Tugas Praktikum Finka Safitry (2014201110067)
Tugas Praktikum Finka Safitry (2014201110067)
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
BAB 4
KESIMPULAN
Resusitasi cairan adalah proses penggantian cairan tubuh saat pasien dalam
kondisi kritis dan kehilangan terlalu banyak cairan, baik dalam bentuk air
maupun darah. Resusitasi cairan diberikan bila ditemukan kondisi hipovolemia,
yaitu kurangnya volume darah atau cairan dalam pembuluh darah. Kondisi ini
dapat menimbulkan gejala berupa tekanan darah rendah, denyut nadi dan napas
menjadi cepat, serta suhu tubuh menurun. Kondisi yang dapat menyebabkan
hipovolemia meliputi pendarahan serta diare atau muntah yang dapat memicu
dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Prabowo, P., Sulistyorini, L., & Perdani Juliningrum, P. (2020). Gambaran Balance
Cairan pada Anak Diare setelah Diberikan Pemenuhan. In Journal Pustaka
Kesehatan (Vol. 8, Issue 3).
Ario, D., & Sumarki Budipramana, V. (2011). Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat
untuk Resusitasi Terbatas (Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat
yang Menimbulkan Kenaikan Laktat Darah Paling Minimal The Optimum Need of
Ringer Lactat Fluid for Limited Resusitation (Permissive Hypotension) in Heavy
Bleeding Shock wich Causes the Most Minimum Increase of Blood Lactate. In
Journal of Emergency (Vol. 1, Issue 1).
Hady, A. J., Dewi Astuti, E. L., Ekowatiningsih, D., & Mustafa, M. (2022). Studi
Literatur Tindakan Resusitasi Cairan Pada Pasien Perdarahan Dengan Syok
Hipovolemik. In Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis (Vol. 17).
Kurniawati, F., Sitoayu, L., Melani, V., Nuzrina, R., & Wahyuni, Y. (2020). Hubungan
Pengetahuan, Konsumsi Cairan dan Status Gizi dengan Status Hidrasi pada Kurir
Ekspedisi Relationship between Knowledge, Fluid Intake and Nutritional Status
with Hydration Status of Expedition Couriers.
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada perdarahan dilakukan dengan resusitasi cairan
agresif/ resusitasi standar untuk mengembalikan cairan yang hilang menjadi
normovolemik. Namun resusitasi agresif memiliki beberapa kerugian antara
lain terbentuknya perdarahan ulang akibat pecahnya bekuan-bekuan darah yang
terbentuk akibat efek delusi, cedera perfusi, hipotermia, serta koagulopati akibat
kebocoran endotel yang mengakibatkan pelepasan faktor pembekuan darah
(Ario & Budipramana, 2011).
Hasil yang didapatkan untuk menentukan luka bakar kita tentukan terlebih
dahulu luas luka bakarnya berapa persen menggunakan rule of nine, lalu kita
masukan menggunakan rumus unuk mendapatkan jumlah cairan yang
dibutuhkan. Apabila hasil dari kebutuhan cairan yang akan diberikan sudah
didapatkan, lalu dilanjutkan dengan membagi kebutuhan cairan selama 8 jam
pertama dan 16 jam berikutnya. Volume cairan yang diberikan dapat dihitung
menggunakan berbagai formula perhitungan cairan resusitasi luka bakar.
BAB 4
KESIMPULAN
Stella, E., & Wahyuningsih, K. A. (2021). Perbandingan Perubahan Luas Luka dan
Angiogenesis pada Luka Bakar Derajat IIB Tikus Sprague Dawley yang Diberikan
Advanced Platelet-rich Fibrin dan Advanced Platelet-rich Fibrin Plus. In Jurnal
Kesehatan Andalas (Vol. 10, Issue 2). http://jurnal.fk.unand.ac.id
CARA MENGHENTIKAN PERDARAHAN (BALUT TEKAN DAN
HECTING)
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
PENDAHULUAN
Wibowo (1994) Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul,
baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga ataupun sesudahnya.
Resiko cedera menjadi lebih besar terutama dalam olahraga yang
mengutamakan kontak fisik dengan lawannya saat bertanding, seperti dalam
olahraga futsal dimana cedera dapat timbul setiap saat. Cedera olahraga
seringkali direspon olehh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas
rubor(merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri). Jika sudah cedera
yang berlarut mereka akan sulit meraih prestasi. Cedera ini harus di tangani
dengan cepat untuk menghindari cedera yang berlarut. Pada saat atlet
mengalami cedera tentu pihak-pihak terkait seperti pelatih, pembina,
bertanggung jawab atas kesembuhan atletnya sendiri, mereka harus cepat dan
tanggap untuk menangani cedera tersebut, agar cedera tidak menghambat
seorang atlet untuk tetap berlatih dan berprestasi, Compression Balut tekan,
tujuannya yaitu untuk mengurangi pembengkakan sebagai akibat perdarahan
serta mengurangi pergerakkan., Elevation. Mengangkat bagian yang cedera
lebih tinggi dari letak jantung. Tujuannya supaya perdarahan berhenti dan
pembengkakan dapat segera berkurang.
Balut tekan adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan elastis. Bahan
perbanya disebut elastis perban/ elastis bandage / tensiokrep atau benda-benda
sejenis. Bahaya balut tekan adalah jika ikatan itu terlalu kencang, maka
pembuluh dara arteri tidak bisa mengalirkan darah ke bagian distal ikatan. Hal
ini akan menyebabkan kematian dari jaringan-jaringan(Anton Komaini, 2020).
Luka post hecting atau luka jahitan merupakan luka yang sering terjadi
akibat suatu proses traumatik ataupun sayatan yang cukup dalam sehingga
dilakukannya penjahitan pada luka. Jahitan pada luka dapat membantu dalam
penyembuhan luka, akan tetapi jika luka jahitan atau post hecting ini dibiarkan
tanpa diberikan pengobatan secara cepat dan tepat akan menimbulkan infeksi
(Sinto, 2018). Penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah penerapan
standar operasional prosedur (Suprapto, 2021). Proses infeksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti waktu penjahitan yang lama sehingga dengan cepat
terjadinya kontaminasi, malnutrisi, dan diabetes kronis (Liddle, 2013; Malhotra
& Walia 2015).
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Penatalaksanaan
Berikut hal-hal atau langkah-langkah untuk memberi pertolongan pertama
pada perdarahan balut tekan :
1. cuci tangan: Pastikan tangan Anda bersih sebelum melakukan pertolongan
pertama pada perdarahan. Jika memungkinkan, gunakan sarung tangan
medis untuk menghindari penyebaran infeksi.
2. Tekan langsung pada luka: Gunakan kain bersih atau tisu steril untuk
menekan langsung pada luka yang berdarah. Tekan dengan kuat selama
beberapa menit untuk membantu membekukan pembuluh darah yang
terluka.
3. Tingkatkan luka di atas tingkat jantung: Jika memungkinkan, angkat bagian
tubuh yang terluka di atas tingkat jantung. Ini membantu mengurangi
tekanan darah pada luka dan membantu menghentikan perdarahan.
4. Balut tekan: Setelah perdarahan mulai berhenti, gunakan kain bersih, tisu
steril, atau perban untuk membalut luka dengan tekanan. Bungkus secara
rapat, tetapi pastikan tidak terlalu ketat yang dapat mempengaruhi aliran
darah ke anggota tubuh yang terluka.
5. Jaga balutan tetap di tempat: Pastikan balutan tetap pada tempatnya dan
tidak diganggu. Jika perban menjadi basah atau terlihat berdarah,
tambahkan lapisan baru di atasnya dan terus tekan pada luka.
6. Cari bantuan medis: Meskipun perdarahan terhenti, penting untuk mencari
bantuan medis profesional setelah melakukan pertolongan pertama. Dokter
atau tenaga medis dapat mengevaluasi luka lebih lanjut dan memberikan
perawatan yang diperlukan.
3. Jepit arteri: Jika perdarahan cukup parah dan tidak bisa dihentikan dengan
tekanan langsung, Anda dapat mencoba mengompresi arteri yang terdekat
dengan luka. Biasanya, Anda dapat merasakan denyutan arteri di area
tersebut. Tekan dengan kuat menggunakan jari atau ibu jari selama beberapa
menit sampai perdarahan berhenti.
BAB 4
KESIMPULAN
Anton Komaini. (2020). sport science jurnal ilmu olah raga dan jasmani.
Mustofa, M., Kurniawaty, E., Prabowo, A. Y., & Carolia, N. (2021). Perbedaan
Penyembuhan Hecting Wound Tikus Putih Jantan Sprague Dawley dengan
Wharton’s Jelly Dan D Gel. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2),
676–682. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.672
Oleh, D., Prodi, :, Keolahragaan, I., Rima, O., Sari, M., & Pulungan, W. N. (n.d.).
Sains Olahraga : Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan IDENTIFIKASI
PENANGANAN CEDERA PADA ATLET FUTSAL PUTRI FIK UNIMED.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/so
PENGKAJIAN THE NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH STROKE
SCALE (NIHSS) DAN mNIHSS
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) stroke merupakan gejala
yang didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung 24 jam atau lebih. Stroke di Indonesia juga mengalami
peningkatan prevalensi. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga
setelah jantung dan kanker. Pada tahun 2007, hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) menunjukkan data 8, 3 per 1000 penduduk menderita stroke.
Sedangkan pada tahun 2013, terjadi peningkatan yaitu sebesar 12,1%.
Stroke juga menjadi penyebab kematian utama di hampir semua rumah sakit
di Indonesia, yakni sebesar 14,5%. Jumlah penderita stroke di Indonesia
menurut diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) pada tahun 2013, diperkirakan
sebanyak 1.236.825 orang dari seluruh penderita stroke yang terdata,
sebanyak 80% merupakan jenis stroke iskemik (Husada & Permatasari,
2020).
2.1.Definisi NIHSS
Pengkajian National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)
merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada. Skala NIHSS merupakan instrument
untuk menilai gangguan neurologis,kecepatan penilaian ini yang merupakan
tindakan dasar menangani kasus stroke. Semakin tinggi nilai NIHSS pada
pasien stroke berarti semakin berat derajat keparahannya.(Saudin et al.,
2017).
2.2.Definisi mNIHSS
3. Skala Penilaian
0 = Sadar penuh
1 = Tidak sadar penuh; dapat dibangunkan
Tingkat dengan stimulasi minor (suara)
1a
Kesadaran 2 = Tidak sadar penuh; dapat berespon dengan
stimulasi berulang atau stimulasi nyeri
3 = Koma; tidak sadar dan tidak berespon
dengan stimulasi apapun
0 = Benar semua
Menjawab
1b 1 = 1 benar/ETT/disartria
pertanyaan
2 = Salah semua/afasia/stupor/koma
0 = Normal
Kanan:
detik
Kiri:
3 =Tidak ada upaya melawan gravitasi
10 Disartria 0 = Normal
1 = Disartria ringan-sedang; pasien pelo
setidaknya pada beberapa kata namun
meski berat dapat dimengerti
TOTAL
Keterangan :
2 Tatapan 0 = Biasa.
1 = Kelumpuhan tatapan sebagian.
2 = Kelumpuhan tatapan total.
Motor Tangan
5b 0 = Tidak ada penyimpangan
Kanan
1 = Drift sebelum 10 detik
2 = Jatuh sebelum 10 detik
Barang Nama barang Panduan Penilaian Skor
8 Indrawi 0 = Biasa
1 = Tidak normal
9 Bahasa 0 = Biasa
1 = Afasia ringan
2 = Afasia berat
3 = Bisu atau afasia global
11 Menelantarkan 0 = Biasa
1 = Ringan
2 = Parah
BAB 4
KESIMPULAN
Dari kesimpulan di atas nihss adalah skala untuk pengakajian stroke dan
mnihss adalah skala untuk pengkajian stroke yang sudah dimodifet dan
adavyang dikurangi.biasanya dipakai disaat pengkajian di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, H., Putri, R., Putra, A., Mayasari, P., & Yuswardi, Y. (2021). Berpikir
kritis perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Pemerintah Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 21(3),
212–221. https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20578
Saudin, D., Rajin, M., Kesehatan, F. I., Pesantren, U., Darul, T., Jombang, U.,
Kesehatan, F. I., Pesantren, U., Darul, T., & Jombang, U. (2017). Metode
pengkajian neurologis menggunakan national institutes of health stroke scale
pada pasien stroke di rsud dr iskak tulungagung. Jurnal EDUNursing, 1(1),
1–6.
Vaona, A., Banzi, R., Kwag, K. H., Rigon, G., Cereda, D., Pecoraro, V.,
Tramacere, I., & Moja, L. (2018). E-learning for health professionals. The
Cochrane Database of Systematic Reviews, 1(1), 49.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD011736.PUB2
PENGKAJIAN ROSIER
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Stroke penyakit kegawat daruratan medis yang sangat tergantung waktu
dalam penanganannya. Assessment menentukan diagnosis stroke adalah kunci
pokok manajemen stroke. Stroke menjadi penyebab kematian terbanyak di
dunia. Menurut data WHO (2010) setiap tahun nya 15 juta orang menderita
stroke dengan angka kematian kira-kira 5 juta pertahun. Di AS stroke adalah
penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap 4 menit
didapati 1 orang meninggal karena stroke, dengan angka kematian kira-kira
130.000 orang setiap tahunnya. Selain itu sekitar 610.000 orang mendapatkan
serangan stroke pertama kalinya dan 185.000 orang mengalami serangan
berulang (CDC, 2015). Di negara berkembang stroke menyumbang 85,5% dari
total kematian di seluruh dunia dengan angka kematian 4,4 juta pertahun
(WHO, 2010). Sedangkan di Indonesia stroke merupakan penye bab utama
kematian dengan prevalensi kejadian stroke yang semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Berdasarkan Litbang Kemenkes RI (2013) preva lensi stroke
meningkat dari 8,3% per 1000 penduduk tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun
Darurat.(Rachmawati Jurusan Keperawatan et al., 2019a)
2.1. Penatalaksanaan
Tidak = 0
Ya = -1
2 ● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = -1
3 ● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = +1
Tidak = 0
Ya = +1
Minta pasien untuk mengangkat satu kaki pada satu waktu hingga
sudut 30 derajat dan tahan selama 5 detik.
5
● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = +1
Tidak = 0
Ya = +1
Tidak = 0
Ya = +1
TOTAL
Keterangan :
>0 maka kemungkinan mengalami stroke jika <0 kemungkinan bukan stroke.
BAB 3
BAB 4
KESIMPULAN
Skala penilaian stroke adalah alat yang digunakan menilaian dan mengenali
gejala stroke,skala ROSIER (Recognition of Stroke in the Emergency Room ),
merupakan salah satu cara pengkajian penilaian dan mgenali gejala stroke di ruang
emergency dan sudah divalidasi secara international. metode ini merupakan skala
asesmen yang digunakan untuk mendeteksi dan intervensi dengan segera pada
penderita stroke akut Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis metode
ROSIER dalam penanganan stroke akut di IGD.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :
NPM : 2014201110067
Kelas : 6A
2.1. Penatalaksanaan
Rapid Arterial oCclusion Evaluation adalah Pemeriksaan
neurologic dalam penanganan kegawatdaruratan kasus stroke
menggunakan skala neurologis pra-rumah sakit yang sederhana dan
cepat.
● KRITERIA SKOR:
1a
NO DEFICIT = 0 (wajah simetris)
● KRITERIA SKOR:
1b
NO DEFICIT = 0 (mampu mengangkat tangan dan menahan selama 10
detik)
Minta pasien untuk mengangkat satu kaki pada satu waktu hingga sudut 30
derajat dan tahan selama 5 detik.
● KRITERIA SKOR:
1c
NO DEFICIT = 0 (mampu mengangkat kaki dan menahan selama 5 detik)
Perhatikan jika kepala atau mata pasien menyimpang ke satu sisi. Jika
kepala atau mata pasien menghadap ke satu sisi, minta mereka untuk
melihat ke sisi yang lain.
2
● KRITERIA SKOR:
Jika defisit sisi kanan diamati, periksa afasia. Afasia adalah hilangnya
kemampuan untuk memahami atau mengekspresikan ucapan. Jika
ditemukan defisit sisi kanan, minta pasien untuk melakukan hal berikut: 1-
Tutup mata Anda. 2-Buat tinju.
3
● KRITERIA SKOR:
● KRITERIA SKOR:
TOTAL
Keterangan :
0 yang berarti tidak ada defisit. Setiap skor lebih besar dari 0 berarti telah terjadi stroke.
BAB 3
HASIL YANG DI DAPAT (PENGALAMAN)
Hasil yang didapatkan untuk menentukan skala keparahan stroke dengan
menggunakan pengkajian RACE kita terlebih dahulu melakukan pengkajian pada
kelumpuhan wajah pasien, fungsi motorik lengan, fungsi motorik kaki, deviasi
kepala & mata, afasia (jika sisi kanan teridentifikasi), agnosia (jika sisi kiri
teridentifikasi). Dari semua pengkajian tersebut di setiap pengkajian terdapat
kriteria skor masing-masing dan berbeda satu sama lain, skor tersebut sesuai dengan
SPO. Setelah melakukan pengkajian dan menentukan skor maka Langkah
selanjutnya menjumlahkan nilai skor tersebut, jika =0 maka tidak ada defisit namun
jika >0 berarti telah terjadi stroke.
BAB 4
KESIMPULAN
Skala penilaian stroke adalah alat yang digunakan dokter untuk
mendiagnosis dan mengevaluasi tingkat keparahan stroke, mengidentifikasi defisit
neurologis, dan mengukur efektivitas intervensi stroke. Rapid Arterial oCClusion
Evaluation (RACE) merupakan salah satu cara pengkajian skala keparahan stroke
yang dikembangkan dan dirancang berdasarkan National Institutes of Health Stroke
Scale (NIHSS) untuk secara akurat menilai tingkat keparahan stroke dan
mengidentifikasi pasien dengan stroke akut dengan oklusi arteri besar pada
pengaturan pra-rumah sakit oleh medis. Mendeteksi pasien stroke akut dengan
kemungkinan tinggi mengalami oklusi pembuluh darah besar, kandidat untuk
dirawat dengan teknik endovaskular di pusat stroke yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Husada, S., & Permatasari, N. (2020). The Comparison of Non-Hemorrhagic
Stroke with Motor Disorders Patients Have Risk Factors for Diabetes
Mellitus and Hypertension. Juni, 11(1), 298–304.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.273
Rafiemanesh, H., Barikro, N., Karimi, S., Sotoodehnia, M., Jalali, A., &
Baratloo, A. (2023). The Rapid Arterial oCclusion Evaluation (RACE) scale
accuracy for diagnosis of acute ischemic stroke in emergency department –
A multicenter study. BMC Emergency Medicine, 23(1).
https://doi.org/10.1186/s12873-023-00825-7