Jurnal 6460ba75c12cf
Jurnal 6460ba75c12cf
ABSTRAK
Pondok pesantren salafi merupakan lembaga pendidikan non formal yang sudah ada
di Indonesia sebelum era kemerdekaan. Sebagai lembaga yang memiliki akar
kesejarahan dan tempat yang dianggap barokah, pesantren salafi banyak diminati para
pencari ilmu, khususnya ilmu agama. Namun dalam pengajarannya, pesantren salafi
hanya menggunakan kurikulum tunggal, yakni kurikulum keagamaan, sebagai
konsekwensi logisnya, di pesantren ini tidak diajarkan ilmu pendidikan dan
kewarganegaraan sebagai sumber dari wawasan kebangsaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menggali kurikulum pondok pesantren salafi, penanaman nilai-nilai kebangsaan
pada santri, pengembangan pemikiran moderasi Islam dan aktualisasi santri terhadap
moderasi Islam dan wawasan kebangsaan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi dan FGD. Model analisis data yang digunakan adalah model
analisis data Miles dan Huberman, dimana proses analisisnya dibagi ke dalam tiga
bagian, reduksi data, supply data dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa,
kurikulum pesantren salafi Jami’atul Ikhwan tersusun dari kitab-kitab kuning dan kegiatan
ekstrakurikuler seperti Muhadlarah, tilawatul Quran, Marhaban, Yalil, Tawassul dan
Barjanji. Penanaman nilai-nilai kebangsaan pada santri dilakukan melalui pembelajaran
kitab-kitab kuning, budaya pondok, rutinitas pondok dan ekstrakurikuler.
Pengembangangan pemikiran moderasi Islam dilakukan melalui kitab tauhid, kitab fikih
dan kitab akhlak serta melalui budaya dan rutinitas pondok. Adapun aktualisasi santri
terhadap moderasi Islam dilakukan dengan jalan mengamalkan kitab tauhid, fikih dan
akhlak yang sudah dipelajari dari kyai dan ustad. Adapun Nilai-nilai kebangsaan meliputi
menghormati dan menghargai segala perbedaan, menjaga persatuan, cinta tanah air,
membela tanah air dan sebagainya teraktualisasi dalam mindset dan sikap santri dalam
kehidupan keseharian mereka di pesantren.
Kata Kunci: Moderasi Islam, Wawasan Kebangsaan dan Pondok Pesantren Salafi
1
Yusuf Qardhawi. Kalimat Fi Al-Wasathiyah Al- Islam. Jurnal al-Qalam. Vol. 20. Edisi Khusus
Islamiyah Wa Ma’alimiha. Kairo. Dar Es- Desember 2014. Hal 24.
3
Syourouk. Hal. 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
2
Abdurrauf Muhammad Amin. Prinsip dan Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 Tentang
Fenomena Moderasi Islam dalam Tradisi Hukum Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan.
depan dan akhiran an berarti tempat generasi ini terdiri dari sahabat Nabi,
4
tinggal para santri. tabi‘in, tabi‘it-tabi‘in. Kemudian istilah
Sebuah pondok terdiri atas seorang salafi, salaf, dan salafiyah dikaitkan
guru-pemimpin pada umumnya seorang dengan makna tersebut yaitu orang yang
haji yang disebut kyai dan sekelompok mengikuti jejak para salaf al-shalih.
murid laki-laki yang berjumlah 300 Dalam konteks keindonesiaan, istilah
sampai 400 sampai 1000 orang yang salaf, salafi dan salafiyah mempunyai
disebut santri. secara tradisional dan makna yang mafhum yaitu kelompok
sampai tingkat tertentu sekarang ini, para muslim tradisional yang mempertahankan
santri tinggal di pondok yang menyerupai tradisi-tradisi lama. Hal ini terlihat seperti
asrama biara dimana mereka masak dan kalangan pesantren tradisional yang masih
mencuci pakaian sendiri. Mereka mempertahankan tradisi kitab kuning dan
mendapat makan dengan bekerja di sawah budaya-budaya lama. Kemudian dalam
kyai atau orang-orang Islam terkemuka perkembangan terakhir ini ada istilah
lainnya dalam masyarakat dengan salafi yang dimaknai sebagai pengikut
melakukan kerja-terampil seperti manhaj salaf i5
mencelup kain ke pewarna, menggulung Noorhaidi seperti yang dikutip Irham
rokok, menjahit atau mendapat kiriman Menyoroti perkembangan pesantren
beras dan uang dari keluarga di rumah. manhaj salafi di Indonesia pada tiga
Kyai tidak dibayar dan para muridpun dekade akhir ini terlebih setelah
tidak membayar uang sekolah layaknya tumbangnya rezim orde baru adalah sangat
sekolah umum dan pesantren modern. cepat dan masif. Perkembangannya
Wahib seperti yang dikutip Ilham merupakan representasi dari dampak Islam
menyatakan bahwa, Ada tiga istilah yang arus global (gerakan salafis) yang tidak
berkembang di masyarakat Indonesia, terlepas dari kontroversi dengan
namun secara akar kata sama artinya yaitu masyarakat sekitar. Masalah
salaf, salafiyah, dan salafi. Akar kata ini kontroversinya karena gerakan tersebut
dalam bahasa Arab adalah salafa yang termasuk juga pesantren ber-manhaj salafi
artinya “mendahului.” Secara maknawi tumbuh berkembang dengan corak sebagai
dipahami sebagai salaf al shalih yakni tiga pendidikan Islam yang eksklusif yang
generasi sahabat Nabi yang awal. Tiga kurang akomodatif dengan budaya
4 5
Zamakhsari Dhofier. Tradisi Pesantren; Studi Irham. Pesantren Manhaj Salafi. Ulul Albab
Tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3S. Hal. 18 Volume 17, No.1 Tahun 2016. Hal. 4
6
Irham. Pesantren Manhaj Salafi. Hal. 2
7 8
Wawancara dengan Ustad Nanang Sunandar pada Wawancara dengan Ustad Dayat pada Tanggal 09
hari rabu tanggal 12 September 2018 M. september 2018
kurikulum pendidikan yang bertujuan agar dan benar akan dinaikan ke tingkat dua10.
santri: 1) Memahami dan mendalami Pematangan baca al-Quran merupakan
Agama Islam, 2) Bertakwa kepada Allah dasar dan prasyarat dalam pondok
swt. 3) Mampu Mengajarkan Agama pesantren tersebut untuk dapat
Islam kepada Masyarakat9 melanjutkan ke jenjang tingkat yang lebih
Pencapaian tiga tujuan di atas tinggi.
dilakukan dengan mengkaji kitab-kitab C. Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan
kuning, latihan berpidato (muhadlarah), Pada Santri
latihan mengajar dan latihan keterampilan Penanaman nilai-nilai kebangsaan
seni tilawah al-Quran. Kitab-kitab yang pada santri dilakukan melalui
menjadi bahan pembelajaran (muqarar) pembelajaran kitab kuning, budaya
adalah sebagai berikut : Kitab Amil, Kitab pondok, kegiatan rutin pondok dan
Safinatu Naja, Kitab Al-Jawahir Al- ekstrakuler. Nilai bhineka tunggal ika,
Kalamiyah, Kitab Akhlak Li Al- Pancasila, Negara Kesatuan Republik
Banin/Akhlak Li Al-Banat, Kitab al- Indonesia dan Kesetiaan pada undang-
Jurmiyah, Kitab Matan Taqrib, Kitab undang dasar disampaikan melalui
Tijanu Ad-Darari, Kitab Ta‟lim al- pembelajaran kitab tauhid, kitab fikih dan
Muta‟allim, Kitab Mukhtashar Jiddan, kitab akhlak, interaksi antar santri dari
Kitab Fathu al-Qorib, Kitab Kasyifatu berbagai daerah, shalat berjamaah,
Saja, Kitab Arisatu Al-Mu‟awanah, Kitab tawassul, marhaban, yalil, dan Barjanji.
Alfiyah Ibnu „Aqil, Kitab Tafsir Al- Spirit menerima perbedaan sebagai
Jalalain, Kitab Fathu al-Mu‟in. dasar dari Bhineka Tunggal Ika dan
Kitab-kitab yang menjadi rujukan Pancasila ketiga persatuan Indonesia
pembelajaran tersebut dibagi ke dalam tiga diajarkan melalui pembelajaran kitab-kitab
klasifikasi, sesuai dengan tingkat (kelas) alat, seperti kitab Amil, Jurmiyah,
santri, yaitu tingkat dua, tingkat tiga dan Mukhtashar Jiddan (Syarh dari kitab
tingkat empat. Santri yang duduk di Ajrumiyah) dan Alfiyah. Kyai Khudhari,
tingkat satu belum diajarkan kitab-kitab pimpinan pondok Salafi Jami‟atul Ikhwan
kuning. Mereka masih difokuskan untuk menjelaskan, kata dharaba menurutnya
belajar membaca al-Quran dengan baik tidak hanya berarti memukul, tapi juga
dan benar. Setelah mereka sudah dianggap meninju, menjadikan, menyerang,
mampu membaca al-Quran dengan baik mengepakkan dan mengalikan. Begitu
9 10
Wawancara dengan Ustad. Nanang Sunandar Wawancara dengan ustad Nanang Sunandar
juga kata dzahaba, artinya bukan hanya kitab Fathu Al-Mu’in Jihad hukumnya
pergi, tapi juga jalan, dari makna kedua ini fardlu kifayah ketika orang-orang kafir
kemudian dibentuk kata madzhab. Dari berada dalam negara mereka (hendak
arti kata saja menurutnya beragam, tidak menyerang negara Islam) dan ketika sudah
sama – apalagi terkait dengan manusia, memasuki negara Islam.13 Jihad
budaya, adat, ras dan sebagainya - Ini mengajarkan semangat patriotisme
menunjukan bahwa perbedaan adalah masyarakat dalam membela negaranya
sebuah keniscayaan yang harus diterima dari serangan para penjajah. Selain
semua orang11. dicontohkan para sahabat, jihad dalam
Nilai patriotisme diajarkan melalui konteks Indonesia juga telah dicontohkan
kitab Tauhid dan kitab Fikih. Dalam kitab para ulama yang secara gigih
Aqidatu Al-„Awam, mempercayai sahabat memperjuangkan, merebut, membela dan
sebagai generasi terbaik masuk dalam mempertahankan bangsa Indonesia dari
kategori keimanan12. Pengakuan sahabat tangan penjajah. Semangat jihad seperti
sebagai generasi terbaik memiliki yang dicontohkan para para pendahulu ini
konsekwensi umat muslim harus yang menghembuskan semangat
menjadikan mereka sebagai figur dan suri patriotisme santri14
tauladan yang baik. Salah satu teladan
yang patut dicontoh dari para sahabat D. Pengembangan Pemikiran Moderasi
adalah kegigihannya dalam membela dan Islam
mempertahankan negara dari serangan Ilmu pengetahuan yang diajarkan pada
musuh yang ingin menjajah dan para santri di pondok pesantren Jami‟atul
memporak-porandakan bangsa, City State Ikhwan adalah Ilmu Bahasa, Ilmu Tafsir,
Madinah dalam kasus perang Badar, Ilmu Tauhid (Ilmu Kalam), Ilmu Fikih dan
perang Uhud dan perang Khandak. Ilmu Akhlak. Dalam pesantren ini,
Kegigihan dalam membela dan pemikiran moderasi Islam dikembangkan
mempertahankan negara dalam fikih melalui tiga jalur keilmuan, yaitu jalur
masuk ke dalam kategori Jihad fi ilmu Tauhid (ilmu Kalam), jalur ilmu
sabilillah. Menurut Al-Malibari dalam Fikih dan jalur Ilmu Akhlak. Proses
11 13
. Wawancara dengan KH. Ahmad Khudhori, Ahmad Zainuddin Al-Ma‟bari Al-Malibari.
Pengasuh Pensantren Salafi Jami‟atul Ikhwan, Fathu Al-Mu‟in bi Syarhi Qurroti Al-Aini bi
pada tanggal 13 Oktober 2018. Muhimmati Ad-Din. Dar Ibnu Al-Hazm. Cet. 1.
12
Ibrahim Al-Bijuri. Syarh Kifayati Al-Awam fi 2004. Hal. 593
14
‘Ilmi Al-Kalami. Maktabah Al-Haramain. Cet 2. Wawancara dengan Ustad Nanang dan Ust.
Hal 74 Dayat.
pengetahuan (dibahas dalam kitab Ta‟lim dicuci tujuh kali dan yang satu kali
al-Muta‟allim), dan akhlak dalam lingkup cuci menggunakan lumut 18,19
yang sangat luas, akhlak kepada Allah, Pengamalan akhlak dilakukan
Rasul dan agama yang dianut. dengan mengamalkan tuntunan akhlak
E. Aktualisasi Moderasi Islam dan yang mereka pelajari dari kitab-kitab
Nilai Kebangsaan. akhlak sebagaimana di atas dan
1. Aktualisasi Moderasi Islam mengikuti figur kyai. Hal tersebut
Aktualisasi moderasi Islam nampak dari sopan santun mereka
dilakukan dengan mekanisme ketika bertemu kyai, ustad, mamang
mengamalkan pelajaran dari kitab santri dan orang lebih tua yang
yang sudah mereka kaji, baik tauhid, bertamu ke pesantren. Ta‟dzim
fikih maupun akhlak. Pengamalan terhadap kyai dan ustadz. Mencium
tauhid terlihat dari “keyakinan tangan dan membungkukan badan
terhadap Allah” menjadi alat yang ketika berpapasan dengan mereka.
mendorong dan menggerakan santri Menghargai ilmu pengetahuan.
untuk mengerjakan aktifitas Mengharapkan berkah dari para guru.
kesehariannya di pesantren, seperti Lebih-lebih akhlak terhadap sang
belajar, shalat, puasa sunnah17 dan Khalik. Badrudin menjelaskan, orang
sebagainya. yang shalat dengan mengenakan
Pengamalan fikih Syafi‟I yang sarung dan kaos oblong sah menurut
mereka pelajari dari kitab-kitab fikih tuntunan fikih, karena batas aurat dari
sebagaimana dijelaskan di muka, laki-laki hanya dari lutut sampai pusar.
terlihat dari tata cara mereka Kaos oblong sudah memenuhi kriteria
membersihkan najis, berwudlu, dan fikih. Tapi menurut tasawuf, tidak
shalat. Dalam sebuah wawancara, layak kaos oblong dikenakan dalam
peneliti menanyakan salah seorang shalat untuk menghadap sang Khalik20.
santri tingkat dua, pernahkah anda
terkena najis? Dia jawab, pernah !.
bagaimana cara anda membersihkan 18
yang dimaksud dengan kata lumut dalam
jawaban santri tersebut adalah lumpur (tanah).
najis mugaladhah? Dia menjawab Jawaban santri tersebut sesuai denga isi kitab
Matan Abi Suja (Al-Musamma Al-Ghayah wa At-
Taqrib) karya Abu Syuja Al-Asbahani, cetakan
Maktabah Al-Jumhuriyah Al-„Arabiyah, halaman
6.
17 19
Wawancara dengan Reza, santri tingkat tiga, Wawancara dengan Reza
20
pada tanggal 14 Oktober 2018. Wawancara dengan Badrudin
21
mendalami Agama Islam, 2) Bertakwa
Perbedaan Madzhab dan Perbedaan agama
merupakan isu sensitive di kalangan agamawan kepada Allah swt. 3) Mampu
yang tidak memiliki jiwa toleransi.