Anda di halaman 1dari 5

4 Sifat Wajib Bagi Nabi: Shiddiq, Tabligh, Amanah, Dan Fathonah

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang
yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al
Ahzab/33: 21]

Nabi Muhammad memiliki akhlaq dan sifat-sifat yang sangat mulia. Oleh karena itu hendaklah
kita mempelajari sifat-sifat Nabi seperti Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Memang
banyak sifat-sifat baik Nabi lainnya seperti sabar, rendah hati, lemah-lembut, dsb. Namun di sini
kita fokus pada sifat yang 4 di atas. Mudah-mudahan dengan memahami sifat-sifat itu, selain kita
bisa terhindar dari mengikuti orang-orang yang mengaku sebagai Nabi, kita juga bisa meniru
sifat-sifat Nabi sehingga kita juga jadi orang yang mulia.

 Shiddiq

Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.
Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya
kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.

Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.


ٓ ٰ ‫ق ع َِن ْٱلهَ َو‬
‫ى‬ ُ ‫نط‬
ِ َ‫َو َما ي‬

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.

َ ‫ِإ ْن هُ َو ِإاَّل َوحْ ۭ ٌى ي‬


‫ُوح ٰى‬

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya” [An Najm/53: 4-5]

Contoh :

1. Seorang pedagang untuk memperoleh keuntungan yang banyak harus tetap mempunyai
sifat kejujuran kerena jika pedagang tersebut tidak jujur ia sama saja membohongi
pelanggan-pelanggannya dan ia akan berdosa karena itu.

2. Ketika kita ditanya oleh seseorang kita harus menjawabnya dengan jujur dan benar
karena jika tidak kita akan mendapatkan dosa karena telah berbohong.

3. Misalkan, Budi ditanya oleh gurunya “kamu tadi pagi shalat shubuh tidak?” Budi
menjawab dengan berbohong “iya bu, saya shalat shubuh tadi pagi.” Bu guru bertanya
lagi, “jam berapa kamu shalat?” Budi berbohong lagi “jam 5.00 bu.” Bu guru bertanya
lagi “kamu wudhu gak?” Budi berbohong lagi, “wudhu lahh bu, kan mau shalat yaa harus
wudhu.” Bu guru bertanya lagi, “shalat sama siapa kamu?” dan Budi terpaksa berbohong
lagi, “sama mama, papa, dan adek bu,”. Hanya karena berbohong sekali, Budi terpaksa
berbohong lagi dan lagi karena Bu guru terus bertanya dan Budi jadi mendapat banyak
dosa hanya karena berbohong sekali. Jadi kita tidak boleh berbohong karena berbohong
sekali pun dapat menibulkan kebohongan-kebohongan yang lain dan menyebabkan kita
mendapatkan dosa.

4. Kita harus menjadi orang jujur seperti Rasulullah, beliau terkenal sangat jujur dalam
ucapannya bahkan beliau senantiasa berkata dengan sejujur-jujurnya sekalipun pahit
dirasa dan mengandung resiko yang tinggi bagi dirinya sekalipun.

 Tabligh

Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan
oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.

‫ص ٰى ُك َّل َش ْى ٍء َع َد ۢ ًدا‬ ِ َ‫وا ِر ٰ َس ٰل‬


َ ْ‫ت َربِّ ِه ْم َوَأ َحاطَ بِ َما لَ َد ْي ِه ْم َوَأح‬ ۟ ‫لِّيَ ْعلَم َأن قَ ْد َأ ْبلَ ُغ‬
َ
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-
risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia
menghitung segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin/72: 28]

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya”
['Abasa/80: 1-2]

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah S.80:1 turun berkenaan dengan Ibnu
Ummi Maktum yang buta yang datang kepada Rasulullah saw. sambil berkata: “Berilah petunjuk
kepadaku ya Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para pembesar
kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi
pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya katakan ini
mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran
atas perbuatan Rasulullah saw.

(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula
oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Sebetulnya apa yang dilakukan Nabi itu menurut standar umum adalah hal yang wajar. Saat
sedang berbicara di depan umum atau dengan seseorang, tentu kita tidak suka diinterupsi oleh
orang lain. Namun untuk standar Nabi, itu tidak cukup. Oleh karena itulah Allah menegurnya.

Sebagai seorang yang tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Nabi Muhammad tetap
menyampaikannya kepada kita. Itulah sifat seorang Nabi.

Tidak mungkin Nabi itu Kitman atau menyembunyikan wahyu.

Contoh :

1. Jika kita dititipi amanat oleh orang lain kita harus menyampaikannya kepada yang berhak
menerimanya jangan malah diselewengkan atau disalahgunakan karena jika kita malah
menyelewengkan atau menyalahgunakan amanat tersebut berarti kita tidak dapat
menyampaikan amanat yang telah diberikan kepada kita.

2. Kita harus mencontoh dan menerapkan slah satu sikap Rasulullah, yaitu tabligh atau
menyampaikan. Rasulullah selalu menyampaikan amanat yang ia dapat kepada orang
yang berhak menerima amanat tersebut dan tidak satupun amanah atau titipan yang tidak
sampai kepada alamatnya.

3. Misalkan, Andi disuruh ibunya untuk menyampaikan dan memeberikan titipan uang
kepada ibu pemilik warung. Tetapi Andi tidak memberikan uang tersebut, ia malah
menggunakan uang tersebut untuk jajan. Berarti Andi tidak menyampaikan amanat yang
diberikan oleh ibunya kepadanya.

 Amanah

Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya
orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah
Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya
terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk
Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.

“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat
yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf/7: 68]

Mustahil Nabi itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah.


Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar beliau
meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau menjawab:

”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan matahari di tangan kanan ku
dan bulan di tangan kiri ku agar aku meninggalkan tugas suci ku, maka aku tidak akan
meninggalkannya sampai Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur karena-Nya”……

Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi tidak gentar dan tetap
menjalankan amanah yang dia terima.

Seorang Muslim harusnya bersikap amanah seperti Nabi.

Contoh :

1. Ketika kita berjanji kepada teman, orangtua, saudara, bahkan kepada musuh sekalipun
kita harus tetap menepati janji itu dan tidak boleh mengingkarinya karena jika kita
mengingkari janji tersebut kita sama saja tidak dapat dipercaya oleh orang lain.

2. Kita harus bisa menjaga amanat yang telah diberikan oleh orang lain kepada kita karena
jika kita tidak menjaganya berarti kita tidak dapat dipercaya oleh orang yang memberikan
amanat tersebut.

3. Misalkan, Agus diberikan amanat oleh guru untuk memeberitahu teman-temannya yang
lain untuk mengerjakan tugas di buku paket. Tetapi Agus tidak menyampaikan amanat itu
kepada teman-temannya. Berarti Agus termasuk orang-orang yang tidak dapat dipercaya
karena dia tidak menyampaikan amanat dari guru.

 Fathonah

Fathonah artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat
Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang
luar biasa.

Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau
masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara
yang sebaik-baiknya.
Apalagi Nabi mampu mengatur ummatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-
belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan
dalam 1 negara yang besar yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa. Negara tersebut
membentang dari Spanyol dan Portugis di Barat hingga India Barat.

Itu semua membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.

Bahkan Michael H Hart yang sebetulnya membenci Muslim pun menempatkan Nabi Muhammad
sebagai tokoh nomor 1 mengungguli Yesus dan tokoh-tokoh dunia lainnya karena prestasi Nabi
Muhammad yang luar biasa di bukunya yang berjudul “The 100: A Ranking of the Most
Influential Persons in History“. Bukan hanya dari segi agama, tapi juga dari segi dunia.

Contoh :

1. Kita harus rajin belajar agar dapat menjadi anak yang cerdas dan pandai.

2. Kita harus mencontoh perilaku Rasulullah salah satunya adalah menjadi anak yang cerdas
dan pintar. Beliau terkenal sebagai seorang yang cerdas dan pandai, serta sangat arif dan
bijaksana dalam mengambil keputusan didasari dengan pertimbangan dan pemikiran
yang cukup matang.

3. Misalkan, saat sedang bermusyawarah dalam rapat OSIS, Deni sebagai ketua OSIS
sangat arif dan sangat bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan, ia memikirkannya
dan mempertimbangkannya dengan sangat matang. Dari perilaku diatas, Deni sama saja
sudah menerapkan salah satu sikap wajib bagi Rasul yaitu fathanah atau cerdas dan
pintar.

Anda mungkin juga menyukai