Disusun Oleh
Muhammad Fitrah
XI.9
NIS 6772
DINAS PENDIDIKAN
Mengetahui:
Kepala SMA Plus Negeri 17 Palembang,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, karena berkat dan ridho-Nya lah saya dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Negara
dalam Menghadapi Tantangan Abas ke-21 (Investigasi Pengamalan dan Penghayatan
Nilai-Nilai Pancasila di Kelas 11 SMA Plus Negeri 17 Palembang)” ini dengan tepat
waktu. Laporan penelitian ini dilakukan untuk memenuhi program BUGEMM
(Budaya Gemar Membaca dan Menulis) di SMA Plus Negeri 17 Palembang tahun
ajaran 2022/2023. Pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan ucapan
terimakasih kepada orang orang yang sudah berperan dalam pembuatan BUGEMM
saya yaitu :
1. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan saya motivasi dalam
mengerjakan proposal ini.
2. Bapak Ayub Kennedy, M.Pd. wali kelas saya yang selalu memotivasi dan
mendorong saya untuk membuat proposal ini.
3. Bapak Ahmad Rifki Zulkarnain, M.Pd. selaku pembimbing saya yang selalu sabar
dalam memberikan koreksi maupun konsultasi terkait proposal ini.
4. Bapak Nahliansyah, M. Pd. Selaku penguji saya yang telah memberikan koreksi
kesalahan pada karya tulis ini.
Dan saya juga meminta maaf apabila ada hal yang kurang berkenan di laporan
ini karena saya juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi orang banyak dan ilmu yang saya dapatkan
sebagai penulis selama menyusun dapat yang implementasikan di masa depan
nantinya.
Muhammad Fitrah
NIS 6772
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1.3 Dimensi Pancasila .................................................................................... 12
3.1.3.1 Dimensi Idealis ...................................................................................... 12
3.1.4 Tantangan Abad ke-21 ............................................................................. 13
3.1.5 Kemampuan yang Harus dimiliki dalam menghadapi tantangan
Sabad ke-21 .............................................................................................. 14
3.1.6 Pengertian Media Sosial ......................................................................... 14
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................. 14
3.2.1 Populasi...................................................................................................... 14
3.2.2 Sampel ....................................................................................................... 15
3.3 Metode Penilitian ...................................................................................... 16
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 16
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 18
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................... 18
4.1.1 Diskriminasi ketika kurang mengikuti perkembangan zaman ................. 18
4.1.2 Hedonisme dan penggunaan produk luar akibat pengaruh media
sosial .......................................................................................................... 19
4.1.3 Upacara setiap hari senin ......................................................................... 21
4.1.4 Tadarus Al-Quran Setiap Pagi ................................................................ 22
4.1.5 Aturan berpakaian yang ketat ................................................................. 23
4.2 Pembahasan................................................................................................. 24
4.2.1 Media Sosial Membawa Pengaruh yang Buruk ....................................... 24
4.2.2 Kemampuan yang harus dimiliki manusia modern Abad ke -21 ............. 25
4.2.3.Tadarus Al – Quran Menjadi Salah Satu Alasan Siswa SMA 17 Cerdas 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 27
5.1 Simpulan .................................................................................................... 27
5.1.1 Bentuk Pengamalan Sila Pancasila di SMA Plus Negeri 17 Palembang . 27
5.1.2 Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Sehari – hari Siswa/I SMA Plus
Negeri 17 Palembang .............................................................................. 27
5.2 Saran .......................................................................................................... 28
iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 33
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pengamalan pancasila oleh siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang dalam menghadapi tantangan abad ke-21?
2. Seberapa relevan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa SMA Plus
Negeri 17 Palembang di abad ke-21?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
lima dan 'sila' yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Dengan demikian, Pancasila merupakan lima dasar yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik” (Putri, 2022).
Pancasila terdiri dari 5 penyusun ideologi utama pancasila, yaitu Ketuhanan yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesiam dan
Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan, serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adapun
menurut Cholifa “ ideologi adalah sebuah bentuk pemikiran, berarti Indonesia
berideologi dengan berlandaskan Pancasila” (Cholifa, 2022).
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pancasila adalah
5 penyusun dasar ideologi Negara, yang mengandung nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial, berarti Pancasila
sebagai ideologi juga memandu kehidupan bermasyarakat manusia.
4
harapan, dan optimism masyarakat dalam cara pandang hidup untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.
5
Gangguan). Menurut (Putri, Nurwati, & S, 2016) “Bahwa masa remaja
merupakan masa perkembangan segala hal, sehingga menjadi labil atau mudah
dipengaruhi merupakan suatu ciri dari remaja itu sendiri.” Dalam era globalisasi,
arus informasi tersebar dengan cepat, teknologi dapat diakses dengan murah, dan
komunikasi yang terjalin lebih cepat, tentunya hal-hal diatas dapat berdampak
positif bagi masyarakat, tetapi faktanya, dengan kemudahan tersebut
membentukk jembatan untuk hal-hal buruk terjadi, terutama untuk kaum remaja
yang masih labil, berikut merupakan tantangan abad ke-21 yang sering ditemui di
kalangan remaja.
6
Dari pernyataan – pernyataan di atas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa dengan perkembangan teknologi di era globalisasi,
masyarakat semakin mudah terjerumus dalam perilaku konsumtif dan
hedonisme, karena tempat masyarakat dalam berkoneksi satu sama lain
yaitu media sosial, penuh disuguhi dengan produk-produk yang
ditawarkan, maka dari itu masyarakat harus beradaptasi dan berpikir secara
kritis untuk terhindar dari perilaku konsumtif.
7
Dari pernyataan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa dengan trend yang terus berubah-ubah, dan trend pada media
sosial yang cenderung mendorong pada penggunaan bahasa gaul yang
tidak sopan ataupun tidak baku, eksistensi dari Bahasa Indonesia dapat
meluntur akibat munculnya bahasa baru dalam kehidupan sehari-hari,
dan dari masyarakat yang cenderung cuek terhadap penggunaan
bahasa yang baku serta baik dan benar.
8
Dari pernyataan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa era globalisasi, membawa lajur informasi yang cepat pada
masyarakat, sehingga fokus masyarakat dapat teralihkan menjadi hal-hal
tertentu, termasuk dalam penggunaan produk luar negeri yang sering
menjadi trend karena banyak dari iklan media sosial merupakan produk
luar negeri.
9
2.5 Kemampuan yang Harus dimiliki dalam Menghadapi Tantangan Abad ke-
21
Menurut website Kemdikbud.go.id tentang “Tantangan Mengajar di Abad
ke-21” ada beberapa kemampuan utama yang harus dimiliki anak muda dalamm
menghadapi tantangan abad ke-21, sehingga kemampuan ini juga dijadikan
framework dalam mengajar menurut BSNP, berikut 3 kemampuan yang harus
dimiliki pelajar dalam menghadapi tantangan abad ke-21:
(a) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and
Problem Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik,
terutama dalam konteks pemecahan masalah,
(b)kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and
Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif
dengan berbagai pihak,
(c) kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills),
mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan
berbagai terobosan yang inovatif,
(d) literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and
Communications Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari,
(e)kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) , mampu
menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi, dan
(f) Kemampuan informasi dan literasi media, mampu memahami dan
menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam
gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam
pihak (BSNP, 2010).
Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
untuk menghadapi tantangan abad-21, kurikulum pendidikan haruslah membuat
kemampuan yang menyesuikan pada era informasi seperti sekarang, kemampuan
berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencipta, kemampuan
10
teknologi informasi, kemampuan belajar kontekstual, dan kemampuan informasi
dan literasi media.
11
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
12
3.1.3.2 Dimensi Normatif
Mengutip dari Pustadin, “Menurut Soeryanto, bagian ini
mengartikan bahwa Pancasila bisa mengatur sesuatu secara
mendalam untuk pelaksanaannya melalui norma yang dibuat atau
diubah.” (Pustadin ,2022). Dimensi normatif Pancasila berarti
pancasila berarti memiliki kejelasan sebagai ideologi Negara, dan
mengatur segala aspek kehidupan sehari-hari secara mendalam,
agar Negara menjadi teratur dalam pelaksanaannya.
3.1.3.3 Dimensi Realistis
Mengutip dari Agus, “Dimensi realistis yaitu suatu ideologi
harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat” (Agus Acon, 2016). pancasila dengan dimensi
realistis berarti pancasila selayaknya sesuai dengan realitas hidup
masyarakat, dan beradaptasi dengan perubahan yang ada sesuai
nilai dan norma pada pancasila.
3.1.4 Tantangan Abad ke-21
Dalam era globalisasi, arus informasi tersebar dengan cepat,
teknologi dapat diakses dengan murah, dan komunikasi yang terjalin lebih
cepat, tentunya hal-hal diatas dapat berdampak positif bagi masyarakat,
tetapi faktanya, di era globalisasi ini, selain keuntungan juga timbul
kerugian, karena anak remaja yang masih labil dan penggunaan internet
yang dilakukan dimana saja, membuat terancamnya relevansi pancasila
dalam menghadapi tantangan abad ke-21, menurut (Putri, Nurwati, & S,
2016) “Bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan segala hal,
sehingga menjadi labil atau mudah dipengaruhi merupakan suatu ciri dari
remaja itu sendiri.” Berikut merupakan hal-hal yang menjadi tantangan
abad ke-21. (a) Gaya hidup hedonisme, (b) pengaruh tutur yang kata
13
buruk di media sosial, (c) penggunaan produk luar negeri yang
berlebihan, (d) pengaruh buruk media sosial bagi adab kaum remaja.
3.1.5 Kemampuan yang Harus dimiliki dalam menghadapi tantangan abad ke-21
Menurut website Kemdikbud.go.id tentang “Tantangan Mengajar di
Abad ke-21” ada beberapa kemampuan utama yang harus dimiliki anak
muda dalamm menghadapi tantangan abad ke-21, sehingga kemampuan
ini juga dijadikan framework dalam mengajar menurut BSNP, berikut 3
kemampuan yang harus dimiliki pelajar dalam menghadapi tantangan abad
ke-21. (a) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,
(b)kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (c) kemampuan mencipta
dan membaharui (d) literasi teknologi informasi dan komunikasi, (e)
kemampuan belajar, dan (f) Kemampuan informasi dan literasi media
(BSNP, 2010).
14
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMA Plus Negeri 17 Palembang kelas XI yang berjumlah 371 orang dari
10 kelas.
3.2.2 Sampel
Sampel yang diambil dari penelitian ini diambil meggunakan teknik
purposive sampling, menurut Sugiyono (2018:138) adalah pengambilan
sampel dengan menggunakan beberapa pertimbangan tertentu sesuai
dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat menentukan jumlah sampel
yang akan diteliti, adapun Menurut Creswell (2008: 214), dalam penelitian
kualitatif, obyek/peserta yang akan diteliti ditentukan oleh peneliti
(purposeful sampling) yaitu melakukan pemilihan/seleksi terhadap orang
atau tempat yang terbaik yang dapat membantu kita dalam memahami
sebuah fenomena.
Untuk mengukur besaran sampel yang akan diteliti peneliti
mengggunakan kriteria - kriteria tertentu sebagai berikut:
A. Bersedia untuk di wawancara
B. Memiliki nilai PPKN >85 di semester terakhir
C. Dekat dengan lingkungan peneliti
Dari kriteria – kriteria tersebut maka didapatlah sampel sebanyak 7
orang yang bersedia di wawancara, dan memiliki nilai PPKN >85 di
semester terakhir hal ini guna narasumber yang di wawancarai dapat
dipastikan memiliki wawasan kebangsaan yang memenuhi rata – rata siswa
di SMA Negeri Plus 17 Palembang.
Populasi Sampel
Siswa Kelas XI 7
Tabel 1. Populasi dan Sampel
15
3.3 Metode Penilitian
Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah Studi Kasus
dengan pendekatan deskriptif kualitatif, mengacu pada John W.Creswell dalam
bukunya Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
Tradition bahwa studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang
terikat atau suatu kasus/beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui
pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi
yang kaya dalam suatu konteks” (Creswell W. John, 1998). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Denzin dan Licoln,
(1994:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2013:15).
Dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini adalah penelitian studi
kasus yang menggunakan analisis kualitatif, karena penelitian ini meneliti suatu
objek secara alamiah lalu dihubungkan dengan fenomena yang terjadi, serta
ditafsirkan oleh penulis melalui berbagai metode yang ada, dalam hal ini
wawancara, angket, dan pernyataan observasi.
16
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu”.
Wawancara yang akan digunakan penulis adalah jenis wawancara tidak
tersstruktur, dimana penulis tidak akan menggunakan format tetap dalam
pelaksanaanya, tetapi masih memiliki draft pertanyaan yang sudah disiapkan
sebelummnya berupa panduan wawancara, pertanyaan penulis ambili dari
penelitian sebelumnya yang berjudul “Relevansi Menulis di Media Masa dengan
Proses Aktualisasi Diri” oleh Hasyim Erna Aswati yang telah diuji validitasnya.
Berikut merupakan pertanyaan yang diharapkan mewakili pertanyaan wawancara
penulis lainnya.
NO PERTANYAAN
1 Setujukah Anda pancasila sebagai pedoman dalam meghadapi tantangan
abad-21, mengapa demikian?
2 Sudahkah Anda menghadapi tantangan abad 21?
Sumber: Erna Aswati, (2009,70)
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut (Moleong, 2010:13), “Teknik analisis data adalah kegiatan
analisis di penelitian dengan memeriksa seluruh data dari berbagai instrumen
penelitian, seperti catatan, dokumen, hasil tes, rekaman, dan sebagainya”.
Moleong (2010: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
17
BAB IV
Siswa di SMA ini kurang dalam mengamalkan sila kedua dan kelima,
karena banyak dari mereka cenderung memilih – milih teman sesama
mereka, tapi mungkin lebih tepatnya bukan memilih – milih teman,
tetapi mereka enggan untuk berteman dengan orang lain selain
dengan orang yang mereka anggap sama atau setara, ini berdasarkan
pengalaman saya. (Wawancara yang dilakukan dengan Siswi SMA
Plus Negeri 17 Palembang).
18
keluarga yang kaya, sehingga mereka cenderung berteman dengan sesama
mereka dan enggan untuk berteman dengan yang lain. Diskriminasi tidak
hanya datanng dalam bentuk penyerangan secara langsung, tetapi juga
dapat dalam bentuk menguclikan atau menjauhi orang yang dianggap tidak
sesuai.
Adapun, salah satu narasumber yang mendapati perilaku diskriminasi
secara langsung oleh teman temannya, berikut merupakan jawaban oleh
narasumber dari hasil wawancara
19
akibat adanya sosial media, orang – orang jadi berlomba – lomba
mengeluarkan banyak uang karena merasa yang lainnya juga melakukan
hal yang serupa. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan
penulis pada siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang terkait hedonisme.
Mungkin tantangan abad ke-21 yang saya hadapi itu boros ya, karena
dengan kemudahan yang diberikan pikiran saya itu jadinya pengen
beli ini dan beli itu tapi untungnya saya tidak terpengaruh dan
menghemat uang jajan saya. (Wawancara yang dilakukan dengan
Siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang).
20
Manfaat dari menghindari perilaku hedonisme adalah, uang dapat
digunakan untuk hal yang lebih produktif, seperti bisnis, kepentingan
hidup, ataupun tabungan untuk masa depan, sehingga hidup menjadi lebih
produktif dan bermanfaat.
4.1.3 Upacara bendera merah putih
Setiap Upacara siswa harus datang tepat waktu pukul 6:40, dan
bergantian menjadi pengurus upacara, sehingga upacara menjadi norma
yang dijaga dengan disiplin di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Berikut
merupakan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber.
21
Negeri 17 palembang, dan telah menjadi rutinitas yang tak terlewatkan,
adapun wawancara yang dilakukan dengan salah satu narasumber yaitu
sebagai berikut
Kegiatan yang dilakukan di SMA Plus negeri 17 ini ada pph, pagi
sore, dan kegiatan non akademik lainnyam selain itu ada tadarus al
quran, dan juga upacara bendera. (Wawancara yang dilakukan Siswi
SMA Plus Negeri 17 Palembang).
22
(Wawancara yang dilakukan Wahyu, Siswi SMA Plus Negeri 17
Palembang).
23
saja dalam hidupnya, karena orang yang disiplin selalu mengerjakan
sesuatu dengan tepat. Dalam kasus ini, disiplin berpakaian yang ketat juga
berkaitan dengan nilai pancasila yaitu sila ke lima, karena dengan pakaiaan
yang dijaga agar tetap sama dan setara, erarti membuat siswa
berkedudukan yang sama tanpa membedakan satu sama lain. Berikut hasil
wawancara penulis dengan narasumber.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Media Sosial Membawa Pengaruh yang Buruk
Media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang
menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan
sosial” (Djik Van, 2012). Berdasarkan pernnyataan tersebut, media sosial
berperan sebagai penghubung masyarakat dengan jarak yang hampir tiada
batasnya, tetapi hal tersebut juga berarti akan ada pengaruh buruk dari
sekelompok masyarakat yang akan mempengaruhi kelompok masyarakat
24
lainnya, salah satu contohnya yaitu pada hedonism. Berdasarkan hasil yang
didapat oleh penulis, banyak dari narasumber mengakui kalau mereka
terpengaruh oleh media sosial untuk melakukan tindakan konsumtif, karena
disebabkan oleh hal – hal konsumtif yang mereka lihat di internet, dan
kemudahan yang diberikannya sehhingga memudahkan mereka untuk
melakukan pembelian.
4.2.2 Kemampuan yang harus dimiliki manusia modern Abad ke -21
Menurut BSNP, berikut 3 kemampuan yang harus dimiliki pelajar
dalam menghadapi tantangan abad ke-21. (a) Kemampuan berpikir kritis
dan pemecahan masalah, (b)kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama
(c) kemampuan mencipta dan membaharui (d) literasi teknologi informasi
dan komunikasi, (e) kemampuan belajar, dan (f) Kemampuan informasi
dan literasi media (BSNP, 2010).
Berdasarkan hasil yang didapat penulis, banyak dari masalah yang
dihadapi di tantangan abad ke -21 ini membutuhkan keterampilan –
keterampilan yang sudah disebutkan diatas, seperti untuk menghadapi
hedonism, maka suatu individu haruslah ber literasi, dan berpikir kritis
dengan benda yang akan dibelinya, jika tidak maka dia akan hanyut
didlamnya.
4.2.3.Tadarus Al – Quran Menjadi Salah Satu Alasan Siswa SMA 17 Cerdas
Sebuah penelitian yang dilakukaan mahasiswa IAIN Bengkulu yang,
dengan judul penelitian “Pengaruh Membaca Alquran terhadap Kecerdasan
Emosional Mahasiswa Fakultas Usluhuddin didapatkan hasil penelitian
variabel intensitas membaca alquran (X) mempengaruhi variabel
kecerdasan emosional (Y) sebesar 34,3 %..
Berdasarkan hasil yang didapat penulis, SMA Plus Negeri 17
Palembang melakukan kegiatan keagamaan sehari – harinya, dan Siswa/I
SMA Plus Negeri 17 Palembang merupakan salah satu SMA dengan
siswa/i yang memiliki nilai – nilai tertinggi di sumatera selatan, maka hal
ini bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan para siswa/I untuk membaca al –
25
quran setiap pagi, karena sudah disebutkan sebelumnya bahwa membaca al
– quran dapat meningkatakan kecerdasan emosional sebesa 34.3%, yang
berarti selain bermanfaat untuk mengamalkan nilai keagamaan, membaca
al – quran meningkatkan kecerdasan siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang.
4.2.4 Lingkaran Pertemanan yang Buruk
Aristoteles mengkatagorikan manusia ke dalam “Zoon Politicon”
yang berarti manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dan
berkumpul, dalam kehidupan sosialnnya tersebut dituntut masing- masing
individu untuk memilih kelompoknya masing – masing, kelompok
cenderung terbentuk karena kesamaan tujuan, kepentingan, minat, dan lain
lain, hal ini bertujuan untuk memperkuat diri sendiri di mata orang lain,
karena ketika manusia berkelompok dan kelompoknya dianggap tinggi oleh
standar masyarakat, maka tentunya manusia akan melakukan konformitas
untuk mampu bersanding dengan kelompok yang dianggap tinggi oleh
masyarakat. Konformitas adalah proses dalam diri anggota kelompok untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang ada dalam kelompok
(Riggio, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
didapatkan bahwa SMA Plus Negeri 17 Palembang memiliki lingkar
pertemanan dengan standar yang tinggi, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Fowler dan Christakis (2008), mereka menemukan bahwa
individu yang memiliki teman-teman dengan gaya hidup sehat cenderung
memiliki tingkat kehidupan yang lebih sehat juga, maka dari itu siswa/I
disarankan agar berteman dengan orang yang sesuai dengan standar hidup,
dan bermanfaat bagi mereka, hal ini akan membuat lingkaran sosial
menjadi sehat.
26
BAB V
5.1 Simpulan
5.1.1 Bentuk Pengamalan Sila Pancasila di SMA Plus Negeri 17 Palembang
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukann peneliti,
didapatlah kegiatan yang merupakan pengamalan sila pancasila di SMA
Plus Negeri 17 Palembang sebagai berikut:
(a) Tadarus al Quran dan Kegiatan Keagamaan untuk yang nonis setiap
pagi
(b) Upacara bendera setiap pagi
(c) Aturan Berpakaian yang ketat
Penulis menyimpulkan bahwa kegiatan – kegiatan diatas berdampak
positif bagi siswa, dengan mendorong siswa untuk menjadi pribadi yang
sesuai dengan nilai – nilai pancasila, sehingga nilai – nilai tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan di masa yang akan mendatang.
5.1.2 Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Sehari – hari Siswa/I SMA Plus
Negeri 17 Palembang
27
Penulis mengambil sample siswa/I SMA Plus Negeri 17 Palembang kelas
11, sebagai perwakilan anak muda di Negara ini.
Berdasarkan hasil analisis data deskriptif, penulis dapat
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
(a) Hedonisme menjadi kebiasaan tak terhindarkan bagi anak muda. Hal ini
dikarenakan pengaruh media sosial yang membantu menarasikan iklan –
iklan produk pada konsumen sesuai denga kebiasaannya di sosial media.
5.2 Saran
Dalam uraian kesimpulan pada halaman sebelumnya, maka penulis
memberikan saran-saran yang dapat membantu pembaca yang membaca laporan
penelitian dengan beberapa contoh sebagai berikut:
(a) Gunakan media sosial dengan bijak. Hal ini karena media sosial dapat
mempengaruhi daya beli masyarakat, dan pemikiran radikal yang dapat
memicu gerakan – gerakan radikal anti pancasila.
(b) Jika melakukan belanja online, belilah produk dalam negeri. Sebagai makhluk
hidup, kita tidak dapat berhenti membbeli, dan mengkonsumsi barang, karena
pada hakekatnya makhluk hidup selalu menghabiskan sumber daya alam.
28
Namun sebaiknya jika kita harus mengkonsumsi barang, konsumsilah produk
dalam negeri agar dapat membantu perekonomian negara.
(c) Ikutilah kegiatan dan aturan sekolah sepenuh hati. Sekolah tidak ingin
membuat murid yang gagal, sekolah ada untuk mempersiapkan siswa/I nya
dalam menggapai cita – citanya di masa depan, maka dari itu ikutilah kegiatan
dan peraturan sekolah dengan sepenuh hati, karena merupakan bagian dari
perjalanan menggapai cita - cita.
(d) Bertemanlah dengan orang – orang yang tepat. Lingkaran sosial akan
menentukan relasi, dan apa yang akan kamu gappai di waktu dekat ini tanpa
kamu sadari, karena orang yang paling kuat berpengaruh adalah orang - orang
di sekitar mu, dan dalam hal ini teman sekolah merupakan kumpulan orang
yang berpengaruh tersebut, karena kemungkinan besar Anda pasti lebih
banyak menghabiskan waktu bersama teman, disbanding keluarga di masa
SMA ini, dapat dilihat dari jadwal sekolah yang memakan waktu hingga 11
jam perhari, bahkan waktu libur yang anda habiskan bersama teman.
(e) Untuk peneliti selanjutnya, gunakan juga kuesioner agar hasil penelitian lebih
akurat, dan memliki angka untuk diinterpretasikan lebih dalam, kuesioner
yang digunakan sebaiknya telah diuji pada sampel disekolah lain, dan
divalidasi oleh Pembina yang membantu anda membuat penelitian ini.
29
DAFTAR LAMPIRAN
30
dengan ideologi Pancasila
atau Negara liberal yang
membebaskan cara berpikir
Anda?
Proses subjek Apakah dalam beraktivitas
dalam menghadapi di sosial media Anda masih
tantangan abad-21 mengamalkan nilai-nilai
berpedoman pancasila?
Pancasila
Tabel 2. Pertanyaan Wawancara
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Agus Acon, 2017. “Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi”
Jurnal Ilmu Pendidikan (online), (https://ojs.unm.ac.id/jo/article/view/2958
diakses pada Minggu 9;10, 14 November 2022)
Aprillia Dian Eka & Mahfudzi Ryan “Gaya Hidup Hedonisme dan Impulse Bullying
Pada Mahasiswa.” Jurnal Ilmu Pendidikan (online),
(https://media.neliti.com/media/publications/378660-none-636c6622.pdf,
diakses pada Sabtu 12:13, 19 November 2022)
Christianingrum Ratna & Aida Nurul Ade “TANTANGAN PENGUATAN
KEAMANAN SIBER DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN
NASIONAL” Jurnal Ilmu Pendidikan (online),
(https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kajian/file/kajian-262.pdf, diakses
pada Minggu 9:10, 14 November 2022)
Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among
Five Tradition. London: Sage Publications
Fowler, J.H. dan Christakis, N.A (2008). Estimating Peer Effects on Health in Social
Networks. Journal of Health Economics 27(5): 1386-1391
Paus Apartando, Kamus Populer, (Surabaya: PT. Arkola, 1994)
Pengertian Relevansi Pendidikan, Prinsip, dan Nilai Informasi Akuntansi Menurut
ParaAhli | Diadona.id. (2021).
Pustadin, 2022 “Apa Maksud dari Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka?” website
(online), (https://bpip.go.id/berita/1035/488/apa-maksud-dari-pancasila-
sebagai-ideologi terbuka), diakses pada Minggu 9:00, 14 November 2022)
Schaffer, Neal. “55 Compelling Social Media Marketing Statistics You Need To
Know For 2023” website (online), (https://nealschaffer.com/social-media-
marketing-statistics/, diakses pada Sabtu 11:00, 19 November 2022)
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
33
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta
Susianto, H. 1993. 1993. Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan
Anak Muda. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. Vol. 1. No. 1. Hal. 55-76.
Jakarta: Gramedia
Syaputra, Alwin. (2020) “PENGARUH INTENSITAS MEMBACA AL-QUR’AN
TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA FAKULTAS
USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD) IAIN BENGKULU”.
(Diakses pada Rabu 7:00, 19 April 2023).
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). “21st Century Skills: Learning for Life in Our
Times.” Penerbit: John Wiley & Sons, San Francisco
Wibisono Siswomihardjo Koento. 1989 “.Pancasila sebagai Ideologi Terbuka",
Makalah pada Lokakarya Dosen-dosen Pancasila di PTN dan PTS se
Kopertis Wilayah V, Yogyakarta.
34