Anda di halaman 1dari 14

PAKET PENYULUHAN

CARCINOMA RECTI

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


IRNA I RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
MARET 2017
LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN CARCINOMA RECTI


RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal 3 Maret 2017

Oleh
Mahasiswa Kelompok 15 A+B Prodi D III Keperawatan Malang
Poltekkes Kemenkes Malang
1. Ningrum Wahyu Setyowati (1401100020)
2. Mukhtamilatur Rohma (14011000)
3. Lailil Hanim F (1401100100)
4. Ari Denny A (1401100118)

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi


PAKET PENYULUHAN

Topik : Onkologi
Pokok bahasan : Carcinoma Recti
Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
Tempat :Ruang penyuluhan ruang 20
Hari, tanggal : Jum’at, 3 Maret 2017
Alokasi waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Malang Kelompok 15A+B
Mahasiswa Akper Dharma Husada Kediri

A. LATAR BELAKANG
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas
saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu pemicu
kanker rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker rektal
merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling
mematikan di dunia. Kanker rektal adalah kanker yang menyerang kolon dan
rektum. Namun, penyakit ini bukannya tidak dapat disembuhkan. Jika penderita
telah terdeteksi secara dini, maka kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 50
persen.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah
dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama
karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau
polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak, rotein dan daging serta rendah serat.

B. TUJUAN
Tujuan instruksional dari penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan
mengetahui dan mengerti mengenai carcinoma recti dan dapat peserta dapat
melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah serta melakukan deteksi dini
terjadinya carcinoma recti baik pada dirinya sendiri maupun orang lain yang
ada disekitarnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang “Carcinoma Recti” selama 30
menit, sasaran diharapkan dapat:
a. Menjelaskan anatomi sederhana rectal.
b. Menjelaskan pengertian carcinoma recti.
c. Menjelaskan penyebab atau faktor resiko carcinoma recti.
d. Menjelaskan tanda gejala carcinoma recti.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang carcinoma recti.
f. Menjelaskan penatalaksanaan carcinoma recti.
g. Menjelaskan cara mencegah carcinoma recti.

C. MEDIA/ SARANA
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Laptop
2. LCD + Proyektor
3. Power Point
4. Leaflet
D. METODE
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab.

E. MATERI PENYULUHAN
1. Anatomi rectal.
2. Pengertian carcinoma recti.
3. Penyebab atau faktor resiko carcinoma recti.
4. Tanda gejala carcinoma recti.
5. Pemeriksaan penunjang carcinoma recti.
6. Penatalaksanaan carcinoma recti.
7. Pencegahan carcinoma recti.

F. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Metode Media
Pendahuluan 1. Salam pembuka. 1. Menjawab Ceramah -
(5menit) 2. Memperkenalkan diri. salam.
3. Menjelaskan maksud dan 2. Memperhatikan.
tujuan penyuluhan. 3. Mendengarkan
4. Menggali pengetahuan penyaji.
peserta tentang materi 4. Menjawab
yang akan disampaikan pertanyaan.
sebelum penyuluhan. 5. Mendengarkan
5. Kontrak waktu. penyaji.
Penyajian Penyampain materi : 1. Memperhatikan Ceramah Power
(15 menit) 1. Menjelaskan anatomi 2. Memperhatikan dan point dan
rectal. 3. Memperhatikan diskusi leaflet
2. Menjelaskan pengertian 4. Memperhatikan tanya
carcinoma recti. 5. Memperhatikan jawab
3. Menjelaskan kepada 6. Memperhatikan
peserta tentang penyebab 7. Memperhatikan
atau faktor resiko 8. Bertanya dan
carcinoma recti. berdiskusi
4. Menjelaskan kepada
peserta tentang tanda
gejala carcinoma recti.
5. Menjelaskan kepada
peserta tentang
pemeriksaan penunjang
carcinoma recti.
6. Menjelaskan kepada
peserta tentang
penatalaksanaan
carcinoma recti.
7. Menjelaskan kepada
peserta tentang
pencegahan carcinoma
recti.
8. Memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya/
berdiskusi.
Penutup 1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab Ceramah Leaflet
(10 menit) peserta tentang materi pertanyaan yang dan dikusi
penyuluhan yang telah diajukan tanya
disampaikan 2. Memperhatikan jawab
2. Menyimpulkan hasil dari 3. Menjawab
kegiatan penyuluhan salam
3. Menutup kegiatan
penyuluhan dengan ucapan
terimakasih dan salam
penutup

G. EVALUASI
1) Proses :
 Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
 Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
 Pembicara menguasai materi dengan baik
 Waktu penyuluhan sesuai dengan kontrak waktu
 Tempat penyuluhan dilakukan di ruang penyuluhan Ruang 20 RSSA.
 Diharapkan peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan
2) Hasil :
 Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan peserta
mengerti dan memahami tentang :
a. Anatomi sederhana rectal.
b. Pengertian carcinoma recti.
c. Penyebab atau faktor resiko carcinoma recti.
d. Tanda gejala carcinoma recti.
e. Pemeriksaan penunjang carcinoma recti.
f. Penatalaksanaan carcinoma recti.
g. Pencegahan carcinoma recti.
 Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta dapat
melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah serta melakukan deteksi dini
terjadinya carcinoma recti baik pada dirinya sendiri maupun orang lain
yang ada disekitarnya.
Lampiran Materi
CARCINOMA RECTI

A. ANATOMI RECTAL
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula
dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh
muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang
dari sakrum ke-3 ke diafragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang
rektum berkisar 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid junction dan 35
cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai
4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan
lapisan serosa.

Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior,


media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a.
mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis
merupakan cabang arteri iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari arteri
pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan
seterusnya melalui vena lienalis menuju vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga
tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rektum
dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke vena pudenda interna, vena iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe
iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring
dengan vena hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika
inferior dan aorta.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan
4, serabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis
berasal dari sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris
dengan mengatur aliran darah ke dalam jaringan.

B. PENGERTIAN CARCINOMA RECTI


1) Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
2) Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
3) Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang
biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar
kanker colon berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya.
4) Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid
besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke
sekitar usus sebagai cincin anular.
C. PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO CARCINOMA RECTI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko
telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah
serat.
1) Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
(adenoma) dapat menjadi kanker.
2) Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit
Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
3) Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
4) Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih
besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
5) Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak, rendah serat (buah-buahan dan sayuran), dan sering menahan defekasi
memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
6) Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
usia 50 tahun ke atas.

D. TANDA GEJALA CARCINOMA RECTAL


Berikut berapa tanda gejala klinis yang menyertai carcinoma rectal:
1) Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
2) Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
3) Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran
4) Kotoran lebih sempit dari biasanya
5) Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
6) Kehilangan berat badan tanpa alasan
7) Selalu merasa sangat letih
8) Mual atau muntah-muntah.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional.
Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum.
Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon
desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya
sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi
obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau
vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat
menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG CARCINOMA RECTAL


Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya carcinoma
rectal adalah:
1) Foto sinar X
Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan
rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak
filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
2) Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat
dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
3) Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT).
Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi
jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi
darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi
jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
4) Sigmoidoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan
tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang
dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
5) Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
6) Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini
mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk
meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan
(seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
7) Pemeriksaan rektal
Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin.
Dokter akan memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke
dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.

F. PENATALAKSANAAN CARCINOMA RECTAL


Penanganan yang dapat diberikan pada penderina dengan carcinoma rectal
adalah:
1) Pilihan utama adalah pembedahan
2) Radiasi paska bedah diberikan jika:
a) Sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b) Metastasis ke kelenjar limfe regional
c) Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada
metastasis jauh. (radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3) Obat sitostatika/ kemoterapi diberikan bila:
a) Inoperable
b) operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus
tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. 2007. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.


Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Interna
Publishing: Jakarta.
Dongoes, M.E., Marly, F.M., & Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai