Gambaran Pola Makan Konsumsi Natrium, Status Gizi Pada Masyarakat Suku Toraja Di Kota Kendari
Gambaran Pola Makan Konsumsi Natrium, Status Gizi Pada Masyarakat Suku Toraja Di Kota Kendari
Tugas Akhir
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Gizi
OLEH:
INDRIANI
NIM. P00331019047
Pembimbing Utama,
NIP. 196704061988031001
Pembimbing Pendamping,
NIP. 196512311987032009
ii
GAMBARAN POLA MAKAN, KONSUMSI NATRIUM, STATUS GIZI DAN
TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT SUKU TORAJA
DI KOTA KENDARI
RINGKASAN
INDRIANI
Latar Belakang : Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular, terjadi karena
peningkatan tekanan darah diatas normal, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Pola makan terutama yang berhubungan dengan pengaturan gizi yang seimbang sesuai
kebutuhan tubuh, Konsumsi Natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan status gizi yang tidak seimbang juga
dapat memicu timbulnya penyakit hipertensi yang biasannya berhubungan dengan gaya
hidup dan kemakmuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pola Makan,
Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota Kendari.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey
dilaksanakan bulan Mei 2022 di Kecamatan Kadia Kelurahan Kadia Kota Kendari. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini seluruh Kepala Keluarga Masyarakat Suku Toraja di
Keluraha Kadia Kecamatan Kadia Kota Kendari yang ditentukan dengan menggunakan
rumus stanlay lameshow yaitu 43 Kepala Keluarga.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa Tekanan Darah Masyarakat Suku Toraja
sebagian besar (62,79% ) dalam kategori tinggi, pola makan sebagian besar (51,16%)
dalam kategori cukup, konsumsi Natrium sebagian besar (76,74%) dalam kategori lebih
dan status gizi sebagian besar ( 60,46 %) dalam kategori gizi lebih sampai obesitas.
Kata Kunci : Hipertensi, Pola Makan, Asupan Natrium, Status Gizi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Gambaran Pola Makan, Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada
Suku Toraja di Kota Kendari” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Selama penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah melewati perjalanan panjang
dalam penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan materil pihak lain.
Olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Kendari
2. Ibu Sri Yunanci V.G., SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Kendari
3. Ibu Euis Nurlaela, S.Gz, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Jurusan Gizi
moril yang sangat berarti bagi penulis dalam membimbing proses penyusunan proposal
ini
iv
6. Bapak Masrif,SKM,M.Kes selaku penguji 1 dengan segala keikhalasan menjadi penguji
dan memberikan kritik dan saran sehingga dapat terselesaikan proposal ini
menjadi penguji dan memberikan kritik dan saran sehingga dapat terselesaikan proposal
ini
8. Ibu Astati, SST, M.Kes selaku penguji 3 dengan segala keikhlasan menjadi penguji dan
9. Seluruh dosen dan staf Jurusan Gizi Poltekkes Kendari, yang telah banyak memberikan
10. Ucapan terima kasih teristimewah saya ucapkan kepada Ayahanda Yosep buse’ dan
Ibunda Agustina Upa, serta segenap keluarga besar yang sangat penulis cintai atas
segala kasih sayang yang tidak henti-hentinya memberikan segenap perhatian, doa
11. Ucapan terima kasih kepada teman dekat saya Roni Simmin yang telah membantu
penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini serta selaluh menyemangati dalam keluh kesah
12. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
Akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan Tugas Akhir ini sangat penulis harapkan. Atas saran dan kritik penulis
Kendari, 2022
v
Penulis
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Keaslian penelitian.........................................................................................................4
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang tidak menular yang terjadi karena
gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi yaitu
tekanan darah adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor
genetik (keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok, dan stress (Rosta, 2016).
menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan diseluruh dunia.
Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan gaya hidup,
prevelensi penyakit tidak menular. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa
hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang setiap tahun
didunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya dikawasan Asia Timur-Selatan.
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun adalah sebesar 34,1%
dengan provinsi prevalensi tertinggi adalah Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan
terendah dalah provinsi Papua sebesar 22,2%. Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah
hipertensi tahun 2015 sebesar 22.312 penderita, tahun 2016 sebesar 29.749 penderita,
1
tahun 2017 meningkat menjadi 31.817 orang (38,60%), tahun 2017 masih meningkat
dengan jumlah 36.243 penderita (Dinkes Sultra 2017; DinkesSultra 2018). Data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Kendari penderita Hipertensi pada tahun 2016
sebanyak 10.559 penderita. Pada tahun 2017 sebanyak 9.933 penderita,pada tahun 2018
kasus,yang dilengkapi dengan data yang diperoleh dari kunjungan pada unit-unit
pelayanan seperti Puskesmas dan jaringannya. Dari 82.425 orang atau 8% penduduk
berusia 18 tahun ke atas yang dilakukan pengukuran takanan darah, sebanyak 31.817
orang atau 38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi
lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 50,32%, sedangkan pada
perempuan hanya 2sebesar 34,67%. Data ini hanya berasal dari 11 kabupaten/kota,
wilayahnya, meskipun demikian data tersebut di atas dapat menjadi acuan tentang
prevalensi nasional, Berdasarkan laporan tahunan Dinkes Provinsi Sultra bahwa trend
penyakit yang ada, relatif tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun. Penyakit
degeneratif atau penyakit tidak menular yang selalu ada dalam daftar ini adalah
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan
2
faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas, kurang olahraga atau aktivitas
fisik, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkohol, stres,
Risiko terkena hipertensi dapat diperkecil dengan menerapkan pola hidup sehat,
makanan tinggi garam dan lemak, ti8dur cukup minimal 7-8 jam/hari, dan menghindari
stres. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 15-20 menit setelah berisitirahat, duduk tenang, dan
tidak menyilangkan kaki. Hal ini penting karena setelah olahraga, aktivitas tinggi dan
dapat meningkatkan volume darah. Asupan Natrium yang berlebih dapat mengecilkan
diameter arteri, menyebabkan jantung harus memompa keras untuk mendorong volume
darah melalui ruang yang makin sempit, sehingga tekanan darah menjadi naik akibatnya
terjadi hipertensibegitupun penelitian yang dilakukan Atun dkk tahun 2018 juga
dimana asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi .
Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang seimbang serta
yang di butuhkan oleh tubuh. Mengatur pola makan atau disebut diet adalah salah satu
cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode
pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan dengan obat penurun tekanan
3
darah yang dapat membuat pasiennya menjadi tergantung seterusnya pada obat tersebut
Selain pola makan, faktor lain yang memicu timbulnya penyakit hipertensi
adalah konsumsi natrium terdapat hubungan antara konsumsi Mono Sodium Glutamat
(MSG) dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zainuddin dan Yunawati (2018), konsumsi MSG memiliki hubungan
dikeluarkan yang berakibat pada volume ekstraseluler meningkat, hal ini menimbulkan
peningkatan volume darah yang berdampak pada hipertensi (Zainuddin & Yunawati,
menyebabkan hipertensi.
Status gizi yang tidak seimbang juga dapat memicu timbulnya penyakit
hipertensi kelebihan gizi dimulai pada usia 45 tahun yang biasannya berhubungan
dengan gaya hidup dan kemakmuran. Dengan kondisi asupan makanan dan vitamin gizi
melebihi kebutuhan tubuh. Kelebihan gizi ini akan membawa situasi obesitas
perubahan status gizi ditandai dengan peningkatan berat badan secara lansung
Maka dari itu lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang
kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut
4
meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial pada
Bertitik tolak dari pendapat dan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka
diperlukan adanya suatu penelitian mendalam untuk mengetahui “Gambaran Pola Makan,
Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada Suku Toraja di Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
konsumsi natrium, status gizi dan tekanan darah pada masyarakat suku toraja di kota
kendari.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pola Makan, Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademik
perkembangan ilmu pengetahuan khusnya dibidang ahli gizi dan Kesehatan serta
5
“gambaran pola makan, konsumsi natrium, status gizi dan tekanan darah pada suku
toraja di kota kendari” serta dapat dijadikan reverensi bagi penelitiaan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Sangat berguna sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya,dan juga dapat
dapat digunakan sebagai bahan masukan terutama bagi ahli gizi dalam penanganan
penyakit Hipertensi.
6
A. KEASLIAN PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
jantung, stroke dan ginjal. menurut WHO, diagnosa hipertensi pada orang
dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi dari
(Bambang Roesmono,2017).
8
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
9
Tabel 1
jantung. Angka yang kedua disebut tekanan diastolic, yaitu angka yang
2019).
diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan
10
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai
90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. (Qoni’ah 2019).
1) Pola makan
psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang seimbang, yaitu yang
Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah satu
11
makanan dapat dikelompokan dalam Makanan pokok atau sumber
zat tenaga
dalam sehari.
Hal ini disebabkan karena selera makan dipacu oleh sistem tubuh dan
2) Konsumsi Natrium
12
natrium yang meningkat mempengaruhi hormon renin angiotensin
karena kadar natrium dalam sel otot halus pada dinding arteriol meningkat.
di luar sel ditarik ke dalam sel sehingga volume darah dan tekanan darah
serta bahan pengawet pada makanan ringan dan makanan siap saji
gram dalam sehari lebih cepat meningkatkan tekanan darah dan prevalensi
13
6 gram atau sebanding dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari
dalam satu bulan terakhir. Data asupan natrium dan kalium yang sudah
1100 – 1500 mg/hari dan kebutuhan kalium untuk lansia yaitu 4700
makanan tinggi natrium (biskuit, ikan asin, susu dan olahannya, kopi serta
hipertensi diastolik.
3) Status Gizi
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang
diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang
14
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri,
dengan berat badan lebih akan terjadi penumpukan jaringan lemak, yang
atau nidividu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. Penilaian status
15
gizi dengan metode antropometri secara umum bermakna ukuran tubuh
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Parameter yang diukur antara lain BB dan TB. Indeks antropometri bisa
merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran
variasi dimensi fisik, proporsi dan komposisi kasar tubuh manusia pada
umur dan status gizi berbeda. Antropometri sebagai indikator status gizi
Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Menurut
Supariasa (2002).
16
Menentukan indeks massa tubuh (IMT),indeks Massa tubuh (IMT)
Berat Badan(kg)
Tinggi Badan ( m) x Tinggi Badan( m)
Underweight : <18,4
Obese :>30
4) Suku
Makanan sering kali diberi nilai secara simbolis dalam agama dan
17
dihidangkan pada suatu peristiwa tertentu merupakan status simbol di
Body Mass Index (BMI), makanan tinggi garam dan tinggi lemak,
sosial dan budaya tetapi juga sifat fisiknya.Reaksi indera rasa terhadap
18
budaya Nias. Masyarakat Toraja menganut "aluk" atau adat yang
5) Keturunan
disebabkan oleh sepasang gen tunggal atau banyak gen. bagi yang
memiliki factor resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini
6) Jenis Kelamin
hipertensi lebih banyak dari pda laki-laki, tetapi wanita lebih tahan dari
19
wanita.pada laki-laki hipertensilebih banyak disebabkan oleh
7) Umur
20
B. KERANGKA PEMIKIRAN DAN KERANGKA KONSEP
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Banyak faktor yang
berbagai faktor pemicu yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol,seperti keturunan,
jenis kelamin dan umur. Yang dapat dikontrol seperti kegemukan, gaya hidup, pola
status gizi dan riwayat hipertensi pada masyarakat. Adapun kerangka konsep
sebagai berikut:
21
KERANGKA TEORITIS
DEMOGRAFI
-SUKU
-UMUR
-PENDIDIKAN
-AGAMA
-TEKANAN DARAH
LINGKUNGAN
-SOSIAL
PERILAKU
-POLA MAKAN
-KONSUMSI NATRIUM
-OBESITAS
Sumber:Hendric L.Bloom
22
KERANGKA KONSEP
Konsumsi natrium
TEKANAN
Pola makan
DARAH
Status Gizi
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Kendari.
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua kepala keluarga rumah tangga
2. Sampel
a. Besar Sampel
2
N .Z p.q
n= 2 2
d ( N−1 ) + z p . q
24
Keterangan:
n=besar sampel
populasi(50%=0,5)
Q=1-P(1-0,5)
n=( 135 ) . ¿¿
129
n=
2,96
n=43,58= 43 orang
b. Kriteria Sampel:
25
D. Variabel Penelitian
1. Jenis Data
a. Data Primer
2) Data pola makan ,asupan natrium dan status gizi dan Riwayat hipertensi
b. Data Sekunder
(demografi,geografi,topografi)
kuisioner.
b. Data pola makan diperoleh dengan cara menggunakan FFQ (Food frequency
Questionaire).
d. Data status gizi diperoleh dengan menentukan indeks massa tubuh (IMT)
26
F. Data mengenai gambaran lokasi umum penelitian diperoleh dengan metode
1. Pengolahan Data
per hari. Kemudian menghitung asupan zat gizi sehari menggunakan berat
berat badan dan tinggi badan, kemudian data digunakan pada rumus IMT .
2. Analisis Data
distribusi frequensi.
27
H. Definisi Operasional
1. Tekanan Darah adalah ada tidaknya peningkatan dan penurunan tekanan darah
melebihi standar yang seharusnya yaitu >120 sistolik mmHg dan > 80. Alat
yang biasanya digunakan untuk mengukur tekanan darah yakni Tensi Meter.
Kriteria Objektif :
2. Pola makan adalah frekuensi makan, jumlah penggunaan asupan zat gizi dan
jenis bahan makan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri
khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Data pola makan diperoleh
penilaian sampel.
Kriteria Objektif :
28
f) Tidak pernah :dikonsumsi, skor 0
Frekuensi dari jenis makanan yang biasa dikomsumsi oleh sampel dalam kurun
3. Asupan Natrium adalah jumlah natrium yang dikonsumsi dalam sehari yang
Kriteria Objektif :
4. Status gizi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan gizi Masyarakat
Suku Toraja yang didasarkan berdasarkan indicator berat badan dan tinggi
badan. Kriteria prnilaian didasarkan atas hasil pengukuran IMT dengan rumus :
berat ( kg)
IMT =
tinggi( meter kuadrat)
Kritera Objektif
29
Penelitian ini menggunakan 4 kategori status gizi yaitu :
d. Obese : >30
30
BAB IV
A. Hasil
a. Letak Geografis
dengan luas wilaya menurut badan pusat statistik Kota Kendari yaitu 2,08 km 2.
dengan:
b. Keadaan Demografi
laki-laki 3.913 jiwa (50,32%) dan perempuan 3.862 jiwa (49,68%) dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 2.102 KK. Kelurahan Kadia dihuni berbagai
(21,31%) ,Buton (9,95%), Jawa (9,20%), Bajo (0,54%), Bali (2,30%), Ambon
31
c. Sarana Kelurahan Kadia
a) Sarana
b) Sarana Kesehatan
1. Puskesmas :1
2. Praktek Dokter :3
3. Posyandu :7
4. Apotik :2
a. Jenis Kelamin
3 berikut ini
Tabel 3
Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel
Jenis Kelamin
(n) (%)
Laki-laki 40 93,03%
Perempuan 3 6,97
Total 43 100%
32
b. Kategori Umur
Tabel 4
Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Umur
Sampel
Kategori Umur
(n) (%)
Total 43 100%
a. Pola Makan
berikut ini.
33
Tabel 5
Distribusi Sampel berdasarkan Pola Makan
Sampel
Pola Makan
(n) (%)
Cukup 22 51,16%
Kurang 21 48,84%
Total 43 100%
b. Konsumsi Natrium
Tabel 6
Distribusi Sampel berdasarkan Konsumsi Natrium
Sampel
Asupan Natrium
(n) (%)
Normal 10 23,26%
Lebih 33 76,74%
Total 43 100%
c. Status Gizi
34
Tabel 7
Distribusi Sampel berdasarkan Status Gizi
Sampel
Status Gizi
(n) (%)
Underweight 1 2,32%
Normal 16 37,21%
Overweight 16 37,21%
Obesitas 10 23,26%
Total 43 100%
d. Tekanan Darah
Tabel 8
2Distribusi Sampel berdasarkan Tekanan Darah
Sampel
Tekanan Darah
(n) (%)
Normal 16 37,21%
Tinggi 27 62,79%
Total 43 100%
4. Analisis bivariat
Tabel 10
35
Pola Makan berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
Kota Kendari
Tekanan Darah
Total
Pola Makan Normal Tinggi
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Cukup 1 4,54 21 95,45 22 100
Kurang 2 9,51 19 90,47 21 100
Total 3 6,97 40 93,02 43 100
besar (95,45%) mengalami tekanan darah tinggi, sedangkan sampel dengan pola
makan kurang sebagian besar (90,47%) juga mengalami tekanan darah tinggi.
Tabel 11
36
Konsumsi Natrium berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat suku
Toraja di Kota Kendari
Tekanan Darah
Konsumsi Total
Normal Tinggi
Natrium
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Normal 4 30,76 9 69,23 13 100
Lebih 0 0 30 100 30 100
Total 4 9,30 39 90,69 43 100
dengan konsumsi natrium lebih, seluruhnya (100%) juga mengalami tekanan darah
tinggi
Kota Kendari
Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
37
Tabel 12
Status Gizi berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
Kota Kendari
Tekanan Darah
Total
Status Gizi Normal Tinggi
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Normal
3 17,64 14 82,35 17 100
Underweight
Obesitas
1 3,8 25 96,15 26 100
Overweight
Total 4 9,30 39 90,69 43 100
besar (82,35%) memiliki tekanan darah tinggi, sedangkan sampel dengan Status
Gizi Obesitas, sebagian besar (96,15%) juga memiliki tekanan darah tinggi.
B. Pembahasan
1. Pola Makan
Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang
seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Mengatur pola makan atau disebut
diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang
dengan obat penurun tekanan darah yang dapat membuat pasiennya menjadi
tergantung seterusnya pada obat tersebut (Sustrani, 2006 dalam Ogis Mega
Pratiwi 2018 ).
38
Pola makan berkaitan juga dengan tingkah laku terhadap sekelompok
kepercayaan dan pilihan makanan yang terbentuk sebagai hasil dari pengaruh
fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang seimbang, yaitu
yang sesuai dengan kebutuhan disertai dengan pemilihan bahan makanan yang
tepat akan melahirkan status gizi yang baik. (Sulistyoningsih,2011 dalam Ofni
dengan pola makan kurang sebagian besar (90,47%) juga mengalami tekanan
darah tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Ogis Mega
2018 menunjukkan bahwa pola makan Lansia yang ada di Dusun Blokseger
rata-rata memiliki pola makan yang buruk. Lansia dengan pola makan buruk
Adapun penelitian yang lainnya juga yang di lakukan oleh Tori Rihiantoro
dan Muji Widodo di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2017 menunjukkan
menderita hipertensi 4,31 kali lebih besar dibandingkan dengan pola makan
baik. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas
39
fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang, dimana
sebesar 2,255 kali lebih besar 8dibandingkan dengan yang melakukan aktivitas
frequensi makanan. Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi
salah satu faktor pemicu hipertensi. Buah-buahan dan sayur segar merupakan
2. Konsumsi Natrium
cairan agar tetap seimbang (Almatsier, 2009). Tingginya asupan natrium yang
jantung harus semakin keras memompa karena tekanan darah yang meningkat
yang akan berakibat pada peningkatan volume darah (Krummel, 2004 dalam
40
volume cairan ekstrasel. Konsumsi garam (natrium) dalam jumlah yang banyak
dapat meningkatkan tekanan darah karena kadar natrium dalam sel otot halus
tubuh menumpuk karena cairan di luar sel ditarik ke dalam sel sehingga volume
darah dan tekanan darah meningkat (Sobel, 2000 dalam Amalia lestari 2020).
pada pangan hewani lebih banyak dibandingkan dengan dengan pangan nabati.
Garam dapur, monosodium glutamat atau MSG, kecap, serta bahan pengawet
pada 2makanan ringan dan makanan siap saji merupakan sumber utama dari
darah. Asupan garam sebanyak 5-15 gram dalam sehari lebih cepat
garam dalam sehari tidak boleh melebihi 6 gram atau sebanding dengan 110
mmol natrium atau 2400 mg/hari (Anggraeny, 2013 dalam Amalia lestari
2020).
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Dwi Linda
41
frekuensi konsumsi makanan tinggi natrium berhubungan dengan kejadian
Adapun penelitian yang lainnya juga yang di lakukan oleh Dwi Linda
konsumsi makanan tinggi natrium (biscuit, ikan asin, susu dan olahannya, kopi
sistolik.
3. Status Gizi
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh
dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropemetri.
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untruk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarty volume darah
tekanan lebih besar pada dinding arteri, yang akan menimbulkan terjadinya
kenaikan tekanan darah.( Asrinawaty dan Norfai 2014 dalam Ake Royke
juga merupakan faktor resiko bagi sejumlah kondisi kesehatan lain yang terkait
42
dengan penyakit kardiovaskuler, yakni diabetes melitus tipe 2, dislipidemia,
sedangkan sampel dengan Status Gizi Obesitas, sebagian besar (96,15%) juga
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Ake Royke
hubungan yang signifikan antara Status gizi dengan Derajat Hipertensi lansia.
terdapat hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi.
43
.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
B. Saran
44
2. Bagi Masyarakat Suku Toraja untuk perlu membatasi asupan konsumsi
4. Bagi Masyarakat Suku Toraja yang memiliki tekanan darah tinggi untuk
45
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, H., Tamrin, A., & Nadimin. (2018). Asupan Natrium Dan Status Gizi Terhadap
Tingkat. Media Gizi Pangan, 25, 11–17.
ELISKA. (2016). Pengaruh pola makan masyarakat suku alas terhadap status gizi
penderita hipertensi di wilaya kerja puskesmas keperawatan kutambaru kabupaten
aceh tenggara. Vol.1 No 1(May), 31–48.
Fitri, Y., Rusmikawati, R., Zulfah, S., & Nurbaiti, N. (2018). Asupan natrium dan kalium
sebagai faktor penyebab hipertensi pada usia lanjut. AcTion: Jurnal Aceh Nutrition
Journal, 3(2), 158. https://doi.org/10.30867/action.v3i2.117
Langingi, A. R. C. (2021). Hubungan Status Gizi dengan Derajat Hipertensi Pada Lansia Di
Desa Tombolango Kecamatan Lolak. Coping: Community of Publishing in Nursing,
9(1), 46. h2ttps://doi.org/10.24843/coping.2021.v09.i01.p07
Lembong, E. (2018). Penilaian Status Gizi Balita Dan Ibu Hamil Rw 01 Desa Cileles
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(8), 84–93.
Lestari, A. (2020). Gambaran Asupan Natrium (Na) dan Kalium (K) Pada Lansia Di Kota
Surakarta. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Madja, H., & K, D. H. (2016). Pengaruh Kebiasaan Merokok Dan Pola Makan Pasien
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Rumah Sakit
Umum Daerah Lakipadada Kab. Tanah Toraja. Jurnal Keperawatan Mappa Oudang,
46
1(2), 11–25. https://e-jurnal.akpermpd.ac.id/jukpermo/article/view/2
Musfirah, M., & Masriadi, M. (2019). Analisis Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Takalala Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.
Jurnal Kesehatan Global, 2(2), 94. https://doi.org/10.33085/jkg.v2i2.4316
Pratiwi, O. M., & Wibisana, A. A. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
Penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Dusun Blokseger Kecamatan Tegalsari Kabupaten
Banyuwangi. Jurnal Ikesma, 14(2), 77. https://doi.org/10.19184/ikesma.v14i2.10458
Rahim, A. R., & Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (n.d.).
Mengenal lebih dekat Tana Toraja.
Roesmono, B., Hamsah, & Irwan. (2017). Hubungan Perilaku Mengontrol Tekanan Darah
dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 6, 70–75.
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/94/77
Sari, Y. K., & S2usanti, E. T. (2016). Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar. Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 3(3), 262–265.
https://doi.org/10.26699/jnk.v3i3.art.p262-265
47
LAMPIRAN
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
HIPERTENSI
51
15 S L 22 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 130/80mmHg 2,805 Cukup Normal Tidak Ada
16 JM L 25 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/60mmHg 3,233 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
17 M P 56 Toraja Mekar S1 Wirasuwasta 160/70mmHg 2,607 Cukup Obesitas Ada
18 B L 48 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 140/100mmHg 3,405 Cukup Gizi Lebih Ada
19 Y L 58 Toraja Mekar S1 PNS 150/70mmHg 4,987 Cukup Obesitas Ada
20 A L 37 Toraja Mekar S1 PNS 140/80mmHg 3,035 Cukup Normal Tidak Ada
21 P L 48 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 160/90mmHg 2,953 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
22 A L 42 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/80mmHg 5,123 Cukup Gizi Lebih Ada
23 E L 39 Toraja Mekar S1 PNS 130/70mmHg 2,111 Kurang Normal Tidak Ada
24 S L 28 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 140/100mmHg 1,923 Kurang Normal Tidak Ada
25 S L 47 Toraja Mekar SMP Petani 160/70mmHg 2,745 Cukup Normal Tidak Ada
26 MT L 31 Toraja Mekar SMA Tukang Kayu 150/70mmHg 3,765 Cukup Normal Tidak Ada
27 M L 49 Toraja Mekar S1 PNS 150/70mmHg 5,765 Cukup Obesitas Tidak Ada
28 P L 28 Toraja Mekar S1 Pelayaran 150/60mmHg 2,976 Kurang Gizi Lebih Ada
29 I L 48 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 120/80mmHg 1,987 Kurang Gizi Kurang Tidak Ada
30 K L 50 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 145/70mmHg 3,076 Cukup Obesitas Ada
31 y L 42 Toraja Mekar SMP Petani 140/60mmHg 2,323 Cukup gizi lebih Tidak Ada
32 A L 39 Toraja mekar SMP Petani 180/70mmHg 3,074 Cukup Obesitas Ada
33 BK L 42 Toraja Mekar S2 2Dosen 140/70mmHg 3,027 Cukup Normal Ada
34 TR L 45 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 150/70mmHg 1,979 Kurang Obesitas Ada
35 Y P 29 Toraja Mekar SMA penjahit 120/90mmHg 2,235 Cukup Normal Tidak Ada
36 BR L 52 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/100MmHg 1,883 Kurang Normal Tidak Ada
37 yy L 52 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/60mmHg 2,359 Cukup Gizi Lebih Ada
38 AP L 50 Toraja Mekar S1 Guru 130/80mmHg 2,229 Cukup Normal Ada
39 JM L 27 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 130/80mmHg 2,434 Kurang Normal Ada
40 DP L 39 Toraja Mekar SMA Operator DT 160/100mmHg 2,783 Cukup Normal Ada
41 YT L 41 Toraja Mekar S1 PNS 170/80mmHg 3,076 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
42 LP L 33 Toraja Mekar S1 Perawat 150/80mmHg 3,032 Cukup Gizi Lebih Ada
43 YT L 40 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/90mmHg 3,213 Cukup Gizi Lebih Ada
52
Lampiran 2
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Bahwa saya di minta untuk brperan serta dalam penelitian ini sebagai responden
Sebelumnya saya telah di beri penjelasan tentang tujuan peneliti ini dan saya telah
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang saya
akan berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi
saya, peniliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan suka rela, tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun, saya menyatakan setuju menjadi responden dalam peneliti ini.
Kendari, 2021
Peneliti Responden
Indriani (.............................)
54
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas
2. Nama :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
Ya Tidak
8. Tekanan darah
1. Sistolik(mmHg)
2. Diastolik(mmHg)
55
9. Apakah orang tua bapak/ibu mengkonsumsi obat penurun tekanan darah
Ya Tidak
56
POLA MAKAN
Umur : Pewawancara :
Agama :
1 Pasta
57
2 Sup kemasan kaleng
3 Pudding instan
4 Keju
5 Saus salad
6 Pitzza
8 Kaldu(ayam,sapi,MSG)
9 Kentang kotak
11 Dendeng sapi
12 Daging asap
13 Acar
14 Saos
15 Kecap
16 Roti
17 Udang
18 Cumi-cumi
58
19 Kepiting
20 Kerang
21 Ikan( bolu/bandeng/teri
kering/ dll)
22 Macaroni
23 Makanan
beku(bakso,sosis,ayam,dll)
24 Kacang panggang
25 Mie instan
26 Alcohol
27 Kopi
28 The
29 Ceker ayam
30 Telur
31 Abon
59
Dokumentasi
60
61