Jurnal 3
Jurnal 3
alexithymia, pendekatan Alexithymia mengacu pada gangguan dalam pemrosesan emosi yang
kognitif, pelatihan ditandai kesulitan mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan.
mindfulness Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pelatihan
mindfulness berbasis pendekatan kognitif dalam mengurangi tingkat
alexithymia pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimen pretest-posttest control group design dengan follow up.
Subjek berjumlah 21 mahasiswa yang memiliki tingkat alexithymia
sedang hingga tinggi. Alat ukur yang digunakan yaitu the Toronto
Alexithymia Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi yang
diberikan efektif dalam menurunkan tingkat alexithymia (ρ=0,023
kelompok eksperimen dan ρ=0,973 kelompok kontrol). Ada perbedaan
skor alexithymia antara kedua kelompok (ρ=0,008). Intervensi ini
memberikan efek sedang (Kendall’s W 0,379) terhadap penurunan
kecenderungan alexithymia. Implikasi dari penelitian ini yaitu
pelatihan mindfulness berbasis pendekatan kognitif dapat dijadikan
sebagai metode untuk menurunkan kecenderungan alexithymia.
____________________
1*Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: nurulazmiarifuddin27@gmail.com
Copyright @2021 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the 125
Creative Commons Attribution License. (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Nurul Azmi Arifuddin, Widyastuti dan Ahmad Ridfah
sembilan Fakultas di Universitas Negeri Gay et al., 2008), jumlah sesi terlalu banyak
Makassar. yang belum tentu diterima baik oleh setiap
Survei awal dilakukan pada 118 individu (Melin et al., 2010), dan tidak
mahasiswa di Universitas Negeri Makassar menghasilkan perubahan yang signifikan
melalui google form, dengan meminta pasca pemberian intervensi (Iancu et al.,
mahasiswa memberi skor 1-5 (satu sangat 2006).
kurang dan 5 sangat baik) terhadap tingkat Empat diantara intervensi tersebut
kesulitan mengekspresikan emosi, mengaitkan dengan metode CBT. Tiga dari
intensitas mengungkapkan emosi intervensi yang dikaitkan dengan CBT (de
menggunakan verbal, intensitas Haan et al., 2012; & Rufer et al., 2010)
mengungkapkan emosi dengan non-verbal, memperoleh hasil yang signifikan dalam
kemampuan mengenali emosi, dan penurunan skor alexithymia, sementara satu
kemampuan menyadari emosi yang intervensi lainnya (Iancu et al., 2006) tidak
dirasakan dengan cepat. Hasil survei menghasilkan penurunan skor alexithymia
menunjukkan bahwa sebanyak 64,4% agak yang signifikan. Wulandari dan Gamayanti
kesulitan mengekspresikan emosi. Sebanyak (2014) mengemukakan bahwa pelatihan
68,7% mengaku agak kurang intensitas minfulness berbasis pendekatan kognitif
pengungkapan emosinya menggunakan memiliki kelebihan dibandingkan metode
verbal atau kata-kata. lainnya, yaitu dalam pelatihan ini tidak
Sebanyak 41,5% kurang intensitas hanya diajarkan restrukturisasi kognitif saja,
mengekspresikan emosinya dengan non- namun juga diajarkan untuk lebih peka
verbal. Sebanyak 39,8% kesulitan mengenali dengan kesadaran penuh serta fokus pada
emosi. Sebanyak 40,7% kesulitan untuk keadaan saat ini. Dengan begitu, individu
menyadari emosi yang dirasakan dengan mampu mengenali dan menerima hal-hal
cepat. Dari hasil survei awal yang telah yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan
dilakukan, peneliti menarik kesimpulan individu baik itu positif maupun negatif.
bahwa mahasiswa di Universitas Negeri Individu diharapkan fokus dalam
Makassar memiliki kecenderungan memahami emosi yang dialami pada masa
alexithymia. Berbagai penelitian telah sekarang. Dengan demikian, peneliti ingin
mengembangkan intervensi dengan tujuan menguji pengaruh pemberian metode CBT
mengurangi alexithymia, antara lain yang dikombinasikan dengan mindfulness
psychoanalytic group therapy (Ciano et al., terhadap alexithymia pada mahasiswa.
2002), psychoeducation group therapy Merkes (2010); dan Gotink et al. (2015)
(Ciano et al., 2002), alexithymia reduction merekomendasikan terapi mindfulness
treatment (Levant et al., 2009), hypnotic untuk mengatasi masalah psikologis,
imagery (Gay et al., 2008), affect school misalnya dalam menurunkan kecemasan.
(Melin et al., 2010), SDM-CBT (de Haan et al., Kabat-Zinn (2013) mengemukakan bahwa
2012), TAU-CBT (de Haan et al., 2012), mindfulness didefinisikan sebagai kesadaran
terapi kelompok yang dikombinasikan non-elaboratif, tidak menghakimi, terpusat
dengan CBT, psikoedukasi dan pendekatan pada realitas saat ini di mana setiap pikiran,
psikodinamik (Iancu et al., 2006), dan group perasaan, atau sensasi yang muncul dalam
CBT (Rufer et al., 2010). Namun, intervensi- bidang perhatian diakui dan diterima
intervensi tersebut memiliki kelemahan, sebagaimana adanya.
antara lain gejala psikologis yang telah Mindfulness dapat dikembangkan
berhasil dikurangi tidak bertahan lama melalui latihan meditasi dan melalui
(Ciano et al., 2002), hanya cocok diberikan pelatihan lainnya (Kabat-Zinn, 2013).
pada subjek tertentu (Levant et al., 2009 & Intervensi mindfulness juga bisa diberikan
*) Signifikan (ρ<,05)
ρ Mean Skor
Pretest Post-test 1 Post-test 2
*) Signifikan (ρ<,05)
**) Tidak signifikan (ρ>,05)
N ρ Kendall’s W
10 0,23 0,379
Berdasarkan hasil analisis data yang kontrol. Subjek penelitian berjenis kelamin
dilakukan, diperoleh nilai Kendall’s W perempuan dan laki-laki.
sebesar 0,379 atau nilai effect size berada Berdasarkan hasil penelitian Cox et
pada kategori sedang. Hal ini berarti al. (1994), gender tidak memiliki pengaruh
pelatihan mindfulness berbasis pendekatan yang signifikan terhadap alexithymia.
kognitif memberikan efek sedang terhadap Moriguchi et al. (2007) menemukan dalam
penurunan skor kecenderungan alexithymia. hasil penelitiannya bahwa perempuan dan
laki-laki memiliki kemampuan yang sama
PEMBAHASAN dalam mengidentifikasi emosi batin.
Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini didukung oleh hasil temuan
menguji pengaruh pemberian mindfulness Ghavi et al. (2016) yang menemukan hal
based cognitive intervention terhadap serupa, bahwa tidak ada perbedaan yang
kecenderungan alexithymia. Subjek dalam signifikan antara laki-laki dan perempuan
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas terhadap mean skor alexithymia.
Negeri Makassar berusia 19-22 tahun yang Pengukuran yang diberikan kepada
memenuhi skor kecenderungan alexithymia subjek kelompok eksperimen menunjukkan
saat diberikan pretest. Subjek penelitian ini hasil bahwa sembilan dari sepuluh subjek
berjumlah 21 orang yang terbagi ke dalam mengalami penurunan skor dan satu subjek
kelompok eksperimen dan kelompok mengalami peningkatan skor setelah
diberikan perlakuan berupa MBCI selama effect size pemberian pelatihan MBCI
tiga pertemuan dan latihan mandiri selama terhadap kecenderungan alexithymia. Dalam
satu minggu. Sementara pada kelompok penelitian ini diperoleh hasil bahwa nilai
kontrol, pengukuran menunjukkan hasil effect size berada pada kategori sedang
bahwa lima orang subjek mengalami (Kendall’s W 0,379). Hal ini berarti pelatihan
peningkatan skor dan enam orang mindfulness berbasis pendekatan kognitif
mengalami penurunan skor. Hasil uji analisis memberikan efek sedang terhadap
menggunakan Mann-Whitney (ρ=0,008) penurunan skor kecenderungan alexithymia.
menunjukkan bahwa ada perbedaan skor Pelatihan akan memberikan efek
kecenderungan alexithymia pada kelompok yang lebih besar apabila dilakukan lebih
eksperimen yang diberikan perlakuan lama dan rutin. Dalam penelitian ini, skor
dengan kelompok kontrol yang tidak kecenderungan alexithymia pada kelompok
diberikan perlakuan. Hasil uji analisis eksperimen mengalami penurunan yang
menggunakan Friedman pada kelompok lebih besar dari pretest ke follow up (posttest
eksperimen (ρ=0,023) menunjukkan bahwa 2) dibandingkan dari pretest ke posttest 1. Ini
pelatihan MBCI memberi pengaruh yang terjadi sebab subjek kelompok eksperimen
signifikan terhadap skor kecenderungan terus melakukan pelatihan MBCI secara
alexithymia. Sementara pada kelompok mandiri selama satu minggu penuh. Wasson
kontrol (ρ=0,973) menunjukkan bahwa et al. (2020) mengemukakan bahwa efek
tidak terjadi perubahan skor yang signifikan dari pelatihan MBCI tidak hanya
terhadap skor kecenderungan alexithymia. dipertahankan, melainkan menguat dari
Penelitian ini menemukan bahwa waktu ke waktu.
skor alexithymia subjek yang berada pada Subjek pada kelompok eksperimen
kelompok eksperimen lebih rendah mengikuti pelatihan MBCI sebanyak tiga kali
daripada skor subjek pada kelompok kontrol pertemuan kemudian melakukan latihan
setelah diberikan pelatihan MBCI. Hal mandiri selama satu minggu. Batas latihan
tersebut menunjukkan bahwa pelatihan mandiri diberikan satu minggu sebab
MBCI efektif dalam mengurangi skor Gibbons (2020) mengemukakan bahwa
kecenderungan alexithymia. Hasil tersebut butuh menyelesaikan bagan daftar kegiatan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan selama seminggu untuk benar-benar
Baer et al. (2004) yang menemukan bahwa memahami seberapa memuaskan aktivitas
alexithymia memiliki korelasi negatif dengan yang dilakukan individu. Hal ini didukung
mindfulness. Semakin meningkat oleh pernyataan subjek bahwa latihan yang
mindfulness, maka semakin menurun skor paling berpengaruh dalam membuat subjek
kecenderungan alexithymia, begitupun merasa nyaman terkait perasaan yang
sebaliknya. Hasil penelitian juga didukung dialami adalah latihan menilai kegiatan
oleh Baer et al. (2006); Feldman et al. sehari-hari beserta moodnya. Setelah
(2007); dan Santarnecchi et al. (2014) yang melakukan latihan ini selama satu minggu,
menemukan bahwa praktik mindfulness subjek menjadi bisa menilai hal apa yang
mampu meningkatkan kemampuan regulasi bisa menaikkan ataupun menurunkan
emosi. Dengan demikian, kelompok kontrol suasana hatinya.
yang tidak diberikan pelatihan MBCI lebih Pelatihan MBCI dalam penelitian ini
kesulitan mengidentifikasi dan diberikan dalam tiga kali pertemuan sesuai
menggambarkan emosi mereka. tahapan MBCI menurut Gibbons (2020) yang
Selain melakukan analisis mengemukakan bahwa MBCI terdiri dari
signifikansi hipotesis, dalam penelitian ini tiga bagian yaitu kesadaran, penerimaan,
juga dilakukan analisis untuk menghitung dan tindakan. Pelatihan MBCI pada
pertemuan pertama diberikan dengan tema dan kesadaran terkait dengan penurunan
kesadaran. Pertemuan pertama berhasil stres yang dirasakan, kecemasan, renungan,
menimbulkan kesadaran pada subjek dan peningkatan belas kasihan diri. Subjek
kelompok eksperimen. pada kelompok eksperimen melaporkan
Subjek kelompok eksperimen bahwa setelah mengikuti MBCI, subjek lebih
mampu menyadari bagaimana suasana hati mampu mengontrol perasaan kesal dan
bisa terbentuk. Hal ini dapat dilihat dari hasil stres dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
lembar kerja kelompok eksperimen pada sejalan dengan hasil penelitian Roth dan
homework pertama yaitu skema metode Robbins (2004) yang mengemukakan bahwa
ABC. Dalam lembar kerja ini, subjek teknik mindfulness dapat mereduksi tingkat
kelompok eksperimen mampu menyadari stres yang dialami individu.
kepercayaan dan pikirannya yang Subjek kelompok eksperimen juga
terdistorsi kemudian menentangnya dengan diajarkan meningkatkan kesadaran melalui
lebih realistis. Hal ini sejalan dengan meditasi pernapasan. Subjek pada kelompok
Gibbons (2020) yang mengemukakan bahwa eksperimen melaporkan bahwa setelah
dengan meningkatkan kesadaran, individu mengikuti MBCI, subjek menjadi lebih lega,
akan memahami bahwa perasaan dan nyaman, dan damai. Perasaan tersebut
suasana hati tidak dipengaruhi oleh merupakan efek dari latihan meditasi yang
peristiwa yang terjadi, melainkan terdapat dalam MBCI. Hal ini didukung oleh
dipengaruhi oleh cara individu berpikir hasil penelitian Wijaya (2014) yang
mengenai hal tersebut. mengemukakan bahwa latihan pernapasan
Crane (2009) mengemukakan dalam aspek kesadaran pada latihan
bahwa melalui pemberian MBCI, individu mindfulness mampu meningkatkan perasaan
diajarkan untuk memunculkan kesadaran lega, rileks, dan seakan-akan mampu
terhadap sensasi tubuh, pikiran dan emosi. mengatasi semua masalah.
Dalam penelitian ini, aspek kesadaran yang Subjek kelompok eksperimen
terdapat pada MBCI mampu mengatasi mendapatkan efek positif dari pelatihan
keyakinan negatif yang dialami oleh subjek. MBCI yang diberikan. Selain mendapatkan
Berdasarkan hasil lembar kerja keyakinan perasaan lega dan tenang, subjek mengalami
inti subjek pada homework kedua, subjek penurunan skor kecenderungan alexithymia
kelompok eksperimen mampu mengatasi yang signifikan akibat rutin melakukan
keyakinan negatif yang dimilikinya dengan latihan-latihan MBCI, termasuk meditasi
memunculkan keyakinan baru yang lebih pernapasan. Bornemann dan Singer (2016)
positif. Subjek juga mampu mengubah sudut mengemukakan bahwa dengan
pandang terhadap keyakinan negatif dan meningkatkan kesadaran, terutama
memunculkan bukti yang mendukung kesadaran terhadap sensasi tubuh melalui
keyakinan baru. Hal ini sejalan dengan latihan pernapasan bisa menjadi metode
penelitian Kaviani et al. (2011) yang yang efektif dalam mengurangi alexithymia.
menemukan bahwa MBCI turut serta Subjek pada kelompok eksperimen
mengurangi pikiran otomatis yang negatif melaporkan bahwa setelah mengikuti MBCI,
dan berbagai perilaku disfungsional. subjek tidak lagi merasa gelisah apabila ada
Shapiro et al. (2007) mengemukakan masalah dan lebih mampu mengontrol
bahwa praktik kesadaran dirancang untuk perasaan kesal dalam kehidupan sehari-hari.
meningkatkan kesadaran yang Ini adalah efek yang diberikan dari aspek
berkelanjutan tentang pengalaman sensorik, penerimaan yang terdapat dalam pelatihan
pikiran, perasaan, sensasi somatik, dan MBCI. Hal ini sesuai dengan tujuan aspek
perilaku individu. Peningkatan perhatian penerimaan dalam MBCI menurut Gibbons
DAFTAR PUSTAKA
Lyvers, M., Randhawa, A., & Thorberg, F. A. Puri, P., & Agarwal, P. (2016). Relationship
(2020). Self-compassion in relation to of alexithymia with mindfulness
alexithymia, empathy, and negative among adolesecents. International
mood in young adults. Mindfulness, Journal of Indian Psychology, 4(1).
11(7), 1655–1665. https://doi.org/10.25215/0476.014
https://doi.org/10.1007/s12671-020- Rahmawati, I. M., & Halim, M. S. (2018).
01379-6 Alexithymia pada sampel non klinis:
Manninen, M., Therman, S., Suvisaari, J., Keterkaitannya dengan gaya
Ebeling, H., Moilanen, I., Huttunen, M., kelekatan. Jurnal Psikologi, 45(3), 200.
& Joukamaa, M. (2011). Alexithymia is https://doi.org/10.22146/jpsi.29106
common among adolescents with Roth, B., & Robbins, D. (2004). Mindfulness-
severe disruptive behavior. Journal of based stress reduction and health-
Nervous and Mental Disease, 199(7), related quality of life: Findings from a
506–509. bilingual inner-city patient population.
https://doi.org/10.1097/NMD.0b013e Psychosomatic Medicine, 66(1), 113–
3182214281 123.
Melin, E. O., Thulesius, H. O., & Persson, B. A. https://doi.org/10.1097/01.PSY.0000
(2010). Affect school for chronic 097337.00754.09
benign pain patients showed improved Rufer, M., Albrecht, R., Zaum, J., Schnyder, U.,
alexithymia assessments with TAS-20. Mueller-Pfeiffer, C., Hand, I., & Schmidt,
BioPsychoSocial Medicine, 4(1), 5. O. (2010). Impact of alexithymia on
https://doi.org/10.1186/1751-0759- treatment outcome: A naturalistic
4-5 study of short-term cognitive-
Merkes, M. (2010). Mindfulness-based behavioral group therapy for panic
stress reduction for people with disorder. Psychopathology, 43(3), 170–
chronic diseases. Australian Journal of 179.
Primary Health, 16(3), 200. https://doi.org/10.1159/000288639
https://doi.org/10.1071/PY09063 Santarnecchi, E., D’Arista, S., Egiziano, E.,
Moriguchi, Y., Maeda, M., Igarashi, T., Gardi, C., Petrosino, R., Vatti, G., Reda,
Ishikawa, T., Shoji, M., Kubo, C., & M., & Rossi, A. (2014). Interaction
Komaki, G. (2007). Age and gender between neuroanatomical and
effect on alexithymia in large, Japanese psychological changes after
community and clinical samples: A mindfulness-based training. PLoS ONE,
cross-validation study of the Toronto 9(10), 1–9.
Alexithymia Scale (TAS-20). https://doi.org/10.1371/journal.pone.
BioPsychoSocial Medicine, 1(1), 7. 0108359
https://doi.org/10.1186/1751-0759- Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi, B. N., &
1-7 Darwin, S. (2015). Psikologi
Mrazek, M. D., Franklin, M. S., Phillips, D. T., eksperimen. In Indeks.
Baird, B., & Schooler, J. W. (2013). Shapiro, S. L., Brown, K. W., & Biegel, G. M.
Mindfulness training improves (2007). Teaching self-care to
working memory capacity and GRE caregivers: Effects of mindfulness-
performance while reducing mind based stress reduction on the mental
wandering. Psychological Science, health of therapists in training.
24(5), 776–781. Training and Education in Professional
https://doi.org/10.1177/0956797612 Psychology, 1(2), 105–115.
459659 https://doi.org/10.1037/1931-
Pandey, R., Saxena, P., & Dubey, A. (2011). 3918.1.2.105
Emotion regulation difficulties in
alexithymia and mental health.
Europe’s Journal of Psychology, 7(4).
https://doi.org/10.5964/ejop.v7i4.15
5
Subic-Wrana, C., Bruder, S., Thomas, W., Wasson, R. S., Barratt, C., & O’Brien, W. H.
Lane, R. D., & Köhle, K. (2005). (2020). Effects of mindfulness-based
Emotional awareness deficits in interventions on self-compassion in
inpatients of a psychosomatic ward: A health care professionals: A meta-
comparison of two different measures analysis. Mindfulness, 11(8), 1914–
of Alexithymia. Psychosomatic 1934.
Medicine, 67(3), 483–489. https://doi.org/10.1007/s12671-020-
https://doi.org/10.1097/01.psy.0000 01342-5
160461.19239.13 Wijaya, Y. D. (2014). Pelatihan Pengelolaan
Taylor, G. J., & Bagby, R. M. (2013). Emosi Dengan Teknik Mindfulness
Psychoanalysis and empirical Untuk Menurunkan Distress Pada
research. Journal of the American Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2
Psychoanalytic Association, 61(1), 99– di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta.
133. Jurnal Psikologi, 12(2), 48–53.
https://doi.org/10.1177/0003065112 Wulandari, F. A., & Gamayanti, I. L. (2014).
474066 Mindfulness based cognitive therapy
Teixeira, R. J., & Pereira, M. G. (2015). untuk meningkatkan konsep diri
Examining mindfulness and its relation remaja post-traumatic stress disorder.
to self-differentiation and alexithymia. Jurnal Intervensi Psikologi (JIP), 6(2),
Mindfulness, 6(1), 79–87. 265–280.
https://doi.org/10.1007/s12671-013- https://doi.org/https://doi.org/10.20
0233-7 885/intervensipsikologi.vol6.iss2.art9
Viding, C. G., Osika, W., Theorell, T., Wuryansari, R., & Subandi, S. (2019).
Kowalski, J., Hallqvist, J., & Horwitz, E. Program mindfulness for prisoners
B. (2015). “The culture palette”- A (mindfulners) untuk menurunkan
randomized intervention study for depresi pada narapidana. Gadjah Mada
women with burnout symptoms in Journal of Professional Psychology
Sweden. British Journal of Medical (GamaJPP), 5(2), 196.
Practitioners, 8(2). https://doi.org/10.22146/gamajpp.50
626