitian ini
penelitian kualitatif dengan jenis
adalah manfaat praktis dan manfaat
penelitian deskriptif untuk menggali dan
teoretis, yakni sebagai berikut.
menyajikan informasi secara
a. Bagi telaah dan teori nilai kebangsaan
komprehensif dan mendalam.
dan moderasi Islam, penelitian ini
Objek dalam penelitian ini adalah
akan memperkuat pemelajaran bidang
Pondok Pesantren Salafi Jami‟atul Ikhwan
nilai kebangsaan dan moderasi Islam
yang meliputi para Pengasuh (kiyai dan
pada santri, seperti pendalaman
ustad), dan para santri yang sedang
pelajaran yang terkait dengan
menuntut ilmu di pondok pesantren salafi
penanaman rasa kebangsaan dan
Serang Banten.
moderasi Islam
Data yang dikumpulkan terdiri dari
b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan
data primer dan data sekunder. Data
dapat menambah wawasan kebangsaan
primer adalah data yang diperoleh
dan moderasi Islam, terutama dalam
langsung dari informan ataupun responden
hal mencintai bangsanya sendiri dan
di lapangan yang merupakan pengasuh
mengamalkan nilai-nilai moderasi
pondok Pesantren Salafi Jami‟atul Ikhwan.
Islam dalam berinteraksi dengan
Data sekunder merupakan informasi yang
seluruh elemen pemerintah,
diperoleh dari berbagai data, dokumen,
masyarakat non muslim dan
buku, jurnal atau referensi lain yang
masyarakat muslim sendiri.
menunjang dan sesuai dengan tujuan
c. Bagi santri, penelitian ini diharapkan
penelitian.
akan bermanfaat dalam proses
Teknik pengumpulan data dilakukan
pengetahuan wawasan kebangsaan dan
melalui wawancara, observasi,
moderasi Islam yang nantinya dapat
Dokumentasi, Focus Group Discussion.
diaplikasikan dalam ragam

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 47

Metode yang peneliti gunakan untuk B. Wawasan Kebangsaan


manganalisis data yang terkumpul melalui Wawasan kebangsaan menurut
motode pengumpulan tersebut adalah terminologi undang-undang adalah cara
metode analisis data model Miles dan pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
Hubermen. Dalam model analisis Miles lingkungannya mengutamakan persatuan
dan Huberman ada tiga tahap kegiatan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, wilayah yang dilandasi Pancasila,
supply data dan kesimpulan. Undang-Undang Dasar (UUD) Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Bhineka
3. LANDASAN TEORI
Tunggal Ika dan Negara Kesatuan
A. Moderasi Islam
Republik Indonesia (NKRI) 3.
Moderasi Islam dalam bahasa arab
Berdasarkan definisi tersebut, wawasan
disebut dengan istilah wasathiyah
kebangsaan mesti dibangun di atas dasar
islamiyah. Yusuf al-Qardhawi dalam
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
kitabnya kalimat fi al-Wasathiyah al-
Bhineka Tunggal Ika, dan Negara
Islamiyah wa Ma’alimiha menyebut
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
beberapa padanan kata untuk kata
serta nilai-nilai yang terkandung di
wasthiyah seperti kata i’tidal dan kata
dalamnya. Empat dasar tersebut yang
tawazun. Qardhawi mendefinisikan bahwa
membedakan antara wawasan kebangsaan
wasathiyah (moderasi) adalah sikap
di Indonesia dengan negara-negara lain di
tengah antara dua pihak ekstrim yang
dunia.
berseberangan. Satu pihak bertolak
C. Pondok Pesantren Salafi
1
belakang dengan pihak lain . Senada
Istilah pondok berasal dari persepsi
dengan Qardhawi, Wahbah Zuhaili seperti
asrama-asrama santri yang seperti
yang dikutip Muhammad Amin
pemondokan atau penginapan terbuat dari
Mendefinisikan moderasi sebagai
bamboo. Kata pondok sendiri berasal dari
keseimbangan dalam keyakinan, sikap,
bahasa Arab yakni fundug, yang berarti
perilaku, tatanan, muamalah dan
asrama. Kata pesantren sendiri berasal dari
2
moralitas.
kata santri, yang dengan awalan pe di

1
Yusuf Qardhawi. Kalimat Fi Al-Wasathiyah Al- Islam. Jurnal al-Qalam. Vol. 20. Edisi Khusus
Islamiyah Wa Ma’alimiha. Kairo. Dar Es- Desember 2014. Hal 24.
3
Syourouk. Hal. 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
2
Abdurrauf Muhammad Amin. Prinsip dan Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 Tentang
Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan.

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


48 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

depan dan akhiran an berarti tempat generasi ini terdiri dari sahabat Nabi,
4
tinggal para santri. tabi‘in, tabi‘it-tabi‘in. Kemudian istilah
Sebuah pondok terdiri atas seorang salafi, salaf, dan salafiyah dikaitkan
guru-pemimpin pada umumnya seorang dengan makna tersebut yaitu orang yang
haji yang disebut kyai dan sekelompok mengikuti jejak para salaf al-shalih.
murid laki-laki yang berjumlah 300 Dalam konteks keindonesiaan, istilah
sampai 400 sampai 1000 orang yang salaf, salafi dan salafiyah mempunyai
disebut santri. secara tradisional dan makna yang mafhum yaitu kelompok
sampai tingkat tertentu sekarang ini, para muslim tradisional yang mempertahankan
santri tinggal di pondok yang menyerupai tradisi-tradisi lama. Hal ini terlihat seperti
asrama biara dimana mereka masak dan kalangan pesantren tradisional yang masih
mencuci pakaian sendiri. Mereka mempertahankan tradisi kitab kuning dan
mendapat makan dengan bekerja di sawah budaya-budaya lama. Kemudian dalam
kyai atau orang-orang Islam terkemuka perkembangan terakhir ini ada istilah
lainnya dalam masyarakat dengan salafi yang dimaknai sebagai pengikut
melakukan kerja-terampil seperti manhaj salaf i5
mencelup kain ke pewarna, menggulung Noorhaidi seperti yang dikutip Irham
rokok, menjahit atau mendapat kiriman Menyoroti perkembangan pesantren
beras dan uang dari keluarga di rumah. manhaj salafi di Indonesia pada tiga
Kyai tidak dibayar dan para muridpun dekade akhir ini terlebih setelah
tidak membayar uang sekolah layaknya tumbangnya rezim orde baru adalah sangat
sekolah umum dan pesantren modern. cepat dan masif. Perkembangannya
Wahib seperti yang dikutip Ilham merupakan representasi dari dampak Islam
menyatakan bahwa, Ada tiga istilah yang arus global (gerakan salafis) yang tidak
berkembang di masyarakat Indonesia, terlepas dari kontroversi dengan
namun secara akar kata sama artinya yaitu masyarakat sekitar. Masalah
salaf, salafiyah, dan salafi. Akar kata ini kontroversinya karena gerakan tersebut
dalam bahasa Arab adalah salafa yang termasuk juga pesantren ber-manhaj salafi
artinya “mendahului.” Secara maknawi tumbuh berkembang dengan corak sebagai
dipahami sebagai salaf al shalih yakni tiga pendidikan Islam yang eksklusif yang
generasi sahabat Nabi yang awal. Tiga kurang akomodatif dengan budaya

4 5
Zamakhsari Dhofier. Tradisi Pesantren; Studi Irham. Pesantren Manhaj Salafi. Ulul Albab
Tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3S. Hal. 18 Volume 17, No.1 Tahun 2016. Hal. 4

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 49

masyarakat. Tumbuhnya gerakan salafi Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah


dan pesantren ber-manhaj salafi misalnya, Pertama dan Madrasah Aliyah. Meskipun
munculnya Dewan Dakwah Islam demikian, identitas kesalafiannya tidak
Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan tergerus dengan adanya sekolah-sekolah
Islam dan Bahasa Arab (LIPIA), gerakan tersebut dan tetap menjadi kekhasan
aktivis Islam kampus, berdirinya pesantren pesantren.8
al-Irsyad Tangerang, dan lain sebagainya, Saat ini pondok Jami‟atul Ikhwan
yang sering berseberangan pandangan dan sudah berusia kurang lebih sembilan belas
budaya dengan masyarakat. Munculnya tahun. Santrinya berjumlah 150 orang,
gerakan tersebut berupaya mereka berasal dari Provinsi Banten dan
mengembangkan ideologi manhaj salafi beberapa provinsi lain dari luar Banten,
yang kurang akomodatif dengan kondisi seperti Jawa Tengah, Lampung, Depok,
sosio-kultur/sosio-historis masyarakat Bekasi dan Jakarta. Para santri
sehingga gerakan salafi ini kerap diklasifikasikan ke dalam empat tingkatan.
menimbulkan konflik masyarakat.6 Tingkatan di sini kurang lebih sama
dengan tingkatan kelas dalam lembaga
4. PEMBAHASAN
pendidikan formal. Perbedaannya, dalam
A. Gambaran Umum Pondok Salafi
pondok pesantren salafi, kenaikan tingkat
Jami’atul Ikhwan
tidak berpatokan pada penyelesaian materi
Pondok Salafi Jami‟atul Ikhwan
tertentu dalam jangka waktu kurang lebih
didirikan oleh KH. Ahmad Hudori pada
satu tahun seperti halnya sekolah formal.
tahun 1999 M.7 dalam pengelolaan dan
Kenaikan tingkat pada pondok Jami‟atul
pengurusannya, KH. Hudori dibantu oleh
Ikhwan cukup dengan penguasaan materi
dua adik iparnya, masing-masing bernama
dari kitab-kitab yang sudah ditentukan
ustad. Nanang Sunandar dan ustad. Dayat,
kyai dan pengasuh pesantren di setiap
yang pertama ahli di bidang baca kitab
tingkatannya, meskipun belum genap
kuning dan yang kedua ahli dalam bidang
mencapai satu tahun.
tajwid dan seni tilawah al-Quran. Sebagai
B. Kurikulum Pondok Salafi Jami’atul
pondok salafi yang terbuka dengan
Ikhwan
perkembangan zaman, pada tahun 2005
Menurut Nanang Sunandar, Pondok
pondok Jami‟atul Ikhwan membuka
salafi Jami‟atul Ikhwan mempunyai

6
Irham. Pesantren Manhaj Salafi. Hal. 2
7 8
Wawancara dengan Ustad Nanang Sunandar pada Wawancara dengan Ustad Dayat pada Tanggal 09
hari rabu tanggal 12 September 2018 M. september 2018

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


50 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

kurikulum pendidikan yang bertujuan agar dan benar akan dinaikan ke tingkat dua10.
santri: 1) Memahami dan mendalami Pematangan baca al-Quran merupakan
Agama Islam, 2) Bertakwa kepada Allah dasar dan prasyarat dalam pondok
swt. 3) Mampu Mengajarkan Agama pesantren tersebut untuk dapat
Islam kepada Masyarakat9 melanjutkan ke jenjang tingkat yang lebih
Pencapaian tiga tujuan di atas tinggi.
dilakukan dengan mengkaji kitab-kitab C. Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan
kuning, latihan berpidato (muhadlarah), Pada Santri
latihan mengajar dan latihan keterampilan Penanaman nilai-nilai kebangsaan
seni tilawah al-Quran. Kitab-kitab yang pada santri dilakukan melalui
menjadi bahan pembelajaran (muqarar) pembelajaran kitab kuning, budaya
adalah sebagai berikut : Kitab Amil, Kitab pondok, kegiatan rutin pondok dan
Safinatu Naja, Kitab Al-Jawahir Al- ekstrakuler. Nilai bhineka tunggal ika,
Kalamiyah, Kitab Akhlak Li Al- Pancasila, Negara Kesatuan Republik
Banin/Akhlak Li Al-Banat, Kitab al- Indonesia dan Kesetiaan pada undang-
Jurmiyah, Kitab Matan Taqrib, Kitab undang dasar disampaikan melalui
Tijanu Ad-Darari, Kitab Ta‟lim al- pembelajaran kitab tauhid, kitab fikih dan
Muta‟allim, Kitab Mukhtashar Jiddan, kitab akhlak, interaksi antar santri dari
Kitab Fathu al-Qorib, Kitab Kasyifatu berbagai daerah, shalat berjamaah,
Saja, Kitab Arisatu Al-Mu‟awanah, Kitab tawassul, marhaban, yalil, dan Barjanji.
Alfiyah Ibnu „Aqil, Kitab Tafsir Al- Spirit menerima perbedaan sebagai
Jalalain, Kitab Fathu al-Mu‟in. dasar dari Bhineka Tunggal Ika dan
Kitab-kitab yang menjadi rujukan Pancasila ketiga persatuan Indonesia
pembelajaran tersebut dibagi ke dalam tiga diajarkan melalui pembelajaran kitab-kitab
klasifikasi, sesuai dengan tingkat (kelas) alat, seperti kitab Amil, Jurmiyah,
santri, yaitu tingkat dua, tingkat tiga dan Mukhtashar Jiddan (Syarh dari kitab
tingkat empat. Santri yang duduk di Ajrumiyah) dan Alfiyah. Kyai Khudhari,
tingkat satu belum diajarkan kitab-kitab pimpinan pondok Salafi Jami‟atul Ikhwan
kuning. Mereka masih difokuskan untuk menjelaskan, kata dharaba menurutnya
belajar membaca al-Quran dengan baik tidak hanya berarti memukul, tapi juga
dan benar. Setelah mereka sudah dianggap meninju, menjadikan, menyerang,
mampu membaca al-Quran dengan baik mengepakkan dan mengalikan. Begitu

9 10
Wawancara dengan Ustad. Nanang Sunandar Wawancara dengan ustad Nanang Sunandar

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 51

juga kata dzahaba, artinya bukan hanya kitab Fathu Al-Mu’in Jihad hukumnya
pergi, tapi juga jalan, dari makna kedua ini fardlu kifayah ketika orang-orang kafir
kemudian dibentuk kata madzhab. Dari berada dalam negara mereka (hendak
arti kata saja menurutnya beragam, tidak menyerang negara Islam) dan ketika sudah
sama – apalagi terkait dengan manusia, memasuki negara Islam.13 Jihad
budaya, adat, ras dan sebagainya - Ini mengajarkan semangat patriotisme
menunjukan bahwa perbedaan adalah masyarakat dalam membela negaranya
sebuah keniscayaan yang harus diterima dari serangan para penjajah. Selain
semua orang11. dicontohkan para sahabat, jihad dalam
Nilai patriotisme diajarkan melalui konteks Indonesia juga telah dicontohkan
kitab Tauhid dan kitab Fikih. Dalam kitab para ulama yang secara gigih
Aqidatu Al-„Awam, mempercayai sahabat memperjuangkan, merebut, membela dan
sebagai generasi terbaik masuk dalam mempertahankan bangsa Indonesia dari
kategori keimanan12. Pengakuan sahabat tangan penjajah. Semangat jihad seperti
sebagai generasi terbaik memiliki yang dicontohkan para para pendahulu ini
konsekwensi umat muslim harus yang menghembuskan semangat
menjadikan mereka sebagai figur dan suri patriotisme santri14
tauladan yang baik. Salah satu teladan
yang patut dicontoh dari para sahabat D. Pengembangan Pemikiran Moderasi
adalah kegigihannya dalam membela dan Islam
mempertahankan negara dari serangan Ilmu pengetahuan yang diajarkan pada
musuh yang ingin menjajah dan para santri di pondok pesantren Jami‟atul
memporak-porandakan bangsa, City State Ikhwan adalah Ilmu Bahasa, Ilmu Tafsir,
Madinah dalam kasus perang Badar, Ilmu Tauhid (Ilmu Kalam), Ilmu Fikih dan
perang Uhud dan perang Khandak. Ilmu Akhlak. Dalam pesantren ini,
Kegigihan dalam membela dan pemikiran moderasi Islam dikembangkan
mempertahankan negara dalam fikih melalui tiga jalur keilmuan, yaitu jalur
masuk ke dalam kategori Jihad fi ilmu Tauhid (ilmu Kalam), jalur ilmu
sabilillah. Menurut Al-Malibari dalam Fikih dan jalur Ilmu Akhlak. Proses

11 13
. Wawancara dengan KH. Ahmad Khudhori, Ahmad Zainuddin Al-Ma‟bari Al-Malibari.
Pengasuh Pensantren Salafi Jami‟atul Ikhwan, Fathu Al-Mu‟in bi Syarhi Qurroti Al-Aini bi
pada tanggal 13 Oktober 2018. Muhimmati Ad-Din. Dar Ibnu Al-Hazm. Cet. 1.
12
Ibrahim Al-Bijuri. Syarh Kifayati Al-Awam fi 2004. Hal. 593
14
‘Ilmi Al-Kalami. Maktabah Al-Haramain. Cet 2. Wawancara dengan Ustad Nanang dan Ust.
Hal 74 Dayat.

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


52 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

pengembangan moderasi banyak Ad-Darari misalnya menyatakan bahwa


dilakukan melalui pembelajaran kitab sifat-sifat wajib menempel pada Dzat-Nya
kuning dan sedikit melalui marhabanan, dan sifat-sifat mustahil yang tidak layak
Tahlil, tawassul dan pembacaan Barjanji. disematkan terlepas dari Dzat-Nya.16
Pemikiran tauhid atau kalam yang Pemikiran fikih yang dikembangkan
diajarkan kepada santri adalah pemikiran dan ditransmisikan pada santri pondok
Kalam Asy‟ari. Hal tersebut terlihat dari salafi Jami‟atul Ikhwan adalah Fikih
kitab-kitab tauhid (kalam) yang dijadikan Syafi‟i. Imam Syafii dikenal sebagai
bahan pembelajarannya. Kitab-kitab mujtahid yang berhasil memadukan
tersebut adalaha kitab Tijanu Ad-Darari, rasionalisme Ahlu Ra’yi yang ia warisi
Kitab Akidatu al-Awam, Kitab Jauhar al- dari Muhammad bin Hasan Asy-syaibani,
Kalam dan kitab Kifayatu al-„Awam. salah satu murid utama Imam Hanafi dan
Seluruh kitab tersebut menjelaskan Sifat- tekstualisme Ahlu Hadits yang diwarisi
sifat Allah swt. Perdebatan Kelompok dari Imam Malik bin Anas. Keberhasilan
kalam klasik. Muktazilah dengan Syafii dalam memadukan dua aliran fikih
Hasyawiyah. Muktazilah menyatakan, di atas membuatnya dijuluki sebagai
bahwa sifat-sifat Allah adalah dzat Allah ulama fikih moderat.
itu sendiri, berbeda secara kontras dengan Kitab-kitab akhlak yang dijadikan
Hasyawiyah yang menyatakan bahwa sebagai bahan ajar di Pondok Pesantren
sifat-sifat tersebut bukan dzat Allah itu Salafi Jami‟atul Ikhwan adalah kitab
sendiri, melainkan sesuatu lain di luar Akhlak li Al-Banin, Ta‟limu Al-
dzat-Nya. Asy‟ariyah kemudian tampil Muta‟allin dan Nashoihu Al-Ibad. Akhlak
mengambil jalan tengah antara dua secara sistematis diajarkan, mulai dari
pandangan ekstrim di atas dengan akhlak dalam lingkup keluarga, meliputi
menyatakan bahwa sifat-sifat Allah akhlak anak terhadap kedua orang tua dan
menempel dan melekat pada Dzat-Nya, akhlak anak terhadap saudara-saudara
bukan dzat itu sendiri dan bukan selain (diajarkan melalui kitab akhlak li al-
15
dari dzatnya. Pandangan ini yang banin). Akhlak dalam lingkup yang lebih
kemudian dikembangkan dalam kitab dan luas, lingkup sekolah, akhlak murid
ditransmisikan kepada para santri. Syeikh terhadap guru, teman sejawat dan ilmu
Nawawi Al-Bantani dalam Syarh Tijan
16
Nawawi Al-Bantani. Syarh Tijan Ad-Darari ‘ala
15
Muhammad Imarah. Tayyarat Al-Fikri Al- Risalati Al-Alim Al-Allamah Al-Habru Al-Bahr al-
Islami. Kairo. Daar Es-Syorouk. 1991. Cet. 1. Hal. Fahhamah Syeikh Ibrahim Al-Bajuri fi At-Tauhid.
181. Surabaya; Daar Al-Ilmi. Hal. 2

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 53

pengetahuan (dibahas dalam kitab Ta‟lim dicuci tujuh kali dan yang satu kali
al-Muta‟allim), dan akhlak dalam lingkup cuci menggunakan lumut 18,19
yang sangat luas, akhlak kepada Allah, Pengamalan akhlak dilakukan
Rasul dan agama yang dianut. dengan mengamalkan tuntunan akhlak
E. Aktualisasi Moderasi Islam dan yang mereka pelajari dari kitab-kitab
Nilai Kebangsaan. akhlak sebagaimana di atas dan
1. Aktualisasi Moderasi Islam mengikuti figur kyai. Hal tersebut
Aktualisasi moderasi Islam nampak dari sopan santun mereka
dilakukan dengan mekanisme ketika bertemu kyai, ustad, mamang
mengamalkan pelajaran dari kitab santri dan orang lebih tua yang
yang sudah mereka kaji, baik tauhid, bertamu ke pesantren. Ta‟dzim
fikih maupun akhlak. Pengamalan terhadap kyai dan ustadz. Mencium
tauhid terlihat dari “keyakinan tangan dan membungkukan badan
terhadap Allah” menjadi alat yang ketika berpapasan dengan mereka.
mendorong dan menggerakan santri Menghargai ilmu pengetahuan.
untuk mengerjakan aktifitas Mengharapkan berkah dari para guru.
kesehariannya di pesantren, seperti Lebih-lebih akhlak terhadap sang
belajar, shalat, puasa sunnah17 dan Khalik. Badrudin menjelaskan, orang
sebagainya. yang shalat dengan mengenakan
Pengamalan fikih Syafi‟I yang sarung dan kaos oblong sah menurut
mereka pelajari dari kitab-kitab fikih tuntunan fikih, karena batas aurat dari
sebagaimana dijelaskan di muka, laki-laki hanya dari lutut sampai pusar.
terlihat dari tata cara mereka Kaos oblong sudah memenuhi kriteria
membersihkan najis, berwudlu, dan fikih. Tapi menurut tasawuf, tidak
shalat. Dalam sebuah wawancara, layak kaos oblong dikenakan dalam
peneliti menanyakan salah seorang shalat untuk menghadap sang Khalik20.
santri tingkat dua, pernahkah anda
terkena najis? Dia jawab, pernah !.
bagaimana cara anda membersihkan 18
yang dimaksud dengan kata lumut dalam
jawaban santri tersebut adalah lumpur (tanah).
najis mugaladhah? Dia menjawab Jawaban santri tersebut sesuai denga isi kitab
Matan Abi Suja (Al-Musamma Al-Ghayah wa At-
Taqrib) karya Abu Syuja Al-Asbahani, cetakan
Maktabah Al-Jumhuriyah Al-„Arabiyah, halaman
6.
17 19
Wawancara dengan Reza, santri tingkat tiga, Wawancara dengan Reza
20
pada tanggal 14 Oktober 2018. Wawancara dengan Badrudin

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


54 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

2. Aktualisasi Nilai Kebangsaan tidak menghambat interaksi, toleransi


Nilai-nilai kebangsaan meliputi dan sopan santun antar mereka.
menghormati dan menghargai segala Ta‟dzim terhadap pemimpin dari unsur
perbedaan, menjaga persatuan, cinta pengasuh pesantren dan pemimpin dari
tanah air, membela tanah air dan unsur santri (kelurahan pondok).
sebagainya teraktualisasi dalam
mindset dan sikap santri dalam 5. KESIMPULAN DAN SARAN
kehidupan keseharian mereka di A. Kesimpulan
pesantren. Peneliti bertanya kepada Kurikulum pendidikan pondok
setiap santri yang penulis wawancara pesantren salafi Jami‟atul Ikhwan terdiri
seputar perbedaan madzhab dan atas pembelajaran kitab-kitab kuning yang
perbedaan agama.21 Setiap mereka disesuaikan dengan jenjang atau tingkat
menjawab, perbedaan madzhab dan santri dan kegiatan ekstrakulikuler.
perbedaan agama sah-sah saja, harus Adapun daftar nama-nama kitab tersebut
saling menghormati dan menghargai adalah sebagai berikut Kitab Amil, Kitab
satu sama lain. Menerima perbedaan Safinatu Naja Kitab Al-Jawahir Al-
terekem dalam mindset mereka, Kalamiyah, Kitab Akhlak Li Al-
sebagai konsekwensi logis dari Banin/Akhlak Li Al-Banat, Kitab al-
kurikulum yang mengajarkan Jurmiyah, Kitab Matan Taqrib, Kitab
perbedaan, seperti dalam fikih dan Tijanu Ad-Darari, Kitab Ta‟lim al-
bahasa. Muta‟allim, Kitab Mukhtashar Jiddan,
Minsdset tersebut kemudian Kitab Fathu al-Qorib, Kitab Kasyifatu
memengaruhi sikap santri dalam hidup Saja, Kitab Arisatu Al-Mu‟awanah, Kitab
nyata keseharian mereka di asrama. Alfiyah Ibnu „Aqil, Kitab Tafsir Al-
Mereka bersikap saling menghormati, Jalalain dan Kitab Fathu al-Mu‟in.
menghargai, bekerja sama satu dengan Adapun Kegiatan ekstrakulikulernya
yang lain meski mereka memiliki latar meliputi Muhadlarah, belajar Qari,
belakang suku, tradisi dan budaya Tawassul, Marhaban dan Yalil.
berbeda. Meski diakui Syaripudin, Pembelajran kitab kuning dan kegiatan
bahwa santri yang berasal beberapa ekstrakuriler dilaksanakan untuk mencapai
daerah cenderung keras, tetapi itu tujuan agar santri: 1) Memahami dan

21
mendalami Agama Islam, 2) Bertakwa
Perbedaan Madzhab dan Perbedaan agama
merupakan isu sensitive di kalangan agamawan kepada Allah swt. 3) Mampu
yang tidak memiliki jiwa toleransi.

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 55

Mengajarkan Agama Islam kepada kuning dan sedikit melalui marhabanan,


Masyarakat. Tahlil, tawassul dan pembacaan Barjanji.
Penanaman nilai-nilai kebangsaan Aktualisasi moderasi Islam dilakukan
pada santri dilakukan melalui dengan mekanisme mengamalkan
pembelajaran kitab kuning, budaya pelajaran dari kitab yang sudah mereka
pondok, kegiatan rutin pondok dan kaji, baik tauhid, fikih maupun akhlak.
ekstrakuler. Nilai bhineka tunggal ika, Pengamalan tauhid terlihat dari
Pancasila, Negara Kesatuan Republik “keyakinan terhadap Allah” menjadi alat
Indonesia dan Kesetiaan pada undang- yang mendorong dan menggerakan santri
undang dasar disampaikan melalui untuk mengerjakan aktifitas kesehariannya
pembelajaran kitab tauhid, kitab fikih dan di pesantren, seperti belajar, shalat, puasa
kitab akhlak. Nilai bhineka tunggal ika sunnah22 dan sebagainya. Pengamalan
dan pancasila ditanamkan melalui budaya fikih Syafi‟I yang mereka pelajari dari
pondok, dimana santri yang berasal dari kitab-kitab fikih sebagaimana dijelaskan
satu daerah berinteraksi dengan santri dari di muka, terlihat dari tata cara mereka
daerah lain dalam lingkungan pondok, membersihkan najis, berwudlu, dan shalat.
makan bersama, dan mencapai tujuan Pengamalan akhlak dilakukan dengan
bersama, dan melalui kegiatan rutinitas mengamalkan tuntunan akhlak yang
pondok seperti shalat berjama‟ah. Juga mereka pelajari dari kitab-kitab akhlak
melalui ekstrakurikuler seperti sebagaimana di atas dan mengikuti figur
muhadlarah, tawassul, marhaban, barjanji kyai. Hal tersebut nampak dari sopan
dan yalil. santun mereka ketika bertemu kyai, ustad,
Penanaman nilai-nilai moderasi Islam mamang santri dan orang lebih tua yang
pada santri dilakukan melalui bertamu ke pesantren. Adapun Nilai-nilai
pembelajaran kitab kuning, budaya kebangsaan meliputi menghormati dan
pondok, kegiatan rutin pondok dan menghargai segala perbedaan, menjaga
ekstrakuler. Pemikiran moderasi Islam persatuan, cinta tanah air, membela tanah
dikembangkan melalui tiga jalur keilmuan, air dan sebagainya teraktualisasi dalam
yaitu jalur ilmu Tauhid (ilmu Kalam), mindset dan sikap santri dalam kehidupan
jalur Iilmu Fikih dan jalur Ilmu Akhlak. keseharian mereka di pesantren. Adapun
Pola pengembangan dilakukan Nilai-nilai kebangsaan meliputi
kebanyakan melalui pembelajaran kitab
22
Wawancara dengan Reza, santri tingkat tiga,
pada tanggal 14 Oktober 2018.

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


56 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

menghormati dan menghargai segala Penanaman nilai-nilai kebangsaan


perbedaan, menjaga persatuan, cinta tanah melalui pembelajaran kitab kuning
air, membela tanah air dan sebagainya menurut penulis sangat efektif,
teraktualisasi dalam mindset dan sikap karena penanaman tersebu disertai
santri dalam kehidupan keseharian mereka dengan indoktrinasi ajaran-ajaran
di pesantren. keagamaa. Tapi, tempat
B. Saran pelaksanaan penamanan nilai-nilai
Berdasarkan penelitian penanaman tersebut masih belum memenuhi,
nilai moderasi Islam dan wawasan seperti masjid masih terlalu kecil
kebangsaan pada santri pondok pesantren untuk dapat mengakomodasi
salafi Jami‟atul Ikhwan, maka penulis seluruh santri. Maka hendaknya,
memiliki beberapa saran antara lain pemerintah memberikan perhatian
1. Saran Untuk Pesantren pada pondok pesantren salafi
a. Nilai-nilai kebangsaan dan seperti Pondok Jami‟atul Ikhwan.
moderasi Islam yang diajarkan b. Pemerintah dan pensantren salafi
melalui kitab kuning, budaya hendaknya melakukan kerjasama
pesantren, rutinitas pesantren dan dalam rangka pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler moderasi Islam dan wawasan
hendaknya terus dipertahankan kebangsaan.
pesantren
b. Pesantren hendaknya memiliki DAFTAR PUSTAKA
strategi khusus untuk Afiyanti, Yati. Focous group discussion
(Diskusi Kelompok Terfokus)
mentrasmisikan moderasi Islam sebagai metode pengumpulan data
dan wawasan kebangsaan pada kualitatif. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, no. 1,
santri, agar penanaman nilai-nilai Maret 2008
kebangsaan dan moderasi Islam Al-Abrasyi, M. Athiyah. Ruhu At-
lebih sistematis dan dirasakan Tarbiyati wa At-Ta‟limi. Al-
Arabiyah; Daar Al-Ihya kutub Al-
santri. „Arabiyah.
2. Saran Untuk Pemerintah Al-Baijuri, Ibrahim. Syarh Kifayati AL-
a. Pondok pesantren salafi seperti Awam fi Al-Ilmi Al-Kalam.
Maktabah Al-Haramain.
Jami‟atul Ikhwan turut serta
Al-Bantani, Nawawi. Syarh Tijan Ad-
menanamkan nilai-nilai Darari ‘ala Risalati Al-Alim Al-
kebangsaan pada generasi bangsa. Allamah Al-Habru Al-Bahr al-

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020


Volume 6, Nomor 1 Juni 2020 57

Fahhamah Syeikh Ibrahim Al- Fuad, Fokky. Islam dan Ideologi


Bajuri fi At-Tauhid. Surabaya; Pancasila; Sebuah Dialektika. Lex
Daar Al-Ilmi. Jurnalica Volume 9 Nomor 3,
Desember 2012.
Al-Ghazi Muhammad bin Qosim. Fathu
Al-Qorib Al-Mujib fi Syarhi Harsono. Etnografi Pendidikan Sebagai
Alfadzi at-Taqrib. Cyprus; Dar Desain Penelitian Kualitatif
Ibnu Hazm. 2005. Cet. 1. (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2008).
Al-Mahalli, Jalaluddin As-Suyuti dan
Jalaluddin. Tafsir Al-Jalalain. Dar Imarah, Muhammad. Tayyarat Al-Fikri
Ibnu Katsir. Al-Islami. Kairo. Daar Es-
Syorouk. 1991. Cet. 1.
Amin, Abdurrauf Muhammad. Prinsip
dan Fenomena Moderasi Islam Irwanto. Focus Group Discussion. (Pusat
dalam Tradisi Hukum Islam. Jurnal Kajian Pembangunan Masyarakat.
al-Qalam. Vol. 20. Edisi Khusus 1998).,
Desember 2014 Maknun, Lukluil. Tradisi Ikhtilaf dan
Az-Zarnuji, Burhan Al-Islam. Ta‟lim Al- Budaya Damai Di Pesantren (Studi
Muta‟allim „Ala Thariqa At- Kasus PP-Nurul Ummah dan Ar-
Ta‟allum. Surabaya; Al-Hidayah Romli Yogyakarta. Fikrah, Vol. 2,
Bankul Indah. 1367. No. 1, Juni 2014.
Baraja, Umar bin Ahmad. Akhlak Li Al- Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Bogor:
Banat Jilid 1. Surabaya; Ghalia Indonesia. Cet. 9. 2014).,
Muhammad bin Ahmad Nabhan Nursyamsu MT, Mohammad Faqih.
wa Auladah Dinamika Sistem Pendidikan Di
Burhan, Bungin, M.. Metodologi Pondok Pesantren Dalam
Penelitian Sosial & Ekonomi. Menghadapi Era Globalisasi
(Jakarta: Kencana Prenada Media (Studi Multikasus Pondok
Group. Cet. 1. 2013) Pesantren Darul Huda Mayak
Ponorogo dan Pondok Pesantren
Burhanudin, Jajat. Islam dalam Arus
Thariqul Huda Cokok Ponorogo).
Sejarah Indonesia. Jakarta;
Tesis Magister Pendidikan Agama
Kencana. Cet. 1. 2017.
Islam Pascasarjana Universitas
Darlis. Mengusung Moderasi Islam di Islam Negeri Maulana Malik
Tengah Masyarakat Multikultural. Ibrahim Malang.
Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13. No.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
2 Desember. 2017. IAIN Palu.
Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Dhofier, Zamakhsari. Tradisi Pesantren; Tentang Pedoman Pendidikan
Studi Tentang Pandangan Hidup Wawasan Kebangsaan.
Kyai. LP3S.
Qardhawi Yusuf. Kalimat Fi Al-
Emzir. metodologi penelitian kualitatif; Wasathiyah Al-Islamiyah Wa
analisis data. (Jakarta: Rajawali Ma’alimiha. Kairo. Dar Es-
Pers. Cet. 3. 2012) Syourouk
Fadlullah, dkk. Reaktulasisasi Islam Rahman, Alfianoor. Pendidikan Akhlak
Rahmatan Lil „Alamin. Serang; Menurut Az-Zarnuji dalam Kitab
untirta Press. 2018. Ta‟lim Al-Muta‟allim. Jurnal At-
Ta‟dib, Vol. 11. No. I. Juni 2016

Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)


58 Jurnal Pendidikan Karakter “JAWARA” (JPKJ)

Rohidin. Historisitas Pemikiran Hukum dan R & D. (Bandung: Penerbit


Imam Syafi‟i. Jurnal Hukum. No. Alfabeta. Cet. 11. 2010).
27 Vol. 11 September 2004. Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi
Shiddiq, Ahmad. Tradisi Akademik Penelitian Bisnis dan Ekonomi.
Pesantren. Jurnal Tadris Vol. 10. 2 (Yogyakarta. Pustakabarupress.
Desember 2015. Cet. 1. 2015)
Sholeh. Pendidikan Akhlak dalam Sutama. Metode Penelitian Pendidikan.
Lingkungan Keluarga Menurut (Surakarta: Fairuz Media. 2010)
Imam Ghazali. Jurnal Ath- Yusuf Ahmad. Moderasi Islam dalam
Thariqah. Vol. 1. No. 1. Juni 2016. Dimensi Trilogi Islam (Akidah,
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Syariah, dan Tasawuf). Al-
(Bandung: Alfabeta. Cet ke 16. Murabbi; Jurnal Pendidikan
2012). Agama Islam. Universitas
Yudharta Pasuruah. Vol. 3, Nomor
_______. Metode Penelitian Pendidikan;
2, Juni 2018.
Pendekata Kuantitatif, Kualitatif,

Volume 6, Nomor 1 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai