Anda di halaman 1dari 38

Manusia Yang Paling Cerdas Menurut Rasulullah SAW

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabaraokatu…


Orang yang cerdas adalah orang yang mengetahui persis
arah dan tujuan hidupnya, kemudian ia pandai mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya untuk tujuan hidupnya tersebut. Maka, jika
akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian,
mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk
bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang
seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah
menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi,
‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang
paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam
mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling
cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al
Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah)
Itulah salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar Ra
tentang ciri-ciri orang yang cerdas menurut Rasulullah dalam Hadist
tersebut sudah jelas bahwa orang yang cerdas  adalah orang paling
banyak mengingat mati, dan mempersiapkan untuk menghadapi
kematian tersebut. kita semua sudah mengetahui bahwa kematian
adalah sesuatu yang pasti dan pasti akan kita hadapi maut tersebut
oleh karenanya marilah kita senang tiasa mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya dengan memperbanyak amalan-amalan atau ibadah
kita kepada Allah SAW.

Sayyidina Umar Bin Khattab pernah berkata : ”Cukuplah Kematian


menjadi penasihat bagimu” lantas bagaimana cara kita untuk selalu
mengingat kematian itu berikut adalah beberapa faktor yang dapat
mengingatkan kita akan datangnya kematian :

 Menjenguk orang sakit.


 Ziarah Kubur karena Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Berziarah kuburlah kalian, sesungguhnya itu akan
mengingatkan kalian kepada akhirat” (HR. Ahmad dan Abu Daud
dan dishahihkan oleh Al Albani).
 mengunjungi mayit ketika dimandikan dan melihat proses
pemandiannya
 menyaksikan proses sakaratul maut dan membantu mentalqin
 mengantar jenazah, menyolatkan, dan ikut menguburkannya
 membaca Al Qur’an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan
kepada kematian dan sakaratul maut. Seperti firman Allah Ta’ala
yang artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-
benarnya” (QS. Qaaf : 19)
 merenungkan uban dan penyakit yang diderita, karena keduanya
merupakan utusan malaikat maut kepada seorang hamba
merenungkan ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan Allah
Ta’ala sebagai pengingat bagi hamba-hambaNya kepada
kematian. Seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir,
tanah longsor, badai, dan sebagainya
 menelaah kisah-kisah orang maupun kaum terdahulu ketika
menghadapi kematian, dan kaum mendapat bala’ atas mereka

 lantas apa manfaat atau faedah yang kita dapatkan jika


kita senantiasa mengingat kematian :
 memotivasi untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya
kematian
 memendekkan angan-angan, karena panjang angan-angan
merupakan sebab utama kelalaian
 menjadikan sikap zuhud terhadap dunia, dan ridha dengan
bagian dunia yang telah diraih walaupun sedikit
  sebagai motivasi berbuat ketaatan
 sebagai penghibur seorang hamba tatkala memperoleh musibah
dunia
 mencegah dari berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam
menikmati kelezatan dunia
 memotivasi untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan
yang telah diperbuat
 melembutkan hati dan mengalirkan air mata, mendorong
semangat untuk beragama dan mengekang hawa nafsu
 menjadikan diri tawadhu’ dan menjauhkan dari sikap sombong
dan zhalim dan 
 memotivasi untuk saling memaafkan dan menerima udzur
saudaranya.
 semoga apa yang kita baca diatas bisa menjadi renungan buat
kita agar kita pandai-pandai mempersiapkan diri untuk
menghadapi yang namanya kematian dan semoga tulisan diatas
bisa bermanfaat buat kita semua yang membacanya.
Al-Qur’an Sebagai Ilmu Pengetahuan & Teknologi

Assalamualaikum Wr. Wb…


Al-Qur’an, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara
lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M atau selama kira-kira
22 tahun, dimana pada masa itu umat manusia khususnya orang-orang Mekah
dan Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf, telah membuktikan
kebenaran wahyunya melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) yang ditemukan umat manusia pada masa jauh
setelah Muhammad.
Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-
Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa
bisa dibantah.

1. Kemenangan Bizantium.
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur’an tentang peristiwa masa depan
ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran
Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan
bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan
segera memperoleh kemenangan.
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi
Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun
setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika
Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini
bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah
menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya
untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan
kembali.
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi
ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium.
Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar
Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di
dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang.
Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran
tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina,
Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa
Persia.
(Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford
University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi
tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan
mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam
beberapa tahun lagi.
Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab
menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa
kemenangan yang diberitakan Al Qur’an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut,
pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan
Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara
mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa
Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka
untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.
(Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford
University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, “kemenangan bangsa Romawi” yang diumumkan oleh Allah dalam Al
Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang
fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di
daerah paling rendah di bumi ini.
Ungkapan “Adnal Ardli” dalam bahasa Arab, diartikan sebagai “tempat yang
dekat” dalam banyak terjemahan.
Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa
penafsiran atasnya.
Kata “Adna” dalam bahasa Arab diambil dari kata “Dani”, yang berarti “rendah”
dan “Ardl” yang berarti “bumi”.
Karena itu, ungkapan “Adnal Ardli” berarti “tempat paling rendah di bumi”.
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem,
benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini
adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki
oleh Syria, Palestina, dan Jordania.
“Laut Mati”, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling
rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis
seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya
mampu diukur dengan teknik pengukuran modern.
Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah
wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur’an, daerah ini
dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi.
Demikianlah, ini memberikan bukti bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.

2. KEBOHONGAN ALKITAB SECARA UMUM.


Website ini dibuat justru untuk mengungkap berbagai jenis kebohongan
Alkitab/Bibel sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam
Al-Qur’an berikut ini:
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka (Yahudi & Kristen) akan percaya
kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu
mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui?” (QS. 2:75)
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang (Yahudi & Kristen) yang
menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: ‘Ini dari Allah’,
untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka
kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang
mereka kerjakan.” (QS. 2:79)
“Orang-orang (Yahudi & Kristen) yang telah Kami beri Al Kitab mengenal
Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya
sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui.” (QS. 2:146)
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di
kala mereka berkata: ‘Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia’.
Katakanlah: ‘Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-
lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu
sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang
kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?’ Katakanlah: ‘Allah-lah
(yang menurunkannya)’, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an
kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS.
6:91)

3. KEMENANGAN DI KHAIBAR DAN MEKAH.


Sisi keajaiban lain dari Al Qur’an adalah ia memberitakan terlebih dahulu
sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al
Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman
bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum
penyembah berhala:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan
memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur
rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka
Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum
itu kemenangan yang dekat.” (Al Qur’an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya
kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya,
sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu
menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan
kemudian memasuki Mekah dengan aman.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan
hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur’an.
Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah,
Yang pengetahuan-Nya tak terbatas.

4. DITEMUKANNYA JASAD FIR’AUN.


Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir’aun) supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. 10:92)
Pada waktu  Qur-an  disampaikan  kepada  manusia  oleh  Nabi Muhammad,
semua  jenazah  Fir’aun-Fir’aun yang disangka ada hubungannya dengan Exodus
oleh manusia  modern  terdapat  di kuburan-kuburan  kuno di lembah raja-raja
(Wadi al Muluk) di Thebes, di seberang  Nil  di  kota  Luxor.  Pada  waktu  itu
manusia   tak  mengetahui  apa-apa  tentang  adanya  kuburan tersebut. Baru
pada abad 19 orang menemukannya seperti  yang dikatakan  oleh  Quran,
jenazah  Fir’aunnya Exodus selamat.
Pada waktu ini jenazah Fir’aun  Exodus  disimpan  di  Museum Mesir  di  Cairo  di
ruang  mumia,  dan  dapat dilihat oleh peziarah. Jadi hakekatnya  sangat  berbeda
dengan  legenda yang menertawakan
yang  dilekatkan kepada Qur-an oleh ahli tafsir Injil, R.P. Couroyer.

5. MADU ADALAH OBAT.


“kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
(QS. 16:69)
Tidak ada seorang pun yang membantah bahwa madu lebah dapat dijadikan obat
bagi manusia. Padahal, Al-Qur’an diturunkan pada abad ke-7 Masehi, dimana
orang-orang pada waktu itu, khususnya di Jazirah Arab, masih buta iptek.

6. AIR SUSU BINATANG, MINUMAN YANG LEZAT.


“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-
orang yang meminumnya.” (QS. 16:66).
Pada waktu itu tidak ada seorang manusia pun di Jazirah Arab yang mengira
bahwa air susu ternak dapat diminum oleh manusia, bahkan menyehatkannya.
Sekarang, air susu ternak sudah menjadi santapan sehari-hari bagi manusia
yang menyukainya.

7. SEGALA YANG HIDUP DI MUKA BUMI DICIPTAKAN DARI AIR.


“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. 21:30)
Pada waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau segala yang
hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun yang
membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air. Air adalah materi pokok
bagi kehidupan setiap makhluk hidup.

8. FENOMENA BERPASANG-PASANGAN ATAS SEGALA SESUATU.


Qur-an yang berulang-ulang menyebut  adanya  pasangan  dalam alam  tumbuh-
tumbuhan,  juga  menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum,
dan dengan  batas-batas  yang  tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa
yang mereka tidak ketahui.” (QS. 36:36)
Kita dapat mengadakan hipotesa  sebanyak-banyaknya  mengenai arti  hal-hal
yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang
manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang
berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar,
baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk
mengingat pemikiran yang  dijelaskan dalam  ayat  itu secara gamblang  
dan untuk  mengetahui  bahwa  kita tidak menemukan pertentangan dengan ilmu
sains masa kini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan
perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas.
Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul
Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan,
dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang
disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya:
anti-materi.
Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda
dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan
negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan
hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan
berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap
saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan
dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan
kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut.
Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat
Al Qur’an diturunkan.
(http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz – Nothingness: The
Science of Empty Space, s. 205)

9. KEJADIAN MANUSIA DI DALAM RAHIM.


Telor yang sudah dibuahkan dalam “Trompe” turun bersarang di dalam  rendahan
(cavite) Rahim (uterus).
Inilah yang dinamakan “bersarangnya telur.”   Qur-an menamakan uterus tempat
telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
“Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan.” (QS. 22:5)
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni
perpanjangan telor yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi
membesarnya telor, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah.
Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam Rahim. Pengetahuan
tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.
Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama surat
96 ayat 2.
“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” (QS. 96:2)
“Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan kata bahasa Arab: ‘alaq. Ini adalah
arti yang pokok. Arti lain adalah “gumpalan darah” yang sering disebutkan dalam
terjemahan Qur-an.
Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah
melewati tahap  ”gumpalan  darah.” Ada lagi terjemahan ‘alaq dengan “lekatan”
(adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yakni
”sesuatu yang melekat” sesuai sekali dengan penemuan Sains modern.
Ide  tentang “sesuatu yang melekat” disebutkan dalam 4 ayat lain yang
membicarakan transformasi urut-urutan semenjak tahap ”setetes sperma” sampai
sempurna.
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dan kabur) maka
(ketahuilah) bahwasanya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, (sesuatu yang melekat) kemudian
dari segumpal daging yang sempurna keadaannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu.” (QS. 22:5)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat).”
(QS. 23:4)
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani,
sesudah itu dan segumpal darah (sesuatu yang melekat).” (QS. 40:67)
“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim). Kemudian
mani itu menjadi segumpal darah (sesuatu yang melekat) lalu Allah
menciptakannya dan menyempurnakannya.” (QS. 75:37-38)
Anggota tempat “mengandung” itu terjadi, selalu disebutkan dalam Qur-an
dengan kata yang berarti uterus. Dan beberapa surat, tempat  itu dinamakan
“Tempat menetap yang kokoh.” (surat 23 ayat 13 yang pernah kita sebutkan dan
surat 77 ayat 21.18)

PERKEMBANGAN EMBRIYO DIDALAM PERANAKAN


Hal-hal yang disebutkan oleh Qur-an sesuai dengan  apa  yang diketahui manusia
tentang  tahap-tahap perkembangan embryo dan tidak mengandung hal-hal yang
dapat dikritik oleh  Sains modern.
Setelah “sesuatu yang melekat,” yaitu kata-kata yang telah kita lihat
kebenarannya, Qur-an mengatakan bahwa embriyo melalui tahap: daging (seperti
daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan
daging (diterangkan dengan kata lain yang berarti daging segar).
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan sesuatu yang melekat dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.” (QS. 23:14)
Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa Arab ‘mudlghah’ ;
daging   (seperti  daging  segar)  adalah terjemahan ‘lahm’ Perbedaan perlu
digaris bawahi, embriyo pada permulaannya  merupakan  benda yang nampak
kepada mata biasa (tanpa alat), dalam tahap tertentu daripada
perkembangannya, sebagai  daging  dikunyah.  Sistem  tulang,  berkembang
pada benda tersebut dalam yang dinamakan “mesenhyme.” Tulang yang sudah
terbentuk  dibungkus  dengan  otot-otot, inilah yang dimaksudkan dengan ‘lahm’.
Dalam perkembangan embriyo, ada beberapa bagian yang muncul, yang  tidak
seimbang  proporsinya dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang bagian-
bagian lain tetap seimbang.
Bukankah arti kata  bahasa  Arab  ”mukhallaq”  yang  berarti “dibentuk dengan
proporsi seimbang” dan dipakai dalam ayat 5 surat 22, disebutkan untuk
menunjukkan fenomena ini?
Qur-an juga menyebutkan munculnya pancaindera dan hati (perasaan, af-idah).
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh
(ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati.” (QS. 32:9)
Qur-an juga menyebutkan terbentuknya seks:
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dan air mani apabila dipancarkan.” (QS. 53:45-46)
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam surat 35 ayat 11 dan surat 75 ayat 39.
Semua pernyataan-pernyataan Qur-an harus dibandingkan dengan hasil-hasil
Sains modern; persesuaian di antara kedua hal tersebut sangat jelas. Tetapi juga
sangat perlu untuk membandingkannya dengan kepercayaan-kepercayaan umum
yang tersiar pada waktu Qur-an, agar kita mengetahui bahwa manusia pada
waktu itu tidak mempunyai konsepsi seperti yang diuraikan oleh Qur-an mengenai
problema-problema tertentu. Mereka itu tidak dapat menafsirkan Qur-an seperti
yang kita lakukan sekarang setelah hasil Sains modern membantu kita.
Sesungguhnya hanya baru pada abad  XIX, manusia mempunyai pandangan
yang jelas tentang hal-hal tersebut.
Selama  abad  pertengahan  mitos  dan  spekulasi tanpa dasar merupakan
sumber daripada doktrin yang bermacam-macam,  yang tetap  dianut orang
setelah abad pertengahan selesai. Banyak orang tidak  tahu  bahwa  tahap
fundamental  dalam  sejarah embryologi  adalah  pernyataan  Harvey  pada th.
1651 bahwa: “Semua yang hidup itu berasal dari telor.”  Juga banyak orang tidak
tahu bahwa embriyo itu terbentuk sedikit demi sedikit, sebagian demi sebagian.
Tetapi pada waktu ilmu pengetahuan baru telah mendapat bantuan dari
penemuan baru yaitu mikroskop untuk menyelidiki soal-soal kita ini,
masih terdapat banyak orang yang membicarakan peran telur spermatozoide.
Seorang naturalis, yaitu Buffon termasuk golongan ovist (yaitu golongan yang
menganut teori pengkotakan). Bonnet  salah seorang penganut teori tersebut
mengatakan bahwa telor Hawa, ibu dari jenis manusia, mengandung segala bibit
jenis manusia, yang disimpan dalam pengkotakan, yang satu didalam
yang lainnya. Hipotesa semacam ini masih diterima orang pada abad XVIII.  Lebih
seribu  tahun sebelum zaman tersebut, di mana doktrin-doktrin khayalan masih
mendapat pengikut, manusia sudah diberi Qur-an oleh Tuhan. Pernyataan-
pernyataan Qur-an mengenai reproduksi manusia menjelaskan hal-hal yang
pokok dengan istilah-istilah sederhana yang manusia memerlukan berabad-abad
untuk menemukannya.

10. KARAKTER BINATANG YANG HIDUP BERKELOMPOK.


“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab, kemudian kepada Tuhan
merekalah, mereka dihimpunkan..” (QS. 6:38)
Beberapa hal dalam ayat tersebut harus kita  beri  komentar. Pertama-tarna:
nasib  binatang-binatang sesudah mati perlu disebutkan. Dalam hal ini
nampaknya Qur-an tidak  mengandung sesuatu  doktrin. Kemudian  soal  taqdir
secara umum, yang kelihatannya  menjadi  persoalan  di  sini,  dapat  difahami
sebagai  taqdir  mutlak  atau  taqdir relatif, terbatas pada struktur  atau  organisasi
fungsional  yang  mengkondisikan tindakan  (behaviour).  Binatang
bereaksi kepada fakta luar yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi-kondisi
tertentu.
Menurut Blachere, seorang ahli tafsir kuno seperti Al Razi berpendapat bahwa
ayat  ini hanya menunjukkan tindakan-tindakan instinktif yang  dilakukan  oleh
binatang untuk memuji Tuhan.
Syekh  si Baubekeur “Hamzah” (Sayid Abubakar Hamzah, seorang ulama
Maroko)  dalam tafsirnya menulis:
“Naluri yang mendorong makhluk-makhluk  untuk  berkelompok  dan
berreproduksi, untuk hidup  bermasyarakat  yang  menghendaki agar  pekerjaan
tiap-tiap  anggauta  dapat  berfaedah untuk seluruh kelompok.”
Cara hidup binatang-binatang itu pada beberapa  puluh  tahun terakhir  telah
dipelajari secara teliti dan kita menjadi yakin akan adanya masyarakat-
masyarakat  binatang.  Sudah terang bahwa hasil pekerjaan kolektif telah dapat
meyakinkan orang tentang  perlunya  organisasi  kemasyarakatan.  Tetapi
penemuan   tentang   mekanisme   organisasi  beberapa macam binatang baru
terjadi  dalam  waktu  yang  akhir-akhir  ini. Kasus  yang  paling  banyak  diselidiki
dan diketahui adalah kasus  lebah.  Nama  Von  Frisch  dikaitkan   orang   dengan
penyelidikan  tersebut.  Pada  tahun 1973 Von Frisch, Lorenz dan  Tinbergen
mendapat  hadiah Nobel  karena   penyelidikan mereka.

11. PEREDARAN BENDA-BENDA ANGKASA DALAM GARIS


EDARNYA.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan
bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. “Dan Dialah
yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan
sumber : edukasi.kompasiana.com

7 SIFAT ORANG CERDAS


Menurut Islam orang cerdas ada 7, yaitu :
1) Setiap mulai makan sesuatu, dimulai dengan mengucap basmallah
2) Apabila mengakhiri suatu perbuatan mengucap hamdallah
3) Jika terlanjur berkata jelek/buruk mengucap astagfirullah
4) Jika berjanji, mengucap insya'allah
5) Bila diberi musibah mengucap innalillahi
6) Diberi cobaan yang tidak mampu, membaca lahawalakuata illabilah
7) Lisan untuk dzikir
Sunday, March 28, 2010

Ciri Orang Cerdas

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

Berikut ini ciri-ciri orang yang cerdas menurut al-Qur'an dan Hadits
yang bisa saya himpun. Seseorang dikatakan cerdas bila memiliki
semua unsur di bawah ini, bukan hanya salah satu saja dari unsur di
bawah ini. Ciri-ciri orang cerdas di bawah ini ternyata sudah
menyangkut 3 unsur kecerdasan, yakni kecerdasan inteligensi,
emosional dan spiritual. Bahkan saya sendiri kaget melihat hasil
yang saya daftar sendiri ini. Ide dari tulisan ini sendiri sebenarnya
berasal dari tulisan John Taylor Gatto di Yes! Magazine berjudul Higher
Education yang menyebutkan 12 ciri orang yang terdidik yang dalam
salah satu pointnya menyebutkan bahwa ciri orang terdidik adalah
menerima kematian. Tentu saja saya penasaran untuk mempelajari
lebih lanjut di dalam al-Qur'an, karena menerima kematian adalah salah
satu prinsip dalam Islam.

Semua unsur yang saya ambil ini mengambil dari kata kunci ulil-albab.
Saya teringat dulu, ketika guru saya, Ustadz Sumardi Herlambang dari
Surabaya, menerangkan kata ulil-albab. Beliau berkata, "Saya tidak
bisa menerjemahkan kata ulul-albab, dan seharusnya kata ulil-albab itu
jangan diterjemahkan, adapun maknanya silahkan dibaca ayat-ayat
tersebut." Penterjemahan saya tentang kata ulul-albab menjadi orang
yang cerdas, berdasarkan pernyataan guru saya di atas, tentu saja
salah, karena banyak menghilangkan makna kata-kata ulil albab itu
sendiri. Tetapi, ketika saya melihat makna yang dikandung ayat-ayat
tersebut, yang mirip dengan konsep kecerdasan manusia saat ini, yang
menunjukkan pada tiga kelompok kecerdasan, akhirnya saya
menafsirkannya sebagai orang cerdas.
Dalam tulisan ini, pertama, saya akan menuliskan ringkasannya,
kemudian baru saya menuliskannya secara lengkap beserta dalil yang
saya gunakan.
1. Selalu ingat mati dan mempersiapkan dirinya untuk bekal akhirat.
2. Memikirkan jaminan kehidupan untuk dirinya dan juga orang lain
serta generasi masa depan di dunia ini.
3. Mempersiapkan bekal atau memikirkan kehidupannya di dunia.
Serta memanfaatkan semua potensi yang saat ini dimilikinya untuk
menyiapkan kemungkinan buruk yang mungkin menimpanya di masa
depan.
4. Mengamati dan menganalisa potensi alam serta memaksimalkannya
untuk kepentingan diri sendiri pada khususnya dan manusia pada
umumnya.
5. Lebih memilih kebaikan daripada keburukan meskipun keburukan itu
menarik hati.
6. Mau belajar dari kisah-kisah orang terdahulu. Baik pelajaran yang
membawa kebaikan maupun pelajaran yang membawa keburukan.
7. Mau bersabar dan yakin bahwa setiap permasalahan pasti ada
solusinya.
8. Siap dalam menghadapi kematian, karena tahu, tidak ada yang
abadi di dunia ini.
9. Hati-hati dalam bertindak, karena dia yakin bahwa setiap
tindakannya dapat berakibat buruk juga baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain.
10. Mampu mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap kejadian
yang ada.
11. Tidak mencari-cari permasalahan.
12. Memenuhi janji
13. Menjalin silaturrahim, menjalin hubungan dengan orang lain.
14. Memberikan manfaat bagi orang lain, serta menolak kejahatan
dengan cara yang baik.
15. Memilih jalannya sendiri yang menurutnya paling baik tanpa
pengaruh orang lain.

1. Selalu ingat mati & mempersiapkan dirinya untuk bekal akhirat.

ِ ‫َان َن ْف َس ُه َو َع ِم َل لِ َما َبعْ َد ْال َم ْو‬


‫ت‬ َ ‫ْال َكيِّسُ َمنْ د‬
Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja
untuk kehidupan setelah kematian. [HR. at-Tirmidzi]

‫ َيا‬:‫ار َف َقا َل‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ْت ال َّن ِبيَّ ص َعاشِ َر َع ْش َر ٍة َف َقا َم َر ُج ٌل م َِن ْاالَ ْن‬ ُ ‫ اَ َتي‬:‫ْن ُع َم َر رض َقا َل‬ ِ ‫َع ِن اب‬
‫ َو اَ ْك َث ُر ُه ْم‬،ِ‫ اَ ْك َث ُر ُه ْم ِذ ْكرً ا ل ِْل َم ْوت‬:‫اس؟ َقا َل‬ ِ ‫اس َو اَحْ َز ُم ال َّن‬ ِ ‫ َمنْ اَ ْك َيسُ ال َّن‬،‫هللا‬ ِ َّ‫َن ِبي‬
‫ ابن ابى الدنيا‬.ِ‫ولِئك ْاالَ ْك َياسُ َذ َهب ُْوا ِب َش َرفِ ال ُّد ْن َيا َو َك َرا َم ِة ْاآلخ َِرة‬ َ ُ ‫ ا‬،ِ‫ِاسْ ِتعْ دَا ًدا ل ِْل َم ْوت‬
:‫ و لفظه‬،‫ و البيهقى فى الزهد‬،‫فى كتاب الموت و التطبرانى فى الصغير باسناد حسن‬
‫ َفاَيُّ ْالمُْؤ ِم ِنيْن‬:‫ َقا َل‬.̃‫ اَحْ َس ُن ُه ْم ُخلُ ًقا‬:‫ضلُ؟ َقا َل‬ َ ‫ َأيُّ ْالمُْؤ ِم ِني َْن اَ ْف‬:‫اَنَّ َر ُجالً َقا َل لِل َّن ِبيِّ ص‬
ُ‫ولِئك ْاالَ ْك َياس‬
َ ُ ‫ ا‬،‫ َو اَحْ َس ُن ُه ْم لِ َما َبعْ َدهُ ِاسْ ِتعْ دَا ًدا‬،‫ت ذ ِْكرً ا‬ ِ ‫ اَ ْك َث ُر ُه ْم ل ِْل َم ْو‬:‫اَ ْك َيسُ ؟ َقا َل‬
Dari Ibnu ‘Umar RA ia berkata : Saya datang kepada Nabi SAW,
kami serombongan sebanyak sepuluh orang. Kemudian ada
seorang laki-laki Anshar bertanya, “Wahai Nabiyallah, siapa orang
yang paling cerdas dan paling teguh diantara manusia ?”. Nabi
SAW bersabda, “Orang yang paling banyak mengingat mati
diantara mereka dan orang yang paling banyak mempersiapkan
bekal untuk mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka
pergi dengan membawa kemulyaan dunia dan kemulyaan akhirat”.
[HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-Maut. Thabrani di dalam
Ash-Shaghir]

Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW,


“Siapa diantara orang-orang mukmin itu yang lebih utama ?”. Nabi
SAW menjawab, “Orang yang paling baik akhlaqnya diantara
mereka”. Orang tersebut bertanya lagi, “Siapakah diantara orang-
orang mukmin yang paling cerdas/cerdik ?”. Nabi SAW menjawab,
“Orang yang paling banyak ingat mati diantara mereka, dan orang
yang paling baik persiapannya untuk kehidupan selanjutnya.
Mereka itulah orang-orang yang cerdas”.
[HR. Baihaqi di dalam kitabuz-Zuhud]

2. Memikirkan jaminan kehidupan untuk dirinya dan juga orang


lain serta generasi masa depan di dunia ini. Inti ayat berikut adalah
kewajiban memberikan jaminan hidup bagi diri sendiri, yang tentunya
juga bagi orang lain. Jaminan hidup bagi orang lain juga berarti, semisal
di dalamnya menjamin dari kerusakan alam. Beberapa hari lalu
misalnya, saya mendengar berita tanah longsor dan jembatan putus
yang ternyata diakibatkan oleh penambang liar, maka itu berarti
penambang liar tersebut tidak memberikan jaminan hidup bagi orang
lain.

ِ ‫اص َح َياةٌ َيا ُأولِي اَأْل ْل َبا‬


َ ُ‫ب َل َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬
‫ون‬ َ ‫َو َل ُك ْم فِي ْالق‬
ِ ‫ِص‬
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup
bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.
[QS al-Baqarah (2): 179]
3. Mempersiapkan bekal atau memikirkan kehidupannya di
dunia. Serta memanfaatkan semua potensi yang saat ini
dimilikinya untuk menyiapkan kemungkinan buruk yang mungkin
menimpanya di masa depan.

‫ُوق َواَل ِجدَا َل فِي ْال َح ِّج‬ َ ‫ث َواَل فُس‬ َ ‫ِيهنَّ ْال َح َّج َفاَل َر َف‬
ِ ‫ضف‬ َ ‫ات َف َمن َف َر‬ ٌ ‫ْال َح ُّج َأ ْش ُه ٌر مَّعْ لُو َم‬
‫ب‬ِ ‫ون َيا ُأولِي اَأْل ْل َبا‬ َّ ‫َو َما َت ْف َعلُوا ِمنْ َخي ٍْر َيعْ َلمْ ُه هَّللا ُ َو َت َز َّو ُدوا َفِإنَّ َخي َْر‬
ِ ُ‫الزا ِد ال َّت ْق َو ٰى َوا َّتق‬

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa


yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji,
maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
[QS al-Baqarah (2): 197]

َ ‫ك َق ْب َل َف ْق ِر‬
،‫ك‬ َ ‫ َوغِ َنا َء‬،‫ِك‬
َ ‫ك َق ْب َل َس َقم‬
َ ‫ َوصِ حَّ َت‬،‫ِك‬
َ ‫ك َق ْب َل َه َرم‬ َ ‫ َش َبا َب‬:‫س‬ ْ
ٍ ْ‫اغ َت ِن ْم َخمْ سًا َق ْب َل َخم‬
َ ‫ك َق ْب َل َم ْوت‬
‫ِك‬ َ ‫ َو َح َيا َت‬،‫ك‬ ُ ‫ك َق ْب َل‬
َ ِ‫ش ْغل‬ َ ‫َو َف َر‬
َ ‫اغ‬

Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang


lain: (Manfaatkan) masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu
sebelum masa fakirmu, masa luangmu sebelum datang masa
sibukmu, masa hidupmu sebelum datang masa matimu.
[HR. Al-Hakim]

4. Mengamati dan menganalisa potensi alam serta


memaksimalkannya untuk kepentingan diri sendiri pada
khususnya dan manusia pada umumnya. Disinilah muncul proses
kreatif, serta pembelajaran terhadap hukum-hukum alam. Saya sering
menyebut ayat ini sebagai ayat kecerdasan intelejensial.
ِ ‫ت ُأِّلولِي اَأْل ْل َبا‬
‫ب‬ ِ ‫اخ ِتاَل فِ اللَّي ِْل َوال َّن َه‬
ٍ ‫ار آَل َيا‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ِإنَّ فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬
ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
‫ض‬ ِ ‫ُون فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬ َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َف َّكر‬ َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
ِ ‫ُون هَّللا َ ِق َيامًا َوقُعُو ًدا َو َع َل ٰى ُج ُن‬ َ ‫الَّذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ك َف ِق َنا َع َذ‬َ ‫ت ٰه َذا بَاطِ اًل ُسب َْحا َن‬ َ ‫َر َّب َنا َما َخ َل ْق‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
[QS Ali Imran (3): 190-191]

5. Lebih memilih kebaikan daripada keburukan meskipun


keburukan itu menarik hati.

˜ِ ‫ث َفا َّتقُوا هَّللا َ َيا ُأولِي اَأْل ْل َبا‬


‫ب‬ ِ ‫ك َك ْث َرةُ ْال َخ ِبي‬
َ ‫الطيِّبُ َو َل ْو َأعْ َج َب‬
َّ ‫يث َو‬
˜ُ ‫قُل اَّل َيسْ َت ِوي ْال َخ ِب‬
َ ‫َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬
‫ُون‬

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun


banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah
kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan".
[QS al-Maidah (5): 100]

6. Mau belajar dari kisah-kisah orang terdahulu. Baik pelajaran


yang membawa kebaikan maupun pelajaran yang membawa
keburukan.

َ ‫ِيثا ُي ْف َت َر ٰى َو ٰلكِن َتصْ د‬


‫ِيق الَّذِي َبي َْن‬ ً ‫ان َحد‬
َ ‫ب َما َك‬ ِ ‫ان فِي َقصَصِ ِه ْم عِ ب َْرةٌ ُأِّلولِي اَأْل ْل َبا‬ َ ‫َل َق ْد َك‬
َ ‫َي َد ْي ِه َو َت ْفصِ ي َل ُك ِّل َشيْ ٍء َو ُه ًدى َو َرحْ َم ًة لِّ َق ْو ٍم يُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
[QS Yusuf (12): 111]
7. Mau bersabar dan yakin bahwa setiap permasalahan pasti
ada solusinya.

‫ب‬ٍ ‫ب َو َع َذا‬ ٍ ْ‫ْطانُ ِب ُنص‬َ ‫ُّوب ِإ ْذ َنادَ ٰى َر َّب ُه َأ ِّني َم َّسن َِي ال َّشي‬ َ ‫َو ْاذ ُكرْ َع ْب َد َنا َأي‬
ِ ‫ارْ ُكضْ ِب ِرجْ ل َِك ٰه َذا م ُْغ َت َس ٌل َب‬
ٌ‫ار ٌد َو َش َراب‬
ِ ‫َو َو َه ْب َنا َل ُه َأهْ َل ُه َوم ِْث َلهُم م ََّع ُه ْم َرحْ َم ًة ِّم َّنا َوذ ِْك َر ٰى ُأِلولِي اَأْل ْل َبا‬
‫ب‬
ٌ‫ص ِابرً ا ِّنعْ َم ْال َع ْب ُد ِإ َّن ُه َأوَّ اب‬
َ ُ‫ث ِإ َّنا َو َج ْد َناه‬ْ ‫ِك ضِ ْغ ًثا َفاضْ ِرب˜ ِّب ِه َواَل َتحْ َن‬ َ ‫َو ُخ ْذ ِب َيد‬

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-


nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan
dan siksaan".
(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk
untuk mandi dan untuk minum".
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai fikiran.
Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah
dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar.
Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhan-nya).
[QS Shaad (38): 41-44]

8. Siap dalam menghadapi kematian, karena tahu, tidak ada


yang abadi di dunia ini.

‫ض ُث َّم ي ُْخ ِر ُج ِب ِه َزرْ عًا م ُّْخ َتلِ ًفا‬ ِ ْ‫يع فِي اَأْلر‬ َ ‫َأ َل ْم َت َر َأنَّ هَّللا َ َأ‬
َ ‫نز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َف َس َل َك ُه َي َن ِاب‬
ِ ‫ُطامًا ِإنَّ فِي ٰذل َِك َلذ ِْك َر ٰى ُأِلولِي اَأْل ْل َبا‬
‫ب‬ َ ‫َأ ْل َوا ُن ُه ُث َّم َي ِهي ُج َف َت َراهُ مُصْ َف ًّرا ُث َّم َيجْ َعلُ ُه ح‬

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah


menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-
sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu
tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi
kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. [QS az-Zumar (39): 21]
9. Hati-hati dalam bertindak, karena dia yakin bahwa setiap
tindakannya dapat berakibat buruk juga baik pada diri sendiri
maupun pada orang lain.

َ ‫ت َعنْ َأمْ ِر َر ِّب َها َو ُر ُسلِ ِه َف َح‬


‫اس ْب َنا َها ِح َسابًا َشدِي ًدا َو َع َّذ ْب َنا َها َع َذابًا‬ ْ ‫َو َكَأيِّن مِّن َقرْ َي ٍة َع َت‬
‫ُّن ْكرً ا‬
‫ان َعا ِق َب ُة َأ ْم ِر َها ُخسْ رً ا‬
َ ‫ت َو َبا َل َأمْ ِر َها َو َك‬ ْ ‫َف َذا َق‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا َق ْد َأ‬
‫نز َل هَّللا ُ ِإ َل ْي ُك ْم ِذ ْكرً ا‬ ِ ‫َأ َع َّد هَّللا ُ َل ُه ْم َع َذابًا َشدِي ًدا َفا َّتقُوا هَّللا َ َيا ُأولِي اَأْل ْل َبا‬
َ ‫ب الَّذ‬

Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai


perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab
penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab
mereka dengan azab yang mengerikan.
Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya,
dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar.
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka
bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal;
(yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah
menurunkan peringatan kepadamu,
[QS at-Talaq (65): 8-10]

ِ ‫ِين َظ َلمُوا مِن ُك ْم َخاص ًَّة َواعْ َلمُوا َأنَّ هَّللا َ َشدِي ُد ْال ِع َقا‬
‫ب‬ َ ‫َوا َّتقُوا ِف ْت َن ًة اَّل ُتصِ ي َبنَّ الَّذ‬

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus


menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
[QS al-Anfaal (8): 25]

10. Mampu mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap kejadian


yang ada.

‫ت ْالح ِْك َم َة َف َق ْد ُأوت َِي َخيْرً ا َك ِثيرً ا َو َما َي َّذ َّك ُر ِإاَّل ُأولُوا‬
َ ‫يُْؤ تِي ْالح ِْك َم َة َمن َي َشا ُء َو َمن يُْؤ‬
‫ب‬ ِ ‫اَأْل ْل َبا‬

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam


tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah). [QS al-Baqarah (2): 269]

11. Tidak mencari-cari permasalahan.

‫ات َفَأمَّا‬ ٌ ‫ب َوُأ َخ ُر ُم َت َش ِاب َه‬ ِ ‫ات هُنَّ ُأ ُّم ْال ِك َتا‬ ٌ ‫ات مُّحْ َك َم‬ ˜َ ‫ْك ْال ِك َت‬
ٌ ‫اب ِم ْن ُه آ َي‬ َ ‫نز َل َع َلي‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َأ‬
‫ُون َما َت َشا َب َه ِم ْن ُه ا ْبت َِغا َء ْال ِف ْت َن ِة َوا ْب ِت َغا َء َتْأ ِويلِ ِه َو َما َيعْ َل ُم َتْأ ِوي َل ُه‬ ِ ُ‫ِين فِي قُل‬
َ ‫وب ِه ْم َز ْي ٌغ َف َي َّت ِبع‬ َ ‫الَّذ‬
‫ون آ َم َّنا ِب ِه ُك ٌّل مِّنْ عِ ن ِد َر ِّب َنا َو َما َي َّذ َّك ُر ِإاَّل ُأولُوا‬ َ ُ‫ون فِي ْالع ِْل ِم َيقُول‬ َ ‫ِإاَّل هَّللا ُ َوالرَّ اسِ ُخ‬
‫ب‬ِ ‫اَأْل ْل َبا‬

Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di


antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok
isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang
yang berakal.
[QS Ali Imran (3): 7]

12. Memenuhi janji

ِ ‫ِّك ْال َح ُّق َك َمنْ ه َُو َأعْ َم ٰى ِإ َّن َما َي َت َذ َّك ُر ُأولُوا اَأْل ْل َبا‬
‫ب‬ َ ‫نز َل ِإ َل ْي‬
َ ‫ك مِن رَّ ب‬ ‫َأ ُأ‬
ِ ‫َف َمن َيعْ َل ُم َّن َما‬
‫َأ‬
‫اق‬ َ ‫ون ِب َع ْه ِد هَّللا ِ َواَل َينقُض‬
َ ‫ُون ْالمِي َث‬ َ ُ‫ِين يُوف‬ َ ‫الَّذ‬

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan


kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang
buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran,
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak
perjanjian,
[QS ar-Ra'du (13): 19-20]

13. Menjalin silaturrahim, menjalin hubungan dengan orang


lain. Hal ini sangat bermanfaat, sebagaimana kisah Rasulullah yang
dilindungi oleh sukunya ketika beliau diboikot, bahkan akhirnya
dilindungi oleh anggota-anggota suku-suku yang lain. Adapun
penafsiran kata "menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan" sebagai silaturrahim, bisa dibaca di kitab-kitab
tafsir al-Qur'an.

˜ِ ‫ون سُو َء ْال ِح َسا‬


‫ب‬ َ ‫ون َما َأ َم َر هَّللا ُ ِب ِه َأن ي‬
َ ُ‫ُوص َل َو َي ْخ َش ْو َن َر َّب ُه ْم َو َي َخاف‬ َ ُ‫ِين يَصِ ل‬
َ ‫َوالَّذ‬

dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah


perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada
Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.
[QS ar-Ra'du (13): 21]

14. Memberikan manfaat bagi orang lain, serta menolak kejahatan


dengan cara yang baik.

‫صاَل َة َوَأن َفقُوا ِممَّا َر َز ْق َنا ُه ْم سِ ًّرا َو َعاَل ِن َي ًة‬


َّ ‫ص َبرُوا ا ْبت َِغا َء َوجْ ِه َرب ِِّه ْم َوَأ َقامُوا ال‬ َ ‫َوالَّذ‬
َ ‫ِين‬
ٰ ‫ون ب ْال َح َس َن ِة ال َّس ِّيَئ َة ُأ‬
ِ ‫ِئك َل ُه ْم ُع ْق َبى ال َّد‬
‫ار‬ َ ‫ول‬ ِ َ ‫َو َي ْد َرُؤ‬
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan
serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah
yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
[QS ar-Ra'du (13): 22]

15. Memilih jalannya sendiri yang menurutnya paling baik tanpa


pengaruh orang lain.Tanpa pengaruh orang tua, kaum kerabat,
pemimpin yang dianggap berpengaruh, maupun pengaruh orang-orang
kaya.

ِ ‫ك ُه ْم ُأولُوا اَأْل ْل َبا‬


‫ب‬ ٰ ‫ِين َه َدا ُه ُم هَّللا ُ َوُأ‬
َ ‫ولِئ‬ َ ‫ِئك الَّذ‬
َ ‫ول‬ٰ ‫ُون َأحْ َس َن ُه ُأ‬
َ ‫ُون ْال َق ْو َل َف َي َّت ِبع‬ َ ‫الَّذ‬
َ ‫ِين َيسْ َت ِمع‬
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi
Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai
akal. [QS az-Zumar (39): 18]

َ ‫نز َل هَّللا ُ َقالُوا َب ْل َن َّت ِب ُع َما َأ ْل َف ْي َنا َع َل ْي ِه آ َبا َء َنا َأ َو َل ْو َك‬


‫ان آ َباُؤ ُه ْم اَل‬ َ ‫َوِإ َذا قِي َل َل ُه ُم ا َّت ِبعُوا َما َأ‬
َ ‫ون َش ْيًئ ا َواَل َي ْه َت ُد‬
‫ون‬ َ ُ‫َيعْ ِقل‬

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah


diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?".
[QS al-Baqarah (2): 170]
[Ayat senada juga ada pada QS al-Maidah (5): 104; Luqman (31):
21;az-Zukhruf (43): 22; ]

َ ‫ك ِإاَّل الَّذ‬
‫ِين ُه ْم‬ َ ‫اك ِإاَّل َب َشرً ا م ِّْث َل َنا َو َما َن َر‬
َ ‫اك ا َّت َب َع‬ َ ‫ِين َك َفرُوا مِن َق ْو ِم ِه َما َن َر‬ َ ‫َف َقا َل ْال َمُأَل الَّذ‬
ُ ‫ِي الرَّ ْأي َو َما َن َر ٰى َل ُك ْم َع َل ْي َنا مِن َفضْ ٍل َب ْل َن‬
َ ‫ظ ُّن ُك ْم َكاذ ِِب‬
‫ين‬ َ ‫َأ َرا ِذلُ َنا َباد‬
ِ
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:
"Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia
(biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang
mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara
kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu
memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin
bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".
[QS Huud (11): 27]

Oleh: Ali Sofyan Kholimi Posted by kholimi at 1:00 AM 


Siapa di dunia ini pemilik IQ tertinggi?

Albert Einstein… bukan…BJ Habibie juga bukan…Bukan mereka


semua...
Dalam teori IQ, sederhananya seperti ini. Nilai IQ itu adalah
kecerdasan seseorang dibandingkan kecerdasan seharusnya pada
tingkatan umur seperti dia. Jadi contohnya seperti ini, ada seorang
anak berusia 10 tahun, namun dia memiliki kualitas intelejensia
yang seharusnya dimiliki anak usia 15 tahun, maka nilai IQnya
adalah 15 dibagi 10 dikali 100, yakni 150. Sebaliknya misalnya ada
orang berusia 20 tahun, intelejensianya sekualitas anak berusia 10
tahun, berarti nilai IQnya adalah 10 dibagi 20 dikali 100, hasilnya
IQnya cuma 50..

"Jadi siapa akhirnya orang yang paling tinggi IQnya?"

Sederhana, seharusnya orang yang memiliki konsep pemikiran


yang lebih jauh ke depan jelas IQnya lebih tinggi dibandingkan
orang yang berpikir pragmatis.. yang penting saat ini… yang
penting hari ini. Jadi seorang pemuda 20 tahun yang sudah
mempersiapkan konsep hidup dan menatap kehidupannya sampai
usia 50 tahun berarti IQnya adalah 50/20 dikali 100 sama dengan
250…. Ini jauh lebih tinggi daripada miliknya Einstein…

"Jadi secara teori mereka yang mempersiapkan hari tua berarti


yang tertinggi?"

Oh tidak...Tidak sesederhana itu. Dia mestinya memiliki konsep


yang seharusnya dimiliki saat pertambahan umur itu. Jadi
pemikiran dia pada contoh di atas telah 30 tahun melampaui batas
umurnya. Bukan sekedar seperti orangtua yang berusia 50 tahun.
Tapi merekakah yang paling tinggi? tidak juga.. 

Ternyata IQ tertinggi bukan milik mereka. IQ tertinggi adalah orang


yang hidupnya senantiasa berpikir lebih jauh ke depan… yakni
masa setelah dunia…. Masa akhirat! Orientasinya adalah
cukupkah perbekalanku di masa depan kampung akhirat kelak?
Bagaimana caranya supaya aku bisa bahagia di akhirat?… coba
tebak berapa IQ mereka?

misal saja dia berusia 30 tahun. Sementara dia berorientasi ke


akhirat yang tahunnya adalah lebih dari ribuan tahun… kita sebut
saja nilai tahunnya tak terhingga. Maka IQnya adalah tak terhingga
dibagi 30 kali 100 sama dengan tak terhingga…. Lihat IQnya tak
terhingga! Maka kita bisa menilai sendiri siapa sesungguhnya
pemilik IQ yang paling tinggi..

:: Intinya, yang memiliki IQ tertinggi di dunia ini adalah orang yang


sanggup untuk memikirkan masa di dunia dan di akherat yang
kekal kelak. Yaitu orang yang memiliki keseimbangan kebaikan
antara hubungan antar manusia dan hubungan antar Tuhannya
(orang yang soleh). ::

10 Cara Rasulullah Menjemput Rahmat Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari Baginda Nabi Muhammad


SAW didatangi Jibril, kemudian berkata, “Wahai Muhammad, ada
seorang hamba Allah yang beribadah selama 500 tahun di atas sebuah
bukit yang berada di tengah-tengah lautan. Di situ Allah SWT
mengeluarkan sumber air tawar yang sangat segar sebesar satu jari, di
situ juga Allah SWT menumbuhkan satu pohon delima, setiap malam
delima itu berbuah satu delima.

Setiap harinya, hamba Allah tersebut mandi dan berwudhu pada mata
air tersebut. Lalu ia memetik buah delima untuk dimakannya, kemudian
berdiri untuk mengerjakan shalat dan dalam shalatnya ia berkata: “Ya
Allah, matikanlah aku dalam keadaan bersujud dan supaya badanku
tidak tersentuh oleh bumi dan lainnya, sampai aku dibangkitkan pada
hari kiamat dalam keadaan bersujud”.

Maka Allah SWT menerima doa hambanya tersebut. Aku (Jibril)


mendapatkan petunjuk dari Allah SWT bahwa hamba Allah itu akan
dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud. Maka Allah
SWT menyuruh: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena
rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut berkata: “Ya Allah, masukkan
aku ke dalam surga karena amal ibadahku”.

Maka Allah SWT menyuruh lagi: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam


surga karena rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut berkata lagi: “Ya
Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku”. Untuk
yang ketiga kalinya Allah SWT menyuruh lagi: “Masukkan hamba-Ku ini
ke dalam surga karena rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut pun
berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal
ibadahku”.

Maka Allah SWT menyuruh malaikat agar menghitung seluruh amal


ibadahnya selama 500 tahun dengan nikmat Allah yang telah diberikan
kepadanya. Setelah dihitung-hitung ternyata kenikmatan Allah SWT
tidak sebanding dengan amal ibadah hamba tersebut selama 500
tahun. Maka Allah SWT berfirman: “Masukkan ia ke dalam neraka”.
Maka ketika malaikat akan menariknya untuk dijebloskan ke dalam
neraka, hamba tersebut berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke
dalam surga karena rahmat-Mu. (HR Sulaiman Bin Harom, dari Muhammad
Bin Al-Mankadir,dari Jabir RA).

Dari kisah di atas, jelaslah bahwa seseorang bisa masuk surga karena
rahmat Allah SWT, bukan karena banyaknya amal ibadah. Lantas
muncul pertanyaan, bagaimana dengan amal ibadah yang kita lakukan
setiap hari, seperti shalat, zakat, sedekah, puasa, dan amalan-amalan
lainnya tidak ada arti? Jangan salah persepsi. Sungguh, tidak ada amal
ibadah yang sia-sia, amal ibadah adalah sebuah proses atau alat untuk
menjemput rahmat Allah SWT. Karena rahmat Allah tidak diobral begitu
saja kepada manusia. Akan tetapi, harus diundang dan dijemput.

Rasulullah SAW mengajarkan kepala umatnya beberapa cara agar


rahmat Allah itu bisa diraih. Pertama, berbuat ihsan dalam beribadah
kepada Allah SWT dengan menyempurnakan ibadah kepada-Nya dan
merasa diperhatikan (diawasi) oleh Allah (QS al-A'raf [7]: 56). Kedua,
bertakwa kepada-Nya dan menaati-Nya dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya (QS al-A'raf [7]:
156-157). Ketiga, kasih sayang kepada makhluk-Nya, baik manusia,
binatang. maupun tumbuhan.

Keempat, beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah (QS al-Baqarah


[2]: 218). Kelima, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menaati
Rasulullah SAW (QS an-Nur [24]: 56). Keenam, berdoa kepada Allah
SWT untuk mendapatkannya dengan bertawasul dengan nama-nama-
Nya yang Mahapengasih (ar-Rahman) lagi Mahapenyayang (ar-Rahim).
Firman Allah SWT, “Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami
dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam
urusan kami (ini).” (QS al-Kahfi [18]: 10).

Ketujuh, membaca, menghafal, dan mengamalkan Alquran (QS al-


An'am [6]: 155). Kedelapan, menaati Allah SWT dan Rasul-Nya (QS Ali
Imran [6]: 132). Kesembilan, mendengar dan memperhatikan dengan
tenang ketika dibacakan Alquran (QS al-A'raf [7]: 204). Kesepuluh,
memperbanyak istigfar, memohon ampunan dari Allah SWT.
Firmannya, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar
kamu mendapat rahmat.” (QS an-Naml [27]: 46). 

Usaha yang Meringankan Bangun Malam


Oleh:  M Sinwani 
 
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Tatkala matahari terbenam, aku
senang adanya kegelapan karena aku bisa bercinta dengan Tuhanku,
dan tatkala ia terbit, aku sedih karena adanya manusia dalam
kehidupanku.”
  
Demikian penggalan kata dari imam Fudhail bin ‘Iyadh, seorang ahli
ibadah yang mendapat julukan “Abid Haramain” (seorang ahli ibadah di
Makkah dan Madinah). Ia menuturkan kepada kita akan nikmatnya
bangun malam.
  
Bangun malam merupakan pengorbanan diri kita untuk bisa
meninggalkan kepuasaan ragawi dari tidur; Panggilan hati untuk
menghadap kepada Allah dengan ibadah dan zikir. Di dalamnya kita
bisa berdialog dengan Tuhan tanpa batas penghalang. Dialog dapat
terhubung dengan shalat Tahajud, doa, dan zikir, membaca Alquran,
ataupun ibadah sunah yang lain.
  
Bangun malam tak sepenuhnya kita harus terjaga sepanjang malam,
tapi bisa di tengahnya atau sepertiganya, tergantung pada kemampuan
dan kemauan. (QS Al-Muzzammil [73]: 2-4). Bangun malam adalah
ibadah yang yang dianjurkan oleh Allah SWT tanpa adanya pemaksaan
dan pembebanan kewajiban di dalamnya. Ia murni panggilan hati.
  
Rasulullah memberikan teladan kepada kita untuk bisa bangun,
bersujud, dan bermunajat kepada Allah pada malam hari hingga tak
terasa kedua lututnya membengkak. Melihat hal ini ‘Aisyah RA
bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah kebiasaan ini tidak
memberatkanmu, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang
lalu dan akan datang?” beliau menjawab, “Tidak pantaskah aku menjadi
hamba-Nya yang bersyukur!” 
  
Akan tetapi, kebiasaan bangun malam tak serta-merta terbangun dalam
hidup kita sehari-hari sehingga perlu adanya latihan dan niat yang kuat.
Ia bisa begitu berat bagi sebagian orang bisa pula sangat ringan bagi
sebagian yang lain, bahkan ada perasaan sedih apabila terlewati.
Adapun usaha yang dapat meringankan bangun malam, di antaranya
tidak terlalu banyak makan. Dengan banyak makan tentu akan
berimbang dengan banyak minum yang dapat menyebabkan kantuk
berat dan sulit untuk bangun malam.
Usaha yang lain juga dengan meluangkan sedikit waktu untuk istirahat
siang karena akan meregangkan otot dan pikiran yang kaku sehingga
tidak terlalu capek pada malam hari. Namun, semua usaha itu akan sia-
sia apabila tidak adanya niat dan pengetahuan tentang hikmah di balik
bangun malam.
  
Allah SWT telah membentangkan hikmah bangun malam secara luas
bagi kita yang mampu mendirikannya; bisa berupa rezeki (QS as-
Sajadah [32]: 16); bisa ketenangan jiwa (QS al-Muzzammil [73]: 6); bisa
pula martabat yang terpuji (QS al-Isra’ [17]: 79).
  
Rasulullah SAW juga memaparkan pentingnya bangun malam, “Dua
rakaat yang didirikan seorang hamba di tengah malam pahalanya lebih
baik daripada dunia dan seisinya.” [HR Muhammad bin Maruzi). Dan ia
pula bersabda, “Tidaklah seorang hamba Muslim melewatkan waktu
pada malam hari untuk memohon kebaikan kepada Allah, kecuali Dia
pasti akan memberikan kebaikan itu kepadanya.” [HR Muslim].
Kenikmatan bangun malam tentu tak akan terasa bagi kita yang belum
pernah mencicipinya. Ia tampak keras dan sukar saat pertama kali kita
cicipi, namun akan ada rasa kecanduan apabila kita cicipi berulang-
ulang kali. Wallahu a’lam.

CERDAS SPIRITUAL MENURUT ISLAM


“Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan
nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati,
Sedang orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan
berangan-angan kepada Allah”. (Riwayat Ahmad)
 
Menurut Hadist ini, kecerdasan sesorang dapat diukur dari
kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsunya (cerdas emosi)
dan mengorientasikan semua amalnya pada kehidupan sesudah mati
(cerdas spiritual). Mereka yakin bahwa ada kehidupan setelah
kematian, mereka juga percaya bahwa setiap amalan di dunia sekecil
apapun akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt.

Keyakinan tentang keabadian, menjadikannya lebih berhati-hati dalam


menapaki kehidupan di dunia ini, sebab mereka percaya bahwa
kehidupan ini tidak sekali di dunia ini saja, tapi ada kehidupan yang
lebih hakiki. Dunia adalah tempat menanam, sedangkan akhirat adalah
tempat memanen. Siapa yang menanam padi akan menuai padi. Siapa
yang menanam angin akan menuai badai.

Tidak hanya bersikap hati-hati, orang yang cerdas spiritual nya lebih
bersemangat, lebih percaya diri dan lebih optimis. Mereka tidak pernah
ragu-ragu berbuat baik, sebab jika kebaikannya tidak bisa dinikmati
saat di dunia mereka masih bisa berharap mendapatkan balasannya di
akhirat nanti. Jika tidak bisa dinikmati sekarang, amal kebaikan itu akan
berubah menjadi tabungan atau deposito secara otomatis yang kelak
akan dicairkan justru pada saat mereka sangat membutuhkan di alam
kehidupan sesudah mati.

Saat menanam pohon, misalnya mereka sangat antusias. Mereka yakin


jika pohon tersebut nantinya berbuah tidak ada yang sia-sia sekalipun
buahnya dimakan burung atau dimakan orang lain. Sekalipun ia tidak
menikmati buah itu di dunia ini, ganjaran nya akan dipetik di akhirat
nanti.

Orang-orang ini, ketika melihat ketidakadilan di dunia tidak segera


putus asa. Sekalipun para koruptor bebas berkeliaran, sedang orang-
orang sholeh justru dipenjarakan, mereka tetap memandang dunia
dengan pandangan yang positif. Mereka tetap berjuang menegakan
keadilan, sekalipun keadilan yang hakiki baru dirasakan kelak di
akhirat. Di depan mahkamah Illahi tidak ada barang bukti yang hilang
atau sengaja dihilangkan. Mulut dikunci dan semua anggota tubuh
bersaksi.

Ciri orang yang cerdas sebenarnya telah tampak jelas dalam derap
langkahnya, ketika mereka membuat rencana, saat mengeksekusi
rencananya dan pada saat melakukan evaluasi. Bahkan dalam
kehidupan sehari-hari saat sendirian atau dalam interaksi sosialnya
nampak wajah nya yang senantiasa bercahaya , memancarkan energi
positif, menjadi magnet power, penuh motivasi, menjadi sumber
inspirasi, dan berfikir serta bertindak positif. Mereka akan bersikap baik
dan benar baik ketika ditengah keramaian maupun disaat sendirian
karena dimanapun dia berada merasa dilihat oleh Allah.

Orang seperti ini mempunyai integritas (totalitas pada nilai-nilai


kebenaran) , sesuai antara hati, kata dan perbuatannya. Selaras antara
apa yang ada dalam hatinya, ucapan  dan perbuatannya yang
bertumpu pada nilai-nilai kebenaran.

Orang yang cerdas emosi dan spiritual enak diajak bergaul, karena
mereka telah terbebas dari su’udzon (buruk sangka, hasad (iri atau
dengki) dan takabur (menyombongkan diri). Orang-orang inilah yang
memiliki potensi untuk meraih sukses di dunia sekaligus sukses
menikmati kehidupan surgawi di akhirat nanti.

Semoga Allah SWT menganugrahi kepada kita gabungan tiga


kecerdasan sekaligus, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
spiritual dan kecerdasan emosional. Amin

Sumber : http://hanifa93.wordpress.com/2009/01/04/cerdas-spiritual-menurut-islam/
Singkatan assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

1. as = orang bodoh ; keledai


2. ass = pantat
3. askum = celakalah kamu
4. assamu = racun
5. samlekum = matilah kamu
6. salom/syalom/shalom = ucapan salam sesama kristen bhs ibrani
7. mikum = bhs ibrani = mari bercinta

Assalamu’alaikum = salam dengan 10 kebaikan


Assalamu’alaikum warohmatulloh = salam dengan 20 kebaikan
Assalamu’alaikum warohmatullohi wababokatuh = kebaikan sempurna

CERDAS MENURUT RASULULLAH SAW


Oleh: DR. Moh Abdul Kholiq Hasan el-Qudsy

Ketika orang menyadari adanya kehidupan selain kehidupan dunia ini, ia


tentu akan menyiapkan sebaik mungkin untuk bekal kehidupan kelak. Orang
yang cerdas bukanlah orang yang memperoleh pangkat doktor atau profesor.
Atau orang yang telah mempu menciptakan suatu teori supersulit atau
insinyur yang mempu menciptakan mega proyek yang tak tertandingi. Tapi,
orang sukses adalah mereka yang mampu menghitung-hitung amalnya untuk
persiapan kehidupan setelah mati.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Kami bersepuluh
datang kepada Nabi SAW, ketika seorang Anshar berdiri dan bertanya: ‘Wahai
Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia?’ Maka
Rasulullah menjawab: ‘Mereka yang paling banyak mengingat mati dan
paling banyak mempersiapkan kematian. Merekalah orang yang paling
cerdas. Mereka akan pergi dengan mendapatkan kehormatan dunia dan
kemuliaan akhirat.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW. bersabda, ”Orang yang cerdas
adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal
untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah
orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan
kepada Allah”.  (HR. Ibnu Majah).
Jadi, orang yang cerdas adalah orang yang tahu bagaimana
mempersiapkan mati. Mengingat mati atau mempersiapkan kematian yang
dimaksud bukan hanya terkait dengan kain kafan, harta warisan, surat wasiat,
atau lahan pekuburan. Manusia cerdas tentu lebih giat mempersiapkan bekal
untuk menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka tahu bagaimana
mengubah yang fana ini menjadi sesuatu yang kekal. Misalnya, bagaimana
caranya harta yang fana ini bisa berubah menjadi kekal? Maka caranya adalah
dengan mengeluarkan sebagian atau semuanya kalau memungkinkan dari
harta itu untuk tabungan akhiratnya. Sebagai investasi, di saat orang tak lagi
mampu mengiventasikan hartanya.
Orang cerdas selalu memikirkan tentang kematian. Karena kematian
adalah sesuatu hal yang misterius yang hanya Allah saja yang tahu. Tinggal
bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi
kematian yang akan mendatangi kita.”Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam”. (QS. 3:102)
Ia juga memikirkan saat dirinya dibangkitkan kembali di yaumul
hisab atau hari perhitungan amal perbuatan selama di dunia. Sebagaimana
dikabarkan Rasulullah SAW: “Tidak ada seorangpun di antara kalian kecuali
akan diajak bicara oleh Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia menengok ke
kanan, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di
dunia). Ia pun menengok ke kiri, maka ia tidak melihat kecuali apa yang
pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia melihat ke depan, maka ia tidak
melihat kecuali neraka ada di depan wajahnya. Karena itu jagalah diri kalian
dari neraka meski dengan sebutir kurma.” (HR. Bukhori Muslim)

Orang-orang yang sadar dan tahu akan hakikat antara dunia dan akhirat,
akan merasa ringan ketika meninggalkan dunia dan tidak ada rasa takut untuk
mati. Karena dengan perantaraan kematian manusia akan mendapatkan
hakekat kehidupan, kekekalan, kenikmatan dan bertemu dengan penciptanya.
Hal ini bukan berarti orang mukmin tidak takut mati, tetapi yang dimaksudkan
adalah sebagaimana di ungkapkan para shahabat kepada Rasulullah, " Wahai
Rasulullah semua kita tidak suka dengan kematian! Rasulullah menjawab,
" Bukan itu maksudnya, tetapi ketika orang mukmin diperlihatkan kepadanya
tetang sesuatu yang akan datang untuknya, ia senang untuk bertemu kepada
Allah dan Allah pun senang bertemu dengannya. (HR. Bukhori).
Adapun orang-orang yang telah terperdaya dengan tipuan dunia, akan
selalu takut untuk mati karena tidak ada bekal yang akan mereka bawa untuk
ke akhirat. Ketika kematian mendatangi mereka dan diperlihatkan apa yang
akan mereka peroleh nantinya "Mereka tidak suka untuk bertemu dengan
Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengnnya " (HR. Bukhori). 
Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah, agar dapat mempersiapkan
pertemuan kita dengan-Nya, dengan persiapan terbaik. Amin.

CARA MENJADI PINTAR DALAM ISLAM


Diberikannya akal membuat manusia mampu belajar dengan menggunakan
berbagai cara menjadi pintar menurut agama Islam.Cara menjadi pintar
menurut Islam penting dilakukan agar memperoleh ilmu secara benar dan
dapat berguna bagi diri sendiri maupun untuk orang lain
Baik tidaknya cara menjadi orang pintar menurut Islam dapat mempengaruhi
kehidupan manusia secara individu, bahkan dapat mempengaruhi kehidupan
dunia secara umum. Manusia telah dikodratkan oleh Allah SWT menjadi
khalifah atau pemimpin di atas dunia ini dengan ilmu yang dimilikinya
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk menjadi pintar dengan cara belajar dan
mencari ilmu. Surat al-‘Alaq sebagai wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW adalah seruan untuk belajar. Hal ini
membuktikan cara agar menjadi pintar menurut Islamdianggap sesuatu yang
sangat penting
Menuntut ilmu atau belajar diwajibkan bagi manusia sepanjang hidupnya. Allah
sangat membenci orang yang tidak menggunakan ilmu atau pengetahuan
dalam melakukan sesuatu, karena setiap yang dilakukan manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya. Lalu bagaimana cara menjadi cerdas dan pintar
menurut Islam? Berikut penjelasannya

BELAJAR DARI MENELADANI ATAU MENIRU SESUATU


Cara menjadi pintar menurut agama Islam yang pertama adalah dengan
meneladani sesuatu, tentu sesuatu yang baik. Seperti halnya bayi yang akan
belajar sesuatu dari orang-orang terdekatnya, orang dewasa juga dapat
meniru atau meneladani sebagai suatu pilihan cara belajar yang baik
Karena kecenderungan manusia untuk meniru tersebutlah, maka cara
menjadi pintar menurut Islam sangat tergantung perilaku orang-orang yang
dijadikan teladan bagi orang lain untuk membentuk karakter atau pikiran
orang-orang yang telah menjadikannya teladan

BELAJAR DENGAN PENGALAMAN LANGSUNG


Manusia tidak akan mungkin menguasai semua ilmu yang Allah berikan
kepada hamba-Nya. Karena itulah cara menjadi orang pintar menurut
Islam dapat dilakukan melalui pengalaman dan praktik langsung yang
dilakukan sendiri. Jika kita dalam situasi tertentu yang kita belum pernah
mempelajarinya, sedangkan pada saat yang bersamaan kita dituntut untuk
memutuskan secara cepat, maka hal terbaik yang dapat dilakukan adalah
dengan mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut daripada
membiarkannya. Jadi pengalaman langsung yang kita alami tersebut juga
merupakan salah satu cara agar menjadi pintar menurut Islam

BELAJAR DENGAN CARA BERFIKIR


Berpikir juga merupakan salah satu cara menjadi cerdas dan pintar menurut
Islam. Dengan berpikir manusia berusaha untuk memperoleh beberapa solusi
dari permasalahan yang dihadapinya sampai akhirnya menemukan pilihan
untuk mengatasi permasalahan tersebut
Cara menjadi pintar dalam Islam diantaranya dengan meneladani atau
menirukan tingkah laku seseorang, kemudian dapat juga dilakukan dengan
cara menemukan ilmu tersebut dari pengalaman yang dilalui atau dari proses
berpikir untuk memecahkan suatu permasalahn yang terjadi.

KEUTAMAAN BANGUN PAGI MENURUT ISLAM


Ketika kita terbiasa bangun pagi, manusia dapat bermunajat dan berdzikir
kepada Allah di pagi hari, sedang dampak kesehatan dapat dirasakan dari
udara yang bersih dan olahraga. Adapun dampak ekonomi seorang muslim
dapat merancang rencana-rencana bisnisnya dan satuan-satuan pekerjaannya
ketika pikirannya masih jernih di pagi hari. Bangun tidur merupakan salah satu
tanda kebesaran Allah sebagai bukti atas kekuasaan-Nya, yang menyerupai
kebangkitan setelah mati. Allah menamakan tidur sebagai kematian dan
bangun tidur sebagai kebangkitan. Firman Allah SWT:
 
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa orang
yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah
Dia tetapkan kematiannya, dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditentukan, sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bgai kaum yang berfikir.” (Az Zumar:42)
“ Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk
istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk berusaha.” ( Al Furqan: 47)
Bangun tidur merupakan permulaan hidup setelah adanya kekosongan,
bagaikan membuka lembaran baru yang putih bersih, yang dilalui seseorang
sepanjang harinya, yang memulai kehidupannya dari bangun tidurnya, dan
menutupnya dengan tidur kembali kemudian menyerahkan catatan amal
perbuatannya untuk dipertanggungjawabkan pada hari kiamat nanti. Allah
SWT berfirman :
 
“Dan Dialah yang menidurkanmu di malam hari, kemudian Dia
membangunkanmu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang
telah ditentukan, kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia
memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS 6:60)
Bangun tidur merupakan permulaan rutinitas hidup dalam keseharian, sudah
sepatutnya bagi setiap muslim untuk menjadikan pembuka harinya dan
permulaan aktivitasnya senantiasa berhubungan dengan Sang Penciptanya,
dan mengingat Pemberi Rezeki, bersyukur kepada Pemberi nikmat, Penjaga,
dan Pelindung selama tidurnya. Allah SWT berfirman:
“Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan
siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah’. Sebenarnya mereka adalah
orang-orang yang berpaling dari mengingat Tuhan mereka.” (Al-Anbiya:42)
Di sela-sela permulaan waktu setiap hari, ketika pikiran masih jernih, akal
masih cemerlang, kondisi fisik masih segar, hendaklah setiap individu
mengatur agenda aktivitas yang akan dikerjakan, berupa perbuatan-
perbuatan baik yang diridhai Allah SWT, yang akan membawa kebaikan baik
kepada dirinya maupun kepada sesama manusia.
 
TATA CARA BANGUN DI PAGI HARI
Berusahalah untuk bangun pagi, sebelum fajar tiba. Hal ini dapat
memberi faedah bagi kejiwaan dan kesehatan serta mendayagunakan waktu
yang jernih untuk beribadah dan belajar. Allah telah menggambarkan hamba-
Nya yang takwa dalam firman-Nya:
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” (QS Adz Dzariyat 17-18).
Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
“Bersegeralah dalam mencari rezeki dan kebutuhan (hajat) karena dalam
kesegeraan (pergi pagi) itu terdapat keberkahan dan kesuksesan.” (HR.
Thabrani)
Hendaknya terlintas dzikir dan doa kepada Allah dalam hati atau fikiran serta
terucap oleh lisan. Allah SWT berfirman :“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada
(waktu) pagi dan petang.” (Qs Al Insaan”25).
Diriwayatkan dari Aisyah ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Tidak ada balasan bagi hamba yang berkata, “Laa ilaha illallah, la syarikalak,
lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir,’ tatkala Allah
mengembalikan ruhnya melainkan Allah mengampuni dosa-doanya, walaupun
dosanya bagaikan buih di lautan.” (HR. Ibnu Sunny).
Diriwayatkan oleh Hudzaifah bin Yamani ra. dia berkata :
“Jika rasulullah pergi ke tempat tidurnya, maka beliau mengucapkan doa,
‘Dengan nama-Mu Ya Allah, hidup dan matiku,’ dan tatkala bangun tidur
mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku setelah
mematikanku dan hanya kepada-Nya tempat kembali.’ (HR. Bukhari)
Setelah bangun tidur hendaklah segera membersihkan diri kemudian wudhu
dan shalat, dan menjadikan amalan ini sebagai pembuka aktivitas pagi hari
setelah doa dan dzikir serta menjauhkan kesibukan lain.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW. Bersabda :
“Setan itu mengikat ubun-ubun setiap orang di antara kamu tatkala tidur
dengan tiga ikatan. Dia mengencangkan setiap ikatan, jika berlalu malam
yamg panjang hendaknya engkau tidur. Jika dia bangun dan dzikir kepada
Allah, maka lepaslah satu ikatan dan jika berwudhu lepas lagi satu ikatan dan
jika mendirikan shalat lepas lagi satu ikatan,maka badan menjadi segar dan
giat. Tetapi jika tidak, menjadikan diri malas.” (Muttafaq alaih)
Hendaklah tidak membiasakan tinggal di tempat tidur dan membalikkan
badan setelah bangun untuk meyambung mimpi dan tenggelam dalam
lamunan dan khayalan.
 
Menjauhkan diri dari kebiasaan tidur setelah fajar tiba atau mengulur-ulur
waktu untuk mengerjakan shalat karena waktunya masih panjang, karena itu
hanya bisikan setan untuk melalaikan orang Islam dari shalat fajar dan
meninggalkannya. Allah telah menggambarkan sifat dan keadaan hamba-Nya
yang beriman dalm firman-nya :
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada
Tuhannya dengan rasa takut dan harap dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (As Sajdah:16).
Diriwayatkan dari Abu Darda ra., bahwa Nabi SAW. bersabda:
“Matahari tidak terbit melainkan di sampingnya ada dua malaikat yang
berseru dan dapat didengar oleh semua penghuni bumi, kecuali jin dan
manusia, (di mana keduanya berseru), ‘Wahai manusia, segeralah kamu
menuju Tuhanmu. Sesungguhnya sedikit dan mencukupi itu lebih baik
daripada banyak tetapi bisa membuat lupa diri.’ Kedua malaikat itu berdoa,
‘Ya Allah, berilah ganti dengan segera bagi orang yang berinfaq dan
binasakanlah segera orang yang menahan (kikir atas) hartanya.”
Berkumur dan menggosok gigi setelah bangun tidur, lebih baik dengan
siwak atau dengan pasta gigi dan sikat gigi karena itu kebiasaan yang membuat
mulut dan gigi menjadi bersih. Dari Hudzaifah ra berkata : “Rasulullah ketika
bangun tidur menggosok-gosok mulutnya dengan siwak” Membiasakan tenang
tatkala bangun dari tidur dengan tidak mengganggu keluarga dan
tetangga.Agar tidak langsung keluar dari tempat tidur ke tempat yang dingin
kecuali setelah ganti baju. Agar senantiasa pelan, halus, dan dengan suara
rendah ketika membangunkan orang lain dengan memberi pengertian akan arti
pentingnya shalat, dan jika seseorang malas untuk bangun hendaknya diulangi
lagi setelah beberapa saat.
Membuka pintu dan jendela yang tertutup di kamar tidur setelah
bangun tidur agar terjadi sirkulasi udara yang baru dan segar di kamar.
Menertibkan tempat tidur dan tidak meninggalkan tempat tidur dalam
keadaan berantakan, karena kebiasaan itu merupakan cermin dari
kepribadian seeorang dalam kehidupan kesehariannya.
Waktu pagi adalah waktu yang paling berkah, seperti Hadist Rosulullah :
“Ya Allah berkahilah umatku disaat pagi hari“ (HR. Ahmad,Abu
Dawud,Tirmidzi,Nasa’I Shahih).
Makanya jangan heran bila zaman dulu nenek moyang kita selalu bangun jam
4 terus buka-buka pintu dan jendela. Ternyata “Biar rezeki nggak dipatok
ayam masak kita kalah sama ayam”. bangun pagi emang penuh manfaat,
badan segar. mikir enak, dan Insya Allah rezeki pun baik berupa materi
maupun non materi juga lancar. Bagi Kesehatan, tentunya asupan oksigen
yang masih segar dan bersih bisa kita dapatkan (badan lebih segar tentunya).
Bagi Ekonomi, “Aristoteles mengatakan bahwa kebiasaan bangun bagi
sebelum matahari terbit, mampu membuat kita menjadi lebih sehat, sejahtera
dan bijaksana. Dengan membiasakan bangun sebelum matahari terbit,
produltivitas kita akan meningkat, badan terasa lebih sehat dan semangat
untuk mencapai tujuan yang sudah kita tetapkan akan meningkat. Hal ini akan
membuat hidup kita menjadi lebih sejahtera”.
 
MANFAAT BANGUN PAGI
1. MEDIS : Menurut Dr. Muslim Nathin, bangun pagi juga dapat dapat
mengurangi kecenderungan terserang panyakit kardiovaskular atau gangguan
jantung dan pembuluh darah.
Kita mendapat kesempatan untuk menikmati udara segar yang belum
tersentuh polusi, dimana momentum tersebut sangatlah tepat untuk
memasukan sebanyak mungkin oksigen murni ke paru-paru dengan aktifitas
olahraga.
2. SOSIOLOGI : Menjalin keakraban dengan tetangga yang sama-sama punya
kebiasaan bangun pagi, ketika kita berolahraga atau ketika sholat subuh
berjamaah di mesjid.
Bertemu/berkenalan dengan orang baru yang punya aktifitas/bekerja di pagi
hari, biasanya orang2 yang berdagang di pasar atau orang-orang yang lagi
kulakan di pasar
3. AGAMA ISLAM : Rasulullah bersabda “berpagi pagi itu barokah”. Sebab
waktu itu jiwa, akal dan fisik kita belum letih. masih fresh, jadi sayang jika
tidak digunakan sebaik baiknya. sebaik baik waktu bekerja adalah di waktu
pagi ini. Rasulullah juga bersabda :
 “Tidur selepas subuh itu akan mewarisi kepapaan”. (kepapaan : kemuncak
kepada segala macam kesulitan dan kesusahan).
4. MENAMBAH KECERDASAN : Rasulullah sejak 14 abad yang lalu dan sudah
dibuktikan secara ilmiah. Rasulullah SAW dahulu selalu membangunkan
sahabatnya untuk shalat Shubuh berjama’ah di masjid. Para sahabat berjalan
kaki bersama-sama keluar dari rumah buat pergi ke masjid Nabawi untuk
sahalat Shubuh. Penelitian Dr. Alexander Bruce dari Jerman yang dimuat di
majalah Al-Muslimun, menghasilkan sebuah temuan bahwa di waktu Shubuh,
kadar gas ozon yang mengandung oksigen mencapai puncaknya dan akan
menipis perlahan-lahan hingga matahari terbit. Sementara, gas ozon ini
sangat ampuh untuk mencegah kerusakan paru-paru, tersumbatnya urat nadi,
memperlancar peredaran darah, penyakit gula, asma, penuaan, alergi,
penyakit jantung, meningkatkan kekebalan tubuh, serta merangsang urat
syaraf bekerja dengan baik. Udah gitu kalau kamu menghirup nafas yang
panjang di pagi hari, kecepatan aliran darah menuju otak juga akan
bertambah, maka otak akan memperoleh darah kaya oksigen lebih cepat.
Walhasil, otak juga lebih cepet nyambung kalau disuruh berfikir.
Di samping itu, penelitian menunjukkan, sesudah tidur malam yang baik,
irama otak kita berfungsi sangat baik. Pemahaman, wawasan, dan
penguasaan akan berbagai masalah yang berat dan rumit lebih sukses
dihadapi pada pagi hari ketimbang pada jam-jam selanjutnya. Kenapa begitu?
Karena tidur merupakan penyegaran otak yang paling alami. Setelah otak
istirahat total di malam hari, pagi hari otak kamu sudah ready buat melakukan
pekerjaan dan rutinitas kamu, termasuk belajar.
Pada pagi hari diproduksi hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan
itu penting dalam memeperbaiki takaran, kualitas dan daya guna otak.
Hormon tersebut meningkatkan pengantaran asam amino dari darah ke otak,
yang membuat sel-sel syaraf dapat menjadikan apa yang dipelajari jadi
permanen, kebanyakan hormon pertumbuhan diproduksi waktu tidur, yaitu
tidur sebelum tengah malam yang nyaman. Ada lagi hormon lain yang sangat
penting yaitu hormon Cortisol. Puncak produksinya dari tengah malam hingga
menjelang Shubuh. Cortisol memainkan peran utama membantu kita
menghadapi stressor (penyebab stress) pada pagi hari, mengurangi
peradangan dan keletihan.
  Berhati-hatilah dari terpaan rasa kantuk dan berusahalah tidak tidur pada
ruas waktu setelah Subuh hingga terbitnya matahari. Para salafushalih sangat
tidak menyukai tidur pada waktu itu.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam Madarijus Salikin menyebutkan :
 “Di antara tidur yang tidak disukai menurut mereka ialah tidur diantara shalat
subuh dan terbit matahari, karena ini merupakan waktu untuk memperoleh
hasil bagi perjalanan ruhani, pada saat itu terdapat keistimewaan besar,
sehingga seadainya mereka melakukan perjalanan (kegiatan) semalam suntuk
pun, belum tentu dapat menandinginya.”
Duduklah berzikir setelah subuh hingga matahari terbit adalah sunnah.
Dari Abu Umamah Ra dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang sholat subuh berjamaan kemudian duduk berzikir kepada
Allah sampai terbitnya matahari, kemudian berdiri sholat dua rakaat, maka ia
memperoleh pahala haji dan umrah.”
Waktu ba’da subuh hingga terbit matahari adalah waktu pernuh barakah yang
seharusnya benar-benar dipelihara oleh setiap mukmin.
  “Peliharalah waktu itu dengan mengisinya melalui tilawatul Qur’an satu
juz dalam satu hari, berdzikir atau menghapal. Inilah yang dilakukan Rasulullah
SAW selesai menunaikan shalat subuh, bahwa ia duduk di tempat shalatnya
hingga terbit matahari” (HR. Muslim)
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik dari
Rasulullah, beliau bersabda :
“Barangsiapa shalat fajar berjamaah di masjid, kemudian tetap duduk
berdzikir mengingat Allah, hingga terbit matahari lalu sholat dua rakaat
(Dhuha), maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan
sempurna,
  sempurna, dan sempurna.” (HR Shahih Al-Albani).
Dalam sejarah Islam, ternyata kebiasaan untuk bangun pagi ini sudah
dibuktikan manfaatnya oleh para sahabat, 14 abad yang lalu. Para sahabat
dan cendikiawan Islam sudah diakui kehebatannya dalam merumuskan
masalah-masalah induk dalam khasanah ilmu pengetahuan. Mereka adalah
orang-oarang yang senantiasa bangun, bahkan sebelum waktu sahalat shubuh
tiba, seperti Riana. Ini jadi bukti yang akurat dari perintah Allah SWT yang
menyuruh kita untuk bangun di sepertiga malam, kurang-lebih antara jam 2
hingga jam tiga pagi. Di surat Al-Muzammil ayat 5,
 
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.”
Yang sudah pasti sukar untuk memahaminya di siang hari. Insya Allah, ini juga
termasuk pelajaran-pelajaran bagi yang sukar dipelajari di waktu siang atau
sore hari. Di waktu inilah Allah akan mudahkan otak kamu untuk mencerna
pelajaran tersebut dengan ciptaan-cipataan-Nya yang bernama gas ozon,
hormon pertumbuhan, cortisol atau zat-zat lain. Supaya kelak ilmu itu bisa
bermanfaat untuk memajukan umat Islam.
 
http://rumahcerdas.or.id/read/35/Keutamaan-Bangun-Pagi-Menurut-Islam.html#sthash.6xYTgLpj.dpuf

Anda mungkin juga menyukai