Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN OBSERVASI

SETTING (PIO)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA


SEPASANG SUAMI-ISTRI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum pada Mata Kuliah


Psikodiagnostik II – Observasi

Nama Pembimbing: Natasha Ghaida Husna, M. Psi, Psikolog

Disusun Oleh:
Kurniati Nur’azizah

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
A. LATAR BELAKANG

Komunikasi interpersonal antara sepasang suami-istri menjadi topik yang menarik


untuk diobservasi karena Daradjat dalam Hisbullah (2007) menyatakan bahwa jika tercipta
komunikasi interpersonal yang efektif diantara suami-istri dapat mewujudkan keharmonisan
dalam pernikahan. Adanya komunikasi yang buruk atau tidak efektif dapat menyebabkan
marital distress yang membuat pernikahan terasa tidak nyaman, terbebani dan sebagainya
(Jacson & Addis, 1993). Komunikasi interpersonal yang tidak efektif juga dapat
menyebabkan terjadinya perselingkuhan, karena timbulnya rasa tidak nyaman pada pasangan
dan menurunnya tingkat kebahagiaan dalam dalam perkawinan (Nurhayati, 2017). Maka dari
itu, observasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah subjek dapat menyampaikan
(pergantian) pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator. Juga, mengetahui
efektivitas komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh subjek.
B. KAJIAN PUSTAKA
Secara konseptual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi
antaradua individu atau sedikit individu, yang saling berinteraksi, saling memberikan umpan
balik satu sama lain. De Vito (2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih, formal maupun informal
dengan tujuan membantu seseorang meningkatkan efektivitas antara pribadi. Komunikasi
interpersonal mengharuskan pelaku untuk bertatap muka antara dua orang atau lebih dengan
membawakan pesan verbal atau non verbal sehingga masing masing bisa memahami satu
sama lain dan berinteraksi secara efektif.
Rogers (Rakhmat, 2013) mengatakan bahwa makin baik komunikasi interpersonal,
maka makin terbuka seseorang mengungkapkan dirinya dan makin positif perepsinya
terhadap orang lain melebihi persepsi dirinya.
Devito (2011) mengemukakan lima aspek komunikasi interpersonal yang efektif,
antara lain aspek keterbukaan, (openness), empati (empathy), dukungan (supportif), perilaku
positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Keterbukaan, di definisikan sebagai
kemampuan untuk mengungkapkan unsur-unsur kepribadian diri sendiri melalui komunikasi
(Rubin & Martin, 1994).
Aspek kedua adalah empati (empathy). Empati didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain pada suatu saat tertentu
dari sudut pandang orang tersebut. Berempati adalah merasakan seperti orang yang
mengalaminya.
Aspek ketiga adalah dukungan (supportif). Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Perilaku suportif merupakan
perilaku yang dapat mengurangi perilaku defensive.
Aspek keempat adalah perilaku positif (possitiveness). Perilaku positif mengacu pada
sedikitnya dua hal penting. Pertama komunikasi akan dapat terbangun dengan baik jika
individu memiliki perilaku positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua mempunya perasaan
positif terhadap orang lain dari berbagai situasi. Suasana tidak menyenangkanakan muncul
jika proses komunikasi berjalan dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau bereaksi
secara negatif terhadap suasana interaksi.
Aspek kelima adalah kesetaraan (equality). Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua
belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga dan
saling memerlukan.
C. METODOLOGI
Tujuan Observasi
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah subjek dapat
menyampaikan (pergantian) pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator. Juga,
untuk mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh subjek.
Metode
Observasi dilakuan menggunakan Natural Setting, dengan metode observasi non-
partisipan, perilaku target dan penyebab diarahkan pada kondisi asli apa adanya, sesuai
dengan kapan, dan di tempat subjek banyak melakukan interaksi langsung, yaitu di rumah
subjek.
Subjek Observasi
Berikut adalah karakteristik subjek yang diobservasi:
1. Subjek A (Suami)
Nama : U Solahudin
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS Guru
Status Praesens Subjek
a. Status Fisik
1) Konstitusi tubuh
- Tinggi Badan : ± 165 cm
- Berat Badan : ± 70 kg
- Kesan : konstitusi tubuh cenderung mesomorph, dengan tubuh padat,
cenderung berotot, berbahu lebar, cenderung terlihat gagah.
2) Kondisi Tubuh
Terlihat bersih, cenderung terlihat sehat, cara berpakaian rapih.
b. Status Psikis
Subjek terlihat cukup baik, terlihat dari mata yang berbinar, dan badan yang
cenderung tegap.
2. Subjek B (Istri)
Nama : Teti Mulyati
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Praesens Subjek
a. Status Fisik
1) Konstitusi tubuh
- Tinggi Badan : ± 140 cm
- Berat Badan : ± 50 kg
- Kesan : konstitusi tubuh cenderung mesomorph, dengan tubuh padat,
cenderung berotot.
2) Kondisi Tubuh
Bersih, kesehatan kurang baik, terdapat riwayat stroke dan komplikasi, cara
berpakaian rapih.
b. Status Psikis
Subjek cenderung terlihat kurang baik, terlihat dari mata yang sayu, cara berjalan
yang terpatah patah, sesekali subjek memegangi kepalanya cukup lama.
Definisi Operasional
Komunikasi interpersonal yang efektif pada suami-istri adalah bagaimana subjek
mewujudkan keharmonisan dalam pernikahan dengan saling bertukar informasi, pikiran,
perilaku tertentu baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk
mencapai saling pengertian mengenai masalah yang akan dibicarakan, dilakukan dengan
keterbukaan, empati, dukungan, perilaku positif dan kesetaraan.
Observer memilih teori Devito (2011) yang mengemukakan lima aspek komunikasi
interpersonal yang efektif, antara lain aspek keterbukaan, (openness), empati (empathy),
dukungan (supportif), perilaku positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
Aspek Pertama adalah keternukaan (Oppeness). Keterbukaan komunikasi
interpersonal merupakan kesediaan seseorang untuk mengungkapkan diri sendiri-untuk
mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri, mencakup menghilangkan sikap tertutup
terhadap masukan-masukan yang datangnya dari lawan bicara, membuka diri pada lawan
bicara, bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang sehingga komunikator
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap lawan bicara, dan
mengakui perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah milik sendiri dan bertanggung
jawab atas hal tersebut.
Aspek kedua adalah empati (empathy). Empati komunikasi interpersonal merupakan
kemampuan untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan lawan bicara, juga mampu
memahami yang dirasakan dan dipikirkan dari sudut pandang lawan bicara. Memahami
ucapan lawan bicara dengan memparafrase ucapan lawan bicara, menunjukkan kesamaan
antara apa yang dirasakan diri dan apa yang dirasakan orang lain.
Aspek ketiga adalah dukungan (supportif). Sikap mendukung komunikasi
interpersonal merupakan sikap yang berlawanan dengan sikap defensif, mengungkapkan
kesediaan untuk mendengarkan. Menciptakan suasana yang bersifat mendukung dapat
menggunakan isyarat-isyarat non verbal seperti tersenyum, menganggukan kepala,
mengedipkan mata, tepuk tangan atau mengacungkan jempol.
Aspek keempat adalah perilaku positif (positiveness). Perilaku positif dalam
komunikasi interpersonal merupakan sikap dan perilaku menghargai dirinya sendiri dan
lawan bicara, yang melibatkan penggunaan pesan seperti memuji orang lain, penerimaan dan
persetujuan.
Aspek kelima adalah kesetaraan (equality). Kesetaraan dalam komunikasi
interpersonal akan berlangsung efektif apabila suasana setara, yaitu adanya pengakuan secara
dari kedua belah pihak menghargai, dan berguna. Jadi, kesetaraan adalah kesamaan pikiran,
ide, pandangan dan gagasan; menerima orang lain apa adanya tanpa harus ada syarat-syarat
tertentu yaitu memperlakukan setiap orang sebagai kontributor yang sama-sama penting
dalam komunikasi.
Intrumentasi
Dimensi Indikator
a. Subjek saling mengungkapkan perasaan diri sendiri secara
verbal pada pasangan
b. Subjek saling menceritakan peristiwa yang dialami kepada
pasangan
c. Subjek langsung memberikan jawaban pada pertanyaan yang
diberikan pasangan
d. Subjek langsung memberikan tanggapan pada pernyataan
Keterbukaan
yang diberikan pasangan
e. Suami mengawali pembicaraan dengan kata “Aku” atau
“Bapak”, atau istri mengawali pembicaraan dengan kata
“Aku” atau “Ibu” tanda bertanggung jawab atas ucapannya
adalah miliknya
f. Subjek saling menerima saran dari pasangan
g. Subjek saling memberikan saran pada pasangan
a. Subjek diam/tidak memotong pembicaraan pada saat
pasangan berbicara
b. Subjek memandang pasangan saat pasangan berbicara tanda
memperhatikan
Empati c. Subjek mengucap ulang pembicaraan pasangan untuk
memastikan/menunjukan pemahaman tentang pembicaraan
pasangan
d. Subjek memahami yang dirasakan pasangan dengan
mengucapkan “Saya paham rasanya”
a. Subjek terseyum saat mendengarkan pembicaraan pasangan
b. Subjek menganggukan kepala sebagai timbal balik
persetujuan/pembenaran atas pembicaraan pasangan
Dukungan
c. Subjek meberikan pujian non verbal dengan tepuk tangan
atau mengacungkan jempol pada saat melakukan
pembicaraan dengan pasangan
Perilaku Positif a. Subjek meberikan pujian secara verbal kepada pasangan
pada saat melakukan pembicaraan dengan pasangan
b. Subjek memberikan persetujuan secara verbal terhadap
pembicaraan pasangan
Kesetaraan a. Subjek saling bertanya dan menjawab
b. Subjek saling memberikan pendapat
c. Subjek saling meminta pendapat
d. Subjek memberikan pernyataan/pendapat yang sama akan
suatu hal secara verbal
D. HASIL
Lembar Observasi
Tujuan: Observasi ini bertujuan untuk melihat pola komunikasi interpersonal antara sepasang suami istri pada aspek komunikasi
interpersonal yang dikemukakan oleh DeVito (2011).
OBSERVASI
N TINGKAH LAKU
KE/TANGGAL
O KETERANGAN
1 2 3
Dimensi Indikator tgl tgl tgl
1 Keterbukaan a. Subjek saling mengungkapkan perasaan diri √ √ √
sendiri secara verbal pada pasangan
b. Subjek saling menceritakan peristiwa yang √ √ √
dialami kepada pasangan
c. Subjek langsung memberikan jawaban pada √ √ √

pertanyaan yang diberikan pasangan


d. Subjek langsung memberikan tanggapan √ √ √

pada pernyataan yang diberikan pasangan


√ √ √
e. Suami mengawali pembicaraan dengan kata
“Aku” atau “Bapak”, atau istri mengawali
pembicaraan dengan kata “Aku” atau “Ibu”
tanda bertanggung jawab atas ucapannya
adalah miliknya
f. Subjek saling menerima saran dari √

pasangan √ √

g. Subjek saling meberikan saran pada √


√ √
pasangan

a. Subjek diam/tidak memotong pemibcaraan √ √


pada saat pasangan berbicara
b. Subjek memandang pasangan saat pasangan √ √ √

berbicara tanda memperhatikan


2 Empati c. Subjek mengucap ulang pembicaraan
pasangan untuk memastikan/menunjukan
pemahaman tentang pembicaraan pasangan

d. Subjek memahami yang dirasakan pasangan
dengan mengucapkan “Saya paham rasanya”
3 Dukungan a. Subjek terseyum saat mendengarkan √
pembicaraan pasangan
b. Subjek menganggukan kepala sebagai timbal
balik persetujuan/pembenaran atas √ √ √
pembicaraan pasangan
c. Subjek meberikan pujian non verbal dengan
tepuk tangan atau mengacungkan jempol
pada saat melakukan pembicaraan dengan
pasangan
a. Subjek meberikan pujian secara verbal
kepada pasangan pada saat melakukan
4 Perilaku Positif pembicaraan dengan pasangan
b. Subjek memberikan persetujuan secara √ √ √

verbal terhadap pembicaraan pasangan


a. Subjek saling bertanya dan menjawab √ √ √
b. Subjek saling emberikan pendapat √ √ √
5 Kesetaraan c. Subjek saling meminta pendapat √ √ √
d. Subjek memberikan pernyataan/pendapat √ √ √
yang sama akan suatu hal secara verbal

√ : perilaku muncul
O : perilaku tidak muncul karena tidak adanya stimulus yang berkaitan
- : perilaku tidak dimunculkan meskipun ada stimulus yang berkaitan

Catatan: -

- Pada saat pengambilan data observasi hari ke-3 pukul 19.30-20.30 kedua subjek tidak melakukan interaksi secara verbal dan non verbal
- Pukul 19.30 subjek B di ruang tengah sudah dalam posisi terlentang menghadap ke kanan, membelakangi subjek A, di atas kasur lantai,
memakai selimut dari leher sampai kaki, dengan mata tertutup. Pukul 19.37 subjek B berbalik hadapan ke kiri.
- Subjek A duduk di atas kursi di ruang tengah selama sembilan menit, wajah menghadap depan dan menghadap televisi, sesekali
matanya melihat ke layar telepon genggam, sesekali menggunakan telepon genggam dengan tangannya, dengan kedua ujung bibir
keatas dan mata berbinar. Selama itu tidak ada interaksi yang terjadi antara subjek A dan subjek B.
- Pukul 19.39 subjek A berpindah tempat dari ruang tengah ke halaman belakang rumah, juga subjek B tetap pada posisinya sampai
waktu pengambilan data observasi berakhir sehingga selama pengambilan data tidak terjadi interaksi verbal maupun non verbal antara
subjek A dan Subjek B
- Hari ke-1:
Jumlah indikator yang muncul = 15
Jumlah keseluruhan indikator = 20
jumlah indikator yang muncul
Perhitungan Variabel = X 100 %
jumlah keseluruhanindikator
15
= X 100 % = 75 %
20
Pada hari pertama, subjek telah memunculkan perilaku yang diinginkan sesuai
dengan indikator pada dimensi keterbukaan dan kesetaraan. Subjek tidak
memunculkan beberapa perilaku yang diinginkan sesuai dengan indikator pada
dimensi empati, dukungan dan perilaku positif.
- Hari ke-2:
Jumlah indikator yang muncul = 17
Jumlah keseluruhan indikator = 20
jumlah indikator yang muncul
Perhitungan Variabel = X 100 %
jumlah keseluruhanindikator
17
= X 100 % = 85 %
20
Pada hari kedua, subjek telah memunculkan perilaku yang diinginkan sesuai
dengan indikator pada dimensi keterbukaan dan kesetaraan. Subjek tidak
memunculkan beberapa perilaku yang diinginkan sesuai dengan indikator pada
dimensi perilaku positif. Subjek juga tidak memunculkan beberapa perilaku yang
diinginkan sesuai dengan indikator pada dimensi empati dan dukungan, namun terjadi
peningkatan dibandingkan hari pertama.
- Hari ke-3:
Jumlah indikator yang muncul = 14
Jumlah keseluruhan indikator = 20
jumlah indikator yang muncul
Perhitungan Variabel = X 100 %
jumlah keseluruhanindikator
14
= X 100 % = 70 %
20
Pada hari ketiga, subjek telah memunculkan perilaku yang diinginkan sesuai
dengan indikator pada dimensi keterbukaan dan kesetaraan. Subjek tidak
memunculkan beberapa perilaku yang diinginkan sesuai dengan indikator pada
dimensi perilaku positif. Subjek juga tidak memunculkan beberapa perilaku yang
diinginkan sesuai dengan indikator pada dimensi empati dan dukungan, terjadi
penurunan pada dimensi empati dibandingkan hari pertama dan kedua, dan terjadi
penurunan pada dimensi dukungan dibandingkan hari kedua.

Perhitungan total selama 3 hari pengamatan:


jumlah indikator yang muncul
X 100 %
jumlah keseluruhan indikator x 3
(15+17+ 14)
X 100 %
20 x 3
46
X 100 %=76,6 %
60

Analisa

Dari hasil observasi di atas, perilakuyang diharapkan muncul sesuai dengan indikator
pada dimensi-dimensinya dapat dikatakan cukup baik sesuai dengan teori Devito (2011)
untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang efektif antara sepasang suami-istri.
Pada observasi ini terdapat 20 indikator dengan hasil perhitungan variable persatu hari
pengamatan adalah:
15
Hari Pertama : X 100 % = 75 %
20
17
Hari Kedua : X 100 % = 85 %
20
14
Hari Ketiga : X 100 % = 70 %
20
Pada observasi pertama, subjek sudah dapat memperlihatkan komunikasi
interpersonal yang cukup efektif. Pada observasi kedua, terjadi kenaikan presentase yang
memperlihatan komunikasi interpersonal yang sangat efektif. Pada observasi ketiga, terjadi
penurunan presentasi, namun memperlihatkan komunikasi interpersonal yang cukup efektif.
Untuk dimensi keterbukaan, subjek telah menampilkan seluruh perilaku yang
diharapkan muncul sesuai dengan indikator pada hari pertama, kedua, dan ketiga.
Perhitungan variable pada dimensi keterbukaan selama tiga hari pengamatan adalah
21
× 100 %=100 %. Perhitungan ini menunjukan bahwa dimensi keterbukaan dalam
(7 ×3)
komunikasi interpersonal pada subjek sangat efektif.
Untuk dimensi empati, subjek telah menampilan beberapa perilaku yang diharapkan
muncul sesuai dengan indikator, dan terjaadi kenaikan dan penurunan. Pada hari pertama,
subjek tidak mengucap ulang pembicaraan pasangan untuk memastikan pemahaman tentang
pembicaraan pasangan. Pada hari kedua, subjek memunculkan seluruh perilaku yang
diharapkan sesuai dengan indikator. Pada hari ketiga, terjadi penurunan dibandingkan hari
pertama, subjek A memotong pembicaraan subjek B, tidak mengucap ulang pembicaraan
pasangan untuk memastikan pemahaman tentang pembicaraan pasangan, dan tidak dapat
memunculkan perilaku tampak memahami yang dirasangan pasangan saat melakukan
pembicaraan secara verbal dengan mengucapkan “saya paham rasanya”. Perhitungan variable
6
pada dimensi keterbukaan selama tiga hari pengamatan adalah ×100 %=50 % .
( 4 ×3)
Perhitungan ini menunjukan bahwa dimensi kesetaraan dalam komunikasi interpersonal pada
subjek kurang efektif.
Untuk dimensi dukungan, subjek telah menampilkan beberapa perilaku yang
diharapkan muncul sesuai dengan indikator, dan terjaadi kenaikan dan penurunan. Pada hari
pertama, subjek tidak memberikan senyuman ,dan tidak memberikan pujian non verbal
kepada pasangan saat berkomunikasi. Pada hari kedua, terjadi peningkatan yaitu subjek
memberikan senyuman kepada pasangan pada saat berkomnikasi. Pada hari ketiga, perilaku
yang dimunculkan subjek sama dengan perilaku yang dimunculkan pada hri pertama.
Perhitungan variable pada dimensi keterbukaan selama tiga hari pengamatan adalah
4
× 100 %=44,4 % . Perhitungan ini menunjukan bahwa dimensi kesetaraan dalam
(3 ×3)
komunikasi interpersonal pada subjek kurang efektif.
Untuk dimensi sikap positif pada hari pertama, kedua, dan ketiga, subjek
memunculan satu perilaku yang diharapkan sesuai dengan indikator. Subjek memberikan
persetujuan secara verbal, dan subjek tidak memberikan pujian secara verbal kepada
pasangan pada saat berkomunikasi. Perhitungan variable pada dimensi keterbukaan selama
3
tiga hari pengamatan adalah ×100 %=50 % . Perhitungan ini menunjukan bahwa
(2 ×3)
dimensi kesetaraan dalam komunikasi interpersonal pada subjek kurang efektif.
Untuk dimensi kesetaraan, subjek telah menampilkan seluruh perilaku yang
diharapkan muncul sesuai dengan indikator pada hari pertama, kedua, dan ketiga.
Perhitungan variable pada dimensi keterbukaan selama tiga hari pengamatan adalah
21
× 100 %=100 %. Perhitungan ini menunjukan bahwa dimensi kesetaraan dalam
(7 ×3)
komunikasi interpersonal pada subjek sangat efektif.
E. SIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga hari, subjek sudah
dapat menampilkan komunikasi interpersonal yang sangat efektif. Terdapat beberapa
dimensi yang cenderung sangat efektif yaitu: keterbukaan dan kesetaraan, dan
beberapa dimensi yang kurang efektif yaitu: empati, dukungan, dan perilaku positif.
Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan penulis dalam hal ini observer kepada
pasangan suami-istri atau pelaku organisasi lainnya untuk dapat melakukan hal-hal
yang tidak kalah penting dalam komunikasi yang efektif dengan berempati pada saat
komunikasi berlangsung, memberikan dukungan komunikasi, serta memberikan
perilaku positif.
Rekomendasi untuk penulis atau observer selanjutnya untuk dapat mengamati
dalam rentang waktu yang lebih cukup sehingga dapat menyajikan laporan observasi
yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
DeVito, & A, J. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Pamulang-Tanggerang Selatan: karisma
Publishing Group.

DeVito, J. A. (2009). Interpesonal Communication Book (12th ed.). New York: Hunter College
of The City University of New York.

Hisbullah, M. (2007). Pengaruh Tingkat Kecerdasan Spiritual Terhadap Keharmonisan Rumah


Tangga Pada Suami-Istri Di Desa Solokbesuki Kecamatan Sukodono Kabupaten
Lumajang. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Jacson, N. S., & Addis, M. E. (1993). Research of Couples and Couples Therapy: What do we
know? Where are we going? Journal of consulting and Clinical Psychology, 61(1), 85.

Nurhayati, N. (2017). Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Pemaafan dengan


Kebahagiaan Suami Istri. INTAJ, 1(2), 47-70.

Rakhmat, J. (2013). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rubin, R., & Martin, M. (1994). Development of a Nasure of Interpersonal Competence.


Communication Research Report, 11(1), 33-44.
LAMPIRAN

Pengamatan hari pertama

Pengamatan hari kedua


Pengamatan hari ketiga

Anda mungkin juga menyukai