Anda di halaman 1dari 67

GAMBARAN POLA MAKAN, KONSUMSI NATRIUM, STATUS GIZI DAN

TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT SUKU TORAJA


DI KOTA KENDARI

Tugas Akhir
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Gizi

OLEH:

INDRIANI
NIM. P00331019047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI D-III GIZI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN POLA MAKAN, KONSUMSI NATRIUM, STATUS GIZI DAN


TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT SUKU TORAJA
DI KOTA KENDARI

Yang diajukan oleh :


INDRIANI
P00331019047

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Imanuddin,SP,M,Kes Tanggal ……………....

NIP. 196704061988031001

Pembimbing Pendamping,

2Wiralis,STP,MSi,Med Tanggal ………………

NIP. 196512311987032009

ii
GAMBARAN POLA MAKAN, KONSUMSI NATRIUM, STATUS GIZI DAN
TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT SUKU TORAJA
DI KOTA KENDARI

RINGKASAN

INDRIANI

Di bawah bimbingan Imanuddin dan Wiralis

Latar Belakang : Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular, terjadi karena
peningkatan tekanan darah diatas normal, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Pola makan terutama yang berhubungan dengan pengaturan gizi yang seimbang sesuai
kebutuhan tubuh, Konsumsi Natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan status gizi yang tidak seimbang juga
dapat memicu timbulnya penyakit hipertensi yang biasannya berhubungan dengan gaya
hidup dan kemakmuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pola Makan,
Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota Kendari.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey
dilaksanakan bulan Mei 2022 di Kecamatan Kadia Kelurahan Kadia Kota Kendari. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini seluruh Kepala Keluarga Masyarakat Suku Toraja di
Keluraha Kadia Kecamatan Kadia Kota Kendari yang ditentukan dengan menggunakan
rumus stanlay lameshow yaitu 43 Kepala Keluarga.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa Tekanan Darah Masyarakat Suku Toraja
sebagian besar (62,79% ) dalam kategori tinggi, pola makan sebagian besar (51,16%)
dalam kategori cukup, konsumsi Natrium sebagian besar (76,74%) dalam kategori lebih
dan status gizi sebagian besar ( 60,46 %) dalam kategori gizi lebih sampai obesitas.
Kata Kunci : Hipertensi, Pola Makan, Asupan Natrium, Status Gizi

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Gambaran Pola Makan, Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada

Suku Toraja di Kota Kendari” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Diploma III Bidang Gizi.

Selama penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah melewati perjalanan panjang

dalam penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan materil pihak lain.

Olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM, MPPH selaku direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari

2. Ibu Sri Yunanci V.G., SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Kendari

3. Ibu Euis Nurlaela, S.Gz, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Jurusan Gizi

Poltekkes Kemenkes Kendari

4. Bapak Imanuddin,SP,M.Kes selaku Pembimbing I yang selalu memberikan motivasi

dan meluangkan waktu membimbing dalam proses penyusunan proposal ini

5. Ibu Wiralis,STP,MSi,Med selaku Pembimbing II yang selalu memberikan dukungan

moril yang sangat berarti bagi penulis dalam membimbing proses penyusunan proposal

ini

iv
6. Bapak Masrif,SKM,M.Kes selaku penguji 1 dengan segala keikhalasan menjadi penguji

dan memberikan kritik dan saran sehingga dapat terselesaikan proposal ini

7. Bapak I Made Rai Sudarsono,S.Gz,MPH selaku penguji 2 dengan segala keikhlasan

menjadi penguji dan memberikan kritik dan saran sehingga dapat terselesaikan proposal

ini

8. Ibu Astati, SST, M.Kes selaku penguji 3 dengan segala keikhlasan menjadi penguji dan

memberikan kritik dan saran sehingga dapat terselesaikan proposal ini

9. Seluruh dosen dan staf Jurusan Gizi Poltekkes Kendari, yang telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan

10. Ucapan terima kasih teristimewah saya ucapkan kepada Ayahanda Yosep buse’ dan

Ibunda Agustina Upa, serta segenap keluarga besar yang sangat penulis cintai atas

segala kasih sayang yang tidak henti-hentinya memberikan segenap perhatian, doa

selama penulis mengikuti perkuliahan.

11. Ucapan terima kasih kepada teman dekat saya Roni Simmin yang telah membantu

penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini serta selaluh menyemangati dalam keluh kesah

penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini.

12. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan dorongan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh

dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk

kesempurnaan Tugas Akhir ini sangat penulis harapkan. Atas saran dan kritik penulis

ucapkan banyak terimakasih.

Kendari, 2022

v
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL...........................................................................ii


KATA PENGANTAR............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................10
A. Telaah Pustaka.....................................................................................................................10
B. KERANGKA PEMIKIRAN DAN KERANGKA KONSEP................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................26
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................................26
B. Waktu dan Tempat penelitian...............................................................................................26
C. Populasi dan Sampel............................................................................................................26
D. Variabel Penelitian...............................................................................................................28
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.......................................................................................28
H. Definisi Operasional.............................................................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................33
A. Hasil.....................................................................................................................................33
B. Pembahasan..........................................................................................................................40
BAB V PENUTUP................................................................................................................46
A. Kesimpulan..........................................................................................................................46
B. Saran....................................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................41

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Teori……………………………………………………………15

Gambar 2.Kerangka Konsep………………………………………………………….16

vii
DAFTAR TABEL

Keaslian penelitian.........................................................................................................4

Klasifikasi tekanan darah berdasarkan umur.................................................................7

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang tidak menular yang terjadi karena

peningkatan tekanan darah diatas normal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan

gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama

dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi yaitu

dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Faktor-faktor yang mempengaruhi

tekanan darah adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor

genetik (keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok, dan stress (Rosta, 2016).

Secara global WHO (World Health Organization) memperkirakan penyakit tidak

menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan diseluruh dunia.

Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan gaya hidup,

riwayat obesitas diduga sebagai suatu hal yang melatarbelakangi meningkatkan

prevelensi penyakit tidak menular. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa

hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang setiap tahun

didunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya dikawasan Asia Timur-Selatan.

(Sutanto ,2010 dalam oktafiani,2019).

Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun adalah sebesar 34,1%

dengan provinsi prevalensi tertinggi adalah Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan

terendah dalah provinsi Papua sebesar 22,2%. Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah

hipertensi tahun 2015 sebesar 22.312 penderita, tahun 2016 sebesar 29.749 penderita,

1
tahun 2017 meningkat menjadi 31.817 orang (38,60%), tahun 2017 masih meningkat

dengan jumlah 36.243 penderita (Dinkes Sultra 2017; DinkesSultra 2018). Data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Kendari penderita Hipertensi pada tahun 2016

sebanyak 10.559 penderita. Pada tahun 2017 sebanyak 9.933 penderita,pada tahun 2018

sebanyak 13.140 penderi. (Dinkes Kota Kendari 2018).

Di Sulawesi Tenggara, jumlah penenderita hipertensi mencapai 37.036

kasus,yang dilengkapi dengan data yang diperoleh dari kunjungan pada unit-unit

pelayanan seperti Puskesmas dan jaringannya. Dari 82.425 orang atau 8% penduduk

berusia 18 tahun ke atas yang dilakukan pengukuran takanan darah, sebanyak 31.817

orang atau 38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi

lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 50,32%, sedangkan pada

perempuan hanya 2sebesar 34,67%. Data ini hanya berasal dari 11 kabupaten/kota,

karena 6 daerah lainnya tidak melaporkan hasil pemeriksaan tekanan darah di

wilayahnya, meskipun demikian data tersebut di atas dapat menjadi acuan tentang

gambaran kasus hipertensi di Sulawesi Tenggara yang persentasenya berada di atas

prevalensi nasional, Berdasarkan laporan tahunan Dinkes Provinsi Sultra bahwa trend

penyakit yang ada, relatif tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun. Penyakit

degeneratif atau penyakit tidak menular yang selalu ada dalam daftar ini adalah

Hipertensi dan Diabetes Mellitus.

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko

yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko

yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan

2
faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas, kurang olahraga atau aktivitas

fisik, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkohol, stres,

pekerjaan, pendidikan dan pola makan ( Musfirah 2019)

Risiko terkena hipertensi dapat diperkecil dengan menerapkan pola hidup sehat,

olahraga teratur minimal 3x/minggu selama 30 menit setiap sesinya, menghindari

makanan tinggi garam dan lemak, ti8dur cukup minimal 7-8 jam/hari, dan menghindari

stres. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 15-20 menit setelah berisitirahat, duduk tenang, dan

tidak menyilangkan kaki. Hal ini penting karena setelah olahraga, aktivitas tinggi dan

stres menyebabkan tekanan darah naik saat pemeriksaan.( Musfirah 2019)

Konsumsi Natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan yang

dapat meningkatkan volume darah. Asupan Natrium yang berlebih dapat mengecilkan

diameter arteri, menyebabkan jantung harus memompa keras untuk mendorong volume

darah melalui ruang yang makin sempit, sehingga tekanan darah menjadi naik akibatnya

terjadi hipertensibegitupun penelitian yang dilakukan Atun dkk tahun 2018 juga

mendapatkan hasil bahwa asupan natrium berhubungan dengan kejadian hipertensi

dimana asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi .

(Yulia fitri 2018)

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang seimbang serta

yang di butuhkan oleh tubuh. Mengatur pola makan atau disebut diet adalah salah satu

cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode

pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan dengan obat penurun tekanan

3
darah yang dapat membuat pasiennya menjadi tergantung seterusnya pada obat tersebut

(Sustrani, 2006 dalam Ogis Mega Pratiwi 2018 ).

Selain pola makan, faktor lain yang memicu timbulnya penyakit hipertensi

adalah konsumsi natrium terdapat hubungan antara konsumsi Mono Sodium Glutamat

(MSG) dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zainuddin dan Yunawati (2018), konsumsi MSG memiliki hubungan

yang bermakna dengan kejadian hipertensi, di mana mengonsumsi natrium dalam

jumlah besar akan membuat ekstraseluler meningkat sehingga cairan intraseluler

dikeluarkan yang berakibat pada volume ekstraseluler meningkat, hal ini menimbulkan

peningkatan volume darah yang berdampak pada hipertensi (Zainuddin & Yunawati,

2018). Konsumsi Mono Sodium Glutamat (MSG) secara terus-menerus akan

menyebabkan hipertensi.

Status gizi yang tidak seimbang juga dapat memicu timbulnya penyakit

hipertensi kelebihan gizi dimulai pada usia 45 tahun yang biasannya berhubungan

dengan gaya hidup dan kemakmuran. Dengan kondisi asupan makanan dan vitamin gizi

melebihi kebutuhan tubuh. Kelebihan gizi ini akan membawa situasi obesitas

perubahan status gizi ditandai dengan peningkatan berat badan secara lansung

mempengaruhi tekanan darah tinggi.( Ake Royke Calvin Langingi 2021)

Maka dari itu lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang

perbedaan-perbedaan kebiasaan makan tiap-tiap bangsa dan suku bangsa mempunyai

kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut

turun-temurun . Lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya

4
meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial pada

masyarakatnya sendiri.(M Khumaidi,1989)

Bertitik tolak dari pendapat dan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka

diperlukan adanya suatu penelitian mendalam untuk mengetahui “Gambaran Pola Makan,

Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada Suku Toraja di Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu”Bagaimana gambaran pola makan,

konsumsi natrium, status gizi dan tekanan darah pada masyarakat suku toraja di kota

kendari.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pola Makan, Konsumsi Natrium, Status Gizi dan Tekanan

Darah pada Suku Toraja di Kota Kendari

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Pola Makan pada Masyarakat Suku Toraja

b. Untuk mengetahui Gonsumsi Narium pada Masyarakat Suku Toraja

c. Untuk mengetahui Gambaran Status Gizi pada Masyarakat Suku Toraja

d. Untuk mengetahui Gambaran Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik

Hasil penielitian diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khusnya dibidang ahli gizi dan Kesehatan serta

menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian selanjutnya tentang

5
“gambaran pola makan, konsumsi natrium, status gizi dan tekanan darah pada suku

toraja di kota kendari” serta dapat dijadikan reverensi bagi penelitiaan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Sangat berguna sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya,dan juga dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada Penderita Hipertensi. Dan di harapkan

dapat digunakan sebagai bahan masukan terutama bagi ahli gizi dalam penanganan

penyakit Hipertensi.

6
A. KEASLIAN PENELITIAN

No. Penelitian Judul Persamaan Perbedaan


Pe2ngaruh Pola Variabel Lokasi Penelitian
Makan Suku Alas
Terhadap Status Gizi Pola Makan Suku, Puskesmas
Perawatan
Penderita Hipertensi Status Gizi,
di Wilaya Kerja Kutambaru
ELISKA (2016) Penderita Kabupaten Aceh
1. Puskesmas
Perawatan hipertensi. Tenggara
Kutambaru
Kabupaten Aceh
Tenggara
Hubungan Obesitas Variabel Lokasih Penelitian
pada Pra Lansia
dengan Kejadian Obesitas, Kecamatan Senen
Jakarta Pusat
2. Juwita Kartika (2020) Hipertensi di Hipertensi
Kecamatan Senen
Jakarta Pusat Tahun
2017-2018

Hubungan Pola Variabel Lokasi Penelitian


Makan Dengan
Pola Makan, Dusun Blokseger
Kejadian Penyakit
Ogis Mega Pratiwi Hipertensi Pada Kecamatan Tegal
3. Hipertensi sari Kabupaten
(2018) Lansia di Dusun
Blokseger Kecamatan Bayuwangi
Tegal sari Kabupaten
Bayuwangi

Hubungan Status Gizi Variabel Lokasi Penelitian


Dengan Derajat
Status Gizi, Desa
Ake Royke Calvin Hipertensi Pada
4. Tombolango
Langingi (2021) Lansia di desa Hipertensi Kecamatan Lolak
Tombolango
Kecamata2n Lolak

Asupan Natrium dan Variabel Lokasi Penelitian


Kalium sebagai Asupan natrium
Puskesmas Darul
5. Yulia Fitri (2018) Faktor Penyebab Kalium
Hipertensi pada usia Imarah
Kabupaten Aceh
lanjut

Hubungan Pola Variabel Lokasi Penelitian


Makan dengan
Kejadian Hipertensi Pola makan Kabupaten Tulang
6. Tori Rihiantoro(2017) Bawang 7
di Kabupaten Tulang
Bawang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi

permasalahan terbesar di dunia. Hipertensi dapat menyebabkan

menyebabkan komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, seperti penyakit

jantung, stroke dan ginjal. menurut WHO, diagnosa hipertensi pada orang

dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau

pada 140/90 mmHg (Yulia Fitri, 2018).

Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung

bekerja keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan

nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi dari

organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.

(Bambang Roesmono,2017).

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan

yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya

resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal(Dhonna Anggreni 2018).

8
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan

darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat

jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat

jantung berelaksasi (diastolik).

Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi

primer atau esensial, merupakan hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya dengan jelas diduga berbagai faktor turut berperan sebagai

penyebab hipertensi esensial, sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan

termasuk ke dalam ketegori ini. Kemudian sisanya adalah hipertensi

sekunder yang penyebabnya telah diketahui, umumnya berupa penyakit

atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya

ginjal yang tidak berfungsi, dan terganggunya keseimbangan hormon yang

merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit

ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung. (Rafelina, 2009 dalam

Hataul Madja 2017).

9
Tabel 1

Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Umur

umur Systolic diastolik Pulse

6-10 30-120 60-75 75-120

11-20 95-125 65-80 70-118

21-30 100-130 70-85 65-110

31-40 105-135 75-90 60-110

41-50 110-140 80-95 55-110

51-60 115-145 85-110 50-95

Sumber:World Health Organization

Besarnya tekanan darah selaluh dinyatakan dengan dua angka yang

pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding

pembuluh darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari

jantung. Angka yang kedua disebut tekanan diastolic, yaitu angka yang

menunjukkan besarnya tekanan darah yang dialami kembali kedalam

jantung.tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan

tekanan diastolik diukur ketika jantung mengundur(relaksasi) (Qoni’ah

2019).

Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan

diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan

puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan

10
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai

90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya

terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik

terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan

diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran

normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. (Qoni’ah 2019).

b. Faktor Penyebab Hipertensi

1) Pola makan

Pola makan adalah tingkah laku atau sekelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan

pilihan makanan yang terbentuk sebagai hasil dari pengaruh fisiologis,

psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang seimbang, yaitu yang

sesuai dengan kebutuhan disertai dengan pemilihan bahan makanan yang

tepat akan melahirkan status gizi yang baik. (Sulistyoningsih,2011 dalam

Ofni Mariana Thon 2019).

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah satu

faktor pemicu hipertensi. Buah-buahan dan sayur segar merupakan sumber

terbaik bagi kedua nutrisi tersebut. (Sulistyoningsih,2011 dalam Ofni

Mari8ana Thon 2019).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola makan yaitu :

a. Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan,

dicerna dan diserap akan menghasilkan paling sedikit satu macam

nutrien. Dalam susunan hidangan Indonesia berbagai jenis bahan

11
makanan dapat dikelompokan dalam Makanan pokok atau sumber

zat tenaga

b. Frekuensi makanan adalah jumlah berapa kali makan dalam sehari

baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

c. Jumlah makanan adalah banyaknya asupan makanan yang dimakan

dalam sehari.

d. Kesukaan tehadap jenis makanan tertentu dalam pemenuhan

makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja maka

akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun.

e. Pantangan pada makanan tertentu Pantangan pada makanan tertentu

juga harus diperhatikan karena bila terjadi alergi.

f. Selera makan Selera makan akan mempengaruhi dalam pemenuhan

kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan, dan perkembangan.

Hal ini disebabkan karena selera makan dipacu oleh sistem tubuh dan

pengolahan pangan serta penyajian makanan.

2) Konsumsi Natrium

Natrium merupakan kation dalam cairan ekstrasel. Natrium menjaga

cairan agar tetap seimbang (Almatsier, 2009). Tingginya asupan natrium

yang kita konsumsi akan menyebabkan meningkatnya tekanan darah

karena tubuh meretensi cairan. Akan terjadi penyempitan ruang pada

jantung sehingga jantung harus semakin keras memompa karena tekanan

darah yang meningkat yang akan menyebabkan hipertensi. Asupan

12
natrium yang meningkat mempengaruhi hormon renin angiotensin

sehingga diproduksi secara berlebih yang akan berakibat pada peningkatan

volume darah (Krummel, 2004 dalam Amalia lestari 2020).

Peningkatan volume plasma dan tekanan darah dipengaruhi oleh

asupan natrium yang dikonsumsi. Konsumsi tinggi natrium akan

mengakibatkan meningkatnya komposisi natrium dalam cairan ekstrasel.

Hipertensi dapat ditimbulkan dari peningkatan volume darah yang

disebabkan oleh banyaknya volume cairan ekstrasel. Konsumsi garam

(natrium) dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah

karena kadar natrium dalam sel otot halus pada dinding arteriol meningkat.

Garam dapat menyebabkan cairan dalam tubuh menumpuk karena cairan

di luar sel ditarik ke dalam sel sehingga volume darah dan tekanan darah

meningkat (Sobel, 2000 dalam Amalia lestari 2020).

Natrium sering digunakan dalam makanan, natrium juga secara alami

terdapat dalam bahan makanan hewani maupun nabati. Kandungan

natrium pada pangan hewani lebih banyak dibandingkan dengan dengan

pangan nabati. Garam dapur, monosodium glutamat atau MSG, kecap,

serta bahan pengawet pada makanan ringan dan makanan siap saji

merupakan sumber utama dari natrium (Abdurrachim, 2016). Konsumsi

garam dapat mempengaruhi tekanan darah. Asupan garam sebanyak 5-15

gram dalam sehari lebih cepat meningkatkan tekanan darah dan prevalensi

hipertensi meningkat. Konsumsi garam dalam sehari tidak boleh melebihi

13
6 gram atau sebanding dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari

(Anggraeny, 2013 dalam Amalia lestari 2020).

Data asupan natrium dan kalium didapatkan dari wawancara langsung

dengan responden. Wawancara menggunakan form FFQ semi kuantitatif

dalam satu bulan terakhir. Data asupan natrium dan kalium yang sudah

diperoleh 10 kemudian dibandingkan dengan AKG 2019 sesuai usia.

Kebutuhan asupan natrium untuk lansia berdasarkan AKG 2013 yaitu

1100 – 1500 mg/hari dan kebutuhan kalium untuk lansia yaitu 4700

mg/hari.( Maria et al, 2012 dalam Amalia lestari 2020).2

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan frekuensi konsumsi

makanan tinggi natrium (biskuit, ikan asin, susu dan olahannya, kopi serta

bumbu penyedap (MSG) memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi

sistolik, sedangkan konsumsi teh memiliki hubungan dengan kejadian

hipertensi diastolik.

3) Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang

ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang

diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara

antropemetri. Gizi lebih meningkatkan resiko terjadinya hipertensi karena

beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang

dibutuhkan untruk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini

berarty volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi

14
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri,

yang akan menimbulkan terjadinya kenaikan tekanan darah.( Asrinawaty

dan Norfai 2014 dalam Ake Royke Calvin Langing 2021).

Resiko terkena hipertensi dengan berat badan lebih, berpeluang 2,3

kali dibandingkan dengan berat badan normal dan kurus. Responden

dengan berat badan lebih akan terjadi penumpukan jaringan lemak, yang

dapat menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah dalam

meningkatkan kerja jantung untuk dapat memompakan darah ke seluruh

tubuh. ( Rahayu, dkk 2020).

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti berasumsi bahwa Status

Gizi dapat mempengaruhi Hipertensi karena faktor pencetus yaitu

Obesitas atau berat badan berlebih sehingga yang banyak menderita

Hipertensi Derajat 1 di bandingkan Hipertensi Derajat 2.( Ake Royke

Calvin Langingi 2021).

Obesitas merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit

kardiovaskuler, data secara konsisten menunjukkan peningkatan insidensi

penyakit seiring dengan meningkatnya IMT (Indeks Massa Tubuh).

Obesitas juga merupakan faktor resiko bagi sejumlah kondisi kesehatan

lain yang terkait dengan penyakit kardiovaskuler, yakni diabetes melitus

tipe 2, dislipidemia, dan hipertensi (Beck dalam Fitriana 2015).

Penilaian status gizi merupakan interprestasi dari data yang didapatkan

dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi

atau nidividu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. Penilaian status

15
gizi dengan metode antropometri secara umum bermakna ukuran tubuh

manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Parameter yang diukur antara lain BB dan TB. Indeks antropometri bisa

merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran

atau yang dihubungkan dengan umur.( Elazmanawati Lembong 2019).

Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropo (manusia) dan

metric (ukuran), yaitu ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran

variasi dimensi fisik, proporsi dan komposisi kasar tubuh manusia pada

umur dan status gizi berbeda. Antropometri sebagai indikator status gizi

dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. (Wati Kusuma

Erna Proverawati Atikah, 2011).

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia, Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum

digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi.

Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Menurut

Supariasa (2002).

16
Menentukan indeks massa tubuh (IMT),indeks Massa tubuh (IMT)

dapat melalui perhitungan menggunakan rumus:

Berat Badan(kg)
Tinggi Badan ( m) x Tinggi Badan( m)

Hasil perhitungan IMT dibulatkan satu decimal

Kriteria IMT menurut WHO

Underweight : <18,4

Normal :18,5 – 24,9

Overweight :25,0 – 29,9

Obese :>30

4) Suku

Sosial budaya adalah seperangkat kaidah atau aturan yang

berkaitan dengan interkasi antar manusia dan antara manusia dan

lingkungannya (Wirjatmadi dan Adriani, 2012). Aspek sosio budaya

pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang

sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan

pendidikan masyarakat tersebut (Baliwati, F.Y,. dkk, 2004).

Makanan sering kali diberi nilai secara simbolis dalam agama dan

dalam mengutarakan suatu hubungan sosial. Menghidangkan makanan

merupakan suatu simbol dari suatu persaudaraan, kekeluargaan,

penerimaan dan kepercayaan, jumlah dan aneka ragam makanan yang

17
dihidangkan pada suatu peristiwa tertentu merupakan status simbol di

dalam masyarakat.(M Khumaidi).

Makanan adalah contoh sempurna dari batas antar faktor biologi

manusia dengan budaya, yang dalam artian kebiasaan makan

dipengaruhi oleh budaya dan biologi yang terkait dengan cara

seseorang memilih makanannya.(Ritenbaugh 1982).

Faktor sosial budaya yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan

dalam masyarakat, rumah tangga dan individu menurut

(Koentjaraningrat) meliputi apa yang dipikirkan, diketahui dan

dirasakan menjadi persepsi orang tentang makanan dan apa yang

dilakukan, dipraktekkan orang tentang makanan. Pola konsumsi makan

yang dipengaruhi kebiasaan makan memiliki hubungan yang erat

dengan status gizi seseorang.( Eiska,2016)

Terdapat hubungan yang bermakana antara ras, kebiasaan merokok,

Body Mass Index (BMI), makanan tinggi garam dan tinggi lemak,

minuman beralkohol, dengan hipertensi. suatu makanan dianggap

memenuhi selera atau tidak, tergantung tidak hanya pada pengaruh

sosial dan budaya tetapi juga sifat fisiknya.Reaksi indera rasa terhadap

makanan sangat berbeda dari orang ke orang (Suhardjo, 2006).

Tana Toraja, dihuni oleh Suku Toraja yang mendiami daerah

pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih

menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan

18
budaya Nias. Masyarakat Toraja menganut "aluk" atau adat yang

merupakan kepercayaan, aturan, dan ritual tradisional ketat yang

ditentukan oleh nenek moyangnya. Meskipun saat ini mayoritas

masyarakat Toraja banyak yang memeluk agama Protestan atau

Katolik tetapi tradisi-tradisi leluhur dan upacara ritual masih terus

dipraktekkan.(Abd,rahman rahim 2017)

5) Keturunan

Faktor keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap

timbulnya hipertensi hanya saja belum, dapat dipastikan apakah ini

disebabkan oleh sepasang gen tunggal atau banyak gen. bagi yang

memiliki factor resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini

dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh yang paling

sederhana adalah rutin memeriksakan darahnya minimal satu bulan

sekali disertai dengan menghindari fakor pencetus timbulnya

Hipertensi. (Sianturi,2011 dalam jumria,2016).

6) Jenis Kelamin

Berbagai penelitian membuktikan jenis kelamin laki-laki lebih

beresiko terkena hipertensi dibandingkan perempuan.wanita penderita

hipertensi lebih banyak dari pda laki-laki, tetapi wanita lebih tahan dari

pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah.laki-laki

lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada

19
wanita.pada laki-laki hipertensilebih banyak disebabkan oleh

pekerjaan. (Sianturi,2011 dalam jumria,2016).

7) Umur

Tekanan darah cenderung meningkat seiring perkembangan usia.

pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang berusia 40

tahun namun tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia

muda. (Sianturi,2011 dalam jumria,2016).

20
B. KERANGKA PEMIKIRAN DAN KERANGKA KONSEP

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar dari 140

mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti tingginya angka kejadian hipertensi terjadi karena

berbagai faktor pemicu yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol,seperti keturunan,

jenis kelamin dan umur. Yang dapat dikontrol seperti kegemukan, gaya hidup, pola

makan, aktivitas, kebiasaan merokok, serta alkohol dan garam. (Sianturi,2018)

pokok permasalahan di masyarakat adalah pola makan konsumsi natrium

status gizi dan riwayat hipertensi pada masyarakat. Adapun kerangka konsep

sebagai berikut:

21
KERANGKA TEORITIS

DEMOGRAFI

-SUKU

-UMUR

-PENDIDIKAN

-AGAMA

-TEKANAN DARAH

LINGKUNGAN

-FISIK TEKANAN DARAH


-BIOLOGI PELAYANAN KESEHATAN

-SOSIAL

PERILAKU

-POLA MAKAN

-KONSUMSI NATRIUM

-OBESITAS

Sumber:Hendric L.Bloom

22
KERANGKA KONSEP

Konsumsi natrium

TEKANAN
Pola makan
DARAH

Status Gizi

Gambar 2.Kerangka Konsep

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survei

B. Waktu dan Tempat penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota

Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua kepala keluarga rumah tangga

Suku Toraja yang tercatat pada data kependudukan di kelurahan Kadia,

Kecamatan Kadia, yaitu sebanyak 135 kepala keluarga.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Stanlay

lameshow sebagai berikut:

2
N .Z p.q
n= 2 2
d ( N−1 ) + z p . q

24
Keterangan:

 n=besar sampel

 N=besar populasi (135 orang)

 P= perkiraan proposal (Prevelensi) variable dependen pada

populasi(50%=0,5)

 Q=1-P(1-0,5)

 Z1-a=statistic Z A=(Z 1,96 a=0,05

 d=Delta presisi absolute atau margarine of error yang di inginkan

di kedua sisi proporsi (misalnya 10%=0,1)

n=( 135 ) . ¿¿

135 x 3,84 x 0,25


n=
2+ 0,96

129
n=
2,96

n=43,58= 43 orang

b. Kriteria Sampel:

a) Kriteria sampel inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Subjek bersedia menjadi responden

2) Mampu berkomunikasi dengan baik

b) Kriteria sampel ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1) Tidak dalam sakit Covit-19

2) Tidak ada di tempat saat pengumpulan data

25
D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pola makan,asupan natrium,status gizi

dan riwayat hipertensi

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

1) Data karasteristik sampel meliputi : Umur dan jenis kelamin.

2) Data pola makan ,asupan natrium dan status gizi dan Riwayat hipertensi

b. Data Sekunder

1) Data mengenai gambaran lokasi umum penelitian

(demografi,geografi,topografi)

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data karasteristik sampel diperoleh melalui wawancara menggunakan

kuisioner.

b. Data pola makan diperoleh dengan cara menggunakan FFQ (Food frequency

Questionaire).

c. Data konsumsi Natrium diperoleh dengan wawancara menggunakan

formulir Semi Quantitativ Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan alat

bantu dengan buku foto makanan

d. Data status gizi diperoleh dengan menentukan indeks massa tubuh (IMT)

e. Data masyarakat hipertensi diperoleh dengan melakukan pengukuran

tekanan darahmenggunakan tensi dengan bantuan tenaga kesehatan(perawat)

26
F. Data mengenai gambaran lokasi umum penelitian diperoleh dengan metode

dokumentasi pada data yang sudah di kantor Kelurahan Kadia

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Data karasteristik sampel diolah berdasarkan jawaban responden tentang

karasteristik masyarakat meliputi : Umur, jenis kelamin, suku, agama ,

pekerjaan dan pendidikan responden.

b. Data pola makan yang diperoleh dari hasil recall 24 jam

c. Data asupan natrium

Bahan makanan yang diperoleh dari wawancara formulir Semi Quantitative

Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) menggunakan ukuran porsi.

Frekuensi yang berulang-ulang setiap hari,dijumlahkan menjadi konsumsi

per hari. Kemudian menghitung asupan zat gizi sehari menggunakan berat

bahan makanan per hari menggunakan software nutrisurvey. Asupan natrium

akan dikategorikan menjadi 2 yaitu asupan normal dan asupan lebih.

d. Status gizi diperoleh dari hasil pengukuran antropometri dengan pengukuran

berat badan dan tinggi badan, kemudian data digunakan pada rumus IMT .

2. Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk

distribusi frequensi.

27
H. Definisi Operasional

1. Tekanan Darah adalah ada tidaknya peningkatan dan penurunan tekanan darah

melebihi standar yang seharusnya yaitu >120 sistolik mmHg dan > 80. Alat

yang biasanya digunakan untuk mengukur tekanan darah yakni Tensi Meter.

Kriteria Objektif :

a. Rendah : apabila Tekanan Darah = 90/60 mmHg

b. Normal : apabila Tekanan Darah = 120/80 mmHg

c. Tinggi : apabila Tekanan Darah = 130/80 mmHg

2. Pola makan adalah frekuensi makan, jumlah penggunaan asupan zat gizi dan

jenis bahan makan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri

khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Data pola makan diperoleh

dengan cara mengumpulkan skor makanan yang dikomsumsi oleh tiap

responden berdasarkan frekuensi makanannya. Skor seluruh responden

kemudian ditetentukan nilai medianya untuk mengetahui kategori pola makan

penilaian sampel.

Kriteria Objektif :

a) Sering sekali dikonsumsi : 3 kali sehari(tiap kali makan),dengan skor 50

b) Sering dikonsumsi : 1- 2 kali sehari dengan skor 25

c) Biasa dikonsumsi : 3 – 6 kali perminggu, dengan skor 15

d) Kadang- kadang dikonsumsi : kurang dari 3 kali perminggu, skor 10

e) Jarang dikonsumsi :2 kali sebulan dengan skor 5

28
f) Tidak pernah :dikonsumsi, skor 0

Frekuensi dari jenis makanan yang biasa dikomsumsi oleh sampel dalam kurun

waktu tertentu dengan kriteria :

Cukup : skor pola makan ≥ nilai median

Kurang : skor pola makan < nilai median

3. Asupan Natrium adalah jumlah natrium yang dikonsumsi dalam sehari yang

berasal dari garam dan sumber makanan lain.

Kriteria Objektif :

Asupan Normal : < 2.400 mg

Asupan Lebih : > 2.400 mg

4. Status gizi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan gizi Masyarakat

Suku Toraja yang didasarkan berdasarkan indicator berat badan dan tinggi

badan. Kriteria prnilaian didasarkan atas hasil pengukuran IMT dengan rumus :

berat ( kg)
IMT =
tinggi( meter kuadrat)

Kritera Objektif

a. Kekurangan berat badan tingkat berat : apabila IMT < 17,0

b. Kekurangn berat badan tingkat ringan : apabila IMT 17,0 – 18,4

c. Normal : apasbila IMT =18,5 -24,9

d. Kelebihan berat badan tingkat ringan : apabila IMT =25,1 – 27,0

e. Kelebihan berat badan tingkat berat : apabila IMT > 27,0

29
Penelitian ini menggunakan 4 kategori status gizi yaitu :

a. Underweight : < 18,4

b. Normal : 18,5 – 24,9

c. Overweight : 25,0 – 29,9

d. Obese : >30

Kriteria IMT menurut WHO

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

Kadia adalah salah satu Kelurahan di Kota Kendari,Sulawesi Tenggara,

dengan luas wilaya menurut badan pusat statistik Kota Kendari yaitu 2,08 km 2.

Letak Geografis Kelurahan Kadia secara administrasi berbatasan langsung

dengan:

Timur :Kelurahan Pondambea dan kelurahan Bende

Selatan : Kecamatan Wua-Wua

Barat : Kecamatan Wua-Wua

Utara :Kecamatan Puwatu

b. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Kadia sebanyak 7.775 jiwa terdiri dari

laki-laki 3.913 jiwa (50,32%) dan perempuan 3.862 jiwa (49,68%) dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 2.102 KK. Kelurahan Kadia dihuni berbagai

suku bangsa meliputi suku Toraja (18,38%), Muna (34,13%), Bugis

(21,31%) ,Buton (9,95%), Jawa (9,20%), Bajo (0,54%), Bali (2,30%), Ambon

(0,40%), Bungku (0,28%), Batak (0,28%), Manado (0,42%), Makassar (0,99%),

Sunda (0,80%), Wawoni (0,88%).

31
c. Sarana Kelurahan Kadia

a) Sarana

Jumlah dan jenis Sarana Olaraga Kelurahan Kadia tahun 2022

1. Lapangan Bulu Tangkis : 1 Unit

2. Lapangan Volly : 5 Unit

3. Lapangan Basket :1 Unit

b) Sarana Kesehatan

Jumlah dan jenis Sarana Kesehatan Kelurahan Kadia tahun 2022

1. Puskesmas :1

2. Praktek Dokter :3

3. Posyandu :7

4. Apotik :2

2. Gambaran Umum Sampel

a. Jenis Kelamin

Sampel pada penelitian ini Sebagian besar (93,0%) berjenis kelamin

laki-laki . Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin di sajikan pada tabel

3 berikut ini

Tabel 3
Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel
Jenis Kelamin
(n) (%)
Laki-laki 40 93,03%
Perempuan 3 6,97
Total 43 100%

32
b. Kategori Umur

Kategori umur dari sejumlah sampel sebagian besar (26,32%) dalam

kategori umur dewasa akhir, kategori umur sampel lengkapnya di sajikan

pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4
Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Umur

Sampel
Kategori Umur
(n) (%)

17-25 tahun (Remaja Akhir) 2 5,2%

26-35 tahun (Dewasa Awal) 11 25,58%

36-45 tahun (Dewasa Akhir) 11 28,94%

46-55 tahun (Lansia Awal) 13 30,23%

56-64 tahun (Lansia Akhir) 6 15,78%

Total 43 100%

3. Hasil Analisis Univariat

a. Pola Makan

Pola makan dari sejumlah sampel sebagian besar (51,16% ) dalam

kategori cukup, Pola makan sampel selengkapnya di sajikan pada tabel 5

berikut ini.

33
Tabel 5
Distribusi Sampel berdasarkan Pola Makan

Sampel
Pola Makan
(n) (%)
Cukup 22 51,16%
Kurang 21 48,84%
Total 43 100%

b. Konsumsi Natrium

Konsumsi Natrium dari sejumlah sampel sebagian besar (76,74%)

dalam kategori lebih, konsumsi Natrium sampel selengkapnya di sajikan pada

tabel 6 berikut ini.

Tabel 6
Distribusi Sampel berdasarkan Konsumsi Natrium
Sampel
Asupan Natrium
(n) (%)
Normal 10 23,26%
Lebih 33 76,74%
Total 43 100%

c. Status Gizi

Status Gizi sampel terdistribusi dalam kategori Underweight, Normal,

Overweight, Obesitas. Distribusi sampel berdasarkan status gizi di sajikan

pada tabel 7 berikut ini.

34
Tabel 7
Distribusi Sampel berdasarkan Status Gizi
Sampel
Status Gizi
(n) (%)
Underweight 1 2,32%
Normal 16 37,21%
Overweight 16 37,21%
Obesitas 10 23,26%
Total 43 100%

d. Tekanan Darah

Tekanan Darah pada sampel penelitian ini sebagian besar (62,79%)

kategori tinggi. Distribusi sampel berdasarkan Tekanan Darah di sajikan

pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 8
2Distribusi Sampel berdasarkan Tekanan Darah

Sampel
Tekanan Darah
(n) (%)
Normal 16 37,21%
Tinggi 27 62,79%
Total 43 100%

4. Analisis bivariat

a. Pola Makan berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku

Toraja di Kota Kendari

Hubungan Pola Makan dengan Tekanan Darah pada Masyrakat Suku

Toraja di Kota Kendari dapat di lihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10

35
Pola Makan berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
Kota Kendari

Tekanan Darah
Total
Pola Makan Normal Tinggi
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Cukup 1 4,54 21 95,45 22 100
Kurang 2 9,51 19 90,47 21 100
Total 3 6,97 40 93,02 43 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa sampel dengan pola makan cukup, sebagian

besar (95,45%) mengalami tekanan darah tinggi, sedangkan sampel dengan pola

makan kurang sebagian besar (90,47%) juga mengalami tekanan darah tinggi.

b. Konsumsi Natrium berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat suku

Toraja di Kota Kendari

Hubungan Konsumsi Natrium dengan Tekanan Darah pada Masyarakat suku

Toraja di Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 11 berikut :

Tabel 11

36
Konsumsi Natrium berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat suku
Toraja di Kota Kendari

Tekanan Darah
Konsumsi Total
Normal Tinggi
Natrium
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Normal 4 30,76 9 69,23 13 100
Lebih 0 0 30 100 30 100
Total 4 9,30 39 90,69 43 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa sampel dengan konsumsi natrium normal,

sebagian besar (69,23%) mengalami tekanan darah tinggi, sedangkan sampel

dengan konsumsi natrium lebih, seluruhnya (100%) juga mengalami tekanan darah

tinggi

c. Status Gizi berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di

Kota Kendari

Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di

Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

37
Tabel 12
Status Gizi berdasarkan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di
Kota Kendari

Tekanan Darah
Total
Status Gizi Normal Tinggi
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Normal
3 17,64 14 82,35 17 100
Underweight
Obesitas
1 3,8 25 96,15 26 100
Overweight
Total 4 9,30 39 90,69 43 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa sampel dengan Status Gizi Normal, sebagian

besar (82,35%) memiliki tekanan darah tinggi, sedangkan sampel dengan Status

Gizi Obesitas, sebagian besar (96,15%) juga memiliki tekanan darah tinggi.

B. Pembahasan

1. Pola Makan

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang

seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Mengatur pola makan atau disebut

diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang

serius, karena metode pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan

dengan obat penurun tekanan darah yang dapat membuat pasiennya menjadi

tergantung seterusnya pada obat tersebut (Sustrani, 2006 dalam Ogis Mega

Pratiwi 2018 ).

38
Pola makan berkaitan juga dengan tingkah laku terhadap sekelompok

manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap,

kepercayaan dan pilihan makanan yang terbentuk sebagai hasil dari pengaruh

fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang seimbang, yaitu

yang sesuai dengan kebutuhan disertai dengan pemilihan bahan makanan yang

tepat akan melahirkan status gizi yang baik. (Sulistyoningsih,2011 dalam Ofni

Mariana Thon 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pola makan cukup,

sebagian besar (95,45%) mengalami tekanan darah tinggi, sedangkan sampel

dengan pola makan kurang sebagian besar (90,47%) juga mengalami tekanan

darah tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Ogis Mega

Pratiwi dan Anggun Anggraini Wibisana di Kabupaten Bayuwangi pada tahun

2018 menunjukkan bahwa pola makan Lansia yang ada di Dusun Blokseger

rata-rata memiliki pola makan yang buruk. Lansia dengan pola makan buruk

mendapatkan hasil penyakit hipertensi yang tinggi. Sehingga ada hubungan

antara pola makan dan penyakit hipertensi pada lansia.

Adapun penelitian yang lainnya juga yang di lakukan oleh Tori Rihiantoro

dan Muji Widodo di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2017 menunjukkan

bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di

Puskesmas Tulang Bawang I, dimana pola makan buruk beresiko untuk

menderita hipertensi 4,31 kali lebih besar dibandingkan dengan pola makan

baik. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas

39
fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang, dimana

responden yang melakukan aktivitas fisik ringan beresiko mengalami hipertensi

sebesar 2,255 kali lebih besar 8dibandingkan dengan yang melakukan aktivitas

fisik sedang dan berat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan yaitu jenis, jumlah dan

frequensi makanan. Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi

salah satu faktor pemicu hipertensi. Buah-buahan dan sayur segar merupakan

sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut. (Sulistyoningsih,2011 dalam Ofni

Mariana Thon 2019).

2. Konsumsi Natrium

Natrium merupakan kation dalam cairan ekstrasel. Natrium menjaga

cairan agar tetap seimbang (Almatsier, 2009). Tingginya asupan natrium yang

kita konsumsi akan menyebabkan meningkatnya tekanan darah karena tubuh

meretensi cairan. Akan terjadi penyempitan ruang pada jantung sehingga

jantung harus semakin keras memompa karena tekanan darah yang meningkat

yang akan menyebabkan hipertensi. Asupan natrium yang meningkat

mempengaruhi hormon renin angiotensin sehingga diproduksi secara berlebih

yang akan berakibat pada peningkatan volume darah (Krummel, 2004 dalam

Amalia lestari 2020).

Peningkatan volume plasma dan tekanan darah dipengaruhi oleh asupan

natrium yang dikonsumsi. Konsumsi tinggi natrium akan mengakibatkan

meningkatnya komposisi natrium dalam cairan ekstrasel. Hipertensi dapat

ditimbulkan dari peningkatan volume darah yang disebabkan oleh banyaknya

40
volume cairan ekstrasel. Konsumsi garam (natrium) dalam jumlah yang banyak

dapat meningkatkan tekanan darah karena kadar natrium dalam sel otot halus

pada dinding arteriol meningkat. Garam dapat menyebabkan cairan dalam

tubuh menumpuk karena cairan di luar sel ditarik ke dalam sel sehingga volume

darah dan tekanan darah meningkat (Sobel, 2000 dalam Amalia lestari 2020).

Natrium sering digunakan dalam makanan, natrium juga secara alami

terdapat dalam bahan makanan hewani maupun nabati. Kandungan natrium

pada pangan hewani lebih banyak dibandingkan dengan dengan pangan nabati.

Garam dapur, monosodium glutamat atau MSG, kecap, serta bahan pengawet

pada 2makanan ringan dan makanan siap saji merupakan sumber utama dari

natrium (Abdurrachim, 2016). Konsumsi garam dapat mempengaruhi tekanan

darah. Asupan garam sebanyak 5-15 gram dalam sehari lebih cepat

meningkatkan tekanan darah dan prevalensi hipertensi meningkat. Konsumsi

garam dalam sehari tidak boleh melebihi 6 gram atau sebanding dengan 110

mmol natrium atau 2400 mg/hari (Anggraeny, 2013 dalam Amalia lestari

2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh menunjukkan bahwa sampel

dengan konsumsi natrium normal sebagian besar (69,23%) mengalami tekanan

darah tinggi, sedangkan sampel dengan konsumsi natrium lebih seluruhnya

(100%) juga mengalami tekanan darah tinggi

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Dwi Linda

Aprilia Aristi di Kabupaten Jember pada tahun 2020 menunjukkan bahwa

41
frekuensi konsumsi makanan tinggi natrium berhubungan dengan kejadian

hipertensi pada subyek yang diteliti.

Adapun penelitian yang lainnya juga yang di lakukan oleh Dwi Linda

Aprilia Aristi di Kabupaten Jember pada tahun 2020 bahwasanya frequensi

konsumsi makanan tinggi natrium (biscuit, ikan asin, susu dan olahannya, kopi

serta bumbu penyedap (MSG) memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi

sistolik.

3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang

ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh

dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropemetri.

Gizi lebih meningkatkan resiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.

Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untruk

memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarty volume darah

yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi

tekanan lebih besar pada dinding arteri, yang akan menimbulkan terjadinya

kenaikan tekanan darah.( Asrinawaty dan Norfai 2014 dalam Ake Royke

Calvin Langing 2021).

Obesitas merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit

kardiovaskuler, data secara konsisten menunjukkan peningkatan insidensi

penyakit seiring dengan meningkatnya IMT (Indeks Massa Tubuh). Obesitas

juga merupakan faktor resiko bagi sejumlah kondisi kesehatan lain yang terkait

42
dengan penyakit kardiovaskuler, yakni diabetes melitus tipe 2, dislipidemia,

dan hipertensi (Beck dalam Fitriana 2015).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan Status

Gizi Normal, sebagian besar (82,35%) memiliki tekanan darah tinggi,

sedangkan sampel dengan Status Gizi Obesitas, sebagian besar (96,15%) juga

memiliki tekanan darah tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Ake Royke

Calvin Langingi di Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2021

menunjukkan bahwa di Desa Tombolango Kecamatan Lolak memiliki

hubungan yang signifikan antara Status gizi dengan Derajat Hipertensi lansia.

Adapun penelitian yang lainnya juga yang di lakukan Romadhiyana

Kisno Saputri di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2021 menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi.

43
.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Pola Makan, Konsumsi

Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah pada Masyarakat Suku Toraja di

Kota Kendari, maka dapat disimpulkan:

1. Pola Makan Suku Toraja di Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota

Kendari sebagian besar (48,84%) kategori kurang.

2. Asupan Natrium Suku Toraja di Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia

Kota Kendari sebagian besar (76,74%) kategori lebih.

3. Status Gizi Suku Toraja di Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota

Kendari sebagian besar ( 60,46 %) kategori obesitas.

4. Tekanan Darah Suku Toraja di Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota

Kendari sebagian besar ( 62,79% ) kategori tinggi.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat Suku Toraja untuk perlu memperhatikan pola makan

terkait dengan jenis, jumlah dan frequensi makanan.

44
2. Bagi Masyarakat Suku Toraja untuk perlu membatasi asupan konsumsi

natrium seperti mengurangi konsumsi Dendeng, ikan asin, serta

makanan kalengan lainnya.

3. Bagi Masyarakat Suku Toraja yang memiliki masalah gizi obesitas

untuk perlu memperhatikan asupan gizi seimbang.

4. Bagi Masyarakat Suku Toraja yang memiliki tekanan darah tinggi untuk

perlu memerhatikan pola makan, konsumsi natrium, status gizi, aktivitas

fisik, konsumsi alcohol.

45
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, H., Tamrin, A., & Nadimin. (2018). Asupan Natrium Dan Status Gizi Terhadap
Tingkat. Media Gizi Pangan, 25, 11–17.
ELISKA. (2016). Pengaruh pola makan masyarakat suku alas terhadap status gizi
penderita hipertensi di wilaya kerja puskesmas keperawatan kutambaru kabupaten
aceh tenggara. Vol.1 No 1(May), 31–48.

Fitri, Y., Rusmikawati, R., Zulfah, S., & Nurbaiti, N. (2018). Asupan natrium dan kalium
sebagai faktor penyebab hipertensi pada usia lanjut. AcTion: Jurnal Aceh Nutrition
Journal, 3(2), 158. https://doi.org/10.30867/action.v3i2.117

Langingi, A. R. C. (2021). Hubungan Status Gizi dengan Derajat Hipertensi Pada Lansia Di
Desa Tombolango Kecamatan Lolak. Coping: Community of Publishing in Nursing,
9(1), 46. h2ttps://doi.org/10.24843/coping.2021.v09.i01.p07

Lembong, E. (2018). Penilaian Status Gizi Balita Dan Ibu Hamil Rw 01 Desa Cileles
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(8), 84–93.

Lestari, A. (2020). Gambaran Asupan Natrium (Na) dan Kalium (K) Pada Lansia Di Kota
Surakarta. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Madja, H., & K, D. H. (2016). Pengaruh Kebiasaan Merokok Dan Pola Makan Pasien
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Rumah Sakit
Umum Daerah Lakipadada Kab. Tanah Toraja. Jurnal Keperawatan Mappa Oudang,

46
1(2), 11–25. https://e-jurnal.akpermpd.ac.id/jukpermo/article/view/2

Musfirah, M., & Masriadi, M. (2019). Analisis Faktor Risiko dengan Kejadian Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Takalala Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.
Jurnal Kesehatan Global, 2(2), 94. https://doi.org/10.33085/jkg.v2i2.4316

Pratiwi, O. M., & Wibisana, A. A. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
Penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Dusun Blokseger Kecamatan Tegalsari Kabupaten
Banyuwangi. Jurnal Ikesma, 14(2), 77. https://doi.org/10.19184/ikesma.v14i2.10458

Rahim, A. R., & Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (n.d.).
Mengenal lebih dekat Tana Toraja.

Roesmono, B., Hamsah, & Irwan. (2017). Hubungan Perilaku Mengontrol Tekanan Darah
dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 6, 70–75.
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/94/77

Sari, Y. K., & S2usanti, E. T. (2016). Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar. Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 3(3), 262–265.
https://doi.org/10.26699/jnk.v3i3.art.p262-265

Wati, R. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Karya Tulis Ilmia, 8(5), 55.8

Yesi, A. (2018). Hipertensi Dalam Kehamilan. In BidanKita.

47
LAMPIRAN

48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

MASTER TABEL ASUPAN NATRIUM,POLA MAKAN ,STATUS GIZI DAN RIWAYAT

HIPERTENSI

ASUPAN POLA RIWAYAT


N NAM J USI ALAMA PENDIDIKA TEKANAN STATUS
SUKU PEKERJAAN NATRIU MAKA HIPERTENS
O A K A T N DARAH GIZI
M N I
1 YM L 48 Toraja Mekar S1 Konsultan 150/100mmHg 3,432 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
2 A L 28 Toraja Mekar S1 PNS 140/70 mmHg 2,705 Cukup Normal Tidak Ada
3 RS L 33 Toraja Mekar S1 PNS 140/90 mmHg 3,501 Cukup Gizi Lebih Ada
4 GS L 30 Toraja Mekar S1 Tambang 150/100mmHg 5,013 Cukup Gizi Lebih Ada
5 T L 36 Toraja Mekar SMA Grab 140/90mmHg 2,598 Cukup Obesitas Ada
6 R L 27 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 110/70mmHg 4,865 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
7 E p 61 Toraja Mekar SMA IRT 145/60mmHg 3,054 Kurang Obesitas Ada
8 S L 61 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 160/60mmHg 3,132 Kurang Normal Ada
9 T L 40 Toraja Mekar S1 PNS 140/80mmHg 2,907 Kurang Gizi Lebih Tidak Ada
10 PPT L 62 Toraja Mekar S1 S1 180/100mmHg 2,764 Kurang Gizi Lebih Ada
11 R L 64 Toraja Mekar SD Petani 130/30mmHg 2,901 Lebih Normal Tidak Ada
12 Y L 46 Toraja Mekar S1 PNS 160/100mmHg 4,675 Lebih Gizi Lebih Ada
13 RO L 40 Toraja Mekar SMP Petani 160/100mmHg 5,465 Lebih Obesitas Ada
14 S L 31 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 160/90mmHg 3,755 Cukup Obesitas Ada

51
15 S L 22 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 130/80mmHg 2,805 Cukup Normal Tidak Ada
16 JM L 25 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/60mmHg 3,233 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
17 M P 56 Toraja Mekar S1 Wirasuwasta 160/70mmHg 2,607 Cukup Obesitas Ada
18 B L 48 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 140/100mmHg 3,405 Cukup Gizi Lebih Ada
19 Y L 58 Toraja Mekar S1 PNS 150/70mmHg 4,987 Cukup Obesitas Ada
20 A L 37 Toraja Mekar S1 PNS 140/80mmHg 3,035 Cukup Normal Tidak Ada
21 P L 48 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 160/90mmHg 2,953 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
22 A L 42 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/80mmHg 5,123 Cukup Gizi Lebih Ada
23 E L 39 Toraja Mekar S1 PNS 130/70mmHg 2,111 Kurang Normal Tidak Ada
24 S L 28 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 140/100mmHg 1,923 Kurang Normal Tidak Ada
25 S L 47 Toraja Mekar SMP Petani 160/70mmHg 2,745 Cukup Normal Tidak Ada
26 MT L 31 Toraja Mekar SMA Tukang Kayu 150/70mmHg 3,765 Cukup Normal Tidak Ada
27 M L 49 Toraja Mekar S1 PNS 150/70mmHg 5,765 Cukup Obesitas Tidak Ada
28 P L 28 Toraja Mekar S1 Pelayaran 150/60mmHg 2,976 Kurang Gizi Lebih Ada
29 I L 48 Toraja Mekar SMP Wirasuwasta 120/80mmHg 1,987 Kurang Gizi Kurang Tidak Ada
30 K L 50 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 145/70mmHg 3,076 Cukup Obesitas Ada
31 y L 42 Toraja Mekar SMP Petani 140/60mmHg 2,323 Cukup gizi lebih Tidak Ada
32 A L 39 Toraja mekar SMP Petani 180/70mmHg 3,074 Cukup Obesitas Ada
33 BK L 42 Toraja Mekar S2 2Dosen 140/70mmHg 3,027 Cukup Normal Ada
34 TR L 45 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 150/70mmHg 1,979 Kurang Obesitas Ada
35 Y P 29 Toraja Mekar SMA penjahit 120/90mmHg 2,235 Cukup Normal Tidak Ada
36 BR L 52 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/100MmHg 1,883 Kurang Normal Tidak Ada
37 yy L 52 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/60mmHg 2,359 Cukup Gizi Lebih Ada
38 AP L 50 Toraja Mekar S1 Guru 130/80mmHg 2,229 Cukup Normal Ada
39 JM L 27 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 130/80mmHg 2,434 Kurang Normal Ada
40 DP L 39 Toraja Mekar SMA Operator DT 160/100mmHg 2,783 Cukup Normal Ada
41 YT L 41 Toraja Mekar S1 PNS 170/80mmHg 3,076 Cukup Gizi Lebih Tidak Ada
42 LP L 33 Toraja Mekar S1 Perawat 150/80mmHg 3,032 Cukup Gizi Lebih Ada
43 YT L 40 Toraja Mekar SMA Wirasuwasta 140/90mmHg 3,213 Cukup Gizi Lebih Ada

52
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Bahwa saya di minta untuk brperan serta dalam penelitian ini sebagai responden

dengan mengisi kuesioner yang di sediakan oleh peneliti.

Sebelumnya saya telah di beri penjelasan tentang tujuan peneliti ini dan saya telah

mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang saya

akan berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi

saya, peniliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan suka rela, tanpa ada unsur

paksaan dari siapapun, saya menyatakan setuju menjadi responden dalam peneliti ini.

Kendari, 2021

Peneliti Responden

Indriani (.............................)

54
KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas

1. Tanggal pengisian kuesioner:

2. Nama :

3. Umur :

4. Pendidikan :

5. Alamat :

6. Pekerjaan :

7. Apakah orang tua bapak/ibu ada yang pernah menderita hipertensi:

Ya Tidak

8. Tekanan darah

No. Jenis Pengukuran

1. Sistolik(mmHg)

2. Diastolik(mmHg)

55
9. Apakah orang tua bapak/ibu mengkonsumsi obat penurun tekanan darah

Ya Tidak

B. Aspek pertanyaan pola makan

No. Pertanyaan Ya Tidak

Apakah ibu/bapak makan daging >3 kali dalam seminggu?


1.

Apakah ibu/bapak makan makanan yang berlemak tinggi


2.
seperti :masakan bersantan >3 kali dalam seminggu?

Apakah ibu/ bapak makan gorengan >3 kali dalam


3.
seminggu?

4. Apakah ibu/bapak makan diluar rumah (cepat saji)?

Apakah ibu/bapak makan makanan asin (ikan asin,daging


5.
yang di keringkan,udang kering)>3 kali dalam seminggu?

6. Apakah ibu/bapak makan sayuran >3 kali dalam seminggu?

Apakah ibu/bapak makan buah-buahan >3 kali dalam


7.
seminggu?

8. Apakah ibu/bapak selaluh mengkonsumsi kopi?

56
POLA MAKAN

Formulir Food Frequency Quisionnaire (FFQ)

Nama Subjek : Tanggal Wawancara:

Umur : Pewawancara :

Jenis Kelamin: Alamat :

Agama :

Frequensi Konsumsi(skor konsumsi pangan)

1-2 3-6 1-2


>3 2 kali Tidak
No Bahan Makanan kali/ kali kali/min
kali/hari sebulan pernah
hari /minggu ggu

(50) (25) (15) (10) (5) (0)

1 Pasta

57
2 Sup kemasan kaleng

3 Pudding instan

4 Keju

5 Saus salad

6 Pitzza

7 Roti lapis (sandwich)

8 Kaldu(ayam,sapi,MSG)

9 Kentang kotak

10 Kulit babi /daging babi

11 Dendeng sapi

12 Daging asap

13 Acar

14 Saos

15 Kecap

16 Roti

17 Udang

18 Cumi-cumi

58
19 Kepiting

20 Kerang

21 Ikan( bolu/bandeng/teri

kering/ dll)

22 Macaroni

23 Makanan

beku(bakso,sosis,ayam,dll)

24 Kacang panggang

25 Mie instan

26 Alcohol

27 Kopi

28 The

29 Ceker ayam

30 Telur

31 Abon

Skor Konsumsi Pangan

59
Dokumentasi

60
61

Anda mungkin juga menyukai