Anda di halaman 1dari 20

Lecture # I

SISTEM MANAJEMEN RISIKO

Dr. Khambali, ST., MPPM


Suprijandani, SKM., M. Sc. PH
[CPL] Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguasai /memahami
tentang Sistem Manajemen Risiko Lingkungan :
a. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
makna penting Manajemen Risiko
Lingkungan;
b. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
manfaat Manajemen Risiko Lingkungan;
c. Mampu menjelaskan dengan baik dan benar
Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Lingkungan.
Sub Pokok Bahasan
SISTEM MANAJEMEN RISIKO

ONE TWO
Latar belakang Manfaat Manajemen
manajemen risiko Risiko Lingkungan
lingkungan

THREE
Lingkup Manajemen Risiko
Lingkungan
1. LATAR BELAKANG

Risiko telah menjadi bagian dari kehidupan


umat manusia. Sejak hidup di muka bumi,
manusia dihadapkan dengan berbagai risiko.
Manusia purba misalnya, menghadapi risiko
yang berasal dari alam, seperti ancaman
binatang buas, kondisi lingkungan dan
bencana alam.

Menurut Henry W. Longfelllow, sukses


hanya akan dicapai oleh orang yang berani
mengambil risiko. Karena itu, mau tidak mau,
setiap orang harus menghadapi risiko yang
ada dalam hidupnya. Hanya mereka yang
berani menghadapi risiko yang akan
bertahan hidup
❑ Manajemen risiko merupakan alat untuk
melindungi perusahaan dari setiap
kemungkinan yang merugikan.
❑ Dalam aspek K3 kerugian berasal dari kejadian
yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas
organisasi. Tanpa menerapkan manajemen
MANFAAT MANAJEMEN risiko perusahaan dihadapkan dengan
ketidakpastian.
RISIKO LINGKUNGAN
❑ Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya
yang dapat terjadi dalam organisasi atau
perusahaannya sehingga tidak mempersiapkan
diri untuk menghadapinya.
❑ Manajemen tidak cukup melakukan langkah-
langkah pengamanan yang memadai sehingga
peluang terjadinya bencana semakin besar.
Melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat,
antara lain:

a. Menjamin keberlangsungan usaha dengan mengurangi


risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya;
b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak
diinginkan;
c. Menimbulkan rasa aman di kalangan pemegang saham
mengenai keberlangsungan dan keamanan investasinya;
d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko
operasi bagi setiap unsur dalam organisasi/perusahaan;
e. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

Namun, masalah risiko khususnya yang berkaitan dengan K3


seringkali diabaikan oleh manajemen.
Mengapa? Karena bencana atau kejadian yang tidak diinginkan
baik dalam bentuk kecelakaan, kebakaran, atau pencemaran
belum pasti akan terjadi dan penuh dengan ketidakpastian
Tahapan Manajemen Risiko Lingkungan
LINGKUP
MANAJEMEN
RISIKO
LINGKUNGAN
Ruang Lingkup Terapan Manajemen
Risiko Lingkungan
3. LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

a. TAHAP KONVENSIONAL

Faktor risiko diperhitungkan untuk menentukan apakah


bisnis dapat dilaksanakan atau dilanjutkan. Tahap ini
berkaitan dengan studi kelayakan suatu kegiatan. Jika risiko
dan bahaya yang dihadapi sangat besar sedangkan sistem
pengamanan yang diperlukan sangat mahal, tentu kegiatan
tersebut tidak ekonomis untuk dilaksanakan. Sebagai contoh
dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) di kawasan Muria, pemerintah terlebih dahulu
melakukan kajian kelayakan proyek diantaranya berkaitan
dengan risiko K3 atau kecelakaan yang ditimbulkannya jika
proyek tersebut dijalankan.
b. TAHAP RANCANG BANGUN

Manajemen risiko diaplikasikan untuk memastikan bahwa rancangan


telah memenuhi persyaratan sehingga potensi bahaya dapat ditekan
seminimal mungkin.

c.. TAHAP KONSTRUKSI

Manajemen risiko diaplikasikan untuk memastikan bahwa kegiatan


konstruksi berjalan dengan aman memenuhi persyaratan keamanan
dan bebas dari bahaya. Tahap konstruksi mengandung berbagai risiko
atau bahaya baik bagi kelangsungan proyek tersebut maupun
terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Proyek
pembangunan jembatan layang atau jalur busway di tengah kota
Jakarta mengandung banyak risiko mulai dari bahaya, kemacetan lalu
lintas, tuntutan sosial dan lainnya.
d. TAHAP OPERASI

Manajemen risiko diperlukan untuk mengendalikan


bahaya yang timbul dalam aktivitas operasi, termasuk
pemeliharaan fasilitas.

e. TAHAP PEMELIHARAAN

Manajemen risiko diperlukan untuk menjamin bahwa


semua kegiatan pemeliharaan berjalan dengan aman.

f. TAHAP PASCA OPERASI

Manajemen risiko diperlukan untuk mengidentifikasi dan


mengelola semua bahaya yang mungkin timbul setelah
selesainya kegiatan operasi. Sebagai contoh dalam kasus
pertambangan, biasanya meninggalkan lubang bekas
galian yang dapat membahayakan.
Konsep Manajemen risiko juga dapat diaplikasikan
untuk berbagai aktivitas dan keperluan misalnya:

a. Sektor Transportasi
Manajemen Risiko dapat diaplikasikan untuk mengkaji apakah
sistem transportasi yang digunakan sudah cukup aman. Sebagai
contoh, pemerintah akan membuka jalur penerbangan baru ke
suatu kota atau daerah. Sebelum rencana tersebut
dilaksanakan dapat dilakukan kajian risiko untuk memastikan
bahwa aktivitas penerbangan akan berjalan dengan aman.
Kajian dapat meliputi kondisi geografi, route penerbangan,
cuaca, keamanan, sarana penunjang yang tersedia.

Manajemen risiko juga sangat penting dalam aktivitas


pelayaran. Ketika cuaca jelek, badai dan ombak yang besar,
risiko pelayaran sangat tinggi, sehingga syahbandar melarang
kapal-kapal untuk berlayar. Larangan ini dikeluarkan setelah
memperhitungkan risikonya
b. Bidang Kesehatan

Manajemen risiko juga dapat diterapkan dalam pembangunan


atau pengoperasian suatu pusat kesehatan dan rumah sakit.
Pasien dan pekerja kesehatan sangat rentan terhadap berbagai
bahaya baik bersumber dari aktivitas operasi maupun akibat
penularan bibit penyakit. Manajemen risiko juga dapat
digunakan dalam mengevaluasi keselamatan suatu produk
bahan makanan mulai dari bahan baku.

Perusahaan makanan dan minuman menerapkan sistem


keselamatan makanan seperti HACCP dan Food Safety
Management (ISO:22.000). Standar ini global untuk menjamin
bahwa produk makanan dan minuman dibuat, diproses dan
dipasarkan dengan cara yang aman dan bebas dari berbagai
bahaya.
c. Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan mengandung risiko tinggi misalnya di


pertambangan minyak dan gas bumi, batu bara, emas, dan
lainnya. Banyak terjadi kecelakaan di pertambangan, seperti
kebakaran peledakan, tanah longsor, pencemaran lingkungan
dan lainnya. Karena itu penerapan manajemen risiko dalam
kegiatan pertambangan telah menjadi persyaratan.

Manajemen risiko di bidang pertambangan dimulai dengan


melakukan yang ada di dalam setiap aktivitas
pertambanganidentifikasi bahaya , kemudian melakukan
analisa dan evaluasi risiko yang dilanjutkan dengan
mengembangkan strategi pengendaliannya.
d. Sektor Kehutanan

Sektor kehutanan juga memiliki risiko yang sangat besar jika


tidak dikelola dengan baik. Penebang hutan tanpa rencana dan
secara membabi buta dapat menimbulkan risiko yang
merugikan dan merusak ekologi sekitarnya.

Penebangan hutan dapat menimbulkan penggundulan hutan,


menurunkan daya serap tanah dan pada ujungnya
menimbulkan bencana seperti banjir atau tanah longsor.
Kebakaran hutan juga merupakan risiko yang sering terjadi.
Melalui penerapan manajemen risiko, hutan dapat dikelola
dengan baik dan aman bagi lingkungan maupun masyarakat
sekitarnya.
e. Sektor Pertanian

Kegiatan pertanian atau perkebunan di samping membawa


manfaat bagi kehidupan manusia juga dapat menimbulkan
risiko yang merugikan. Banyak terjadi kecelakaan atau penyakit
akibat penggunaan bahan kimia seperti pestisida.

Penggunaan pupuk yang berlebihan juga membawa risiko yang


merugikan. Lokasi perkebunan juga menentukan tingkat risiko.
Perkebunan yang berada pada lereng curam akan
mengakibatkan bencana longsor dan menurunnya daya serap
air. Oleh karena itu, dalam menyusun rencana pengembangan
sektor pertanian, peternakan atau perkebunan perlu diterapkan
manajemen risiko sehingga dampak yang tidak diinginkan
dapat dicegah.
f. Bencana Alam

Alam di sekitar kita mengandung risiko baik positif maupun


negatif. Risiko negatif dapat berupa bencana alam seperti
gempa bumi, badai, letusan gunung berapi, tanah longsor dan
banjir. Bencana alam merupakan fenomena alam sebagai
bagian dari proses alam mencari keseimbangan. Peristiwa ini
menjadi bencana jika manusia tidak mampu menyiasati
kejadian ini.

Konsep manajemen risiko sangat banyak dijalankan dalam ilmu


manajemen bencana (disaster management). Manajemen risiko
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang tata
ruang, penggunaan lahan, perencanaan kota dan pemukiman
serta program mitigasi bencana.
f. Bidang Pendidikan

❑ Dalam kondisi modern, masalah dalam menemukan dan


membentuk system manajemen risiko yang efektif dalam
keseluruhan proses manajemen menjadi prioritas di bidang
Pendidikan.

❑ Manajemen risiko merupakan proses mengidentifikasi,


menilai, dan mengendalikan ancaman ancaman atau risiko
terhadap sumber daya.

❑ Risiko berasal dari berbagai sumber termasuk


ketidakpastian hukum, teknologi, kesalahan strategi
manajemen organisasi, kecelakaan dan bencana alam.
f. Bidang Pendidikan

ISO 31000: 2018 Tentang Strategi Manajemen Risiko

Organisasi
Manajemen Risiko Perguruan Tinggi
Pendidikan Pengelola
Lingkungan
Pendidikan
f. Bidang Pendidikan

❑ Program manajemen risiko Pendidikan

Harus mampu dan berhasil membantu organisasi Pendidikan


dan mempertimbangkan berbagai peluang dan risiko yang
dihadapi.

❑ Implementasi Risiko Lingkungan

Diperlukan untuk mewujudkan organisasi Pendidikan dan


efektif dan efisiensi dalam penyelenggaraan Pendidikan.
Output/Luaran pendidikan
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai