Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK,

IMAJING DAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL


RSUD SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO
TAHUN 2022

RSUD SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO

PROGRAM UNIT RADIOLOGI

DAFTAR ISI
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................. 2
1.3. Ruang Lingkup.................................................................................... 2
1.4. Batasan operasional............................................................................. 2
1.5. Landasan Hukum................................................................................. 3

BAB II. STANDAR KETENAGAAN


1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia................................................. 5
2. Distribusi Ketenagaan..................................................................... 7
3. Pengaturan jaga............................................................................... 7

BAB III. STANDAR FASILITAS


A. Denah instalasi radiologi...................................................................... 9
B. Fasilitas Radiologi................................................................................ 10

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


4.1. Pendaftaran Pemeriksaan.................................................................... 12
4.2. Jenis Pemeriksaan ............................................................. 12
4.3. Pelaksanaan Pemeriksaan ................................................. 13
4.4. Penggunaan Alat Computed Radiograpy (CR) ................. 13
4.5. Pemberian Expertise ......................................................... 13
4.6. Penyerahan Hasil ............................................................... 13
4.7. Pelayanan Pemeriksaan Dengan Perjanjian ...................... 14
4.8. Pelayanan Rujukan ........................................................... 14
4.9. Kerangka waktu pelayanan radiologi................................. 17

BAB V LOGISTIK.................................................................................. 18

BAB VI KESELAMATAN PASIEN........................................................ 19

BAB VII KESELAMATAN KERJA........................................................ 21

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU......................................................... 23

BAB IX PENUTUP ................................................................................... 30

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya
manusia yang berkualitas dan produktif dan kesehatan bukanlah semata - mata merupakan
tanggung jawab departemen kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari seluruh sektor,
termasuk masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya
pembangunan dan kondisi lingkungan sosial masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status
kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, partisipasi
aktif lintas sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta sangatlah diharapkan.

Menciptakan kondisi kesehatan masyarakat telah terbingkai dalam pembangunan


kesehatan yang tertuang dalam Undang - Undang Nomor 23 tahun 1992, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu tujuan dari
pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan
kesehatan pemerintah maupun swasta. Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan masyarakat
akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya.

Rumah Sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan medis
sebagai bentuk pendukung dari pelayanan bermutu kapada masyarakat, salahsatu diantaranya
adalah pelayanan Radiologi dan diagnostik imejing yang sesuai dengan standar nasional dan
nyaman untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien.

Pemeriksaan Radiologi merupakan pelayanan penunjang medis yang bertujuan


membantu menegakkan diagnose dimana hasil pemeriksaannya expertice dilakukan oleh
Spesialis Radiologi. Instalasi radiologi dalam operasionalnya memanfaatkan radiasi pengion
dalam hal ini Sinar - X yang telah diketahui selain manfaatnya juga efek atau dampak negative
dari sinar - X perlu mendapat perhatian dengan mengadakan program proteksi radiasi untuk
menjamin keamanan radiasi dan sumber radiasi.

Selain sinar-x pemeriksaan radiologi di RSUD STS Tebo bahan habis pakai seperti film
dan reagen yang perlu di lakukan pengadaan sehingga dapat menjamin kelancaran pelayanan
radiologi.

Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Pedoman Pelayanan Radiologi, yang


disusun dari berbagai buku acuan dan standar Kemenkes 1014/Menkes/SK/XI/2008, yang
disesuaikan dengan kondisi RSUD Sultan Thaha Sifuddin Tebo sehingga dapat memberikan
gambaran Pelayanan Instalasi Radiologi dari sisi landasan hukum. mekanisme pelayanan,
sarana pendukung SDM (AP 6.3), logistik dan fasilitas setara peralatan, sanitasi dan K3, dan
tak kalah penting pembiayaan dan pengawasan dan pengendalian mutu. Buku standar
3
pelayanan Instalasi Radiologi ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari.

B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan Radiodiagnostik, Imajing dan Radiologi
intervensional Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha Saifuddin Kab. Tebo.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan Instalasi radiologi di RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo mempunyai ruang
lingkup Radiodiagnostik Konvensional (sederhana) dan Imajing/Ultrasonografi (USG).

D. Batasan Operasional
1. Radiologi
Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk
energi lainnya (nonpengion) dalam bidang diagnostik imejing dan terapi, yang meliputi
energi pengion lain dihasilkan oleh generator dan bahan radioaktif seperti antara lain Sinar
Rontgen (Sinar X), sinar gama, pancaran partikel pengion (elektron, neutron, positron dan
proton) serta bukan energi pengion (non pengion) seperti antara lain gelombang ultrasonik,
gelombang infra red, gelombang magnetis, gelombang mikro (microwave) dan radio
frekwensi.
2. Radiodiagnostik Imaging
adalah cabang dari Ilmu Radiologi dalam bidang diagnosik yang menggunakan alat-alat
yang memancarkan energi radiasi pengion maupun bukan pengion (nonpengion) yang
dihasilkan oleh generator dan bahan radioaktif yang menghasilkan citra (image) dari
morfologi tubuh manusia dan faal tubuh manusia untuk diagnosis medis yang menggunakan
sinar rontgen (sinar x), sinar inframerah, radio nuklir, gelombang ultrasonik, gelombang
magnetis dan emisi positron.
3. Pelayanan Radiologi Konvensional (Sederhana)
adalah pelayanan penunjang untuk diagnostik dengan menggunakan peralatan radiologi
sederhana yang meliputi pemeriksaan Thorax dan Abdomen/polos.
4. Standar Pelayanan Radiologi
adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau kelas rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan radiologi tersebut.
5. Pesawat X-Ray Sederhana
adalah peralatan radiodiagostik yang paling sederhana (radiografi dan fluroskopi).
6. Tenaga Profesional / Formal Radiologi adalah tenaga yang mencakup: dokter spesialis
radiologi (Radiologist), Radiografer.
7. Tenaga Penunjang Radiologi adalah tenaga yang mencakup: Teknisi Pesawat Rontgen
pesawat Radiologi, petugas administrasi radiologi, petugas kamar gelap/ CR.
8. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah kumpulan instruksi/langkah-langkah yang telah
dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.

4
9. Tim Monitoring Pelayanan Radiologi adalah tim yang berada di Dinas Kesehatan yang
bertugas memonitor dan membina pelayanan radiologi yang berada diwilayahnya.
10. Foto Rontgen
adalah pemeriksaan organ tubuh manusia yang menggunakan sinar X, yaitu gelombang
elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek (0,05 A - 0,125
A) sehingga mempunyai daya tembus tinggi dan didokumentasikan di film rontgen.
11. USG (Ultrasonografi)
ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan organ tubuh manusia dengan menggunakan
gelombang suara yang frekwensinya 1-10 juta Hz.
12. Informed Concent
Informed Concent adalah surat persetujuan pasien/keluarga untuk pelaksanaan tindakan
medis.
13. Apron adalah alat pelindung diri dari radiasi sinar X
14. Grid adalah suatu alat berbentuk lempengan berisi kisi-kisi, berfungsi untuk menghilangkan
sinar hambur yang mengenai kaset.
15. Developer dan Fixer adalah zat kimia yang berfungsi untuk memproses film sehingga
terbentuk bayangan tampak.
16. Marker adalah tanda atau kode yang terbuat dari bahan tidak tembus sinar X yang berfungsi
untuk indentifikasi pasien.
17. Kaset adalah alat yang digunakan untuk menempatkan film sehingga terlidung dari cahaya
pada saat pemeriksaan rontgen
18. Pemeriksaan khusus dengan Media kontras adalah pemeriksaan yang menggunakan media
kontras, meliputi : BNO-IVP, colon in loop, cystografi, ureterografi, barium follow through,
fistulografi, CT Scan (Abdomen Kontras, Kepala Kontras, SPN Kontras dll).
19. AP (Antero Posterior) yaitu arah sinar dari sisi pasien menuju ke sisi belakang pasien
sejajar bidang sagital.
20. Lateral yaitu arah sinar dari sisi samping pasin atau sejajar dengan bidang coronal pasien.
21. Oblique yaitu arah sinar membentuk sudut 45° dari bidang sagital atau coronal pasien.
22. Prosedur Mutu adalah prosedur kerja yang mengatur pekerjaan secara umum di Instalasi
radiologi
23. Instruksi kerja adalah pedoman langkah-langkah kerja teknis di Instalasi Radiologi

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730)

5
5. Peraturan MENKES No.366.MENKES/PERA71997, tentang Penyeleng-garaan Pelayanan
Radiologi

6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Sumber Radiasi Pengion dan
Bahan Nuklir (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4839)
7. Buku Pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan
Lainnya.
8. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1992 tentang Tenaga Kesehatan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam upaya mempersiapkan tenaga radiologi yang handal, perlu kiranya melakukan
kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah
mendayagunakan sumber-sumber seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat
disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi
dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.
Memperhatikan Permenkes No. Permenkes No.780/MENKES/PER/VIII/2008 ttg
Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi, Kepmenkes No.1014/MENKES/SK/XI/2008 ttg
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan sbb:
No. Kualifikasi Jabatan Pendidikan Keterampilan Teknis
1. Dokter Spesialis Radiologi Dokter spesialis (Sp.1/Sp.2) SIP, STR dan Sertifikat
2. Radiografer D-III / D-IV / S-1 / S-2 STR, Sertifikat Dan
Lisensi
3`. Pengadministrasian Umum SLTA / D-3 Umum Dapat Mengoperasikan
computer

1. Kualifikasi Khusus
Setiap Unit Kerja mempunyai kualifikasi khusus untuk tenaga kerja yang diperlukannya,
khususnya tenaga kesehatan harus berdasarkan profesinya masing-masing. Standar Profesi
adalah batasan-batasan yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada klien/pasien secara professional. Standar Profesi tersebut terdiri
dari :
a. Standar Kompetensi, yaitu semua hal yang mencakup tentang pelaksanaan tugas
seorang tenaga kesehatan mulai dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam
mengerjakan dan menyelesaikan di tempat kerja serta menerapkannya dalam situasi dan
lingkungan yang berbeda.
b. Etika Profesi, yaitu semua hal yang mencakup tentang hak dan kewajiban yang harus
dijalankan oleh seorang tenaga kesehatan.
2. Kualifikasi Penarikan Calon (Recruitment) dan Seleksi Karyawan
a. Penarikan Calon (Recruitment) Karyawan
Penarikan calon adalah aktivitas atau usaha yang dilakukan untuk mengundang para
pelamar sebanyak mungkin sehingga Instalasi Radiologi memiliki kesempatan yang luas
untuk menemukan calon yang paling sesuai dengan tuntutan jabatan yang diinginkan.
Penarikan calon dilakukan karena berdasarkan analisa kebutuhan tenaga,
ditemukan jumlah pasien dan kegiatan tidak seimbang dengan jumlah tenaga yang ada.

7
Dilihat dari sumbernya penarikan calon karyawan dapat dilakukan dengan cara,
yaitu:
a. Dari luar RSUD sultan Thaha Saifuddin Kab. Tebo (external resources)
Proses penarikan calon dari luar RSUD sultan Thaha Saifuddin Kab. Tebo ini
dapat dilakukan dengan cara:
- Dari mulut ke mulut.
- Iklan media cetak.
- Lembaga-lembaga pendidikan
b. Penyaringan / Seleksi Calon (selection) Karyawan
Seleksi adalah proses menyeleksi pelamar, sehingga Instalasi Radiologi dapat
memperoleh karyawan yang paling sesuai dengan tuntutan jabatan yang diinginkan.
Proses seleksi yang dilakukan oleh Instalasi Radiologi ini menyangkut pengetahuan
dan kemampuan dalam menjalankan funssi Radiologi.
Kompetensi yang harus dimiliki adalah :
a. Berlatar belakang pendidikan D3 Radiodiagnostik
b. Pengetahuan tentang manajemen Radiologi meliputi: Perencanaan dan evaluasi
manajemen rumah sakit
c. Sumber daya pelayanan kesehatan
- Berkomunikasi dengan tenaga kesehatan dari berbagai profesi
- Mengetahui kriteria dan jenis tenaga kesehatan serta pengembangan karirnya
- Mampu melaksanakan pemeriksaan khusus dan non khusus radiologi.
- Mampu mengoperasikan alat radiologi
d. Pengetahuan tentang proteksi radiasi
e. Surat izin bekerja (SIB) dan sebagai petugas proteksi radiasi akan lebih di
utamakan.
f. Teknologi informasi
- Kemampuan menjalankan komputer
- Gunakan multi media
Bentuk tes yang dilakukan terdiri atas :
a. Tes Tertulis
Tes tertulis diberikan dalam bentuk essay terdiri dari 20 soal, dengan materi soal
sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki teknisi farmasi seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya. Batas kelulusan adalah 70% benar.

b. Tes Keterampilan
Tes ketrampilan yang diujikan meliputi:
1) Dapat membaca resep
2) Dapat mempersiapkan obat sesuai dengan resep

8
c. Tes Kesehatan
Standar yang harus dimiliki oleh teknisi farmasi :
3) Sehat
4) Tidak buta warna
5) Berpenampilan rapi dan menarik
d. Tes Wawancara
Tes ini dilakukan untuk mengetahui peminatan terhadap penyelenggaraan
farmasi, pandangan terhadap penyelenggaraan farmasi yang berorientasi terhadap
kepuasan pelanggan.

B. Distribusi Ketenagaan
Berdasarkan Permenkes No.780/MENKES/PER/VIII/2008 ttg Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi, Kepmenkes No.1014/MENKES/SK/XI/2008 ttg Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan Ketenagaan di Radiologi RSUD Sultan
Thaha Saifuddin Tebo telah sesuai yaitu sebanyak 9 orang dengan rincian sebagai berikut:
No Kualifikasi Jabatan Pendidikan Jumlah Keterampilan Teknis
1. Dokter Spesialis Radiologi Dokter spesialis 1 orang SIP, STR dan
Sertifikat
2. Radiografer D-III Radiologi 9 orang STR, Sertifikat Dan
Lisensi
3 Petugas Proteksi Radiasi D-III Radiologi 1 orang SIB, STR, SIK
3`. Pengadministrasian Umum SLTA 1 orang Dapat
Mengoperasikan
komputer

C. Pengaturan Jaga
Hari kerja di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo
petugas instalasi pelayanan langsung dengan pasien adalah 7 (tujuh) hari kerja seminggu
dengan pembagian jadwal kerja ada tiga shift.
Pengaturan tenaga kerja di RSUD Sultan Thaha Saifuddin ini berdasarkan shift dan
non shift dengan ketentuan Jam kerja :
a. Bagi Petugas dinas 3 shift :
- Dinas Pagi : Jam 08.00 WIB – 14.00 WIB
- Dinas Siang : Jam 14.00 WIB – 20.00 WIB
- Dinas Malam : Jam 20.00 WIB – 08.00 WIB

9
BAB III
STANDAR FASILITAS RADIOLOGI

A. DENAH INSTALASI RADIOLOGI


Gambar 1
Spesifikasi Ruangan Instalasi Radiologi
SELATAN

10
N

L O

I H I M
K K

G E
F
D

C C

UTARA

KETERANGAN GAMBAR
A Pintu Masuk I Ruang Kntrol Panel
B Koridor Pintu Depan J WC Petugas
C Ruang Tunggu K WC Pasien
D Front Office L Ruang Periksa II
E Ruang Pertemuan M Ruang ganti pakaianPasien
F Ruang USG N Ruang Kamar Gelap
G Ruang kerja Radiografer O Ruang Periksa I
H Ruang CR dan identifikasi film P Standing Bucky

B. FASILITAS RADIOLOGI

Instalasi Radiologi berdiri pada lahan seluas 1000 m2. Instalasi Radiologi memiliki
fasilitas ruang yang terdiri dari:

 2 Ruang Radiologi Konvensional


 2 Ruang Operator Radiologi/kontrol panel

11
 1 Ruang USG
 1 Ruang kerja radiografer
 1 front office
 Ruang Tunggu Pasien
 1 kamar mandi pasien.
 1 kamar ganti pakaian pasien
 2 kamar mandi petugas.
 1 Ruang CR
 1 Ruang Kamar Gelap
 1 Ruang pertemuan

1. Ruang Radiologi Konvensional ( Ruang Shimadzu Circlex 400 mA )

Ruang pemeriksaan dengan ukuran 6 m x 6,9m Tembok terbuat dari bata dengan
ketebalan 35 cm dilapisi dengan timbal setebal 2 mm. Ruang ini digunakan untuk
pemeriksaan radiologi dan non kontras.

Fasilitas yang tersedia pada ruangan radiologi konvensional adalah :

 Buckystand
 Lemari perlengkapan
 1 Buah Kamar Mandi Pasien
 Pesawat X Ray stasioner berkapasitas 400 mA dengan 1 meja pemeriksaan merk
Shimadzu
2. Ruang Operator

Ruang operator dengan ukuran 2 m x 2 m. Tembok terbuat dari bata dengan ketebalan 35
cm dilapisi dengan timbal setebal 2 mm. Ruang ini digunakan untuk pengopersian alat
radiologi.
Fasilitas yang tersedia pada ruang operator adalah : Digital consul

3. Front Office
Ruang administrasi dan Pengambilan Hasil berukuran 15 x 6 m.
Fasilitas yang ada didalamnya adaiah :
 1 meja front office Alat Tulis dan Buku Registrasi
 1 Instalasi Telepon
4. Ruang USG
Ruang USG berukuran 3,5 m x 3 m. Fasilitas yang ada didalamnya adalah:
 1 unit Usg
 1 Instalasi Viewing Box
 1 unit AC
12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENDAFTARAN PEMERIKSAAN

13
Pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter. Dalam hal ini dokter
yang meminta pemeriksaan dapat terjadi kemungkinan sebagai berikut:

1. Dokter Internal RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo:


a. Dokter Pengirim dari RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo baik pasien rawat inap
maupun rawat jalan harus mengisi Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi di
sertai klinisnya sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.
b. Pasien rawat jalan membawa sendiri Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi dari
dokter pengirim ke Instalasi Radiologi.
c. Pasien rawat inap, perawat ruangan mengantarkan pasien rawat Inap untuk
pemeriksaan Radiologi ke Instalasi Radiologi. Apabila pemeriksaan memerlukan
persiapan, perawat cukup menghubungi radiografer untuk menjadwalkan pemeriksaan.
2. Dokter Eksternal RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo
a. Pasien rawat jalan dari luar yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi harus
membawa surat pengantar pemeriksaan radiologi dari dokter pengirimnya.
b. Petugas membuat kembali surat permintaan radiologi dari RSUD Sultan Thaha
Saifuddin Tebo untuk menyertai surat pengantar pemeriksaan radiologi dari dokter
pengirim luar

B. JENIS PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Rutin ( Non Kontras / Tanpa Persiapan )
a. Kepala
b. Sinus Paranasal ( SPN )
c. Thorax AP/PA/Lateral
d. Abdomen / BNO
e. Abdomen 3 Posisi
f. Pelvis
g. Extremitas Atas (Humerus. Antebrachi, Manus)
h. Extremitas Bawah (Femur, Cruris, Pedis, Genu, AnLe. Calcaneus Hip Joint)
i. Columna Vertebrae (Cervical, Thoracal, Lumbal, Sacral, Cocygeus)
2. Pemeriksaan Panoramik
a. pemeriksaan panoramik
b. pemeriksaan chepalo metri
c. pemeriksaan TMJ

C. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan radiologi tanpa kontras
a. Petugas radiologi membaca formulir pemeriksaan
b. Menginput data dan pemeriksaan pada alat CR (Computed Radiografi)
14
c. Mempersiapkan peralatan radiologi dengan mengatur faktor kondisi mAs dan KV
sesuai dengan organ tubuh yang diperiksa.
d. Pasien diposisikan sesuai dengan SPO
e. Atur Central Ray, Central Point dan FFDnya
f. Lakukan exposure atau penyinaran
g. Barcode Kaset CR yang telah di exposure pada alat CR
h. Edit Radiograf pada alat CR
i. Print hasil radiografi yang sudah di edit
2. Pemeriksaan radiologi panoramik
a. Petugas radiologi membaca formulir pemeriksaan
b. Mempersiapkan film dan kaset untuk panoramik
c. mengatur faktro exposi
d. mengetur posisi pasien
e. memprosesing film
D. PENGGUNAAN ALAT CR ( COMPUTED RADIOGRAFI )
Petugas Radiologi dalam mencetak film hasil foto menggunakan alat CR. Alat CR ini
bekerja dengan menggunakan sistem komputerisasi dalam menghasilkan foto.
E. PEMBERIAN EXPERTISE
Pemberian expertise dilaksanakan oleh dokter spesiaiis radiologi dengan standar
sebagai berikut:
1. Di dalam jam kerja
2. Di luar jam kerja :
a. Pemeriksaan cito
b. Pemeriksaan non cito
F. PENYERAHAN HASIL
1. Pasien Rawat Jalan Luar dan Dalam
 Petugas radiologi menulis identitas pasien di sampul foto pada pasien yang telah di
lakukan pemeriksaan
 Semua pemeriksaan radiologi yang telah dilakukan mendapat expertise dari dokter
spesialis radiologi dan di asisteni oleh petugas radiologi
 Pasien rawat jalan mengambil sendiri foto dan hasil pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan slip pengambilan
 Ketika pasien mengambil hasil, pasien harus menulis nama dan tanda tangan pada
buku pengambilan foto

2. Pasien Rawat Inap


 Petugas ruangan atau perawat mengambil Foto dan hasil pemeriksaan Radiologi dan
mencatat pada Buku pengambilan foto.
G. PELAYANAN PEMERIKSAAN DENGAN PERJANJIAN

15
Pelayanan oleh petugas radiologi yang dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.
Hal itu di karenakan pemeriksaan tersebut butuh persiapan / perencanaan sesuai dengan
prosedur yang sudah di tetapkan. Adapun tujuan dilakukannya pemeriksaan dengan perjanjian
adalah sebagai berikut:
a. Agar pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan yang di rencanakan
b. Mempersiapkan keadaan pasien secara psikologis
c. Agar pelaksanaan pemeriksaan lebih terjadwal dan teratur.

H. PELAYANAN RUJUKAN
Rujukan adalah sebuah upaya pasien inap jalan Radiologi keluar Rumah Sakit yang
memiliki fasilitas lebih lengkap dengan tujuan Agar pasien Radiodiagnostik, Imajing dan
Radiologi Interensional mendapatkan pelayanan dengan fasilitas yang diperlukan.RSUD
Sultan Thaha Saifuddin Kab. Tebo bekerjasama dengan RSUD H. Hanafie Ma. Bungo dalam
pelayanan rujukan termasuk pelayanan rujukan Radiologi.
Adapun prosedur rujukan tersebuat adalah sebagai berikut:
a. Dokter Poli, Rawat Inap, IGD Atau Dokter DPJP Pasien Membuat /Mengisi Permintaan
Layanan RIR Rujukan Pada Formulir Permintaan RIR.
b. Dokter Atau Perawat Memberikan Informasi (Edukasi) Dan Persetujuan Layanan RIR
Rujukan Kepada Pasien Atau Keluarga Pasien Serta Tertuang Dalam Lembaran Edukasi
Pasien.
c. Perawat Menghubungi Dan Menyampaikan Informasi Kepada Instalasi/Unit RIR
Rumah Sakit Akan Adanya Pelayanan RIR Rujukan.
d. Petugas Radiologi Melakukan Verifikasi Persyaratan Berkas (Dokumen), Meliputi :
1) Surat Permintaan Layanan RIR Rujukan
2) Surat Pengantar Layanan RIR rujukan
3) Surat Jaminan Pembayaran (BPJS/Umum)
e. Petugas Radiologi Menghubungi Layanan RIR Rujukan Dengan Menginformasikan
Rencana Pemeriksaan RIR
f. Petugas Radiologi Menghubungi Perawat /Pasien Untuk Menginformasikan Kapan
Dilakukannya Pemeriksaan (Tanggal Dan Jam), Persiapan Pasien Sebelum
Pemeriksaan, Persiapan Berkas/Dokumen Persyaratan Yang Dibawa, Dsb.
g. Pasien Dan Atau Bersama Perawat (Rawat Inap) Menuju Layanan RIR Rujukan, Sesuai
Waktu Layanan Yang Ditetapkan.
h. Pasien Melakukan Pemeriksaan RIR Rujukan Sampai Dengan Didapatkannya Hasil
Expertise Layanan RIR Yang Diberikan Oleh Rumah Sakit Rujukan.
i. Pasien Dan Atau Perawat Memberikan Hasil Layanan RIR Rujukan (Lembar Hasil
Expertise Hasil Radiografi (Lembar Film) dan Atau Lembar Kertas Ultrasonografi
(USG) ke dokter yang merujuk untuk direview dan segera diberikan ke dokter DPJP
untuk segera dilakukan tindakan lebih lanjut,

16
I. Kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan radiologi klinik reguler dan cyto

a. Waktu tunggu adalah waktu yang digunakan pasien untuk


mendapatkan pelayanan radiologi mulai tempat pendaftaran sampai
mendapatkan hasil expertise. Memberlakukan

b. Waktu Tunggu pelayanan cyto ≤ 1 jam

c. Waktu tunggu pelayanan reguler ≤ 2 jam

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan barang -barang logistik radiologi terdiri dari :


17
1. Film
2. Alat tulis kantor (ATK)

Pengelolan kebutuhan logistik meliputi alur, perencanaan, permintaan, penyimpanan,


penggunaan, pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut:

1. Film
Alur pengamparan film x ray (agfa)

Pj.logistik Ka.Ruangan Gudang


radiologi Radiologi Farmasi

a. Permintaan
Permintaan bahan habis pakai dilakukan setiap awal bulan sesuai jadwal ke gudang
farmasi. Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok barang di radiologi kosong maka
permintaan barang bisa dilakukan sewaktu - waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.
b. Penyimpanan
Penyimpanan film dilakukan di gudang farmasi
c. Penggunaan
Penggunaan film dengan memperhatikan waktu kadaluarsa. Barang yang memiliki
waktu kadaluarsa paling pendek digunakan terlebih dulu. Obat kontras yang di gunakan
sesuai dengan dosis yang telah di tentukan.
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan film dilakukan setiap bulan, pada saat membuat laporan
bulanan.

2. Alat Tulis Kantor dan Linen


a. Alur

Pelaksana Ka. Instalasi Bag Logistik


Sarana Radiologi Umum

b. Perencanaan

Petugas radiologi mendata kebutuhan barang barang cetakan, alat tulis dan alai rumah
tangga setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke Bagian Rumah Tangga.
Rencana kebutuhan berdasar pemakaian tahun lalu dan ditambah 10%.

c. Permintaan

Petugas radiologi mengajukan permintaan alat tulis kantor / barang cetakan berdasarkan
kebutuhan tiap bulan.

18
d. Penyimpanan dan pemakaian

Penyimpanan dilakukan di gudang radiologi untuk pemakaian selama sebulan.


Pemakaian sesuai kebutuhan.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

19
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi soiusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan melalui
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Di RSUD Sultan Thaha Saifuddin
Tebo kegiatan ini dilakukan melalui: monitoring indikator mutu pelayanan tiap Instalasi kerja
terutama yang terkait dengan pelaksanaan patien safety, tindakan preventif, pengendalian
proses/produk tidak sesuai, tindakan korektif dan audit mutu internal

1) Monitoring indikator mutu pelayanan

Kegiatan ini merupakan kegiatan asesmen risiko. Indikator mutu pelayanan rumah sakit dan
Instalasi kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman mutu Pelayanan, Pedoman mutu
pelayananan Instalasi radiologi secara rinci ada pada BAB IX Pengendalian mutu. Indikator
mutu pelayanan yang menyangkut patien safety secara rinci dapat dilihat pada format
indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan. Indikator tersebut merupakan
milik Instalasi kerja, ditentukan periode pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi
penyimpangan atau terjadi kejadian tidak diinginkan pimpinan Instalasi melaporkan pada
pertemuan manajemen seperti diatur pada tindakan preventif.

2) Tindakan preventif

Tindakan preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui
pencegahan kejadian tidak diinginkan dan peralatan yang memenuhi K3 dan pertemuan rutin
20
di rapat struktural seminggu sekali, morning report, evaluasi prosedur tiap 3 bulan dan audit
internal.

3) Pengendalian proses/produk tidak sesuai

Pengendalian adalah identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien. Kejadian tidak diinginkan yang menyangkut keselamatan pasien juga merupakan
salah satu mekanisme pengendalian proses/produk tidak sesuai. Identifikasinya melalui:
audit mutu internal, audit mutu eksternal, temuan oieh manajemen, laporan pelanggan.
Lapoan identifikasi tersebut ditindak lajuti melalui: rapat tertututup direksi dan kepala
bidang, ketua komite dan Instalasi terkait untuk menemukan akar permasalahan dan jalan
keluarnya. Kepala bidang melakukan perbaikan sesuai dengan tindakan korektif.

4) Tindakan korektif

Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Tindakan korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan tertutup
oieh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi . Hasil inspeksi harus menunjukan telah
dilakukannya tindakan koreksi.

5) Audit mutu internal

Audit mutu internal dilakukan tiap 6 bulan. Audit mutu eksternal tiap tahun. Audit mutu
dilakukan unu.k menilai proses dan sasaran mutu, termasuk didalamnya pelaksanaan
keselamatan pasien melalui indikator mutu pelayanan.

BAB VII

21
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara - cara
melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang
yang berada di rumah sakit termasuk instalasi radiologi. dengan demikian keselamatan kerja
adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah sakit serta
masyarakat di sekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses kerja.
Sehingga jelas bahwa keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera,
cacat/kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara
luas.

B. Tujuan Keselamatan Kerja


1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan
2) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya paparan sinar radiasi
3) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis
4) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
5) Menerapkan ergonomi di tempat kerja
6) Mengamankan dan memelihara alat-alat perlengkapan radiologi
7) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
8) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
9) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi kecelakaan kerja di radioiogi secara garis besar, diantaranya :
1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a) Terpapar radiasi
b) Terjatuh
c) Tersandung benda
d) Terbentur alat
e) Terkena arus listrik dll.
2) Klasifikasi menurut agen penyebabnya
f) Alat - alat radiologi seperti kesetrum, terbentur, radiasi
g) Lingkungan kerja, seperti ruangan panas, pencahayaan kurang.

3) Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya


22
h) Efek terkena radiasi
i) Efek terkena arus listrik
j) Patah tulang
k) Keseleo/dislokasi/terkilir
l) Kenyeriaan otot dan kejang
m) Luka tergores
4) Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka
n) Kepala, leher, badan, lengan, kaki dan berbagai bagian tubuh lainnya
o) Luka umum dsb
5) Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerja yang di lakukan instalasi radiologi RSUP Dr M Djamil
Padang diantaranya adalah :
1) Desain ruangan
Ruangan radioiogi di desain sesuai dengan aturan yang berlaku seperti luas ruangan di
desain lebih dari ukuran standar yaitu 15 m (panjang) x 15 8m (lebar) x 3,5m (tinggi);
WC dilengkapi dengan keset kering untuk mencegah jatuh terpeleset; ruangan ber AC.
2) Pengoperasian dan pengendalian
Alat - alat telah terpasang grunding untuk mencegah terjadinya setrum dan telah ada
catatan penggunaan alat kerja sehingga kesalahan penggunaan alat dapat dihindari.
3) Pencegahan kesalahan manusia
Pencegahan manusia dapat dilakukan dengan cara : adanya SPO pekerjaan. pelatihan
kerja, adanya komunikasi antar pekerja, tanda - tanda penggunaan aiat cukup jelas.
4) Pemeliharaan dan monitoring
Kalibrasi alat rutin di lakukan untuk menjadi alat selalu baik serta pemeliharaan
kebersihan alatnya.
5) Pengawasan
Kinerja petugas selalu di evaluasi berdasarkan hasil kerja sehingga mutu pelayanan
tetap terjaga. Penambahan wawasan pekerjaan dilakukan dengan mengadakan kegiatan
pelatihan baik internal maupun eksternal.

23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian

Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap jenis pelayanan
haruslah mempunyai indikator dan standamya. Dengan demikian pengguna jasa dapat
membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan standarnya.

B. Indikator Mutu Pelayanan dan Standar Mutu Instalasi Radiologi

Mutu terkait dengan Input, Proses, Output. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan
dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu indikator mutu input, proses dan output.
Pengukuran ketiga indikator tersebut sebagai berikut:

1. Indikator input

Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan,
diantaranya tenaga, fasilitas, peralatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Indikator input Instalasi Radiologi diperlukan agar
manajemen dapat mengevaluasi sejauh mana kemampuan manajemen memenuhi
sumberdaya di Instalasi Radiologi. Indikator input adalah kelengkapan peralatan,
kelayakan peralatan dan ketersediaan SDM. Penjelasan masing-masing indikator sebagai
berikut

a. Kelengkapan Peralatan
• Tujuan

Untuk menilai sampai sejauh mana manajemen berhasil memenuhi kelengkapan


minimal peralatan medis pada masing - masing Instalasi pelayanan.

• Cara Mengukur :

∑ Bobot Peralatan yang ada


∑ Bobot Peralatan sesuai Standar
• Sumber Data

Daftar Inventaris Rumah sakit /Sistem Informasi Manajemen Aset

• Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Buku


• Petugas Pengukur : Masing - masing Instalasi Pelayanan
• Pemilik Indikator Bidang Pelayanan Medis
• Standar: 80%
b. Kelayakan Peralatan
• Tujuan

24
Untuk memenuhi sampai sejauh mana manajemen berhasil memenuhi kelayakan
minimal peralatan medis pada masing - masing Instalasi pelayanan.
• Cara Mengukur

∑ Peralatan yang memiliki sertifikat kalibrasi x 100 %


∑ Peralatan yang wajib kalibrasi
∑ Peralatan dengan kondisi baik x 100 %
∑ Peralatan yang ada
• Sumber Data :Laporan Hasil Inventarisasi Peralatan
• Waktu Pengukuran :Akhir Tahun Anggaran
• Petugas Pengukur :Masing - masing Instalasi Pelayanan . Pemilik Indikator:
IPAME
• Standar: 80%
c. Ketersediaan SDM
• Tujuan
Untuk menilai sampai sejauh mana Rumah sakit berhasil memenuhi ketersediaan
tenaga pelayanan minimal sesuai Rumah Sakit Type B.
• Cara Mengukur:

∑ Tenaga per unit pelayanan x Bobot x 100 %


∑ Tenaga sesuai Standar x Bobot
• Sumber Data: Daftar Pegawai
• Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Anggaran
• Petugas Pengukur : PJ Personalia Instalasi Radiologi
• Pemilik Indikator : Sub Bagian Kepegawaian
• Standar: 80%
d. Ketersediaan Ruangan
• Tujuan

Untuk memenuhi sampai sejauh mana manajemen berhasil memenuhi kelengkapan


minimal luas ruangan pelayanan medis sesuai Rumah Sakit Type B.

• Cara Mengukur :

∑ luas ruangan per unit pelayanan x 100 %


∑ luas ruangan sesuai standar
• Sumber Data : Daftar Inventaris Gedung
• Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Anggaran
• Petugas Pengukur : PJ Sarana prasarana Instalasi Radiologi
• Pemilik Indikator: Sub Bag Rumah Tangga
• Standar: 80%

25
2. Indikator proses
Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
a. Dilaksanakannya Audit Mutu Internal setahun 2X, sesuai dengan Prosedur Mutu Audit
Mutu Internal
b. Dilaksanakannya Audit Mutu ekstemal maksimal sesuai dengan ketetapan ISO
c. Dilaksanakannya survey akreditasi tiap 3 tahun sekali, sesuai dengan jadwal survei
akreditasi.
d. Dilaksanakan evaluasi kegiatan pelayanan Instalasi Radiologi tiap bulanan
3. Indikator output
Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan alat untuk menilai mutu pelayanan.
Sasaran mutu Instalasi Radiologi tertuang dalam Manual Mutu. Tabel berikut adalah
Indikator mutu pelayanan radiologi, yang merupakan salah satu jenis pelayanan dari
indikator mutu pelayanan rumah sakit

Tabel 8.1
Indikator Mutu Pelayanan Radiologi

Standar
No Jenis Pelayanan Indikator Pelayanan
Minimal (SPM)
1. Radiologi a. Angka keterlambatan Penyerahan hasil 20%
a. Foto Polos
b. Foto Polos Cito
c. USG
b. Angka pengulangan pemeriksaan 20%
c. Angka penolakan expertise 20%
d. Angka kejadian yang tidak diharapkan 20%
(KTD)
e. Angka ketidak puasan pasien 20%

Agar indikator tersebut dapat dimonitor diorganisir dan dievaluasi diperlukan informasi
formula penghitungan, standar minimal, periode pengukuran, sumber data, pengumpul data,
pembuat laporan dan periode analisa. Hal tersebut dijelaskan pada profil indikator kinerja.
Penjelasan profil indikator kinerja mutu masing-masing indikator sebagai berikut:

26
Tabel 8.2
Indikator Kinerja Angka keterlambatan penyerahan hasil foto

1. Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (waktu)

2. Indikator kinerja Keterlambatan penyerahan hasil

3. Tujuan Untuk mengetahui ketepatan waktu pelayanan

4. Formula Jumlah pemeriksaan foto yang selesai melebihi

Waktu pemeriksaan yang ditetapkan


x100%
Jumlah seluruh pemeriksaan foto sesuai jenisnya

5. Standar Kerja minimal Foto polos rutin dan cito 10 %

Foto kontras rutin 15%

Foto kontras cito, USG: rutin dan cito , CT Scan kepala 10%

Bed foto rutin 85%,

Bed foto cito 10%

6. Periode pengukuran Tiap bulan

7. Sumber Data Penyerahan Hasil yang terlambat

8. Pengumpul data Pj Admistrasi Instalasi Radiologi

9. Pembuat laporan Kepala Ruangan

10 Pemilik indicator Instalasi Radiologi

27
Tabel 8.3
Indikator Kinerja Angka Pengulangan Pemeriksaan
1. Jenis Kinerja Kinerja pelayanan (kinerja)

2. Indilkator kinerja Pengulangan pemeriksaan

3. Tujuan Untuk mengetahui kompetensi radiographer

4. Formula Jumlah foto yang diulang


x100%
Jumlah pemeriksaan

5. Standar Kerjan minimal 5%

6. Periode pengukuran Tiap bulan

7. Sumber Data Data foto yang diulang

8. Pengumpul data Pelaksana Kamar geiap Instalasi Radiologi

9.Pembuat laporan PJ Kamar gelap

10 Pemilik indicator Instalasi Radiologi

11 Catatan Analisa dilakukan tiap 3 bulan


Perhitungan foto yang ditolak diukur dari total foto yang
diulang dan beberapa factor penolakan: FE, posisi, proc,
pesawaL instruksi dolter, Iain-lain

Tabel 8.4
Indikator Kinerja Angka penolakan expertise
1. Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (kinerja)

2. Indilkator kinerja Angka penolakan expertise

3. Tujuan Untuk mengetahui kompetensi radiologist

4. Formula Jumlah ekspertise yang ditolak


x100%
Jumlah seluruh ekspertise
5. Standar Kerjan minimal 2%

6. Periode pengukuran Tiap bulan

7. Sumber Data Data penolakan expertise

8. Pengumpul data PJ Rekam Medik Instalasi Radiologi

9.Pembuat laporan Kepala Ruangan

28
10 Pemilik indicator Instalasi Radiologi

11 Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan

Tabel 8.5
Indikator Kinerja Keterlambatan Foto Ruangan
1. Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (kinerja)

2. Indilkator kinerja Keterlambatan Foto Ruangan

3. Tujuan Mengetahui kualitas pelayanan terhadap padien ruangan.

4. Formula Jumlah Keterlambatan Foto Ruangan


x100%
Jumlah seluruh foto ruangan

5. Standar Kerja minimal 2%

6. Periode pengukuran Tiap bulan

7. Sumber Data Data keterlambatan foto ruangan

8. Pengumpul data PJ Rekam Medik Instalasi Radiologi

9.Pembuat laporan Kepala Ruangan

10 Pemilik indicator Instalasi Radiologi

11 Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan

Tabel 8.6
Indikator Kinerja Angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
1. Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (keselamatan pasien)

2. Indilkator kinerja Angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD)

3. Tujuan Untuk mengetahui pelaksanaan keselamatan pasien

4. Formula Jumlah kejadian tidak diinginkan


x100%
Jumlah seluruh pasien

5. Standar Kerja minimal 0%

6. Periode pengukuran Tiap bulan

7. Sumber Data Data KTD Instalasi Radiologi

8. Pengumpul data Kepala Ruangan

29
9.Pembuat laporan Kepala Ruangan

10 Pemilik indicator Instalasi Radiologi

11 Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan

Tabel 8.7
Indikator Kinerja Angka Ketidak puasan pelanggan
1. Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (kepuasan pasien)

2. Indikator kinerja Ketidak puasan pasien

3. Tujuan Untuk mengetahui tanggapan pelanggan terhadap


pelaku pelayanan Instalasi radiology

4. Formula Jumlah komplain pasien


x100%
Jumlah pasien

5. Standar Kerja minimal 20%

6. Periode pengukuran Tiap 3 bulan

7. Sumber Data Jumlah komplain pasien

8. Pengumpul data Pj Admistrasi Instalasi Radiologi

9.Pembuat laporan Kepala Ruangan

10. Pemilik indicator Instalasi Radiologi

11. Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan

30
BAB IX
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi RSUD Sultan Thaha Sifuddin
Tebo ini diharapkan dapat terwujudnya keselarasan baik sesama pengguna jasa, petugas maupun
terhadap manajemen rumah sakit dalam menjalankan tugas, pokok dan fungsi serta optimalisasi
pengelolaan sumber daya di masing-masing instalasi terkait dengan memperhatikan prosedur dan
ketetapan yang sudah ditentukan agar dapat didayagunakan sebagaimana harusnya

Masukan dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar sempurnanya standar
pedoman pelayanan ini sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi bagi perbaikan pedoman
penyusunan standar pedoman pelayanan dimasa yang akan datang.

31
32

Anda mungkin juga menyukai