i
KATA PENGANTAR
Herman Finanda
ii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. TUJUAN PEDOMAN..................................................................................2
D.BATASAN OPERASIONAL........................................................................2
E. LANDASAN HUKUM..................................................................................3
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN......................................................................4
C.PENGATURAN JAGA................................................................................5
BAB V LOGISTIK................................................................................................22
BAB IX PENUTUP..............................................................................................30
iii
PEDOMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .
Pelayanan unit Radiologi merupakan pelayanan penunjang diagnostic
yang perlu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya dibidang
Radiologi. Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan kesehatan
menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif yang mempunyai
dua sisi yang saling berlawanan, disatu sisi bahwa Radiologi sangat
berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lainnya
akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak
terkontrol, terlebih lagi bila di lakukan oleh tenaga yang tidak kompeten
atau bukan radiografer yang ahli dibidangnya.
Unit Radiologi merupakan salah satu bagian pelayanan rumah sakit yang
terintegrasi dengan pelayanan dari unit lainnya, oleh sebab itu pelayanan
Radiologi tidak hanya terfokus pada tujuan pelayanan Radiologi dalam
memanfaatkan radiasi tetapi juga tetap mempertimbangkan dan
memperhatikan pada tujuan system keselamatan pasien. Selama ini unit
Radiologi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan melalui
pemanfaatan radiasi pengion dan non pengion sangat terarah pada
keselamatan terhadap radiasi karena diketahui pemakaian radiasi
pengion mengandung resiko bila digunakan tanpa mengikuti dan taat
pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tujuan Pedoman
1. Memberikan standar pelayanan Radiologi baku bagi seluruh staf di
lingkungan unit Radiologi dalam memberikan pelayanan yang
bermutu dan menjamin keselamatan pasien,
2. Menjamin kontinuitas pelayanan pasien Radiologi dalam
mendapatkan kesembuhan, baik yang membutuhkan pelayanan
rawat inap, tindakan bedah, maupun rujukan ke tempat lain.
3. Sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan Radiologi secara sistematik dan terarah.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan unit Radiologi meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostik
Yaitu pelayanan penunjang diagnostic yang diberikan kepada
pasien untuk mengetahui kondisi/ keadaan/struktur tubuh pasien
dengan menggunakan sinar x guna menegakkan diagnose medis.
2. Pelayanan Radiologi Imaging
Yaitu pelayanan kepada pasien yang mengutamakan pencitraan
gambar (imaging) yang dihasikan dari alat Ultrasonography (USG)
dengan menggunakan frekwensi / panjang gelombang untuk
menembus tubuh (obyek/organ) pasien.
D. Batasan Operasional
1. Tindakan Radiologi Umum
Suatu tindakan Radiologi normal/umum yang dilakukan pada pasien
yang tidak dalam kondisi emergency dan CITO, dengan keluaran
hasil expertise sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
2. Tindakan Radiologi True emergency
Suatu tindakan Radiologi yang harus dilakukan untuk membantu
dokter dalam menegakkan diagnosa primer kepada pasien berupa
kasus emergency yang biasa dikenai pada pasien yang mengalami
kejadian kecelakaan ataupun kejadian yang disebabkan trauma fisik
pada pasien.
PEDOMAN
E. Landasan Hukum
1. PP No 5 Tahun 2021 Pelayanan Perizinan berbasis resiko untuk
pelaku usaha
2. peraturan BAPETEN No 3 Tahun 2021, Serta Perka BAPETEN
No. 4 tahun 2020 tentang Proteksi dan keselamatan Radiasi
dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
3. PERMENKES No 24 Tahun 2020 Tentang Radiologi Klinik.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997 tentang Tenaga
Kesehatan
PEDOMAN
BAB II
RUANG LINGKUP
Kualifikasi
No Nama Jabatan
Formal Masa Kerja
Kepala Unit
1 Spesialis Radiologi > 2 tahun
Radiologi
Kordinator
2 D lll Radiologi > 2 tahun
Radiografer
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi/Unit dapat dibantu oleh
Koordinator yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan tanpa meninggalkan unsur efisiensi dan efektivitas.
Setiap tenaga yang berada dalam unit Radiologi mempunyai uraian tugas
yang ditetapkan atau disahkan oleh kepala Rumah Sakit. Bagan struktur
organisasi dan uraian tugas masing-masing tenaga ditetapkan atau disahkan
oleh kepala rumah sakit.
C. Pengaturan Jaga
Ketentuan jaga mengikuti 2 shift dengan batasan waktu kerja shift
PEDOMAN
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Ruangan Unit Radiologi terletak dibagian sebelag Barat dari IGD sehingga
mudah dijangkau oleh IGD dan poli rawat jalan yang ada di RS TRIA DIPA .
Denah dan struktur bangunan Radiologi sebagai berikut
B. Standar Fasilitas
Unit Radiologi terdiri dari satu ruangan. Memiliki fasilitas ruangan yang terdiri
dari ;
- 1 Ruang X Ray
- 1 Ruang Operator ( Ruang Petugas )
- 1 Kamar Gelap
- 1 Ruang tunggu
- 1 Ruang USG ( terpisah dengan ruangan radiologi )
Ruang X Ray
Ruang X Ray berukuran 4.4 x 4.0 x 2.7 m terbuat dari bata dan dilapisi
dengan timbal setebal 2 mm. Ruang ini digunakan untuk pemeriksaan
kontras dan non kontras.
Fasilitas yang tersedia
- Pesawat X Ray mobile dengan kapasitas 120 mA dengan merk Listem
Mobiray
- Tempat Tidur pemeriksaan Pasien
- Standar Kaset
- Kaset Plate Detector DR ukuran 43 x 35 cm (1 Buah)
- Alat Proteksi Radiasi meliputi ;
Apron Single : 2 Buah
Thyroid Shield : 2 Buah
Shielding Single Pb : 1 Buah
Alat Proteksi Diri (APD) :
Handscoen
Masker wajah
Kamar Gelap
Fasilitas yang ada ;
1 Buat safety light
15 Buah hanger berbagai ukuran
PEDOMAN
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Foto Polos
a) Thorax
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memperlihatkan struktur morfologi
organ-organ dalam rongga toraks seperti jantung dan pembuluh darah
besar, paru-paru, rongga pleura dan struktur organ lainnya dalam
rongga mediastinum dan paru.
b) Abdomen / BNO
Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat kelainan yang ada pada organ –
organ dalam perut. Pemeriksaan organ – organ dalam perut.
c) Extremitas Atas dan Bawah
Tulang-tulang Ekstremitas
Pemeriksaan tulang-tulang ekstremitas bertujuan memperlihatkan
adanya fraktur, penyakit degeneratif atau destruksi tulang akibat
metastasis, tumor tulang primer atau penonjolan tulang.
Pemeriksaan ini dibuat foto pada posisi AP/Lateral atau AP/oblique.
d) Vetebra
Merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan pada daerah vertebra.
Tujuannya mendiagnosa / melihat adanya kelainan pada vertera
e) Skull
Merupakan pemeriksaan pada bagian kepala. Tujuannya untuk
mendiagnosa / melihat adanya kelainan di daerah kepala
f) Mastoid
Tujuannya untuk melihat cairan pada rongga mastoid
g) Waters
Tujuannya untuk melihat gambaran sinus paranasalis
PEDOMAN
h) Mandibula
Tujuannya untuk melihat kelainan atau fraktur pada mandibula
i) Tempora Mandibula Joint
Tujuannya untuk melihat kelainan pada tepora mandibula joint.
2. Ultrasonografi atau USG
Merupakan salah satu pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan daripada
organ cavum abdomen, cavum pelvis, urogenitalis. Tujuannya
mendiagnosa / melihat kelainan organ – organ diatas.
2. Perangkat Kerja
a) Seperangkat computer
b) Printer
c) Viewer
d) Lembar film
3. Tata laksana Expertise di Dalam Jam Kerja
PEDOMAN
2. Perangkat Kerja
a) Seperangkat computer
b) Printer
c) Viewer
d) Lembar film
3. Tata laksana Expertise Di Luar Jam Kerja
a) Radiografer menghubungi Dokter Spesialis Radiologi,
menginformasikan adanya hasil pemeriksaan radiografi yang perlu
dilakukan expertise.
b) Dalam kasus CITO (perlu expertise segera) Dokter Spesialis
Radiologi segera menuju Rumah Sakit Tria Dipa untuk melakukan
expertise sesuai permintaan yang ada.
c) Bila dalam keadaan normal/biasa, tidak dalam kasus CITO.
Expertise Radiologi dilakukan pada waktu tertentu (07.00 – selesai)
PEDOMAN
O.Kebijakan Profesi
1. Semua permintaan pemeriksaan Radiodiagnostik dan tindakan medik
dengan penggunaan radiasi dilakukan atas dasar adanya permintaan
tertulis dari dokter pengirim/merujuk yang dilengkapi dengan
keterangan klinis yang jelas.
2. Semua pemeriksaan dan tindakan radiologi yang menggunakan bahan
kontras, baik dalam bentuk cair dilakukan oleh dokter spesialis
radiologi.
3. Pemeriksaan radiologi tanpa kontras dilakukan oleh Radiografer atas
tanggung jawab dokter spesialis radiologi.
4. Pemberian interpretasi/hasil diagnosa/expertise/jawaban medis atas
hasil radiografi dilakukan oleh dokter spesialis radiologi.
5. Semua pemeriksaan dan tindakan yang menggunakan bahan kontras
radiografi guna kepentingan medis hanya dapat dilakukan apabila
telah dilengkapi dengan surat persetujuan pasien (inform concern)
setelah terlebih dahulu pasien/keluarga pasien diberikan penjelasan
tentang resiko tindakan medik yang akan dilakukan serta resiko
pemakaian bahan kontras radiografi.
6. Semua pekerja radiasi yang melakukan pemeriksaan medik radiasi
diwajibkan memakai personal monitoring radiasi yang secara berkala
di ukur besarnya paparan radiasi yang diterima oleh setiap pekerja
radiasi.
7. Pemeriksaan dan tindakan radiologi harus dilakukan di ruang radiologi.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pengidentifikasian kedua dilakukan saat pasien masuk ruang foto yakni saat
petugas foto memanggil nama penderita,maka petugas foto menanyakan
kembali nama lengkap penderita dan disuaikan dengan surat permintaan
foto/data orderan dalam SIM RS, setelah yakin sesuai maka pasien baru
dilakukan foto. Sebelum dilakukan foto radiografer menanyakan pada pasien
keluhan sakit yang dirasakan pasien, sisi kanan atau kiri yang dicocokkan
dengan surat permintaan foto, setelah yakin barulah dilakukan foto. Setelah
dilakukan foto kaset dan kitir nama dijadikan satu agar tidak tertukar dengan
pasien lain.
yang ada di surat permintaan foto/ data orderan dalam SIM RS dengan yang
ada di film.
Pengidentifikasian terakhir dilakukan diradiologi yakni pada saat
memberikan hasil foto kepada pasien dengan melihat kembali identitas difoto
dan lembar bacaan foto, selanjutnya pada saat menyerahkan hasil foto
kepada pasien maka petugas mencocokkan nota pembayaran foto dengan
hasil foto dan menanyakan lagi identitas pasien kepada pasien/keluarga
yang bersangkutan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi acuan guna mengurangi
resiko infeksi dalam melaksanakan pelayanan radiodiagnostik antara lain :
a. Gunakan alat pelindung diri (masker,handscoon) pada saat melakukan
foto khususnya foto yang menggunakan kontras dan pada pasien yang
terindikasi memiliki penyakit menular.
b. Buanglah sampah/limbah medis pada tempat yang terpisah dengan
sampah non medis.
c. Selalu gunakan prinsip ALARA dalam kegiatan pelayanan radiasi.
d. Gunakan alat proteksi radiasi yang ada (apron/shelding)
e. Selalu cuci tangan dengan sabun setelah memeriksa pasien
PEDOMAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Adapun zat zat tersebut mengandung resiko bahaya radiasi terhadap pekerja,
pasien dan lingkungan. Maka diperlukan pengamanan demi keselamatan pasien,
salah satu proteksinya sebagai berikut
1. Bagi pasien
1) Batasi lapang penyinaran/kolimasi pada bagian tubuh yang akan
diperiksa dengan lebar kolimasi yang efektif.
2) Bagi pasien hamil/menyusui gunakan baju apron untuk melindungi
organ-organ lain yang sedang sensitif.
3) Bagi petugas/keluarga/perawat yang membantu proses
pemeriksaan dan berada di ruang pemeriksaan pada saat expose
juga harus menggunakan baju apron.
2. Bagi Petugas / Radiografer
Wajib menggunakan alat ukur radiasi perorangan (Film badge, TLD dll)
yang terpakai terus / melekat di badan, tidak boleh diletakkan di tempat
lain agar nilai paparan radiasi yang diterima dapat diukur secara benar.
Alat ukur ini akan terus dievaluasi secara periodik oleh pihak yang
berkompeten (BPFK) sehingga jikalau ada petugas yang terkena paparan
radiasi melebihi dosis aman yang telah ditentukan dapat langsung
diketahui.
Menerapkan 3 (tiga) prinsip dasar keselamatan radiasi
a. Justifikasi, pengunaan radiasi dibenarkan jika manfaat lebih besar
daripada resikonya.
b. Limitasi, Dosis radiasi tidak boleh melebihi batas dosis yang telah
ditetapkan.
c. Optimisasi, Penerimaan radiasi harus diupayakan serendah
rendahnya dengan mempertimbangkan factor Ekonomi dan social.
PEDOMAN
BAB Vlll
PENGENDALIAN MUTU
BAB lX
PENUTUP